Anda di halaman 1dari 8

LA P O R A N R E S M I

P R A K T I K U M K I M I A PA N G A N

JUDUL :
MANAJEMEN HEWAN COBA

Disusun Oleh :
1. Aniq Nailil Muna 22030114120045
2. Ikhda Khamidah 22030114120058
3. Lia Andriani Titik Arima 22030114140093
Tanggal Praktikum : 7 Maret 2018

U N I VE R S ITAS D I PO N E G O R O
FAK U LTAS K E D O K T E RAN
DEPARTEMEN ILMU GIZI
LA B O R AT O R I U M H E WA N C O B A
2018

i
A. TUJUAN
Mengetahui dan menerapkan cara memanajemen hewan coba selama
pelaksanaan praktikum.
B. DASAR TEORI
1) Hewan Coba
I. Mencit (Mus musculus)
Mencit (Mus musculus) merupakan kelompok mamalia yang
termasuk dalam ordo rodentia dan family Muridae. Hewan tersebut
hidup berkelompok dan memiliki kebiasaan aktif pada malam hari.
Mencit memiliki tubuh yang panjang dan ramping, dan memiliki ekor
meruncing yang sedikit ditutupi oleh rambut dan sisik. Mencit jantan
dewasa memiliki berat tubuh sebesar 25-40 gram, sedangkan mencit
betina dewasa memiliki berat tubuh sebesar 20-40 gram. 1
Mencit dapat berkembang biak dengan cepat, mudah dipelihara
dalam jumlah banyak, variasi genetiknya cukup besa serta sifat
anatomis dan fisiologisnya terkarakteristik dengan baik. Mencit yang
sering digunakan dalam penelitian di laboratorium merupakan hasil
perkawinan tikus putih “inbreed” maupun “outbreed”. 2
Mencit dinilai lebih ekonomis karena penggunaan hewan yang
berukuran lebih besar seperti tikus, membawa konsekuensi biaya yang
besar. Selain itu, penggunaan tikus sebagai suatu model patologik
sering tidak relevan karena sulit untuk menyamakan keadaan patologi
tikus dengan patologi manusia. Mencit sebagai hewan percobaan dapat
memberikan gambaran secara ilmiah yang mungkin terjadi pada
manusia. 1
Keuntungan lain yang digunakan sebagai pertimbangan pemilihan
mencit sebagai hewan uji dalam penelitian adalah daur estrusnya
teratur dan dapat dideteksi, periode kebuntingannya relative singkat,
dan jumlah anakan yang banyak. Mencit memiliki siklus estrus yang
teratur yaitu 4-5 hari. Mencit betina maupun jantan dapat dikawinkan
pada usia 8 minggu. Lama kebuntingan 19-20 hari dan jumlah anak
mencit rata-rata 6-15 ekor dengan berat lahir antara 0,5-1,5 gram.
Mencit disapih setelah berumur 21 hari dengan berat rata-rata 10,59 g ;
7,66 g ; 5,98 g ; dan 7, 76 g . Besarnya bobot sapih dipengaruhi oleh
jenis kelamin, bobot badan induk, umur induk, keadaan saat lahir,

1
kemampuan induk untuk menyusui anak, kuantitas dan kualitas pakan
yang diberikan serta suhu lingkungan. Setelah disapih mencit
mempunyai kemampuan tumbuh 0,5-1 g/hari. 2
II. Tikus (Ratus novergicus)
Tikus putih (Rattus norvegicus) atau disebut juga disebut juga tikus
norwegia adalah salah satu hewan yang umum digunakan dalam
eksperimental laboratorium. Tikus juga merupakan salah satu hewan
eksperimental yang populer dalam studi fungsi reproduksi. Salah satu
keuntungannya adalah memiliki waktu siklus reproduksi yang lebih
singkat.Tikus putih memiliki beberapa sifat yang menguntungkan
sebagai hewan uji penelitian di antaranya perkembangbiakan cepat,
mempunyai ukuran yang lebih besar dari mencit, dan mudah dipelihara
dalam jumlah yang banyak.
Tikus putih juga memiliki ciri-ciri morfologis seperti albino, kepala
kecil, dan ekor yang lebih panjang dibandingkan badannya,
pertumbuhannya cepat, temperamennya baik, kemampuan laktasi
tinggi, dan cukup tahan terhadap perlakuan. Biasanya pada umur
empat minggu tikus 10 putih mencapai berat 35-40 gram, dan berat
dewasa rata-rata 200-250 gram. Galur tikus yang sering digunakan
antara lain Wistar, SpragueDawley, Osborne-Mendel, Long-Evans,
Holtzman, Slonaker, Albany. Namun, diantara galur tersebut, Wistar
dan Sprague-Dawley merupakan tikus yang paling populer digunakan
untuk eksperimen. 3

2) Pemeliharaan Hewan Coba


I. Pemeliharaan mental hewan coba
a. Pemeliharaan hewan harus dipisah berdasarkan gender, kecuali
ketika dilaksanakan breeding.
b. Harus dipisah jika terdapat hewan coba yang agresif.
c. Tidak boleh stress yang dapat disebabkan suara yang berisik.
II. Pemeliharaan kandang
a. Kandang yang di gunakan berupa kotak besar dengan kapasitas
maksimal 20 ekor untuk mencit dan15 ekor untuk tikus.
b. Tutup kandang berupa kawat yang kerapatannya cukup agar hewan
coba tidak keluar kandang dan untuk berespirasi.
c. Makan dan minum ditaruh pada kandang secara ad libitum (makan
dan minum sendiri kapanpun).

2
d. Bedding menggunakan serutan kayu putih adalah bahan yang
paling baik untuk menyerap kotoran hewan coba (feses, urin) dan
minim bahan kimia berbahaya. Selain itu, dapat digunakan juga
sekam padi atau potongan kertas. Bedding diganti setiap 3 hari
sekali.
e. Pakan yang digunakan adalah pakan ayam karena masih minim
penyediaan pakan hewan coba (untuk mencit atau tikus) di
Indonesia.

C. ALAT DAN BAHAN


I. ALAT
1. Sonde
2. Mikro hematokrit
3. Tabung eppendorf
4. Sarung tangan
II. BAHAN
1. Mencit
2. Tikus
3. Eter
4. Kapas
5. Air minum, pakan, sekam

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Jenis Hewan Percobaan
Hewan yang digunakan dalam percobaan ini adalah mencit dan tikus.
2. Teknik Handling
I. Mencit (Mus musculus)
a. Mencit diangkat dengan cara memegang ekor kearah atas dengan
tangan kanan.
b. lalu letakkan mencit di letakkan di permukaan yang kasar biarkan
mencit menjangkau / mencengkeram alas yang kasar (kawat
kandang).
c. Kemudian tangan kiri dengan ibu jari dan jari telunjuk menjepit
kulit tengkuk mencit seerat / setegang mungkin.
d. Ekor dipindahkan dari tangan kanan, dijepit antara jari kelingking
dan jari manis tangan kiri.
e. Dengan demikian, mencit telah terpegang oleh tangan kiri dan siap
untuk diberi perlakuan
II. Tikus (Ratus novergicus)
a. Tikus adalah hewan yang pandai dan responnya baik bila dipegang
dengan baik pula.

3
b. Tikus tidak akan menyerang kecuali merasa terancam atau
diprovokasi. Penggunaan sarung tangan selain mengurangi resiko
alergi, juga menghindari paparan feromone dan dan senyawa kimia
lain yang dapat menyebabkan tikus gugup.
c. Angkat hewan lembut dengan menempatkan tangan di sekitar dada
bagian atas, tanpa meremas. Tempatkan ibu jari di bawah rahang
hewan jika takut digigit, tetapi tidak memberikan tekanan pada
tenggorokan.
3. Teknik Sonde
Teknik ini dilakukan dengan memasukkan jarum sonde ke dalam mulut
hewan coba yaitu tikus atau mencit. Kemudian, jarum diarahkan perlahan-
lahan dari langit-langit mulut menuju ke esophagus, lalu masuk ke dalam
lambung. Setelah selesai, Senyawa yang akan digunkan untuk uji coba
dapat disuntikkan langsung.
4. Teknik Pengambilan Darah
I. Plexus reorbitalis (dari mata)
Mencit atau tikus yang dijadikan sebagai hewan percobaan di
masukan ke suatu wadah yang telah diberi kapas berbau eter selama 30
detik. Tujuannya adalah agar mencit atau tikus menjadi tidak sadar dan
tidak memberontak ketika pengambilan darah berlangsung. Teknik ini
diawali dengan menggunakan Mikro hematokrit yang diputar sampai
melukai plexus, darah yang keluar ditampung pada eppendorf yang
telah diberi EDTA untuk pengambilan plasma dan tanpa EDTA untuk
pengambilan serum.
II. Cardiac puncture (dari jantung)
Pada teknik ini, pengambilan sampel darah dilakukan dengan
langsung mengarahkan dan menusukan ujung jarum suntik ke dalam
jantung tikus atau mencit. Namun, pada percobaan kimia pangan yang
telah dilakukan, teknik ini tidak dipraktikan karena langsung
mematikan tikus sementara tikus masih harus digunakan pada
percobaan-percobaan selanjutnya.
5. Pemusnahan
Teknik pemusnahan ini menggunakan cara fisik yang dilakukan
dengan dislokasi leher. Proses dislokasi dilakukan dengan cara : 4
a. Ekor dipegang dan kemudian ditempatkan pada permukaan yang bisa
dijangkaunya, biarkan mencit meregangkan badannya.

4
b. Saat hewan meregangkan badannya, pada tengkuk ditempatkan suatu
penahan, misalnya pensil atau batang logam yang dipegang dengan
tangan kiri.
c. Ekornya ditarik dengan tangan kanan dengan keras, sehingga lehernya
akan terdislokasi dan mencit akan terbunuh.
Selain cara fisik, dapat pula menggunakan eter. Hewan coba
dimasukkan ke dalam tempat tertutup yang berisi kapas yang diberi
banyak eter dan dibiarkan lama hingga mati. Atau dengan mengambil
darah melalui jantung.

E. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit dan tikus.
2. Teknik pemeliharaan hewan dilakukan dengan menyediakan kandang yang
dibuat sedemikian rupa dengan habitat aslinya.
3. Cara memegang mencit atau tikus dapat menggunakan teknik handling
dengan benar yaitu menggunakan tangan kanan, jari tengah dan telunjuk
menjepit lehernya.
4. Pemberian senyawa menggunakan teknik sonde harus dilakukan sesuai
ketentuan tanpa membahayakan hewan coba.
5. Pengambilan sampel darah dari mata (plexus reorbitalis) dan dari Cardiac
puncture (dari jantung) harus dilakukan sesuai ketentuan tanpa
membahayakan hewan coba.

5
F. Dokumentasi

Teknik handling tikus Teknik handling tikus

Sonde Sonde

Pengambilan darah dari mata

6
DAFTAR PUSTAKA

1. Maharani H. Uji Potensi Nefroprotektif Senyawa Dimer dari Isoeugenol


Terhadap Histologi Ginjal Mencit (Mus musculus) Jantal Galur DDY.
Universitas Indonesia, Depok; 2012.

2. Akbar B. Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif yang Berpotensi


Sebagai Bahan Antifertilitas. Jakarta: Adabia Press; 2010.

3. Pambudi R. Perbedaan Panjang Serta Berat Tubuh Fetus Tikus Putih


(Rattus norvegicus) Galur Sprague-Dawley terhadap Pemberian Asam
Folat Pada Periode Kehamilan yang Berbeda. Universitas Lampung
Bandarlampung; 2017.

4. Stevani H. Praktikum Farmakologi. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.


2016.

Anda mungkin juga menyukai