PENDAHULUAN
1
mematikan sel kelemin jantan sehingga hewan tidak mampu menghasilkan
keturunan (Pattiselanno, 2011). Kastrasi dapat menjadi pilihan dalam mengurangi
overpopulasi. Selain itu, kastrasi mempunyai efek yang menguntungkan seperti
mengurangi sifat agresif seperti berkelahi dengan kucing jantan yang lain,
menghindari luka akibat gigitan setelah berkelahi dengan kucing lain, mengurangi
sifat spraying, mencegah tumor yang dapat berkembang pada testes atau skrotum,
dan mengontrol abnormalitas hormonal dari kelenjar endokrin.
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini mengacu pada tata laksana
tindakan kastrasi pada kucing yang ditangani oleh dokter hewan di Pethouse Drh,
Batu. Tata laksana kastrasi yang dimaksud meliputi tindakan pre dan post operasi,
serta prosedur yang dilaksanakan dalam tindakan kastrasi pada kucing,
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana tata laksana pre operasi kastrasi pada kucing di Pethouse drh
Batu?
2. Bagaimana tata laksana operasi kastrasi pada kucing di Pethouse drh
Batu?
3. Bagaimana tata laksana post operasi kastrasi pada kucing di Pethouse drh
Batu?
1.2 Tujuan
1. Mengetahui tata laksana pre operasi kastrasi pada kucing di Pethouse drh
Batu.
2. Mengetahui tata laksana operasi kastrasi pada kucing di Pethouse drh
Batu.
3. Mengetahui tata laksana post operasi kastrasi pada kucing Pethouse drh
Batu.
1.4 Manfaat
1. Menambah, wawasan, pengetahuan, dan keterampilan mahasiswa FKH UB
mengenai tata laksana kastrasi (orchidectomy) pada kucing di Pethouse
drh Batu.
2
2. Meningkatkan kerja sama antara FKH UB dengan Klinik Hewan Pethouse
Drh Batu dan berbagi ilmu tentang tata laksana kastrasi (orchidectomy)
pada Kucing di Pethouse drh Batu.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kucing
Kucing merupakan hewan peliharaan yang telah didomestikasi sejak 3000-
4000 tahun lalu pada zaman Mesir kuno. Kucing domestik (Felis domestica)
adalah hewan domestikasi, yang merupakan Kucing keturunan dari Eropa (Felis
sylvestris) dengan Kucing hutan Afrika (Felis lybica). Felis domestica memiliki
ciri–ciri, antara lain panjang tubuh 25-28 cm, berat badan jantan 3-6 kg, dan berat
badan betina 2,25–4,5 kg, dapat hidup selama 10-30 tahun, serta memiliki panjang
rambut 2–12,5 cm (Stone et. al., 2008). Kucing juga merupakan karnivora kecil
dari famili Felidae yang telah dijinakkan selama ribuan tahun (Suwed dan
Budiana, 2006). Kucing adalah salah satu hewan kesayangan yang sering
dijadikan sebagai hewan peliharaan. Gambar 2.1 adalah salah satu contoh Kucing
domestik. Menurut Fowler (1993), klasifikasi Kucing adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub-Filum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Sub-Kelas : Theria
Ordo : Karnivora
Sub-Ordo : Fissipedia
Famili : Felidae
Sub-Famili : Machairodonynae
Genus : Felis
Spesies : Felis domestika (Kucing Domestik)
4
Kucing yang sehat cenderung terlihat lincah, mempunyai rambut yang
cerah, serta sikap berdiri dan kondisi fisik yang baik. Menurut Widodo dkk.,
(2011) Kucing sehat memiliki suhu tubuh berkisar antara 38.0–39.3ºC, frekuensi
pernapasan 26-48 kali/menit, dan frekuensi nadi 110-130 kali/menit. Kucing yang
sering dipelihara adalah kucing domestik dan kucing ras. kucing domestik sering
dibiarkan bebas berkeliaran di lingkungan serta pemeliharaan yang mudah.
Berbeda dengan Kucing domestik pemeliharaan kucing ras lebih membutuhkan
pemeliharaan yang intensif (Saraswati dan Suwed, 2009).
Testis kucing turun dan menempati skrotum antara minggu kedua dan
ketiga setelah kelahiran. Bentuk testis membulat dan beratnya 1/750 sampai
1/1850 dari bobot badan. Tunica albuginea testis kucing tebal dan mediastinum
5
testis terletak di tengah testis. Arteri-arteri yang berjalan dalam tunica albuginea
memberikan karakteristik pada permukaan testis (Schatten et al, 2007).
Epididimis melekat pada perbatasan dorsolateral dari testis. Caput
epididimis dimulai dari medial permukaan testis, namun saat mencapai posisi
dorsolateral dilanjutkan menjadi korpus dan kauda. Panjang duktus epididimis 1,5
sampai 3 mm dan berliku-liku. Kauda epididimis melekat pada ekor testis dengan
ligamentum pendek dari testis dan untuk fascia spermatic internal secara langsung
(karena fascia spermatic internal melekat pada cauda epididimis). Ligamen
skrotum bergabung dengan fascia spermatic internal menuju dartos. Ductus
deferens dimulai sebagai plexus sepanjang perbatasan epididimis dari testis dan
medial ke epididimis dengan arah caudocranial dari posisi testis. Sebelum
mencapai uretra, ductus deferens melintasi ureter di bagian ventral, kemudian
melintasi bagian dorsal dari ligamen lateral kandung kemih. Untuk mencapai
uretra, ductus deferens menembus kelenjar prostat (Schatten et al, 2007).
Kelenjar assesoris yang berkembang pada kucing adalah kelenjar prostat
dan bulbouretralis sedangkan kelenjar vesicularis tidak berkembang. Kelenjar ini
melekat pada dinding uretra bagian atap dan lateral. Bagian Kelenjar
bulbouretralis bentuknya sangat kecil (memiliki diameter lebih dari 5 mm) dan
melekat pada dinding uretra bagian dorsolateral yaitu pada arcus ischiadicus
(Schatten et al, 2007).
Penis pada kucing berada di ventral skrotum. Penis disusun oleh dua buah
corpora cavernosa, satu pada tiap sisi dan sebuah corpus spongiosum yang berada
di tengah. Pejantan dewasa memiliki glands penis pada bagian ujung penis dengan
panjang 5 sampai 10 mm, berbentuk kerucut yang mengarah ke caudal dan
memiliki 120 sampai 150 buah duri penis (penile spines) tergantung kadar
androgen setiap individu. Duri-duri penis dengan panjang dan diameter dasarnya
sebesar 0.1 sampai 0.7 mm ini berjejer membentuk 6 hingga 8 buah lingkaran
(Schatten et al, 2007).
6
2.3 Pengertian Kastrasi
Kastrasi adalah usaha mematikan sel kelamin dengan jalan operasi dan
mengikat atau memutus saluran sperma ataupun memasukan bahan kimia
dengan cara injeksi agar alat reproduksi tidak berfungsi. Bahasa kedokteran
sering disebut orchidektomi. Orchidektomi merupakan sebuah prosedur
operasi/bedah dengan tujuan membuang testis hewan. Kastrasi ini dilakukan
pada hewan jantan dalam keadaan tidak sadar (terbius umum) (Suwed, 2011).
Kastrasi tidak boleh dilakukan pada kucing yang jumlahnya sudah tidak
banyak atau terancam punah seperti pada Kucing Andean Mountain
(Leopardus jacobita), Margay (Leopardus wiedii), dan. fishing cat
(Prionailurus viverrinus), Flat-Headed Cats (Prionailurus planiceps).
Kastrasi juga tidak boleh dilakukan pada kucing yang mengalami hipotiroid
(kekurangan hormone tiroid) karena pengambilan testis mengakibatkan
metabolism hormone terganggu (Cord, 2010).
Syarat kastrasi yaitu kucing harus sehat, usia diatas 7 bulan, dan sudah
dipusakan 6-12 jam. Puasa dilakukan untuk menghindari muntah akibat efek
samping dari anastesi, muntah akan mengakibatkan jalan nafas terhambat
pada saat operasi. Kucing dilakukan pemeriksaan fisik untuk mengertahui
apakah kucing dalam keadaan sehat atau tidak. Pada kastrasi yang dilakukan
untuk mengangkat testis akibat adanya tumor atau kanker harus juga disertai
pemeriksaan penungjang seperti pemeriksaan darah dan radiologi. Kucing
sebaiknya dikastrasi pada usia diatas 7 bulan untuk mengurangi faktor resiko
fraktur phsyeal (Tobias, 2010).
7
scrotalis yang terutama berisi usus. Keuntungan cara ini adalah
kekuatan ikatan pembuluh darah yang lebih kuat (Tobias, 2010).
8
permulaan stadium III. Pada saat inilah dapat dilakukan pembedaan (Fadhli,
2016).
Stadium IV (paralisis medula oblongata), dimulai dengan melemahnya
pernafasan perut dibanding stadium III, tekanan darah tidak dapat diukur
karena kolaps pembuluh darah, berhentinya denyut jantung dan dapat disusul
kematian. Pada stadium ini kelumpuhan pernafasan tidak dapat diatasi dengan
pernafasan buatan (Fadhli, 2016).
9
selama 30-60 menit. Sterlisasi kimiawi menggunakan disinfektan
seperti alkohol 96% selama 24 jam.
4. Siapkan bahan – bahan yang digunakan pada operasi kastrasi
meliputi antiseptik povidone iodine 10% (Nurdiantini,2017),
antibiotik amoxicillin, obat premedikasi atropine sulfat, sedativa
acepromazine, anastesi ketamine dan xylazine, bioplacenton yang
mengandung dua bahan aktif utama yaitu placenta extrak 10%
dan Neomycin sulfate 0,5% untuk membantu proses
penyembuhan luka, dan tolfemic acid sebagai analgesik.
5. Preparasi pada situs pembedahan dengan cara mencukur rambut
di daerah kulit skrotum yang sebelumnya sudah dibasahi dengan
air sabun. Apabila hewan tersebut sifatnya beringas sehingga
menyulitkan pencukuran, sebaiknya diberikan acepromazine
sebagai sedativa dengan dosis 0,05-0,010 mg/Kg BB secara
intramuscular (IM). Acepromazine bekerja menekan sistem saraf
pusat, termasuk pusat termoregulator dan pada umumnya
menguatkan kerja obat-obat anestesi, hipnotik dan sedatif-
analegesik (Plumb, 2008).
6. Pemberian obat premedikasi (atropine sulfat) pada hewan melalui
subcutan (SC) dengan dosis 0.02 – 0,04 mg/Kg BB. Pemberian
atropine sulfat dapat mengurangi sekresi saliva dan bronkial,
melindungi jantung dari efek vagal ihbition, mencegah efek
muskarinik anticholinestrase, dapat menurunkan peristaltik
intestinal, dan menyebabkan dilatasi pupil. Atropine sulfat dapat
diberikan secara rutin bersamaan dengan obat-obatan yang dapat
menimbulkan iritasi inhalasi atau pada penggunaan ketamine,
phenicyclidine, dan azaperone, tetapi pemberian tidak dianjurkan
pada pasien dengan kondisi takikardi (Plumb, 2008).
7. Pemberian obat anastesi melalui intramuscular (IM) berupa
kombinasi ketamine HCl dengan dosis 2,2-4.4 mg/kg BB dan
xylazine dengan perbandingan 1:1 lima belas menit setelah
10
pemberian premedikasi. Ketamine HCl merupakan larutan tidak
berwarna, stabil pada temperatur kamar, dan termasuk golongan
anestetik dissosiatif, serta dapat digunakan oleh hampir semua
spesies hewan. Ketamine HCl bersama xylazine dapat digunakan
sebagai anestesi bagus pada kucing. Ketaminen HCl dengan
pemberian tunggal kurang bagus dalam menganastesi karena
tidak merileksasi muskulus bahkan kadang-kadang menyebabkan
tonus. Pemberian ketamine HCl perlu dikombinasikan dengan
xylazine yang dapar menimbulkan efek relaksasi muskulus dan
memiliki efek analgesik. Efek samping pemberian xylazine pada
hewan kecil adalah bradikardi, penurunan cardiac output, vomite,
tremor, motilitas intestinal menurun, dapat mempengaruhi
keseimbangan hormonal, antara lain menghambat produksi
insulin dan antidieuretic hormone (ADH) (Hellebrekers et
al,2011)
8. Tubuh diposisikan rebah dorsal.
9. Keempat kaki difiksasi menggunakan tali.
10. Mulut dibuka dan ditahan dengan tampon.
11. Lidah dijulurkan keluarkan untuk mempermudah jalannya
respirasi.
12. Pemberian antiseptik dengan cara diusapkan menggunakan kassa
pada situs bedah menggunakan alcohol 70% dan povidone iodine
10%.
11
1. Ditekan skrotum dengan ibu jari dan jari lainya untuk memaksa
testis mendekati kulit.
2. Dilakukan insisi pada raphae skrotum sepanjang kurang lebih 1 –
1,5 cm tanpa melukai testis.
12
6. Dipotong spermatic cord pada bagian atas hemostatic forcep
untuk menghilangkan testis.
b. Kastrasi Terbuka
1. Ditekan skrotum dengan ibu jari dan jari lainya untuk memaksa
testis mendekati kulit.
13
2. Dilakukan insisi pada kulit bagian raphae skrotum sepanjang
kurang lebih 1 – 1,5 cm tanpa melukai testis. Dilakukan insisi
sampai pada tunika vaginalis parietal testis sampai testis terlihat.
3. Dipisahkan ligament epididimis dari tunika vaginalis.
4. Dilakukan ligasi berganda spermatic cord dengan benang
absorbable 3-0 atau lepaskan ductus deferens dari testes dan
ligasi dengan pembuluh darah. Lakukan lima sampai enam kali
ligasi.
14
luka setiap hari satu kali selama lima hari, pemberian antibiotik
selama tiga sampai lima hari sebagai anti bakteri, dan pemberian
analgesik. Antibiotik yang dapat diberikan pada kucing adalah
amoxicillin per oral dengan dosis 20 mg/kg BB setiap hari satu kali
selama lima hari berturut-turut. Analgesik juga diberikan untuk
mengurangi rasa sakit pada kucing adalah tolfemic acid dengan dosis
4 mg/kg BB secara IM maupun SC. (Plumb, 2008). Analgesik
tersebut diberikan dua hari sekali selama lima hari. Selain itu pada
hewan juga perlu dilakukan pemasangan Elizabeth collar selama 4-7
hari/sampai lukanya sembuh untuk menghindari hewan menjilati
lukanya yang belum sembuh. Kesembuhan luka biasanya terjadi
selama empat sampai tujuh hari pasca operasi (Amiruddin, 2015).
15
BAB III
METODE KEGIATAN
16
3.3 Rencana Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan PKL FKH UB yang akan dilaksanakan seperti yang
tertera pada Tabel 3.1 dibawah ini.
II. Pelaksanaan
2.1 Pelaksanaan PKL di
Pethouse drh Batu
17
Program Studi : Pendidikan Dokter Hewan
Fakultas : Kedokteran Hewan
Universitas : Brawijaya
Alamat : Jl. Kota Bambu Selatan VI, Pal Merah Jakarta Barat
No. Telepon : 087888232789
Email : nadiladwiashlina@gmail.com
18
BAB IV
bPELAKSANAAN KEGIATAN
19
9. 02/01/2018 a. Membantu Grooming kucing
b. Membantu penanganan rawat inap hewan sehat
(kucing).
20
mau makan dan ada luka terbuka
21
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
22
Gambar 5.1. Bagian Depan Pethouse drh Batu
(Dokumentasi Pribadi, 2018)
5.2
23
patogen pada benda atau instrument dengan menggunakan campuran
zat kimia cair. Desinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen
pada benda mati.
B. Persiapan Alat
Persiapan alat operasi dilakukan dengan sterilisasi semua
peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan tindakan operasi.
Sterilisasi adalah suatu cara untuk membeskan sesuatu (alat, bahan,
media, dan lain-lain) dari mikroorganisme baik yang patogen maupun
yang non pantogen. Prinsip utama dari sterilisasi peratan operasi
sebelum digunakan adalah untuk mencegah kontaminasi pada luka saat
operasi berlangsung sehingga tujuan utama penyembuhan dapat
berlangsung dengan baik tanpa adanya infeksi (Ester, 2005)
Sterilisasi alat di Pethouse drh Batu menggunakan cara basah
yaitu dengan menggunakan air panas. Mensterikan peralatan dengan
cara merebus didalam air sampai mendidih (1000 C) dan ditunggu
antara 15 sampai 20 menit. Selain dengan cara merebus digunakan
alkohol 70 %.
Alkohol merupakan denaturan protein yang bersifat menghentikan
aktivitas antimikrobial. Disamping itu, alkohol juga merupakan pelarut
lipid sehingga dapat merusak membran sel. Alkohol yang dipakai untuk
sterilisasi adalah alkohol dengan konsentrasi 70% karena efektif
memecah protein yang ada dalam mikroorganisme. Keunggulan
golongan alkohol 70% adalah sifatnya yang stabil, tidak merusak
material, dapat dibiodegradasi, aman untuk kulit dan hanya sedikit
penurunan aktivasinya apabila berinteraksi dengan protein. Sedangkan
kerugiannya yaitu bahan yang mudah terbakar adalah beresiko tinggi
terhadap api atau ledakan, sangat cepat menguap, dan menimbulkan
perih pada luka terbuka (Adjie et al., 2007).
24
C. Persiapan Hewan
Sebelum operasi dilakukan, terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan kondisi tubuh hewan secara umum. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui apakah hewan memenuhi syarat operasi atau tidak.
Bila hewan dinyatakan memenuhi syarat, maka operasi dapat
dilaksanakan. Hewan harus dipuasakan makan selama 12 jam dan puasa
minum selama 6 jam sebelum operasi dilakukan dengan tujuan agar
kondisi usus dalam keadaan kosong sehingga tidak muntah. Sebelum
melaksanakan operasi, juga perlu ditimbang berat badan kucing tersebut
untuk menentukan dosis anastesi yang akan digunakan. Pemberian obat
anastesi melalui intramuscular (IM) berupa kombinasi ketamine HCl
dengan dosis 10 mg/kg BB dan xylazine dengan dosis 2 mg/kg BB.
Perhitungan dosis dan data pasien dapat dilihat pada Lampiran 3.
Selama lima belas menit ditunggu obat anastesi hingga bereaksi.
Setelah itu dilakukan pencukuran rambut, bagian tempat yang akan
diinsisi yaitu daerah skrotum, dibasahi dengan air sabun untuk
memudahkan pencukuran. Rambut tersebut dicukur searah dengan arah
rebah rambut menggunakan clipper yang tajam lalu dibersihkan dengan
air kemudian ditutup kain drape dan diolesi povidone iodine 10%
secara sirkuler dari sentral ke perifer utnuk menghindari kontaminasi.
Povidone Iodine
25
Gambar 5.2. Preperasi hewan sebelum dilakukan kastrasi
(Dokumentasi Pribadi, 2018).
D. Persiapan Operator
Persiapan operasi yang optimal dilakukan oleh tiga orang, yaitu
seorang operator dan dua orang asisten. Namun jika tenaga yang ada
terbatas atau telah mahir maka cukup dilakukan oleh operator dan
seorang asisten saja. Persiapan yang dilakukan tergantung pada tugas
masing-masing yaitu :
1. Tugas Operator
- Bertindak sebagai pemimpin operasi.
- Melakukan informed concent dan menilai kelayakan operasi.
- Melakukan tindakan anestesi, insisi, hemostatis sampai menjahi
luka insisi.
- Mengatasi permasalahan yang terjadi.
- Melakuka Follow up paska operasi.
2. Tugas Asisten I
- Mitra kerja operator di zona steril.
- Melakukan tindakan aseptik dan antiseptik.
- Selangkah lebih maju dari operator dalam memppersiapkan alat
dan bahan yang diperlukan pada tiap tahapan operasi.
- Menjaga lingkungan tetap bersih dari darah dan material yang
tidak diperlukan.
26
3. Tugas Asisten II
- Mitra kerja operator pada zona non steril.
- Mempersiapkan pasien sebelum operasi.
- Menata tempat operasi
- Menenangkan pasien.
- Monitoring pasien.
-Mengikuti jalannya operasi, memperhatikan, dan mempersiapkan
keperluan selama dan setelah operasi.
- Melakukan dokumentasi jika diperlukan.
Persiapan operator dan asisten I di Pethouse drh Batu meliputi
mencuci tangan dengan sabun pencuci tangan, menggunakan
pakaian/jas operasi, masker, dan hand gloves yang bertujuan untuk
mencegah infeksi dari operator terhadap pasien dan melindungi
operator dari penyakit yang dipat ditularkan oleh pasien. Serta
dilanjutkan dengan menyemprotkan alkohol 70% pada telapak tangan
yang sudah memakai glove.
27
Gambar 5.3. Insisi pada kulit skrotum (Dokumentasi Pribadi,
2018).
2. Testis didorong keluar dari rongga inguinal.
3. Insisi kedua dibuat pada tunika vaginalis sehingga testis dan epididymis
dapat terlihat.
28
Gambar 5.5. Dipisahkan ductus deferens dengan pembuluh darah
(Dokumentasi Pribadi, 2018).
Gambar 5.6. ligasi dengan cat gut chromic 3-0 spermatic cord dengan
pembuluh darah (Dokumentasi Pribadi, 2018).
8. Ductus deferens dan pembuluh darah dipotong pada bagian setelah ligasi
dan dikembalikan ke rongga inguinal
9. Rongga dalam skrotum diberikan antibiotik amoxicillin sediaan cair secara
topical untuk menghindari adanya kontaminasi bakteri.
10. Testis lainnya dibuang dengan cara yang sama melalui insisi kulit skrotum
yang sama.
29
11. Kulit ditutup dengan jahitan interrupted sederhana menggunakan benang
non absorbable (silk).
12. Tempat jahitan diberikan antibiotik enbatic powder.
30
5. Diberikan obat secara oral antibiotik Amoxicillin tiga kali sehari selama
lima hari dan ketoprofen sebagai antipiretik dan analgesik satu kali
sehari selama tiga hari.
6. Jaitan dilepas pada hari ke empat sampai ke tujuh paska operasi.
Gambar 5.6. Skrotum yang dijahit setelah empat hari, siap untuk dilepas.
(Dokumentasi Pribadi, 2018).
31
kerja otot jantung dan kebutuhan oksigen. Pada jantung sehat peningkatan
suplai oksigen terjadi karena ada vasodilatasi dari pembuluh darah koroner
dan peningkatan cardiac output (Seymour and Novakovski, 2007).
Pemberian ketamine secara intra muskular pada kucing dan anjing akan
mencapai level puncak pada 10-15 menit setelah pemberian. Ketamine
didistribusikan keseluruh jaringan tubuh dengan cepat, dengan level paling
tinggi dapat ditemukan di otak, hati, paru dan lemak. Ketamine
dimetabolisme di hati dan menghasilkan metabolit berupa demethylation,
hydroxylation dan sebagian dalam bentuk utuh akan dieleminasi melalui
urin. Waktu paruh eliminasi ketamine pada kucing, anjing, sapi, dan kuda
sekitar 1 jam. Dosis ketamine pada kucing yaitu 10-30 mg/kg BB dengan
pemberian secara intra muskuler (Plumb, 2008).
2. Xylazin (Sedativa)
32
antibiotik aminoglikosida dan, Zn bacitacin, suatu obat yang efektif
mengobati infeksi oleh bakteri gram negatif maupun gram positif.
Neomycin adalah antibiotic golongan aminoglikosida yang digunakan
untuk mengobati infeksi-infeksi yang disebabkan terutama oleh bakteri
gram negatif. Neomycin bekerja dengan cara mengikat secara reversible
terhadap sub unit 30s dari ribosom bakteri sehingga menghambat sintesa
protein yang pada akhirnya menghambat pertumbahan bakteri. Neomycin
lebih banyak digunakan untuk mengobati infeksi kulit dan mukosa.
Bacitracin adalah antibiotik yang dihasilkan dari organisme kelas
licheniformi bacillus subtilis var tracy. Obat ini mempunyai spektrum
luas, aktif terhadap bakteri gram negatif maupun positif. Cara kerja
bacitracin yaitu menghancurkan selaput peptidoglikan pada bakteri yang
menyebabkan lisisnya dinding sel bakteri (Plumb, 2008).
4. Amoxicillin (Antibiotik)
Amoksisilin adalah turunan dari ampisilin dan memiliki spektrum
antibakteri yang serupa yaitu termasuk antibakteri spectrum luas. Diserap
Lebih baik daripada ampisilin ketika diberikan melalui oral. Memberikan
konsentrasi plasma dan jaringan yang lebih tinggi, tidak seperti ampisilin,
penyerapan tidak dipengaruhi oleh adanya makanan di perut. Menghambat
sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat satu atau lebih pada ikatan
penisilin-protein (PBPs – Protein binding penisilin’s), sehingga
menyebabkan penghambatan pada tahapan akhir transpeptidase sintesis
peptidoglikan dalam dinding sel bakteri, akibatnya biosintesis dinding sel
terhambat, dan sel bakteri menjadi pecah (lisis). (Plumb, 2008).
33
menghambat lipoxygenase yang memiliki aktivitas antibradikinin,
menstabilkan membran lisosom yang mencegah pelepasan enzim yang
terlibat dalam proses inflamasi. (Plumb, 2008).
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Tata laksana kastrasi (orchidectomy) pada kucing yang dilakukan di
Pethouse drh Batu meliputi dari tiga tahapan yaitu pre operasi, operasi dan post
operasi. Penanganan dan prosedur pre operasi meliputi persiapan tempat, persiapan
alat, persiapan hewan dan persiapan operator. Prosedur operasi yang digunakan ialah
tehnik kastrasi terbuka menggunakan benang absorable. Penanganan Post operasi
berupa pengobatan berupa antibiotik, NSAID secara oral serta kontrol luka. Secara
umum, tata laksana kastrasi kucing di Pethouse drh Batu telah memiliki aspek medis
yang jelas dan sesuai dengan teori.
6.2 Saran
34