Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FARMASI ANALISIS 1

“ANALISIS KUALITATIF SENYAWA GOLONGAN ANTIBIOTIKA”

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktikum Kimia
Farmasi Analisis 1
Dosen Pengampu :
Dra. Hj. Lilis Tuslinah, M.Si.,Apt
Ade Yeni Aprilia, M.Si

Disusun Oleh :
Kelompok 5
3A Farmasi
31117050 Yasintha Desri

PRORAM STUDI S1 FARMASI


STIKes BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2019
PRAKTIKUM 4

1. Hari / Tanggal Praktikum


Senin, 30 September 2019
2. No. Sampel
255 dan 261
3. Tujuan Praktikum
Untuk menganalisis kualitatif senyawa golongan antibiotika
4. Tinjauan Pustaka
Antibiotik adalah semua senyawa kimia yang dihasilkan oleh
organisme hidup atau yang diperoleh melalui sintesis yang memiliki indeks
kemoterapi tinggi, dan manifestasi aktivitasnya terjadi pada dosis yang
sangat rendah. Serta secara spesifik melalui inhibisi proses vital tertentu
pada virus, mikroorganisme, atau berbagai organisme bersel majemuk
(Watimena et al, 1991).
Antibiotika terbagi menjadi beberapa golongan yaitu :
a. Golongan Beta Laktam
Terbagi menjadi derivate penisilin dan sefalosporin. Kerjanya
menghambat pembentukan dinding sel bakteri. Contohnya : Penisilin.
b. Golongan Aminoglikosida
Kerjanya menghambat sintesa protein sel bakteri. Contohnya :
Streptomisin, Gentamisin
c. Golongan Makrolida
Menghambat sintesa protein sel bakteri. Contohnya : Eritromisin
d. Golongan Tetrasiklin
Kerjanya menghambat sintesa protein sel bakteri. Contohnya :
Tetrasiklin
e. Golongan lainnya
Kloramfenkol : untuk penyakit typus. Rifampisin : untuk TBC
(Wahyuni, 2005).

Mekanisme kerja antibiotika dibagi menjadi 4 mekanisme, antara lain :

1. Mekanisme kerja antibiotika melalui penghambatan sintesis dinding sel


Dinding sel merupakan lapisan luar sel bakteri yang berfungsi
mempertahankan bentuk sel dan pelindung sel bakteri yang memiliki
tekanan osmotic internal yang lebih tinggi dari pada lingkungannya.
Tekanan osmotic internal bakteri gram positif lebih besar 3 hingga 5 kali
dari pada tekanan osmotic internal bakteri gram negative. Penghambatan
sintesis dinding sel menyebabkan sel lisis. Dinding sel bakteri mengandung
peptidoglikan yang secara kimia berisi polisakarida dan campuran rantai
polipeptida yang tinggi. Polisakarida dan peptidoglikan berisi gula amino
N-acetylglucosamine dan asam acetylmuramic. Sifat keras pada dinding sel
disebabkan oleh hubungan saling silang rantai peptyide (seperti melalui
ikatan pentaglycine) yang merupakan hasil reaksi transpeptidasi yang
dilakukan oleh beberapa enzim. Semua β-lactam mengahambat sintesis
dinding sel bakteri dengan berikatan pada reseptor sel (beberapa merupakan
enzim transpeptidase). Contoh Penicillin dan Cefalosporin.
2. Mekanisme kerja antibiotika melalui hambatan fungsi membrane sel.
Membaran sel bakteri berfungsi sebagai barrier permeabilitas
selektif, berperan dalam transport aktif dan mengontrol komposisi internal
sel. Ketika fungsi integritas membrane sel dirusak maka makromolekul dan
ion akan keluar dari sel, kemudian sel rusak dan mati. Antibiotika yang
menghambat fungsi membran sel akan berikatan dengan sterol yang
terdapat pada membrane sel bakteri. Contohnya kelompok polipeptida.
3. Mekanisme kerja antibiotika melalui penghambatan sintesis protein.
Aminoglikosida merupakan salah satu antibiotika yang menghambat
sintesis protein. Penghambatannya melalui penambahan aminoglikan pada
reseptor protein spesifik pada subunit 30S ribosom bakteri. Kemudian
aminoglikosida akan memblokir aktivitas inisiasi kompek normal
pembentukan peptide (mRNA+Formylmethionine+tRNA). Selanjutnya
akan terjadi salah pembacaan daerah pengenalan ribosom secara konsekuen
asam amino oksalat dimasukan ke dalam peptide sehingga menghasilkan
protein fungsional. Selanjutnya penambahan amino glikosida berakibat,
dalam pemecahan polisom menjadi monosom yang tidak dapat mensintesis
protein. Contohnya : Chloramphenicol dan Tetrasiklin.
4. Mekanisme kerja antibiotika melalui penghambatan asam nukleat
Antibiotik seperti rifampisin akan menghambat pertumbuhan
bakteri dengan ikatan yang sangat kuat dengan enzim DNA Dependent
RNA polymyrase bakteri, sedangkan antibiotic trimethoprim akan
menghambat sintesis asam nukleat melalui penghambatan enzim reductase
dihidrofolat, enzim ini mereduksi dihidrofolik terhadap asam
tetrahidrofolat, yang berperan dalam sintesis purin dan DNA. Contohnya :
Rifampisin (Sri, 2009).
Kloramfenikol

Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih


hingga putih kelabu atau putih kekuningan; Larutan praktis netral terhadap
lakmus P; stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam.
Kelarutan : Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dalam propilen
glikol, dalam aseton dan dalam etil asetat (Farmakope Indonesia Edisi V,
2014).
Ciprofloxacin

Siprofloksasin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
102,0% C17H18FN303, dihitung terhadap zat anhidrat.
Baku pembanding
Siproflokrasin Hidrokiorida BPFI, adalah bentuk monohidrat dari
siprofloksasin hidroklorida, tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan.
Tetapkan kandungan air secara titrimetri pada saat akan digunakan analisa
kuantitatif. Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya
(Farmakope Indonesia Edisi V , 2014).
5. Prosedur Kerja
5.1 Uji Organoleptik

Tidak berbau :
Thiamfenikol, Tetrasiklin
HCl, Oksitetrasiklin HCl,
Bau Eritromisin, Ampisillin,
Amoksisillin, Levofloxacin,
Isoniazid,

Putih : Amoksisillin,
Ampisillin,
Ethambutol, Isoniazid

Putih Kuning :
Kloramfenikol,
Thiamfenikol, Eritromisin,
Levofloxacin, Gentamisin,
Cefixime, Ceftriaxone
Warna
Kuning : Tetrasiklin HCl,
Oksitetrasiklin HCl,
Ciprofloxacin
Sampel

Cokelat-merah :
Rifampisin

Pahit : Oksitetrasiklin
Rasa HCl, Levofloxacin

Tablet : Ampicillin,
Amoxicillin, Levofloxacin,
Ciprofloxacin, Cefixime,
Isoniazid, Ethambutol,
Eritromisin.

Larutan : Kloramfenikol,
Tetrasiklin, Ampicillin,
Amoxicillin, Levofloxacin,
Bentuk Ciprofloxacin, Gentamisin,
Ceftriaxone, Rifampisin,
Oksitetrasiklin

Salep : Kloramfenikol,
Tetrasiklin, Ciprofloxacin,
Gentamisin, Oksitetrasiklin,
Eritromisin.
5.2 Uji Penegasan

Kloramfenikol + KOH + Piridin = Warna


merah ungu

Tetrasiklin + FeCl3 = Warna ungu coklat

Oksitetrasiklin HCl + HNO3 Pekat =


Warna Kuning

Eritromisin + HNO3 Pekat = Warna ungu


muda

Ampisillin + H2SO4 Pekat = Warna


kuning

Amoksisillin + Fehling A + Fehilng B =


Warna hijau-coklat endapan merah bata

Levofloxacin + HCl 4N + CoCl2 +


Sampel
NH4SCN = Endapan biru-hijau

Ciprofloxacin + Bromtimol+ Methylen


merah = Warna kuning-hijau

Gentamisin + Reagen Nessler = Warna


hitam

Cefixime + H2SO4 Pekat + HNO3 Pekat =


Warna kuning

Etambutol + CuSO4 + NaOH = Warna biru


intensif

Isoniazid + FeCl3 = Warna kuning endapan


cokelat merah

Rifampisin + FeCl3 = Warna hijau lumut


6. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
Sampel nomor 255
No. Cara Kerja Hasil Prediksi

1. Uji Organoleptik Bau : khas Antibiotik


Warna : Putih
Bentuk : Serbuk
Rasa : Sangat pahit
2. Uji Kelarutan Isoniazid,
Sampel + air Larut Etambutol,
Ciprofloxacin

3. Uji Penegasan
o Sampel + H2SO4 Bening
Pekat
o Sampel + FeCl3 Kuning Isoniazid

Sampel nomor 261


No. Cara Kerja Hasil Prediksi

1. Uji Organoleptik Bau : khas Kloramfenikol,


Warna : Putih Tetrasiklin,
Bentuk : Salep Ciprofloxacin,
Tekstur : Seperti Gentamisin,
lemak Oksitetrasiklin,
Eritromisin

2. Uji Kelarutan Kloramfenikol,


Sampel + kloroform Matriks larut Tetrasiklin,
Ciprofloxacin,
Gentamisin,
Oksitetrasiklin,
Eritromisin

3. Uji Penegasan
o Sampel + KOH + Bening
Piridin
o Sampel + FeCl3 Kuning
o Sampel + HNO3 Kuning Oksitetrasiklin
Pekat

Pembahasan

Pada praktikum analisis senyawa golongan antibiotika diberi dua


sampel yakni sampel nomor 255 dan sampel nomor 261. Prosedur pertama
yakni dilakukan uji organoleptik yakni bau, warna, bentuk, dan rasa pada
sampel nomor 255. Sedangkan pada sampel nomor 261 uji organoleptiknya
adalah bau, warna, bentuk, dan tekstur, dari bentuknya yakni salep dapat
diprediksi bahwa kloramfenikol, tetrasiklin, ciprofloxacin, gentamisin,
oksitetrasiklin, dan eritromisin.

Selanjutnya pada sampel nomor 255 sebelum dilakukan uji


penegasan, dilakukan vortex dan sentrifugasi sehingga didapat dua fase.
Setelah itu dilakukan uji penegasan dengan penambahan asam sulfat pekat
sehingga menghasilkan warna bening dan juga ditambahkan FeCl3 dan
menghasilkan warna kuning sehingga sampel diduga isoniazid. Dimana
jawaban yang seharusnya adalah Ciprofloxacin.

Pada sampel nomor 261 sebelum dilakukan uji penegasan,


dilakukan uji kelarutan dengan penambahan kloroform sehingga matriks
larut. Setelah itu dilakukan uji penegasan yakni ditambahkan KOH dan
piridin yang menghasilkan warna bening , dimana seharusnya berwarna
merah ungu. Selanjutnya ditambahkan FeCl3 yang menghasilkan warna
kuning. Selanjutnya ditambahkan HNO3 Pekat yang menghasilkan warna
kuning sehingga sampel diduga oksitetrasiklin. Dimana sampel yang
seharusnya adalah chloramphenicol.

7. Kesimpulan
Sampel nomor 255 adalah Isoniazid dan sampel nomor 261 adalah
Oksitetrasiklin, namun sebenarnya sampel nomor 255 adalah Ciprofloxacin
dan sampel nomor 261 adalah Chloramfenicol.
8. Daftar Pustaka
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta :
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasiaan dan Alat Kesehatan.
Sri A. D.G, L.Z. Udin, Ika G.K. dan Viena S.2009. Studi Biosintesis
Antibiotika dan Aktivitas Antibiotika dari Jamur Penicillinum
Chrysogenum PADA Berbagai Kondisi Proses Fermentasi.
Bandung : LIPI.
Wahyuni A.E.T.H., Wibawan I.W.T., Wibowo M.H. 2005. Karakterisasi
Hemoglutinin Streptococcus agalactiae dan Staphylococcus
aureus Penyebab Mastitis Subklnis pada Sapi Perah. Jurnal Sain
Veteteriner Vol. 23 No.2. Yogyakarta : Bagian Mikrobiologi
FKH-UGM.
Watimena JR et al. 1991. Farmakodinamik dan Terapi Antibiotik.
Yogyakarta : UGM.
9. Lampiran

Saat sampel akan disentrifugasi Sampel + FeCl3 = Warna kuning


Sampel + HNO3 Pekat = Warna Sampel + H2SO4 Pekat = Bening
kuning

Sampel + KOH + Piridin =


Bening

Anda mungkin juga menyukai