Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Uraian Hewan
1. Mencit
a. Klasifikasi Mencit
Klasifikasi mencit menurut Adil dkk., (2015) sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rondetia
Famili : Muridae
Genus : Mus Mencit
(Mus musculus)
Spesies : Mus musculus
b. Morfologi Mencit
Bentuk tubuh mencit memiliki ciri-ciri rambut mencit (Mus
Musculus) liar memiliki warna coklat pada bagian dorsal dan warna abu-
abu terang pada bagian dorsal. Warna mata hitam dan intagumen (kulit)
berpigmen dan ekor berwarna gelap. Panang tubuh total 153 mm,
panjang ekor 80-130% dari panjang badan dan kepala 79 mm. ukuran
kaki belakang 16 mm, ukuran telinga 12 mm, ukuran tengkorak 19 mm,
berat tubuh dewasa 30-40 gr. Mencit memiliki kelebihan seperti siklus
hidup relatif pendek, jumlah anak per kelahiran banyak, variasi sifat-
sifatnya tinggi, mudah ditangani, serta sifat produksi dan karakteristik
reproduksinya mirip hewan mamalia lain, seperti sapi, kambing, domba,
dan babi.Selain itu, mencit dapat hidup mencapai umur 1-3 tahun.
Diantara spesies-spesies hewan lainnya, mencit yang paling banyak
digunakan untuk tujuan penelitian medis (60-80%) karena murah dan
mudah berkembang biak (Adil dkk., 2015)

1
c. Anatomi Mencit
Mencit memiliki mulut yang terdiri dari 2 bagian yakni (1) bagian
eksternal (luar) dan (2) bagian internal (dalam) atau rongga mulut yang
dibatasi dengan tulang maksilaris, palatum serta mandibularis di bagian
belakang bersambung dengan faring. Memiliki faring mencit di bagian
dalamnya terdapat lengkung faring yang terdapat tonsil atau amandel
yang tersusun atas kumpulan kelenjar limfe. Kelenjar tersebut banyak
mengandung limfosit yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap
infeksi. Letak faring bersimpangan antara saluran respirasi dengan
saluran makanan Laring mencit Secara fisiologi adalah saluran udara
yang berfungsi sebagai pembentuk suara yang lokasinya berada di depan
bagian faring sampai di ketinggian vertebra servikalis serta masuk ke
dalam trakea. Jantung terdiri dari 4 ruang dan terbungkus oleh selaput
pericardia. Ada paru-paru lokasinya di dalam rongga dada sebelahnya
kanan dan kiri jantung. Ada hati mencit berfungsi sebagai homeostasis
yang berperan dalam proses metabolisme. Lambung tersusun atas 3
bagian, yakni kardia, fundus, antrum.  usus dua belas jari (duodenum),
usus besar, ginjal, organ reproduksi untuk mencit jantan dan organ sistem
reproduksi untuk mencit betina (Adil dkk., 2015).
2. Tikus
a. Klasifikasi Tikus Putih (Rattus Novergicus)
Klasifikasi Tikus Putih menurut Ibrahim (2015), sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rondetia
Famili : Murinae
Genus : Rattus Tikus
(Rattus novergicus)
Spesies : Rattus novergicus

2
b. Morfologi Tikus
Tikus diantaranya seperti albino, kepala kecil, dan ekor yang lebih
panjang dibandingkan badannya, pertumbuhannya cepat, temperamennya
baik, kemampuan laktasi tinggi, dan cukup tahan terhadap perlakuan.
Tikus berukuran panjang ujung kepala sampai ekor 270-370 mm, ukuran
panjang ekor 130-192 mm, ukuran panjang kaki belakang 32-39 mm,
ukuran lebar telinga 18-21 mm, warna rambut punggung coklat muda
berbintik bintik putih, sedangkan rambut bagian perut berwarna abu-abu.
Tikus sering digunakan sebagai hewan coba selama bertahun-tahun. Hal
ini dikarenakan tikus memiliki karakteristik dan fisiologi yang hampir
sama dengan manusia. Tikus perkembangbiakannya cepat dan memiliki
jumlah keturunan yang banyak (Pengendalian Vektor Tikus, 2015).
c. Anatomi Tikus
Tikus putih jantan dan betina memiliki berat badan yang berbeda.
Saat dewasa, betina memiliki berat 25-40 gram dan jantan memiliki berat
20-40 gram. Tikus putih memiliki masa hidup rata-rata 1,5 tahun hingga
3 tahun. Struktur anatomi tikus memang berbeda dengan hewan lainnya.
Bibir tikus putih berada di luar mulut dan tertutup kulit sedangkan di
bagian dalam tertutup mukosa. Letak jantungnya berada di rongga dada
sebelah kiri. Tersusun dari empat ruang yaitu dua serambi dan dua bilik.
Untuk paru-parunya berada di dalam rongga dada sebelah kanan dan kiri
jantung dimana sebelah kiri terdapat satu lobus dan yang kanan empat
lobus. Hati tikus putih letaknya berada di sebelah bawah diafragma serta
memiliki fungsi selain mengubah hasil metabolisme, juga berfungsi
mengubah zat makanan untuk disimpan di organ tubuh lainnya. Kantung
empedu berbentuk seperti buah pir dan mempunyai fungsi sebagai
penghasil getah empedu dan membuatnya menjadi kental. Ginjal dari
tikus putih berada di bagian kedua sisi tulang punggung dan tidak
langsung melekat di dinding tubuh tapi terdapat lapisan jaringan lemak.
Tikus putih jantan akan memiliki masa ginjal lebih berat dengan ukuran
yang lebih besar (Pengendalian Vektor Tikus, 2015).

3
3. Kelinci
a. Klasifikasi Kelinci
Klasifikasi kelinci menurut El-Raffa (2004), sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Ordo : Lagomorpha
Famili : Leporidae
Sub famili : Leporinae
Kelinci
Genus : Orictolagus (Orictolagus
Species : Orictolagus cuniculus cuniculus)
b. Morfologi Kelinci
Kelinci merupakan salah satu hewan yang dijadikan sebagai
alternatif sumber protein hewani. umur dewasa kelinci (4 - 5 bulan)
kemampuan berkembang biak yang tinggi dan masa penggemukan yang
singkat (kurang dari 2 bulan sejak sapih). Kelinci memiliki tingkat
pertumbuhan yang tinggi, penggunaan pakan secara efisien, masa panen
yang cepat dan tidak membutuhkan lahan pemeliharaan yang besar.
Warna bulu pada Kelinci yang banyak di temukan adalah hitam, biru,
coklat, abuabu terang, abu-abu dan putih. kelinci ini di kenal sebagai
kelinci yang tenang dan jinak. Keunggulan kelinci ini dapat beranak
banyak yaitu sekitar 5-12 ekor didalam satu kelahiran dengan lama
kebuntingan antara 28 - 32 hari (Febriliany, 2008).
c. Anatomi Kelinci
Mata kelinci bewarna merah. Bentuk telinga tegak menghadap
kedepan, warna bulu pada telinga sama dengan warna pada tubuhnya.
Kelinci memiliki dua pasang kaki yakni 2 kakai belakang berukuran
pendek dan 2 kaki bagian depan berukuran lebih panjang. Ukuran
relative besar dengan berat minimal saat dewasa sekitar 5 kg. Umur
kelinci rata-rata bisa mencapai 5 tahun. Tubuhnya panjang dan

4
perkembangan ototnya bagus. Punggung kelinci ini melengkung
kebelakang, mulai dari bahu sampai pangkal ekor. Bulunya mengkilap
dan lebat. Ketika bulu di belai dari bagian depan (kepala) ke belakang,
bulunya akan memutar kembali ke posisi semula. Kelinci merupakan
herbivora non ruminansia yang mempunyai sistem lambung sederhana
(tunggal) dengan perkembangan sekum seperti alat pencernaan
ruminansia, sehingga hewan ini dapat disebut ruminansia semu
(pseudoruminant). bagian perut belakang kelinci memiliki peranan
penting dalam sistem pencernaan hewan ini. Dibagian perut belakang ini,
makanan akan difermentasi di bagian sekum. Lalu setelah difermentasi,
pada bagian usus besar akan menyerap air dan bukan nutrisi (Hernandez,
2001)
2.1.2 Farmakokinetik
Farmakokinetik didefinisikan sebagai suatu perhitungan matematika dari
waktu proses absorsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi (ADME) dari obat
didalam tubuh. Berarti, baik obat maupun organisme hidup dapat saling
mempengaruhi. Bagian farmakokinetika dikhususkan untuk mempelajari bagian
tentang pengaruh obat terhadap organisme hidup (Sujati, 2016).
Prinsip dasar farmakokinetik adalah penyerapan, metabolisme, distribusi,
dan eliminasi. Proses ini adalah proses dasaruntuk semua obat. Proses ini bisa
dijelaskan secara fisiologis atau secara matematika, dimana semuanya memiliki
tujuan tertentu. Penjelasan secara fisiologis dapat memperkirakan bagaimana
perubahan pada fungsi organ akan mempengaruhi disposisi obat. Sedangkan
penjelasan secara matematika dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi obat
dalam darah atau jaringan (Sujati, 2016).
2.1.3 Hewan Coba
Hewan coba adalah setiap hewan yang dipergunakan pada sebuah
penelitian biologis dan biomedik yang dipilih berdasarkan syarat atau standar
dasar yang diperlukan dalam penelitian. Penelitian pada relawan manusia secara
etis boleh dilakukan jika bahan yang akan diuji telah lolos pengujian di
laboratorium secara tuntas, dilanjutkan dengan menggunakan hewan percobaan

5
untuk kelayakan dan keamanannya. Pengelolaan hewan model penelitian dimulai
dengan proses pengadaan hewan meliputi seleksi jenis hewan yang cocok
terhadap materi penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan perawatan dan
pemeliharaan hewan selama penelitian berlangsung, pengumpulan data, sampai
terminasi hewan percobaan dalam penelitian. Penggunaan hewan coba untuk
penelitian diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai berbagai aspek tentang
sarana biologis, dalam hal penggunaan hewan model laboratorium (Kurniawan,
dkk., 2018).
2.1.4 Jenis-Jenis Hewan Coba
Menurut Malole (2010) jenis-jenis hewan coba sebagai berikut:
1. Mencit (Mus musculus)
Mencit adalah hewan percobaan yang sering dan banyak digunakan di
dalam laboratorium farmakologi dalam berbagai bentuk percobaaan.
Hewan ini mudah ditangani dan bersifat penakut, fotofobik, cenderung
berkumpul sesamanya dan bersembunyi aktivitasnya di malam hari lebih
aktif. Berat badan mencit yang digunakan 17-25 gram.
2. Tikus (Rattus norvegiens)
Tikus berukuran lebih besar daripada mencit dan lebih cerdas. Umumnya
tikus putih ini tenang dan demikian mudah digarap. Bila diperlakukan
kasar atau mengalami defisiensi makanan, tikus akan menjadi galak dan
sering dapat menyerang si pemegang. Berat badan tikus putih yang
digunakan 150-200 gram.
3. Kelinci (Oryctolagus cuniculus)
Kelinci jarang sekali bersuara kecuali bila dalam keadaan nyeri yang luar
biasa, Kelinci jarang berontak bila merasa terganggu. Kelinci hendaklah
diperlakukan dengan halus namun sigap karena ia cenderung berontak.
Bobot berat badan kelinci yang digunakan 15-20 gram.
2.1.5 Penanganan Hewan Coba
Cara memegang hewan coba menurut Stevani (2016) :
1. Cara memegang mencit

6
a. Mencit diangkat dengan cara memegang ekor kearah atas dengan
tangan kanan.
b. Lalu letakan mencit mencit di permukaan yang kasar biarkan mencit
menjangkau/mencengkram alas yang kasar (kawat kendang).
c. Kemudian tangan kiri dengan ibu jari dan jari telunjuk menjepit kulit
tengkuk mencit seerat / setegang mungkin.
d. Ekor dipindahkan dari tangan kanan, dijepit antara jari kelingking dan
jari manis tangan kiri.
e. Dengan demikian, mencit telah terpegang oleh tangan kiri dan siap
untuk diberi perlakuan.
2. Cara Memegang Tikus
a. Tikus adalah hewan yang pandai dan responnya baik bila dipegang
dengan baik pula.
b. Tikus tidak akan menyerang kecuali merasa terancam atau diprovokasi.
Penggunaan sarung tangan selain mengurangi resiko alergi, juga
menghindari paparan feromone dan dan senyawa kimia lain yang dapat
menyebabkan tikus gugup.
c. Angkat hewan lembut dengan menempatkan tangan Anda di sekitar
dada bagian atas, tanpa meremas. Tempatkan ibu jari Anda di bawah
rahang hewan jika Anda takut digigit, tetapi tidak memberikan tekanan
pada tenggorokan.
d. Tikus akan tetap santai jika perut dipijat lembut. Berbicara dengan
tenang dan menghindari suara bernada tinggi. Ingatlah untuk menahan
bagian belakangnya hewan serta.
2.1.6 Rute Pemberian Obat Pada Hewan Uji
Rute pemberian obat menurut Stevani (2016) :
1. Rute Pemberian Obat Pada Mencit
a. Oral
Cairan obat diberikan dengan menggunakan sonde oral. Sonde oral
ditempelkan pada langit-langit mulut atas mencit, kemudian

7
perlahanlahan dimasukkan sampai ke esofagus dan cairan obat
dimasukkan.

b. Sub kutan
Kulit di daerah tengkuk diangkat dan bagian bawah kulit dimasukkan
obat dengan menggunakan alat suntik 1 ml & jarum ukuran 27G/0,4
mm. Selain itu juga bisa di daerah belakang tikus.
c. Intravena
Mencit dimasukkan ke dalam kandang restriksi mencit, dengan
ekornya menjulur keluar. Ekornya dicelupkan ke dalam air hangat (28-
30 ºC) agar pembuluh vena ekor mengalami dilatasi, sehingga
memudahkan pemberian obat ke dalam pembuluh vena. Pemberian obat
dilakukan dengan mengguna kan jarum suntik no. 24.
d. Intramuskular
Obat disuntikkan pada paha posterior dengan jarum suntik no. 24.
e. Intra peritonial
Pada saat penyuntikan, posisi kepala lebih rendah dari abdomen.
Jarum disuntikkan dengan sudut sekitar 100 dari abdomen pada daerah
yang sedikit menepi dari garis tengah, agar jarum suntik tidak mengenai
kandung kemih. Penyuntikan tidak di daerah yang terlalu tinggi untuk
menghindari terjadinya penyuntikan pada hati.
2. Rute Pemberian Obat Pada Tikus
a. Pemberian secara oral, intra muskular, intra peritonial dan intravena
dilakukan dengan cara yang sama seperti pada mencit.
b. Pemberian secara sub kutan dilakukan di atas kulit tengkuk atau kulit
abdomen.
2.2 URAIAN BAHAN
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Alkohol, etanol, ethyl alkohol
Berat Molekul : 46,07 g/mol

8
Rumus Molekul : C2H6O

Rumus Struktur :

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P.
Pemerian : Cairan tak berwarna; jernih; mudah menguap;
danmudah bergerak; bau khas dan rasa panas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Antiseptik (menghambat mikroorganisme)
Kegunaan : Mensterilkan alat.
2.2.2 Aquadest (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AQUADESTILLATA
Nama Lain : Air Suling
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18.02 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau;


tidakmempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pelarut

Anda mungkin juga menyukai