Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktik Etologi

Mengamati Tingkah Laku Kucing Liar dan Kucing


Peliharaan Terhadap Lingkungan Sekitar

Oleh

Nur Fajri (1708104010051)


Rojatul Maisarah (1708104010049)

Dosen Pembimbing:
Fauziah, S.Si., M.Si.
NIP. 197411241999032003

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH
NOVEMBER, 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kucing (Felis silvestris catus) yaitu salah satu jenis hewan karnivora yang masih satu
family dengan kucing-kucing lainnya seperti harimau dan singa. Akan tetapi, kucing (Felis
silvestris catus) memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dan sudah banyak beradaptasi untuk
hidup disekitar manusia. Kucing memiliki gigi yang tajam, kumis yang dapat mendeteksi arus
udara, getaran, benda padat dan ini merupakan karakteristik dari predator (Siscawati, 2012).
Kucing merupakan salah satu predator terhebat di dunia. Kucing dapat membunuh atau
memakan beberapa ribu spesies. Tetapi karena ukurannya yang kecil, kucing tidak begitu
berbahaya bagi manusia. Bahkan saat ini, sangat banyak orang yang memilih kucing sebagai
hewan peliharaan yang hidup bersama pemiliknya didalam rumahnya. Kebanyakan, kucing
peliharaan ini juga berasal dari keturunan kucing liar yang dijinakkan. Kucing yang telah
dijinakkan tentu perilakunya akan berubah sesuai dengan apa yang diajarkan dan dipelajari
oleh kucing tersebut. Perubahan perilaku ini menyebabkan perbedaan-perbedaan yang sangat
signifikan dibandingkan kucing yang masih liar.
Perilaku (behavior)individual adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh otot atau
kelenjar dan dikendalikan oleh sistem saraf sebagai respons terhadap suatu rangsangan
(Campbell, 2012). Perilaku hewan adalah serangkaian aktivitas yang mengorientasikan
hewan terhadap lingkungan eksternalnya. Meskipun perilaku sering diasumsikan sebagai
pergerakan yang bisa diamati tetapi perilaku juga bisa diartikan sebagai respon-respon
internal yang adaptif. Pola-pola perilaku biasanya berpusat ada pencarian makanan,
pencarian pasangan kawin, perawatan anak, penjagaan terhadap bahaya, dan tugas-tugas lain
yang penting dalam kehidupan suatu individu. Sistem-sistem yang berperan dalam suatu
perilaku adalah sistem-sistem otot, saraf, rangka, dan endokrin (George, 2005).
Menurut Agus Dharmawan et al., (2004), reaksi dari suatu hewan ditentukan oleh
kemampuan potensial indra. Potensi alat indra itu berhubungan denganbeberapa aspek yaitu
kepekaan, diskriminasi dan lokalisasi. Kepekaan adalah kekuatan untuk menangkap
rangsangan, misalnya pendengaran kucing sangat peka, terutama pada suara hewan pengerat
seperti tikus. Penciuman kucing juga sangat peka, dari kejauhan sudah bisa mencium bau
ikan, dan sebagainya. Diskriminasi adalah kemampuan untuk membedakan rangsang, baik
kekuatan maupun macamnya. Kemampuan untuk membedakan kekuatan rangsang penting
untuk menentukan perlu atau tidaknya respons dan tinggi rendahnya respons. Lokalisasi
adalah kemampuan untuk menempatkan atau menentukan sumber rangsangan dalam ruang.
Lokalisasi meliputi aspek jarak dan arah.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Kucing peliharaan dan kucing liar berasal dari keturunan yang sama yaitu kucing liar.
Akan tetapi, kucing peliharaan telah dijinakkan oleh pemiliknya. Sehingga perilakunya akan berubah
sesuai dengan apa yang diajarkan dan dipelajari oleh kucing tersebut. Salah satu perubahan
perilaku pada kucing yang sangat sering terjadi yaitu perubahan perilaku makan dan tidur.
Oleh karena itu, dilakukan praktikum ini untuk melihat perbedaan perilaku makan dan
perilaku tidur pada kucing liar dengan kucing peliharaan.

1.3 TUJUAN PRAKTIKUM


Tujuan dari praktikum ini untuk meningkatkan pengetahuan bahwa adanya perbedaan
tingkah laku pada kucing liar dan kucing peliharaan.

1.4 MANFAAT PRAKTIUKM


Praktikum ini bermanfaat bagi mahasiswa untuk mengetahui perbedaan tingkah laku
yang terjadi pada kucing liar dan kucing peliharaan. Sehingga mahasiswa dapat membagi
informasi bahwa adanya perbedaan tingkah laku terhadap hewan yang sama.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 TINGKAH LAKU


Kucing Sebagai karnivora sejati, kucing harus makan daging hewan untuk menjaga
tubuhnya tetap sehat dalam jangka waktu yang lama. Sifat predator alami ini diturunkan dari
nenek moyang kucing sampai ke generasi kucing yang ada saat ini sehingga apabila kucing
dibiarkan hidup sendiri (tidak diberi makan manusia) maka kucing akan bertahan hidup
dengan cara memakan binatang binatang kecil yang ada di lingkungannya. Menurut Ahmad,
(2008) menjelaskan bahwa di alam bebas kucing biasa makan sampai sepuluh kali dalam
rentang waktu 24 jam, sedangkan kucing rumahan yang ada sekarang ini pada umumnya
diberi makan tiga kali sehari, perubahan ini menyebabkan timbulnya gangguan tingkah laku
yang berhubungan dengan pola makan.
Sebagai pemburu oportunistik, kucing terbiasa memangsa binatang apa saja yang ada
di lingkungan sekitarnya, binatang buruannya juga bisa berubah menyesuaikan ketersediaan
atau populasi pada waktu tertentu( tergantung musim). Di alam lepas, mamalia kecil seperti
kelinci dan tikus merupakan 75% atau lebih dari menu utama kucing. Menurut Alex (2001),
menjelaskan bahwa Secara alami tingkah laku makan kucing terbagi atas dua fase, yaitu fase
apetitif dan fase konsumtif. Pada fase apetitif kucing akan mengejar, berburu, menangkap dan
membunuh mangsanya, sedangkan pada fase konsumtif kucing memakan buruannya tersebut.
Dengan beberapa penyesuaian, konsep ini juga berlaku pada kucing yang dipelihara di dalam
rumah walaupun kucing kucing tersebut tidak memiliki kesempatan berburu seperti kucing di
alam bebas.
Kucing yang dipelihara dirumah, fase apetitif ditunjukkan dengan sikap kucing
merengek rengek minta makan, mencuri curi kesempatan untuk mengambil makanan dari
meja makan atau dengan mengambil makan di kotak sampah rumah. Fase konsumtif
ditunjukkan dalam bentuk mengunyah (memotong motong) makanan dan menelan makanan
itu sendiri. Berbeda dengan kucing liar, kucing yang dipelihara di rumah tidak memiliki
kesempatan secara penuh untuk menunjukkan tingkah laku alami sebagai pemangsa. Tingkah
laku yang hilang (tidak bisa ditunjukkan) pada kucing rumahan berupa yaitu mengejar,
menyerang, menangkap, membunuh, membawa buruan ke wilayahnya, mengoyak kulit,
menggigit tulang dan menyembunyikan makanan yang tersisa (Abu Bakar, 2010 )
Menurut Surti (2006), mejelaskan bahwa Kebiasaan memakan tanaman kecil juga
merupakan hal yang wajar bagi kucing, hal ini disebabkan karena kucing membutuhkan
selulosa dalam jumlah kecil untuk membantu proses pencernaannya. Penting untuk
diperhatikan bahwa kucing yang tinggal di rumah harus dijaga dan dijauhkan dari tumbuhan
yang diberi insektisida atau bahan kimia lainnya. Masa penyapihan adalah masa yang penting
dalam hidup mamalia, perubahan dari sepenuhnya tergantung pada induk menjadi
sepenuhnya mandiri.Induk kucing biasanya mulai proses penyapihan pada usia 4 minggu,
dimana induk membawa binatang buruan pulang untuk dimakan anaknya, pada periode
berikutnya binatang buruan dibawa pulang dalam keadaan hidup untuk dibunuh sendiri oleh
anak anaknya sampai sang anak bisa mencari dan menangkap binatang buruan sendiri.
Kucing rumahan, adanya hubungan yang erat antara kucing dan pemiliknya dimana
kucing yang diberi makan oleh pemiliknya maka kucing akan melihat pemilik sebagai figur
induknya karena dialah yang memberi makanan. Proses penyapihan biasanya berlangsung
sampai 7 – 8 minggu, walaupun setelah itu anak kucing masih terlihat sesekali menyusu pada
induknya sampai berbulan bulan walaupun sebenarnya sudah tidak keluar air susunya.
Dengan menyusu anak kucing merasa nyaman terutama ketika merasa stress. Sebagai
pemburu yang tangguh banyak organ motorik kucing yang dirancang untuk mengejar dan
menangkap mangsanya, kemampuan berburu bertambah sesuai dengan pengalaman serta
pengamatannya melihat sang induk memburu mangsanya ketika masih kecil. Pengalaman
sosial kucing sangat mempengaruhi insting atau naluri berburunya. Menurut penelitian
surdiman (2010), kucing yang dibesarkan dengan satu jenis tikus ketika masih kecil tidak
akan memburu tikus jenis tersebut ketika sudah dewasa walaupun masih mau memburu tikus
jenis lain.

2.2.1 MAKAN
Makanan kucing adalah makanan khusus yang diberikan dan dikonsumsi oleh kucing
domestik. Makanan kucing harus memiliki kebutuhan gizi yang dibutuhkan oleh kucing,yaitu
makanan yang banyak mengandung vitamin dan asam amino. Makanan yang mengandung
asam amino taurin contohnya adalah daging. Kekurangan zat taurin dalam jangka waktu
panjang, misalnya jika kucing diberi makanan anjing yang mengandung sedikit taurin, dapat
mengakibatkan degenerasi retina, kehilangan penglihatan, dan kerusakan jantung.
Makanan kucing kebanyakan dapat dibeli di toko makanan kucing, toko hewan
peliharaan, dan pasar swalayan, yang terdapat dalam bentuk kering dan basah dalam bentuk
kalengan. Makanan kering (mengandung 8-10% air) biasanya dibuat dengan cara ekstrusi
daging dengan tekanan dan suhu yang tinggi. Makanan kering dapat ditambahkan bahan lain
seperti lemak makanan dengan cara disemprotkan untuk meningkatkan palatabilitas dan rasa.
Makanan kering memiliki harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan jenis makanan
kucing lainnya. Kelebihan lainnya dari makanan kering ini adalah, makanan ini baik untuk
kesehatan gigi dan makanan ini juga tidak mudah rusak dan rasanya dapat bertahan selama
beberapa hari, walaupun dibiarkan di dalam mangkuk makanan kucing. Namun, makanan
kering yang disemprotkan dengan lemak dapat menyebabkan makanan tersebut menjadi
tengik dan akan mengalami oksidasi. Makanan kering tidak seperti makanan kaleng yang
mudah rusak dalam beberapa jam. Selain itu, beberapa orang berpendapat bahwa makanan
kering dapat membantu kucing untuk mencegah deposito tartar ( Hartuti et al., 2014).
Makanan basah atau makanan kaleng (mengandung 75-78% air) umumnya dalam
kemasan kaleng yang berbagai ukuran, yaitu 3 ons (85 gram), 5,5 ons (156 gram), dan 13 ons
(369 gram). Makanan basah juga dijual dalam bentuk kantong plastik foil dan juga saset.
Makanan ini dibuat dari daging berkualitas tinggi. Makanan basah dibuat dengan cara
digiling dan dicampur dan kemudian ditumbuk agar menjadi bubur. Makanan basah secara
sistematis telah disterilkan dan dipasteurisasi. Kadar air yang tinggi dari makanan ini
mengandung banyak manfaat bagi kesehatan, namun makanan ini kurang baik bagi kesehatan
gigi. Pemilik dan dokter hewan telah merekomendasikan pola makanan yang terdiri dari
sebagian besar atau seluruhnya makanan basah. Makanan basah biasanya mengandung
sedikit serealia dan karbohidrat. Makanan ini banyak terdapat ikan, yang mengandung
banyak asam lemak tak jenuh, dan jika dikonsumsi dapat menyebabkan peradangan pada
jaringan adiposa. Dibandingkan dengan makanan kering, makanan basah dapat mengurangi
kemungkinan masalah buang air kecil, diabetes, gagal ginjal, sembelit dan obesitas pada
kucing
Salah satu nutrisi yang paling penting bagi kucing adalah taurin. Taurin merupakan
turunan dari asam amino yang tidak dapat dihasilkan dari kucing itu sendiri. Sebuah
pengalaman menunjukkan bahwa kucing yang kekurangan taurin dapat mengalami masalah
retina. Dalam kasus ekstrem, kucing bahkan mungkin dapat menjadi buta. Kandungan
magnesium pada makanan kucing tidak boleh tinggi, karena jika mengandung magnesium
yang tinggi dapat menyebabkan gangguan saluran kencing pada kucing (Campbell, 2004).
BAB III
METODE KERJA

3.1 WAKTU DAN TEMPAT


Pelaksaan praktikum dimulai pada tanggal 20 November 2020 – 23 November 2020
yang dilakukan di kediaman praktikan yang berlokasi di daerah Rukoh dan Tanjung Selamat.

3.2 ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunkan 1 ekor kucing liar, 1 ekor kucing peliharaan, makanan
kering, daging ikan, mencit dan kamera.

3.3 CARA KERJA


Pengamatan dilakukan selama 3 hari di kediaman praktikan. Pengamatan dilakukan
dengan cara memvideokan tingkah laku tidur dan tingkah laku makan kucing liar dan kucing
peliharaan yang diberi makan toko dan makanan rumahan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan


4.1.1 Kucing Peliharaan
Tabel 4.1. Data hasil pengamatan pada kucing peliharaan saat diberi makan daging
ikan :
Perilaku Dilakukan Keterangan
Mengamati Ada Kucing mengamati daging
ikan yang diletakkan
didepannya.
Mendengus Bau Ada Kucing mencium daging ikan
Mengejar Tidak Ada Kucing tidak mengejar
Berusaha Menangkap Tidak Ada Kucing tidak menangkap,
kucing hanya mencium lalu
membiarkan daging ikan dan
tidak memakan daging
tersebut

Tabel 4.2. Data hasil pengamatan pada kucing peliharaan saat diberi makan tikus :
Perilaku Dilakukan Keterangan
Mengamati Ada Kucing mengamati tikus
yang diletakkan didepannya
dan kucing merasa ketakutan.
Mendengus Bau Ada Kucing mencium tikus yang
ada didepannya.
Mengejar Tidak Ada Kucing tidak mengejar dan
kucing menjahui tikus.
Berusaha Menangkap Tidak Ada Kucing tidak menangkap,
kucing hanya mencium lalu
menjahui tikus.

4.1.2 Kucing Liar


Tabel 4.3. Data hasil pengamatan pada kucing liar saat diberi makan tikus :
Perilaku Dilakukan Keterangan
Mengamati Tidak Ada Kucing langsung memakan
daging ikan.
Mendengus Bau Ada Kucing mencium daging ikan
dan memakannya.
Mengejar Tidak Ada Kucing tidak mengejar,
kucing mendekati daging
ikan.
Berusaha Menangkap Tidak Ada Kucing tidak menangkap,
tetapi kucing langsung
memakan daging ikan
ditempat tersebut.

Tabel 4.4. Data hasil pengamatan pada kucing liar saat diberi makan tikus :
Perilaku Dilakukan Keterangan
Mengamati Ada Kucing mengamati tikus
setelah membawa lari tikus.
Mendengus Bau Ada Kucing mencium tikus dan
memakannya setelah
membawa lari tikusnya.
Mengejar Ada Kucing berlari kecang dari
jarak yang jauh.
Berusaha Menangkap Ada Kucing menangkap tikus da
membawa lari tikus.

4.2 Perilaku Makan


4.2.1 Daging Ikan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan pada kucing peliharaan dan kucing
liar terdapat perbedaan perilaku makan pada kucing peliharaan dan kucing liar. Praktikum ini
dilakukan dengan cara memberikan dua makanan yang berbeda pada kucing peliharaan dan
kucing liar. Makanan yang diberikan yaitu makanan kering yang dijual ditoko dan makanan
berupa daging ikan. Hasil yang diperoleh dari praktikum pemberian makanan yang berbeda
pada kucing peliharaan yaitu, kucing tetap memilih makanan kering yang biasanya diberikan
oleh pemiliknya. Hal ini terjadi karena kucing peliharaan ini sudah terbiasa dengan makanan
kering tersebut. Kucing peliharaan saat melihat makanan berupa daging ikan respon kucing
hanya melihat dan mencium lalu kucing tetap memilih makanannya yaitu makanan kering.
Kucing liar saat di berikan dua makanan yang berbeda kucing langsung berlari dan
memakan daging ikan yang ada didepannya, setelah kucing menghabiskan daging ikan
tersebut kucing melanjutkan memakan makanan yang lain yang berada disekitarnya yaitu
makanan kering. Hal ini menunjukkan bahwa kucing liar ini terbiasa dengan makanan apa
saja yang berada disekitarnya. Kucing liar memakan makanan apa saja agar tetap bisa
bertahan hidup. Berbeda dengan kucing peliharaan, kucing peliharaan sudah dijinakkan dan
kucing peliharaan hanya menunngu makanan yang berikan oleh pemiliknya.
4.2.2 Tikus
Kucing peliharaan yang diberikan makan tikus dengan makanan kering, menunjukkan
respon seperti ketakutan. Saat tikus mendekati kucing, kucing lehitan seperti ketakutan dan
sekali-kali mencium tikus lalu menjahui tikus. Kucing peliharaan ini tetap memilih makanan
yang biasa diberikan oleh pemiliknya yitu makanan kering. Sedangkan, tikus liar saat
diletakkan makanan kering dengan tikus. Kucing langsung berlari kencang dari arah yang
jauh untuk menangkap tikus. Setelah kucing menangkap tikus, kucing langsung membawa
tikus lari agar tidak ada musuh yang merebut makanannya.
Perbedaan respon yang diberikan oleh kedua kucing ini terhadap makanan yang
diberikan disebabkan karena pada kucing liar tingkah laku yang terjadi merupakan tingkah
laku alami yang mana pada dasarnya setiap makhluk hidup memilikinya dan diperoleh dari
sejak lahir tanpa adanya proses pembelajaran dari makhluk hidup lainnya sebagai modal awal
untuk menjalani kehidupan. Perilaku alaminya masih tetap dipertahankan karena tidak
adanya perilaku pembelajaran yang lebih dominan dan mempengaruhi cara beradaptasi
kucing tersebut.
Sedangkan, pada kucing peliharaan tingkah laku yang dominan terjadi merupakan
tingkah laku hasil pembelajaran (learned respon) yang diberikan oleh manusia sehingga
tigkah laku bawaannya mengalami perubahan seiring dengan adanya pengalaman dan hasil
belajar dari manusia, mengakibatkan respon yang muncul menyesuaikan rangsangan yang
ada karena sebelumnya telah dipicu oleh rangsangan yang sama dan diberikan berkali-kali.
Tingkah laku belajar yang diajarkan manusia yang merubah tingkah laku bawaannya adalah
kebiasaan atau rutinitas pemberian makanan kepada kucing kampung dengan makanan dari
pabrik dengan frekuensi pemberian makanan yang sering sehingga kucing akan merasa
kenyang setiap waktu.
4.3 Perilaku Tidur
Hasil pengamatan yang telah dilakukan selama 3 hari yaitu pagi, siang dan malam
menunjukkan adanya perbedaan tempat tidur dan jam tidur antara kucing peliharaan dan
kucing liar. Kucing peliharaan ini saat pagi, siang dan malam tidur di tempat yang sama.
Bahkan, kucing peliharaan ini sangat jarang berkeliaran ke tempat lain, kucing ini hanya
main disekitar rumah pemiliknya. Kucing peliharaan ini setelah dilakukan pengamatan
selama 3 hari, kucing ini lebih banyak tidur daripada memburu makana. Sedangkan kucing
liar, sangat jarang terlihat karena kucing ini memburu makanan agar tetap bertahan hidup.
Kucing liar ini biasanya datang saat ada makanan yang diletakkan di luar rumah, dan kucing
ini langsung datang mendekati makanan tersebut.

BAB V
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum yang telah dilakukan ini,
yaitu:
1. Kucing peliharaan yang diberikan makanan yang berbeda tetap memilih makanan
yang biasa kucing tersebut makan.
2. Kucing liar saat diberi makan tikus, kucing berlari kencang dari jarak yang jauh untuk
menangkap tikus.
3. Kucing peliharaan yang diberi makan tikus, kucing kelihatan ketakutan dan tidak
memakan tikus tersebut.
4. Kucing peliharaan lebih banyak tidur dibandingkan memburu makanan.

DAFTAR PUSTAKA

Alex. (2001). Panduan Lengkap Memelihara Anjing dan Kucing. Pustaka Baru Press,
Yogyakarta
Abu Bakar. (2012). Perbibitan Ternak Dan Kesehatan Hewan. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Ahmad. (2008). Buku Perilaku Hewan. Gramedia, Jakarta.
Campbell, R. (2004). Biologi Edisi Kelima Jilid III. Erlangga, Jakarta.
Surti Yanti. (2006). Karakteristik pada Kucing Liar dan Kucing Peliharaan. Universitas
Lampung, Lampung
Surdiman.(2010). Tingkah Laku Kucing Liar Terhadap Pemburuan Tikus. Universitas Gadjah
Mada. Yogjakarta
Hartuti, R.S., Adam, M., & Murtina, T. (2014). Kajian Kesejahteraan Kucing yang
Diperlihara pada Beberapa Pet Shop Di Wilayah Bekasi. Jurnal medika veterinaria,
8(1), 37-42
LAMPIRAN

Kucing liar saat diberi makan tikus

Kucing liar saat diberi makan daging ikan

Kucing peliharaan saat diberi makan daging ikan


Kucing peliharaan tidur disiang hari

Kucing peliharaan tidur dimalam hari

Anda mungkin juga menyukai