Anda di halaman 1dari 221

Kuliah Farmakologi – Toksikologi I

1
1. Pengantar
2. Sulfonamida
3. Penisilin & sefalosporin
4. Kloramfenikol, tetrasiklin
5. Aminoglikosida
6. Makrolida

2
Anti mikroba:
Obat pembasmi mikroba khususnya mikroba yang merugikan
manusia (bakteri/fungi)

Antibiotik :
Senyawa kimia yang diproduksi mikroorganisme dalam
konsentrasi kecil dapat menghambat pertumbuhan atau
membunuh mikroorganisme lainnya
Dapat dibuat secara semi sintetik atau sintetik

3
Fa
rm
ak
is
es

ok
Fa
s
en

in
rm
ita

et
tog

un

ak

ik
Pa

a
od
Im

in
am
ik
a
Sensitivitas/resistensi
4
Bakteriostatika/sida
Faktor penderita yang mempengaruhi sifat
farmakodinamika dan farmakokinetika

• Umur : neonatus, usia lanjut (posologi ??)


• Kehamilan : antibiotika yang aman ?
• Genetika : perbedaan reaksi terhadap obat
• Keadaan patologi tubuh hospes
sirosis hati : toksisitas tetrasiklin
waktu paruh linkomisin ??
gangguan ginjal : intoksikasi aminoglikosida

5
Seleksi obat-obat AM
• Perlu pengetahuan tentang :

• identitas mo, sensitivitasnya terhadap


obat
• tempat infeksi
• keamanan AM
• faktor pasien
• biaya pengobatan
6
Penggunaan antimikroba di klinik
Harus dipertimbangkan faktor :
• Gambaran klinik penyakit infeksi
• Efek terapi AM sebagai kerja AM terhadap biomekanisme
mikroba
• AM bukan merupakan obat penyembuh

AM dibutuhkan bila penyakit berlangsung lebih dari beberapa hari


7
Efek samping antimikroba
• Reaksi alergi
sistem imun tubuh hospes
tidak tergantung dosis
derajat beratnya reaksi bervariasi
• Reaksi idosinkrasi : reaksi abnormal yang
diturunkan secara genetika terhadap
antibiotika tertentu
• Reaksi toksik
• Perubahan biologi dan metabolik 8
Spektrum
Aktivitas Antimikroba
Streptomisin Gram (-)

Spektrum sempit

Penisilin Gram (+)

Gram (+)
Spektrum luas Kloramfenikol
Tetrasiklin
Gram (-)

9
A. Berdasarkan daya kerja
• Bakteriostatik : menghambat pertumbuhan dan
perkembangan bakteri
AB yang bekerja menghambat sintesis protein
Konsentrasi Hambat Minimal (KHM)

• Bakterisid : mematikan bakteri


AB yang bekerja menghambat sintesis dinding sel
Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM)
10
AB- Bakterisid
• Dapat dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan pola aktivitas :
1. Gol. Concentration dependent killing
aminoglikosid, kuinolon, metronidazol
2. Gol. Time dependent killing
AB-betalaktam, vankomisin, makrolid
Concentration dependent killing :
• Kadar AB , daya bakterisidal , lebih cepat dan ekstensif
• PAE (Post Antibiotic Effect) panjang
à frekuensi pemberian obat lebih jarang

Time dependent killing :


• Kadar AB tidak meningkatkan kecepatan maupun aktivitasnya
• Tetapi harus terus menerus mencapai kadar > KBM
• Kadar AB dalam serum < KBM à bakteri segera tumbuh kembali
• PAE tidak ada /pendek
B. Berdasarkan struktur kimia
1. Beta laktam: penisilin dan derivatnya, sefalosporin
2. Aminoglikosida: terdapat gula amin yang terikat
secara glikosida
3. Tetrasiklin; turunan dari oktahidronaftasen
4. Makrolida : makromolekuler dengan cincin lakton
5. Polipeptida : asam-asam amino yang terikat secara
peptida
6. Kloramfenikol derivat nitrobensen dan asam di klor
asetat
7. Antifungi: a. polien , b. antifungi lain
8. Tidak terklasifikasi : vankomisin, sikloserin,
novobiosin
13
C. Berdasarkan mekanisme kerja

1. Menggangu metabolisme sel mikroba


(sulfonamida)
2. Menghambat sintesis dinding sel mikroba
(penisilin)
3. Merusak keutuhan membran sel mikroba
(polimiksin)
4. Menghambat sintesis protein (aminoglikosida)
5. Menghambat sintesis asam nukleat (rifampisin)
14
1. Mengganggu metabolisme sel mikroba
(Penghambatan pertumbuhan oleh Analog)
Sulfonamida, trimetoprim,
PAS, sulfon

Bakteri perlu PABA(para amino benzoat)


untuk sintesis asam folat, yang diperlukan
dalam sintesis purin

Sulfa memiliki struktur seperti PABA,


sehingga bakteri yang menggunakan
sulfonamida akan menghasilkan asam folat
yang tidak berfungsi.
15
2. Menghambat sintesis dinding sel
(Penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin, sikloserin)

• Dinding sel bakteri terdiri dari peptidoglikan


• AB menghambat pembentukan ikatan sebrang silang
• Pada konsentrasi :
rendah menghambat ikatan glikosida sehingga
pembentukan dinding sel baru akan terganggu à
bentuk sel yang panjang tanpa sekat
Pada konsentrasi tinggi à pembentukan dinding sel
akan terhenti
• Kepekaan terhadap bakteri Gram (+) dan Gram (-)
tergantung pada :
kandungan peptidoglikan
ensim betalaktamase 16
• Kepekaan terhadap bakteri Gram (+) dan Gram
(-) tergantung pada :
kandungan peptidoglikan
ensim betalaktamase

17
3. Merusak keutuhan membran sel mikroba

• Polimiksin untuk bakteri Gram (-)


• Antibiotik polien untuk fungi, tidak berefek
pada bakteri karena dinding sel bakteri tidak
ada sterol
• Kerjanya merusak membran sel sehingga isi sel
(protein, asam nukleat, nukleotida dll) keluar
dari sel mikroba.

18
4. Menghambat sintesis protein sel mikroba

• Bakteri memiliki ribosom 70 S, sedangkan manusia 80 S


sehingga tidak menganggu sintesis protein manusia
• Kloramfenikol ribosom 50 s
• Tetrasiklin ribosom 30 S
• Streptomisin dan Gentamisin
Menghambat sintesis protein dengan cara merusak
polisom
bekerja terikat pada 30 S terjadi gangguan
pembacaan sandi mRNA kesalahan pada
pengaturan asam amino penghambatan pembentukan
rantai peptida terjadi protein yang tidak berfungsi
19
5. Menghambat sintesis asam nukleat

• Asam nalikdisat
menghambat sintesis DNA, tanpa menganggu
sintesis RNA bakteri Gram (-)
• Rifampisin
menghambat RNA polimerase à sintesis RNA
terganggu
efektif untuk bakteri Gram (+) dan (–)
• Isoniasid
tidak terbentuk asam mikolat 20
Penggunaan Kombinasi Antibiotik

Kombinasi dapat bersifat :


sinergis, antagonistik atau tanpa efek
v Sinergis
Penisilin/sefalosporin + aminoglikosida
Amfoterisin + rifampisin
v Antagonistik
bakterisid + bakteriostatik
v Sinergis atau aditif
21
Bakterisid dengan bakterisid
Kombinasi Antibiotik
Syarat umum kombinasi antibiotik baca di buku acuan
1. Kombinasi tetap
Setiap komponen diperlukan simultan
Misal: sulfadiazina+pirimetamin; ampisilin+sulbaktam

2. Kombinasi tidak tetap


Indikasi :
1.Infeksi campuran yg tdk teratasi dengan AB tunggal
2.Resistensiàmis: tuberkulostatika
3.Efek sinergistikàmisalnya: aminoglikosida+penisilin
4.Terapi sementara untuk infeksi berat
Kombinasi anti mikroba
• Pengobatan infeksi campuran :
Perionitis:enterobacteriacea, kokus Gram (+) anaerob
Gentamisin : enterobacteriaceae
Ampisilin : kokus Gram (+)
Metronidazol : anaerob
• Terapi permulaan untuk infeksi berat dengan
etiologi belum jelas
• Sinergi : amoksilin + asam klavulanat (=
menghambat ensim perusak amoksisilin)

23
Profilaksis antimikroba
1. Melindungi seseorang yang terpajan kuman
tertentu ( Penisilin G à infeksi Streptokokus
Grup A )
2. Mencegah infeksi bakteri sekunder pada seseorang
yang sedang menderita penyakit lain
3. Mencegah endokarditis pada pasien kelainan katup
atau struktur jantung lain yang akan menempuh
prosedur yang sering menimbulkan bakteremia
(Contoh : endokarditis terjadi karena kolonisasi
kuman pada katup jantung yang rusak )
4. Tindakan bedah tertentu : bedah kolon, amputasi
ekstremitas, luka luas dan kotorà sesaat sebelum
24
operasi sampai 24 jam sesudah operasi
PROFILAKSIS ANTIBIOTIK
• Resiko :
• ES obat yang tidak diperlukan
• Resistensi
• Biaya tinggi

• Missuses AB
• AB digunakan pada:
• Infeksi virus
• Profilaksis berlebihan
• AB toksik untuk terapi infeksi remeh
Sebab kegagalan terapi
• Dosis yang kurang
• Waktu terapi yang kurang
• Faktor mekanik
abses
benda asing menggagalkan
terapi
jaringan nekrotik
tindakan yang dilakukan
• Etiologi yang salah
• Faktor farmakokinetika
• Pilihan antibiotik yang kurang tepat
• Faktor pasien 26
Penggunaan antibiotika rasional

Kriteria :
Tepat diagnosis
Tepat indikasi
Tepat dosis, cara dan lama pemberian
Tepat peracikan dan pemberian
informasi
Tepat pemilihan obat
Tepat dalam upaya tindak lanjut
Kepatuhan pasien
27
Strategi dasar terapi-AB
• Goal utamaà membunuh bakteri tanpa membahayakan jaringan
selective toxicity
• Identifikasi kuman penyebab infeksi
à - uji laboratorium
- EDUCATED GUESS
• Gunakan AB SPEKTRUM tersempit
• AB spektrum luas diindikasikan untuk kondisi tertentu
Terapi Empirik-antibiotik
• Penggunaan AB sebelum patogen penyebab suatu infeksi
diidentifikasikan in vitro
• Berdasarkan pengalaman thd entity klinik tertentu
• Justifikasi :
• Hasil akan lebih baik dengan intervensi dini ( e.g community
acquired pnemonia, sulit diidentifikasi etiologi yang spesifik
Terapi Empirik-antibiotik
Sebaliknya
ada banyak keadaan klinik dimana terapi empirik dapat
berbahaya
e.g penderita neutropenik dengan demam
àvariasi etiologi luas
à ambil spesimen untuk kultur lab
pilih AB spektrum sesempit mungkin berdasarkan kultur
Evidence base medicine

Anamnesis/pem.fisik

Gejala klinik Diagnosis kerja Diagnosis banding


-lab
-kultur
-Educated guess

Diagnosis Etiologi
Educates guess
F.Kuman: uji kepekaan F. Penderita
F.Obat : f’kinetik Usia, f.organ (renal,hepar)
f’dinamik, e.samping, Kondisi fisik:hamil, daya tahan tubuh
e.toksik

Pemilihan obat secara rasional Harga

Terapi obat rasional


Resistensi sel mikroba
Suatu sifat tidak terganggunya sel mikroba oleh
AM
Mekanisme pertahanan alamiah dari sel mikroba

Penyebab resistensi :
• Penggunaan antibiotik yang tidak tepat
• Dosis
• Pemakaian yang tidak teratur/ tidak kontinu
• Lama penggunaan yang tidak cukup

32
Mekanisme resistensi
1. Perubahan tempat kerja obat pada mikroba
2. Mikroba menurunkan permeabilitasnya
sehingga obat sulit masuk ke dalam sel
3. Inaktivasi obat oleh mikroba
4. Mikroba membentuk jalan pintas untuk
menghindari tahap yang dihambat oleh
antimikroba
5. Meningkatkan produksi ensim yang dihambat
oleh antimikroba. 33
Cara mengatasi resistensi

• Menggunakan dosis yang benar, sehingga tidak


terjadi / terbentuk mutasi
• Menggunakan 2 macam antibiotika yang tidak
memiliki resistensi silang ( memiliki struktur yang
mirip)
• Mencegah penggunaan antibiotika secara
berlebihan terutama bila ada mikroba rumah sakit

34
• Resistensi silang
• Pada struktur yang mirip : Eritromisin dengan
oleandomisin
Neomisin dengan kanamisin

35
Superinfeksi
• Infeksi baru yang terjadi sewaktu pengobatan terhadap infeksi
primer sedang dilakukan

• Umumnya disebabkan oleh : Ps. Aeroginosa, Enterobacteriaceae,


candida atau jamur
àkemungkinan sulit diatasi oleh antibiotik yang ada
Superinfeksi
• Disebabkan oleh penghentian pengaruh hambatan pada flora
normal

• Makin luas spektrum AB yang digunakan makin besar


perubahan pada mikroflora normal dan makin besar à
patogen
38
Sulfonamida

FKK( Farmakologi) FFUP

1
Sulfonamida
• Bakteri butuh asam folat sebagai koenzim
Untuk sintesis purin dan pirimidin
(prekursor DNA dan RNA)
• Senyawa-senyawa lain untuk
pertumbuhan selular dan replikasi
• Bila asam folat tidak ada, sel2 tidak dapat
tumbuh atau membelah.

2
Sulfonamida
• Obat gol Sulfa adalah penghambat sintesis
asam folat
• Sampai sekarang masih digunakan karena
relatif murah dan efektif untuk infeksi
bakteri pada traktus urinarius dan trakoma
• Bakteri banyak yang mutan, maka
dikembangkan kombinasi yaitu :
Sulfametoksazol dan trimetophrin
Kotrimoksazol

3
Kelompok Sulfanamida
• Absorpsi & ekskresi cepat : sulfadiazin, sulfisoksazol
• Absoprsi sedikit; suksinilsulfatiazol
• Pemakaian lokal; sulfasetamid

Penggunaan klinik
• Disentri basiler
• Meningitis
• Infeksi saluran kemih (ISK)
• Nokardiosis
• Toksoplasmosis

4
Kristal putih
Sukar larut dalam air (garam Na mudah larut- intravena)
Bakteriostatika , pada kadar tinggi (urin)à bakterisida
Sifat antibakteri tergantung pada substiuen pada :
-- gugus amido (SO2-NH-R)
-- gugus amino (NH2)
Spektrum antimikroba luas, tapi lebih < daripada Antibiotika
Gram (+) dan Gram (-)
Kuman yang resisten : strain meningokokus,pneumokokus,
staphylococus dan gonokokus
Efek antimikroba sulfa dihambat bila terdapat darah, nanah,
jaringan nekrotik

5
Dihidropteroat sintetase

Asam dihidrofolat

Dihidrofolat reduktase

Purin DNA

6
EFEK NON TERAPI
Gangguan saluran kemih
pH netral atau asam à kristaluria, hematuria,
obstruksi
pencegahan: minum banyak air
alkalinisasi urin ( 5- 15 g NaHCO3)
Gangguan sistem hematopoetik :
Anemia hemolitik akut
Agranulositosis
Trombositopenia
Eosinofilia
Reaksi alergi

7
POSOLOGI
• Kortimoksazol (TMP 80 mg dan sulfametoksazol 400 mg )
• Infeksi saluran kemih dan bronkitis
Dewasa dan anak-anak diatas 12 tahun
2 tablet diberikan setiap 12 jam; lama terapi 5 – 7
hari
Anak dibawah 12 tahun
TMP 6 mg /kg – 30 mg / kg SMZ setiap 12 jam
• Pneumocystis
TMP 20 mg /kg –100 mg /kg SMZ
• Gonorrhoe
5 tablet diikuti dengan 5 tablet setiap 8 jam selama 3
hari
• Chancroid
2 tablet 2 x sehari selama 7 hari

8
9
1
Ditemukan oleh Alexander
Fleming ( 1928 ) dari
Penicillium notatum
Asam organik dengan inti
siklik yaitu cincin tiazolidin
(a) dan cincin beta laktam
(b)
Rantai samping mengikat
radikal berbagai penisilin
Beberapa penisilin hilang
aktivitasnya : suasana asam,
enzim penisilanse yang akan
memecah cincin beta laktam.

2
Jenis penisilin Tahan Spektrum AM
Penisilinas Asam
e
Penisilin alam
Bensil penisilin - - Sempit
Fenoksi penisilin - + Sempit
Penisilin antistafilokokus
Metisilin, nafsilin + - Sempit
Penisilin isoksazolil
Oksasilin, klosasilin + - Sempit
Diklosasilin, fluklosasilin + - Sempit
Aminopenisilin
Ampisilin, Amoksisilin - + Luas
Penisilin Antipseudomonas
Karbenisilin, Tikarsilin, Azlosilin - - Luas
3
Penisilin dg spektrum diperluas
Mikroba Gram positif dan Spirokaeta
Mikroba Gram negatif :
Streptokokus N. gonorrhoae
Stafilokokus Salmonella
Pneumokokus Shigella
H. influenzae
P. vulgaris
E. coli

4
Figure 43-3. A highly simplified diagram of the cell envelope of a gram negative
bacterium. The outer membrane, a lipid bilayer, is present in gram-negative but not gram
positive organisms. It is penetrated by porins, proteins that form channels providing
hydrophilic access to the cytoplasmic membrane. The peptidoglycan layer is unique to the
bacteria and is much thicker in gram positive organisms than in gram negative ones.
Together, the outer membrane and the peptidoglygan layer constitute the cell wall.
Penicillin binding proteins (PBPs) are membrane proteins that cross-link peptidoglycan.
Beta-lactamases, if present, reside in the periplasmic space or on the outer surface of the
cytoplasmic membrane, where they may destroy beta lactam antibiotics that penetrate the
outer membrane.
5
Pembentukan ensim beta laktamase
S aureus, H influenzae, Gonococcus
Ensim autolisin kuman, tidak bekerja
Kuman tidak mempunyai dinding sel
Perubahan PBP atau obat tidak dapat
mencapai PBP

PBP = Penicillin Binding Proteins


6
Absorpsi :
Penisilin G mudah rusak dalam suasana asam
Oral : ampisilin
Jumlah diabsorpsi tergantung pada:
Besarnya dosis
Ada tidaknya makanan dalam saluran cerna
Amoksilin : jauh lebih baik dibandingkan ampisilin
Metisilin dan nafsilin dirusak asam lambung (tidak
diberikan oral)

Distribusi :
Penisilin G distribusi luas, ikatan protein 65 %
Ampisilin distribusi luas, ikatan oleh mikroba?

Biotransformasi : dilakukan oleh mikroba ?

Ekskresi melalui sekresi tubuli ginjal


7
1. Reaksi alergi : rash, eosinofilia, demam, angioudem,
dermatitis, syok anafilaksis
2. Reaksi iritasi dan toksik :

Ototoksisitas : sel rambut, kohlea, sel sensoris


krista ampularis vestibularis.Gangguan
pendengaran > 4000 Hz,
Nefrotoksisitas : tubuli proksimal ginjal
Neurotoksisitas
Perubahan biologi
gangguan flora normal
gangguan absorpsi di usus.

8
Infeksi kokus Gram positif
contoh : Pneumococcus, meninggitis, endokarditis,
Streotococus, Staphylococcus
Infeksi kokus Gram negatif
Contoh : Meningcoccus, gonococcus
Infeksi batang Gram positif
Contoh : diphteri, klostridia, antraks dan listeria
Infeksi batang Gram negatif
Contoh : Salmonella, Shigela., H influenza, Pasteurella

9
Profilaksis bermanfaat:
infeksi Strep. Pyogenes Grup A
kambuhnya demam rematik
gonorrhoe dan sifilis
pembedahan pada pasien dengan kelainan katup
jantung
Profilaksis diragukan
tindakan pembedahan
kataterisasi jantung
ketuban pecah dini
penyebaran infeksi S. aureus.
Profilkasis tidak bermanfaat
infeksi virus
koma, syok, luka bakar
perawatan luka bersih
gagal jantung

10
Inti dasar :asam 7 amino sefalosporanat (ACA)
hidrolisis asam sefalosporin C à 7 ACA
dikembangkan berbagai derivat sefaloporin
Sefalosporin C resisten terhadap penisilinase tetapi
dirusak oleh sefalosporinase.
Ditemukan tahun 1948 oleh Brotzu dari fungus
Cephalosporium acremonium

11
Generasi pertama :
Efektif : S aureus, Streptokokus, Cl.
perfringens,
Corynebacterium, diphteriae ( Gram positif )
Generasi ke dua
kurang aktif terhadap bakteri Gram positif
H. influenzae. P. vulgaris, E coli dan Klebsiela
Generasi ke tiga
Kurang aktif terhadap Gram positif
Efektif terhadap Enterobacteriaceae, strain
penghasil penisilinase

12
} Oral : absorpsi melalui saluran cerna
Contoh : sefaleksin, sefaklor, sefadroksil
} Parenteral : iritasi lokal dan nyeri pada pemberian IM
contoh : sefalotin, sefapirin IV.
} Melewati sawar darah, uri, kadar tinggi dicairan
sinovial, cairan pericardium.
} Diekskresi dalam bentuk utuh; dosis dikurangi pada
penderita gangguan fungsi ginjal.

13
Reaksi alergi
Reaksi anafilaksis dengan spasme bronkus, urtikaria
Reaksi Coombs à dosis tinggi
Nefrotoksis
Diare ; ekskresi melalui empedu (mengganggu flora)
sefoperazon
Perdarahan hebat;hipoprotrombinemia, disfungsi
trombosit

14
} Generasi pertama
Sefaleksin : dewasa : 1-4 g/hari dibagi dalam 4 dosis
anak : 25-50 mg/hari dibagi dalam 4 dosis
Sefradin : dewasa : 1-4 g/hari dibagi dalam 4dosis
anak : 25-50 mg/hari dibagi dalam 4 dosis
} Generasi ke dua
Sefaklor
} Generasi ke tiga :
Moksalaktam : dewasa : 2-4 g IM tiap 8- 12 jam
anak :150 - 200 mg/kg /hari (3 – 4 dosis)
Dianjurkan untuk pemberian profiklasis vitamin K 10 mg setiap
minggu pertama

15
Uricosuric agent :
menghambat ekskresi Beta laktam sehingga
meningkatkan konsentrasi dalam serum
contoh : probenesid, aspirin dosis tinggi
Copper reduction test for glycosuria; false
positive test for glycosuria.

16
Infeksi Klebsiela
DOC : meningitis oleh bakteri Gram negatif
enterik
Infeksi H. influenzae
sefalosporin generasi kedua dan ketiga~(ampisilin
kloramfenikol

Digunakan hanya untuk :


infeksi berat
tidak dapat diobati dengan antibiotika lain

17
18
Klortetrasiklin
Strept. aureofaciens
Sem
isin Streptomyces sp
Oksitetrasiklin teti
s
Strept. rimosus

Bentuk basa à sukar larut


Bentuk garam natrium atau HCl à mudah larut
Dalam keadaan kering bentuk basa /garam
HClà stabil

1
— Tetra siklin pertama aureomisin
— Dari streptomyces aureofaciens
— Oksitetrasiklin dari streptomyces
rimosus

2
Jenis tetrasiklin R7 R6 R5 Cl (mL/menit)
Klortetrasiklin -Cl -CH3 -H 35
Oksitetrasiklin -H -CH3 -OH 90
Tetrasiklin -H -CH3 -H 65
Demeklosiklin -Cl -H -H 35
Metasiklin -H =CH2* -OH 31
Doksisiklin -H -CH3* -OH 16
Minosiklin -N(CH3)2 -H -H 10

* Tidak terdapat gugus – OH pada C6 untuk metasiklin dan doksisiklin


3
Mekanisme kerja
Masuknya obat diperantarai oleh
transpor protein ke dalam membran dalam
sitoplasmik bakteri
Menghambat sintesis protein bakteri pada
ribosom 30 S
Proses transport tetrasiklin ke sel mikroba
Difusi pasif melalui kanal hidrofilik
Sistem transport aktif
Tetrasiklin berikatan ~ ribosom 30S dan
menghambat akses perubahan amino asil –t
RNA menjadi kompleks ribosom mRNA di
akseptor, sintesis protein bakteri.

4
Aktivitas antimikroba

— Mikroba yang cepat membelah


— Bakteriostatik

Spektrum antimikroba
— Bakteri Gram (+), (-), aerob dan anaerob
— Spirokaeta, mikoplasma, riketsia, klamidia, legionela dan
protozoa tertentu
-- Tidak untuk infeksi streptokokus à penisilin G,
eritromisin, sefalosporin
— Sebagai pengganti gol penisilin
◦ Batang Gram positif : B. anthracis, Clostridium tetani
◦ Batang Gram negatif; Brucella, Vibrio cholerae
— Kadar tinggi à Entamoeba histolytica

5
Resistensi
— Adanya faktor R ketidak
mampuan organisme untuk
mengakumulasi obat
— Modifikasi tempat pengikatan
tetrasiklin
— Resisten terhadap salah satu
Tetrasiklin, juga resisten terhadap
yang lainnya.

6
Klasifikasi berdasarkan sifat farmakokinetika

1. Absorpsi tidak lengkap , waktu paruh 6 -12


jam
Tetrasiklin, klortetrasiklin, oksitetrasiklin
2. Absorpsi lebih baik, waktu paruh 16 jam
Demetilklortetrasiklin; per -oral (150 mg)
tiap 6 jam
3. Absorpsi baik sekali , waktu paruh 17 – 20
jam Doksisiklin dan minosiklin; 1-2 x 100 mg
sehari.

7
Farmakokinetika
Absorpsi
diserap dalam sal cerna (lambung dan usus halus bagian atas)
à 30 – 80 %
Penghambatan absorpsi oleh :
makanan
pH yang tinggi
logam polivalen (dalam antasida)à membentuk senyawa
kelat
q Berikan : sebelum makan atau 2 jam setelah makan
Distribusi
Ditimbun dalam sistem retikuloendotelial di hati, limpa,
sumsum tulang, dentin dan email gigi yg belum bererupsi.
Menembus sawar uri dan terdapat dalam air susu ibu.
Ekskresi; melalui urin (filtrasi glomerulus) dan empedu

8
Figure 11-2. Serum concentrations after a single oral dose of 300 mg of
9
demethylchlortetracycline (Gibaldi,1984)
Efek Samping

Reaksi kepekaaan
Erupsi morbiliformis, urtikaria dan dermatitis
Oedem angioneurotik dan anafilaksis
Deman dan eosinofili
Reaksi toksik dan iritasi
Iritasi lambung; terutama oksitetrasiklin, doksisiklin
Diare akibat iritasi (bedakan dengan diare akibat
super infeksi Staphylococcus, Cl. Difficille yang
sangat berbahaya

10
Efek Samping (2)
Tromboflebitis
Kelainan darah tepi
Reaksi fototoksik
Hepatotoksisitas
Perubahan warna gigi (pertengahan kedua
kehamilan – anak umur 8 tahun)
Sindrom Fanconi, gejala poliuria, polidipsia,
proteinuria, asidosis,glukosuria, amino-asiduria,
mual dan muntah
Ø Akibat minum tetrasiklin
kadaluwarna/degradasi à anhidro-4
epitetrasiklin
Minosiklik à vestibulotoksik ; vertigo, ataksia,
muntah

11
Efek samping akibat perubahan biologik

— Super infeksi kuman yang resisten dan


jamur, sering terjadi dalam rongga mulut
dan faring
Manifestasi superinfeksi à diare
— Faktor predisposisi à DM, leukemia, LES
(Lupus Eritematosus Diseminata) , daya
tahan tubuh <, penderita dengan terapi
kortikosteroid jangka panjang .

12
Usaha untuk memperkecil efek non terapi

1. Tetrasiklin tidak diberikan pada wanita hamil


2. Jangan diberikan pada anak-anak tanpa indikasi
yang kuat
3. Hanya doksisiklin yang aman untuk pasien gagal
ginjal
4. Hindarkan pemakaian untuk tujuan profilaksis
5. Sisa obat yang terpakai segera dibuang
6. Jangan berikan obat ini pada pasien yang
hipersensitif

13
Penggunaan klinik
— Trakoma: Tetrasiklin + doksisiklin (oral) 40
hari à hasilnya memuaskan
— Uretritis non spesifik: tetrasiklin 4 x 500
mg sehari (7 hari)
— Kolera; mengurangi kebutuhan infus 50 %
untuk mencapai kondisi rehidrasi
— Akne vulgaris; menghambat produksi asam
lemak dari sebum
— Profilaksis pada penyakit paru obstruktif
menahun

14
Interaksi obat
Kombinasi tetrasiklin dengan :
metoksifluoran à nefrotoksik
penisilin : aktivitas antimikroba penisilin
terhambat
antasida (logam bivalen);
bioavailabilitas tetrasiklin berkurang ,
karena terbentuk senyawa kelat yang
tidak diabsorpsi

15
16
ANTIVIRUS

Farmakologi I
Program Diploma III
FFUP
SIKLUS HIDUP VIRUS DALAM SEL
Absorpsi dan penetrasi ke dalam sel inang
Uncoating (pengupasan asam nukleat virus)
Sintesis protein awal (protein regulator)
Sintesis virus RNA atau DNA
Sintesis protein akhir (protein struktural)
Pembentukan partikel virus
Pelepasan virus baru dari dalam sel
Siklus hidup virus dalam sel
Dihambat oleh amantadin

Dihambat oleh purin,


Penetrasi Uncoating analog pirimidin,
Absorpsi reverse transkriptase inhibitor
Sintesis protein awal

Sintesis asam nukleat

Sintesis protein akhir


Dihambat oleh
Pembentukan virus baru protease inhibitor
Pelepasan virus baru
KLASIFIKASI OBAT ANTIVIRUS
Antiretrovirus (HIV)
Agen untuk infeksi virus herpes dan
Citomegalovirus (CMV) : asiklovir,
sidovofir, famsiklovir, gansiklovir,
foskarnet, vidarabin, trifluridin
Agen antihepatitis : entecavir, interferon
Agen antiinfluenza dan infeksi virus
saluran pernapasan lain : amantadin,
ribavirin, oseltamivir, zanamivir
OBAT ANTIRETROVIRAL (HIV)
Klasifikasi :
 Inhibitor reverse transkriptase nukleosida (IRTN):
cth. zidovudin, lamivudin, zalcitabin, stavudin,
didanosine, abacavir
 Inhibitor reverse transkriptase non-nukleosida
(IRTNN) :
cth. nevirapine, delavirdine, efavirens
 Inhibitor protease :
cth. saquinavir, ritonavir, indinavir, nelfinavir,
amprenavir
OBAT ANTIRETROVIRAL (HIV) : IRTN
Zidovudin
 Didalam tubuh dikonversi jadi bentuk trifosfat oleh
timidin kinase :  hambat reverse transkriptase
virus terminasi sintesis DNA virus
 Pemberian per oral; sedikit dapat masuk ke CSS
 Indikasi : infeksi HIV, memperpanjang harapan
hidup pasien
 Wanita hamil : bisa menekan transmisi virus secara
vertikal (janin)
 ES : mielosupresi (agranulositopenia, anemia),
mual, insomnia
 Interaksi obat : hindari pemberian bersama
mielosupresan lainnya (gansiklovir, ribavirin)
OBAT ANTIRETROVIRAL (HIV) : IRTN
Lamivudin
• Dalam tubuh dikonversi jadi bentuk trifosfat
• Hambat reverse transkriptase virus
• Bekerja sinergis dengan zidovudin
• Indikasi : HIV dan infeksi virus hepatitis B
• ES : pankreatitis

Didanosin
 MK : terminasi sintesis DNA
 ES : neuropati perifer, pankreatitis
OBAT ANTIRETROVIRAL (HIV) : IRTN

Zalcitabin
 Diaktifkan secara trifosforilasi
 Terminasi sintesis DNA virus
 Kurang efektif, namun harganya murah
 ES : neuropati perifer, ulserasi esofagus

Stavudin
o Memerlukan pengaktifan secara trifosforilasi
o MK : hambat reverse transkriptase, cincin terminator
o ES : neuropati perifer
OBAT ANTIRETROVIRAL (HIV) : IRTNN

Nevirapin
 Indikasi : infeksi HIV pada dewasa dan anak-anak
 Dikombinasi dengan obat antiviral lain

Efavirens
 Memperlihatkan efek yang baik jika dikombinasi
dengan antiviral lain
 Pemberian sekali sehari
 ES : keluhan SSP, ruam kulit, teratogenik pada
penelitian terhadap hewan coba
OBAT ANTIRETROVIRAL (HIV) :
PROTEASE INHIBITOR
Saquinavir
 Hambat aktivitas HIV protease
 Jika dikombinasi dengan IRTN  efek aditif
atau sinergistik
 Bioavalibilitas PO buruk, makanan
meningkatkan absorpsi
 Rifampisin dan rifabutin menurunkan kadar
saquinavir dalam darah
 ES : keluhan GIT
OBAT ANTIRETROVIRAL (HIV) :
PROTEASE INHIBITOR
Indinavir
Hambat protease HIV-1, enzim penting pada
pembentukan virus matur
Dikombinasi dengan IRT untuk memperlambat
resistensi
ES : hiperbilirubinemia, nefrolitiasis
Nasehat terhadap pasien untuk banyak minum
PRINSIP TERAPI OBAT ANTIRETROVIRUS

1. Gunakan kombinasi 3 obat pada awal terapi


2. Jika mungkin, hindari penggunaan obat yang sudah pernah
digunakan pasien
3. Hindari kombinasi obat dengan toksisitas yang sama
4. Hindari obat yang dikontraindikasikan terhadap pasien
5. Hindari obat yang memiliki banyak interaksi
6. Terapi lini pertama : mulai dengan 2 IRTN (mis. Zidovudin dan
lamivudin) + 1 IRTNN (mis. Nevirapin) atau 1 inhibitor protease
(mis. Indinavir)
7. Jika kombinasi pertama gagal, kembali ke no-1 dan gunakan
minimal 2 obat yang sudah pernah digunakan pasien atau
pertimbangkan terapi lini kedua
ANTIVIRUS UNTUK VIRUS HERPES DAN
CITOMEGALOVIRUS (CMV)
Asiklovir
• Diubah oleh timidin kinase virus menjadi derivat monofosfat
(asikloguanosin monofosfat)
• Selanjutnya diubah lagi oleh enzim host (GMP kinase dan
fosfotransferase) menjadi derivat di- dan trifosfat, akibatnya :
– Terminasi DNA virus prematur
– Hambat DNA polimerase virus
• Indikasi : virus herpes simpleks tipe I dan II, virus varicella-
zoster
• ES : iritasi GIT, iritasi kulit lokal (pemakaian topikal)
ANTIVIRUS UNTUK VIRUS HERPES DAN
CITOMEGALOVIRUS (CMV)
Gansiklovir
 Merupakan prodrug yang diaktifkan seperti pada asiklovir
 Hambat DNA polimerase virus pada tahap akhir
 Indikasi : retinitis oleh CMV
 ES : mielosupresi, karsinogenik dan embriotoksik terhadap
hewan

Famsiklovir
 Dimetabolisme menjadi pensiklovir (bentuk aktif)
 Indikasi : herpes genital rekurens
ANTIVIRUS UNTUK VIRUS HERPES DAN
CITOMEGALOVIRUS (CMV)
Foskarnet
 Hambat DNA dan RNA polimerase virus
 Pemberian : IV saja
 Indikasi : retinitis CMV yang resisten terhadap gansiklovir
 ES : nefrotoksik, hipokalsmia, hipomagnesemia, hipokalemia
Trifluridin
 Analog pirimidin
 Pemberian topikal untuk keratokonjungtivitis oleh virus herpes
simpleks
 Hambat sintesis DNA virus
ANTIVIRUS UNTUK VIRUS HERPES DAN
CITOMEGALOVIRUS (CMV)
Vidarabin
 Analog nukleosida, hambat DNA polimerase virus
 Pemberian IV dan topikal
 Indikasi : keratokonjungtivitis oleh HSV (topikal), ensefalitis
oleh HSV (IV)

Sidovovir
 Analog nukleotida
 Indikasi : retinitis oleh CMV
 Pemberian : IV dan topikal
 ES : nefrotoksik
 KI : wanita hamil (teratogenik terhadap hewan coba)
ANTIVIRUS UNTUK HEPATITIS

Entecavir
• Analog guanosin; hambat HBV polimerase
• Bioavailibilitas oral baik
• Indikasi : hepatitis B kronik

Interferon
• Dibentuk oleh host (leukosit, fibroblas, limfosit-T)
• Menduduki reseptor pada membran sel host  mensintesis
protein yang menghambat sintesis protein virus
• Indikasi : hepatitis B dan C, infeksi virus herpes zoster, hairy
cell leukemia, AIDS-related Kaposi’s sarcoma
• ES : flu like syndrome, leukopenia, trombositopenia
ANTIVIRUS UNTUK INFEKSI
SALURAN PERNAFASAN
Amantadin
 MK : hambat uncoating virus
 Indikasi : virus influenza A pada 48 jam pertama infeksi dan
untuk profilaksis
 ES : insomnia, ataksia, intoleransi gastrointestinal

Ribavirin
 Hambat sintesis mRNA virus
 Indikasi untuk infeksi RSV berat pada anak-anak (aerosol) dan
juga untuk hepatitis B (dikombinasi dengan interferon)
 ES : anemia transien, hiperbilirubinemia
 KI : wanita hamil
ANTIVIRUS UNTUK INFEKSI
SALURAN PERNAFASAN

Oseltamivir dan Zanamivir


MK : hambat neuraminidase virus yang berperan
pada pelepasan virus dari sel yang terinfeksi
Zanamivir dapat diberikan intranasal
Indikasi : pengobatan dan profilaksis influenza
ES : zanamivir ditoleransi baik
Oseltamivir : abdominal discomfort, sakit kepala
Sondang khairani.
 Pertama kali diisolasi dari ekstrak ergot
 Dihasilkan oleh bakteri yang
mengkontaminasi ergot
 Histamin ditemukan pada berbagai organ
tubuh histamin (histos=jaringan)
 Bukti :
 Penggoresan kulit  dilepaskan zat mirip
histamin (H-substance) terbukti histamin
 Histamin berinteraksi dengan reseptor
spesifik pada berbagai jaringan
 Reseptor histamin :
 Histamin 1 (H1)
 Histamin 2 (H2)
 Pengaruh histamin tergantung fungsi sel
dan rasio H1 : H2 pada sel
Aktivasi Reseptor H1 Aktivasi Reseptor H2

 diperantarai
peningkatan cGMP  Peningkatan sekresi
(cyclic guanosine asam lambung
monophosphate)  Relaksasi otot polos
 Kontraksi otot polos  Vasodilatasi
 Permeabilitas  Flushing
pembuluh darah  Meningkatkan kadar
meningkat cAMP dan
 Sekresi mukus menurunkan cGMP
meningkat  Relaksasi bronkus
 Bronkokonstriksi
RESEPTOR H3

 Menghambat saraf kolinergik dan non


kolinergik yang merangsang saluran nafas
 Blokade reseptor H3  membatasi
bronkokonstriksi yang diinduksi histamin
 Pengaruh pada ujung saraf  refleks akson
 Rangsangan reseptor H1 diujung saraf
sensoris
 Histamin intradermal  gatal
 Histamin SK, dosis tinggi  nyeri & gatal
 Berperan : anafilaktik, alergi, trauma, syok,
sekresi cairan lambung
 Enzim pembentuk histamin  L-histidin
dekarboksilase
 Depot utama dalam tubuh : sel mast &
basofil dalam darah, sel epidermis, mukosa
usus
 Reaksi antigen-antibodi (IgE)  kulit
melepaskan histaminvasodilatasi, gatal dan
udem
 Zat-zat kimia bersifat antigenik 
melepaskan histamin dari mast sel dan
basofil :
 Enzim kimotripsin, fosfolipase, tripsin
 Surface active agent : detergent, garam empedu,
lisolesitin
 Racun dan endotoksin
 Polipeptida alkali dan ekstrak jaringan
 Morfin, kodein, antibiotik, meperidin, media
kontras
 Penglepasanhistamin juga bisa oleh proses
mekanik, termal, radiasi
 Sumber : daging, bakteri lumen usus/kolon
 di arteri dlm jumlah kecil
 Histamin eksogen (SK/IM) cepat
dimetabolisme tubuh efek hampir tidak
ada
 Keracunan histamin : vasodilatasi, tekanan
darah turun ̴ syok, gangguan pengelihatan,
sakit kepala, sesak nafas, bronkospasme
 Diatasi dengan ADRENALIN
 Sediaan : Histamin Fosfat, obat suntik : 0,55
mg/ml
 Indikasi : prosedur diagnostik
 penetapan kemampuan sekresi asam lambung
 Tes integritas serabut saraf sensoris pada
kelainan neurologis dan lepra
 Inhalasi histamin menilai reaktifitas bronkus

 Kontraindikasi
 Pasien asma bronkial
 hipotensi
 Mengantagonis efek histamin
 Epinefrin  pertama digunakan
 Antergan, neoantergan, difenhidramin, dan
tripelenamin  udem,
 Tapi tidak melawan efek hipersekresi asam
lambung akibat histamin
 1972 antihistamin baru : burinamid,
metiamid dan simetidin  menghambat
sekresi asam lambung akibat histamin
Organ Kerja Antihistamin
Otot Polos Menghambat bronkokonstriksi akibat
histamin
Pembuluh penurunan permeabilitas dan udem
darah Kapiler

Kelenjar Menghambat sekresi saliva


eksokrin
SSP Perangsangan H1 : Insomnia, gelisah
Penghambatan H1 : kantuk, kurang
kewaspadaan
ANTIHISTAMIN NON SEDATIF

 Terfenadine, astemizol, loratadin, akrivastin,


mequitazin, setirizin
 Sedikit menembus sawar darah otak  tidak
menyebabkan kantuk
Indikasi AH1
 Alergi
 Mengobati mual dan muntah, mabuk
perjalanan
 Mengatasi paralisis
 Memperbaiki kelainan pergerakan
 Anestesi lokal
 Prometazin dan pirilamin
 Kadar >> dibanding sbg antihistamin
 Antikolinergik: mulut kering, sukar
berkemih, impotensi
 Asma bronkial
Berperan pada
 Efek histamin terhadap sekresi cairan
lambung
 Perangsangan jantung
 Relaksasi uterus tikus dan bronkus domba

Pembuluh darah mempunyai kedua reseptor :


H1 dan H2
 Menghambat reseptor H2 secara selektif dan
reversibel
 Sekresi cairan lambung dihambat
 Mengurangi volume dan kadar ion hidrogen
cairan lambung
 Indikasi :
 Tukak Peptik
 AH2  Hipersekresi asam lambung pada sindrom
Zollinger- Ellison
 Antasida & metoklopramid  mengurangi
bioavailabilitas oral simetidin
 Ketokonazol  absorpsi ketokonazol
berkurang 50%
 Obat-obat yang dimetabolisme hati 
terakumulasi
 Simetidin terikat sitokrom P-450 menurunkan
aktivitas enzim mikrosom hati
 Warfarin, fenitoin, kafein, teofilin,
phenobarbital, karbamazepin, diazepam,
propranolol, metoprolol, imipramin
 Alkohol peningkatan kadar alkohol serum
 Menghambat alkohol dehidrogenase dalam
mukosa lambung
 AH 2
 Menghambat sekresi asam lambung
 3x lebih poten dari ranitidin, 20x lebih poten
dari simetidin
 Indikasi : tukak duodenum dan tukak
lambung
 Histamin memacu pembentukan autokoid
 Histamin + autokoid  reaksi alergi
 Diperlukan juga penghambat autokoid

Profilaksis : menghambat produksi dan


penglepasan autokoid dari sel mast dan
basofil yang telah disentisisasi oleh
antigen spesifik
ANTIBIOTIKA
AMINOGLIKOSIDA

Farmakologi I
Program Diploma III
FFUP
DERIVAT AMINOGLIKOSIDA
• Gentamisin
• Tobramisin
• Amikasin
• Netilmisin
• Kanamisin
• Streptomisin
• Neomisin
MEKANISME KERJA
• Hambat sintesis protein (ribosom subunit
30S)
• Bakterisidal
• Sinergisme dengan AB betalaktam pada
pengobatan beberapa infeksi berat
• Menghambat asetilkolin release
SPEKTRUM ANTIMIKROBA
• Terutama kuman gram negatif seperti
P.aeruginosa, Klebsiella, Proteus, E.coli
• Streptomisin : tidak efektif terhadap
P.aeruginosa. Hanya diindikasikan untuk
pengobatan tuberkulosis.
• Amikasin efektif untuk infeksi yang
resisten gentamisin gram negatif.
MEKANISME RESISTENSI
• Kegagalan penetrasi ke dalam kuman
• Rendahnya afinitas obat pada ribosom
• Mengeluarkan enzim perusak obat (mis.
Asetiltransferase), via plasmid
FARMAKOKINETIK
• Absorpsi : sangat polar, tidak diserap via saluran
cerna  tidak dapat diberikan per oral
• Distribusi : baik keseluruh tubuh, kecuali cairan
serebrospinal atau sawar darah otak
• Konsentrasi tinggi pada ginjal dan telinga bagian
dalam  menyebabkan nefropati dan
ototoksisitas
• Metabolisme : tidak dimetabolisme
• Ekskresi : filtrasi glomerulus. Pada insufisiensi
ginjal : terjadi akumulasi obat  perlu
pengurangan dosis.
INDIKASI
• Gentamisin, netilmisin, tobramisin,
amikasin : untuk infeksi berat oleh kuman
gram negatif. Seperti infeksi saluran urin.
Sering dikombinasi dengan antibiotik
betalaktam
• Streptomisin : tuberkulosis, bruselosis.
• Neomisin : sterilisasi usus dan infeksi kulit
minor
EFEK SAMPING
• Ototoksisitas : menyebabkan kerusakan sistem
koklear dan vestibuler  kehilangan pendengaran,
tinnitus, vertigo, ataksia, kehilangan keseimbangan.
Perhatian : insufisiensi ginjal dan usia lanjut
- Streptomisin & gentamisin  >> vestibuler
- Neomisin, kanamisin, amikasin  >> akustik
- Tobramisin  kedua sistem
• Nefrotoksisitas
• Paralisis neuromuskuler (hanya pada dosis sangat
tinggi). Perhatian : pemberian intraperitoneal /
intrapleural
• Neutritis perifer : parestesi di sekitar mulut, muka,
tangan setelah suntikan streptomisin
• Reaksi alergi : awas neomisin topikal
INTERAKSI OBAT
Nefrotoksisitas ↑ jika aminoglikosida dikombinasikan dengan
nefrotoksik lain seperti :
•Furosemid
•Asam etakrinat
•Vankomisin
•Ampoterisin B
•Siklosporin
•Indometasin

Blokade neuromuskular (suksinilkolin, tubokurarin) 


diperberat aminoglikosid

Penisilin antipseudomononas (karbenisillin, tikarsilin,


piperazilin) dosis besar  menginaktivasi aminoglikosida
PERHATIAN
• Orang lanjut usia
• Pasien insufisiensi ginjal.
Monitoring kadar dalam darah perlu dilakukan
untuk pasien dengan kerusakan ginjal
• Interaksi dengan obat ototoksisitas lain
• Aminoglikosida tidak diindikasikan untuk
infeksi minor
KARAKTERISTIK DERIVAT
AMINOGLIKOSIDA
Gentamisin
• Untuk infeksi berat kuman gram negatif, seperti P.
aeruginosa, Proteus, Klebsiella, Serratia, E.coli,
Enterobacter
• Dirusak oleh patogen yang menghasilkan enzim
asetiltransferase, adenililtransferase,
fosfotransferase
• Pemberian sekali sehari lebih aman dari 3 kali
sehari
• Penggunaan topikal di RS tidak dianjurkan, kecuali
luka bakar
KARAKTERISTIK DERIVAT
AMINOGLIKOSIDA
Amikasin
• Masih efektif terhadap kuman yang sudah resisten terhadap gentamisin

Tobramisin dan netilmisin


• Sama dengan gentamisin

Streptomisin :
• Hanya diindikasikan untuk tuberkulosis, bruselosis

Kanamisin
• Dulu untuk antituberkulosis
• Tidak efektif untuk P. aeruginosa

Neomisin
• Untuk sterilisasi usus dan topikal (+ bacitrasin) untuk infeksi kulit ringan
• Terlalu toksik untuk penggunaan sistemik
ANTIBIOTIKA
TETRASIKLIN
PENDAHULUAN
• Derivat :
Klortetrasiklin Oksitetrasiklin
Tetrasiklin Demeklosiklin
Doksisiklin Minosiklin
Metasiklin
• Bakteriostatik
• MK : hambat sintesis protein mikroba
• Spektrum :
Luas, bakteri Gram (+) dan (-), aerobik & anaerobik,
Chlamydia, Mycoplasma pneumoniae, Legionella spp,
atypical Mycobacteria, Plasmodium spp, Rickettsiae, dan
beberapa protoza dan ameba.
MEKANISME RESISTENSI
• Menghambat influks dan meningkatkan
efluks obat oleh pompa protein
• Menghambat binding obat ke ribosom
• Membuat enzim yang merusak obat
FARMAKOKINETIK
• Diserap hanya sebagian, kecuali doksisiklin dan
minosiklin
• Penyerapan terhambat makanan, ion divalen (Ca++,
Fe++, Mg++) atau trivalen (Al+++), produk susu serta
antasida, kecuali doksisiklin dan minosiklin.
• Distribusi : luas, kecuali CSF
• Metabolisme : hati
• Menembus plasenta dan diekskresi dalam ASI
• Ekskresi melalui empedu dan urin
• Mengalami sirkulasi enterohepatik
• Pada gagal ginjal terjadi akumulasi, kecuali doksisiklin
• Yang diserap hampir lengkap : doksisiklin dan minosiklin
• Doksisiklin dan minosiklin punya t½ panjang (16-18 jam)
dapat diberikan sekali sehari
INDIKASI
• Acne / Jerawat
• Drug Of Choice : infeksi oleh Mycoplasma
pneumoniae, Chlamydiae, ricketsiae dan
beberapa spirochaeta.
• Ulkus duodenum oleh H. pylory
(dikombinasi)
• Penyakit Menular Seksual (PMS)
• Kolera oleh Vibrio cholerae
• Eksaserbasi bronkitis kronis
• Leptospirosis
ES dan IO
Efek samping :
• Gangguan GIT : mual, muntah, diare
 obat + makanan/karboksimetilselulosa  n,v,d ↓↓
• Perubahan warna gigi pada anak
• Hepatotoksis : wanita hamil & deformitas
• Nefrotoksisitas : tetrasiklin kadaluarsa

Interaksi Obat :
• Antasid atau hematinik  ganggu absorpsi tetrasiklin
• Karbamazepin, fenobarbital, dan fenitoin 
memperpendek t½ tetrasiklin
ANTIBIOTIKA
MAKROLID
PENDAHULUAN
Derivat :
• Eritromisin (prototip), spiramisin,
roksitromisin, klaritromisin
• Linkomisin, klindamisin (gol. Linkosamid)
• Azitromisin (golongan azalid)
ERITROMISIN
• Bakteriostatik atau bakterisid
• Mekanisme kerja :
Hambat sintesis protein kuman pada
ribosom subunit 50S
• Spektrum antibakteri :
Terutama kuman gram positif : stafilokokus,
streptokokus, pneumokokus, corynebacyteria
Juga : Mycoplasma, legionella, C.
trachomatis, Campylobacter, Treponema, H.
ducreyi, riketsia
RESISTENSI
1. penurunan permeabilitas membran sel atau
pengaliran keluar (efluks) yang aktif
2. produksi esterase (oleh enterobacteriaceae)
yang menghidrolisis makrolid
3. modifikasi situs ikatan ribosom (proteksi
ribosom) oleh mutasi kromosom atau oleh
methylase  m/ plg dominan
 Resistensi silang eritromisisn-makrolid lain.
FARMAKOKINETIK
Bentuk basa mudah dirusak asam lambung (hrs
dlm btk salut enterik); bentuk stearat dan ester
lebih stabil
Makanan ganggu absorpsi
Distribusi luas, kecuali SSP dan CSF
Waktu paruh 1,5 jam
Resirkulasi enterohepatik
Gagal ginjal  tdk perlu penyesuaian dosis
Kadar tinggi dalam empedu
Ekskresi mll feses (±95%), sisanya urine
Melintasi plasenta  janin
INDIKASI
Indikasi/Penggunaan Klinik :
 Infeksi sal. Nafas atas dan bawah oleh kuman yg peka
(diphteria, pneumonia atipik oleh M. pneumoniae,
Legionella)
 Obat alternatif pd pasien hipersensitif thdp penisilin
 Infeksi Clamydia tracomatis, mis. Uretritis, servisitis
 Infeksi C. jejuni
 Chancroid, sifilis

Dosis :
Eritromisin basa, stearat atau estolate oral 0,25-0,5 g
tiap 6 jam (anak 40 mg/kg/hari)
Eritromisin etilsuksinat oral 0,4-0,6 g tiap 6 jam
Eritromisin lactobionate i.v. 0,5-1,0 g tiap 6 jam
ES dan IO
Efek Samping :
Gangguan GIT  mual, muntah, diare, anoreksia
Toksisitas hati  hepatitis kolestasis akut oleh
Eritromisin estolate
Reaksi hipersensitivitas kulit, eosinofilia, drug fever

Interaksi Obat :
Hambat enzim sitokrom P450 dan meningkatkan kadar
serum bbrp obat (teofilin, antikoagulan oral/warfarin,
siklosporin, metilprednisolon, karbamazepin)
Spiramisin
Kadar di jaringan lebih tinggi
Daya antibakteri < eritromisin

Roksitromisin
Kadar dalam darah dan jaringan lebih
tinggi
T ½ 10 jam
Efek samping lebih sedikit
LINKOMISIN DAN KLINDAMISIN
Juga aktif terhadap kuman anaerob
Absorpsi linkomisin dihambat makanan,
klindamisin tidak
Penetrasi ke tulang baik
Indikasi untuk infeksi berat oleh kuman yang
peka, juga infeksi oleh kuman anaerob
(pneumonia aspirasi, infeksi intraabdominal,
infeksi pelvis wanita), oeteomielitis
Hati-hati antibiotic-associated
pseudomembranous cilitis (AAPMC). Kausa :
toksin C. difficile. Terapi :
hentikan obat
beri vankomisin atau metronidazol
AZITROMISIN
 Absorpsi per oral cepat dan sangat baik
 Makanan ganggu absorpsi  berikan 1 jam a.c atau
2 jam p.c
 Kadar dalam jaringan tinggi sekali, kecuali CSF
 Masa paruh eliminasi panjang (2-4 hari)
 Diambil oleh makrofag jaringan dan fibroblas
 Tdk hambat E sitokrom P450  interaksi obat (-)
 Aktif terhadap M. avium dan Toksoplasma gondii
 Sangat aktif thdp Clamydia dan H. influenzae
 Dosis : awal 500 mg, selanjutnya 250 mg ds tunggal
harian selama 4 hari
KLARITROMISIN
Absorpsi oral lebih baik
Lebih stabil dalam pH rendah
T1/2 lebih panjang (6 jam) dosis
2x/hari
Lebih aktif terhadap M. avium, M. leprae,
T.gondii
ES terhadap saluran cerna ↓
Dosis : 250-500 mg 2x/hari
ANTIBIOTIKA
KUINOLON

Farmakologi I
Program Diploma III
FFUP
ASAM NALIDIKSAT
• Kuinolon lama
• Hanya sebagai antiseptik saluran kemih
• Kekurangan :
- spektrum antibakteri sempit
- daya antibakteri lemah
- cepat terjadi resistensi
- eliminasi melalui urin berlangsung cepat 
sulit dicapai kadar terapeutik dalam darah
• Kontra indikasi : anak-anak dan wanita hamil
FLUOROKUINOLON
• Modifikasi struktur  golongan kuinolon
baru dengan atom fluor pada cincin
kuinolon  fluorokuinolon
Dengan kelebihan :
• Spektrum antibakteri lebih luas
• Daya antibakteri >>
• Dapat untuk infeksi sistemik (dengan
memperbaiki penyerapan)
• Memperpanjang masa kerja
DERIVAT FLUOROKUINOLON

– Siprofloksasin (daya antibakteri terkuat)


– Norfloksasin
– Pefloksasin
– Ofloksasin
– Enoksasin
PENGGOLONGAN FLUOROKUINOLON

• Generasi I :
Asam nalidiksat
• Generasi II :
Siprofloksasin, Norfloksasin, Ofloksasin
• Generasi III :
Gatifloksasin, levofloksasin, moksifloksasin,
sparfloksasin
• Generasi IV :
Trovafloksasin
MEKANISME KERJA
• Hambat enzim DNA girase (topoisomerase
II) kuman
• Fungsi DNA girase : dalam proses
supercoling untuk menata kromosom
kuman sehingga bisa muat dalam sel yang
kecil
• Bersifat bakterisidal
MEKANISME RESISTENSI
• Melalui mutasi pada DNA atau pada
membran sel, tidak melalui plasmid
• Resistensi silang antar fluorokuinolon
SPEKTRUM ANTIMIKROBA
• Terutama kuman gram negatif, misalnya
Enterobacteriaceae, S. typhi, gonokokus,
klamidia.
• Efektif terhadap kuman-kuman nosokomial
yang sudah resisten terhadap antibiotik
lain (aminoglikosida dan betalaktam)
• Beberapa kuman gram positif, misalnya
stafilokokus (termasuk MRSA)
• Kuman yang kurang peka terhadap
fluorokuinolon : P. aeruginosa,
streptokokus, kuman anaerob
FARMAKOKINETIK
• Absorpsi per oral :
Terbaik : pefloksasin
Kurang baik : siprofloksasin, norfloksasin (adanya
antasida absorpsi menurun)
• Semua fluorokuinolon diberikan per oral
Yang juga ada bentuk parenteralnya : pefloksasin,
siprofloksasin
• Metabolisme : di hati
• Ekskresi : ginjal
• Masa paruh eliminasi : 4-10 jam
Pefloksasin mempunyai t½ terpanjang
• Gagal ginjal : Pefloksasin : kumulasi (-)
Ofloksasin : kumulasi (+)
• Gangguan faal hati berat : pefloksasin : kumulasi (+)
• Siprofloksasin dan ofloksasin  dapat mencapai kadar
tertinggi pada CSS bila ada meningitis
INDIKASI
• Infeksi saluran kemih (indikasi utama)
• Infeksi saluran nafas bagian bawah
• Uretis gonore, uretritis karena klamidia
• Infeksi saluran cerna, demam tifoid
KI, IO, ES
Kontra indikasi
• Anak dan wanita hamil

Interaksi obat :
• Siprofloksasin/pefloksasin + teofillin  kadar
teofilin meningkat

Efek samping
• Mual, muntah, diare
• Gangguan SSP : sakit kepala, vertigo, insomnia
ANTIBIOTIKA
PENGHAMBAT SINTESIS FOLAT
PENDAHULUAN
• Penghambat sintesis folat yaitu :
- Sulfonamid
- Sulfonamid + trimetoprim (kotrimoksazol)
SULFONAMID
• Analog PABA
• Broad spektrum
Sekarang sudah banyak galur kuman
(meningokokus, pneumokokus,
streptokokus, stafilokokus dan gonokokus)
yang resisten thd sulfonamid
• Bakteriostatik, kadar >> diurin 
bakterisid
SULFONAMID (2)
• Farmakokinetik :
- Absorpsi : - Diserap baik melalui saluran cerna
- Diserap kurang baik pada saluran nafas,
vagina, kulit yang terluka  cukup toksik
atau hipersensitivitas
- Distribusi :- terikat protein plasma
-terdistribusi ke seluruh jaringan  sistemik
-dapat menembus masuk ke CSS 
resistensi  jarang digunakan untuk
meningitis
- Metabolisme : Asetilasi di hepar
- Ekskresi : >> ginjal (dalam bentuk asetil maupun
bebas)
<<< tinja, empedu dan ASI
SULFONAMID (3)
• Lama kerja :
- Pendek : sulfadiazin, sulfisoksazol
- Menengah : sulfametoksazol (biasanya +
trimetoprim)
- Lama : sulfadoksin ( + pirimetamin untuk
malaria)
SULFONAMID (4)
• Sulfasalazin :
- Untuk kolitis
- sukar diserap di saluran cerna

• Efek samping : skin rash, dermatitis, urtikaria,


sindrom Stevens Jonhsons, hemolisis (G6PD),
kemicterus, hematuria, granulositopenia,
kristaluria (dikurangi dengan alkalinisasi atau
banyak minum), mual dan muntah.

• Interaksi obat : antikoagulan oral, sulfonilurea,


fenitoin (menggeser ikatan dengan albumin) 
dosis obat tersebut harus disesuaikan
SULFONAMID (5)
• Kombinasi sulfa : untuk mengurangi atau
mencegah terjadinya kristaluria.
Sulfadiazin-sulfamerazin-sulfametazin  dikenal
dengan trisulfa
• Indikasi :
- Infeksi saluran kemih
- Disentri basiler
- Meningitis
- Nokardiosis
- Trakoma
- Toksoplasmosis
KOTRIMOKSAZOL
Mekanisme kerja kotrimoksazol pada kuman :
Pteridin + PABA

Enzim dihidropteorat sintetase Dihambat sulfonamid

As. dihidrofolat

Enzim dihidrofolat reduktase Dihambat trimetoprim

As. tetrahidrofolat

Sintesa asam amino, purin, dan pirimidin


KOTRIMOKSAZOL (2)
• Kotrimoksazol : Trimetoprim dan sulfametoksazol

• Farmakokinetik :
- Absorpsi cepat
- Kadar trimetoprim tinggi di prostat

• Spektrum AB : luas, terutama kuma Gram negatif

• Rasio kadar optimum sulfametoksazol :


trimetoprim = 20:1
Dengan memberikan Sulfametoksazol 800 mg dan
trimetoprim 160 mg (5:1) peroral dapat diperoleh
rasio kadar dalam darah 20:1
KOTRIMIKSAZOL (3)
• Indikasi :
- Infeksi saluran kemih
- Demam tifoid
- Infeksi saluran nafas
- Infeksi saluran cerna : P.carinii shigelosis
- Infeksi genitalia

• Efek samping :defisiensi folat (megaloblastosis,


leukopenia, trombositopenia), reaksi pada kulit, mual
dan muntah, sakit kepala, depresi, halusinasi.

• Interaksi obat : diuretik  mempermudah timbulnya


trombositopenia
KOTRIMOKSAZOL (4)
• Sediaan Kotrimoksazol :
- Tablet oral 400 mg sulfametoksazol dan 80
mg trimetoprim
- Tablet oral 800 mg sulfametoksazol dan 160
mg trimetoprim
- Syrup per 5 ml : 200 mg sulfametoksazol dan
40 mg trimetoprim
Kanker adalah suatu penyakit sel dengan ciri gangguan
atau kegagalan mekanisme pengatur multiplikasi
(=perbanyakan) dan fungsi homeostasis lainnya pada
organisme multiseluler.

Kanker terjadi karena proliferasi (perbanyakan) sel


yang terjadi tanpa batas dan tanpa tujuan bagi
pejamu.

Istilah kanker meliputi >100 bentuk penyakit .


Setiap jenis kanker memiliki ciri yang unik, tetapi
kanker berkembang melalui proses perubahan
genetik yang sama.
Sifat umum dari kanker adalah :

1. Pertumbuhan berlebihan (umumnya berbentuk tumor)


2. Gangguan diferensiasi sel dan jaringan sehingga mirip jaringan
fetus.
3. Bersifat invasif, mampu tumbuh di jaringan sekitar (perbedaan
pokok dengan jaringan normal)
4. Bersifat metastatik (menyebar ke tempat lain dan tumbuh baru)
5. Memiliki hereditas bawaan (turunan juga dapat menimbulkan
kanker)
6. Pergeseran metabolisme kearah pembentukan makromolekul
dari nukleosida dan asam amino serta peningkatan katabolisme
KH untuk energi sel.
Sumber : F&T ed. 5, 2007

3
Agar sel normal menjadi sel kanker, perubahan genetik
harus :
• mendorong pertumbuhan sel
• menginaktivasi gen yang normalnya tumbuh lambat
• membiarkan sel tetap membelah (imortal)
• membiarkan sel tetap dalam keadaan abnormal, yang
dalam keadaan lain akan menyebabkan kematian sel
(= apoptosis)
• memungkinkan sel kanker merekrut sel normal untuk
menunjang suplai nutrisi bagi kehidupannya
• mengembangkan strategi agar sistem imun tidak
menghancurkan sel kanker.
Pada masa embriogenesis – semua sel bereproduksi
(memperbanyak diri)

Setelah usia beberapa bulan – seterusnya, hanya


sel-sel tertentu yang terus bereproduksi (contoh :
sel hati, kulit, saluran cerna).
Proses reproduksi sel dinamakan SIKLUS SEL.

Perjalanan siklus sel ini dikontrol secara ketat , dapat


dimulai atau dihentikan bergantung pada kondisi sel
dan sinyal yang diterimanya.
Siklus sel merupakan serangkaian tahap perkembangan
sel sepanjang hidup sel tersebut (semua sel pada tahap
embriogenesis dan sel² yang bereproduksi pada dewasa).

Kecepatan sel melalui siklus sel bergantung pada sel itu


sendiri dan faktor pertumbuhan, hormonal dan kimiawi
yang terpajan pada sel tersebut.

Sel² yang tidak lagi bereproduksi setelah embriogenesis


tetap berada dalam tahap istirahat dan tidak menjalani
tahap berikutnya.
Siklus sel terdiri atas 2 fase :

1. Interfase ,dimana sel berada dalam keadaan


tidak aktif membelah (berlangsung +/- 22 jam).

Ada 3 tahap standar interfase : G1, S, dan G2

G1 – Tahap persiapan sel untuk replikasi DNA


dengan sintesis protein baru dan mengaktifkan
komponen sitoskeletal. Merupakan tahap checkpoint
bagi sel, dan sel akan terstimulus untuk menjalani
tahap G1 bila gen tertentu diaktifkan.
S – Ditandai dengan replikasi (duplikasi) DNA
G2 – Pada tahap ini sel kembali mensintesis
protein yang dipersiapkan untuk pembelahan.
Merupakan chekpoint kedua karena jika DNA belum
terduplikasi dengan tepat sel dapat menghentikan
sikus selanjutnya.

G0 – Merupakan tahap istirahat khusus, dimana


sel pada tahap G1 tidak melakukan replikasi DNA.
2. Mitosis (M), adalah tahapan pembelahan sel.
Merupakan proses yang jauh lebih singkat dari
interfase (1 jam). Selama mitosis, sel yang telah
mengalami duplikasi pada interfase terbelah
menjadi 2 sel anak yang mengandung 23 pasang
kromosom.
M terdiri dari stadium profase,
metafase,
anafase, dan
telofase.
Interphase

Daughter cells Prophase

Telophase
Metaphase

Anaphase
DEATH
G0
DIFFERENTIATION

Mitosis
M

DNA content = 4n G2 G1 DNA content = 2n

S
DNA synthesis
Interfase
(G1, S, G2)
S

G1 kkk
G2

G0 M Mitosis (M)

telofase metafase profase


anafase
Sel² yang bereproduksi biasanya melalui siklus sel
dengan kecepatan yang sudah semestinya.
Kecepatan dapat ditambah atau dikurangi.

Sel² yang bereproduksi secara lambat / tidak sama


sekali, menghabiskan sebagian besar waktunya pada
stadium interfase tahap Gap (G1 atau G0).

Sedangkan sel² yang membelah secara kontinu tidak


menghabiskan banyak waktu di tahap Gap ini.
Siklus sel dikontrol oleh berbagai gen yang memberikan
respons terhadap tanda pemadatan sel, cedera jaringan, dan
kebutuhan untuk tumbuh.

Secara umum, sel menjalani siklusnya jika dirangsang oleh :


• faktor hormon dan pertumbuhan yang diekskresi oleh
sel² yang jauh letaknya,
• faktor pertumbuhan yang diproduksi secara lokal,
• isyarat kimia yang dilepaskan sel sekitarnya
(termasuk sitokin yang dihasilkan oleh sel imun dan sel
radang)

Isyarat eskternal ini berikatan pada reseptor spesifik di


membran plasma sel target.
Setelah terikat, kompleks reseptor mengaktifkan sistem
penghantar kedua, yang mengirimkan sinyal pertumbuhan
ke inti sel.
Protein tertentu di inti sel (faktor transkripsi) mengaktifkan atau
meng-inaktifkan gen khusus yang pada akhirnya menghasilkan
protein yang mengontrol proliferasi sel.

Gen yang diaktifkan juga menghasilkan protein yang memberi


umpan balik terhadap tiap tahapan sinyal dan stimulasi
penghantar untuk memperkuat atau meminimalkan efek stimulus
awal.
Berbagai faktor yang Mengontrol Reproduksi Sel :

• Hormon dan Faktor Pertumbuhan


Epidermal growth factor, eritropoietin, platelet derived growth
factor dll
• Bahan kimia (sitokin)
• Isyarat fisik dari sel2 yang terletak berdekatan
(mengenali kepadatan dan jenis jaringan), sehingga pertumbuhan
dan proliferasi sel dikontrol berdasarkan kebutuhan ruangan
jaringan.
• Sistem penghantar kedua dari sitoplasma (contoh : protein ras)
Bila gen yang menghasilkan protein ini bermutasi, maka sel terus
berproliferasi (a.l.pada kanker)
• Gen penekan tumor – mengontrol siklus sel dengan memberi
kode pada protein yang menghambat pertumbuhan dan
reproduksi sel. Bila diaktifkan, akan merangsang sel yang rusak
untuk mengalami apoptosis.
Memproduksi protein yang mengkode “rem”(gen RB /P53).

• Proto-onkogen
Adalah gen pada sel, yang ketika diaktifkan , merangsang
sel untuk menjalani siklus sel sehingga menghasilkan
pertumbuhan dan proliferasi sel.
Proto-onkogen normal yang menjadi overaktif dan
menyebabkan pembelahan sel tak-terkontrol dinamakan
onkogen (gen penyebab kanker)
Terbentuknya kanker adalah proses bertahap yang perlu waktu lama
(beberapa dekade). Langkah pertama diduga adalah mutasi DNA
Kebanyakan kesalahan ini teridentifikasi oleh enzim pengoreksi dan
dikoreksi atau sel diperintahkan untuk menghancurkan diri sendiri.
Pada individu tertentu, kesalahan ini tidak disadari, tidak diperbaiki,
atau sel tidak menghancurkan diri sendiri. Perubahan genetik menjadi
mutasi permanen, diturunkan ke semua sel anak dan bersifat
ireversibel (disebut inisiasi seluler).
Agar dapat terbentuk, selanjutnya sel tersebut harus berinteraksi
selama bertahun² dengan faktor endogen dan faktor eksogen yang
menyebabkan perubahan genetik tambahan (peristiwa promosi).
Semua ini memicu produksi sel yang berproliferasi secara agresif
tanpa kendali kualitas. Bila peristiwa promosi terkait erat dengan sel
yang menjadi otonom, maka peristiwa tersebut dapat menyebabkan
sel menjadi sel kanker.

18
Sel kanker tidak berespons terhadap sinyal normal
yang mengontrol reproduksi sel (otonomi).
Sebaliknya, sel kanker menjalani siklus sel lebih
sering dibandingkan sel normal, menyebabkan
munculnya sel abnormal yang berlebihan.

Sel kanker hanya menghabiskan sedikit waktu


dalam stadium G (Gap) interfase dan sering
dijumpai dalam stadium M (mitosis) dan S
(penyalinan DNA).
Contoh otonomi sel kanker misalnya :
• Tidak berespons terhadap sinyal yang mengontrol
inhibisi kontak, dengan cara :
- tidak menghasilkan reseptor membran untuk mengikat
- tidak mengaktifkan penghantar kedua
• Menghasilkan secara berlebih reseptor membran yang
bereaksi terhadap sinyal perangsang pertumbuhan
• Menghasilkan sendiri faktor pertumbuhan
• Cenderung melepaskan diri dari sel sekitar

Penyebab otonomi sel kanker :


• gen penekan tumor tidak aktif
• perubahan proto-onkogen menjadi onkogen
Adalah kesalahan dalam sekuens (urutan) DNA.

Mutasi dapat terjadi secara :


- spontan
- terpajan radiasi, bahan kimia tertentu, virus

Sebagian besar mutasi akan teridentifikasi dan diperbaiki oleh


enzim² yang bekerja di dalam sel, terkadang mutasi
menyebabkan apoptosis.
Bila tidak terdeteksi/diperbaiki dan sel tidak ber-apoptosis, maka
mutasi akan diteruskan ke semua pembelahan selanjutnya.
Mutasi dapat menyebabkan sel normal menjadi sel kanker atau
cacat kongenital (bila terjadi mutasi pada sel gamet - sel telur
atau sperma)
Selama perkembangan, sel normal akan berdiferensiasi.
Berarti bahwa suatu sel menjadi khusus dalam struktur dan
fungsinya, dan berkumpul dengan sel² yang ber-differensiasi
serupa.
Contoh : sebagian sel embrionik ditakdirkan untuk
menjadi sel retina, sedangkan yang lain menjadi sel kulit
atau sel jantung.
Semakin tinggi diferensiasi sel, semakin jarang sel masuk ke
siklus sel untuk bereproduksi dan membelah diri.
Sel berdiferensiasi tinggi dan tidak bereproduksi: sel saraf.

Sel yang sering menjalani siklus sel lebih mungkin cenderung


mengalami kanker.
Frekuensi reproduksi sel normal manusia dapat diperkirakan,
setelah itu sel berhenti bereproduksi dan menua.
Hal ini menyiratkan bahwa sel memiliki beberapa sistem
penghitung yang memberi tahu kapan sel harus berhenti
membelah. Sistem ini penting karena bila sel membelah secara
tidak terbatas, kita akan memiliki sel yang lebih banyak dari
seharusnya.
Mekanisme pembelahan sel melibatkan sistem penghitungan
berbasis telomer.

Telomer adalah bagian ujung kromosom yang memendek pada


setiap pembelahan. Bila panjang telomer telah cukup pendek,
sel akan berhenti membelah.
Adalah regresi (kemunduran) dari suatu sel yang telah
berdiferensiasi ke stadium yang kurang berdiferensiasi.
Sel² kanker memperlihatkan berbagai tingkatan anaplasia.

Akibat anaplasia maka sel kanker menjadi :


• kehilangan kemampuan untuk melakukan fungsi yang
sebelumnya dapat dilakukan,
• menjadi kurang mirip dengan jaringan asalnya.

Sel² yang sangat anaplastik dapat tampak embrionik dan mulai


memperlihatkan fungsi dari tipe sel yang berbeda.
Sebagian sel kanker dapat menjadi tempat ektopik untuk
pembentukan hormon (misal : kanker paru).
Banyak sel kanker menghasilkan enzim telomerase
yang berperan menggantikan ujung telomer
kromosom yang memendek setiap kali
pembelahan sel. Akibatnya kerusakan sistem
penghitung sel dan sel kanker menjadi imortal
(hidup terus) dan juga memberi kesempatan
sel kanker untuk bermutasi lebih banyak, dapat
menyerang sistem imun atau menghasilkan faktor
perangsang pertumbuhan yang baru dan lebih
poten.
Sel kanker sering memperlihatkan berbagai
kelainan/kerusakan inti sel, organel sitoplasma, dan
sitoskeleton.
Kecepatan mitosis biasanya meningkat.
Pada sitoplasma, struktur intrasel memperlihatkan
disorganisasi dan perubahan dalam ukuran dan
bentuk.
Sebagian sel kanker tertentu mengeluarkan penanda
(marker) sel tumor. Penanda adalah zat spesifik yang
disekresikan oleh tumor kedalam darah, urine, atau
cairan spinalis pengidap kanker, mungkin merupakan
antigen spesifik yang terdapat di sel kanker.

Sebagian antigen tumor serupa dengan antigen janin


(= antigen onko-fetal), dan karena sering tidak
mencetuskan respons imun, antigen janin sering
menyamarkan tumor dari sistem imun.
Petanda tumor dapat dideteksi dengan tehnik
pengukuran yang sensitif.
Manfaat klinis : Alat untuk deteksi kanker tertentu,
mengikuti perkembangan tumor selama, sewaktu
dan sesudah pengobatan.

Contoh petanda tumor :


• Alfa fetoprotein – kanker hati, ovarium dan testis
• CEA (antigen Karsinoembrionik) – kanker
kolorektal
• PSA (Prostate Specific Antigen) dan fosfatase
asam – kanker prostat
• CA-125 – kanker ovarium
• HCG = Human chorionic gonadotrophin –
kanker rahim.
Kecepatan tumbuhnya tumor bergantung kepada karakteristik
pejamu dan tumor itu sendiri.

A. Karakteristik pejamu :
Usia, jenis kelamin, status kesehatan/imun dan gizi.
B. Karakteristik tumor :
Letak dalam tubuh, suplai darah, derajat anaplasia,
ada tidaknya faktor pertumbuhan tumor, sekresi bahan yang
menunjang pertumbuhan (contoh faktor angio-genesis –
yang merangsang pembentukan pembuluh darah baru).

Pemeriksaan faktor angiogenesis berguna untuk diagnosa dini


dan target pengobatan.
Istilah klinis untuk menyatakan pertumbuhan dan
penyebaran tumor :
▪ Derajat (grading) :Penilaian tumor berdasarkan
derajat anaplasia yang diperlihatkan. Sel yang
kurang berdiferensiasi (=sangat anaplastik)
menandakan tingkat tinggi.
▪ Stadium (staging) : keputusan klinis terkait
dengan ukuran tumor, derajat invasi lokal, derajat
penyebaran ke tempat jauh (metastasis)
▪ Waktu penggandaan (doubling time) : perkiraan
jumlah waktu rata² yang diperlukan untuk
pembelahan sel² tumor.
A. Lokal :
Penyebaran tumor ke jaringan sekitar akan
merusak jaringan karena menekan sel,
menghancurkan suplai darah dan mungkin juga
mengeluarkan bahan kimia/enzim yang merusak
integritas membran sel sekitar.

B. Penyebaran ke organ jauh (METASTASIS) :


Metastasis adalah penyebaran sel² kanker dari
satu bagian tubuh ke bagian tubuh lain, dari tempat
awal (primer) melalui darah / limfe ke tempat baru
(sekunder).
CANCER CELLS NORMAL CELLS
Frequent
mitoses

Normal
cell

Nucleus
Few
mitoses
Blood vessel

Abnormal
heterogeneous cells

Loss of contact inhibition Oncogene expression is rare

Increase in growth factor secretion Intermittent or co-ordinated


growth factor secretion
Increase in oncogene expression
Presence of tumor suppressor
Loss of tumor suppressor genes
genes
NORMAL GROWTH AND
DEVELOPMENT

NORMAL
EXPRESSION

MUTAGENIC OR
CELLULAR
CARCINOGENIC AGENTS
ONCOGENE

VIRAL ONCOGENE

INCREASED OR ABNORMAL
EXPRESSION

CANCER
GROWTH
36
37
Tumor di-identifikasikan berdasarkan jaringan asal tempat
mereka tumbuh, ditambahkan akhiran –OMA untuk
mengidentifikasikan sebagai tumor (baik jinak /benigna
atau ganas/maligna = kanker).

Beberapa jenis kanker a.l. :

Karsinoma - kanker jaringan epitel (ovarium, kulit, kolon &


rektum, payudara, dll.)
Limfoma – kanker jaringan limfe (kelenjar & pembuluh)
Sarkoma – kanker jaringan ikat (di otot dan tulang)
Glioma – kanker sel² glia di Susunan Saraf Pusat

38
number of
cancer cells

10 12

10 9 diagnostic
threshold
(1cm)

time

undetectable detectable
cancer cancer

limit of host
clinical death
detection 39
• Efek Frekuensi Siklus Sel pada Kesalahan Transkripsi
Semakin sering transkripsi DNA dan sel membelah, semakin
besar kemungkinan terjadi kesalahan, tidak terkoreksi dan
terjadi mutasi yang diwariskan.
Sel² yang sering bereproduksi dan membelah berisiko tinggi
untuk menjadi sel kanker.

• Promotor Kesalahan Replikasi DNA


Bahan fisik, kimia, dan mikroorganisme tertentu diketahui
menyebabkan kesalahan replikasi DNA.
Contoh : radiasi ionisasi, UV, komponen asap rokok, HC
aromatik, nitrosamin, aflatoksin, asbestos.
Virus Epstein-Barr, virus Hepatitis-B.

40
• Efek Bahan Penyebab Mutasi
Setiap bahan fisik, kimiawi, atau virus dapat menyebabkan
kesalahan replikasi DNA atau menghancurkan enzim
pengoreksi. Mutagen juga dapat menginaktifkan gen penekan
tumor . Bila kesalahan pertama diikuti oleh mutasi yang
mengubah proto-onkogen menjadi onkogen, proliferasi dapat
menjadi tidak terkendali.

• Promosi
Sel bermutasi bukan sel kanker, perlu efek promosi ber-tahun²
sebelum berubah menjadi sel kanker.
Contoh promotor : hormon estrogen, zat tambahan dalam
makanan, obat²an, asap rokok dan alkohol, dll.

41
• Faktor Risiko
Yaitu faktor² yang dapat meningkatkan atau menurunkan
kemungkinan munculnya suatu mutasi dan dipromosikannya
suatu sel bermutasi menjadi sel kanker.
Contoh : Pajanan ke bahan fisik, kimiawi, atau virus yang
diketahui bersifat mutagenik, dan pajanan berkepanjangan
kepada ke suatu promotor.
Mutagen dapat terhirup, tertelan atau bekerja di kulit.

Risiko perilaku : merokok, makan lemak/daging diawetkan,


alkohol, seksual, gaya hidup, dll.
Risiko hormonal : estrogen – promotor kanker payudara
Risiko diwariskan : defek gen p53, RB (retinoblastoma), BRCA
(Breast Cancer Susceptibility Gene) 1 dan 2.

42
• Tanda / gejala klinis yang SPESIFIK untuk jenis tumor tertentu
(letak tumor, keluhan yang menyertai, dll.)
• Beberapa gejala UMUM yang terdapat pada sebagian besar
penderita kanker a.l. :
▪ Kakeksia (cachexia)
Pasien akan menjadi kurus karena lemak dan protein berkurang.
Penyebab : nafsu makan menurun, pencernaan terganggu, sel
kanker menggunakan nutrien yang diambil dari pejamu untuk
metabolismenya.
▪ Anemia
Terjadi dini pada kanker sumsum tulang, akibat perdarahan kronik,
akibat kemoterapi/radiasi.
▪ Keletihan
Akibat malnutrisi , gangguan oksigenasi, hambatan suplai darah.

43
• Anamnesa : Keluhan, riwayat genetik, kebiasaan hidup, dll.

• Gambaran klinis : Tanda/gejala yang timbul sesuai lokasi


kanker

• Pemeriksaan tambahan :
- Metode canggih termasuk radiografi, pemindai (CT-scan),
Magnetic Resonance Imaging (MRI), pemindai tulang, dll.

• Diagnosa pasti : Biopsi (mengambil sampel jaringan dari lesi


yang dicurigai dan diperiksa secara mikroskopis)

44
• Untuk membantu diagnosa kanker pada tahap dini .

• Dilakukan pada populasi pasien yang berisiko tinggi


untuk menderita jenis kanker tertentu.

• Beberapa contoh :
a) Pap smear – mendeteksi kanker serviks
b) Mamografi – kanker payudara
c) Pemeriksaan prostat (digital) dan kadar PSA
(Prostat Specific Antigen) – kanker prostat

45
• Infeksi
Sering terjadi pada pasien kanker, disebabkan oleh malnutrisi
protein, defisiensi gizi lain, supresi imun (sering terjadi pada
terapi konvensional) , hormon yang diproduksi sebagai respons
terhadap stress jangka panjang, pembedahan, dll.

• Nyeri
Akibat tumor yang menekan saraf atau pembuluh darah di area
tertentu (sehingga terjadi hipoksia, penimbunan asam laktat dan
kematian sel), enzim pencerna dari sel kanker dapat merusak
sel, bagian dari reaksi imun dan inflamasi terhadap kanker.

46
1. Kanker Payudara
2. Kanker Darah/Leukemia
3. Kanker Paru
4. Kanker Serviks
5. Kanker Colon

Anda mungkin juga menyukai