Anda di halaman 1dari 11

Makalah kimia

Hukum Dasar Molekul

Nama Kelompok :

Fridolin Hosifat Ia (1915150001)


Hoperiang Pepita Gulo (1915150012)
Rosdiana Virginia (1915150005)
Kiki Fatmala Harefa (1915150015)
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi rahmat dan
karunia –Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
membahas segala hal yang berkaitan dengan ‘’Hukum dasar kimia’’ .Kami berharap makalah ini dapat
membantu kita untuk memahami pelajaran kimia dan terkuhsusnya pada materi ini . Dalam penyusunan
tujuan atau materi ini,tidak sedikiti hambatan yang kami hadapi .Namun kami menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan dari teman-teman sehingga kendala-
kendala kami bisa teratasi. Semoga makalah ini bisa menambah wawasan yang luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususunya teman-teman semua. Kami sadar makalah ini jauh
dari kata sempurna untuk itu kami minta kritik,saran dari pembaca.

Jakarta, 15 September 2019


DAFTAR ISI
Kata pengantar :
Daftar Isi :
Bab 1 : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang……….............
1.2 Rumusan Masalah….............
1.3 Tujuan…………….....................

Bab 2 : Pembahasan
1.1 Hukum –hukum dasar kimia.....

Bab 3 :Penutup
1.1 Kesimpulan...............................
1.2 Saran.........................................
Bab 1

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Ilmu kimia merupakan bagian ilmu pengetahuan alam yang mempelajari materi
yang meliputi susuan sifat,perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi.
Penelitian yang cermat terhadap pereaksi dan hasil reaksi telah melahirkan hukum-hukum
dasar kimia yang menunjukan hubungan kuantitaif atau yang biasa disebut Stoikiometri.
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu : stoichin yang berarti unsur dan metarin
yang berarti mengukur .Dengan kata lain, Stoikiometri adalah : perhitungan kimia yang
menyangkut hubungan kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi hukum-hukum dasar tersebut
dalam :
1. Hukum Lavoiser (Hukum Kekekalan Massa)
2. Hukum Proust ( Hukum Perbandingan Tetap)
3. Hukum Dalton ( Hukum Kelipatan Berganda)
4. Hukum Gay-Lussac ( Hukum Perbandingan Volume)
5. Hukum Avogadro ( Hukum Hipotesis)
Hukum- hukum dasar kimia itu merupakaan pijikan kita dalam mempelajari dan mengembakan
ilmu kimia.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1.Apa-apa saja hukum-hukum dasar dalam perhitungan kimia?

1.1 Tujuan
Setelah membahas ini pembaca di harapkan:
1.Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitunga kimia
(stoikiometri).
Bab 2
Pembahasan

1.Hukum Lavoisier( Hukum Kekekalan Massa)


Ilmuwan Prancis Laurent Lavoiser (1743-1794) melakukan serangkai
percobaan untuk membandingkan massa materi sebelum dan setelah reaksi . Ia membuat
eksperimen dn memanaskan 530gr logam dalam wadah terhubung udara dalam selinder ukur
pada system tertutup. Ternyata volume udara dalam selinder berkurang 1/5 bagian. Logam
merkuir berubah menjadi merkuir oksida sebanyak 572,4gr . Besarnya kenaikan massa merukir
sebesar42,4gr sama dgn 1/5 bagian udara yang hilang yaitu oksigen. Logam merkuir + gas
oksigen merukir oksida

530gr + 42,4gr = 572,4 gr


Dari eksperimen yang ia lakukan antara tahun 1771 -1794,maka ia membuat
kesimpulan yang di kenal dengan hukum kekekalan massa yang berbunyi ‘’Massa total zat-zat
sebelum reaksi akan selalu sama dengan setelah reaksi’’. Dengan ungkapan lain,hukum ini
menyatakan bahwa dalam reaksi kimia suatu materi tidak dapat diciptakan ataupun
dimusnahkan.
Contoh :
Logam tembaga seberat 64gr direaksikan dengan sejumlah belerang
menurut reaksi sebagai berikut . Cu(s)+S(s) .CuS(s)

Bila belerang yang bereaksi 32gr, berapakah massa tembaga (ll) sulfida yang dihasilkan ?
Penyelesaian :
Massa zat sebelum reaksi= massa zat sesudah reaksi.
Massa tembaga +massa belerang = massa tembaga(ll) sulfid.
64gr +32gr =massa tembaga (ll) sulfide.
96gr= massa tembaga(ll) sulfida.
2. Hukum Proust(Hukum Perbandingan Tetap)

Joseph Louis Proust


Dalam ilmu kimia, hukum perbandingan tetap atau umum dikenal dengan hukum
Proust yang diambil dari nama kimiawan Perancis Joseph Proust yaitu hukum hukum yang
menyatakan bahwa :
“Suatu senyawa kimia terdiri atas unsur-unsur dengan perbandingan massa yang selalu sama”
Dengan istilah lain, setiap sampel pada suatu senyawa mempunyai komposisi
unsur yang tetap. Misalnya, air terdiri atas 8/9 massa oksigen dan 1/9 massa hidrogen. Bersama
dengan hukum perbandingan berganda (hukum Dalton), hukum perbandingan tetap yaitu
hukum dasar stoikiometri.
Joseph Louis Proust pada tahun 1797 melakukan sederetan percobaan mengenai
perbandingan jumlah zat-zat yang bereaksi. Misalnya pada pembentukan senyawa natrium
klorida dari unsur-unsurnya, perbandingan jumlah natrium dan klor dalam suatu reaksi selalu
tetap, yaitu 39,0% natrium dan 61% klor. Demikian pula untuk reaksi kimia yang lain.

Tabel 1. Hasil Eksperimen Proust

Massa Hidrogen yang Massa Oksigen yang Massa Air yag Sisa Hidrogen atau
direaksikan (gram) direaksikan (gram) terbentuk (gram) Oksigen (gram)

1 8 9 -

2 8 9 1 gram hidrogen

1 9 9 1 gram oksigen

2 16 18 -
Dari tabel di atas terlihat, bahwa setiap 1 gram gas hidrogen bereaksi dengan 8
gram oksigen, menghasilkan 9 gram air. Hal ini membuktikan bahwa massa hidrogen dan massa
oksigen yang terkandung dalam air memiliki perbandingan yang tetap yaitu 1 : 8, berapapun
banyaknya air yang terbentuk.

Dari percobaan yang dilakukannya, Proust mengemukakan teorinya yang terkenal


dengan sebutan, Hukum Perbandingan Tetap, yang berbunyi: Perbandingan massa unsur-unsur
penyusun suatu senyawa selalu tetap”

3. Hukum Dalton (Hukum perbandingan berganda)

Hukum perbandingan berganda adalah hukum yang menyatakan bahwa jika dua


unsur membentuk lebih dari dua senyawa, dimana massa salah satu unsur pembentuk tersebut
konstan, maka massa unsur pembentuk yang lainnya akan berupa bilangan bulat sederhana.
Hukum perbandingan berganda adalah salah satu hukum dasar stoikiometri. Hukum ini juga
kadang-kadang disebut hukum Dalton, tetapi biasanya hukum Dalton merujuk kepada hukum
tekanan parsial. Hukum ini menyatakan bahwa apabila dua unsur bereaksi membentuk dua
atau lebih senyawa, maka perbandingan berat salah satu unsur yang bereaksi dengan berat
tertentu dari unsur yang lain pada kedua senyawa selalu merupakan perbandingan bilangan
bulat sederhana. Seperti karbon bereaksi dengan oksigen membentuk karbondioksida (CO2)
dan karbonmonoksida (CO). Jika jumlah karbon yang bereaksi pada masing-masing adalah
1 gram, maka diamati bahwa pada karbonmonoksida yang terbentuk akan terdapat 1,33 gram
oksigen dan 2,67 gram oksigen pada karbondioksida. Perbandingan massa oksigen mendekati
2:1,yang perbandingan bilangan bulat sederhana, mematuhi hukum perbandingan berganda.
Pengamatan serupa juga terjadi pada reaksi-reaksi lain,
seperti hidrogen dan oksigenmembentuk air (H2O) dan hidrogen peroksida (H2O2). Jika hidrogen
yang bereaksi masing-masing 1 gram, H2O yang terbentuk akan mengandung 4 gram oksigen,
dan 8 gram pada H2O2.
John Dalton pertama kali mengemukakan pengamatan ini pada 1803. Beberapa
tahun sebelumnya, kimiawan Prancis telah mengemukakan hukum perbandingan tetap. Dalton
merumuskan hukum ini berdasarkan pengamatan-pengamatan terhadap nilai-nilai
perbandingan Proust. Kedua hukum ini merupakan penemuan penting untuk menjelaskan
bagaimana senyawa terbentuk dari atom-atom. Selanjutnya pada tahun yang sama, Dalton
mengajukan teori atom yang merupakan dasar dari konsep rumus kimia dalam. John Dalton
mengenalkan sebuah kesimpulan yang menyatakan bahwa apabila ada unsur – unsur yang
membentuk dua macam senyawa atau lebih lebih yang massa salah satu unsurnya sama banyak
maka massa unsur yang kedua berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana. Ingat kembali
bahwa ikatan kimia dari dua unsur dapat membentuk lebih dari satu macam senyawa. Misalnya
unsur karbon (C) dan unsur oksigen (O) dapat membentuk karbon monoksida (CO) dan karbon
dioksida (CO2). Pada pembentukan senyawa dari karbon (C) dan oksigen (O) membentuk karbon
monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2) . Jika jumlah karbon yang bereaksi pada masing –
masing adalah 1 gram maka teramati bahwa pada karbon monoksida yang terbentuk akan
terdapat 1,33 gram oksigen, sedangkan pada karbon dioksida terbentuk 2,66 gram oksigen.
Perhatikan bahwa perbandingan massa oksigen adalah 1 : 2. Hasil perbandingan tersebut
membentuk bilangan bulat sederhana dan kemudian akan disebut sebagai hukum
perbandingan berganda.
Dua unsur bergabung dan masing – masing menyumbangkan sejumlah atom tertentu
untuk membentuk ikatan kimia. Komposisi unsur – unsur dengan ikatan kimia membentuk suatu
senyawa dan dituliskan dalam rumus kimianya. Dari dua unsur dapat dibentuk beberapa senyawa
dengan perbandingan berbeda – beda. Misalnya, belerang (S) dengan oksigen (O) dapat membentuk
senyawa SO2 (sulfur dioksida) dan SO3 (sulfur trioksida), unsur hidrogen (H) dan oksigen (O) dapat
dibentuk senyawa H2O (air) dan H2 O2 (hidrogen peroksida), dan unsur C dan O membentuk senyawa CO
dan CO2. 

4. HUKUM PERBANDINGAN VOLUME ( GAY-LUSSAC )

Hukum perbandingan volume atau hukum Gay-Lussac adalah hukum yang


berbunyi:
"Volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas-gas hasil reaksi, jika diukur pada suhu dan
tekanan yang sama, akan berbanding sebagai bilangan
bulat dan sederhana."
Hukum ini pertama kali dikemukakan oleh
kimiawan Perancis Joseph Louis Gay-Lussac. Hukum ini
adalah salah satu dari dua hukum-hukum dasar kimia yang
dikemukakan oleh beliau. Kedua hukum tersebut
berhubungan dengan sifat-sifat gas.
Hukum pertama berkaitan dengan volume sebelum dan sesudah reaksi kimia.
Sedangkan hukum kedua menjelaskan hubungan tekanan dan temperatur dalam gas yang
sering disebut sebagai hukum Amontons.
Menurut Gay Lussac 2 volume gas hidrogen bereaksi dengan 1 volume gas
oksigen dan membentuk 2 volume uap air. Pada reaksi ini pembentukan uap air agar reaksi
sempurna untuk setiap 2 volume gas hidrogen diperlukan 1 volume gas oksigen. Kemudian
menghasilkan 2 volume uap air. Dari percobaan ini Gay-Lussac mengemukakan teorinya yang
terkenal dengan sebutan Hukum Perbandingan Volume.
Keterangan:
P = Tekanan gas (atm)
T = Suhu ( K )
V = Volume gas ( L )
N = Banyaknya gas ( mol )
"Sehingga perbandingan koefisien dalam reaksi kimia = perbandingan volume dalam keadaan
suhu dan tekanan yang tetap."
Sebelumnya telah banyak yang melakukan percobaan mengenai hukum
perbandingan volume yaitu diantaranya Henry Cavendish, Willian Nicholson dan Anthony
Carlise yang menemukan perbandingan volume hidrogen dan oksigen tetapi belum dapat
menemukan perbandingan reaksi antara gas hidrogen dan oksigen.
Di awali oleh percobaan Joseph Priestley pada tahun 1781 yang menemukan gas
hidrogen dan gas oksigen yang dapat membentuk uap air, kemudian Henry Cavendish
menemukan volume gas hidrogen dan gas oksigen yang bereaksi membentuk uap air memiliki
perbandingan 2 :1. Ternyata Willian Nicholson dan Anthony Carlise berhasil menguraikan uap
air menjadi gas hidrogen dan oksigen melalui proses elektrolisis
CONTOH SOAL:
1. Tiga liter gas propana (C3H8) dibakar sempurna dengan gas oksigen membentuk gas karbon
dioksida dan air, sesuai persamaan reaksi berikut.
C3H8(g) + 5O2(g) → 3CO2(g) + 4H2O(l)
■ Berapa liter gas oksigen yang diperlukan?
■ Berapa liter gas karbon dioksida yang terbentuk?
■ Berapa liter air yang terbentuk?
Jawab:
C3H8(g) + 5O2(g) → 3CO2(g) + 4H2O(l)
■ Menentukan volume oksigen
Volume O2/Volume C3H8 = koefisien O2/koefisien C3H8
Volume O2 = (koefisien O2/koefisien C3H8) × volume C3H8
Volume O2 = (5/1) × 3 liter = 15 liter

■ Menentukan volume karbon dioksida


Volume CO2/Volume C3H8 = koefisien CO2/koefisien C3H8
Volume CO2 = (koefisien CO2/koefisien C3H8) × volume C3H8
Volume CO2 = (3/1) × 3 liter = 9 liter

■ Menentukan volume air


Volume H2O/Volume C3H8 = koefisien H2O/koefisien C3H8
Volume H2O = (koefisien H2O/koefisien C3H8) × volume C3H8
Volume CO2 = (4/1) × 3 liter = 12 liter

2. Sepuluh mL gas nitrogen (N2) dan 15 mL gas oksigen (O2) tepat habis bereaksi menjadi 10 mL
gas NaOb. Tentukan rumus kimia gas NaOb tersebut!
Jawab
Perbandingan koefisien = perbandingan volume
Koefisien N2 : O2 : NaOb = 10 : 15 : 10 = 2 : 3 : 2
Dengan demikian, persamaan reaksinya dapat kita tulis sebagai berikut.
2N2 + 3O2 → 2NaOb
Karena jumlah atom di ruas kiri dan ruas kanan itu sama, maka harga indeks a dan b dapat
dicari dengan cara sebagai berikut.
Jumlah atom N kiri = jumlah atom N kanan
2 × 2 = 2a
4 = 2a
a=2
Jumlah atom O kiri = jumlah atom O kanan
3 × 2 = 2b
6 = 2b

Anda mungkin juga menyukai