Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI I
PERCOBAAN I

(PENANGANAN HEWAN
PERCOBAAN)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1A

10060310002
10060310003
10060310004
10060310005
10060310006

Elsa Wulandari
M. Arif S
Mujahidah Nidaul Jannah
Animulatsih
Rika Suartika

ASISTEN KELOMPOK:
Vita Purwanti., S.Farm
LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT D
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MIPA
UNISBA
2012

I.

Tujuan
1. Dapat menjelaskan kembali karakteristik hewan-hewan yang lazim
dipergunakan dalam percobaan.
2. Dapat memperlakukan dan menangani hewan percobaan, seperti
mencit, tikus, kelinci, marmot, untuk percobaan farmakologi dengan
baik.

II.

Teori Dasar
Hewan percobaan yang digunakan dilaboraturium farmakologi
adalah hewan percobaan yang di pakai sebagai animal model oleh
suatu laboraturium medis merupakan suatu modal dasar dan modal
hidup yang mutlak dalam berbagai kegiatan penelitian (riset). Secara
definitif hewan percobaan adalah yang digunakan sebagai alat
penilaian atau merupakan modal hidup dalam suatu kegiatan
penelitian atau pemeriksaan laboraturium seacara invivo.
Pada

percobaan

kali

ini

praktikan

menggunakan

hewan

percobaan mencit dan tikus. Hewan hewan tersebut dapat digunakan


sebagai hewan percobaan untuk praktikum farmakologi ini karena
struktur dan sistem organ yang ada di dalam tubuhnya hamper mirip
dengan struktur organ yang ada di dalam tubuh manusia, sehingga
hewan hewan tersebut biasa digunakan untuk uji praklinis sebelum
nantinya akan dilakukan uji klinis yang dilakukan langsung terhadap
manusia. Salah satu penggunaan hewan percobaan adalah untuk
mengetahui

perbedaan

berbagai

rute.

Pemberian

obat

akan

mempengaruhi laju serapan obat sehingga dengan kata lain rute


pemberian obat akan mempengaruhi onset, lama dan kerja maksimum
suatu obat.
Faktor-faktor yang memepengaruhi hasil penelitian :

Penangan hewan percobaan hendaklah dilakukan dengan

penuh

rasa kasih saying dan berprikemanusian. Di dalam menilai efek


farmakologis suatu senyawa bioaktif dengan hewan percobaan dapat
dipengaruhi oleh berbagai factor, antara lain :
1. Faktor internal pada hewan percobaan sendiri : umur, jenis kelamin,
bobot badan, keadaan kesehatan, nutrisi, dan sifat genetic
2. Faktor-faktor lain yaitu faktor lingkungan, keadaan kandang,
suasana kandang, populasi dalam kandang, keadaan ruang tempat
pemeliharaan, pengalaman percobaan sebelumnya, suplai oksigen
dalam ruang pemelirahaan dan cara pemeliharaan.
3. Keadaan faktor-faktor ini dapat merubah atau mempengaruhi
respon hewan percobaan terhadap senyawa bioaktif yang diujikan.
Penangan yang tidak wajar terhadap hewan percobaan dapat
mempengaruhi hasil percobaan, memberikan penyimpangan hasil.
Disamping itu cara pemberian senyawa bioaktif terhadap hewan
percobaan tentu mempengaruhi respon hewan terhadap senyawa
bioaktif yang bersangkutan terutama segi kemunculan efeknya.
Cara pemberian yang digunakan tentu tergantung pula pada bahan
atau bentuk sedian yang akan digunakan serta hewan percobaan
yang akan digunakan. Sebelum senyawa bioaktif dapat mencapai
tempat kerjanya, senyawa bioaktif harus melalui absorpsi terlebih
dahulu.
A. Mencit
Mencit adalah hewan percobaan yang sering dan banyak
digunakan dalam laboraturium farmakologi dalam berbagai bentuk
percobaan. Hewan ini mudah ditangani dan bersifat penakut,
fotofobik,

cendrung

berkumpul

sesamanya

dan

bersembunyi.

Aktifitasnya dimalam hari lebih aktif, kehadiran manusia akan


mengurangi aktifitasnya. Suhu normal badan mencit 37,4 oC

laju

respirasi 163 menit.


Cara memegang mencit :
Mencit dapat dipegang dengan memegang ujung ekornya
dengan tangan kanan, biarkan menjangkau/mencangkram alat yang

kasar ( kawat kandang ). Kemudian tangan kiri dengan ibu jari dan
jari telunjuk menjepit kulit tengkuknya seerat/setegang mungkin.
Ekor dipindahkan dengan tangan kanan dijepit antara jari kelingking
dan jari manis tanagn kiri. Dengan demikian mencit telah terpegang
dengan tangan kiri dan siap diberi perlakuan.
Cara pemberian :
1. Cara Pemberian oral :
Pemberian secara oral pada mencit dilakukan dengan alat suntik
yang dilengkapi jarum/kanula oral ( berujung tumpul ). Kanula ini
dimasukkan

kedalam

mulut,

kemudian

perlahan

lahan

diluncurkan ke langit-langit kearah belakang sampai esophagus


kemudian dimasukkan kedalam lambung. Perlu diperhatikan
bahwa cara peluncuran/pemasukan kanus yang mulus disertai
pengeluaran

cairan

sediaannya

yang

mudah

adalah

cara

pemberian yang benar. Cara pemberian yang keliru akan masuk


kedalam

saluran

pernafasan

atau

paru-paru

yang

menyebabkan gangguan pernafasan dan kematian.


2. Cara pemberian intra peritoneal
Mencit dipegang pada kulit punggungnya sehingga

dapat

kulit

abdomennya tegang, kemudian jarum disuntikkan dengan sudut


100 dengan abdomen pada bagian tepi abdomen dan tidak
terlalu kearah kepala untuk menghindari terkenanya kandung
kemih dan hati.
3. Cara pemberian subkutan
Penyuntikan dilakukan di bawah kulit pada daerah kulit tengkut
dicubit diantara jempol dan telunjuk kemudian jarum ditusukkan
dibawah kulit diantara kedua jari tersebut.
4. Cara pemberian intramuscular
Penyuntikan dilakukan kedalam otot pada daerah otot paha.
5. Cara pemberian intravena
Penyuntikan dilakukan pada vena ekor. Hewan dimasukkan
kedalam kandang individual yang sempit dengan ekor dapat
menjulang keluar. Dilatasi vena untuk memudahkan penyuntikan,
dapat dilakukan dengan pemanasan dibawah lampu atau air
hangat.
B. Tikus putih

Tikus berukuran lebih besar dari pada mencit dan lebih cerdas.
Umumnya tikus putih ini tenang dan demikian mudah digarap. Tidak
begitu bersifat fotofobik dan tidak begitu cenderung berkumpul
sesamanya seperti mencit. Aktifitasnya tidak begitu terganggu oleh
kehadiran manusia

disekitarnya

bila

diperlakukan kasar atau

mengalami defisiensi makanan, tikus akan menjadi galak dan sering


dapat menyerang si pemegang.
Penangannya:
Seperti halnya pada mencit, tikus dapat ditangani dengan menarik
ekornya, biarkan kaki tikus mencengkram alas yang kasar ( kawat
kandang ), kemudian secara hati-hati diluncurkan tangan kiri dari
belakang kearah kepalanya seperti pada mencit tetapi dengan
kelima jari, kulit tengkuk dicengkram, cara lain yaitu selipkan ibu jari
dan telunjuk menjepit kaki kanan depan tikus sedangkan kaki kiri
depan tikus diantara jari tengah dan jari manis. Dengan demikian
tikus akan terpegang kepalanya diantara jari telunjuk dan jari
tengah. Pemegangan tikus dilakukan dengan tangan kiri sehingga
tangan kanan kita dapat melakukan perlakuan.
Pemberian obat:
Cara-cara pemberian oral, ip, sk, im, dan iv dapat dilakukan, seperti
pada mencit. Penyuntikan secara iv dapat pula dilakukan pada vena
penis tikus jantan dengan bantuan pembiusan hewan percobaan.
Penyuntikan sk dapat dilakukan pula pada daerah kulit abdomen.
Bobot Badan hewan Coba yang Digunakan di dalam penggunaan,
hewan percobaan yang digunakan dapat berdasarkan kriteria bobot
badannya di samping usianya. Farmakope Indonesia edisi III-1979
mengemukakan kriteria bobot beberapa hewan percobaan yang
digunakan dalam uji hayati.
Mencit
: 17-25 gram
Tikus : 150-200 gram
CARA MENGORBANKAN HEWAN PERCOBAAN

1. Pengorbanan hewan sering diperlakukan apabila keadaan rasa


sakit yang hebat atau lama akibat suatu percobaan atau
apabila

mengalami

kecelakaan,

menderita

sakit

atau

jumlahnya terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan.


2. Etanasi atau cara kematian tanpa rasa sakit perlu dilakukan
sedemikian sehingga hewan akan mati dengan seminimal
mungkin rasa sakit. Pada dasarnya cara fisik yaitu dengan
melakukan dislokasi leher adalah cara yang paling cepat,
mudah

dan

berprikemanusiaan,

tetapi

cara

perlakuan

kematian juga perlu ditinjau bila ada tujuan dari pengorbanan


hewan percobaan dalam rangkaian percobaan.
3. Cara pengorbanan hewan lain adalah dengan menggunakan
gas

karbondioksida

dalam

wadah

khusus

atau

dengan

pemberian pentobarbital natrium pada takaran letalnya.


ANESTESI PADA BEBERAPA HEWAN PERCOBAAN
Perlakuan anestesi terhadap hewan percobaan kadang kala
diperlakukan untuk memudahkan cara pemberian senyawa bioaktif
tertentu

(pemberian

i.v

pada

vena

penis

tikus)

dan

untuk

percobaan-percobaan tertentu, misalnya pengukuran tekanan darah


insitu pada karotid hewan dengan manometer condon. Umumnya
anestesi hewan percobaan dapat dilakukan dengan pemberian
uretan sebesar 1,2 gram/kg bobot badan yang diberikan secara
intra peritoneal.
III.

Alat dan Bahan


Alat

Bahan

Hewan
Percobaan

Kandang

Air matang

Mencit

Makanan

Tikus

hewan
Alat Suntik

hewan

III.

Prosedur Kerja
1. Cara memegang hewan percobaan sehingga siap untuk
diberi sediaan uji.
a. Mencit
Mencit diangkat ujung ekornya dengan tangan kanan,
diletakkan pada suatu tempat yang permukaannya tidak licin
(misal ram kawat pada penutup kandang), sehingga kalau ditarik,
mencit akan mencengkeram. Kulit tengkuk mencit dijepitkan
dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri, sedangkan ekornya
tetap dipegang dengan tangan kanan. Posisi tubuh mencit
dibalikkan, sehingga permukaan perut menghadap kita dan ekor
dijepitkan antara jari manis dan kelingking tangan kiri.
b. Tikus
Tikus dapat diperlakukan sama seperti mencit, tetapi bagian
ekor yang dipegang sebaiknya pada bagian pangkal ekor dan
pegangannya pada bagian tengkuk bukan dengan memegang
kulitnya.
Cara memegang tikus adalah sebagai berikut:
Tikus diangkat dengan memegang ekornya dari belakang dan
kemudian diletakkan di atas permukaan kasar. Tangan kiri
diluncurkan perlahan-lahan dari belakang tubuhnya menuju
kepala. Ibu jari dan telunjuk diselipkan ke depan dan kaki kanan
depan dijepit diantara kedua jari tersebut.
2. Cara memberikan obat pada hewan percobaan
a. Mencit
Oral :
Cairan obat diberikan dengan menggunakan sonde oral. Sonde
oral ditempelkan pada langit-langit mulut atas mencit, kemudian
dimasukkan perlahan-lahan sampai ke esophagus dan cairan
obat dimasukkan.

Sub kutan :
Kulit di daerah tengkuk diangkat dan ke bagian bawah kulit
dimasukkan obat dengan menggunakan alat suntik 1 ml dengan
posisi sudut 450.
Intravena :
Mencit dimasukkan ke dalam kandang restriksi mencit, dengan
ekornya menjulur keluar. Ekornya dicelupkan ke dalam air hangat
agar

pembuluh

memudahkan

vena

ekor

pemberian

mengalami

obat

ke

dalam

dilatasi,

sehingga

pembuluh

vena.

Pemberian obat dilakukan dengan menggunakan jarum suntik


no.24
Intramuskular :
Obat disuntikkan pada paha posterior dengan jarum suntik no.24.
Intra peritonial :
Mencit dipegang dengan cara seperti 1.a, pada saat penyuntikan,
posisi kepala lebih rendah dari abdomen. Jarum disuntikkan
dengan sudut sekitar 100 dari abdomen pada daerah yang sedikit
menepi dari garis tengah, agar jarum suntik tidak mengenai
kandung kemih. Penyuntikan juga jangan di daerah yang terlalu
tinggi agar terjadinya penyuntikan pada hati dapat dihindari.
b. Tikus
Pemberian secara oral, intramuskular, dan intra peritonial dapat
dilakukan dengan cara yang sama seperti pada mencit. Pemberian
secara sub kutan dapat dilakukan di bawah kulit tengkuk atau kulit
abdomen. Pemberian secara intra vena lebih mudah dilakukan pada
vena penis dibandingkan dengan vena ekor.
IV.

Data Pengamatan dan Perhitungan


Cara Memegang Hewan Percobaan

Jenis hewan

Cara Memeang Hewan Percobaan

Mencit

Dikerjakan

Tikus

Dikerjakan

Kelinci

Tidak Dikerjakan

Marmot

Tidak Dikerjakan

Cara Memberikan Obat pada Hewan Percobaan

V.

Perlakuan

Mencit

Tikus

Kelinci

Marmot

Oral

Dikerjakan

Dikerjakan

Tidak
Dikerjakan

Tidak
Dikerjakan

Sub kutan

Dikerjakan

Dikerjakan

Tidak
Dikerjakan

Tidak
Dikerjakan

Intra vena

Tidak
Dikerjakan

Dikerjakan

Tidak
Dikerjakan

Tidak
Dikerjakan

Intramuskular

Dikerjakan

Dikerjakan

Tidak
Dikerjakan

Tidak
Dikerjakan

Intra peritoneal

Dikerjakan

Dikerjakan

Tidak
Dikerjakan

Tidak
Dikerjakan

Pembahasan
Percobaan

ini

hanya

dilakukan

terhadap

mencit

dan

tikus

dikarenakan ketersediaannya hewan percobaan. Dilihat dari perbedaan


karakteristik kedua hewan, terasa lebih mudah dalam menangani
mencit karena ukuran badannya lebih kecil dibanding tikus. Faktorfaktor

yang

mempengaruhi

kondisi

mencit

diantaranya

adalah

kebisingan suara didalam laboratorium, frekuensi perlakuan terhadap


mencit tersebut, dan lain-lain.
Dalam menangani mencit, semua kondisi yang menjadi faktor
internal dan eksternal dalam penanganan hewan percobaan harus
optimal,untuk menjaga kondisi mencit tersebut tetap dalam keadaan
normal. Apabila kondisi nya terganggu, maka mencit tersebut

akan

mengalami

stress.

Kondisi

stress

yang

terjadi

pada

mencit akan mempengaruhi hasil percobaan yang dilakukan.


Rute pemberian obat dengan sonde oral harus dipastikan sudah
mencapai

rahang

mencit, karena jika

tidak,

obat yang

diinjeksikan akan dimuntahkan kembali oleh mencit tersebut.


Oleh karena

itu,

kurang

lebih

batang

sonde

oral

itu

dimasukkan kurang lebih bagian hingga terbenam ke dalam


mulut/ rahang mencit tersebut.
A. Karakteristik Mencit dan Tikus
Mencit
Dalam laboratorium mudah ditangani, bersifat penakut, fotofobik,
cenderung berkumpul sesamanya, mempunyai kecenderungan
untuk bersembunyi dan lebih aktif pada malam hari, kehadiran
manusia akan menghambat mencit. Suhu tubuh normal(37,4C).
Laju respirasi normal 163 tiap menit.
Tikus
Relatif resisten terhadap infeksi dan sangat cerdas. Tikus putih
pada umumnya tenang dan mudah ditangani. Ia tidak begitu
bersifat fotofobik seperti halnya mencit, dan kecenderungannya
untuk

berkumpul

sesamanya

juga

tidak

begitu

besar.

Aktivitasnya tidak demikian terganggu dengan adanya manusia


disekitarnya. Suhu tubuh 37,5C.Laju respirasinya normal 210
tiap menit.
B. Faktor Internal dan Eksternal
Faktor Internal
Faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil percobaan
adalah variasi biologik (usia, jenis kelamin), ras dan sifat genetik,
status

kesehatan

dan

nutrisi,

bobot

tubuh,

dan

luas

permukaan.Usia dan jenis kelamin berpengaruh pada hasil


percobaan karena pada usia yang tepat pada fase hidup hewan
tersebut, efek farmakologi yang dihasilkan akan lebih baik. Beda
hasilnya jika usia hewan tersebut masih bayi. Jenis kelamin
juga berpengaruh di lihat dari literature bobot badan hewan akan

berbeda. Hal ini berpengaruh pada dosis yang akan di gunakan


pada hewan percobaan tersebut.Begitu juga dengan ras dan sifat
genetik, berpengaruh karena jika menggunakanhewan percobaan
dengan

ras

dan

sifat

genetik

yang

berbeda-beda,

maka

hasil percobaannya juga akan berbeda. Hal ini karena gen pada
setiap individu berbeda.
Dengan gen yang berbeda-beda dan karakteristik yang
berbeda pula, maka masing-masing memiliki perbedaan dalam
perilaku, kemampuan imunologis, infeksi penyakit, kemampuan
dalam memberikan reaksi terhadap obat, kemampuan reproduksi
dan lain sebagainya. Status kesehatan dan nutrisi berpengaruh
terhadap hasil percobaan karena efek yang dihasilkan dalam
dosis akan cepat diserap oleh tubuh dan berlangsung cepat efek
yang di hasilkan. Selain itu, bobot tubuh dan luas permukaan
tubuh juga berpengaruh dalam hasil percobaan. Bobot dan luas
permukaan tubuh hewan yang besar akan lebih membutuhkan
lebih banyak dosis dibandingkan dengan yang memiliki bobot
dan luas permukaan tubuh yang kecil untuk mendapatkan data
kuantitatif yang akurat pada efek farmakologis yang terjadi.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil percobaan
adalah pemeliharaan lingkungan fisiologik (keadaan kandang,
suasana asing atau baru, pengalaman hewan dalam penerimaan
obat, keadaan ruangan tempat hidup sepertisuhu, kelembaban
udara, ventilasi, cahaya, kebisingan serta penempatan hewan),
suplai

oksigen,

pemeliharaan

keutuhan

struktur

ketika

menyiapkan jaringan atauorgan untuk percobaan. Meningkatnya


kejadian penyakit infeksi pada hewan percobaan, disebabkan
karena kondisi lingkungan yang jelek di mana hewan itu tinggal.
Maka dengan meningkatnya kejadian penyakit infeksi dan
disertai dengan keadaan nutrisiyang jelek pula, akan berakibat
resistensi

tubuh

menurun,

sehingga

akan

berpengaruhterhadap hasil
menghasilkan

hasil

tersebutharus

suatu

percobaan.

percobaan yang baik,

disesuaikan

dengan

Jadi,

faktor

untuk

eksternal

karakteristik

hewan

percobaan agar hewan tersebut tidak stres. Karena kalau hewan


tersebut stres akan menghambat percobaan.
C. Cara Penanganan dan Pemmberian Obat

Gambar 1. Perlakuan
terhadap mencit

Gambar 1. Perlakuan
terhadap tikus

1. Pemberian secara oral


Pemberian secara oral pada mencit dilakuakan dengan alat
suntik yang dilengkapi jarum berujung tumpul, yang telah diisi
cairan obat (aquades) 0,5 ml. kita menarik kulit pada bagian
tengkuk mencit dengan jari tengah dan ibu jari tangan kiri, dan
tangan

kanan

memegang

ekornya lalu

membalikkan

tubuh

mencit sehingga menghadap ke kita dan menjepit ekor dengan


kelingking dan jari manis tangan kiri, dimana posisi kepala
mencit menengadah dan mulutnya sedikit terbuka, sonde oral
(jarum tumpul) ditempatkan pada langit langit mulut atas mencit
kemudian memasukkan perlahan sampai ke esophagus dan
cairan obat dimasukkan.
2. Pemberian secara subkutan
Penyuntikan dilakukan di bawah kulit pada daerah tengkuk
dengan mencubit tengkuk di antara jempol dan telunjuk.
Bersihkan area kulit yang akan disuntik dengan alcohol 70%.

Masukkan obat dengan menggunakan alat suntik 1 ml secara


paraler dari arah depan menembus kulit sampai terdengar bunyi
klik.

Kita

melakukan

dengan

cepat

untuk

menghindari

pendarahan yang terjadi dengan kepala mencit.

Gambar 2. Cara Memberikan Obat Secara Subkutan


Gambar 3. Cara Memberikan Obat Secara Oral
3. Pemberian secara intravena
Penyuntikan dilakukan pada vena ekor. Hewan dimasukkan ke
dalam

kandangindividual

yang

sempit

dengan

ekor dapat

menjulang ke luar. Untuk memudahkan penyuntikan, dapat


dilakukan dengan pemanasan di bawah lampu atau dengan
air hangat untuk dilatasi vena.
Pada saat melakukan injeksi, di dalam alat suntik tidak boleh ada
udara. Karena jika di dalamnya ada udara, pada saat dimasukan
ke dalam vena ekor, vena akanrusak dan tidak stabil serta ekor
akan menggelembung. Untuk menanggulanginyakeluarkan jarum
dan

masukkan

kembali

itu

sedikit

di

atas

awal

injeksi.

Jika pemberian obat secara intravena berhasil dengan posisi yang

benar, maka akanterlihat pada vena jarum warnanya menjadi


pucat.
4. Pemberian secara intra muscular
Obat disuntikkan pada paha posterior. Mencit dipegang dengan
cara menyamping, dimana ibu jari dan telunjuk memegang
kepala mencit dengan tangan kiri kemudian kelingking dan jari
manis memegang paha dan perut bagian kiri mencit. Bersihkan
area kulit yang akan disuntik dengan alcohol 70%. Masukkan
obat dengan menggunakan alat suntik 1 ml.

Gambar 4. Cara Memberikan Obat Secara Intravena


Gambar 5. Cara Memberikan Obat Secara Intramuskular
5. Pemberian secara intraperitoneal
Mencit dipegang dan diposisikan telentang, pada penyuntikan
posisi kepala lebih rendah dari abdomen. Jarum disuntikkan dari
abdomen yaitu, pada daerah yang menepi dari garis tengah,
agar jarum suntik tidak terkena kandung kemih dan tidak terlalu
tinggi supaya tidak terkena penyuntikan pada hati.

Gambar 6. Cara Memberikan Obat Secara Intraperitoneal


VI. KESIMPULAN
1. Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit dan tikus putih.
2. Cara pemberian obat pada mencit dengan berbagai cara, yaitu cara
Pemberian oral, cara pemberian

intra peritoneal, cara pemberian

subkutan, cara pemberian intramuscular, cara pemberian intravena.


3. Cara pemberian obat pada tikus putih dengan berbagai cara, yaitu
cara Pemberian oral saja yang dilakukan karena kondiisi tikus yang
sulit ditangani.
4. Karena ada berbagai macam faktor maka, cara penanganan mencit
lebih mudah dibandingkan penanganan tikus putih.
5. Faktor yang mempengaruhi hasil percobaan yaitu, faktor internal
(usia, jenis kelamin, ras dan sifat genetik, status kesehatan dan
nutrisi, bobot tubuh, luas permukaan tubuh). Faktor eksternal (suplai
oksigen, pemeliharaan kandang, suasana baru, pengalaman hewan
dalam pemberian obat, keadaan ruangan).
6. Untuk memperoleh efek farmakologis yang sama dari suatu obat
pada spesies hewan percobaan, diperlukan data penggunaan dosis
dengan menggunakan perbandingan luas permukaan tubuh setiap
spesies.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Penanganan Hewan Percobaan. Jakarta
Kadaryanto et al. 2006.20. Biologi 2. Yudhistira, Jakarta
http://medicafarma.blogspot.com/2010/04/penangananhewan-percobaan_ 24.html. Diakses tanggal 8 Oktober 2012
pukul 21.25 WIB.

Sulaksono,
Menentukan

M.E.,

1992.

Karakt eristik

Percobaan Biomedis. Jakarta

Faktor
Hewan

Keturunan
Percobaan

dan

Lingkungan

dan

Hasil Suatu

Anda mungkin juga menyukai