Kelompok Antibiotik
Gram-Positif Dapotomisin, Klindamisin, Linkomisin, Linezolid, Makrolid
(azitromisin, eritromisin), Sefalosporin generasi pertama
(sefadroksil, sefazolin), tetrasiklin dan doksisiklin,
Gram-Negatif Aztreonam, Aminoglikosida, Sefalosporin generasi kedua
(sefoksitin, cefotetan, seforuksim)
Gram-Positif dan Gram Negatif Ampisilin, ampisilin-sulbaktam, amoksilin, amoksilin-asam
klavulanat, Fluorokuinolon (levofloksasin), Karbapenem
(meropenem, ertapenem), Kloramfenikol, Ko-trimoksaol,
Piperasilin, Sefalosporin generasi ketiga (sefdinir, sefiksim,
sefotaksim, seftazidim, seftriakson)
3. Consentration dependent
Semakin tinggi kadar antibiotik dalam darah atas MIC maka semakin tinggi pula daya
bunuhnya terhadap bakteri. Antibiotik golongan ini memiliki rasio kadar MIC sekitar 10. Ini
mengandung arti bahwa rejimen dosis yang dipilih haruslah memiliki kadar dalam serum atau
jaringan 10 kali lebih tinggi dari MIC. Contohnya Aminoglikosid, Fluorokuinolon, Ketolid.
4. Time dependent
Berdasarkan profil PK/PD interval pemberian antibiotik dibedakan atas concentration-
dependent antibiotic dan time-dependent antibiotic. Untuk time dependent antibiotic,
efektivitas antimikroba ditentukan oleh lamanya pajanan mikroba terhadap antibiotik di atas
kadar MIC. Target waktu kadar antibiotik di atas MIC adalah 40-60% dari interval pemberian
dalam 24 jam. Misalnya, antibiotik golongan beta-laktam memerlukan konsentrasu antibiotik
lebih lama di atas MIC. Untuk mendapatkan kadar mantap dalam darah interval pemberian
antibiotik harus tetap misalnya setiap 8 jam, setiap 6 jam. Contohnya penisilin, sefalosporin,
eritomisin, linezolid, karbapenem.
5. Resistensi intrinsic
Resistensi bakteri terhadap antibiotik yang terjadi secara alamiah
Contohnya lapisan liposakarida (LPS) yang terdapat di bagian terluar sel gram negatif
sehingga secara alamiah bakteri gram negatif lebih kebal terhadap aktivitas antibiotik
dibanding bakteri gram positif.
2 contoh bakteri
o Escherichia coli
o Klebsiella pneumoniae