TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kecombrang
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Class
: Liliopsida
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Etlingera
Species
jambu. Buahnya kecil dan berwarna coklat. Akarnya berbentuk serabut dan
berwarna kuning gelap (Syamsuhidayat, 1991).
2.1.4 Kandungan dan Manfaat
Hampir seluruh bagian dari tumbuhan ini dapat dimanfaatkan. Dalam
kecombrang terkandung zat aktif seperti saponin, flavonoid dan polifenol. Zat
aktif tersebut dikenal sebagai deodoran alami yang akan mengurangi bau badan
bagi orang yang mengkonsumsinya.
Buah Kecombrang mengandung zat aktif seperti minyak atsiri, flavonoid,
antosianidin dan polifenol (Adliani, 2012). Bunga kecombrang mengandung
minyak atsiri tidak kurang dari 0,44% dan flavonoid total tidak kurang dari 0,06%
(Kemenkes RI, 2011).
2.2
Polifenol
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat
ini memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya.
Polifenol sering terdapat dalam bentuk glikosida polar dan mudah larut dalam
pelarut polar. Beberapa golongan bahan polimer penting dalam tumbuhan seperti
lignin, melanin dan tanin adalah senyawa polifenol (Harbone, 1996).
Komponen polifenol mempunyai peranan yang sangat penting dalam
memberikan manfaat antioksidan pada buah-buahan dan sayuran tertentu. Secara
umum, polifenol terbagi atas dua bagian besar yaitu flavonoid dan asam fenolat.
Flavonoid merupakan
2.3
Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron donor) atau
2.4
Radikal Bebas
Radikal bebas adalah suatu senyawa atau molekul yang mengandung satu
radikal
bebas
terhadap
molekul
disekelilingnya
akan
2.5
peredaman radikal bebas adalah dengan metode radikal DPPH. Metode dengan
pereaksi DPPH ini merupakan metode yang sederhana, cepat dan peka untuk
digunakan sebagai metode uji aktivitas peredaman radikal bebas (Hanani, et al,
2005).
Mekanisme terjadinya reaksi DPPH ini berlangsung melalui transfer
elektron. Metode uji aktivitas peredaman radikal bebas DPPH secara kualitatif
dilakukan dengan menyemprotkan senyawa radikal bebas DPPH pada pelat KLT.
Proses ini ditandai dengan memudarnya warna larutan dari ungu menjadi kuning
(Wicaksono, 2005).
Dalam pengujian DPPH, kemampuan aktivitas antioksidan terhadap DPPH
dilakukan dengan mengamati penurunan absorbansi pada panjang gelombang 515
517 nm. Penurunan absorbansi terjadi karena penambahan elektron dari
senyawa antioksidan pada elektron yang tidak berpasangan pada gugus nitrogen
dalam struktur senyawa DPPH (Oktaviana, 2010).
2.6
2010).
Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok (Farmakope Herbal, 2011).
Pengambilan bahan aktif dari suatu tumbuhan, dapat dilakukan dengan
ekstraksi. Dalam proses ekstraksi ini, bahan aktif akan terlarut oleh zat penyari
yang sesuai sifat kepolarannya. Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa
faktor seperti sifat dari bahan mentah obat, daya penyesuaian dengan tiap macam
metode ekstraksi, dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna
atau mendekati sempurna (Ansel, 1989).
Ditinjau dari suhu, ekstraksi dapat dibagi menjadi menjadi dua golongan
yaitu:
a. Ekstraksi dingin, dilakukan terhadap bahan tumbuhan yang mengandung
senyawa yang bersifat termolabil. Akan tetapi dalam metode memerlukan
waktu yang relatif lebih lama bila dibandingkan dengan ekstraksi panas.
b. Ekstraksi panas, dilakukan terhadap simplisia yang sudah diketahui
memiliki kandungan senyawa yang stabil terhadap pemanasan.
2.7
diamnya berupa lapisan yang seragam pada permukaan bidang datar yang
didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium atau pelat plastik. Fase diam yang
digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan diameter
partikel antara 10 30 m. Penjerap yang paling sering digunkan adalah silika
dan serbuk selulosa. Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan
bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara
menaik (Gandjar dan Rohman, 2007).
Kromatografi Lapis Tipis ini merupakan salah satu metode uji aktivitas
peredaman
radikal
bebas
DPPH
secara
kualitatif,
yaitu
dengan
cara
menyemprotkan senyawa radikal bebas DPPH pada pelat KLT. Proses ini ditandai
dengan memudarnya warna larutan dari ungu menjadi kuning (Wicaksono, 2005).
2.8
Spektrofotometer UV-Visibel
Spektrofotometer UV-Visibel adalah alat yang dapat mengukur energi
transisi elektron yang terdapat di dalam ikatan suatu molekul. Daerah panjang
gelombang elektromagnetik pada pengukuran adalah, antara 200 400 nm untuk
UV dan antara 400 750 nm untuk visibel.
Spektrum UV-Visibel merupakan korelasi antara absorbansi (sebagai
ordinat) dan panjang gelombang (sebagai absis). Pada spektrofotometer UVVisibel warna yang diserap oleh suatu senyawa adalah warna komplementer dari
warna yang teramati.
Hal tersebut dapat diketahui dari larutan barwarna memiliki serapan maksimum
pada warna komplementernya (Gandjar dan Rohman, 2007).
Spektrofotometer UV-Visibel digunakan untuk mendeteksi senyawa yang
memiliki gugus kromofor. Kromofor adalah gugus fungsional yang mengabsorpsi
radiasi ultraviolet dan tampak. Suatu kromofor pada senyawa dapat muncul atau
memberikan serapan pada spektrum serapan UV-Visibel jika senyawa tersebut
memiliki gelombang maksimum yang lebih besar dari 190 nm. Konsentrasi
larutan yang dianalisis sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang
terdapat dalam larutan (Hendayana, 1994).