Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas Hukum-hukum dasar kimia.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai hukum dasar kimia. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwadi dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan.
Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
sarana yang membangun. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada kita sekalian.

Gorontalo, Oktober 2018

Kelompok I

iii
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI….…...……………………………………………………….....iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
2.1 Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoiser) ................................................ 3
2.2 Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust) ................................................ 4
2.3 Hukum Kelipatan Perbandingan (Hukum Dalton) ........................................ 6
2.4 Hukum Perbandingan Volume (Hukum Gay Lussac)................................... 7
2.5 Hukum Kesamaan Gas Avogadro ...............................................................8
2.6 Hukum Boyle ............................................................................................ 11
2.7 Hukum Gas Ideal ...................................................................................... 12
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ilmu kimia merupakan bagian ilmu pengetahuan alam yang
mempelajari materi yang meliputi susunan, sifat, dan parubahan materi serta
energi yang menyertai perubahan materi. Hukum kimia adalah hukum alam
yang relevan dengan bidang kimia. Konsep paling fundamental dalam kimia
adalah hukum konversi massa, yang menyatakan bahwa tidak terjadi
perubahan kuantitas mamteri sewaktu rekasi kimia biasa. Fisika modern
memnunjukkan bahwa sebenarnya yang terjadi adalah konversi energi, dan
bahwa energi dan massa saling berhubungan suatu konsep yang menjadi
penting dalam kimia nuklir. Konservasi energi menuntun ke suatu konsep-
konsep penting mengenai kesetimbangan, termodinamika, dan kinetika
(Alfian, 2009).
Penelitian yang cermat terhadap pereaksi dan hasil reaksi telah
melahirkan hukum-hukum dasar kimia yang menunjukkan hubungan
kuantitatif atau yang disebut stoikiometri.Stoikiometri berasal dari bahasa
Yunani, yaitu stoicheon yang berarti unsur dan metrain yang berarti
mengukur. Dengan kata lain, stoikiometri adalah perhitungan kimia yang
menyangkut hubungan kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi. Hukum-
hukum kimia dasar tersebut adalah hukum kekelan massa, hukum
perbandingan tetap, hukum perbandingan berganda, hukum perbandingan
volume, hukum kesamaan gas, hukum boyle dan hukum gas ideal. Hukum-
hukum dasar kimia itu merupakan pijakan kita dalam mempelajari dan
mengembangkan ilmu kimia selanjutnya.

iii
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses ditemukannya Hukum Kekekalan Massa?
2. Bagaimana proses ditemukannya Hukum Perbandingan Tetap?
3. Bagaimana proses ditemukannya Hukum Kelipatan Perbandingan?
4. Bagaimana proses ditemukannya Hukum Perbandingan
5. Bagaimana proses ditemukannya Hukum Avogadro?
6. Bagaimana proses ditemukannya Hukum Boyle?
7. Bagaimana proses ditemukannya Hukum Gas Ideal?

1.3. Tujuan Makalah


Memahami hukum-hukum dasar kimia berupa hukum kekekalan
massa (hukum Lavoisier), hukum perbandingan tetap (hukum proust), hukum
kelipatan perbandingan/perbandingan ganda (hukum Dalton), hukum
perbandingan volume (hukum Gay-Lussac) dan penerapannya dalam
perhitungan kimia.

iii
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Hukum Kekekalan Massa ( Hukum Lavoiser )


Antoine Laurent Lavoisier (1783) merupakan orang pertama yang
melakukan pengamatan ilmiah yang tepat untuk mempelajari perubahan kimia. Ia
menimbang zatzat sebelum dan sesudah perubahan kimia terjadi. Penimbangan
ini dilakukannya bukan hanya untuk zat-zat yang berupa padatan maupun cairan
saja, tetapi juga gas. Sejumlah besar pengamatannya menunjukan bahwa massa
semua zat yang mengalami perubahan kimia sama dengan massa zat-zat yang
terbentuk pada perubahan kimia itu. Tentu saja penimbangan yang dilakukannya
terbatas pada batas-batas ketelitian pengamatan massa yang dapat dilakukan pada
saat itu. Oleh karena sifatnya yang sangat mendasar dan umum, maka penemuan
Lavosier itu disebut sebagai suatu hukum yang kemudian dikenal sebagai hukum
kekekalan massa, yang sampai dengan saat ini hukum ini dinyatakan sebagai
berikut:

Dalam system tertutup, massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi kimia
adalah tetap

Dengan cara pengamatan seperti itu, Lavosier dapat menunjukan bahwa


suatu logam bila dipanaskan di udara, massanya bertambah, karena membentuk
apa yang dinamakan oksida. Demikian pula , perubahan materi yang kita amati
dalam kehidupan sehari-hari umumnya berlangsung dalam wadah terbuka. Jika
hasil reaksi ada yang berupa gas (seperti pada pembakaran kertas), maka massa
zat yang tertinggal menjadi lebih kecil daripada massa semula. Sebaliknya, jika
reaksi mengikat sesuatu dari lingkungannya (misalnya oksigen), maka hasil reaksi
akan lebih besar daripada massa semula. Misalnya, reaksi logam magnesium
dengan oksigen sebagai berikut. Magnesium yang mempunyai massa tertentu
akan bereaksi dengan sejumlah oksigen di udara membentuk senyawa baru
magnesium oksida. Penemuan Lavosier tersebut sangat bertentangan dengan
“teori” flogiston yang telah menguasai kimia pada abad sebelumnya. “Teori”

iii
flogiston menyatakan bahwa bila zat terbakar atau membentuk oksida, maka dari
zat itu akan keluar apa yang disebut flogiston, sehingga massa oksida zat itu lebih
ringan dari zat itu sendiri. Pengamatan Lavosier menunjukan bahwa massa oksida
logam lebih besar daripada massa logamnya.
Berdasarkan kenyataan ini Lavosier menunjukan adanya suatu zat di udara
yang berupa gas yang dapat membentuk oksida dengan logam-logam. Zat tersebut
disebut sebagai OKSIGEN yang berarti membentuk oksida.
Contoh
Magnesium + Oksigen = Magnesium oksida
4,8 gram 3,2 gram 8,0 gram

Berikut ini contoh reaksi kimia yang berkaitan dengan Hukum Kekekalan Massa
(Hukum Lavoiser) :
Tabel 1. Massa zat-zat pereaksi dan hasil reaksi
No Pereaksi I Pereaksi II Hasil Reaksi

1 Gas hydrogen Gas oksigen Air


2 gram 16 gram 18 gram
4 gram 32 gram 36 gram

2 Karbon Gas oksigen Gas karbon dioksida


6 gram 16 gram 22 gram
9 gram 24 gram 33 gram

2.2. Hukum Perbandingan Tetap ( Hukum Proust )


Joseph Louis Proust (1799) menganalisis berbagai macam senyawa. Ia
menunjukan bahwa susunan dan perbandingan jumlah unsur-unsur yang
membentuk senyawa tertentu, tak bergantung kepada tempat senyawa itu
diperoleh ataupun cara pembentukan senyawa itu. Perbandingan massa hidrogen
dan oksigen dalam air adalah tetap 1:8, tidak bergantung apakah air tersebut
berasal dari air sumur, air laut, ataupun yang berasal dari pembakaran minyak
bumi. Dalam FeS, massa Fe : massa S selalu 7 : 4. Massa Ca : Massa O dalam
CaO selalu 5 : 2.

iii
Pengamatan Proust ini kemudian dikenal sebagai hukum perbandingan tetap,
yang dinyatakan sebagai berikut:

Perbandingan massa unsur-unsur yang membentuk senyawa


tertentu yang murni, adalah tetap

Apabila dua buah unsur direaksikan dan salah satu diantaranya dalam jumlah
yang berlebihan, maka jumlah unsur yang berlebihan dari yang diperlukan
untuk membentuk senyawa, tidak akan bereaksi.

Tahun 1799 Joseph Proust melakukan percobaan dengan


menghasilkan oksigen dan hidrogen. Ternyata hidrogen dan oksigen selalu
bereaksi membentuk air dengan pebandingan massa yang tetap yaitu 1 : 8 .
Tabel 2.Pebandingan massa hidrogen dan oksigen membentuk air

Massa hydrogen Massa oksigen Massa air Sisa hidrogen

yang direaksikan yang direaksikan yang terbentuk atau oksigen

(gram) (gram) (gram) (gram)

1 8 9 0

2 8 9 1 gram hidrogen

1 9 9 1 gram oksigen

2 16 18 0

Penyimpangan Hukum Perbandingan Tetap

Terdapatnya dua macam senyawa dengan dua perbandingan massa unsur-unsur


penyusunnya, menunjukan adanya penyimpangan dari hukum perbandingan
tetap. Misalnya air mempunyai perbandingan massa hidrogen dan oksigen =
1:8, sedangkan air berat mempunyai massa hidrogen dan oksigen = 1:4.
Penyimpangan hokum perbandingan tetap ini kemudian dapat dijelaskan
dengan adanya isotop.

iii
Senyawa Non Stoikiometrik

Ada senyawa yang komposisi unsur-unsurnya menyimpang dari hukum


perbandingan tetap, misalnya TiO yang berkisar dari Ti0,7O sampai Ti0,7,
PbS1.14, UO2.12. senyawa demikian disebut senyawa non Daltonion, Berthollide
atau non stoikiometrik.

2. 3 Hukum Kelipatan Perbandingan (Hukum Dalton)


Hukum Kelipatan Perbandingan merupakan ramalan teori atom Dalton
yang sangat penting . Teori atom Dalton dapat meramalkan suatu sifat yang
sampai saat ini belum teramati, yaitu yang kemudian dikenal sebagai Hukum
Kelipatan Perbandingan, yakni:
Bila ada dua unsur dapat membentuk lebih dari satu senyawa,
perbandingan massa unsur yang satu yang bersenyawaan dengan
sejumlah massa tetap dari unsur yang lain adalah sebagai bilangan
yang mudah dan bulat
Contoh :
Nitrogen dan Oksigen dapat membentuk 5 macam senyawa berikut :
Senyawa % Nitrogen % Oksigen massa N : massa O
I 63,7 36,3 1 : 0,57
II 46,7 53,3 1 : 1,14
III 36,9 63,1 1 : 1,74
IV 30,5 69,5 1 : 2,28
V 25,9 74,1 1 : 2,86
Perbandingan massa Oksigen yang bereaksi dengan satu bagian Nitrogen
adalah : 0,57 : 1,14 : 1,74 : 2,28 : 2,86 atau 1 : 2: 3 : 4 :5
Angka perbandingan ini merupakan bilangan yang mudah dan bulat.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan Dalton dapat diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Percobaan Dalton
Jenis Senyawa Massa nitrogen Massa nitrogen Massa senyawa
yang dihasilkan yang dihasilkan yang terbentuk
(gram) (gram) (gram)

iii
Nitrogen monoksida 0,875 1,00 1,875

Nitrogen dioksida 1,75 1,00 2,75

Pebandingan nitrogen dalam senyawa nitrogen dioksida dan nitrogen


1,75 2
monoksida0,875= 1

2.4 Hukum Perbandingan Volume (Hukum Gay Lussac)


Joseph Louis Gay-Lussac dilahirkan di St. Leonard pada tahun
1778 dan meninggal dunia di Paris tahun 1850. Hasil-hasil karyanya yang
penting diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pada tahun 1802 ia menemukan hukumtentang pemuaian gaas oleh panas.
Diketahuinya bahwa kenaikan suhu satu derajat akan menyebabkan gas
1
memuai atau mengembang sebesar 273 volume semula pada suhu 0oC.

2. Pada tahun 1805 ia bersama Alexander von Humboldt mempelajari reaksi


antara gas hydrogen dan oksigen dengan pertolongan bunga api listrik.
Mereka menemukan bahwa 100 bagian gas oksigen bereaksi dengan 200
bagian gas hidrogen.
3. Pada tahun 1808 diketahuinya bahwa 100 bagian ammonia dapat bereaksi
dengan 100 bagian gas HCl, dan 100 bagian nitrogen dapat bereaksi
dengan 100 bagian oksigen membentuk gas oksida nitrogen (NO). juga
telah diketahuinya bahwa ammonia terbentuk dari 1 bagian gas nitrogen
dengan 3 bagian gas hidrogen. Gay Lussac menarik kesimpulan bahwa
reaksi kimia antar gas terjadi dalam perbandingan volume yang
sederhana.
Ia berpendapat bahwa dalam keadaan gas, atom-atom berjauhan
satu sama lain sehingga bila dibandingkan dengan ruang yang ditempati
oleh atom-atom sendiri, ruang antara atom-atom tersebut jauh lebih besar.
Karenanya ia mengatakan bahwa “volume atom-atom semua gas dapat
dikatakan sama”.
Di awal tahun 1781 Joseph Priestley menemukan hirogen dapat
berekasi dengan oksigen membentuk air, kemudian Henry Cavendish
(1731-1810) menemukan volume hidrogen dan oksigen yang bereaksi
membentuk uap air mempunyai perbandingan 2 : 1. Dilanjutkan William

iii
Nicholson dan Anthony Carlise berhasil menguraikan air menjadi gas
hidrogen dan oksigen melalui proses elektrolisis. Ternyata perbandingan
volume hidrogen dan oksigen yang terbentuk 2 : 1. Pada tahun 1808
Joseph Louis Gay-Lussac (1778-1850) berhasil mengukur volume uap air
yang terbentuk, sehingga dipeoleh perbandingan volue hidrogen : oksigen
: uap air = 2 : 1 : 2
Gas hidrogen +gas oksigen uap air
2 H2 (g) + O2 (g) 2 H2O (g)
Perbandingan tersebut berupa bilangan bulat berupa bilangan bulat
sederhana. Berdasrkan hasil percobaan ini, Gay-Lussac menyimpulkan
bahwa :

Pada suhu dan tekanan yang sama, volume gas yang bereaksi
dan volume gas-gas hasil reaksi berbanding sebagai bilangan
bulat sederhana.

2.5 Hukum Kesamaan Gas (Avogrado)


Mengapa perbandingan volume gas-gas dalam suatu reaksi merupakan
bilangan sederhana? Banyak ahli termasuk ahli Dalton dan Gay Lussac gagal
menjelaskan hukum perbandingan volume yang ditemukan oleh Gay Lussac.
Ketidakmampuan Dalton karena ia menganggap partikel unsur selalu berupa
atom tunggal (monoatomik). Pada tahun 1811, Amedeo Avogadro menjelaskan
percobaan Gay Lussac. Menurut Avogadro, partikel unsur tidak selalu berupa
atom tunggal (monoatomik), tetapi berupa 2 atom (diatomik) atau lebih
(poliatomik. Avogadro menyebutkan partikel tersebut sebagai molekul. Gay
Lussac :
2 volume gas hidrogen + 1 volume gas oksigen 2 volume uap air
Avogadro :
2 molekul gas hidrogen + 1 molekul gas oksigen 2 molekul uap air
Dari sini Avogadro mengajukan hipotesisnya yang dikenal hipotesis Avogadro
yang berbunyi :
“Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas dengan volume yang
sama akan mengandung jumlah molekul yang sama pula”
Jadi, perbandingan volume gas-gas itu juga merupakan perbandingan
jumlah molekulyang terlibat dalam reaksi. Dengan kata lain perbandingan

iii
volume gas-gas yang bereaksi sama dengan koefisien reaksinya (Martin S.
Silberberg, 2000). Mari kita lihat bagaimana hipotesis Avogadro dapat
menjelaskan hukum perbandingan volume dan sekaligus dapat menentukan
rumus molekul berbagai unsur dan senyawa.
Contoh : Berapakah volume gas 29 gram C4H10 pada temperature dan
tekanan tetap, dimana 35 liter oksigen beratnya 40 gram (Mr C4H10 = 58; Ar O
= 16)
Jawab : Mol C4H10 = 29/54 = 0,5 mol
Mol O2 = 40/32 = 1,25 mol
½ mol C4H10 = 0,5/1,25 x 35 = 14 liter
1. Sejarah Penemuan Hukum Avogadro
Untuk menjelaskan hukum Gay-Lussac maka pada tahun 1811
Amadeo Avogadro (1776-1956) dari Italia mengajukan yang kemudian di
sebut teori avogadro. Mengapa perbandingan volume gas-gas dalam suatu
reaksi merupakan bilangan sederhana? Banyak ahli termasuk Dalton dan
Gay Lussac gagal menjelaskan hukum perbandingan volume yang
ditemukan oleh Gay Lussac. Ketidakmampuan Dalton karena ia
menganggap partikel unsur selalu berupa atom tunggal (monoatomik).
Pada tahun 1811, Amedeo Avogadro menjelaskan percobaan Gay Lussac.
Menurut Avogadro, partikel unsur tidak selalu berupa atom tunggal
(monoatomik), tetapi berupa 2 atom (diatomik) atau lebih (poliatomik).
Para ahli fisika abad ke-19 tidak memiliki pengetahuan mengenai
masa molekul atau atom dan ukurannya sampai pergantian abad ke-20,
setelah penemuan elektron oleh ahli fisika Amerika, Robert Andrews
Millikan, yang menentukan dengan hati-hati muatannya. Penentuan ini,
akhirnya, menunjukkan angka avogadro tersebut secara akurat, bahwa
jumlah molekul dalam jumlah bahan yang sama beratnya sama dengan
molekulnya.
2. Penjelasan Hukum Avogadro
Hukum ini ditemukan oleh Amadeo Avogadro pada tahun 1811.
Hipotesis Avogadro menyatakan bahwa dua sampel gas ideal dengan
volume, suhu, dan tekanan yang sama, maka akan mengandung molekul
yang jumlahnya sama. Contohnya adalah, ketika hidrogen dan nitrogen
dengan volume yang sama mengandung jumlah molekul yang sama ketika

iii
mereka berada pada suhu dan tekanan yang sama. Avogadro menyebut
partikel sebagai molekul.
Untuk suatu massa dari gas ideal, volume dan mol gas secara
langsung akan proporsional jika suhu dan tekanannya konstan. Persamaan
tersebut dapat ditulis sebagai berikut:

atau
Dimana:
a. V adalah volume gas
b. n adalah jumlah zat dari gas (dalam satuan mol)
c. k adalah konstanta yang sama dengan RT/P, di mana R adalah
konstanta gas universal, T adalah suhu Kelvin, dan P adalah tekanan.
Sebagai suhu dan tekanan yang konstan, RT/P juga konstan dan
disebut sebagai k. Ini berasal dari hukum gas ideal.
Hukum ini menjelaskan bagaimana dalam kondisi suhu, tekanan,
dan volume gas yang sama pasti mengandung jumlah molekul yang sama.
Untuk membandingkan substansi yang sama di bawah dua set yang
kondisinya berbeda, hukum ini dapat dinyatakan sebagai berikut:

Persamaan ini menunjukkan bahwa, jika jumlah mol gas meningkat,


volume gas juga akan meningkat secara proporsional. Dan sebaliknya, jika
jumlah mol gas berkurang, maka volume juga menurun.
3. Definisi Matematika Hukum Avogadro
Hukum Avogadro dinyatakan secara matematis sebagai berikut:

Dimana:
a. V adalah volume gas
b. n adalah jumlah zat gas
c. k adalah konstanta
Ketetapan yang paling terlihat dari hukum Avogadro adalah pada
konstanta gas ideal memiliki nilai yang sama untuk semua jenis gas. Yang
dirumuskan sebagai berikut:

iii
Dimana:
a. p adalah tekanan gas
b. T adalah temperatur gas dalam Kelvin
Satu mol adalah jumlah zat yang mangandung partikel (atom,
molekul, ion) sebanyak atom yang terdapat dalam 12 gram karbon dengan
nomor massa 12 (karbon-12, C-12). Jumlah atom yang terdapat dalam 12
gram karbon-12 sebanyak 6,02×1023 atom C-12. Tetapan ini disebut
tetapan Avogadro. Tetapan Avogadro (L) = 6,02×1023 partikel/mol.
Tetapan avogadro adalah jumlah molekul yang terdapat dalam satu mol
atau berat gram molekul dari bahan apapun.

2.6. Hukum Boyle


Boyle menemukan bahwa udara dapat dimanfaatkan dan dapat
berkembang biladipanaskan. Akhirya ia menemukan hukum yang kemudian
terkenal sebagai hukum Boyle yang berbunyi :
“Bila suhu tetap, volume gas dalam ruangan tertutup berbanding
terbalik dengan tekanannya”
Dalam sejarah ilmu kimia terdapat beberapa tahap, antara lain tahap
alkemi, tahapilmu kimia. dan tahap ilmu kimia modern Boyle adalah bapak ilmu
kimia, sedangkan Lavoisier adalah bapak ilmu kimia modern. Mengapa Boyle
disebut bapak ilmu kimia? Karena ia mengadakan eksperimen secara ilmiah.
Karena ia menemukan konsep atom. Karena ia dapat membedakan unsur
senyawa dan campuran. Ia dapat membedakan asam, basa danalkali. Para ahli
sebelumnya tidak dapat. Misalnya Aristoteles, ahli filsafat Yunani yangterbesar,
mengira air, tanah, api, dan udara, adalah unsur.Demokritos, ahli filsafat
Yunani, mengutarakan bahwa semua benda terdiri dari atom. Tapi selama
hampir 2000 tahun pendapat itu dilupakan orang, karena para ahli lebih
sukamengikuti ajaran Aristoteles yang teryata keliru Menurut Aristoteles semua
benda terdiri dariair, tanah, udara, dan api. Paracelcus, ahli fisika Swiss
berpendapat bahwa semua bendaterdiri dari merkuri, belerang dan garam. Van
Helmont, ahli kimia Belgia mengira bahwasemua benda terdiri dari udara
dan air.

iii
Pada tahun 1661 Boyle menghidupkan kembali ajaran Demokritos. Ia
mengungkapkandalam bukunya yang berjudul The Sceptical Chymist (Ahli
Kimia Yang Sangsi). Dalam bukunya itu Boyle menyerang ajaran Aristoteles
dan Paracelsus. Ia mencela Aristoteles yangmemandang benda dari segi forma
dan kualitas. Boyle menyatakan bahwa semua bendaterdiri dari atom, Adanya
zat yang beraneka ragam disebabkan karena jumlah atom,kedudukan atom,
gerak atom, dan susunan atom. Karena jasa Boyle, ilmu fisika dan kimia
diluruskan ke jalur yang benar.

P1.V1 = P2.V2
Contoh :
1 mol gas CO2 dengan volume 10 liter dan tekanan 1,5 atm 1 mol gas
H2 dengan volume 30 liter. Pada temperatur yang sama dengan CO2, berapa
tekananya?
Jawab: Dik : P1 = 1,5 atm
V1 = 10 liter
V2 = 30 liter
Dit : P2
Peny : P1.V1 = P2.V2
1.5 x 10 = P2 x 30
P2 = 0,5 atm
2.7 Hukum Gas Ideal (1834)
Gas merupakan satu dari tiga wujud zat dan walaupun wujud ini
merupakan bagian tak terpisahkan dari studi kimia, bab ini terutama hanya akan
membahas hubungan antaravolume, temperatur dan tekanan baik dalam gas
ideal maupun dalam gas nyata, dan teorikinetik molekular gas, dan tidak secara
langsung kimia. Bahasan utamanya terutama tentang perubahan fisika, dan
reaksi kimianya tidak didiskusikan. Namun, sifat fisik gas bergantung pada
struktur molekul gasnya dan sifat kimia gas juga bergantung pada strukturnya.
Perilaku gas yang ada sebagai molekul tunggal adalah contoh yang baik
kebergantungan sifat makroskopik pada struktur mikroskopik.
Sifat-sifat gas dapat dirangkumkan sebagai berikut.
1. Gas bersifat transparan.
2. Gas terdistribusi merata dalam ruang apapun bentuk ruangnya.

iii
3. Gas dalam ruang akan memberikan tekanan ke dinding.
4. Volume sejumlah gas sama dengan volume wadahnya. Bila gas tidak
diwadahi,volume gas akan menjadi tak hingga besarnya, dan tekanannya
akan menjadi tak hingga kecilnya.
5. Gas berdifusi ke segala arah tidak peduli ada atau tidak tekanan luar.
6. Bila dua atau lebih gas bercampur, gas-gas itu akan terdistribusi merata.
7. Gas dapat ditekan dengan tekanan luar. Bila tekanan luar dikurangi, gas
akanmengembang.
8. Bila dipanaskan gas akan mengembang, bila didinginkan akan mengkerut.
Dari berbagai sifat di atas, yang paling penting adalah tekanan gas.
Misalkan suatu cairan memenuhi wadah. Bila cairan didinginkan dan volumenya
berkurang, cairan itu tidak akan memenuhi wadah lagi. Namun, gas selalu akan
memenuhi ruang tidak peduliberapapunsuhunya. Yang akan berubah adalah
tekanannya.
Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan gas adalah manometer,
sedangkan alat pengukur tekanan atmosfer adalah barometer yang diciptakan
oleh Torricelli. Tekanan didefinisikan gaya per satuan luas, jadi tekanan =
gaya/luas. Dalam SI, satuan gaya adalah Newton (N), satuan luas m2 , dan
satuan tekanan adalah Pascal (Pa). 1 atm kira-kira sama dengan tekanan 1013
hPa.

1 atm = 1,01325 x 105 Pa = 1013,25 hPa

Namun, dalam satuan non-SI unit, Torr, kira-kira 1/760 dari 1 atm, sering
digunakanuntuk mengukur perubahan tekanan dalam reaksi kimia. Fakta bahwa
volume gas berubah bila tekanannya berubah telah diamati sejak abad XVII oleh
Torricelli dan filsuf/saintis Perancis Blase Pascal (1623-1662). Boyle
mengamati bahwa dengan mengenakan tekanandengan sejumlah volume
tertentu merkuri, volume gas, yang terjebak dalam tabung gelasyang tertutup di
salah satu ujungnya, akan berkurang. Dalam percobaan ini, volume gas diukur
pada tekanan lebih besar dari 1 atm.
Boyle membuat pompa vakum menggunakan teknik tercangih yang ada
waktu itu, dania mengamati bahwa gas pada tekanan di bawah 1 atm akan

iii
mengembang. Setelah iamelakukan banyak percobaan, Boyle mengusulkan
persamaan untuk menggambarkanhubungan antara volume V dan tekanan P gas.
Hubungan ini disebut dengan hukum Boyle.

PV = K (suatu tetapan)

Tiga hukum Gas


Hukum Boyle : V = a/P (pada T, n tetap)
Hukum Charles : V = b.T (pada P, n tetap)
Hukum Avogadro : V = c.n (pada T, P tetap)
Jadi, V sebanding dengan T dan n, dan berbanding terbalik pada P.
hubungan ini dapat digabungkan menjadi suatu persamaan:

V = RTn/P
atau
PV = nRT

R adalah tetapan baru. Persamaan di atas disebut dengan persamaan keadaan gas
ideal atau lebih sederhana persamaan gas ideal. Nilai R bila n = 1 disebut
dengan konstanta gas, yang merupakan satu dari konstanta fundamental fisika.
Nilai R beragam bergantung pada satuan yang digunakan. Dalam sistem metrik,
R = 8,2056 x 10−2 dm3 atm mol−1 K −1 . Kini, nilai R = 8,3145 J mol−1 K −1 lebih
sering digunakan.

PV = n.R.T

Keterangan: V = Volume
P = Tekanan
n = mol
R = Konstanta (0,082)
T = Temperatur

iii
Contoh:
Hitung volume 1 mol gas pada keadaan standar (0◦C pada tekanan 1 atm = 273
K)
Jawab : PV = n.R.T
1 x V = 1 x 0,082 x 273
V = 22,4

iii
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Hukum- hukum dasar kimia seperti yang dibahas di atas mempunyai peranan
yang penting dalam ilmu kimia yaitu sebagai pondasi atau dasar dari segala
penghitungan rumuskimia yang kita gunakan sehari-hari. Hukum–hukum
tersebut antara lain; Hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap,
hukum perbandingan berganda, hukum perbandingan volume, hukum
kesamaan gas, hukum boyle dan hukum gas ideal.
2. Hukum kekalan massa dikemukakan oleh Antonie Lavoiser pada tahun 1789
menyatakan bahwa Massa sebelum dan sesudah reaksi selalu sama. Dengan
kata lain, hukumini menyatakan bahwa dalam reaksi kimia, suatu materi
tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan.
3. Hukum perbandingan tetap dikemukan oleh Joseph Proust pada tahun 1799,
(Joseph Louis Proust, 1754-1826) menyatakan bahwa Perbandingan massa
unsur-unsur dalam senyawa adalah selalu tetap walaupun berasal dari daerah
yang berbeda dan dibentuk dengancara yang berbeda. Dengan kata lain setiap
sampel suatu senyawa memiliki komposisi unsur-unsur yang tetap.
4. Hukum perbandingan berganda dikemukakan oleh John Dalton (1766–1844)
menyatakan bahwa “Jika dua unsur dapat membentuk satu atau lebih
senyawa, maka perbandingan massa dari unsur yang satu yang bersenyawa
dengan jumlah unsur lain yang tertentu massanya akan merupakan bilangan
mudah dan tetap.”
5. Hukum Perbandingan Volume yang dikemukakan oleh Gay Lussac
menyatakan bahwa “Pada kondisi temperatur dan tekanan yang sama,
perbandingan volume gas-gas pereaksi dengan gas-gas hasil reaksi
merupakan bilangan bulat dan sederhana”. Dengan kata lain “Pada kondisi
temperatur dan tekanan yang sama, perbandingan volume gas-gas sama
dengan perbandingan koefisien dalam reaksi yang sama”
6. Hukum kesamaan gas yang dikemukakan oleh Amedeo Avogrado
menyatakan bahwa “Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas dengan

iii
volume yang sama akan mengandung jumlah molekul yang sama pula”.
Pernyataan ini dapat dirumuskan dengan P1V1=P2V2.
7. Hukum Boyle adalah hukum gas yang dikemukakan oleh Boyle menyatakan
bahwa bila suhu tetap, volume gas dalam ruangan tertutup berbanding
terbalik dengan tekananya. Pernyataan diatas dapat dirumuskan dengan P =
1/V sedangkan V = 1/P
8. Hukum gas ideal (1834) merupakan penggabungan antara hukum boyle dan
hukumGay Lussac. Sehingga kedua hukum tersebut dapat dirumuskan V =
RTn/P atau PV = nRT dengan keterangan V menyatakan Volume, P
menyatakan Tekanan, n menyatakan mol, R menyatakan Konstanta (0,082),
dan T menyatakan Temperatur.

iii
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Peter dan Tupamahu, M. S. 2001. Penuntun Belajar Kimia Stoikiometri


dan Energitika. Bandung : PT. Cipta Aditya.

Alfian, Zul. 2009. Kimia Dasar. Medan : Penerbit dan percetakan Universitas
Sumatra Utara

Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar dan Konsep– Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta : Erlanga

Dogra, S.K.1990.Kimia Fisik dan Soal-Soal.Diterjemahkan oleh: Mansyur.Jakarta: Universitas


Indonesia.

Harnanto, Ari. 2009. Kimia. Jakarta :Pusat Perbukuan

Prasetiawan, Widi . 2009. Hukum Kekekalan Massa. Jakarta : Cerdas Pustaka

Program Studi Pendidikan Kimia. 2009. Sejarah Kimia Bahan Ajar. Lampung :
Universitas Lampung

Purwoko, Agus Abhr. 2006. Kimia Dasar Jilid I. Mataram : Mataram University
Press

Syukri. 1999. Kimia Dasar Jilid 2. Bandung : UI Press

Urip, Kalteng. 2012. ”Ringkasan Hukum– Hukum Dasar dalam Kimia” diunduh 30
September 2018, dari http://urip.wordpress.com/2012/10/22/ringkasan-
hukum-hukum-dasar-dalam-kimia/

Utami, Budi. 2011. “Hukum-hukum Dasar Kimia (Hipotesis Avogadro) dan Konsep
Mol” diunduh 30 September 2018, dari http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/kimia-sma-ma/hukum-hukum-dasar-kimia-hipotesis-
avogadro-dan-konsep-mol/.

iii

Anda mungkin juga menyukai