Anda di halaman 1dari 6

A.

Tujuan Percobaan
Percobaan dilakukan

dengan

tujuan

agar

praktikan

dapat

mengetahui cara penanganan hewan percobaan mencit dan tikus.


B. Pendahuluan
a. Dasar Teori
Dalam arti luas farmakologi ialah ilmu mengenai pengaruh
senyawa terhadap sel hidup, lewat proses kimia khususnya lewat
reseptor. Dalam ilmu kedokteran senyawa tersebut disebut obat, dan
lebih menekankan pengetahuan yang mendasari manfaat dan resiko
penggunaan obat. Karena itu dikatakan farmakologi merupakan seni
menimbang ( the art of weighing). Obat didefinisikan sebagai
senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis
penyakit/gangguan,

atau

menimbulkan

suatu

kondisi

tertentu,

misalnya membuat seseorang infertil, atau melumpuhkan otot rangka


selama

pembedahan

hewan

coba.

Farmakologi

mempunyai

keterkaitan khusus dengan farmasi, yaitu ilmu cara membuat,


menformulasi, menyimpan dan menyediakan obat(Marjono,M. 2011).
Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat
terhadap tubuh dan sebetulnya termasuk pula dalam kelompok
farmakodinamika, karena efek teraupetis obat berhubungan erat
dengan efek dosisnya. Pada hakikatnya setiap obat dalam dosis yang
cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan merusak organisme
(sola dosis facit venenum; hanya dosis membuat racun. Paracelcus)
(Tjay Hoan, Dkk 2007).
Hewan coba / hewan uji atau sering disebut hewan laboratorium
adalah hewan yang khusus diternakan untuk keperluan penelitian
biologik. Hewan percobaan digunakan untuk penelitian pengaruh
bahan kimia atau obat pada manusia. Peranan hewan percobaan
dalam kegiatan penelitian ilmiah telah berjalan sejak puluhan tahun
yang lalu. Sebagai pola kebijaksanaan pembangunan nasional bahkan
internasional, dalam rangka keselamatan umat manusia di dunia
adalah adanya Deklarasi Helsinki. Deklarasi ini berisi tentang segi etik
percobaan yang meng-gunakan manusia (1964) antara lain dikatakan

perlunya diakukan percobaan pada hewan, sebelum percobaan di


bidang biomedis maupun riset lainnya dilakukan atau diperlakukan
terhadap manusia, sehingga dengan demikian jelas hewan percobaan mempunyai mission di dalam keikutsertaannya menunjang
program

keselamatan

umat

manusia

melalui

suatu

penelitian

dikelompokkan

menurut

biomedis (Sulaksono, M.E., 1992).


Penggunaan

hewan

percobaan

ketentuan jumlah dan proporsi tiap spesies yang digunakan :


1. Laboratorium Rumah Sakit dan Kesehatan Masyarakat
Jumlah hewan yang digunakan tidak besar tetapi jumlah
keperluan relatif tetap dan variasi spesies tidak banyak. Hewan
yang digunakan terutama marmut, kadang mencit dan kelinci.
2. Laboratorium Industri Farmasi
Menggunakan tikus atau mencit dalam jumlah besar untuk
keperluan penelitian dan pengembangan. Anjing dan tikus
digunakan untuk uji toksisitas, diperlukan dalam jumlah yang
tidak besar tetapi konstan. Berbagai spesies lain juga sekalisekali digunakan, untuk keperluan penelitian dasar, tetapi
jumlahnya tidak banyak.
3. Laboratorium Penelitian Kanker
Diperlukan mencit dalam jumlah besar dan tetap, dan
secara tidak tetap digunakan spesies lainnya
4. Laboratorium dalam Universitas dan Lembaga Penelitian
Jumlah dan jenis hewan percobaan yang digunakan tidak
tetap. Proporsi tiap jenis hewan tidak ditentukan. Penggunaan
hewan percobaan di universitas dan lembaga penelitian sangat
bergantung pada biaya dan hubungan kerja sama dengan disiplin
lain.
Suatu senyawa yang baru ditemukan, baik hasil isolasi maupun
sintetik, terlebih dahulu diuji dengan serangkaian uji farmakologik

pada organ terpisah maupun pada hewan utuh (uji praklinik). Bila
ditemukan

suatu

aktivitas

farmakologik

yang

mungkin

bermanfaat, maka senyawa yang lolos uji ini akan diteliti lebih lanjut.
Sebelum
dibutuhkan

calon
waktu

obat

baru

beberapa

ini

dicobakan

tahun

untuk

pada

manusia,

meneliti

sifat

farmakodinamik, farmakokinetik, dan efek toksiknya pada hewan


percobaan. Dalam studi farmakokinetik, tercakup juga pengembangan
teknik analisis untuk mengukur kadar senyawa maupun metabolitnya
dalam cairan biologis. Semuanya itu diperlukan untuk memperkirakan
dosis efektif dan memperkecil resiko penelitian pada manusia.
b. Tujuan
Praktikum kali ini dilakukan dengan tujuan agar mahasiswa dapat
melakukan penanganan terhadap beberapa hewan percobaan seperti
mencit, tikus dan kelinci.
C. Bahan / Hewan, Alat Dan Obat Yang Digunakan
1. Tikus
2. Mencit
3. Ram kawat
4. Toples
D. Prosedur Percobaan
1. Cara Memperlakukan Mencit
Mencit diangkat dengan memegang pada ujung ekornya
dengan tangan kanan dan dibiarkan menjangkau kawat

kandang dengan kaki depannya.


Dengan tangan kiri, kulit tengkuknya dijepit diantara telunjuk

dan ibu jari.


Kemudian ekornya dipindahkan dari tangan kanan ke antara
jari manis dan jari kelingking tangan kiri, hingga mencit cukup
erat dipegang.

2. Cara Memperlakukan Tikus


Tikus diangkat dari kandangnya dengan memegang tubuhnya

atau ekornya dari bejana.


Kemudian diletakkan diatas permukaan kasar.

Tangan kiri diluncurkan dari belakang tubuhnya menuju kepala


dan ibu jari diselipkan ke depan dan kaki kanan depan dijepit
diantara kedua jari tersebut.

E. Pembahasan
Praktikum kali ini dilakukan agar praktikan mampu menangani
hewan percobaan seperti tikus dan mencit. Hal pertama yang
dilakukan adalah mengambil mencit dan tikus dari kandangnya.
Untuk mengambil mencit dan tikus dapat dilakukan dengan cara
memegang

ekornya

kemudian

di

pindahkan

ke

tempat

yang

diinginkan. Kemudian untuk penanganan kedua hewan tersebut


dilakukan dengan cara yang berbeda.
Mencit merupakan hewan percobaan yang sering dan banyak
digunakan di dalam laboratorium farmakologi dalam berbagai bentuk
percobaan. Hewan ini mudah ditangani dan bersifat penakut,
fotofobik,

cenderung

Aktivitasnya di malam

berkumpul

sesamanya

dan

bersembunyi.

hari lebih aktif. Kehadiran manusia akan

mengurangi aktivitasnya. Untuk menangani mencit dapat dilakukan


dengan cara mencit diangkat dengan memegang pada ujung ekornya
dengan tangan kanan dan dibiarkan menjangkau kawat kandang
dengan kaki depannya. Dengan tangan kiri, kulit tengkuknya dijepit
diantara telunjuk dan ibu jari. Kemudian ekornya dipindahkan dari
tangan kanan ke antara jari manis dan jari kelingking tangan kiri,
hingga mencit cukup erat dipegang. Cara penanganan tersebut
dilakukan agar mencit tidak bergerak atau tetap diam ketika
praktikan

melakukan

prosedur

seperti

pemberian

obat

atau

penyuntikan obat ke tubuh mencit tersebut, apabila mencit tidak


ditangani dengan benar maka mencit dapat bergerak gerak yang
dapat mengganggu prosedur penelitian dan mencit dapat lepas serta
melukai praktikan.
Tikus merupakan hewan yang relative resisten terhadap infeksi,
sangat cerdas, tenang dan mudah ditangani. Tikus tidak begitu
bersifat fotopobik (takut terhadap cahaya) seperti halnya mencit dan
kecenderungannya untuk berkumpul sesamanya juga tidak begitu
besar. Aktivitasnya tidak demikian terganggu dengan adanya manusia

disekitarnya. Suhu tubuh normal dari tikus adalah 37,5 oC. Laju
respirasi normal 210 per menitnya. Bila diperlakukan kasar atau
apabila sedang mengalami defisiensi nutrisi tikus menjadi sensitive
dan dapat menyerang praktikan. Untuk menangani tikus dapat
dilakukan dengan cara tikus diangkat dari kandangnya dengan
memegang tubuhnya atau ekornya dari bejana. Kemudian diletakkan
diatas permukaan kasar. Tangan kiri diluncurkan dari belakang
tubuhnya menuju kepala dan ibu jari diselipkan ke depan dan kaki
kanan depan dijepit diantara kedua jari tersebut.
F. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik
kesimpulan bahwa dalam penanganan hewan percobaan seperti
mencit dan tikus harus dilakukan dengan benar agar hewan
percobaan tersebut tidak bergerak-gerak yang dapat mengganggu
prosedur penelitian yang dilakukan praktikan terhadap hewan coba
tersebut dan juga demi keamanan praktikan karena apabila tidak
ditangani dengan benar hewan percobaan tersebut dapat melukai
praktikan.

G. Daftar Pustaka
Arrington, L. (1972). Introductory Laboratory Animal. The Breeding,
Care, and Management of Experimental Animal Science. New
York: The Interstate Printers and Publishing, Inc.
Green, E. (1968). Biology of The Laboratory Mouse. New York: Hill Book.
Malole, M., & Pramono, C. S. (1989). Penggunaan Hewan Percobaan di
Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi. Bogor: IPB.
Smith, B. (1988). Pemeliharaan, pembiakan, dan Penggunaan Hewan
Coba di Daerah Tropis. Jakarta: UI Press.

H. Lampiran (foto)
a. Mencit

b. Tikus

Anda mungkin juga menyukai