Anda di halaman 1dari 10

ETIKA PENGGUNAAN HEWAN PERCOBAAN

Ditunjukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktikum Farmakologi
Dasar

Disusun Oleh :

Kelas : FA 4

Grup Kelompok : G8/K6

Aldo T. Pohan 221FF03155

Annisa Wulan Sari 221FF03161

Elvira Najwa Z. N. 221FF03174

Salma Dewi Aprilianti 221FF03163

Shyfa Amelia N. P. 221FF03170

LABORATORIUM FARMAKOLOGI

PROGRAM STUDI FARMASI (S1)


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2022-2023

I. Tujuan

Kompetensi yang Dicapai :

Mahasiswa mampu menyebutkan, Menjelaskan dan Mengimplementasikan


tata cara atau prosedur pengajuan komisi etik hewan percobaan.

Tujuan Praktikum :

Setelah Praktikum, mahasiswa diharapkan mampu :

Mengetahui dan melakukan tata cara atau prosedur pengajuan komisi etik
hewan percobaan.

II. Prinsip

Prinsip dasar etika penelitian terhadap hewan percobaan adalah


memperlakukan hewan secara perikehewanan, sehingga pengunaan hewan
secara tidak pantas / berlebihan dapat di hindarkan, serta mencegah
perlakuan yang kejam sebelum, selama dan setelah percobaan.

III. DASAR TEORI

Penelitian merupakan aktivitas yang dilakukan berdasarkan kaidah –


kaidah dan medeologi yang sistematis untuk memperoleh informasi, data,
dan keterangan dari subjek terkait. Hasil yang didapatkan menjadi sebuah
kesimpulan yang dapat di terapkan atau menjadi tambahan pengetahuan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan. Namun, aktifitas penelitian harus tetap
menghormati hak dan martabat subjek penelitian, khususnya dalam
menggunakan hewan percobaaan.

Ilmu kedokteran yang semakin berkembang di masa sekarang ,


menjadikan pemanfaatan hewan sebagai objek percobaan juga terus
berkembang. Keputusan Bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi No.
108/M/IX/2004, menteri kesehatan No. 1045/Mankes/SKB/IX/2004 dan
Menteri pertanian No.540.1/Kpst/OT.160/9/2004 tentang pembentukan
komisi bioetik nasional (KBN) dan Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan
merupakan perkembangan penanganan masalah bioetika dan etik di tingkat
nasional.

Sudah sejak lama hal ini di rasakan sebagai kebutuhan mendesak untuk
di realisasikan di Indonesia. Di Negara yang telah maju tingkat penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi nya mutu hewan percobaan merupakan
syarat yang harus di penuhi, karena dapat mempengaruhi tingkat validitas
hasil penggunaannya. Di Negara yang sedang berkembang dengan segala
keterbatasannya, perhatian terhadap standar hewan percobaan sudah mulai
di rintis.

Bahan uji ( obat ) yang akan di manfaatkan manusia harus lolos dari
pengujian di laboratorium secara tuntas dan di lanjutkan dengan penelitian
pada hewan untuk mengetahui kelayakan dan keamanan nya. Hewan
percobaan diperlukan untuk mengamati dan mengkaji seluruh hasil reaksi
dan interaksi bahan uji yang diberikan, serta dampak yang di hasilkan secara
utuh dan mendalam. Kelayakan hewan percobaan pada penelitian harus di
kaji dengan membandingkan resiko yang di alami hewan percobaan dengan
manfaat yang akan di peroleh untuk manusia. Setiap penelitian yang
menggunakan hewan percobaan secara etis harus menerapkan prinsip umum
etika penelitian kesehatan.

Tanpa adanya manajemen pemeliharaan yang baik, kondisi fisik dan


kemampuan reproduksi hewan akan menjadi cepat menurun. Dalam hewan
percobaan disamping mutu harus baik, juga pengadaan harus mudah dan
siap setiap saat bila mana di perlukan.

Hewan percobaan adalah setiap hewan yang dipergunakan pada sebuah


penelitian, baik penelitian biologis dan penelitian biomedis yang dipilih
berdasarkan dengan syarat- syarat atau standar dasar yang diperlukan dalam
penelitian tersebut.

Seorang peneliti perlu memperhatikan prinsip etika penelitian dengan


menggunakan hewan percobaan. Oleh karena itu, sebelum melakukan
penelitian eksperimental dengan menggunakan hewan percobaan, seorang
peneliti perlu mengikuti dan memahami protokol-protokol standar/etika
penelitian yang telah dipersiapkan oleh komisi etika penelitian hewan
percobaan.

Pelaksanaan penggunaan pada hewan dalam suatu percobaan,


pendidikan maupun

penelitian harus berpegang kepada 3 hal utama yaitu:

1. Kepentingan atau pilihan penggunaan hewan (Replacement)

2. Penetapan Pembatasan jumlah hewan yang digunakan (Reduction)

3. Perlakuan terhadap hewan uji yang benar atau etis memenuhi konsep
perlakuan

terhadap hewan pervcobaan yang menghindari rasa sakit (Refinement)

Berdasarkan tujuan dan hasil kerja atau pengamatan psikomotorik yang


menunjang proses belajar mengajar dalam memperjelas teori kajian
praktikum dasar farmakologi, jika menggunakan hewan baik dalam
mengambil bagian tubuh hewan atau organ hendaklah mempertimbangkan
"3R" tersebut.

A. Penetapan Kepentingan dan penetapan Penggunaan Hewan (Replacement)

1. Metode percobaan sedapat mungkin menghindari penggunaan hewan


percobaan, seperti :

a. Menggunakan model anatomi, untuk mempelajari tata letak organ atau

jaringan dan bentuk anatomi organ/jaringan atau tulang.

b. Menggunakan preparat kering, untuk mempelajari struktur (mikro)


jaringan dan membandingkan perbedaan mikro antar jaringan

c. Bila bertujuan mempelajari cara kerja dan fungsi organ bisa digunakan
organ

terisolasi dari hewan terpilih :

 Pemilihan hewan yang tepat sesuai dengan tujuan praktikum. Sebagai


contoh, untuk memperoleh organ tertentu tidak memilih /
menggunakan hewan yang nyata nyata tidak mempunyai organ yang
dimaksud.

 Disiapkan dengan menghindari rasa sakit atau stress pada hewan


dengan serendah mungkin

 Pilihlah spesies jenis hewan yang kesadaran rasa sakitnya rendah


tetapi organ yang diharapkan ada atau pengamatannya bisa dilakukan
dengan baik.

 Jumlah hewan : baik untuk 2 sampai 4 kelompok mahasiswa

 Pengorbanann hewan yang dilakukan dengan memenuhi kaidah,


metode penghilangan kesadaran dan kematian dengan cara sakit,
minimal.

Misalnya penggunaan CO2, bila di perlukan suntik dengan anestesi umum


terlebih dahulu.

2. Apabila metode harus menggunakan hewan untuk pemahaman fisiologi


dan farmakologi baik, maka:

a. Pilihan hewan harus dipertimbangkan matang berdasarkan sifat


biodinamik hewan yang tepat atau sesuai dengan tujuan praktikum

b. Pilih spesies hewan yang rendah yang rasa sakitnya rendah

c. Jumlah hewan seminimal mungkin

d. Khusus untuk memperoleh hewan refleks (seperti pada


percobaan fisiologi system saraf) digunakan hanya seekor katak
yang dilakukan pengrusakan sum sum tulang belakang secara
tepat dan cepat sehingga diperoleh hewan refleks yang tidak
mempunyai sensasi nyeri lagi.

B. Penetapan Jumlah Hewan (Reduction)

Bagi percobaan yang menggunakan hewan utuh ataupun organ


atau jaringan hewan harus dibatasi jumlah hewannya seminimum
mungkin. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan cara :

1. Untuk memperoleh organ atau jaringan gunakan satu ekor hewan


terpilih untuk satu kelas praktikum.

2. Untuk penggunaan hewan utuh, gunakan 2-3 ekor per modul percobaan
atau per kelompok perlakuan dengan tetap mempertimbangkan ketepatan
dan tercapainya tujuan praktikum dengan mempertimbangkan faktor
biodinamik individual hewan.

Jumlah minimum penggunaan hewan uji biasa dihitung dengan


menggunakan rumus Frederer yaitu (n-1) (t-1)>15, dengan n adalah jumlah
hewan yang diperlukan dan t jumlah kelompok perlakuan. Kelemahan dari
rumus itu adalah semakin sedikit kelompok penelitian, semakin banyak
jumlah hewan yang diperlukan, serta sebaliknya. Untuk mengatasinya,
diperlukan penggunaan desain statistik yang tepat agar didapatkan hasil
penelitian yang sahih.

C. Perlakuan Terhadap Hewan Percobaan (Refinement)

Pada dasarnya semua hewan yang digunakan harus diperlakukan dengan


etis, penuh kasih sayang serta seminimal mungkin merasa sakit atau
stress. Dapat dilakukan dengan cara :

1. Pemilihan hewan harus sangat hati hati dan pembuatan hewan refleks
benar benar dilakukan menghindari rasa sakit.

2. Mahasiswa disiapkan untuk menghayati tugas dan tanggung jawab


komisi etik hewan, minimal memahami konsep "3R".

3. Asisten mahasiswa juga disiapkan melaksanakan jalannya parktikum,


serta memperlakukan hewan sesuai kaidah Refinement.

4. Pengamatan terhadap perubahan perilaku yang digunakan dalam setiap


metode harus menghindari rasa sakit terhadap hewan yang digunakan,
seperti mengamati respon terhadap stimulus tertentu, pengambilan
sampel darah, dan lain-lain.

5. Setelah praktikum hewan dikorbankan dengan metode yang harus


manusiawi. Metode pengorbanan hewan yang digunakan tidak
menyebabkan hewan mengalami rasa sakit dan stress yang berlebihan,
misalnya dengan penggunaan gas CO².

Selain itu, ketiga prinsip "3R" harus dikombinasikan dengan 5 prinsip


animal walfare, yaitu:

1. Freedom from hunger and thirst

Bebas dari rasa lapar dan haus artinya tersedia air minum ad libitum
dan makanan yang cukup dan nutrisi yang seimbang untuk menjaga
kesehatan hewan coba.

2. Freedom from physical discomfort and pain

Bebas dari rasa tidak nyaman artinya kondisi lingkungan dan kandang
harus nyaman. Jika spesies ditempatkan di laboratorium, kondisi
lingkungan harus mempertimbangkan perilaku alami hewan coba.
Selain itu faktor lingkungan yang harus diperhatikan meliputi
temperatur, kelembaban, ventilasi dan pencahayaan yang harus sesuai
dengan kondisi alamiah hewan.

3. Freedom from injury and disease

Bebas dari rasa sakit, cedera dan penyakit harus diupayakan sebagai
program dari suatu penelitian. Namun, beberapa studi memang dapat
melibatkan rasa sakit atau penyakit. Dalam hal ini peneliti harus
berupaya untuk meminimalkan intensitas dan durasi ketidaknyamanan
hewan untuk menjamin kesejahteraan hewan selama penelitian.

4. Freedom from fear and distress

Kebebasan dari rasa takut dan stress dimaksudkan untuk mencegah


"penderitaan mental" yang dapat dilakukan dengan menghindari
prosedur atau teknik yang menyebabkan rasa takut dan stres pada
hewan dan memberikan masa transisi dan adaptasi sebelum penelitian
berlangsung. Selain itu, pelatihan personel untuk mengenali perilaku
ketakutan atau kecemasan penting untuk mengatasi kondisi ini.

5. Freedom to conform to essential behaviour patterns

Kebebasan untuk mengekspresikan perilaku normal mencakup ruang


yang cukup dan fasilitas yang layak. Kebebasan ini sulit ditafsirkan
untuk hewan laboratorium karena tidak dapat ditentukan jenis perilaku
apa yang setara dengan kesejahteraan yang baik. Namun hal ini dapat
diupayakan melalui penyediaan luasan kandang yang cukup, kualitas
kandang yang baik, dan teman dari hewan yang sejenis dengan
memperhatikan sosialisasi, tingkah-laku spesifik (misal cara
mengambil makan), serta program pengayaan. Program pengayaan
ialah memberikan bentuk-bentuk mainan, bahan atau alat yang dapat
digunakan oleh hewan didalam mengekspresikan tingkah-lakunya.
IV. ALAT DAN BAHAN

Dalam Praktikum ini hal-hal yang perlu dipersiapkan, antara lain ;

1. LCD proyektor, laptop/gadget, dan internet

2. Alat tulis
V. PROSEDUR KERJA

Dibagi Mahasiswa kedalam beberapa kelompok dengan mempersiapkan


laptop/gadget, mengaktifkan akses internet ataupun wifi pada laptop/gadget
di i i k l k

Ditiap kelompok dibimbing oleh 1 atau lebih dari 1 asisten praktikum. Asisten
praktikum memandu jalannya praktikum ditiap-tiap kelompok

Dimulai mahasiswa melakukan pencarian (searching) dengan menggunakan


laptop/gadget masing-masing kedalam website komisi etik penelitian hewan
percobaan yang ada di Indonesia

Dipelajari terlebih dahulu panduan/protokol etika penelitian yang ada.

Dipandu mahasiswa oleh asisten laboratium melakukan pengisian dokumen-


dokumen penting etika penelitian.
Keterangan Pembagian Tugas :

1. Aldo Togar Pohan ( Prosedur )

2. Shyfa Amelia N. P. ( Dasar Teori )

3. Elvira Najwa Z. N. ( Cover, Tujuan )

4. Annisa Wulan Sari ( Prinsip )

5. Salma Dewi Aprilianti ( Alat, Bahan )

Anda mungkin juga menyukai