Anda di halaman 1dari 3

4.

2 Pembahasan
Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan
padat ke dalam media pelarut. Pelarut suatu zat aktif sangat penting artinya karena
ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat tersebut melarut ke
dalam media pelarut. Pelarut suatu zat aktif sangat penting artinya karena
ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat tersebut melarut ke
dalam media pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh. Sediaan obat yang harus diuji
disolusinya adalah bentuk padat atau semi padat yaitu bentuk tablet, kapsul dan salep
(Martin,1993)
Ibuprofen adalah obat yang tergolong dalam kelompok obat anti-inflamasi
nonsteroid dan digunakan untuk mengurangi rasa sakit akibat artritis.sehingga
mempunyai efek analgesik, anti-inflamasi dan antipiretik.
Menurut Dirjen POM (1995) Ibuprofen memiliki profil disolusi yaitu media
disolusi adalah 900 mL dapar fosfat pH 7,2. Alat tipe 1:150 rpm. Waktu 30 menit.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C13H18O2 yang terlarut dengan mengukur
serapan filtrat larutan uji, jika perlu encerkan dengan media disolusi dan serapan
larutan baku ibuprofen BPFI dalam media yang sama pada panjang gelombang
serapan maksimum lebih kurang 221 nm. Toleransi Dalam waktu 30 menit harus
larut tidak kurang dari 70% (Q) C13H18O2 dari jumlah yang tertera pada etiket.
Prinsip percobaan ini yaitu penentuan kecepatan disolusi obat ibuprofen dengan
menggunakan alat uji disolusi tipe dayung pada suhu 37℃ dengan kecepatan 50 rpm
dan 100 rpm serta pengukuran nilai absorbansi sampel tersebut menggunakan
spektrofotometer UV-VIS. Pada percobaan ini ditentukan tetapan disolusi dari tablet
ibuprofen dalam media air, dimana besarnya tetapan tersebut menunjukkan cepat
lambatnya disolusi atau kelarutan dari tablet ibuprofen tersebut
Langkah pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan yang akan
di gunakan, kemudian bersihkan semua alat yang akan digunakan menggunakan
alkohol 70%. Alkohol adalah cairan yang terdiri atas 70 % alkohol dan 30 % air yang
memiliki khasiat sebagai desinfektan dan antiseptik yang dapat membunuh bakteri
dan mikroorganisme sejenisnya (Cottone, 1995).
Aquadest sebanyak 900 mL dimasukkan ke dalam labu disolusi, kemudian
seluruh alat disolusi dirangkai dengan mengatur suhu 37℃ pada thermostat. Tujuan
pengaturan suhu 37℃ pada thermostat adalah untuk menyesuaikan dengan suhu
tubuh manusia. Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5℃ - 37,5℃ (Sherwood, 2014).
Digunakan air sebagai media disolusi karena air merupakan penyusun utama
dalam cairan tubuh manusia. Maka, diumpamakan obat berdisolusi di dalam tubuh.
Selain itu juga karena ibuprofen agak sukar larut dalam air.
Labu disolusi diisi dengan obat Ibuprofen dan diatur kecepatan dari digital
stirrer, yaitu sebesar 50 rpm serta dipasang stopwatch untuk menghitung selang
waktu untuk pengambilan sampel setiap 5 menit. Pengaturan kecepatan 50 rpm
bertujuan untuk menyesuaikan dengan keadaan fisiologis di dalam lambung. Dimana
kecepatan 50 rpm menggambarkan gerakan peristaltik dari lambung (Manik, 2017).
Pada saat waktu pada stopwatch menunjukkan 5 menit, dilakukan pengambilan
sampel sebanyak 5 ml menggunakan dispo kemudian dimasukkan ke dalam masing-
masing vial yang diberi label. Begitu pula pada saat 10 menit, 15 menit, dan 20
menit. Segera setelah proses pengambilan sampel, dimasukkan sebanyak 5 ml
aquadest ke dalam labu disolusi. Penggantian volume tersebut bertujuan agar volume
dalam labu tetap 900 ml sesuai kondisi awal sebelum dilakukan sampling yang
dikenal dengan sebutan kondisi sink. Dimana labu tersebut dianalogikan sebagai
cairan tubuh (Manik, 2017).
Seperti pada perlakuan sebelumnya, dilakukan uji disolusi yang digital
stirrernya diatur dengan kecepatan sebesar 100 rpm. Dimana kecepatan 100 rpm
menggambarkan gerakan peristaltic dari usus (Manik, 2017).
Sampel yang didapat dari hasil pengambilan sampel kemudian dilakukan
pengukuran nilai absorbansi menggunakan spektrofotometer UV-VIS. Masing-
masing sampel dimasukkan kedalam kuvet secara bergantian sebanyak 3 ml
menggunakan pipet mikro. Kuvet tersebut kemudian dimasukkan kedalam
spektrofotometer UV-VIS. Prinsip kerja spektrofotometer UV-VIS yaitu apabila
cahaya (monokromatik maupun campuran) jatuh pada medium homogen, sebagian
dari sinar masuk akan di pantulkan, sebagian diserap dalam medium dan sisanya
diteruskan. Cahaya yang diteruskan ini, akan di ubah menjadi arus listrik oleh
detector dan dapat dibaca dan ditampilkan pada bagian read out (Rahman,2007).
Dalam percobaan kali ini, pengukuran absorbansi Ibuprofen dilakukan pada
panjang gelombang 284,5 nm, sehingga diperoleh konsentrasi larutan pada kecepatan
50 rpm yaitu 67,81% ,5,6% ,21% dan 19%. Sedangkan konsentrasi larutan pada
kecepatan 100 rpm yaitu 3,571% , 15,694%, 8,622% dan 22,398%. Kadar tersebut
belum sesuai dengan batas yang telah ditetapkan dalam monografi dimana kaplet
yang diuji tidak memenuhi kriteria penerimaan hasil uji disolusi yaitu kadar yang
diperoleh kurang dari ketentuan, yakni dari (Q + 5%) yaitu (70% + 5% = 75%)
dalam waktu 30 menit (Dirjen POM, 1995).
Dalam praktikum ini, terjadi beberapa kemungkinan kesalahan yang dapat
berpengaruh pada pembacaan nilai absorbansi pada spektrofotometer UV-VIS,
diantaranya adalah kesalahan dalam melakukan pengambilan sampel atau sampling.
Dimana tidak sesuainya jumlah mL larutan yang diambil dan dikeluarkan secara
bersamaan. Selain itu, kemungkinan kesalahan yang terjadi adalah kurang telitinya
praktikan dalam mengukur bahan yang akan digunakan.

Anda mungkin juga menyukai