0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
7 tayangan2 halaman
Praktikum ini menguji absorpsi sediaan gel paracetamol secara in vitro melalui kulit buatan menggunakan sel difusi Franz. Gel dengan tambahan sodium lauril sulfat sebagai peningkat penetrasi menghasilkan absorpsi obat lebih besar dibanding gel tanpa tambahan. Hasil ini menunjukkan sodium lauril sulfat berperan meningkatkan penetrasi obat melalui kulit.
Praktikum ini menguji absorpsi sediaan gel paracetamol secara in vitro melalui kulit buatan menggunakan sel difusi Franz. Gel dengan tambahan sodium lauril sulfat sebagai peningkat penetrasi menghasilkan absorpsi obat lebih besar dibanding gel tanpa tambahan. Hasil ini menunjukkan sodium lauril sulfat berperan meningkatkan penetrasi obat melalui kulit.
Praktikum ini menguji absorpsi sediaan gel paracetamol secara in vitro melalui kulit buatan menggunakan sel difusi Franz. Gel dengan tambahan sodium lauril sulfat sebagai peningkat penetrasi menghasilkan absorpsi obat lebih besar dibanding gel tanpa tambahan. Hasil ini menunjukkan sodium lauril sulfat berperan meningkatkan penetrasi obat melalui kulit.
Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian evaluasi sediaan yang
diberikanmelalui rute perkutan secara in vitro menggunakan sel difusi Franz. Prinsip kerja darisel difusi Franz dengan meletakkan membrane semi permiabel diantara kompartemendonor dan reseptor, kemudian senyawa-senyawa yang masuk kedalam cairan reseptordiukur kadarnya menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Cairan reseptor yang dimaksutmengambarkan cairan tubuh yang terbuat dari larutan dapar phospat pH 7,4.Pada pengujian ini kulit yang digunakan adalah kulit sintesis yaitu membrane kertasWhatmann yang dibacemkan dalam cairan Spangler dimana membrane tersebutmenggambarkan menggambarkan stratum korneum yang menjadi penghalang utama obatmelewati kulit. Cairan Spangle yang terdiri dari minyak kelapa 15%, asam oleat 15%,vaselin putih 15%, kolesterol 5%, asam stearat 5%, skualen 5%, parafin cair 10%, asam palmitat 10% dan minyak zaitun 20%. Komponen dalam cairan Spangler ini menyerupaikondisi kulit manusia. Meskipun memiliki sifat menyerupai kulit tetapi bahan
bahantersebut tidak memiliki sifat sekompleks kulit sebenarnya. Membrane
dibuat denganmerendam kertas Whatmann dalam cairan Spangker selama 15 menit, kemudiandiletakkan diantara dua kertas saring agar cairan Spangler terhisap. Membrane yang akan digunakan harus ditimbang agar memiliki bobot yang sama untuk mengetahui jumlahcairan yang diserap. Absorpsi melalui kulit dapat melalui rute transdermal. Rute transdermal bertujuansistemik dengan menembus ke pembuluh darah yang didernmis adan akan dialirkan keseluruh tubuh oleh darah. Rute transdermal, obat akan mengalami partisi ke stratumkorneum kemudian berdifusi melalui matriks lipid-protein pada startum korneum.Selanjtnya obat akan perpartisi ke epidermis aktid lalu berdifusi melalyi massa selular pada epidermis. Proses difusi melalui massa berserabut dari dermis bagian atas dan terjadi penetrasi terhadap pembuluh kapiler dan mengalami pengenceran sistemik.Obat yang dievaluasi absoprsinya pada kulit adalah sediaan gel dengan zat aktif paracetamol. Penggunaan utama paracetamol sebagai antipiretik. Paracetamol agak sukarlarut dalam air, tetapi mudah larut dalam etanol. Paracetamol dapat diabsorpsi secaracepat karena sifatnya cenderung lipofilik. Pembuatan gel dilakukan pencampuran zataktif paracetamol dengan viscolam sebagai basis gel yang dapat juga digunakan sebagaiemulgator dan ditambahkan sedikit trietanolamin sebagai alkilazing agent karena bersifat basa. Gel tersebut sebagai F0 atau gel tanpa peningkat penetrasi. Selanjutnya dibuat lagigel paracetamol dengan komposisi tersebut diatas namun dilakukan penambahan sodiumlauril sulfat sebagai peningkat penetrasi (skin penetrant). Gel tersebut dilabeli sebagai F1yang merupakan gel yang mengandung peningkat penetrasi kulit.Peningkat penetrasi digunakan unutuk memperbaiki fluks obat melewati membrane.Peningkat penetrasi yang efektif dapat meningkatkan penghalangan dari startumkorneum. Peningkat penetrasi dapat bekerja dengan tiga mekanisme yaitu denganmerusak struktur stratum korneum, berinteraksi dengan protein interseluler danmemperbaiki partisi obat.Selanjutnya dilakukan evaluasi sediaan gel dengan sel difusi Franz yang merupakanmettode pengujian difusi secara in vitro, dimana kondisi pengujian disesuaikan padakondisi manusia. Digunakan kulit sintetis dari kertas Whatmann yang dibuat miripdengan kondisi membrane manusia. Kompartemen reseptor berisi dapar fosfat pH 7,4.Pemilihan dapar fosfat pH 7,4 dimaksudkan mengkondisikan cairan seperti pH tubuhnormal yaitu tubuh manusia normal mempunyai kisaran pH 7,35 samapi 7,45.Pengkondisian pH seuhu sesuai dengan pH dan suhu normal manusia normaldimaksutdkan untuk menghasilkan nilai pengujuran yang mendekati atau sama dengan bila pengujian dilakukan langsung terhadap manusia. Pengujian dengan sel difusi Franz dilakukan dengan pengaturan suhu 37℃ yang dikondisikan seperti suhu tubuh normal. Kompartemen aseptor ditambahkan magnetic bar dengan kecepatan 120 rpm yangmenggambarkan sirkulasi darah dalam tubuh yang terus mengalir.Pengambilan sampel sebanyak 3 ml dari cairan reseptor dilakukan pada menit ke 5,15, 30 dan 60. Kemudian sampel dilakukan pengukuran absorbansi menggunakanspektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 243 nm. Pemilihan instrrumen analisisspektrofotometri karena sampel yang digunakan memiliki gugus kromofor danauksokrom yang dapat dideteksi oleh alat. Nilai absorbansi yang diperoleh kemudiandilakukan perhitungan untuk mengetahui jumlah obat yang terabsorpsi pada sediian gelyang diberikasn secara perkutan.Dari hasil praktikum dapat dilihat pada gamber 5. Hubungan antara jumlah obatyang terbasopsi dengan lamanya waktu penetrasi obat kedalam tubuh. Semakin lamawaktu jumlah obat yang terabsorpsi akan semakin besar sehingga obat yang masuk dalamdarah dan dialirkan keseluruh tubuh lebih banyak dan memiliki efek terapeutik sesuaidengan yang diharapkan. Pada F1 dengan formula gel dengan tambahan sodium laurilsulfat sebagai peningkat penetrasi, memiliki jumlah obat yang terabsorpsi lebih besardibandingkan dengan F0 yang merupakan gel tanpa tambahan sodium lauril sulfat.Peningkatan penetrasi akan mengurangi waktu laten (lag time) pada pemberian gelsehingga akan segera dihasilkan efek terapetik