Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI
Cara Penanganan Hewan Percobaan

Disusun oleh :
Kelompok 5
Hilmi Nurhidayat

31112022

Iis Ratna Suminar

31112023

Irma Nurlistiawati

31112024

Linda Nur indah Sari

31112026

Nenden Nur Fitri

31112032

Farmasi 3A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PROGRAM S1 FARMASI
Bakti Tunas Husada Tasikmalaya
2015

I.

Tujuan
1. Mengetahui dan memahami cara cara perlakuan pada hewan coba.
2. Mahasiswa dapat bahkan mampu mengetahui dan melakukan penanganan hewan.
3. Percobaan dengan baik dan benar seperti mencit dan tikus.

II.

Dasar Teori
Hewan percobaan atau hewan laboratorium adalah hewan yang sengaja dipelihara
dan diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model, dan juga untuk mempelajari dan
mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau pengamatan
laboratorik. Animal model atau hewan model adalah objek hewan sebagai imitasi
(peniruan) manusia (atau spesies lain), yang digunakan untuk menyelidiki fenomena
biologis atau patobiologis.
Pada dasarnya hewan percobaan dapat merupakan suatu kunci dalam
mengembangkan suatu penelitian dan telah banyak berjasa bagi ilmu pengetahuan,
khususnya pengetahuan tentang berbagai macam penyakit seperti: malaria, filariasis,
demam berdarah, TBC, gangguan jiwa dan semacam bentuk kanker. Hewan percobaan
tersebut oleh karena sebagai alternatif terakhir sebagai animal model. Setelah melihat
beberapa kemungkinan peranan hewan percobaan, maka dengan berkurangnya atau
bahkan tidak tersedianya hewan percobaan, akan berakibat . penurunan standar
keselamatan obat-obatan dan vaksin, bahkan dapat melumpuhkan beberapa riset medis
yang sangat dibutuhkan manusia.
Pemanfaatan hewan percobaan menurut pengertian secara umum ialah penelitian
yang berdasarkan pengamatan aktivitas biologik. Tergantung pada bidang ilmu yang di
bina dan di lingkungan apa suatu laboratorium bernaung, maka pemanfaatan hewan
percobaan ini akan mengarah ke suatu tujuan secara khusus.
Di antara berbagai jenis hewan yang di gunakan sebagai hewan percobaan,
sebagian berasal dari kelompok hewan yang lazim.Di ternakan khususnya untuk tujuan
tersebut.Kelompok percobaan ini relative berukuran kecil dan berkembangbiak dengan
cepat. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah : mencit, tikus putih, marmut, kelinci
dan hamster.

III.

Karakteristik hewan percobaan


a. Mencit

Mencit merupakan hewan yang jinak, lemah, mudah ditangani, takut


cahaya dan aktif pada malam hari. Pada umumnya mencit sangat senang berada
pada belakang perabotan jika dipelahara atau berkeliaran di rumah. Mencit yang
dipelihara sendiri makannya lebih sedikit dan obotnya lebih ringan dibanding
yang dipelihara bersama-sama dalam satu kandang, kadang-kadang mempunyai
sifat kanibal. Terlebih jika makanan yang dibutuhkannya telah habis sehingga
mereka merasa sangat kelaparan.
Mencit ini mudah dijumpai di rumah-rumah dan dikenal sebagai hewan
pengganggu. Karena kebiasaannya menggigiti barang-barang meubel, barang
kecil lainnya, dan sering bersembunyi di sudut-sudut lemari. Mencit sangat mudah
menyesuaikan dengan perubahan yang dibuat manusia.
Genus dan jenis mencit laboratorium adalah Mus musculus dan termasuk dala
ordo Rodentia. Jenis telah banyak dijinakkan dan diternakkan selama bergenerasi
dan mudah ditangani. Hewan ini memiliki pendengaran yang sangat tajam,
penciuman yang cukup baik, tetapi penglihatannya lemah. Mencit adalah hewan
laboratorium yang palingumum digunakan untuk penelitian. Adapun karakteristik
yang lain adalah sebagai berikut:
- Konsumsi pakan per hari

5 g (umur 8 minggu)

- Konsumsi air minum per hari

6-7 ml (umur 8 minggu)

- Diet protein

20-25%

- Ekskresi urine per hari

0,5-1 ml

- Lama hidup

1,5 tahun

- Bobot badan dewasa


* Jantan

25-40 g

* Betina

20-40 g

- Bobot lahir

1-1,5 g

- Dewasa kelamin (jantan=betina)

28-49 hari

- Siklus estrus (menstruasi)

4-5 hari (polyestrus)

- Umur sapih

21 hari

- Mulai makan pakan kering

10 hari

- Rasio kawin

1 jantan - 3 betina

- Jumlah kromosorn

40

- Suhu rectal

37,5 C

- Laju respirasi

163 kali/menit

- Denyut jantung

310 - 840 kali/menit

- Pengambilan darah maksimum

7,7 ml/Kg

- Jumlah sel darah merah (Eritrosit)

8,7 - 10,5 x 106/l

- Kadar haemoglobin(Hb)

13,4 g/dl

- Jumlah sel darah putih (Lekosit)

8,4 x 103/l

b. Tikus
Relatif resisten terhadap infeksi, sangant cerdas, tenang dan mudah
ditangani. Ia tidak begitu bersifat fotopobik seperti halnya mencit dan
kecenderungannya untuk berkumpul sesamanya juga tidak begitu besar. Aktivitas
tidak demikian terganggu dengan adanya manusia disekitarnya. Suhu tubuh
normal 37,5o C. Laju respirasi normal 210 tiap menit. Bila diperlakukan kasar
( atau apabila ia mengalami defisiensi nutrisi ) tikus menjadi galak dan sering
IV.

V.

menyerang sipemegang.
Alat dan Bahan
Alat

Bahan

Baskom
Sarung tangan
Kawat
Bejana

Tikus
Mencit

Prosedur
a. Mencit
i. Mencit diangkat dengan memegang pada ujung ekornya dengan tangan kanan
dan dubiarkan menjangkau kawat dengan kaki depannya.
ii. Dengan tangan kiri, kulit tenguknya dijepit diantara telunjuk dan ibu jari.
iii. Kemudian ekornya dipindahkna dari tanagn kanan ke antara jari manis dan
jari kelingking tangan kiri, hingga mencit cukup erat dipegang. Pemberian
obat kini dapat dimulai.
b. Tikus
Tikus dapat diperlakukan seperti mencit, hanya harus diperhatika bahwa
sebaiknya bagian ekornya yang dipegang adalah pangkal ekor. Tikus dapat
diangkat dengan memegang perutnya ataupuna dengan cara sebagai berikut:

Tikus diangkat dari kandangnya dengan memegang tubuhnya atau ekornya dari
bejana, kemudian diletakan diatas permukaan kasar. Tangan kiri diluncurkan dari
belakang tubuhnya menuju kepala dan ibu jari diselipkan ke depan dan kaki kanan
di jepit diantara kedua jari tersebut.
VI.

Pembahasan
Pada praktikum kali ini adalah penangan hewan percobaan pada mencit dan tikus.
Yang dimana bertujuan agar dapat mengetahui bagaimana cara kita menangani hewan
percobaan pada mencit dan tikus. Pada percobaan penganganan ini akan melakukan
bagaimana cara memegang mencit dan tikus yang benar dan cara penentuan jenis
kelaminnya perlu pula diketahui. Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewan
adalah berbeda-beda dan ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar atau kecil)
serta tujuannya. Kesalahan dalam caranya akan dapat menyebabkan kecelakaan atau pun
rasa sakit bagi hewan (ini akan menyulitkan dalam melakukan penyuntikan atau
pengambilan darah, misalnya) dan juga bagi orang yang memegangnya. Adapun cara
memegang dan penentuan jenis kelamin untuk masing-masing hewan yang umum dipakai
dalam percobaan.
Mencit dapat dipegang dengan cara yang sama, yaitu dengan memegang pada
pada pangkal ekornya, kemudian mengangkat kaki belakang. Lebih baik lagi bila
ditempatkan di tempat yang agak kasar atau memakai ram kawat sehingga kaki depannya
tetap mencengkeram kawat. Angkat kira-kira kemudian pegang bagian belakang
tengkuknya dengan hati-hati. Pastikan tidak ada lagi kulit yang longgar, sehingga hewan
tidak bisa berpaling dan menggigit. Mencit biasanya tidak menggigit namun tampak
seperti kejang. Hal ini biasa dan bukan merupakan hal yang berbahaya. Tikus biasanya
akan berusaha menggigit saat dipegang. Tikus yang berukuran besar dapat dipegang
dengan cara meletakkan jari-jari pada seputar daerah dada dan jempol dibawah
rahang. Meski hal nya mencit hewan yang kecil apabila kita salah memegangnya maka
ketika melakukan pemberian obat peroral tidak akan berhasil yang biasanya kalau salah
maka obat tersebut akan keluar lagi yang disebabkan cara memegangnya salah.

VII.

Kesimpulan

Pada praktikum ini didapat cara perlakuan terhadap hewan percobaan yaitu
mencit dan tikus yang dimana sering digunakan sebagai hewan percobaan pada
VIII.

penelitian.
Daftar pustaka
Gan Gunawan, Sulistia 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta: FK-UI
Sudjadi, Bagad. 20007. Biologi kelas 2 sma. Jakarta: Yudistira
Sulaksono, M.E., 1992. Faktor Keturunan dan Lingkungan Menentukan Karakteristik
Hewan Percobaan dan Hasil Suatu Percobaan Biomedis. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai