Disusun Oleh :
Kelompok 1
2A Farmasi
I. Hari/Tanggal Praktikum
Selasa, 19 Februari 2019
a. Sedapat mungkin hewan percobaan yang akan digunakan bebas dari kuman
patogen, karena adanya kuman patogen pada tubuh hewan sangat menganggu
jalannya reaksi pada pemeriksaan, sehingga dari segi ilmiah hasilnya kurang dapat
dipertanggungjawabkan. Oleh karenanya, berdasarkan tingkatan kontaminasi kuman
patogen, hewan percobaan digolongkan menjadi hewan percobaan konvensional,
specified pathogen free dan gnotobiotic.
b. Mempunyai kemampuan dalam memberikan reaksi imunitas yang baik. Hal
ini ada hubungannya dengan persyaratan pertama.
c. Kepekaan terhadap sesuatu penyakit. Hal ini menunjukkan tingkat
suseptibilitas hewan terhadap penyakit.
d. Strain hewan percobaan harus sesuai atau cocok dengan tujuan pemeriksaan.
Meliputi strain yang menyangkut tentang sifat-sifat khasnya, manajemen
pemeliharaan, umur yang dikaitkan dengan berat badannya, jenis kelamin, dan data
fisiologisnya.
e. Mengikuti standar tertinggi sehubungan dengan nutrisi; kebersihan;
pemeliharaan; kesehatan sebelum, selama, dan sesudah eksperimen; etika.
f. Performan atau prestasi hewan percobaan yang dikaitkan dengan sifat
genetiknya, yaitu untuk menentukan kemampuan hewan percobaan dalam
memberikan suatu reaksi atau mempertahankan sifat khas dari populasinya. Untuk
pemeriksaan ini diperlukan kepastian kelompok hewan atau keseragaman genetic,
hingga variasi individu tidak banyak. Dari beberapa penjelasan tersebut di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa penggunaan hewan yang tidak jelas sumbernya atau system
pemeliharaannya tidak mengikuti aturan-aturan tertentu, tetap akan mempersulit
dalam memperoleh kesimpulan dalam pemeriksaan suatu bahan biologis.
Karakteristik utama tikus yakni relatif resisten terhadap infeksi, sangat cerdas,
tenang, dan mudah ditangani. Ia tidak begitu bersifat fotopobik seperti halnya mencit
dan kecenderungannya untuk berkumpul sesamanya juga tidak begitu besar. Aktivitas
tidak demikian terganggu dengan adanya manusia disekitarnya. Suhu tubuh normal
37,50C. Laju respirasi normal 210 tiap menit. Bila diperlakukan kasar (atau apabila ia
mengalami defisiensi nutrisi) tikus menjadi galak dan sering menyerang pemegang.
Karakteristik utama kelinci yakni jarang bersuara kecuali bila merasa nyeri,
jika merasa taka man akan berontak, suhu rektal umumnya 38-39,5 0C, suhu berubah
jika mengalami gangguan lingkungan, laju respirasi 38-65/menit, umumnya 50/menit
pada kelinci dewasa normal.
Alat
Mencit
Kelinci
Tikus
Mencit diangkat dengan memegang pada ujung ekornya dengan tangan kanan
dan dibiarkan menjangkau kawat kendang dengan kaki depannya
Dengan tangan kiri, kulit tengkuknya dijepit diantara telunjuk dan ibu jari
Kemudian ekornya dipindahkan dari tangan kanan ke antara jari manis dan jari
kelingking tangan kiri, hingga mencit cukup erat dipegang. Pemberian obat kini
dapat dimulai.
Tangan kiri diluncurkan dari belakang tubuhnya menuju kepala dan ibu jari
diselipkan ke depan dan kaki kanan depan dijepit diantara kedua jari tersebut.
Kelinci harus diperlakukan dengan halus dan sigap karena cenderung berontak.
Menangkap atau membalikan kelinci jangan mengangkat pada telinganya.
Untuk menangkapnya, kulit pada leher kelinci dipegang dengan tangan kiri,
pantanya diangkat dengan tangan kanan.
Jenis hewan
NO Gambar Keterangan
uji
Tegak lurus dari
kepala sampai
badan bagian
bawah
1 Mencit Mencit sulit
bergerak
Siap untuk diberi
sediaan.
Tegak lurus
dari kepala
sampai badan
bagian
bawah.
2 Tikus
Tikus sulit
bergerak
Siap untuk
diberi
sediaan.
3 Marmot - (Tidak dilakukan)
4 Kelinci - (Tidak dilakukan)
VIII. Pembahasan
Pada dasarnya menangani hewan percobaan baik mencit maupun tikus itu
sangat mudah akan tetapi akan menjadi sulit apabila tidak mengetahui karakterisasi
dari hewan itu sendiri sehingga dituntut untuk mengetahui karakter dari pada mencit
dan tikus. Proses penanganan mencit diawali terlebih dahulu dengan mengelus-ngelus
bagian kepala mencit supaya mencit tersebut tenang karena pada dasarnya kehadiran
manusia akan mengganggu aktivitasnya sehingga mencit merasa terancam.
Mengelus-ngelus kepala mencit juga bertujuan untuk mengurangi tingkat stress
mencit akibat merasa tercancam karena apabila mencit tersebut stress, mencit akan
mudah buang air kecil maupun besar akibatnya lantai atau kram kandang mencit akan
kotor. Selain itu ketika proses mengelus-ngelus kepala mencit ,ekornya dipegang
dngan tujuan untuk menahan agar mencit tidak terlalu berkeliaran. Ketika ekornya di
pegang tidak boleh terlalu lemah ataupun terlalu kuat sebab apabila ekor mencit
dipegang terlalu lemah ditakutkan terlepas dan apabila terlalu kuat ditakutkan mencit
semakin stress dan kesakitan sehingga diperlukan penanganan secara prikehewanan
terhadap mencit sehingga mencit tersebut merasa aman. Ketika mencit berlari dan
memberontak ketika ekornya dipegang maka jangan ditarik kuat-kuat akan tetapi
diikuti secara perlahan kemana mencit pergi untuk mencegah ekornya terputus.
Setelah mencit terasa tenang biarkan kaki depan mencit menjangkau ram kawat
kandang mencit sehingga proses penjepitan tengkuk mencit ditangani dengan mudah.
Kemudian jepit tengkuk kulitnya oleh jari telunjuk dan ibu jari setelah itu pindahkan
ekor mencit ke jari antara jari manis dan kelingking, tujuannya untuk membuat
mencit tidak bergerak karna apabila ekornya dibiarkan maka mencit memiliki
keleluasaan cukup untuk bergerak. Setelah dikira mencit erat untuk dipegang dalam
keadaan lurus tidak berdaya pemberian sediaan uji dapat dilakukan.
Berbeda halnya dengan mencit, pada awalnya dianggap mudah akan tetapi tikus
harus lebih hati-hati dalam menanganinya meskipun mudah ditangani tetapi apabila
terlalu kasar tikus dapat memberontak dan bisa saja menggigit dan menyerang
sehingga membuat luka. Keberadaan manusia tidak terlalu mengganggu aktivitas
tikus sehingga cara perlakuannya harus dengan cepat. Pertama-tama yang dilakukan
adalah dengan mengelus-ngelus kepala tikus untuk membuatnya rileks atau tenang
dan tidak stres. Setelah itu angkat bagian perut tikus dengan cara meluncurkan tangan
dari tubuh begian belakang menuju kepala dan ibu jari diselipkan kedepan dengan
kaki depan tikus di apit oleh jari tersebut sehingga pergerakan tikus terhambat.
Setelah dirasa benar-benar erat saat di pegang dan tikus dalam keadaan lurus
pemberian sediaan dapat dimulai dengan catatan apabila pemberian dengan sediaan
oral harus dilakukan secara tepat dan cepat karena apabila tidak tepat sediaan yang
diberikan bisa saja masuk kedalam paru-parunya dan membuat tikus tersebut mati.
IX. Kesimpulan
X. Daftar Pustaka
Sulaksono, M.E. 1987. Dilema Pada Hewan Percobaan Produk Biologis. Jakarta :
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI.