Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN MODUL 2

PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN


Ditunjukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Farmakologi Dasar
Dosen pengampu : Aulia Nurfazri istiqomah, M.Si

Disusun oleh
Kelas : FA 2
Kelompok/Gelombang : K4/G3
1. Mohamad Akbar Gumelar (221FF03057)
2. Syifa Najwa Saharani (221FF03060)
3. Rivaldo Septian Mahardika (221FF03061)
4. Nita Fatmawangi (221FF03064)
5. Marita Feliana (221FF03065)

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2023
MODUL 2

PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

I. Tujuan
Kompetensi yang Dicapai :
Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan teknik penanganan (handling) dan
pengendalian (restraint) hewan percobaan.

Tujuan Praktikum :
Setelah praktikum, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengetahui dan melakukan teknik handling pada hewan rodent (binatang pengerat)
dan restraint pada hewan percobaan.
2. Untuk mengukur tingkat kesehatan hewan uji mencit (mus musculus) dengan
metode BCS (Body Condition Scoring )

II. Prinsip
Kemampuan dan keterampilan dalam melakukan handling dan restraint terhadap hewan
percobaan akan menentukan hewan tersebut mudah untuk dikendalikan atau tidak.
Sebagai tambahan, mahasiswa perlu menguasai metode habituasi rodent (metode cup dan
metode tunnel) dengan tujuan agar hewan merasa nyaman/tidak stress sebelum diberikan
perlakuan.

III. Pendahuluan/ Dasar Teori


Hewan percobaan adalah semua jenis hewan yang memiliki persyaratan tertentu untuk
digunakan sebagai salah satu sarana dalam penelitian farmasi, biologi dan kedokteran.
Hewan percobaan yang digunakan didalam laboratorium merupakan kunci
pengembangan senyawa bioaktif dan usaha-usaha kesehatan.

Tidak semua hewan percobaan dapat digunakan dalam suatu penelitian. Oleh
karena itu, harus dipilih hewan mana yang sesuai dan dapat memberikan
gambaran dari sebuah tujuan yang akan dicapai dari penelitian tersebut. Hewan
percobaan yang digunakan dalam penelitian dapat berupa rodent ataupun non-
rodent. Baik rodent ataupun non- rodent, seorang peneliti perlu memahami
dengan baik karakteristik dari hewan percobaan. Sehingga, teknik penanganan
terhadap hewan percobaan perlu dikuasai dengan baik. Penanganan hewan
secara rutin akan menjadikan hewan lebih jinak, mudah untuk ditangani, serta
menghilangkan stress yang dapat mempengaruhi kondisi eksperimen.
Dalam melakukan penelitian dengan hewan diperlukan pengetahuan dan
keterampilan tentang penanganan hewan coba agar penelitian dapat berjalan
lancar sesuai dengan rencana. Oleh karena itu jika hendak melakukan penelitian
dengan hewan coba peneliti perlu memperhatikan hal-hal dibawah ini:

1. Bekerja dengan tenang, hilangkan perasaan takut atau tegang, karena


jika merasa takut atau tegang kita dapat menjadi gugup atau ragu-ragu
sehingga timbul kesulitan.

2. Cara menangani hewan coba yang tidak benar dapat berakibat cidera
fisik pada peneliti, hewan coba, kerusakan alat atau dapat menimbulkan
stress pada hewan coba. Oleh karena itu perlu dipahami cara memelihara
dan memperlakukan hewan coba yang benar.

3. Setiap langkah tidak boleh secara terburu-buru. Dianjurkan untuk tidak


memberi perlakuan apapun jika hewan coba belum tenang.

4. Hewan coba harus diperlakukan dengan kasih sayang dan jangan


disakiti.

5. Untuk melindungi tangan dari gigitan hewan coba dapat digunakan kaos
tangan dari kulit atau karet yang cukup tebal
Dalam praktikum farmakologi, hewan percobaan yang biasa digunakan adalah mencit,
tikus dan kelinci. Setiap jenis hewan tersebut mempunyai karakteristik masing-masing.
Karakteristik beberapa hewan percobaan
1. Mencit
• Penakut dan fotofobik
• Cenderung sembunyi dan berkumpul sesamanya
• Mudah ditangani
• Lebih efektif pada malam hari
• Aktivitas terganggu dengan adanya manusia

• Suhu normal badan 37,40C


• Laju respirasi 163/menit

Mencit ukurannya lebih kecil, berkembang biak sangat cepat, dan 99% gennya mirip
dengan manusia. Oleh karena itu mencit sangat representatife jika digunakan sebagai
model penyakit genetik manusia (bawaan). Selain itu, mencit juga sangat mudah untuk
di rekayasa genetiknyasehingga menghasilkan model yang sesuai untuk berbagai macam
penyakit manusia. Mencit juga lebih mudah dalam penanganan, tempat penyimpanan,
serta harganya yang relatif lebih murah.
2. Tikus
• Sangat cerdas
• Mudah ditangani
• Tidak begitu bersifat fotofobik
• Lebih resisten terhadap infeksi
• Kecenderungan berkumpul dengan sesama sangat kurang
• Jika makanan kurang atau diperlakukan secara kasar akan menjadi liar, galak dan
menyerangsi pemegang

• Suhu normal badan 37,50C


• Laju respirasi 210/menit

Ada beberapa jenis tikus Putih Galur Sprague Dawley ketenangan dan kemudahan
penanganan(jinak), Berat dewasa antara 250-300 g untuk betina, dan 450 – 520 g untuk
jantan. Usia hidupantara 2, 5 – 3, 5 tahun. Ekornya lebih panjang daripada tikus galur
wistar,berkembang biak dengan cepat. Tikus jenis ini paling banyak digunakan dalam
penelitian – penelitian biomedis seperti toksikologi, uji efikasi dan keamanan, uji
reproduksi, uji behavior/perilaku, aging, teratogenik, onkologi, nutrisi, dan uji
farmakologi lainnya. Tikus jenis galur wistar memiliki bobot yang lebih ringan dan lebih
galak daripada galur Sprague dawley. Tikus ini banyak digunakan pada penelitian
toksikologi, penyakit infeksi, uji efikasi, dan aging.

3. Kelinci

• Jarang bersuara kecuali merasa nyeri

• Jika merasa tak aman akan berontak

• Suhu rektal umunya 38-39,50C

• Suhu berubah jika mengalami gangguan lingkungan

• Laju respirasi 38-65/menit, umunya 50/menit pada kelinci dewasa normal


Kelinci merupakan hewan uji yang sering digunakan selain tikus. Contohnya kelinci
albino Hewan ini biasanya digunakan untuk uji iritasi mata karena kelinci memiliki air
mata lebih sedikit daripada hewan lain dan sedikitnya pigmen dimata karena warna
albinonya menjadikanefek yang dihasilkan mudah untuk diamati. Selain itu, kelinci juga
banyak digunakan untuk menghasilkan antibodi poliklonal.
IV. Alat dan Bahan

Dalam praktikum ini hal-hal yang perlu dipersiapkan, antara lain:


1. Hewan percobaan (mencit dan tikus);
2. Jas laboratorium, masker, dan sarung tangan;
3. Tunnel.

V. Prosedur Kerja
Habituasi Mencit dengan Metode Tunnel (tunnel method)

Disiapkan mencit dan sebuah tunnel.

Mencit dipandu kedalam tunnel menggunakan tangan.

Tunnel diangkat dari atas kendang secara perlahan tanpa


kotak langsung dengan tangan.

Habituasi Mencit dengan Metode Cup (cup method)

Disiapkan mencit dan letakkan pada tangan kiri kita.

Mencit yang berada pada tangan kiri, segera ditutup


dengan tangan kanan secara melingkar selama 20 detik(5-
10 detik juga cukup).

(2.1) (2.2)

Gambar 2.1 Habituasi mencit dengan metode tunnel (tunnel method).


Gambar 2.2 Habituasi mencit dengan metode cup (cup method).
Restraint pada Mencit

Restraint dilakukan dengan memegang area didekat


pangkal ekor, selanjutnya leher dipegang menggunakan
tangan lainnya.

Kulit di area pangkal tulang tengkorak dicubit/ditahan


dengan menggunakan ujung ibu jari dan telunjuk.

Diletakkan/diselipkan ekor diantara jari.

Restraint pada Tikus

Tikus diangkat dengan cara meletakkan tangan dengan


tegas, tepat diatas punggung dan di area tulang iga (costae).

Kepala tikus ditahan dengan ibu jari, jari telunjuk, dan jari
tengah yang menahan dibelakang mandibula.

Tangan yang lain memegang ekor dan mensupport bagian


bawah hewan.
VI. Hasil Pengamatan
VII. Pembahasan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu kesehatan mendorong penelitian yang
menggunakan hewan sebagai subjek penelitian biomedis. Hewan coba sebagai makhluk
hidup dapat merasakan nyeri seperti halnya manusia sehingga perlu diperlakukan dengan
baik. Oleh karena itu, penggunaan hewan coba sebagai objek percobaan seharusnya
menerapkan kaidah kesejahteraan hewan (kesrawan) (The 3R Center, 2015).
Pada praktikum kali ini, mahasiswa melakukan penanganan/handling hewan
percobaan. Hewan yang digunakan pada praktikum kali ini ada 3 yaitu Mencit, Tikus,
dan Kelinci. Mahasiswa Farmasi harus melakukan percobaan ini karena penting untuk
penelitian di semester akhir nanti jika memilih rumpun KK(Kelompok Keilmuan)
Farmakologi & Farmasi Klinis. Pada percobaan handling hewan kelinci, kelinci sering
memberontak karena kenyamanan nya terganggu, sifat kelinci jarang bersuara kecuali
dalam kondisi nyeri yang luar biasa, sangat rentan terhadap angin langsung dan udara
dingin. Cara memperlakukan kelinci, perlakukan dengan halus, jangan memegang telinga
kelinci saat mengangkat atau menangkap karena pada telinga kelinci terdapat banyak
saraf (sensitif), cara yang tepat untuk menangkap atau mengangkat kelinci yaitu pegang
kaki kelinci bagian depan dengan tangan kanan sambal di dorong kedepan dan pegang
kaki bagian belakang dengan tangan kiri, diangkat dan dekapkan kearah tubuh.
Selanjutnya setelah kelinci kita melakukan percobaan handling hewan kepada
tikus putih, kenapa tikus putih? karena tikus ini terserifikasi mempermudah para peneliti
dalam mendapatkan hewan percobaan dan sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan dan
tikus ini lebih menguntungkan sebagai hewan penelitian karena mudah untuk melakukan
perkembang biakan sehingga aman dari terjadinya kepunahan, langkah yang harus kita
lakukan ialah dengan memegang ekornya dan sebisa mungkin buat tikus tenang terlebih
dahulu lalu ketika ingin memindahkan tikus ke suatu tempat jangan digantung terlalu
lama sebisa mungkin simpan tikus di lengan dengan tetap memegang ekor nya, setelah
itu simpan tikus dengan tetap memegang ekor nya dengan tangan manapun lalu tangan
satunya memegang bagian punduk tikus dengan cara mencapit punduk leher tikus dengan
jari telunjuk dan tengah, lalu ibu jari, jari manis dan kelingking menyekram
bagian tubuh tikus lalu ekornya tetap di pegang oleh tangan satunya.
Percobaan selanjut nya yaitu menggunakan hewan percobaan mencit, mencit itu
lebih agresif daripada tikus putih di karenakan mencit dominan kecil dari pada tikus dan
mencit lebih lincah/liar dari pada tikus. Langkah pertama keluarkan mencit dari kandang
nya dengan memegang ekor nya terlebih dahulu dan keluarkan, jangan terlalu lama di
atas/menggantungkan mencitnya, karenakan kita tidak boleh lupa dengan Etika
penggunaan hewan percobaan respect for animal, lalu ketika ingin memindahkan mencit
ke suatu tempat jangan digantung terlalu lama sebisa mungkin simpan mencit di lengan
dengan tetap memegang ekor nya, setelah mencit di keluarkan kita tenangkan terlebih
dahulu agar mencit tidak stress dengan diusap-usap bagian atas tubuh mencit. Kemudian
jari kita ibu jari dan jari telunjuk dari belakang mencubit pundak mencit nya dan ekor nya
pun kita selipkan di antara jari manis dan kelingking, memegang mencit dengan satu
tangan.
VIII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat di simpulkan bahwa, kelinci,
mencit dan tikus dapat digunakan sebagai hewan uji memiliki perlakuan yang berbeda
saat akan dijadikan hewan uji. Mencit memiliki sifat yang mudah ditangani, penakut,
fotopobik dan cenderung berkumpul dengan sesamanya. Yang perlu diperhatikan saat
memperlakukan mencit adalah keterampilan tangan saat memegang tengkuknya. Tikus
bersifat tidak terlalu fotopobik, dan kecenderungan untuk berkumpul dengan sesamanya
kecil, akan bersifat galak ketika diperlakukan kasar. Yang perlu diperhatikan adalah
pangkal ekor dan keterampilan tangan saat memegang tikus putih. Sedangkan kelinci
sangat susah karena sering memberontak karena merasa tidak nyaman, perlu kesabaran
saat menangani kelinci.

IX. Daftar Pustaka

Anggriani Anita. (2014). Laporan Praktikum Farmakologi Toksinologi “Cara


Penanganan Hewan Percobaan”. STIKES BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA.
Huda Shalahudin D, Setyo Widi Nugroho, Fauzi Abdurrahman M, dan Dondin Sajuthi.
Teknik Penanganan Kendali Hewan Sesuai Kaidah Kesejahteraan Hewan Meningkatkan Akurasi
Pengukuran Profil Hemodinamika Tikus Laboratorium. Departemen Anatomi, Fisiologi, dan
Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Bagian pengerjaan :
1. Cover : Nita Fatmawangi
2. Prinsip dan Tujuan : Rivaldo Septian Mahardika
3. Dasar Teori : Syifa Najwa Saharani
4. Alat dan Bahan : Mohamad Akbar Gumelar
5. Prosedur Kerja : Marita Feliana
6. Hasil Pengamatan : Marita Feliana
7. Pembahasan : Nita Fatmawangi, Rivaldo Septian M, Mohamad Akbar Gumelar
8. Kesimpulan dan daftar pustaka : Syifa Najwa Saharani

Anda mungkin juga menyukai