Anda di halaman 1dari 328

1

BAB I
STOIKIOMETRI
I. Materi Prasyarat
1. Stoikiometri merupakan materi yang paling mendasar dalam ilmu kimia
menjadi prasyarat untuk mempelajari materi-materi kimia berikutnya.
Terutama materi yang melibatkan perhitungan kimia seperti konsep – konsep
dalam kinetika kimia, reaksi kesetimbangan, kimia larutan, termokimia, dan
lain-lain. Untuk menyelesikan soal-soal perhitungan kimia digunakan asas-
asas stoikiometri, antara lain persamaan kimia dan konsep mol.
2. Struktur Atom dan Sistem Periodik
Mengetahui elektron, proton dan neutron. Mengetahui nomor atom dan nomor
massa. Bisa menuliskan konfigurasi elektron baik berdasarkan kulit maupun
sub kulit.
II. Multiple Representasi
1. Karbon Dioksida
Makroskopis: karbon dioksida adalah gas tidak berwarna, berbau menyengat dan
yang merupakan salah satu bahan gas yang paling umum di dunia. Karbon dioksida
memiliki bentuk cair pada tekanan di bawah 5,1 atm tapi segera menjadi padat pada
suhu dibawah -78°C. Dalam bentuk padat, karbon dioksida umumnya disebut sebagai
es kering. Berat molekul karbon dioksida adalah 44,02 gr/L.
Simbolik: CO2
Mikroskopis:
2

2. H2O
Makroskopis: terjadinya perubahan wujud dari gas menjadi cair, tidak berwarna,
tidak memilki bau

Simbolik: 2 H 2 (g)+O 2 (g)→ 2 H 2 O ¿)


Mikroskopis: Bentuk molekulnya linear

3. Endapan PbI2
Makroskopis: Terbentuk endapan pada PbI2, endapan yang terbentu berwarna
kuining

−¿→ PbI2 ¿
Simbolik: Pb2+¿+2 I ¿

Mikroskopis: Bentuk molekulnya linear

4. Endapan AgCl
Makroskopis: Terbentuk endapan pada AgCl, endapan yang terbntuk berwarna putih
dan terdapat larutan asam nitrat.
3

Simbolik: AgNO3 ( s)++ HCl(s )→ AgCl (s)+(aq)


Mikroskopis: Bentuk molekul linear pada AgCl dan bipiramidal pada asam nitrat

5. Metana
Makroskopis: Metana adalah hidrokarbon paling sederhana yang berbentuk gas
dengan rumus kimia CH4. Metana murni tidak berbau, tetapi jika digunakan untuk
keperluan komersial, biasanya ditambahkan sedikit bau belerang untuk mendeteksi
kebocoran yang mungkin terjadi.Sebagai komponen utama gas alam, metana adalah
sumber bahan bakar utama. Pembakaran satu molekul metana dengan oksigen akan
melepaskan satu molekul CO2 (karbon dioksida) dan duamolekul H2O (air). Metana
adalah,salah satu gas rumah kaca. Konsentrasi metana di atmosfer padatahun 1998,
dinyatakan dalam fraksimol, adalah 1.745 nmol/mol (bagian per miliar), naikdari 700
nmol/mol pada tahun 1750. Pada tahun 2008, kandungan gas metana di atmosfer
sudah meningkat kembali menjadi 1.800 nmol/mol.
Simbolik: CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O
Mikroskopis:
4

6. NaCl
Makroskopis: Natrium Klorida (NaCl), massa molar (58.44 g/mol) , penampilan
tidak berwarna/berbentuk kristal, densitas (2.16 g/cm3), titik lebur 801 oC (1074 K),
titik didih 1465 °C (1738 K), kelarutan dalam air 35.9 g/100 mL (25 °C),
Kecualidinyatakanlain, data di atasberlakupadatemperaturdantekananstandar (25 °C
[77 °F], 100 kPa).
Simbolik: NaCl  Na+ + Cl-
Mikroskopis:

7. Oksigen
Makroskopis: Oksigen tidak memiliki warna, tidak berbau dan gas hambar. Rumus
molekul oksigen adalah O2, Oksigen lebih larut dalam air dibanding nitrogen. Air
mengandung sekitar 1 molekul O2 untuk setiap 2 molekul N2 dibandingkan dengan
rasio atmosfer yakni sekitar 1:4. Kelarutan oksigen dalam air tergantung suhunya.
Oksigen mengembun pada 90,20K (-182,950C, -297,310F). Oksigen merupakan zat
yang sangat reaktif dan harus dipisahkan dari bahan yang mudah terbakar.
Simbolik: ( O2, O=O )
Miskroskopis :
5

III. Miskonsepsi
1. Penulis A. Haris Watoni, Dini Kurniawati, dan Meta Juniastri, Penerbit
Yrama Widya Kurikulum 2013
Pada buku ini tidak ada ditemukan tentang materi persamaan gas ideal dan
bilangan Avogadro pada bagian konsep molnya.
2. Penulis Michael Purba, Penerbit Erlangga KTSP 2006
Pada buku ini tidak ditemukan materi tentang massa atom, massa molekul,
massa rumus, persen komposisi, dan tentang konsentrasi larutan (kadar zat).
Sehingga buku ini memiliki kekurangan banyak materi atau materi kurang
lengkap disajikan.
3. Penulis Astrid tryastari, Penerbit QUADRA.
Pada buku astrid pada hukum dasar dibuat lebih rinci sehingga siswa paham
dengan menggunakn buku strid dibndingkn buku sentot. Pada buku astrid
materinya dibuat sedikit ( di rangkum) sedangkan disentot dijabarkan tetapi
kata-katanya sulit dimengerti oleh siswa, sehingga untuk belajar siswa
dianjurkan juga membac buku astrid karena berisi rangkuman( inti materi nya
saja).
4. Sentot Budi Rahardjo, Penerbit Platinum PT Tiga Serangkain Pustaka Mandiri
Pada buku sentot ditemukan banyak sekali multiple representasi nya
sedangkan di buku astrid tidak banyak, sehingga siswa lebih banyak
pengetahuan dan mengerti dengan menggunakan buku sentot. Pada buku
sentot terdapat banyak contoh soal dibandingkan buku astrid. Sehingga siswa
lebih akan paham dengan menggunakan buku sentot dibandingkan buku astrid
6

MATERI STOIKIOMETRI
A. Pengantar Mengenai Stoikiometri Kimia
Ilmu kimia yang khusus mempelajari perhitungan jumlah pereaksi dan
produk reaksi disebut stoikiometri. Kajian pokok yang dipelajari dalam stoikiometri
adalah massa atom dan massa molekul relative, massa molar, volume molar, jumlah
partikel, satuan jumlah partikel (dinyatakan dengan mol), konsep mol (hubungan
antara massa, mol, jumlah partikel, dan volume gas), rumus empiris, dan rumus
molekul. Selanjutnya, dengan konsep mol akan dipelajari cara-cara perhitungan
jumlah zat-zat yang terlihat dalam reaksi kimia, penentuan pereaksi pembatas, dan
perhitungan yang terkait dengan senyawa hidrat. Tentu saja, perhitungan-perhitungan
ini mengacu pada hukum konservasi massa (Lavoisier), hukum perbandingan tetap
(Proust), hukum perbandingan berganda (Dalton), hukum perbandingan volume
(Gay-Lussac), dan hukum perbandingan mol (Avogandro).1
B. Hukum Dasar Kimia
1. Hukum Kekekalan Massa
Antoine Laurent Lavoisier ( 1743 – 1794 ), seorang ahli kimia dari Prancis,
melakukan serangkaian percobaan untuk mempelajari hubungan antara massa zat –
zat yang bereaksi dengan massa zat – zat hasil reaksinya. Lovoisier menemukan
bahwa massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama. Penemuan ini dikenal
sebagai Hukum Kekekalan Massa.
Perubahan kimia yang kita amati dalam kehidupan sehari – hari umumnya
berlangsung dalam wadah terbuka, misalnya reaksi pembakaran kertas. Sebagian
besar hasil reaksi pada pembakaran kertas adalah berupa gas, sehingga massa zat
yang tertinggal menjadi lebih sedikit dari massa kertas semula. Jika pembakaran
kertas dilangsung dalam ruang tertutup, niscaya massa zat sebelum dan sesudah
reaksi adalah sama.
2. Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)
1
A. Haris Watoni, Dini Kurniawati, dan Meta Juniastri, Kimia untuk siswa SMA/MA Kelas
X, (Bandung : Penerbit Yrama Widya, 2017), hlm. 275.
7

Salah satu sifat penting senyawa ditemukan oleh Joseph Louis Proust,
seorang ahli kimia Perancis. Pada tahun 1794, Proust menemukan bahwa
Perbandingan Massa Unsur – Unsur dalam Suatu Senyawa adalah Tertentu dan
Tetap. Senyawa yang sama, meskipun berasal dari daerah yang berbeda atau dibuat
dengan cara yang berbeda, ternyata mempunyai komposisi yang sama san tetap.
3. Hukum Dalton (Hukum Kelipatan Berganda)
Hukum dasar kimia yang ketiga dikemukakan oleh John Dalton dan dikenal
sebagai Hukum Kelipatan Beganda. Hukum ini berkaitan dengan pasangan unsur
yang dapat membentuk lebih dari satu jenis senyawa. Contohnya adalah pasangan
karbon dengan oksigen yang dapat membentuk dua jenis senyawa, yaitu karbon
monoksida ( CO ) dan karbon dioksida ( CO 2 ). Menurut Dalton, “ Jika massa dari
salah satu unsur dalam kedua senyawa tersebut adalah sama, perbandingan massa
unsur yang satu lagi dalam kedua senyawa itu merupakan bilangan bulat dan
sederhana.”
4. Hukum Gay-Lussac
Henry Cavendish ( 1731 – 1810 ), seorang ahli kimia berkebangsaan Inggris,
menemukan perbandingan antara volume hidrogen dan volume oksigen untuk
membentuk air adalah 2 : 1, asalkan kedua gas itu diukur pada suhu ( T ) dan tekanan
( P ) yang sama. Tertarik pada penemuan tersebut, Joseph Louis Gay – Lussac ( 1778
– 1850 ) dari Perancis, pada tahun 1809 melakukan percobaan terhadap berbagai
reaksi gas dan menemukan hasil sebagai berikut.
a. Pada reaksi antara gas hidrogen dengan gas klorin membentuk gas
hidrogen klorida, perbandingan volumenya adalah 1 : 1 : 2
b. Pada reaksi antara gas hidrogen dengan gas oksigen membentuk uap air,
perbandingan volumenya adalah 2 : 1 : 2
c. Pada reaksi antara gas nitrogen dengan gas hidrogen membentuk
amonia, perbandingan volumenya adalah 1 : 3 : 2
Gay lussac menyimpulkan penemuannya dalam suatu hukum yang disebut
hukum perbandingan volume, sebgaai berikut : “ jika diukur pada suhu dan tekanan
8

yang sama, volume gas yang bereaksi dan gas hasil reaksi berbanding sebagai
bilangan bulat dan sederhana.
5. Hipotesis Avogadro
Penemuan Gay Lussac tentang reaksi – reaksi gas mengundang
pertanyaannya dari para ahli. Mengapa perbandingan volume gas – gas yang terlibat
dalam reaksi merupakan bilangan – bilangan sederhana ?
a. Pada tahun 1811, Amadeo Avogardo ( 1776-1856 ) dari Italia, berhasil
menjelaskan Hukum Gay Lussac dengan hipotesis sebagai berikut :
“Pada suhu dan tekanan sama, semua gas bervolume sama mengandung
jumlah molekul yang sama pula.”
b. Sesuai dengan hipotesis tersebut, perbandingan volume gas – gas merupakan
perbandingan jumlah molekul yang terlibat dalam reaksi.
c. Perbandingan volume merupakan bilangan sederhana karena perbandingan
jumlah molekul yang terlibat dalam rekasi juga merupakan bilangan –
bilangan sederhana.
Berdasarkan ketiga pernyataan diatas, dapat disempulkan bahwa
perbandingan volume gas – gas yang bereaksi sama dengan koefesien reaksinya.
Hipotesis yang diajukan oleh Avogardo berdasarkan hukum Gay Lussac dan
penemuannya dapat dirumuskan sebagai berikut.2
volume A Molekul A Koefesien A
= =
volume B MolekumB Koefesien B
C. Massa Atom, Massa Molekul, Massa Rumus
Jika atom – atom bergabung membentuk zat kimia (molekul unsur, senyawa
molekul, senyawa ion), maka massa zat kimia tersebut merupakan jumlah massa atom
atom tersebut. Oleh karena rumus kimia zat (rumus molekul dan rumus empiris)
menyatakan jenis dan jumlah atom – atom penyusun zat tersebut, maka massa zat

2
Aas Saidah, Michael Purba, Kimia Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa Untuk
SMA/SMK Kelas X, ( Jakarta: Erlangga, 2014), hlm. 169-175
9

dapat dihitung dari rumus kimianya. Meski definisi massa molekul relatif dan massa
rumus relatif berbeda, keduanya diberi lambang yang sama, yakni Mr.
a. Massa molekul relatif (Mr), yakni jumlah massa atom relatif (A r) dari atom-
atom dalam rumus molekul.
b. Massa rumus relatif (Mr), yakni jumlah massa atom relatif (Ar) dari atom
atom dalam rumus empirisnya.3
1. Satuan Massa Atom
Bahwa atom dan partikel dasar mempunyai massa yang sangat kecil
(misalnya, massa 1 atom karbon = 1,99 x 10−23 gram), sehingga tidak praktis jika
dinyatakan dalam gram. Sehubungan dengan itu, para ahli menetapkan satuan massa
khusus, yaitu satuan massa atom sma. Pada penetapan satuan massa atom (sma), para
ahli memiliki isotop C-12 sebagai standar dengan ketentuan 1 atom C −12 ditetapkan
mempunyai massa = 12 sma. Dengan kata lain,

1 sma = dari massa 1 atom C −12


= 1,6 x 10−24 gram
2. Massa isotop dan massa atom
Massa suatu atom dengan nomor atom dan nomor massa tertentu disebut
massa isotop. Massa isotop umumnya mendekati nomor massanya, kecuali isotop C
−12 yang massanya tepat sama dengan 12 sma.
Table 2.1 Massa dari beberapa isotop (dalam sma)

Isotop Massa

H–1 1,00783

H–2 2,01410

H–3 3,01605

3
J.M.C. Johari, M.Rachmawati, Kimia 1 SMA dan MA Untuk Kelas X. (Jakarta: Erlangga,
2007), hlm. 201.
10

C – 12 12,00000

C – 13 13,00335

Oleh karena semua unsur terdiri dari satu atau lebih isotop, massa atom dari
suatu unsur adalah massa rata-rata dari isotop-isotopnya. Massa rata-rata ditentukan
dengan memperhitungan kelimpahan isotop – isotop.
Contoh :
Karbon terdiri dari dua jenis isotop yaitu, C −12 yang bermassa 12,0000 sma dan C
−13 yang bermassa 13,00335 sma. Massa rata-rata atom karbon adalah 12,01 sma.
Jadi, massa atom karbon adalah 12,01 sma.
3. Massa Atom Relatif
Atom memiliki massa yang sangat kecil dan tidak mungkin ditentukan
dengan timbangan analitik oleh karena itu, perlu dibuat satuan sederhana untuk
menyatakan massa atom. Penyerdahanaan ini diperoleh dengan membandingkan
massa atom tertentu dengan massa 1 tom standar disebut massa atom relatife tidak
memiliki satuan. Dengan demikian massa atom relative dinyatakan sebagai
massa1 ato X
massa1 atom X
˄r X = atau ˄r X = 1
massa 1atom H massa 1atom O−16
16
4. Massa Molekul Relatif (Mr)
Seperti halnya massa atom relative, massa molekul relatif (M r) adalah
perbandingan massa molekul dengan massa atom standar. Jadi,
massa 1molekul senyawa
Mr senyawa = 1
massa atomC−12
12
Adapun untuk unsur diatomik dan poliatomik
massa satu molekulunsur
Mr unsur = 1
massa atom C−12
12
5. Massa Rumus
11

Perlu diingat bahwa banyak pula senyawa yang tidak memiliki rumus
molekul tertentu, tetapi sebagai molekul besar yang terbentuk dari gabungan ion-ion,
seperti natrium klorida, NaCl. Natrium klorida merupakan senyawa ionik dengan
struktur yang teratur sehingga ion Na+ dikelilingi oleh 6 ion Cl- dan setiap ion Cl-
dikelilingi oleh 6 ion Na+ membetuk molekul yang besar.
Massa Rumus Mr NaCl = Ar Na + Cl
= 23 =35,5 = 58,5
D. Persen Komposisi
Mengacu pada hukum perbandingan tetap (hukum Proust), komposisi setiap
unsur dalam senyawa adalah tetap. Perbandingan unsur-unsur dalam senyawa sama
dengan perbandingan massa atom penyusun satu molekul senyawa. Oleh karena itu,
persen komposisi setiap unsur dalam senyawa selalu tetap.
Persen komposisi telah dikaji pada bab terdahulu. Namun demikian, dalam
bab ini persen komposisi kembali dikaji untuk mengaitkan hukum Proust dengan
konsep mol. Telah dipelajari sebelumnya bahwa dalam senyawa,

% massa unsur =
massa unsur
×100% =
∑ Ar unsur × 100%
massa senyawa Mr senyawa
Dalam senyawa Ax By,
x( Ar A )
% massa unsur A = × 100%
Mr Ax By
y ( Ar B)
% massa unsur B = × 100%
Mr Ax By
Sebagai contoh, satu molekul karbondioksida (CO2) terdiri atas1 atom C dan
2 atom O.
massa C
% massa C = ×100%4
massa CO 2
Ar C
= ×100%
Mr CO 2
E. Konsep Mol
4
Ibid, hlm. 287.
12

1. Pengertian mol
Kata mol berasal dari bahasa Latin moles yang artinya sejumlah massa.
Istilah molekul merupakan bentuk lain dari kata moles yang artinya sejumlah kecil
massa. Sebuah partikel materi (atom, molekul, ion) mempunyai ukuran yang sangat
kecil. Oleh karena itu, sekecil apapun jumlah zat yang dilihat akan mengandung
sejumlah besar partikel. Misalnya, dalam setetes air terdiri dari sekitar 1,67 × 1021
molekul (= 1,67 triliun). Untuk mengatasi penggunaan bilangan yang sangat besar ini,
maka digunakan satuan jumlah khusus, yaitu mol. Jadi mol merupakan suatu satuan
jumlah, sama seperti lusin dan gross, hanya saja mol menyatakan jumlah yang jauh
lebih besar.

1 mol = 6,02 × 1023 (= 602 triliun)

Bilangan 6,02 × 1023 ini disebut tetapan Avogadro (untuk menghormati


Amadeo Avogadro seorang ilmuwan Italia) dan dinyatakan dengan lambang L
(untuk menghormati J. Loschmidt, orang pertama yang menghitung jumlah molekul
suatu zat.5
L = 6,02 × 1023

2. Hubungan mol dengan jumlah partikel


Hubungan jumlah mol (n) dengan jumlah partikel (x) dapat dirumuskan
sebagai berikut: 6

x = n × 6,02 × 1023 atau x = n × L

3. Massa molar (mm)


Massa 1 mol suatu zat sama dengan Ar atau Mr nya dalam satuan gram.
Dengan kata lain, Ar atau Mr zat menyatakan massa (gram) dari 1 mol zat itu. Massa
1 mo zat disebut massa molar, dinyatakan dengan lambang m m dan satuannya adalah
5
Michael Purba. 2006. Kimia untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga, hlm. 128
6
Ibid, hlm. 129
13

gram/mol. Hubungan jumlah mol (n) dengan massa zat (m) dapat ditulis sebagai
berikut:7

m = n × mm
4. Volume molar gas
Hukum Avogadro menyatakan bahwa gas-gas bervolum mengandung
jumlah molekul yang sama pula, asal diukur pada suhu dan tekanan yang sama. Oleh
karena 1 mol setiap gas mempunyai jumlah molekul sama (yaitu 6,02 × 1023 molekul),
maka pada suhu dan tekanan yang sama, 1 mol setiapgas akan mempunyai volume
yang sama. Jadi, volume gas tidak bergantung pada jenisnya, tetapi hanya pada
jumlah mol serta suhu dan tekanan.
Volume per mol gas disebut volume molar gas dan dinyatakan dengan
lambang Vm. Jadi, pada suhu dan tekanan yang sama, volume gas hanya bergantung
padajumlah molnya.

V = n × Vm

a. Keadaan standar
Kondisi dengan suhu 0°C dan tekanan 1 atm, disebut keadaan standar dan
dinyatakan dengan STP (standard Temperature and Pressure). Pada keadaan STP,
volume molar gas adalah 22,4 liter/mol.

Pada keadaan STP : Vm = 22,4 liter/mol

b. Keadaan kamar
Kondisi dengan suhu 25°C dan tekanan 1 atm disebut keadaan kamar dan
dinyatakan dengan RTP (Room Temperature and Pressure). Volume molar gas pada
keadaan RTP adalah 24 liter/mol.8

Pada keadaan RTP : Vm = 24 liter/mol


7
Ibid, hlm. 131
8
Ibid, hal. 133
14

5. Persamaan gas ideal


Volume gas pada suhu dan tekanan tertentu dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan gas ideal.

pV = pRT

Persamaan tersebut dapat ditata ulang untuk menghitung volume gas sebagai
berikut:9
n RT 1 atm = 76 cmHg
V=
ρ
= 760 mmHg
Ρ = tekanan gas (dalam atm)
V = volume gas (dalam liter)
Ρ = jumlah mol gas
R = tetap gas (0,082 Latm mol-1 K-1)
T = suhu mutlak gas (dalam Kelvin = 237 + suhu celcius)
6. Bilangan Avogadro
Pada tahun 1910, Robert Millikan melakukan percobaan untuk mengukur
muatan elektron. Dari percobaan ini diperoleh bahwa muatan 1 elektron = 1,621892 ×
10-19 coulomb dan muatan 1 mol elektron = 96.484,56 coulomb. Karena muatan 1
mol elektron telah diketahui, maka jumlah elektron dalam 1 mol zat dapat dinyatakan
sebagai berikut:

96.484,56 C/1mol × 1elektron/1,621892 . 10-19 = 6,022 × 1023


elektron/mol
Jadi, 1 mol elektron = 6,022 × 1023 elektron
Jumlah partikel dalam 1 mol zat disebut sebagai bilangan Avogadro
(dilambangkan dengan NA) atau yang lebih akurat, tetapi tetapan Avogadro.

Bilangan Avogadro (NA) = 6,022 × 1023 partikel/mol


Ibid, hlm. 134
9
15

Menurut hukum Avogadro, zat-zat dengan jumlah mol yang sama


mengandung jumlah partikel yang sama banyak. Dapat pula diungkapkan bahwa
perbandingan mol zat = perbandingan jumlah partikelnya.10

mol zat I jumlah partikel zat I


=
mol zat II jumlah partikel zat II

F. Stoikiometri Senyawa
Dalam pelajaran sains kimia di SMP, anda telah mempelajari dua jenis
rumus kimia, yaitu rumus molekul dan rumus empiris. Rumus molekul suatu senyawa
menyatakan jenis dan jumlah atom-atom unsur dalam satu molekul senyawa itu,
sedangkan rumus empiris menyatakan perbandingan paling sederhana dari atom-atom
unsur penyusun senyawa. Sebagai contoh, marilah kita lihat rumus molekul dan
rumus empiris asam asetat. Setiap molekul asam asetat terdiri dari 2 atom karbon (C),
4 atom hidrogen (H), dan 2atom oksigen (O). Oleh karena itu, rumus molekul asam
asatat adalah C2H4O2 atau CH3COOH. Dengan demikian, perbandingan jumlah atom
C : H : O dalam asam asetat adalah 2 : 4 : 2 =1 : 2 :1. Jadi, rumus empiris asam asetat
adalah CH2O.
Hubungan antara Rumus Molekul dan Rumus Empiris11
Nama Zat Rumus Molekul Rumus Empiris
Etuna C2H2 CH
Benzena C6H6 CH
Etana C2H6 CH3
Etena C2H4 CH2
Air H2O H2O

Rumus kimia dapat dibedakan menjadi rumus empiris dan rumus molekul,
simaklah uraian berikut.
1. Rumus Empiris (RE)

10
A. Haris Watoni, Dini Kurniawati, dan Meta Juniastri, Op. Cit, hlm. 280
11
Michael Purba, Op. Cit, hlm. 137.
16

Rumus empiris adalah rumus yang menunjukkan perbandingan paling


sederhana jumlah atom-atom dalam satu mol molekul senyawa. Telah diketahui
bahwa 1 mol atom unsur mengandung 6,02 × 1023 atom. Dengan demikian, dalam 1
mol molekul senyawa, perbandingan jumlah atom – perbandingan jumlah mol atom.
Jadi, rumus empiris menyatakan perbandingan mol paling sederhana atom-atom
unsur dalam suatu sampel senyawa.
Jumlah atom tidak mungkin bernilai pecahan atau desimal. Oleh karena itu,
perbandingan jumlah mol harus dinyatakan dengan bilangan bulat paling sederhana
(1,2,3,…). Nilai perbandingan ini dapat diperoleh dengan membagi jumlah mol setiap
atom dengan mol atom yang jumlahnya paling kecil.
2. Rumus molekul
Rumus molekul adalah rumus kimia yang menunjukkan seluruh atom-atom
penyusun molekulunsur atau senyawa. Untuk menentukan rumus molekul senyawa
molekular, maka rumus mpiris dan massa molekul relatif (M r) senyawa harus
diketahui. Kebanyakan senyawa molekular memiliki rumus molekul sebagai
kelipatan dari rumus empirisnya. Misalnya, rumus butana (C6H10) adalah kelipatan
dari rums empiris, C6H10 = 2 × C3H5. Dengan demikian, 12
RM = n × RE
n = 1, 2, 3, …
Mr senyawa
Mr senyawa = n × Mr RE → n =
Mr ℜ
Dikenal beberapa senyawa dengan rumus empiris CH2O, antara lain:
a. Formaldehida , HCHO atau (CH2O); Mr = 30
b. Asam asetat, CH3COOH atau (CH2O)2; Mr = 60
c. Glukosa, C6H12O6 atau (CH2O)6 ; Mr = 180
Ketiga senyawa tersebut dapat dinyatakan sebagai (CH2O)n, dengn n= 1
untuk fomaldehida, 2 untuk asam asetat dan 6 untuk glukosa. Secara umum, jika
rumus empiris senyawa adalah RE, maka rumus molekul dapat dinyatakan sebagai

12
A. Haris Watoni, Dini Kurniawati, dan Meta Juniastri, Op.Cit, hlm. 288-290.
17

(RE)n; adapun harga n bergantung pada massa molekul relative (Mr) dari senyawa
yang bersangkutan.13
G. Stoikiometri Reaksi Kimia
Dengan persamaan kimia, jumlah zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia
dapat dihituing. Stoikiometri reaksi kimia mempelajari perhitungan zat-zat yang
berubah dan zat-zat produk reaksi yang terbentuk. Perhitungan jumlah zat melalui
persamaan kimia harus sejalan dengan hukum-hukum dasar yang berlaku. Coba
perhatikanlah persamaan kimia pembakaran gas metana berikut ini:
CH4(g) + 2O2 → CO2(g) + 2H2O(g)
Melalui persamaan kimia, maka massa, mol, volume gas, dan jumlah
partikel setiap zat yang terlibat dalam reaksi kimia dapat dihitung. Pendekatan ini
disebut metode mol. Dalam pendekatan ini, koefisien stoikiometri dapat dianggap
sebagai jumlah mol setiap zat. 14
1. Koefisien reaksi sebagai dasar stoikiometri reaksi
Bagaimanakah kita dapat menetukan massa suatu zat yang diperlukan untuk
suatu reaksi? Kita ingat kembali bahwa koefisien reaksi merupakan perbandingan
jumlah partikel zat-zat yang terlibat dalam reaksi. Oleh karena satu mol setiap zat
mengandung jumlah partikel yang sama, maka koefisien reaksi juga merupkan
perbandingan jumlah mol zat yang terlibat dalam reaksi.
2. Hubungan kimia sederhana
Setelah memahami prinsip dasar stoikiometri, tiba saatnya kita
menerapkannya dalam perhitungan kimia. Menghitung jumlah suatu zat yang
diperlukan atau dihasilkan dalam suatu reaksi dimana jumlah salah satu zat dalam
reaksi itu diketahui, kita gabungkan sebagai hitungan kimia sederhana. Hitugan kimia
sederhana dapat diselesaikan menurut 4 langkah berikut:
a. Menuliskan persamaan reaksi sementara
b. Menyatakan jumlah zat yang diketahui

13
Michael Purba, Op.Cit, hlm.139.
14
A. Haris Watoni, Op.Cit, hlm. 275-291
18

c. Menyatakan jumlah mol zat yang ditanya berdasarkan perbandingan koefisien


reaksi
d. Menyesuaikan jawaban dengan pertanyaan15
H. Persamaan Reaksi Kimia
1. Pengertian Persamaan reaksi
Salah satu reaksi kimia yang terjadi dilaboratorium adalah reaksi antara
logamkalium dan gas klor. Pada reaksi tersebut, logam kalium yang berwujud padat
dicampurkan dengan gas klor yang berwujud gas. Pencampuran itu akan menhasilkan
alium klorida yang berwujd padat. Penjelasan berupa rangkain kalimat tersebut
terlalu panjang sehingga tidak praktis.
Proses yang terjadi pada suatu reaksi kimia akan lebih mudah diingat dan
lebih praktis juka dibuat dalam bentuk lambang, lambang yang digunakan untuk
menjelaskan reaksi kimia disebut persamaan reaksi. Secara umum, persamaan reaksi
dapat dituliskan sebagai berikut
aA (a) + bB (b) → cC (c) + dD (d)
reaksi antar logam kalium dan gas dapat ditulis dalam persaman reaksi
sebgai berikut.
2K (s) +Cl2 (g) → 2KCl (s)
Kalium + gas Klor → kalium klorida.16
2. Penyetaraan reaksi kimia
Sebuah persamaan biasanya ditulis menggunakan rumus kimia kecuali kimia
diminta untuk menuliskan persamaan nama kimia. Bagaimana cara menyetarakan
persamaan reaksi ? terdapat empat langkah penyetaraan atau persamaan kimia yaitu
sebagai berikut :
 langkah 1 : Tuliskan rumus kimia reaktan pada sisi kiri persamaan dan produk
pada sisi kanan persamaan reaksi.

15
Michael Purba, Op.Cit, hlm. 143-144
16
Muchtaridi. 2016. Kimia SMA Kelas X. Yudhistira : Jakarta
19

 Langkah 2 : Periksa jumlah atom Setiap unsur pada kedua Sisi persamaan jika
belum setara lanjutkan ke langkah selanjutnya.
 langkah 3 : Setarakan reaksi dengan menambahkan angka didepan rumus
kimia zat angka 1 tidak perlu dituliskan.
 Langkah 4 masukkan lambang wujud zat pada persamaan.
Terdapat dua cara yang bisa ditempuh untuk mengembangkan suatu
persamaan kimia yaitu penyetaraan Sisi kiri dan kanan dan penyetaraan matematik.
a. Cara penyetaraan sisi kanan dan kiri
Menurut teori atom Dalton, di dalam suatu reaksi kimia tidak ada atom
yang hilang atau yang bertambah, yang terjadi hanya penataan ulang atom-
atom. Jumlah atom pada sisi kiri atau reaktan sama dengan jumlah sisi kanan
atau produk. Contohnya reaksi antara metana dan oksigen yang menghasilkan
karbondioksida dan uap air. Penyetaran reaksi ini dapat dilihat sebagai
berikut :
 Langkah 1 : Tuliskan rumus kimia reaktan dan produk.
CH4 + O2 CO2 + H2O
 Langkah 2 : Periksa jumlah atom Setiap unsur pada dua sisi
persamaan. persamaan ini tidak seimbang karena jumlah atom oksigen
dan atom Hidrogen pada sisi kiri dan kanan persamaan tidak sama.
Jumlah Atom
Unsur Kiri Kanan
C 1 1
O 2 3
H 4 2

 langkah 3 : Setarakan reaksi dengan menambahkan angka koefisien di


depan rumus kimia zat.
20

Untuk menyeimbangkan : atom hidrogen kita menambahkan


angka 2 di depan H2O, karena terdapat unsur oksigen dalam H2O atom
oksigen ikut di gandakan menjadi dua atom. Sekarang atom oksigen
di sisi kanan adalah 4 atom ( 2 atom dari CO2 dan 2 atom dari 2 H2O).
Jumlah Atom
Unsur Kiri Kanan
C 1 1
O 2 4 (dari 3+1)
H 4 4 (dari 2x2)
Contoh soal :
Setarakanlah persamaan reaksi berikut menggunakan cara persamaan
matematika :
aNa2CO3 + bHCl cNaCl + dH2O +eCO2

Penyelesaian :
Untuk untuk menyetarakan jumlah atom Na : 2 a = c
Untuk menyetarakan jumlah atom C : a = e
Untuk menyetarakan jumlah atom O : 3a = d + 2 e
Untuk menyetarakan jumlah atom H : b = 2 d
Untuk menyetarakan jumlah atom Cl : B = C
3. Persamaan ionik
Persamaan ionik adalah persamaan kimia yang disederhanakan yang
menunjukkan reaksi zat dalam air. Persamaan ini menunjukkan ion yang berperan
dalam reaksi dan pembentukan produk. Persamaan ionik antara natrium dan klorin
yaitu :17
Na+ (s) + 2Cl- (g) 2 NaCl (s)
I. Pereaksi Pembatas Senyawa

17
Astrid tryastari. 2014. Kimia untuk SMA kelas X. QUADRA, hlm. 141 - 146
21

Dalam reaksi kimia, ada kalanya tidak semua pereaksi habis bereaksi.
Artinya, tidak semua pereaksi yang tersedia bereaksi sesuai dengan perbandingan
koefisien atau stoikiometri reaksinya. Reaksi ynag demikian disebut reaksi
nonstoikiometris. Jumlah maksimum produk reaksi ditentukan oleh pereaksi yang
habis bereaksi. Pereaksi yang habis bereaksi disebut pereaksi pembatas (limiting
reagent). Dengan demikian, apabila jumlah semua komponen pereaksi diketahui,
maka untuk menentukan jumlah produk reaksi harus terlebih dahulu menentukan
pereaksi pembatasnya. Hal ini logis karena produk reaksi hanya terbentuk dari bagian
pereaksi yang berubah (bereaksi)s. Sesuai dengan hukum kekekalan massa dan
hukum perbandingan tetap, massa zat-zat yang berubah sama dengan massa zat-zat
produk reaksi. Pereaksi lain yang tidak habis bereaksi disebut pereaksi berlebih
(excess reagent).18
J. Senyawa Hidrat
Senyawa hidrat adalah suatu senyawa yang mengandung air. Dalam rumus
molekul, molekul air ditulis dibelakang “ titik” setelah rumus senyawa. Sebagai
contoh, asam oksalat hidrat diperoleh melalui kristalisasi dari larutan asam oksalat.
Senyawa ini mengandung dua molekul air. Rumus asam oksalat hidrat adalah
(COOH)3. 2H2O atau H3C2O4.2H2O. Tanda “titik” menunjukkan bahwa Kristal
oksalat mengandung 2 molekul H2O per molekul (COOH)2. Molekul air dapat
dilepaskan melalui pemanasan, menghasilkan asam oksalat anhidrat (anhidrat = tanpa
air). Wujud fisik kedua senyawa ini diperhatikan pada gambar sebagai berikut.19
(COOH)2 2H2O (s) (putih) → (COOH)2 (s) (putih lembut) + 2H2O (g)
Asam oksalat hidrat asam oksalat anhidrat air
Mr = 126,0 g/mol Mr = 90,0 g/mol Mr = 36,0 g/mol

K. Konsentrasi Larutan (Kadar Zat)

18
Ibid, hlm. 292
19
A. Haris Watoni, Dini Kurniawati, dan Meta Juniastri, Op.Cit, hlm. 295.
22

Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut yang terkandung


dalam suatu larutan. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan sebagai angka banding
banyaknya zat terlarut terhadap jumlah pelarut maupun jumlah larutan.
1. Persen massa
Dengan satuan massa zat terlarut dan massa larutan yang sama, persen massa
(% /m) menyatakan massa zat terlarut yang terkandung dalam 100 satuan massa
larutan. Oleh karena itu, jika a gram larutan mengandung b gram zat terlarut, maka
massa zat terlarut
%m/m= ×100
massa larutan
2. Persen volume
Dengan satuan volume zat terlarut dan volume larutan yang sama, persen
volume (%V/V) menyatakan volume zat terlarut yang terkandung dalam 100 satuan
volume larutan.
volume zat terlarut
%V /V = × 100
volume larutan
3. Bagian per juta (bpj)
Bagian per juta (bpj) menyatakan massa zat terlarut dalam 1.000.000 satuan
massa larutan, dengan satuan massa zat terlarut dan massa larutan yang sama.
massa (garam) zat terlarut
bagian per juta=
1.000.000 gramlarutan
Bagian per juta setara dengan banyaknya milligram zat terlarut dalam 1
kilogram larutan, atau milligram zat terlarut dalam satu liter larutan apabila massa
jenis larutan sama dengan 1.
mg zat terlarut
bpj=
kg larutan
Oleh karena itu, jika a gram larutan mengandung b gram zat terlarut, maka
dalam 1.000.000 g larutan terkandung
massa zat terlarut
bpj= × 106
massalarutan
23

Dengan demikian, apabila suatu larutan memiliki persen massa yang


diketahui, maka bagian per juta dapat dihitung dengan menggunakan rumus
persenmassa
bpj= × 106
100
Bagian per juta dinyatakan dengan satuan bpj atau ppm (singkatan dari part
per millions).20
4. Fraksi mol
Fraksi mol, dilambangkan dengan X, menyatakan jumlah mol komponen
per jumlah mol total larutan. Dengan menggunakan n sebagai lambang jumlah mol,
maka:
n komponen
X=
n total
Karena larutan merupakan campuran antara komponen zat terlarut dengan
komponen pelarut, maka ada dua macam fraksi mol yang dapat dihitung, yaitu fraksi
mol zat terlarut (Xt) dan fraksi mol pelarut (Xp). Sesuai dengan definisi fraksi mol di
atas, jika zat terlarut dilambangkan dengan t dan pelarut dilambangkan dengan p,
maka:
nt
Xt =
np+nt

np
Xp=
np+nt

Xt + Xp=1
Karena fraksi mol menyatakan perbandingan mol, maka fraksi mol tidak
memiliki satuan. Hasil penjumlahan kedua fraksi mol ini adalah 1. Dengan demikian,
nilai fraksi mol tidak pernah lebih dari 1 atau sama dengan 1.
5. Molalitas (m)
Molalitas (m), disebut juga sebagai konsentrasi molal atau kemolalan
20
Ibid, hlm. 298 - 299
24

larutan, menyatakan banyaknya mol zat terlarut yang terkandung dalam 1


kilogram pelarut. Jadi,
jumlah ( mol ) zat terlarut n
Molalitas(m)= m=
massa ( kg ) pelarut kg pelarut
Satuan molalitas adalah, mol/kg atau molal.
6. Molaritas (M)
Molaritas (M), disebut juga sebagai konsentrasi molar atau kemolaran
larutan, menyatakan banyaknya mol zat terlarut yang larut dalam 1 liter larutan. Jadi,
n
M=
liter larutan
Molaritas larutan dinyatakan dengan satuan molar, M atau mol/L.21

Soal dan Pembahasan Stoikiometri

21
Ibid, hlm. 299 – 300
25

1. Berapakah massa dari 5 liter gas nitrogen (N2) pada 27°C dan tekanan 3 atm?
Pembahasan:
P = 3 atm
V = 5L
T = 27 + 273 K = 300 K
R = 0,082 L. atm/mol.K
Mr= 28
pV = nRT
3 atm × 5L = n × 0,082 L.atm/mol.K
24,6 L. atm/mol . K
n=
15 atm. L
= 1,64 mol
massa = n × Mr = 1,64 × 28 =45,92 gram
2. Pada suhu dan tekanan tertentu, volume dari 22 gram gas karbon dioksida
(CO2) adalah 10 liter. Pada suhu dan tekanan yang sama, berapakah volume
dari 8 gram gas oksigen (O2)?
Pembahasan:
V CO2 = 10 L
Massa CO2 = 22 gram
Mr CO2 = 44
Massa O2 = 8 gram
Mr O2 = 32
nCO2 = massa/Mr
n CO2 = 22/44 = 0,5 mol
n O2 = massa/ Mr
n O2 = 8/32 =0,25 mol
nCO 2 nO2
=
V CO 2 V O 2
26

n O2 ×V CO 2
V O2 =
nO 2
0,5 ×10
V O2 = = 20 Liter
0,25
3. Jika 100 ml HCl 0,3 M direaksi dengan Ba(OH)2 0,1 M, tentukan voleme
larutan Ba(OH)2 yang diperlukan.
Pembahasan :
Persamaan reaksi
2 HCl + Ba(OH)2 → BaCl2 + H2O
Jumlah mmol HCl = volume HCl × konsentrasi HCl
= 100 ml × 0,3 M
=30 mmol
Jumlah mmol Ba(OH )
× jumlah mmol HCl
koefisien HCl
1
= × 30 mmol
2
Jumlah mmol Ba(OH )2 15 mmol
Volume larutan Ba(OH)2 = = =150 ml
molaritas Ba (OH ) 2 0,1 M
Jadi, volume larutan Ba(OH)2 yang diperlukan sebanyak 150 ml
4. Tentukan jumlah mol, jumlah grek, kemolaran, dan kenormalan dari larutan
berikut. (37 g Ca(OH)2 (Mr = 74) yang dilarutkan dalam air hingga volume 5
L)
Pembahasan :
g 37 g
Jumlah mol Ca(OH)2 = = = 0,5 mol
Mr 74 g/mol
Jumlah grek Ca(OH)2 = jumlah mol Ca(OH)2 × b
= 0,5 mol × 2 = 1grek
n 0,5 mol
M= = = 0,1 M,
v 5L
N = M × b = 0,1 M × 2 = 0,2 N
27

5. Suatu senyawa mempunyai rumus empiris CH3. Jika Mr senyawa tersebut 30,
tentukan rumus molekul dari senyawa tersebut
Pembahasan:
Menentukan rumus molekul
(Mr RE) n= Mr Senyawa
(12=1=1x3) n=30
(15) n= 30
n=30:15= 2
maka rumus molekulnya : (CH3)2 = C2H6
6. Suatu alkohol dengan rumus molekul CH3(CH2)nOH bereaksi dengan logam
natrium sebagai berikut:
2CH3(CH2)nOH + 2Na 2CH3(CH2)nONa + H2
Dengan massa alkohol 2,7 gram, ternyata dihasilkan volume hidrogen
sebanyak 600 mL yang diukur pada suhu dan tekanan yang sama, dimana
volume 1 mol gas = 24 L.
a. Hitung massa molekul relative alkohol tersebut
b. Tentukan rumus molekul alkohol tersebut
Pembahasan:
0,6 L
a. mol H2 = =0,025 mol
24
mol alkohol = 2(0,025 mol) = 0,05 mol
2,7
Mm alkohol = =108 g/mol
0,025
b. Mr alkohol = 74
Mr alkohol = 32 + 14n = 108 n=5
Rumus molekul: CH3(CH2)5OH
7. Titanium adalah logam yang kuat, ringan, dan tahan terhadap korosi. Logam
ini digunakan sebagai bahan tambahan pada pembuatan roket, pesawat, mesin
jet, dan rangka sepeda. Logam titanium (A r = 47, 88) diperoleh dari reaksi
28

antara titanium (IV) klorida (Mr = 189,7) dengan magnesium (Ar = 24,31) cair
pada suhu antara 9500C dan 11500C yang didapatkan hasil massa teoritisnya
adalah 9,19 x 106 g Ti. Jika ternyata Ti yang didapatkan sebanyak 7,91 x 10 6
g, berapa persen hasilnya?
Pembahasan:
hasil sebenarnya
% hasil = × 100 %
hasil teoritis
7,91× 106 g
= ×100 %
9,19 ×106 g
= 86,1%
8. Diketahui mol molekul NH3 adalah 2 mol dengan massa atom N = 14 dan H =
1. Hitunglah massa molekul NH3?
Pembahasan:
Mr NH3 = 14 + 3(1) = 17
massa
mol NH3 =
mr
massa = mol x mr
= 2 x 17
= 34 gram
9. Sebanyak 4,0 gram cuplikan yang mengandung senyawa hidrokarbon dibakar
sempurna dengan gas oksigen. Jika presentase (%) massa karbon dalam
cuplikan tersebut adalah 30%, maka massa karbon dioksida yang dihasilkan
dalam proses pembakaran tersebut adalah.... (Ar C = 12, O = 16)
A. 3,3
B. 4,4
C. 5,4
D. 5,5
E. 6,0
Jawaban : B
29

Pembahasan :

dengan menganggap massa sebelum = massa sesudah reaksi, maka massa C


dalam cuplikan akan sama dengan massa C dalam CO2. Sehingga:

 
10. Hitung lah persentasi unsur Na yang terdapat dalam senyawa NaCl ....
a. 39,41
b. 38,31
c. 37,41
d. 39,31
e. 38,41
Jawab: D
Pembahasan:
( jumlah atom Na)( Ar Na)
% massa Na dalam NaCl = x 100%
Mr NaCl
(1)(23)
= x 100%
58,5
= 39,31 %
11. Perhatikan persamaan reaksi berikut!
Mg (s) + 2HCl (aq) → MgCl2 (aq) + H2 (g)
30

Apabila 4 gram logam Mg dimasukkan ke dalam 10 mL larutan HCl 2 M,


maka volume gas H2 yang terbentuk dalam keadaan standar adalah....
(Ar Mg = 24; H = 1; Cl = 35,5)
A. 0,224 L
B. 0,448 L
C. 1,904 L
D. 2,240 L
Jawaban: A
Pembahasan:
Jumlah mol Mg
mol = gram/Ar = 4/24 = 1/6 mol
Jumlah mol HCl
mol = M × V
mol = 2 × 10 ×10−3 = 0,02
Menentukan pereaksi pembatas
Mg (s) + 2HCl (aq) → MgCl2 (aq) + H2 (g)
Mg → mol Mg/koefisien Mg = 0,167 / 1 = 0,167
HCl → mol HCl /koefisien HCl = 0,02 / 2 = 0,01
Terlihat bahwa perbandingan mol/koefisien dari HCl lebih kecil, sehingga
HCl sebagai pembatas
Volume H2
mol H2 : mol HCl = 1 : 2
mol H2 = 1/2 × mol HCl = 1/2 × 0,02 = 0,01
Sehingga Volume H2 = 0,01 × 22,4 liter = 0,224 liter
12. Pembakaran sempurna gas asetilen dapat ditulis seperti berikut: C 2H2 (g) + O2
(g) → CO2 (g) + H2O (g)     (belum setara) Jika reaksi dilakukan pada tekanan
yang sama maka perbandingan volume C2H2 : O2 adalah ….
A.   1 : 2
B.   1 : 4
31

C.   1 : 5
D.   2 : 2
E.   2 : 5
Jawaban: E
Pembahasan: Hukum Gay-Lussac menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan
yang sama, perbandingan volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas-gas
hasil reaksi merupakan bilangan bulat sederhana. Hukum ini dikenal juga
dengan hukum Perbandingan Volume. Perbandingan volume tersebut ternyata
mempunyai kesetaraan dengan perbandingan koefisien pereaksi dan hasil
reaksi. Nah, berarti kita tinggal menyetarakan reaksi tersebut.
2C2H2 + 5O2 → 4CO2 + 2H2O
Berdasarkan persamaan reaksi yang sudah setara tersebut diperoleh
volume C2H2 : volume O2
= koefisien C2H2 : koefisien O2                                       
=2:5
13. Senyawa oksida logam MxOy dihasilkan dari reaksi antara padatan logam M
sebanyak 0,5 mol dengan 0,625 mol gas oksigen. Jika reaksi tersebut
menghasilkan 0,25 mol oksida logam, maka rumus senyawa oksida tersebut
adalah….
A. MO2
B. MO3
C. M2O
D. M2O3
E. M2O5
Jawaban: E
Pembahasan:
Reaksi pembentukan oksida logam MxOy adalah sebagai berikut:
M              +       O2            →      MxOy
0,5 mol       0,625 mol           0,25 mol
32

Perbandingan mol ≈ perbandingan koefisien. Perbandingan mol spesi tersebut


adalah 4 : 5 : 2. Sehingga perbandingan koefisien spesi tersebut juga 4 : 5 : 2.
4M      +      5O2      →      2MxOy
Untuk menentukan nilai x dan y, dilihat dari jumlah atom – atom. Jumlah
atom kiri harus sama dengan jumlah atom kanan. Atom M kiri = atom M
kanan
4 = 2x
x = 2
Atom O kiri = atom O kanan
10 = 2y
Y = 5
Sehingga rumus oksida tersebut adalah M2O5.
14. Berikut merupakan persamaan reaksi pembentukan gas SO3:
SO2(g)  + O2(g)  → SO3(g)
Jika gas oksigen yang digunakan sebanyak 12 L, maka volume gas SO 3 yang
dihasilkan adalah....
A. 6 liter
B. 12 liter
C. 18 liter
D. 24 liter
E. 36 liter
Jawaban: D
Pembahasan:
Persamaan reaksi setara untuk penguraian gas SO3 adalah sebagai berikut:
2SO2 (g)  + O2 (g)  → 2SO3 (g)
Menurut hukum Gay Lussac, perbandingan volume spesi dalam reaksi fase
gas sebanding dengan koefisien spesi tersebut.
Jika volume gas O2 = 12 L, maka:
33

 
15. Sebanyak 8,87 gram suatu larutan campuran natrium klorida dan kalium
klorida dilarutkan dalam 100 mL air. Kedalam campuran tersebut kemudian
ditambahkan larutan perak nitrat berlebih dan menghasilkan 19,13 gram perak
klorida sebagai endapan. Berapakah % massa natrium klorida dan kalium
klorida dalam campuran tersebut.... (Ar Na = 23; Cl = 35,5; Ag = 108).
A. 20,96 % dan 79,04 %
B. 45,53 % dan 54,47 %
C. 56,60 % dan 43,40 %
D. 70,86 % dan 29,14 %
E. 72,06 % dan 27,94 %
Jawaban: C
Pembahasan :
Dimisalkan: massa (m) NaCl = x g, maka m KCl = (8,87 – x) g
Mr AgCl = 143,5; Mr NaCl = 58,5; Mr KCl = 74,5
Dengan menggunakan hukum Lavoisier dan hukum Proust, maka:
M Cl dalam AgCl = m Cl dalam NaCl + m Cl dalam KCl
35,5 35,5 35,5
x 19,13 = x+ (8,87−x)
143,5 58,5 74,5
4,732 = 0,6 x + 4,23 – 0,5x
0,502 = 0,1 x
m KCl = 8,87 g – 5,02 g = 3,85 g
5,02 g
% massa NaCl = x 100 % = 56,60 %
8,87 g
% massa KCl = (100 – 56,60)% = 43,40 %
16. Volume gas NH3 yang massanya 3,4 gram bila di ukur pada 27°C dan 760
mmHg adalah...(tetapan gas R=0,082 L atm/K.mol)
A. 49,2 L
34

B. 24,6 L
C. 12,3 L
D. 4, 92 L
E. 2,46 L
Jawaban: D
Pembahasan:
Diketahui :
Massa NH3 = 3,4 gr
Suhu = 27°C = 300 K
P = 760 mmHg = 1 atm
Mr NH3= Ar N + Ar H = (1 X 14) + (3 X 1) = 14+3 = 17
Ditanya : volume gas NH3 = ...L?
gr
Jumlah mol dari gas NH3: n =
Mr
3,4 gr
=
17 gr /mo l
= 0,2 mol
PV = nRT
atm
nRT 0,2 mol x 0,082 L mol−1 x 300 K
V= = K
P
1 atm
= 4,92 L
17. Massa NaNO3 (Ar Na=23, N=14, O=16) yang diperlukan untuk membuat
1000 mL larutan NaNO3 0,25 molar adalah....
A. 3,15 gram
B. 17,10 gram
C. 21,25 gram
D. 42,50 gram
E. 85,10 gram
Jawaban: C
35

Pembahasan:
Volume NaNO3= 1000 Ml = 1L
Molaritas NaNO3= 0,25 M
Mr NaNO3= (Ar Na + Ar N + (3 x Ar O))
= 23 + 14 + (3 x 16) = 23 +14 + 48 = 85 gr/mol
Ditanya: gram NaNO3?
n
Jawaban : M =
V
n = M.V
= 0,25 M x 1L
= 0,25 mol
Gram NaNO3 = n x Mr
= 0,25 mol x 85 gr/mol
= 21,25 gram
Jadi NaNO3 yang dibutuhkan adalah 21,25 gram
18. Jika diketahui massa atom relatif (Ar) dari atom B adalah 36 dan massa 1 atom
12
C adalah 12 sma. Tentukan massa rata-rata 1 atom B dalam satuan sma ?
A. 32 sma
B. 33 sma
C. 34 sma
D. 35 sma
E. 36 sma
Jawaban: E
Pembahasan:

massa rata-rata 1 atom B = 36 x 1


36

massa rata-rata 1 atom B = 36 sma


19. Tentukan rumus empiris dan rumus molekul dari suatu senyawa dengan Mr
16 yang terdiri dari 75% C dan 25% H….
A. CH4
B. C2H6
C. C4H12
D. C3H8
E. C5
Jawaban: A
Pembahasan:
75 25
Hitung mol C : H = :
12 1
= 6,25 : 25
= 1: 4
RE = 1 : 4
RM = (CH4) = 16
(1.12 + 4.1)n = 16
(12 + 4)n = 16
16n = 16
n =1
(CH4)n = (CH4)1
= CH4
20. Hitung volume 22 gram CO2 (Mr = 44) pada suhu 270C dan tekanan 2 atm ….
A. 3,5 L
B. 4,25 L
C. 5,15 L
D. 6,15 L
E. 2 L
Jawaban: D
37

Pembahasan:
Diket : P = 2 atm
Massa = 22
Mr = 44
R = 0,082
T = (273 + 27)0C
Ditanya : Volum ..?
Jawab: P.V = n.R.T
2 atm .V = 0,5. 0.082. 300
12,3
V =
2
V = 6,15
21. Suatu senyawa hidrokarbon mempunyai rumus empiris CH2 . Jika berat 5,6
liter gas senyawa tersebut pada suhu 0 oC dan tekanan 1 atm adalah 14 g,
rumus molekul senyawa tersebut adalah…
Jawaban: C4H8
Pembahasan:
Berat 5,6 liter = 14 g
Berat 22,4 liter atau 1 mol
22,4
x 14 = 56 g
5,6
Mr CH2 = 14
Mr (CH2)n = 56 gr mol (12x1+2x1)n = 56
56
n = =14
14
rumus molekul C4H8
22. 2,1 g Kristal MgSO4 . nH2O dipanaskan. Jika berat setelah pemanasan adalah
1,2 g, n samadengan...
Jawaban: n = 5
38

Pembahsan:
MgSO4 .nH2O  MgSO4 + nH2O
2,1 g 1,2 g 0,9 g
MgSO4 H2O
Berat 1,2 g 0,9 g
1,2 0,9
Perbandingan mol:
120 18
0,010 0,05
1 5
Rumus Kristal MgSO4 .5H2O
n=5
23. Jika 11,2 gram Fe (Ar = 56) habis bereaksi dengan okisgen (Ar = 16 ) menurut
persamaan reaksi :
4 Fe(s) + 3O2 (g) → 2 Fe2O3 (s)
Maka massa zat hasil reaksi (Fe2O3) adalah:
A. 16 gram
B. 20 gram
C. 24 gram
D. 30 gram
E. 32 gram
Jawaban : A
Pembahasan:
Massa Fe menjadi mol dengan rumus :
Mol Fe yang bereaksi =
Mol Fe yang bereaksi =
Mol Fe = 0,2 mol
Kemudian hitunglah mol dari zat hasil reaksi (Fe2O3) dengan rumus:
Perbandingan mol zat-zat perbandingan koefisein zat-zat =
Mol Fe2O3 = 0,1
39

Konversikan mol dari Fe2O3 menjadi gram dnegan cara


Mol
Massa Fe2O3 = mol Fe2O3 X Mr Fe2O3
Massa Fe2O3 = 0,1 X 160
Massa Fe2O3 = 16 gram
24. 10 g oksida M memiliki rumus M2O3 mengandung 52,9 % M. massa atom
relatif M adalah:
Jawaban: M = 26,96 C3
Pembahasan:
1
2M + O2 M2O3
2

0 6 6 10 g
52,9
Massa M = x 10=5,92 g
100
Massa oksigen = 10 – 5,92 = 4,71 g
Massa ekivalen
8
M= x 5,92=8,985 g
4,71
2 mol M = 6 ekivalen 1 mol M = 3ekivalen
= 3 x 8,985 = 26,96 g
Massa atom relatif M = 26,96
25. Jika 4,88 gram barium klorida berhidrat (BaCl2.xH2O) dipanaskan, maka
tersisa 4,16 gram padatan. Bagaimanakah rumus kimia senyawa hidrat
tersebut? (Ar Ba = 137, Cl = 35,5, H = 1, dan O = 16)
Jawaban: BaCl2.2H2O
Pembahasan:
Reaksi yang terjadi
BaCl2.xH2O → BaCl2 + xH2O
40

massa air = 4,88 – 4,16 = 0,72 gram


Perbandingan massa
m BaCl2 : m H2O = 4,16 : 0,72
Perbandingan mol BaCl2 dengan H2O
n BaCl2 : n H2O = 4,16/208 : 0.72/18 = 0,02 : 0,04 = 1 : 2
Jadi, rumus kimia senyawa hidrat itu adalah BaCl2.2H2O.
26. Di dalam 1,2 mg karbon -12 terdapat…..atom
Jawaban: 6,02 x 1019
Pembahasan:
1,2 x 10−3
1,2 mg karbon -12 = mol = 10-4 mol
12
Banyaknya atom karbon
= 10-4 x 6,62 x 1023
= 6,02 x 1019 atom
27. Berat H2SO4 yang mengandung 0,4 mol atom O adalah: (Mr : H2SO4 = 98)
Jawaban: 9,8 g
Pembahasan:
Dalam 1 mol H2SO4terdapat 4 mol atom O
Jadi, 0,4mol atom O terdapatdalam:
0,4
x 1mol H2SO4 = 0,1 mol H2SO4
4
berat
mol =
massa molekulrelatif
w = berat = 0,1 x 98 = 9,8 g
28. Berat H2SO4 yang mengandung 0,2mol atom O adalah: (Mr : H2SO4 = 98)
Jawaban: 4,9 g
Pembahasan:
Dalam 1 mol H2SO4terdapat 4 mol atom O
Jadi, 0,2mol atom O terdapatdalam:
41

0,2
x 1mol H2SO4 = 0,05 mol H2SO4
4
berat
mol =
massa molekulrelatif
w = berat = 0,05 x 98 = 4,9 g
29. Suatu hidrokarbon dalam keadaan gas sebanyak 50 ml dibakar dalam 500 ml
oksigen. Setelah terjadi reaksi, diperoleh 250 ml karbondioksida dan 300 ml
uap air, sedangkan tersisa 100 ml oksigen. Hidrokarbon tersebut adalah…
Jawaban: C5H12
Pembahasan:
Persamaanreaksi :
X + O2(g) CO2(g) + H2O(g)
50mL (500-100)mL 250mL 300mL
Dari volume gas yang bereaksidapatdiketahui:
X + 8O2(g) 5CO2(g) + 6H2O(g)
Persamaan reaksi akan setara jika X adalah C5H12
30. Berat gas dariCO2 yang diketahui mempunyai atom O sebanyak 12.04 x 1022
atom adalah..
Jawaban: 4,4 g
Pembahasan
12,04 x 1022
Jumlahmol atom O = =0,2 mol
6,02 x 1023
0,2mol atom O terdapatdalam 0,1 mol CO2atau 0,1 x 44 g/mol = 4,4 g
31. Gas NH3 dibuatdenganreaksi:
CaCN2 + H2O  CaCO3 + NH3
Bila 40 g CaCN2dicampurdengan 18 g H2O, gas NH3 yang
dihasilkanadalah……g
Jawaban: 11,3 g
Pembahasan:
42

CaCN2 + 3H2O  CaCO3 + 2NH3


Mr CaCN2 = 40 + 12 + 28 = 80
Mr H2O = 18
Mr NH3 = 17
40
Jumlahmol CaCN2 = =0,5 mol
80
18
Jumlahmol H2O = = 1,0 mol
18
H2O adalahpereaksipembatas
2 2 2
NH3 yang terbentuk = x 1,0 mol= mol atau x 17 = 11,3 g
3 3 3
43

BAB II

HIDROKARBON DAN MINYAK BUMI

Materi Prasyarat

1. Struktur Atom
Sebelum kita mempelajari senyawa hidrokarbon dan minyak bumi, kita harus
mengetahui terlebih dahulu bagaimana struktur atom, struktur atom yaitu satuan dasar
materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang
mengelilinginya. yang terdiri dari (proton, neutron dan elektron), isotop, isobar,
massa atom relatif, konfigurasi elektron dan elektron valensi. Karena dalam
mempelajari senyawa hidrokarbon, kita perlu mengetahui eketron valensi dari suatu
atom.
2. Sistem Periodik Unsur
Sebelum kita mempelajari senyawa hidrokarbondan minyak bumi, kita harus
mengetahui terlebih dahulu suatu unsur di dalam sistem periodik, karena senyawa
hidrokarbon meliputi atom karbon dan hidrogen serta atom karbon ini berkaitan
dengan atom lain. Sistem periodik unsur adalah susunan unsur-unsur berdasarkan
urutan nomor atom dan kemiripan sifat unsur-unsur tersebut.
3. Ikatan Kimia
Sebelum kita mempelajari senyawa hidrokarbon dan minyak bumi, kita harus
mengetahui terlebih dahulu bagaimana terbentuknya suatu ikatan kimia, seperti ikatan
kovalen polar dan ikatan kovalen non polar. Ikatan kimia adalah sebuah proses fisika
yang bertanggung jawab dalam interaksi gaya tarik menarik antara dua atom atau
molekul yang menyebabkan suatu senyawa diatomik atau poliatomik menjadi stabil.
44

Multiple Representasi

1. Karbon
Makroskopis: karbon padat yang memiliki luas permukaan yang cukup tinggi
berkisar antara 100 sampai dengan 2000 m2/g.
Mikroskopis:

Simbolik: C
2. Aseton:
Makroskopis: senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah
terbakar. Ia merupakan keton yang paling sederhana. Aseton larut dalam
berbagai perbandingan dengan air, etanol, dietil eter,dll. Ia sendiri juga
merupakan pelarut yang penting.
Mikroskopis:
45

Simbolik: terdapat unsur C, H


3. PTA (Purified Terepthalic Acid)
Makroskopis: memiliki kelarutan yang sangat buruk
dalam air dan alkohol, Asam tereftalat dan dimetil
esternya memiliki toksisitas yang rendah, dengan LD50 di atas 1 g/kg (oral, tikus)
Padatan putih ini merupakan komoditas kimia, yang digunakan secara umum
sebagai prekursor bagi poliester PET, yang digunakan untuk membuat serat dan
botol plastik.
Mikroskopis:

Simbolik: ada unsur C, H, O


4. Bensin
Mikroskopis: Gas yang sangat mudah terbakar dan larutan mudah menguap dan
terbakarDapat terbakar setelah dipanaskan.Dapat meledak tetapi perlu energi
kuat atau panas dalam tekanan.Dalam keadaan normal stabil. Tidak stabil pada
temperature dan tekanan tinggi. Bereaksi dengan air.Reaktif dengan airMudah
teroksidasi
Mikroskopis:

Simboli: ada unsur C, H,


46

5. Gula
Makroskopis: kristal bubuk putih, stabil, mudah terbakar, tidak kompatibel
dengan oksidaor kuat.
Mikroskopis:

Simbolik: C12H22O11
6. LPG
Makroskopis: gas dalam keadaan normal, tetapi dapat dikompresi menjadi cairan
yang mudah dipindahkan dalam kontainer yang tidak mahal. Massa jenis dari
propana cair pada suhu 25 °C (77 °F) adalah 0.493 g/cm3, sama dengan 4.11
pound per galon A.S. atau 493 gram per liter. Propana memuai sebesar 1.5% per
10 °F.
Mikroskopis:

Simbolik : (C3H8), (C4H10)


7. Metana
Makroskopis: tidak berwarna, tidak berbau, massa molar 16,04 g.mol-1, titik lebur
-187,2°C, titik didih -162°C.

Simbolik : CH4
Mikroskopis :
47

8. C2H6
Makrokopis: Titik didih −88,5 °C dan titik lebur −182,8 °C, gas tak berwarna,
tidak berbau. Memiliki massa molar 30,07 g.mol-1
Simbolik: C2H6
Mikrokopis:

9. Methane-Hidrokarbon

Simbolik : Metana ( CH4 )

Makroskopis

Hidrokarbon adalah senyawa organik yang seluruhnya terbuat dari molekul


hidrogen dan karbon. Kimia organik melibatkan studi tentang hidrokarbon.
Senyawa hidrokarbon yang paling sederhana adalah metana (CH4). Metana
memiliki titik didih (ºC) -182, Titik didih (ºC) -162, Massa jenis (g/cm3) 0,423.

Mikroskopis:
48

MISKONSEPSI
1. Dalam buku Aas Saidah, Tahun 2014. Kurikulum 2013. Terdapat kecanggungan
dalam menyatakan isomer pada alkena dan alkuna. Ia menyebutkan bahwa alkena
mempunyai isomer struktur dan alkuna mempunyai isomer posisi dan kerangka,
sehingga menimbulkan persepsi siswa bahwa antara isomer struktur dengan
isomer posisi dan kerangka adalah isomer yang berbeda padahal satu satu makna.
2. Dalam buku Aas Saidah, Tahun 2014. Kurikulum 2013. Terdapat salah penafsiran
dalam efek rumah kaca, karena gambar dan pembahasan yang disajikan rumah
kaca yang sinari matahari kemudian energi yang dihasilkan tidak dapat
dikeluarkan lagi, tetapi di akhirnya kalimat bahwa efek rumah kaca karena adanya
gas dalam atmosfer yang membuat lapisan seperti kaca. Penjelasan seperti ini
akan membuat siswa bingung dalam menafsirkan efek rumah kaca.
3. Pada buku yang disusun oleh Tine Maria Kuswati, dkk, tidak dijumpai
pembahasan tentang perkembangan kimia karbon, sedangkan pada buku yang
disusun oleh Tim Masmedia Buana Pustaka sudah dijelaskan dengan baik
4. Pada buku yang disusun oleh Tim Masmedia Buana Pustaka tidak dijelaskan
materi tentang Isomer Hidrokarbon,
5. Pada buku yang disusun oleh Tine Maria Kuswati, dkk, tidak dijelaskan tentang
komponen-komponen Penyusun Minyak Bumi
6. Pada buku yang disusun oleh Tim Masmedia Buana Pustaka tidak dijelaskan
materi tentang contoh senyawa hidrokarbon dalam kehidupan sehari-hari
7. Dalam buku Haris Watoni, 2014 menjelaskan secara lengkap dan terperinci dan
terpisah membahas tentang hidrokarbon baik dalam indentifikasi, klasifikasi,
tatanama sifat dan sumbernya dll. Akan tetapi dalam buku ini untuk Minyak bumi
hanya dibahas sedikit dibandingkan pada buku Sentot, Sedangkan pada buku
49

sentot budi rahardjo, 2017 materi Hidrokarbon hanya membahas secara umumnya
saja.

MATERI HIDROKARBON DAN MINYAK BUMI


A. Senyawa Karbon
Senyawa karbon mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan sehari-
hari. Benda-benda yang mengandung atom karbon dapat kita temukan dengan mudah
disekitar kita.
1. Perkembangan kimia karbon
Pada awalnya, orang beranggapan bahwa snyawa karbon hanya dapat
diperoleh dari makhluk hidup. Senyawa karbon yang dapat dibuat oleh makhluk
hidup dikenal dengan senyawa organik sehingga dahulu senyawa karbon lebih
dikenal dengan senyawa oraganik. Senyawa organik misalnya, karbohidrat,
protein, lemak, urea, dan lain-lain.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, Frederick Wohler,
seorang ahli kimia dari Jerman dapat menyintesis urea (CO(NH2)2) dengan
memanaskan amonium sianat (NH4CNO). Urea merupakan senyawa oraganik
yang berasal dari makhluk hidup. Sejak penemuan Wohler tersebut,
penggolongan senyawa karbon mejadi senyawa organik dan anoragik tidak
didasarkan pada asalnya, tetapi didasarkan pada sifatnya.
Senyawa organik memiliki titik didih dan titk leleh yang relatif rendah,
mudah larut dalam pelarut nonpolar, kurang reaktif (sukar bereaksi), dan tidak
stabil terhadap pemanasan. Adapun senyawa anoragik, titik didih dan titik
lelehnya ada yang sangat tinggi, tetapi ada yang sangsat rendah, mudah larut
dalam pelarut polar, reaktif, dan stabil terhadap pemanasan.22
Tabel 1.1 Perbedaan Sneyawa Oraganik Dan Anorganik

22
Tim Masmedia Buana Pustaka, Kimia untuk SMA/MA Kelas XI Kurikulum 2013 Kelompok
Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam, (PT. Masmedia Buana Pustaka: Sidoarjo, 2016), h. 3
50

N Senyawaorganik Senyawaanoganik
o
1 Membentuk ikatan kovalen Membentuk ikatan ion dan kovalen
2 Membentuk rantai karbon Tidak membentuk rantai karbon
3 Non elektrolit Non elektrolit dan elektrolit
4 Reaksi berlangsung lambat Reaksi berlangsung cepat
5 Titik didih dan titik leleh Titik didih dan titik leleh tinggi
rendah
6 Larutan dalm pelarut organik Larut dalam pelarut anorganik

2. Kekhasan atom karbon


Atom karbon dapat mengikat 4 atom hidrogen. Mengapa? Masih
ingatkah kalian tentang leektron valensi dan ikatan kimia? Cobalah kalian ingat
kembali pelajaran kelas X tentang elektron valensi pada kulit dan ikatan kimia.
Atom karbon memiliki empat elektron pada kulit terluarnya, sehingga
untuk mencapai susunan elektron yang stabil seperti sussunan elektron gas
mulia memerlukan empat elektron lagi. Dengan demikian, setiap atom karbon
dapat membentuk empat iktan kovalen dengan atom lain. Kekhasana atom
karbon adalah kemampuan atom karbon ini untuk berikatan dengan atom
karbon lainnya.
3. Atom karbon primer, sekunder, Tersier, dan Kuartener
51

Berdasarkan jumlah atom karbon yang diikatnya, atom karbon dalam


suatu rantai karbon dapat dibedakan atas :
a. Atom karbon primer, yaitu atom karbon yang terikat langsung pada 1 atom
karbon lainnya
b. Atom karbon sekunder, yaitu atom karbon yang terikat langsung pada 2
atom karbonn lainnya
c. Atom karbon tersier, yaitu atom karbon yang treikat langsung pada 3 atom
karbon lainnya
d. Atom karbon kuartener, yaitu atom karbon yang terikat langsung pada 4
atom karbon lainnya
Contoh :

Jumlah atom karbon


Primer : 5 buah (1,4,5,8,9)
Sekunder = 2 buah ( 2 dan 7 )
Tersier = 1 buah (3)
Kuartener = 1 buah (6)23
4. Isomer
Dalam senyawa karbon, banyak dijumpai senyawa-senyawa yang
mempunyai rumus molekul sama tetapi rumus struktur berbeda. Peristiwa
semacam itu disebut isomer atau keisomeran.
Keisomeran terdiri atas keisomeran struktur dan keisomeran ruang
keisomeran struktur, yaitu senyawa karbon yang rumus molekulnya sama tetapi
23
Aas Saidah dan Michael Purba, Kimia Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa untuk
SMK/MAK Kelas X1, (Jakarta: Erlangga,2013), h. 3
52

rumus strukturnya bereda. Isomer struktur dibedakan menjadi isomer kerangka,


isomer posisi, dan isomer gugus fungsi.
Keisomeran ruang, yaitu senyawa karbon yang mempunyai rumus
molekul sama, gugus fungsi sama tetapi susunan gugus dalam ruang berbeda.
Isomer ruang dibedakan menjadi isomer geometri dan isomer optik.24
5. Hidrokarbon
a. Senyawa Organik dalam Senyawa Anorganik
Senyawa karbon mempunyai jenis sifat dan kegunaan yang
bermacam-macam.Oleh karena itu, senyawa karbon dibahas khusus dalam
cabang ilmu kimia yang disebut kimia organik.Nama kimia organik
didasarkan pada awal perkembangan ilmu kimia karbon.Dahulu, orang
berpendapat bahwa senyawa karbon hanya dapat diperoleh dari makhluk
hidup.Pada waktu itu, senyawa karbon dianggap hanya dapat disintesis atau
dibuat oleh tubuh makhluk hidup atau organisme.Oleh karena itu, senyawa
karbon juga dikenal sebagai senyawa organik, misalnya karbohidrat protein
lemak dan vitamin.
Senyawa karbon yang dapat disintesis di luar tubuh makhluk hidup
disebut sebagai senyawa karbon anorganik, misalnya garam karbonat (CO 32-)
gas karbon dioksida (CO2), dan karbon monoksida (CO). Pendapat ini
bertahan lama sampai akhirnya pada tahun 1828 friedrich wohler dapat
mensintesis urea di luar tubuh makhluk hidup, yaitu dengan cara
memanaskan amonium sianat menjadi urea. Urea yang dikenal sebagai
senyawa organik, secara alami merupakan hasil metabolisme tubuh yang
biasa dikeluarkan bersama dengan urine manusia.
NH4+NCO-CO(NH2)2
Atas dasar penemuan friedrich wohler tersebut, penggolongan
senyawa karbon organik dan senyawa karbon anorganik tidak didasarkan
lagi kepada asalnya Tetapi lebih didasarkan kepada sifat dan strukturnya.
24
Tine Maria Kuswati,Op.Cit., h. 6
53

Senyawa karbon organik mempunyai ciri khas bahwa di dalam


strukturnya terdapat nilai rantai karbon, sedangkan pada senyawa karbon
anorganik umumnya tidak mempunyai rantai atom karbon.
Beberapa perbedaan yang umum dapat dilihat pada tabel 1
Perbedaan Senyawa Karbon Senyawa Karbon
Organik Anorganik
kestabilan terhadap Mudah terurai atau stabil pada
pemanasan berubah struktur pemanasan
Kelarutan umumnya senyawa
karbon organik sukar
larut dalam pelarut polar
tetapi mudah larut
anorganik mudah larut
dalam pelarut polar
dalam pelarut non polar
tiga titik lebur dan umumnya relatif rendah ada yang sangat
titik didih tinggi tetapi ada
yang sangat rendah
Kereaktifan Kurang reaktif atau sukar reaktif dan umumnya
bereaksi dan jika berlangsung cepat
bereaksi cenderung
lambat
Struktur mempunyai rantai atom tidak mempunyai
karbon senyawa karbon rantai atom karbon

b. Sumber Senyawa Karbon


1) Tumbuhan dan hewan
54

Tumbuhan dan hewan merupakan mesin pembuat senyawa


karbon, misalnya protein, karbohidrat, lemak, dan berbagai senyawa yang
tidak mungkin diperoleh dan ditemukan di luar tumbuhan dan hewan.
2) Batubara
Batu bara merupakan hasil pelapukan tumbuhan yang berlangsung
jutaan tahun yang lalu dengan tekanan dan temperatur yang sangat tinggi.
Pengolahan batubara dengan cara distilasi pemecahan menghasilkan gas
batubara, terbatubara, dan Kokas.
3) Gas alamdan minyak bumi
Gas alam dan minyak bumi mengandung banyak senyawa karbon
yang berperan penting dalam industri. Komponen utama dalam gas alam
dan minyak bumi adalah senyawa hidrokarbon.25
c. Tata Nama IUPAC Untuk Hidrokarbon Jenuh
Senyawa senyawa yang tergolong hidrokarbon jenuh adalah alkana
dan sikloalkana. Alkana memiliki dua jenis rantai, yaitu alkana tak
bercabang dan alkana bercabang. Alkana tak bercabang disebut juga sebagai
normal alkana, disingkat n - alkana.
1) Normal alkana
Normal alkana disingkat n-alkana adalah senyawa alkana tak
bercabang. Penamaan senyawa cukup dilakukan dengan mengganti
awalan “alk” dengan awalan yang menunjukkan jumlah atom. Nama
alkana yang hanya mengandung 1, 2 dan 3 atom c tidak perlu diawali
dengan n- karena senyawa-senyawa tersebut tidak mungkin ada yang
bercabang.
2) Alkana Bercabang
Alkana bercabang terdiri dari rantai induk dan cabang. Rantai
induk adalah rantai alkana yang terpanjang sedangkan Cabang adalah

25
Unggul Sudarmo.2014. kimia untuk SMA/MA kelas XI. Surakarta. Erlangga, h.9
55

gugusan hidrokarbon pendek yang terikat pada rantai induk. Cabang


disebut sebagai alkil ( = alkana dikurangi 1 H ).
Nama cabang alkil diturunkan dari nama alkana dengan
mengganti “ana Menjadi “il”. Jadi alkana menjadi alkil. Sebagai contoh
metana menjadi metil etana menjadi etil dan seterusnya.
CH4 : Metana CH3 - = Cabang metil
CH3 – CH3 : Etana CH3 – CH2 - = Cabang etil
3) Atom C Primer, Sekunder, Tersier, dan Kuartener
Dalam rantai alkana bercabang dikenal istilah atom karbon C
primer sekunder tersier dan kuarterner yaitu atom c yang berturut-turut
mengikat 1 2 3 dan 4 atom c yang lain. Cabang alkil sederhana biasanya
menggunakan nama trivial berawalan “iso” yang diambil dari kata
isomer. Isobutana berarti isomer dari butana. Gugusan cabang turunan
dari pentana dapat berupa isopentil yang diturunkan dari isopentana dan
neopentil yang diturunkan dari neopentana. Untuk senyawa alkana istilah
“iso” hanya dapat digunakan untuk rantai alkana yang memiliki gugus
CH3 - pada Atom C nomor 2.
c. Tata nama IUPAC untuk hidrokarbon jenuh
Dalam penamaan senyawa alkana bercabang IUPAC
merekomendasikan empat aturan sebagai berikut
 Aturan 1: Rantai utama (induk)
Nama senyawa sesuai dengan nama rantai induk yaitu rantai
karbon yang terpanjang.
 Aturan 2: Penomoran rantai induk
Penomoran rantai induk dimulai dari ujung rantai induk yang
terdekat dengan cabang.
 Aturan 3: Penomoran cabang alkil
Cabang harus menempati nomor yang serendah mungkin
56

 Aturan 4 : Penyusunan cabang banyak


1) Jika ada dua atau lebih gugus alkil Urutkan nama cabang
sesuai dengan urutan abjad awalan nama cabang
2) Jika Akil yang yang sama berjumlah lebih dari 1 Nyatakan
jumlah alkil dengan awalan di, tri, tetra dan seterusnya. Untuk
menghindari pengulangan penyebutan cabang ( di = 2, tri = 3,
tetra = 4,penta = 5, heksa = 6 ).
Mengacu pada aturan IUPAC, penulisan nama alkana
bercabang mengikuti aturan sebagai berikut.
1) Urutkan penulisan nama : nomor cabang – nama cabang – nama
rantai induk.
2) Nama cabang ditulis serangkai dengan nama rantai induk.
3) Penomoran dimulai dari ujung rantai induk yang terdekat dengan
cabang.
4) Jika senyawa mengandung lebih dari satu cabang yang berbeda,
nama cabang ditulis sesuai dengan urutan abjad awal nama
cabang.
5) Jika senyawa mengandung lebih dari satu cabang yang sama,
nama cabang diawali dengan sebutan jumlah cabang ( di = 2, tri
= 3, tetra = 4 ), misalnya dimetil, trietil, dietil, dan seterusnya.
6) Jika dua cabang menempati nomor yang ekivalen dari ke dua
ujung rantai induk, prioritas penomoran ditentukan oleh posisi
cabang yang lain.
7) Jika rantai terpanjang lebih dari satu, yang menjadi rantai induk
adalah rantai terpanjang dengan jumlah cabang yang terbanyak.
Alkana dengan cabang bercabang ( Alkil Kompleks )
Penamaan sistematik cabang bercabang menggunakan alkil
yang terpanjang sebagai gugus alkil dasar. Penomoran gugus alkil
57

dasar dimulai dari atom karbon alkil dasar(kepala karbon) yang terikat
pada rantai induk alkana. Alkil lain yang terikat pada alkil dasar ditulis
serangkai dengan alkil dasar. Rangkaian alkil ini ditulis dalam tanda
kurung sebagai alkil kompleks.
Untuk sikloalkana tak bercabang, nama senyawa diawali
dengan awalan “siklo” yang serangkai dengan nama alkana. Untuk
sikloalkana bercabang, yang dipilih sebagai rantai induk adalah rantai
karbon siklis(sikloalkana). Alkil yang terikat pada sikloalkana dipilih
sebagai cabang. Sebagai contoh sikloalkana bercabang C4H8 adalah
metilsiklopropana.
d. Tata Nama IUPAC Untuk Hidrokarbon Tak Jenuh
Aturan penamaan pada alkena juga berlaku untuk hidrokarbon
tak jenuh seperti alkena dan alkuna. Prinsip-prinsip dalam tata nama
alkena dan alkuna adalah sebagai berikut.
 Nama alkena dan alkuna sebagai nama rantai induk.
 Yang dipilih sebagai rantai induk adalah rantai terpanjang yang
mengandung ikatan rangkap.
 Penomoran dimulai dari ujung rantai induk yang terdekat
dengan ikatan rangkap.
 Nama rantai induk ditulis dengan menyebutkan nomor letak
ikatan rangkap terutama untuk hidrokarbon tak jenuh dengan
jumlah atom c sebanyak 4 atau lebih.
Untuk penamaan hidrokarbon tak jenuh yang mengandung
lebih dari satu ikatan rangkap sejenis, jumlah ikatan rangkap
dinyatakan dengan awalan di, Tri dan seterusnya. Serangkai dengan
“ena” atau “Una” misalnya diena, triena,diuna,triuna dan seterusnya.
e. Penentuan Karbon dan Hidrogen
58

Pembakaran kayu atau apa saja yang mengandung zat organik


dapat menghasilkan arang ( karbon). Hal ini dapat dikenal dari
warnanya yang khas, yaitu hitam. Untuk menentukan kadar karbon dan
hidrogen yang terkandung dalam zat organik tersebut dioksidasi
menjadi karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). Selanjutnya, karbon
dioksida dan uap air yang terbentuk dipisakan. Banyaknya karbon
dalam zat organik sama dengan banyaknya karbon dalam karbon
dioksida (CO2), Sedangkan banyaknya hidrogen dalam zat organik
sama dengan banyaknya hidrogen dalam air.
Massa C dalam zat organik = massa C dalam CO2
jumlahatom C X Ar C
= X Massa CO 2
Mr CO 2

Massa H dalam zat organik = Massa H dalam H2O


jumlah atom H X Ar H
= X Massa H 2 O
Mr H 2 O
Jika zat organik tersebut murni dan hanya mengandung karbon,
hidrogen, dan oksigen saja maka:

Massa oksigen = massa zat organik –massa c- massa H

Untuk memisahkan CO2 dan H2O, sejumlah zat organik


ditempatkan pada cawan porselin atau platina, kemudian dipanaskan
sambil dialiri oksigen kering untuk membakar sampel sehingga
terbentuk CO2 dan H2O.Hasil pembakaran dilewatkan pada CuO panas
untuk menyempurnakan pembakaran. Uap air diserap oleh magnesium
perklorat Mg(ClO4)2, sedangkan CO2 tidak ikut diserap. Gas CO 2
diserap oleh NaOH.Pertambahan berat masing-masing tabung
59

menunjukkna berat H2O dan CO2 yang selanjutnya digunakan untuk


menghitung persentase karbon dan hidrogen.26
6. Reaksi Hidrokarbon
Reaksi hidrokarbon dapat berupa reaksi oksidasi, reaksi subtitusi, reaksi
adisi, dan reaksi eliminasi.
a. Reaksi Oksidasi
Pembakaran hidrokarbon (alkana, alkena, dan alkuna) dengan
oksigen menghasilkan C, CO, CO 2, dan H2O bergantung pada
pembakarannyasempurna atau tidak. Reaksi tersebut merupakan reaksi
redoks.

b. Reaksi Subtitusi
Reaksi subtitusi adalah reaksi penggantian suatu atom oleh atom
yang lain.
Contoh:

26
Sentot Budi Rahardjo, Kimia Berbasis Eksperimen 2 Untuk Kelas XI SMA Dan MA
Kelompok Peminatan Matematika Dan Ilmu Alam,( Penerbit PT Ttiga Serangkai Pustaka Mandiri,
2014), h.5
60

Subtitusi bromin ( Br2 ) pada 2-metilpropana menghasilkan 2-


bromo-2-metilpropana dan 1-bromo-2-metilpropana.

Hasil subtitusi 2-bromo-2-metilpropana jauh lebih banyak dari pada


1-bromo-2-metilpropana yang menunjukkan bahwa atom H yang terikat
oleh atom C tersier (atom C yang mengikat tiga atom C yang lain) lebih
reaktif dari pada atom H yang terikat oleh atom C primer (atom C yang
mengikat satu atom C yang lain) sehingga mudah mengikat bromin.
c. Reaksi Adisi
Reaksi adisi adalah reaksi pengubahan ikatan rangkap menjadi
ikatan tunggal.
1) Adisi alkena dengan halogen menghasilkan dihaloalkana.

2) Adisi alkena dengan hidrogen menghasilkan alkana

3) Adisi alkena dengan hidrogen halida (HX) menghasilkan alkali halida


61

Aturan Markovnikov: adisi HX pada alkena, hidrogen akan


masuk pada atom karbon yang berikatan rangkap dan mengandung
atom H lebih banyak.

Hasil reaksi antara 2-metilpropena dan HI bukan 1-iodo-2-


metilpropana.

4) Adisi alkena dengan air ( H 2 O ) menghasilkan alkohol (R-OH)


Sesuai dengan hukum Markovnikov, atom H dari H 2 O akan
masuk pada atom C yang berikatan rangkap dan mengikat atom H
lebih banyak.

5) Reaksi Polimerisasi
Molekul-molekul alkena dapat saling bergabung membentuk
suatu molekul yang sangat besar (makromolekul).Peristiwa
62

penggabungan molekul-molekul kecil menjadi molekul yang sangat


besar disebut polimerisasi.Karena pada polimerisasi terjadi
pengubahan ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal maka reaksinya
disebut polimerisasi adisi.Zat-zat penyusunnya disebut monomer,
sedangkan hasil molekul yang sangat besar disebut polimer.

d. Reaksi Eliminasi
Reaksi eliminasi adalah reaksi pelepasan suatu molekul (YZ) dari
atom-atom yang berdekatan dalam suatu pereaksi.

1) Dehidrohalogenasi (pengambilan atom hidrogen dan halogen dari suatu


molekul).
63

2) Dehidrasi alkohol (pelepasan H 2 O dari molekul alkohol membentuk


alkena)27

7. Alkana
Alkana merupakan hidrokarbon alifatik jenuh, yaitu hidrokarbon dengan
rantai terbuka dan semua ikatan karbon-karbonnya merupakan ikatan tunggal.
Rumus lewis, rumus bangun, rumus molekul, serta model dan nama dari tiga
suku pertama alkana diberikan pada tabel 1.3
a. Rumus umum alkana
Perhatikanlah rumus molekul metana, etana, dan propana pada tabel
1.3. ternyata rumus molekul dari dua senyawa yang berturutan berbeda
sebesar CH2, selain itu perbandigan jumlah atom C dengan atom H dalam
alkana sama dengan n : (2n+2). Oleh karena itu, alkana dapat dinyatakan
dengan sutu rumus umum :
CnH2n+2
Tabel 1.3 tiga suku pertama alkana

b. Deret Homolog

27
Ibid., h.23-26
64

Suatu kelompok senyawa karbon dengan rumus umum yang sama


dan sifat yang bermmiripan disebut satu homolog (deret sepancaran).
Alkana merupakan satu homolog.
Tabel 1.4 rumus molekul dan nama alkana dengan jumlah atom C-1
sampai dengan C-10
Jumlah Atom C Rumus Molekul Nama
1 CH4 Metana
2 C2H6 Etana
3 C3H8 Propana
4 C4H10 Butana
5 C5H12 Pentana
6 C6H14 Heksana
7 C7H16 Heptana
8 C8H18 Oktana
9 C9H20 Nonana
10 C10H22 Dekana

c. Tata nama alkana


Jumlah senyawa karbon sangatlah banyak sehingga penamaan
senyawa karbon memerlukan sistem tertentu dan hal ini telah diatur oleh
komisi tata nama dari himpunan kimia sedunia atau IUPAC,. Nama yang
diturunkan dengan aturan IUPAC disebut nama sistematis. nama yang
biasa digunakan dalm kehidupan sehari-hari, atau nama yang digunakan
dalam dunia perdagangan, tetap digunakan dan disebut nama biasa atau
nama trivial.
Nama IUPAC dari seouluh suku pertama alkana diberikan pada
tabel 1.4. namun, nama-nama tersebut hanya berlaku untuk alkana dengan
rantai lurus. Adapaun tata cara penamaan rantai alkana bercabang adalah
sebagi berikut ;
1) Memilih rantai induk terpanjang
2) Memberikan penomoran. Dimulai dari salah satu ujung yang paling
dekat dengan cabang
65

3) Memberikan nama cabang-cabangnya


4) Melengkapi penamaan. Dalam penulisan nama lengkap alkana
bercabang perhatikan hal-hal berikut :
 Nama yang ditulis terlebih dahulu adalah nama cabang kemudian
diikuti nama rantai induk
 Tuliskan nama cabang dengan awalan angka tempat cabang tersebut
terikat
 Diantara angka dengan angka dipisahkan tanda koma(,) dan
diantara angka dengan huruf dipisahkan tanda jeda (-)
 Jika terdapat cabang yang berbeda, urutkan cabang menurut abjad.
Misalnya etil yang harus dituis lebih dahulu daripada metil
d. Sifat fisika dan kimia alkana
1) Kelarutan atau Kerapatan Alkana
Telah disinggung sebelumnya bahwa suatu senyawa yang hanya
tersususn atas karbon dan hidrogen disebut senyawa hidrokarbon.
Senyawa hidrokrbon yang paling sederhana adalah metana (CH4).
Senyawa hidrokarbon selanjutya dapat dipandang sebagai turunan
metana jika satu atom H atau lebih milik metana dihanti dengan atom-
atom karbon yag lain. Jika hidrokarbon tersebut hanya terdiri atas ikatan
tunggal saja disebut alkana atau parafin yag berarti sukar beraksi.28
Alkana tidak menghantarkan listrik karena molekul-molekul
alkana tidak bermuatan listrik. Alkana bersifat hidrofobik ( takut air )
sehingga alkana tidak larut dalam air. Oleh karena itu, alkana dapat
menjadi pelumas yang baik dan melindungi logam dari korosi karena
mencegah air untuk mencapai permukaan logam.
2) Titik Didih Alkana

28
Sentot Budi Rahardjo, 2017. Kimia Berbasis Eksperimen Untuk SMA/MA Kelas XI
Kelompok Peminatan Mateatika dan Ilmu – Ilmu Alam K.13Edidi Revisi 2016. PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri : Solo, h. 8
66

Titik didih alkana bertambah secara linier sesuai dengan


bertambahnya jumlah atom karbon dan massa molekul. Makin besar
ukuran molekul, luas permukaannya sehingga gaya tarik antarmolekul
makin kuat. Untuk mengatasi gaya tarik antarmolekul yang makin kuat
diperlukan energi yang makin besar. Oleh karena itu, molekul yang
makin besar dengan permukaan yang lebih luas dan gaya tarik
antarmolekul yang lebih kuat, memiliki titik didih yang lebih tinggi.
Pada umumnya, alkana bercabang mendidih pada suhu yang lebih
rendah dari pada alkana tak bercabang dengan jumlah atom C yang
sama.
3) Titih Leleh Alkana
Titik leleh n-alkana bertambah dengan bertambahnya massa
atom tetapi tidak linier secara seperti halnya titik didih. Pada umumnya,
alkana bercabang memiliki titik leleh yang lebih tinggi daripada alkana
tak bercabang dengan jumlah atom C yang sama. 29 Alkana merupakan
senyawa kovalen yang mempunyai titik didih dan titik lebur relatif
rendah. Titik didih dan titik lebur alkana ditentukan oleh banyaknya
atom karbon dan struktur rantai atom karbonnya. Titik didih dan titik
lebur alkana mempunyai pola sebagai berikut:
1. Semakin banyak atom karbon atau semakin panjang rantai karbon
suatu alkana semakin tinggi titik didih dan titik lebur nya.
2. Untuk jumlah atom karbon yang sama, isomer rantai karbon tidak
bercabang mempunyai titik didih dan titik lebur yang lebih tinggi
daripada isomer dengan rantai karbon bercabang.
3. Semakin banyak cabang pada rantai karbonnya semakin rendah titik
didih dan titik lebur nya

29
Haris Watoni, 2014. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI Kelompok Peminatan Mateatika dan
Ilmu – Ilmu Alam. Yrama Widya : Bandung , h. 30-31
67

Alkana mempunyai hidrokarbon jenuh dan semua ikatan yang


ada merupakan ikatan kovalen yang sempurna. Akibatnya, hidrokarbon
merupakan senyawa yang kurang reaktif sehingga disebut parafin yang
berarti daya gabung atau daya reaksinya rendah.Semakin panjang rantai
karbon semakin berkurang kereaktifannya.Reaksi pada alkana umumnya
merupakan reaksi substitusi, yaitu reaksi penggantian gugus atom
Hidrogen pada suatu alkana.
1. Dengan gas klorin dapat bereaksi jika ada sinar matahari atau
bantuan cahaya
2. Pada Pembakaran sempurna alkana akan dihasilkan gas CO2 dan
H2O.
e. Sumber dan kegunaan alkana
Alkana adalah komponen utama dari gas alam dan minyak bumi.
Kegunaan alkana dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
1) Bahan bakar, misalnya elpiji, bensin
2) Pelarut. Berbagai jenis hidrokarbon, seperti petroleum eter dan
nafta digunakan sebagai pelarut dalam industri dan pencucian
kering
3) Sumber hidrogen. Gas alam dan gas petroleum merupakan sumber
hidrogen dalam industri, misalnya industri amonia dan pupuk.
4) Pelumas. Pelumas adalah alkana suku tinggi (jumlah atom karbon
tiap molekulnya cukup besar, misalnya C18H38)
5) Bahan baku untuk senyawa organik lain. Mimyak bumi dan gas
alam merupakan bahan baku utama untuk sintesis berbagai senyawa
organik seperti alkohol, asam cuka, dan lain-lain
6) Bahan baku industri. Berbagai produk industri seperti plastik,
detergen, minyak rambut
f. Reaksi-reaksi alkana
68

Alkana tergolong zat yang sukar bereaksi sehingga disebut


parafin yang artinya memiliki afinitas kecil.reaksi terpenting dari
alkana adalah pembakaran, substitusi, dan perengkahan (cracking)
1) Pembakaran dengan gas O2 (oksigen )
Pembakaran sempurna dari alkana akan menghhasilkan
CO2 dan H2O
Contoh :
Reaksi pembakaran propana :
C3H8 + 5O2 → 3CO2 + 4H2O
2) Substitusi atau pergantian
Atom H dari alkana dapat digantikan oleh atoom lain,
khsusnya halogen. Penggantian atom H oleh atom atau gugus lain
disebut reaksi substitusi. Salah satu reaksi substitusi teroenting
dari alkana adalah halogenasi yaitu penggantian atom H alkana
dengan atom halogen, khususnya klorin. Klorinasi ( penggantian
atom H dengan klorin) dapat tejadi jika alkana direaksikan dengan
klorin.
Contoh :
Klorinasi metana (penggantian atom H oleh atom klorin )

3) Perengkahan
Perengkahan adalah pemutusan rantai karbon menjadi
potongan-potongan yang lebih penndek. Perengkahan dapat terjadi
jika alkana dipanaskan pada suhu dan tekanan tinggi tanpa
oksigen
69

Contoh :
C14H30 → C7H16 + C7H14
8. Alkena
Alkena adalah hidrokarbon alifatik tak jenuh dengan satu ikatan rangkap
–C=C-. Senyawa yang mempunyai dua ikatan rangkap disebut alkadiena,
senyawa yang mempunyai tiga ikatan rangkap disebut alkatriena, dan
seterusnya. Rumus bangun, rumus molekul serta nama dari tiga suku terendah
alkena diberikan pada tabel 1.5
a. Rumus umum alkena
Berdasarkan rumus moleku etena, propena, dan buutena : C2H4, C3H6,
C4H8. Dapat disimpulkan rumus umum alkena adalah
CnH2n
Tabel 1.5 nama, rumus molekul dari tiga suku terendah alkena.

b. Tata nama alkena


Nama alkena diturunkan dari nama alkana yang sesuai (yang jumlah
atom karbonnya sama) dengan mengganti akhiran ana menjadi ena
Contoh :
C2H4 : etena C3H6 : propena
Pemberian nama IUPAC alkena juga perlu memerhatikan pemilihan
rantai induk, penomoran, dan penulisan nama
1) Memilih rantai induk terpanjang
2) Memberikan penomoran
70

3) Memberikan nama cabang


4) Memberikan penamaan, posisi iktan rangkap ditunjukkan dengan
awalan angka, yaitu nomor dari atom karbon berikatan rangkap yang
paling dekat dengan ujung (nomor terkecil).
c. Sumber dan kegunaan alkena
Dalam idustri, alkena dibaut dari alkana melalui pemanasan dengan
katalis. Proses tersebut dinamakan perengkahan. Alkena, khususnya suku-
suku rendah adalah bahan baku industri yang sangat penting, misalnya untuk
membuat plastik, karet sintetis, dan alkohol.
d. Reaksi-reaksi alkena
Alkena lebih reaktif dibandingkan alkana. Hal ini disebabkan adanya
ikatan rangakap –C=C-. Reaksi alkena terutama terjadi pada ikatan rangkap
itu. Reaksi penting alkena adalah :
1) Pembakaran
Alkena suku rendah mudah terbakar. Jika dibakar diudara
terbuka , alkena menghasilkan jelaga lebih banyak daripada alkana. Hal
itu terjadi karena alkena mempunyai kadar karbon lebih tinggi daripada
alkana sehingga pembakarannya menuntut lebih banyak oksigen.
Pembakaran sempurna alkena menghasilkan gas CO2 dan uap air.
2) Adisi (penjenuhan)
Reaksi adisi yaitu penjenuhan ikatan rangkap
Contoh :
Adisi hidrogen pada etena menghasilkan etana
CH2=CH2+H2 → CH3-CH3
Platina atau nikel bergungsi sebagai katali, yaitu zat yang daat
mempercepat berlangsungnya reaksi
3) Polimerisasi
Polimerisasi adalah penggabungan molekul-molekul sederhana
menjadi moleku besar. molekul sederhana yang mengalami polimerisasi
71

itu disebut monomer, sedangkan hasilnya disebut polimer. Pada reaksi


polimerisasi, molekul alkena saling menjenuhkan.
9. Alkuna
Alkuna adalah hidrokarbon alifatik tidak jenuh dengan satu ikatan
karbon-karbon rangkap tiga -C≡C-. Senyawa yang mempunyai 2 ikatan karbon-
karbon rangkap tiga disebut alkadiuna, sedangkan senyawa yang mempuyai 1
ikatan karbon-karbon rangkap dua dan 1 ikatan karbon-karbon rangkap tiga
disebut alkenuna.
Tabel .6 nama, rumus struktur , dan rumus molekul dari bebrapa alkuna

a. Rumus umum alkuna


Rumus umum alkuna adalah :
CnH2n-2
Alkuna mengikat 4 atom H lebih sedikit dibandingkan dengan alkana
yang sesuai. Oleh karena itu alkuna lebih tidak jenuh daripada alkena
b. Tata nama alkuna
Tata nama lkuna sama seperti tata nama alkena. Hanya saja akhiran
-ena diganti dengan una.
Contoh :
C2H2 : Etuna C3H4 : propuna
c. Sumber dan kegunaan alkuna
Alkuna yang mempunyai nilai ekonomis penting hanyalah etuna( C2H2
). Nama lain etuna adalah astilena.. dalam industri, asetilena dibuat dari
metana melalui pembakaraan tak sempurna
4CH4(g) + 3O2(g) → 2 C2H2 (g) + 6H2O(g)
72

Dalam jumlah sedikit, asetilena dapat dibuat dari reaksi batu karbid
(kalsium karbida) dengan air
CaC2 + 2H2O → Ca(OH)2 + C2H2

pembuatan gas karbid dari batu karbid ini digunakan oleh tukang las. 30
d. Reaksi-Reaksi Alkuna Sederhana
Umumnya Reaksi yang terjadi pada alkena juga dapat terjadi pada
alkuna karena alkuna memiliki suatu ikatan rangkap tiga, maka adisi alkuna
berlangsung melalui dua tahap penjenuhan sebagai berikut.

Reaksi adisi alkuna menjadi alkena dan alkana menggunakan katalis


seperti platina, nikel atau Palladium.
1) Hidrogenasi Katalitik Alkuna Menjadi Alkana
Dengan adanya katalis yang sesuai, hidrogenasi alkuna
menghasilkan senyawa alkana. sebagai contoh, butuna dan isomer-isomer
nya bereaksi dengan hidrogen, dengan adanya katalis, menghasilkan suatu
n-alkana. platina,Palladium, dan nikel adalah katalis yang umum
digunakan dalam reaksi ini.
2) Hidrogenasi Katalitik Alkuna Menjadi Cis Alkena
Hidrogen hasil alkuna dapat dihentikan sampai terbentuknya
alkena dengan menggunakan katalis parsial dari senyawa yang
mengkatalis kurang efektif, misalnya katalis lindlar. Katalis Lindlar
adalah Palladium yang dicampur dengan serbuk berium sulfat dan

30
Aas Saidah dan Michael Purba, Op.Cit., h.3-22
73

Kuinolin. katalis lindlar yang baru dan efektif adalah nikel dan bori
(Ni2B).
3) Reduksi alkuna menjadi trans-Alkena
Trans-alkena dapat diperoleh dengan cara mereduksi alkuna
menggunakan logam natrium dalam amonia cair.
4) Adisi Alkuna dengan Halogen
Bromin dan klorin dapat mengadisi alkuna seperti yang terjadi
terhadap alkena. Jika 1 mol halogen direaksikan dengan alkuna, Produk
reaksi yang diperoleh adalah campuran isomer geometri dihaloalkena.
10. Kegunaan
a. Kegunaan Alkana
1) Alkana digunakan sebagai bahan bakar. Manfaat utama alkana
diantaranya:
a) Metana merupakan senyawa utama yang terkandung dalam gas alam
cair atau LNG (Liquefied Natural Gas). Gas alam banyak
digunakan sebagai bahan bakar di industri dan rumah tangga.
b) Alkana dengan jumlah atom karbon 2 (etana) sampai 5 (pentana)
terkandung dalam LPG (Liquefied Petroleum Gas) atau lebih
dikenal sebagai elpigi. Elpigi digunakan sebagai bahan bakar untuk
rumah tangga.
c) Butana digunakan sebagai pengisi korek api.
d) Oktana merupakan senyawa utama yang terkandung di dalam
bensin. Bensin figunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor.
2) Selain duguanakan sebagai bahan bakar, alkana juga dimanfaatkan
sebagai pelarut non-polar yang dapat melarutkan senyawa-senyawa non-
polar.
3) Lilin dan aspal merupakan senayawa alkan suku tinggi (rantai karbonnya
mencapai lebih dari 20 atom karbon). Lilin digunakan dalam berbagai
74

industri tekstil (untuk membatik), sedangkan aspal digunakan untuk


pengerasan jalan.
b. Keguanaan Alkena dan Alkuna
1) Plastik
Molekul-molekul etana dapat bergabung membentuk polietena,
yaitu suatu polimer yang digunakan untuk membuat peralatan dari
plastik.Demikian juga molekul-molekul propena dapat bergabung
membentuk polipropena yang digunakan untuk membuat peralatan
masak dan serat sintesis.Reaksi pembentukan polietana dan
polippropena.

2) Karet alam dan getah perca


Alkena alami yang banyak dimanfaatkan yaitu karet dan getah
perca.Karet (dicampur dengan belerang) digunakan untuk membuat ban
kendaraan, sedangkan getah perca untuk bahan insulasi. Karet alam dan
getah perca merupakan polimer dari molekul 2-metil-1,3-butadiena atau
isoprepana. Perbedaan getah perca dan karet alam adalah pada struktur
ruangnya. Getah perca merupakan senyawa trans-2-metil-1,3-butadiena.
75

3) Las karbit
Etuna atau lebih dikenal dengan asetilena merupakan gas yang
dihasilkan jika karbit (kalsium karbida) direaksikan dengan air. Gas ini
sering digunakan sebagai bahan bakar untuk proses pengelasan.

4) Freon (pendingin AC)


Adisi terhadap etuna dengan klorin dan fluorin menghasilkan
senyawa freon atau 2,2-dikloro-3,3-difluoroetana, yang dimanfattkan
sebagai cairan pendingin pada lemari es atau AC ruangan.

5) Anestesi (obat pembius)


Halothane adalah senyawa 1-bromo-1-kloro-2,2,2-trifluoroetana
yang digunakan untuk obat enestesi atau pembius pada tindakan operasi
oleh dokter.31
B. Minyak Bumi
Apa yang dimaksud dengan minyak bumi dan gas bumi? Minyak Bumi (crude
oil) adalah campuran secara alami dari berbagai unsur hidrokarbon yang terdapat
dalam fase cair di reservoir di bawah permukaan tanah dan tetap cair pada tekanan
atmosfer di atas permukaan, meskipun telah melalui fasilitas pemisah di atas
31
Unggul sudarmo, Op.Cit., h.31-32
76

permukaan. Secara kimia minyak bumi adalah suatu senyawa yang pada umumnya
terdiri atas 80 – 85% unsur karbon (C) dan 15 – 20% unsur hidrogen (H). Unsur-
unsur lainnya adalah oksigen, nitrogen, dan sulfur dalam jumah sampai 5%.
Gas alam adalah seua jenis hidrokarbon yang berupa gas dan dihasilkan dari
sumur dan tambang. Dalam kehidupan sehari-hari dikenal istilah LPG dan LNG. LPG
(liquid peroleum gas) merupakan campuran gas propana (C3H8) dan butana (C4H10)
digunakan untuk keperluan rumah tangga seperti memasak. Di dalam tabung
penyimpanan, LPG berbentuk cairdan setelah dikeluarkan dari tabung akan berbentuk
gas yang lebih berat dari udara.
LNG (liquefiend natural gas) merupakan gas alam cair dengan komponen
utama metana (CH4) dan etana (C2H6) yang didinginkan hingga temperatur -160℃

1
pada tekanan atmosfer, sehingga volume gas akan mengecil sampai . Kondisi
6.000
tersebut tetap dipertahankan baik pada saat penimbunan, pengapalan, dan sampai
terminal penerima. LNG digunakan sebagai bahan bakar, seperti pembangkit tenaga
untuk listrik, bahan bakar transportasi dan industri, seta sebagai umpan industri
petrokimia.32
1. Terbentuknya Minyak Bumi
Terdapat dua teori utama mengenai asal terjadinya minyak bumi, yaitu
teori anorganik atau abiogenesis dan teori organik atau biogenesis.
a. Teori Anorganik
Teori ini meyakini bahwa minyak bumi terbentuk bukan dari jasad
organik, tetapi melalui proses kimia yang terjadi di alam. Pendukung teori
ini antara lain adalah Marcellin Berthelot (1827 – 1907). Menurut Berthelot,
minyak bumi mengandung logam alkali dalam keadaan bebas dan
bertemperatur tinggi. Logam ini kemudian bereaksi dengan CO2 diudara
membentuk asetilena. Suhu yang tinggi akan menyebabkan asetilena

32
Ibi.,, h 28
77

berubah menjadi benzena, sehingga teori Berthelot ini juga dikenal dengan
teori alkalisasi panas dengan CO2.
b. Teori Organik
Teori organik pembentukan minyak bumi diajukan oleh Engler pada
tahun 1911. Ia mengatakan bahwa minyak bumi terjadi dari bahan organik
melalui tiga tahap.
1) Tahap pertama, deposit binatang dan tumbuh-tumbuhan tertimbun didasar
laut yang akan diuraikan oleh bakteri. Karbohidrat dan protein diubah
menjadi bahan yang dapat larut dalam air atau menjadi gas terbawa oleh
aliran air atau aliran udara.
2) Tahap kedua, suhu dan tekanan yang tinggi mengakibatkan terbentuknya
karbon dioksida dan senyawa yang mengandung gugus karboksil. Selain
itu, air akan terbentuk dari asam hidroksi dan alkohol serta akan
menghasilkan residu bitumen. Panas dan tekanan selanjutnya akan
menyebabkan terjadinya rengkahan, dan menghasilkan cairan yang
mempunyai kandungan olefin yang tinggi, sering disebut
protopetroleum.
3) Tahap ketiga, komponen tidak jenuh yang ada di dalam protopetroleum
akan berpolimerisasi karena pengaruh katalis. Sehingga poliolefin akan
berubah menjadi senyawa hidrokarbon naftan dan parafin. Senyawa
hidrokarbon aromatis, dianggap terbentuk secara langsung pada proses
rengkahan atau siklisasi melalui reaksi kondensasi.
Kelemahan teori ini adalah hasil akhir yang diperoleh pada percobaan
berbeda dengan komposisi minyak bumi, terutama terdiri atas senyawa
hidrokarbon parafin, naftan, dan aromat.33
2. Cara Mendapatkan Minyak Bumi
Minyak dan gas bumi harus diolah dulu untuk berbagai keperluan.
Pengolahan tersebut dilakukan melalui kilang. Pengolahan minyak secara garis
33
Tim Masmedia Buana Pustaka, Op.Cit, h.37 -38
78

besar dapat dibagi dalam dua tahap. Pengolahan tahap pertama merupakan
pemisahan minyak bumi ke dalam fraksi-fraksinya berdasarkan perbedaan titik
didih (destilasi bertingkat). Fraksi-fraksi minyak bumi sebagai berikut:
a. Fraksi Pertama, yang dihasilkan adalah gas, merupakan fraksi yang paling
ringan.
b. Fraksi kedua disebut nafta, yang dapat dijadikan premium (bensin) atau
produk petrokimia lainnya.
c. Fraksi ketiga yang sering disebut sebagai fraksi tengah, dapat digunakan
sebagai bahan dasar kerosin untuk keperluan rumah tangga. Selain itu fraksi
tengah dapat dibuat Avtur (Aviation Turbo Fuel) yang digunakan sebagai
bahan bakar pesawat.
d. Fraksi keempat sering disebut sebagai solar yang digunakan sebagai bahan
bakar mesin diesel.
e. Fraksi kelima adalah residu yang dapat dijual langsung atau dapat diolah
lebih lanjut padatahap kedua untuk menghasilkan produk-produk yang
memiliki nilai tambah.34
Untuk mendapatkan berbagai jenis bahan bakar minyak (BBM) dan non
bahan bakar minyak (non BBM) dalam jumlah besar dan mutu yang lebih baik
diperlukan pengolahan tahap kedua (lanjutan).

3. Bensin

Premium = Angka Oktan : 88

Kandungan Timbal : 0,013 gram/liter tanpa timbal

Pertamax = Angka Oktan : 92

Kandungan Timbal : 0,013 gram/liter tanpa timbal


34
Tine Maria Kuswati,Op.Cit., h.30 - 31
Pertamax Plus = Angka Oktan : 95

Kandungan Timbal : 0,001 gram/liter tanpa timbal


79

Penggunaan bensin sangat luas terutama dalam bidang transportasi


yaituSebagai penggerak mesin kendaraan. Bensin didalam mesin kendaraan
bermotor akan mengalami pembakaran untuk menghasilkan energy yang
berguna untuk menjalankan mesin kendaraan. Efesiensi energy hasil
pembakaran berhubungan dengan struktur hidrokarbon yang terdapat dalam
bensin. Didalam bensin terdapat dua senyawa hidrokarbon sebagai komponen
utama,yaitu normal heptana dan isooktana.
Bensin yang kaya dengan alkana (berantai karbon lurus) sangat mudah
terbakar sehingga menimbulkan ketukan (knocking) dalam motor Knocking
terjadi karena bahan bakar terbakar sangat cepat sehingga meledak dalam
slinder dan mendorong piston dengan keras.
Suatu skala yang digunakan untuk mengukur sifat knocking disebut
angka oktan. Angka oktan (bilangan oktan) merupakan perbandingan antara
kecendrungan memberikan ketukan suatu bensin dengan campuran n-heptana
dan isooktana.
Untuk meningkatkan mutu bensin dilakukan dengan cara menambahkan
bahan aditif yang dikenal dengan TEL (tetra etil lead) atau timbal tetra etil.
Penggunaan TEL juga menghasilkan gas buang atau debu PbBr yang dapat
mencemari lingkungan. Untuk menghindari pencemaran udara oleh debu PbBr
kini telah dikembangkan zat aditif untuk menaikkan mutu bensin yang bebas
timbal. Zat aditif lain yang digunakan untuk menaikkan angka oktan adalah
oksigenat alkohol dan eter. Pembakaran bensin yang tidak sempurna akan
menghasilkan gas karbon monoksida (CO). 35
35
Tim Masmedia Buana Pustaka, Op.Cit.,h. 45-47
80

4. Komponen Penyusun Minyak Bumi


a. Alkana
Senyawa alkana mempunyai rumus umum CnH2n+2 ditemukan dalam
bentuk rantai karbon lurus (normal alkana) dan serantai karbon bercabang
(iso alkana).
b. Sikloalkana
Senyawa sikloalkana mempunyai rumus umum CnH2n. Dalam fraksi
minyak bumi yang ditemukan hanyalah yang mempunyai cincin dengan 5
dan 6 atom karbon.
c. Hidrokarbon Aromatik
Hidrokarbon aromatik yang terdapat dalam minyak bumi yang paling
sederhana adalah benzena dan senyawa aromatik dengan lebih dari satu
cincin benzena, misalnya naftalena dan antrasena.
d. Senyawa belerang
Kadar belarang dalam minyak mentah berkisar dari 0,04 sampai 6%.
Minyak bumi Indonesia terkenal sebagai minyak bumi berkadar belerang
rendah dan sedang. Pada umumnya kandungan belerangnya kurang dari 1%.
e. Senyawa Oksigen
Kadar oksigen dalam minyak bumi bervariasi dari sekitar 0,1 sampai
2%.

f. Senyawa nitrogen
Senyawa nitrogen dalam minyak bumi umumnya rendah, berkisar
kurang dari 0,1 sampai 2%. Minyak yang mempunyai kadar belerang dan
aspal tinggi, biasanya mempunyai kadar nitrogen tinggi.
g. Logam-logam lainnya
Semua logam terdapat dalam minyak bumi, tetapi jumlahnya
sangat kecil,yaitu antara 5 sampai 400 bagian perjuta. Logam seperti besi,
81

nikel, vanadium,dan arsen yang terkandung didalam minyak bumi, walaupun


dalam jumlah yang sedikit sudah dapat meracuni katalis.36
h. Fraksi Dalam Minyak Bumi
Komponen – komponen minyak bumi dipisakan dengan cara destilasi
bertingkat (distilasi berfraksi). Destilasi bertingkat adalah penyulingan serta
pengembunan kembali berbagai macam cairan yang mempunyai titik didih
berbeda-beda. Makin besar molekul hidrokarbon, makin tinggi titik didihnya
dan makin kecil molekul hidrokarbon, makin rendah titik didihnya.
Proses pemisahan berlansung dalam suatu kolom distilasi bertingkat
(kolom berfraksi ) yang mempunyai plate (piringan- piringan ) sebagai batas
keseimbangan uap cair dengan jumlah tertentu untuk setiap fraksi. Sebelum
dimasukan ke dalam kolom destilasi, minyak mentah (cairan kental bewarna
hitam )dimasukan kedalam tungku pemasnas, minyak mentah dipanaskan
dahulu dalam dapur ( furmace )pada temperatur 320 - 3700C,kemudain
dimasukan kedalam kolom distilasi /fraksinasi.
Dalam kolom fraksinasi, minyak mentah yang panas mengalami
pemisahan dan masing masing menyesuaikan diri sesuai siafat fisiknya.
Fraksi yang ringan keatas dan fraksi yang berat kebawah. Untuk lebih
dempurna dan memenuhi syarat perdagangan, disamping kolom fraksinasi
utama dibantu pula dengan kolom stripping yang fungsinya identik
Tabel 2.2.Susunan utama Hidrokarbon dalam Berbagai fraksi
Distilasi Minyak Bumi.
Fraksi Titik Kisara %Volume
n- Alkana Sikloalka Aromati Resi
distilasi didh n atom
Alkan bercaban na k du
(0C) C
a g
Gas <25 C1– C4 - - - - -

36
Tine Maria Kuswati,Op.Cit., h. 40-41
82

Bensin 25- C5-C10 38 20 43 9 -


200
Kerosin 200- C11-C15 23 15 43 19 -
250- C14-C17
Solar 250- C18-C36 22 9 48 21 -
300
Minyak 300- C36-C60 16 6 52 24 -
Pelumas 400

Residu 400- 13 1 51 27 8
500

Pada umumnya,fraksi bensin banyak mengandung alkana normal


(rantai lurus )dan alkana bercabang tetapi hanya sedikit mengandung
senyawa aromatik sebaliknya,minyak pelumas dan residu banyak
mengandung senyawa aromatik daripada alkana normal (alkana bercabang
biasanya sudah hilang ),sedangkan sikloalkana dapat dikatakan konstan.
1) Fraksi gas
Fraksi gas (sebelum mengalami pencairan )terutama tersususn dari
metana (CH4),etana(C2H4), Propana (C3H8) isobutana(C4H10) dan n-
butana( C6H10) campuran gas tersebut banyak digunakan sebagai bahan
bakar rumah tangga dan bahan mentah industri petrokimia yang
menggunakan bahan bakar organik molekul molekul kecil ( C1 – C2),
misalnya urea. Fraksi gas dapat dimamparkan menjadi cairan yang
disebut elpiji (LPG= liquified petroleum Gas)yang terutama terdiri dari
atas propana,isobutana, dan n-butana.37
Empat alkana yang pertama ( metana, etana,propane, dan butane )
berwujud gas pada suhu kamar dan tekanan atmosfer. Gas metana dan
37
Ibid., h. 42-44
83

etana sukar dicairkan sehingga biasanya disimpan sebagai gas tertekan


pendinginan metana dan etana pada suhu yang sangat rendah dapat
mengubah kedua gas menjadi gas alam cair( liquefied natural gas,
LNG ) yang dapat disimpan dalam tangki dingin.38
2) Fraksi bensin
Bensin merupakan fraksi distilat yang terpenting sebab paling
banyak diperlukan untuk menggerakkan mesin –mesin motor atau
mobil .mutu bahan bakar bensin dikaitakan dengan jumlah ketukan
(knocking) yang ditimbulkannya dan dinyatakan dengan angka oktan.
Ketukan adalah suatu sifat yang kurang baik dari bahan bakar yaitu
pembakaran terjadi terlalu dini sebelum piston berada pada posisi yang
tepat.39
Bensin yang banyak mengandung senyawa hidrokarbon rantai
cabang misalnya isobutana (2,2,4trimetilpentana )memiliki angka oktan
yang tinggi, makin tinggi angka oktan, makin sukar terjadi ketukan dan
makin efisien bahan bakar.40
Angka oktanmenyatakan persentase berdasarkan pada volume
dari isooktana(2,2,4 trimetil pentana )bercampur dengan isooktana dan
mormal –heptana yang mempunyai kekhasan daya letup yang sama
seperti bahan bakar kendaraan bermotor.
Bensin yang mengandung TEL sehingga bernilai oktan 80 lebih
dikenal sebagai bensin premium,sedangkan yang bernilai oktan 98lebih
dikenal sebagai bensin super. Karena bensin mengandung Pb maka
apabila ada anggota tubuh yang terkena bensin segera dicuci dengan
sabun .mengingat bahaya yang ditimbulkan pemakain TEL maka
diusahan mencari bahan antiketukan,sebagai pengganti TEL untuk

38
Haris Watoni, Op. Cit., h. 45
39
Sentot Budi Rahardjo, Op. Cit., h. 44
40
Haris Watoni, Op. Cit., h. 46
84

menaikan angka oktan bensin digunakan MTBE (meter, tersier,buti eter )


atau nafralena(nafralena merupakan zat aromatik yang mampu
meningkatkan angka oktan,tetapi naftalena sendiri bukan bahan bakar
sehingga panas pembakaran campuran akan lebih rendah dari pada bensin
murni.41
3) Fraksi kerosin
Dalam kehidupan sehari hari kerosin lebih dikenal dengan miyak
tanah,kerosin banyak digunakan untuk bahan bakar penerbangan,kerosin
juga digunakan untuk bahan bakar mesin mesin kapal terbang tertentu
(Avtur = Asiation turbine kerosene)
4) Fraksi solar
Minyak solar banyak digunakan untuk bahan bakar mesin diesel (
bus, truk, kereta api ) dan bahan bakar dalam industri,misalnya untuk
pemanasan minyak mentah sebelum dipompakan kedalam kolom destilasi
atau pada pembuatan uap air.
5) Pelumas (C16 – keatas )
Selain digunakan untuk pelumas, fraksi ini juga digunakan untuk
pembuatan semir dan kosmetika.42Alkana dengan atom karbon lebih dari
16 paling sering digunakan sebagai pelumas dan minyak pemanas. Fraksi-
fraksi ini sering disebut sebagai(minyak mineral karena berasal dari
minyak (Petroleum) yang dianggap sebagai mineral.43
6) Fraksi residu
Salah satu produk terkenal dari fraksi ini adalah aspal yang
digunakan untuk pengerasan jalan,kegunaan lain dari fraksi ini antra lain
untuk kain lantai,atap dan cat pelindung.44
C. Dampak Pembakaran Bahan Bakar Terhadap Lingkungan
41
Sentot Budi Rahardjo, Op. Cit., h. 45
42
Ibid., h. 46
43
Haris Watoni, Op. Cit., h. 47
44
Sentot Budi Rahardjo, Op. Cit., h. 46
85

Udara tidak pernah benar-benar bersih. Zat-zat lain, seperti abu gunung
berapi,bakteri, spora, tepung sari, partikel garam dari laut dan debu kosmis banyak
terdapat dipermukaan bumi bagian atas. Partikel-partikel tersbut di atmosfer
berfungsi sebagai inti yang membantu molekul uap mempercepat pengembunan dan
membentuk titik-titk akhir.
Pencemaran udara adalah masukknya atau dimasukkannya zat,energy, dan/
atau komponen lain kedalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu
udara ambien turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak
dapat memenuhi fungsinya.
1. Zat-zat pencemar lingkungan
Penyumbang terbesar pada pencemaran udara adalah pembakar bahan
bakar. Pembakaran bahan bakar tersebut berasal dari bahan bakar kendaraan
bermotor dan bahan bakar industri. Diantara zat-zat tersebut adalah karbon
monoksida (CO), karbon dioksida (CO3), berelang oksida (SOX), Nitrogen
Oksida (NOX), dan timbal.
a. Karbon monoksida
Gas karbon monoksida (CO) merupakan gas yang tidak bewarna,
tidak berbau,tidak berasa, dan tidak merangsang. Oleh karena itu,
keberadaannya diudara sukar diketahui. Keracunan gas CO merupakan
keracunan akut. Jika kadar CO dalam tubuh lebih dari 50 ppm maka akan
menimbulkan pengaruh buruk terhadap susunan saraf pusat.
b. Karbon dioksida (CO2)
Gas CO2 merupakan gas yang tidak bewarna, tidak berasa, dan tidak
merangsang. Sumber gas CO2 teutama berasar dari proses pembakaran
minyak bumi, batu bara, dan gas alam.
1. Pembakaran batu bara
2 C(s) + O2(g) → 2CO(g) ∆H = -221,0 KJ
2 CO(g) + O2(g) → 2 CO2(g) ∆H = -566,0 KJ
2. Pembakaran Minyak Bumi
86

CH4(g) + 2 O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g)


Pengaruh Gas CO2 terhadap pemanasan Global
Adanya gas CO2 yang berlebihan diudara atau diatmosfer tidak berkaitan
langsung pada manusia. Akan tetapi gas CO 2 membentuk lapisan transparan
diatmosfer yang mengisolasi disekeliling bumi.
c. Belerang Oksida (SO2 dan SO3)
Gas SO2 merupakan gas yang tidak bewarna dan tidak berbau sangat
menyengat serta menyesakkan napas biarpun dalam kadar rendah. Gas itu
dibentuk oleh oksida atau pembakaran belerang yang terlarut dalam bahan
bakar minyak bumi serta belerang yang terkandung dalam bijih logam yang
diproses dalam industri pertambangan.
d. Oksida Nitrogen (NO dan NO3)
Dengan demikian pesatnya pengembangan mesin-mesin motor maka
kegiatan pembakaran bahan bakar semakin meningkat pula. Didalam proses
pembakaran tersebut keperluan gas oksigen diudara semakin bertambah
banyak. Hal itu berarti pula bahwa gas N2 sebagai komponen udara
diatmosfer juga ikut terbakar.
e. Timbal
Timbal adalah logam yang sangat tokik dan menyebabakan berbagai
dampak kesehatan terutama pada anak-anak kecil. Timbal dapat merusakkan
sistem syaraf, menggangu kecerdasan, menghambat pertumbuhan,
mengurangi kemampuan untuk mendengar dan memahami bahasa, serta
menghilangkan konsentrasi dan masalah pencemaran, sedangkan berbagai
bahan kimia yang mengandung timbal dapat menyebabkan kanker. Timbal
juga mengganggu pembentukan hemoglobin, sehingga orang yang te4kena
dapat menderita anemia. 45
2. Mengatasi dampak pembakaran bahan bakar terhadap lingkungan

45
Ibid., h.33-42
87

Berikut ini adalah beberapa cara mengatasi dampak pembakaran bahan


bakar:
a. Melarang dan mengurangi penggunaan mesin yang mengandung timbal
(Pb).
b. Pemeliharaan alat pembakar, seperti knalpot kendaraan dan kompor rumah
tangga sehingga proses pembakaran lebih sempurna
c. Memerhatikan kualitas bahan bakar dengan menurunkan kadar sulfur,
sehingga pada saat pembakaran mengeluarkan sulfur dioksida lebih sedikit.
d. Mengganti bahan bakar dengan bahan bakar alternatif non-petroleum,
seperti metanol, etanol, gas alam yang dimampatkan atau gas petroleum
cair.
e. Mengoksidasi bahan bakar dengan menambahkan alkohol membentuk
gasohol (bensin dan alkohol)
f. Mengadakan bahan bakar alternatif yang membakar lebih bersih dari
bensin dan minyak diesel yang berupa campuran berwawasan lingkungan.
g. Menggalakkan penggunaan kendaraan dengan bahan bakar gas alam
h. Menggunakan tenaga baterai
i. Penggunaan turbin putar gabungan
j. Memanfaatkan turbin angin dan sel tenaga matahari dengan tingkat
pencemaran nol.46
3. Polusi Udara Akibat Pembakaran Bahan Bakar Fosil
Pembakaran bahan bakar fosil (batu bara, minyak bumi, dan gas alam)
menyebabkan masalah pencemaran lingkungan khususnya pemcemaran udara.
Berikut ini akan di bahas beberapa aspek yang berkaitan dengan pencemaran
akibat pembakaran bahan bakar fosil, yang meliputi sumber pencemaran dan
usaha pencegahan.
a. Sumber Bahan Pencemaran

46
Ibid, h. 42-43
88

Pencemaran akibat pembakaran bahan bakar fosil umumnya terjadi


karena pembakaran yang tidak sempurna dan akibat adanya pengotor dalam
bahan bakar tersebut
1) Pembakaran tidak sempurna
Pembakaran yang terjadi dalam mesin kendaraan biasanya
berlangsung tidak sempurna sehingga asap kendaraan akan mengandung
karbon monoksida, partikel karbon (jelaga), dan sisa bahan bakar
(hidrokarbon).
2) Pengotor dalam bahan bakar
Seperti bakar fosil, khususnya batu bara, biasanya mengandung
sedikit belerang. Pembakaran belarang akan menghasilkan oksida
belerang SO2 atau SO3.
3) Bahan aditif dalam bahan bakar
Di dalam bensin telah ditambahkan berbagai aditif untuk
menaikkan nilai oktannya. Salah satu di antaranya, yaitu TEL
{Pb(C2H5)}. Pembakaran bensin timbel akan menghasilkan partikel timah
hitam berupa PbBr2.
4) Asap Buang Kendaraan Bermotor
Gas % volume
Nitrogen 78
Karbon dioksida 9
Karbon monoksida 6
Oksigen 4
Hidrogen 2
Hidrokarbon 0,2
Oksida nitrogen 0,05-0,4
Belerang dioksida 0,006

Oksida nitrogen yang terdapat dalam asap buang kendaraan


berasal dari reaksi nitrogen dengan oksigen. Pada suhu rendah, kedua gas
ini tidak akan saling bereaksi. Akan tetapi, tingginya suhu dalam mesin
89

kendaraan dan pengaruh loncatan buanga api listrik dari busi membuat
keduanya saling bereaksi.
N2(g) + O2(g)→ 2NO(g)
Setelah keluar dari knalpot kendaraan, nitrogen monoksida
kemudian bereaksi dengan udara (oksigen) membentuk nitrogen dioksida.
2NO(g) + O2(g)→ 2NO2(g)
Gas-gas yang terdapat dalam asap kendaraan bermotor tersebut
banyak yang dapat menimbulkan kerugian, di antaranya adalah CO 2, CO,
hidrokarbon, oksida nitrogen, dan oksida belerang.
a) Pengubah Katalitik (Catalytic Converter)
Salah satu cara untuk mengurangi bahan pencemar yang
berasal dari asap kendaraan bermotor adalah memasang pengubah
katalitik pada knalpot kendaraan. Pengubah katalitik berupa silinder
dari baja tahan kkarat yang berisi sautu struktur berbentuk sarang lebah
yang dilapisi katalis.
Pada separuh bagian pertama dari pengubah katalitik, karbon
monoksida bereaksi dengan nitrogen monoksida membentuk karbon
dioksida dan gas nitrogen.
2CO(g) + 2 NO(g)→ 2CO2(g) + N2(g)
Pada bagian berikutnya, hidrokarbon dan karbon monoksida
(jika masih ada) dioksida membentuk karbon dioksida dan uap air.
Timbel dapat merusak katalis dalam pengubah katalitik. Oleh karena
itu, pengubah katalitik hanya dapat berfungsi jika kendaraan
menggunakan bensin tanpa timbel.
2) Efek Rumah Kaca ( Greenhouse Effect)
Kaca bersifat transparan terhadap sinar ultraviolet dan sinar
tampak (gelombang pendek), tetapi tidak untuk radiasi inframerah
(gelombang panjang). Sifat ini yang mendasari penggunaan kaca
dalam pembuatan rumah kaca.
90

Bayangkanlah sautu hari yang cerah dan sebuah rumah kaca.


Cahaya matahari dapat menembus atap kaca danmneghangatkan
tanaman dan apa saja yang terdapat di dalam rumah kaca. Tanaman
dan material lain yang telah mengalami pemanasan tersebut akan
memancarkan radiasi inframerah (gelombang panjang). Akan tetapi,
gelombang panas itu tidak dapat keluar karena diserap oleh kaca dan
meradiasikannya kembali ke dalam rumah kaca. Akibat yang terjadi
adalah peningkatan suhu di dalam rumah kaca.
Hal yang serupa terjadi terhadap bumi. Berbagai gas dalam
atmosfer, seperti korban dioksida (CO 2), uap air, metana (CH4), dan
senyawa keluarga CFC, berlaku seperti kaca yang melewatkan sinar
tampak dan ultraviolet tetapi menahan radiasi inframerah. Oleh karena
itu, sebagian besar dari sinar matahari dapat mencapai permukaan
bumi dan menghangatkan atmosfer dan permukaan bumi. Akan tetapi,
radiasi panas yang dipancarkan permukaan bumi akan tertangkap
karena diserap oleh gas-gas rumah kaca.
Sebenarnya, efek rumah kaca berfungsi sebagai selimut yang
menjaga suhu permukaan bumi rata-rata sekitar 15oC. Tanpa karbon
dioksida dan uap air di atmosfer, suhu rata-rata permukaan bumi
diperkirakan sekitar -25oC. Jadi, jelaskan bahwa efek rumah kaca
sangat penting dalam menentukan kehidupan di bumi. Akan tetapi,
peningkatan kadar dari gas-gas rumah kaca dapat menyebabkan suhu
permukaan bumi menjadi terlalu tinggi sehingga dapat menyebabkan
berbagai macam kerugian.
3) Hujan Asam
Air hujan biasanya sedikit bersifat asam, dengan pH sekitar 5,7.
Al itu terjadi karena air hujan tersebut melarutkan gas karbon dioksida
(CO2) yang terdapat dalam udara, membentuk asam karbonat (H2CO3).
CO2(g) + H2O(l)→H2CO3(aq)
91

Air hujan dengan pH yang lebih rendah dari 5,7 disebut hujan asam.
a) Penyebab hujan asam
Polutan yang menyebabkan hujan asam adalah oksida
belerang (SO2 dan SO3) dan nitrogen dioksida (NO2). Oksida-oksida
tersebut larut dalam air membentuk asam.
SO2(g) + H2O(l)→ H2SO3(aq)
SO3(g) + H2O(l)→ H2SO4(aq)
2NO2(g) + H2O(l) →HNO2(aq) + HNO3(aq)
Hujan asam biasanya turun di kota-kota industri atau daerah
sekitarnya. Akan tetapi, hujan asam mungkin saja terjadidi dearah
yang berada beberapa kilometer dari dearah industri karena polutan
tertiup angin.
b) Masalah yang ditimbulkan hujan asam
Hujan asam menimbulkan bebagai masalah lingkungan ,
terutama terhadap tumbuhan, biota air, dan bangunan.
c) Kerusakan hutan
Hujan asam membawa akibat buruk pada tanaman. Hujan
asam membilas unsur hara penting seperti kalsium dan magnesium.
Hujan asam membuat tanah menjadi bersifat asam dan hal itu tidak
baik bagi tumbuhan. Pada saat yang sama, hujan asam
membebaskan ion aluminium yang merupakan racun bagi
tumbuhan. Banyak hutan telah mengalami kerusakan akibat hujan
asam. Belerang dioksida (SO2) dalam bentuk gas juga dapat
mematikan daun tumbuhan.
d) Kematian biota air
Air di berbagai sungai dan danau telah menjadi aasm karena
hujan asam. Ikan dan tumbuhan air tidak dapat hidup dalam air
yang bersifat asam. Ion aluminium dapat mengganggu mekanisme
insang ikan sehingga ikan akan kekurangan oksigen. Dewasa ini,
92

ribua sungai dan danau tidak semtawa disebabkan hujan asam,


tetapi juga karena mendapat air buangan yang bersifat asam.
e) Kerusakan bangunan
Hujan asam berakibat buruk terhadap bahan bangunan biasa
seperti batu kapur, marmer, dan beton. Bahan bangunan tersebut,
sedikit atau banyak, mengandung kalsium karbonat (CaCO 3) .
kalsium karbonat larut dalam asam. Reaksinya dengan asam nitrat
berlangsung sebagai berikut.
CaCO3(s) + 2HNO3(aq) → Ca(NO3)2(aq) + H2O(l) + CO2(g).
Cara-cara menangani hujan asam
Beberapa cara berikut dapat dilakukan untuk menangani
hujan asam.
a) Menetralkan asamnya
Danau yang telah menjadi asam dapat dinetralkan dengan
suatu basa. Biasanya digunakan kalsium karbonat, sautu basa yang
relatif murah.
b) Mengurangi emisi SO2
Penyebab utama hujan asam adalah SO 2 yang berasal dari
pusat pembangkit tenaga, yaitu dari pembakaran bata bara. Batu
bara mengandung sekitar 1% belerang. Idealnya, belerang
dipisahkan dari batu bara sebelum pembakaran. Akan tetapi, hal ini
sangat sukar dilakukan. Hal yang mungkin dilakukan adalah
menyerap belerang dioksida sebelum memasuki cerobong asap.
Untuk tujuan tersebut dapat digunakan kalisium karbonat. Belerang
dioksida bereaksi dengan kalsium karbonat membentuk kalsium
sulfit. Kalsium sulfit kemudian dapat dioksidasi lebih lanjut
membentu kalsium sulfat. Kalsium sulfat yang dihasilkan dapat
digunakan untuk membuat plester tembok/plamir. Akan tetapi,
93

proses ini cukup mahal dan dapat menaikkan pemakaian listrik


sekitar 10 %.
c) Mengurangi emisi oksida nitrogen
Pengurangan emisi oksida nitrogen akan mengurangi asam
nitrat dalam air hujan. Oksida nitrogen juga berperan sebagai katalis
peda pembentukan ozon dan asam sulfat. Oksida nitrogen (NO x)
terutama berasal dari mesin kendaraan bermotor. Oleh karena itu,
salah satu cara mengurangi emisi NOx dilakukan dengan
mengontrol pembakaran dalam mesin, misalnya dengan mengatur
suhu mesin dan perbandingan bahan bakar terhadap udara. Emisi
NOx juga dapat dikurangi denagn mengurangi laju
kendaraan.persentase oksida nitrogen dalam gas buang kendaraan
dapat berkurang dari sekitar 0,11% pada kecepatan 110 km/jam
menjadi sekitar 0,03% pada kecepatan 50 km/jam. Cara lainnya
adalh dengan memasang pengubah katalitik pada knalpot
kendaraan.
D. Senyawa Hidrokarbon Dalam Kehidupan Sehari-Hari
1. Aspal
Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh,
alifatik dan aromatik yang mempunyai atom karbon sampai 150 permolekul.
Secara kuantitatif biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10% hidrogen, 6%
belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen. Massa molekul aspal bervariasi,
dari beberapa ratus sampai beberapa ribu. Senyawa-senyawa ini dikelompokkan
menjadi aspalten (yang massa molekulnya kecil) dan molten (yang massa
molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung 5- 25% aspalten dan sebagian
besar senyawa aspal adalah senyawa polar.
2. Lilin
94

Lilin dibuat dari parrafin wax, suatu campuran dari hidrokarbon jenuh
dengan masa molekul yang besar. Parrafin wax dihasilkan selama proses
penyulingan minyak bumi.
3. Plastik
Plastik dikenal juga dengan polietena (polietilena) atau polipropena
(polipropilena). Plastik dibuat dengan penggabungan senyawa etena atau
propena membentuk molekul yang besar.
4. Metanol
Metanol dapat digunakan sebagai lem untuk industri plywood, bahan
bakar kendaraan bermotor, bahan bakar pesawat,dan sebagai bahan bakar
industri protein sintesis dengan fermentasi berkesinambungan.
Metanol dapat dibuat langsung dari metana, yaitu dengan mereaksikan
metana dengan asam sulfat yang mengandung 65% sulfur trioksida.
5. Solvent/Pelarut
Berguna sebagai pengencer cat, vernis, warna cetakan industri tekstil
(printing),bahan pembersih, bahan baku pestisida. Bahan pelarut atau tiner cat
umumnya digunakan terpentin yang merupakan campuran dari hidrokarbon
lingkar yang terdiri dari sepuluh atom karbon. Selain itu, tiner merupakan
campuran dari berbagai hidrokarbon hasil destilasi minyak. Pelarut untuk zat
sintesis yang sering digunakan adlah alkohol, keton, dan ester.
6. Kimia pertanian
Sebagai bahan perekat, perata pestisida, dan berguna untuk menutup
luka tanaman atau bidang sadap tanaman karet serta untuk mencegah
pengeringan bidang sadap. Pupuk digunakan untuk meningkatkan kesuburan
tanah dan menambah zat makanan tanaman.47
E. Beberapa Daerah Pertambahan Minyak Di Indonesia
Indonesia kaya akan minyak bumi dan gas alam hal ini menjadikan Indonesia
sebagai negara terbesar kelima di dunia sebagai penghasil minyak bumi sumber
47
Ibid, h.45-46
95

minyak bumi. Yang pertama kali dieksplorasi di Indonesia adalah Langkat Sumatera
Utara yang ditemukan pada tahun 1883.
Wilayah Sumber
Sumatera Bagia Lapangan gas alam Arun di Aceh, Lapangan Minyak
Utara Bumi di Julu Rayeu, Serang Jaya, Pangkalan Susu,
Pulau Panjang, dan Telaga Said DKG.
Sumatera Bagian Lapangan minyak Minas (Terbesar di asia Tenggara),
Tengah lapangan minyak Andan, Bekasap, Duri, dan Kota
Batak.
Sumatera Bagian Lapangan minyak Bajubang dan Tampino, Jambi, serta
Selatan lapangan minyak Mangun Jaya, Babat Ukui, Subang
Burung, Kluang, dan Pendopo Talang Akar,
Palembang.
Jawa Bagian Barat Lapangan minyak Jatibarang,Randengan, dan Arimbi.
Jawa Timur Lapangan minyak Kruka Surabaya dan Cepu.
Kalimantan Timur Lapangan minyak Tanjung di Barito dan Tarakan di
Tarakan.
Laut Cina Selatan Lapangan minyak Natuna
Papua Lapangan minyak Klamono dan Klamunuk, Salawati,
Mogoi, Wasian, dan Bintuni.

1. Nilai Ekonomi, Sosial, Politik, Pendidikan, dan Religi


Hidrokarbon sebagai komponen utama minyak bumi dan gas alam
hanya tersusun dari atom C dan H. Namun demikian minyak bumi dan gas alam
merupakan sumber energi utama bagi segala aktivitas manusia di seluruh muka
bumi ini. Karena pentingnya minyak bumi dan gas alam ini beberapa negara di
dunia menjadikannya sebagai Sumber devisa utama yang mengangkat negara-
negara tersebut menjadi negara yang kaya raya dan makmur. Minyak bumi dan
gas alam menjadi sumber bahan bakar yang vital sehingga sangat berpengaruh
terhadap kepentingan ekonomi dan politik. Fluktuasi harga bahan bakar ini
96

berpengaruh besar terhadap kestabilan ekonomi, politik, dan sosial masyarakat


di seluruh dunia. Beberapa negara menggunakan sumber energi ini untuk
memainkan perannya dalam percaturan politik dan ekonomi dunia .
Manusia di seluruh dunia sangat bergantung pada kedua bahan bakar
ini. Fakta ini menunjukkan betapa sempurnanya Tuhan menciptakan isi alam
ini. Hanya dengan dua jenis atom saja, seperti karbon, dan hydrogen, Tuhan
menciptakan minyak bumi dan gas alam yang dapat mengendalikan seluruh
Aktivitas kehidupan dimuka bumi. Kedua jenis atom ini berikatan membentuk
rantai molekul yang sangat indah dan menakjubkan sebagai fakta lain akan
Kebesaran Tuhan.
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak bumi dan gas
alam yang melimpah. Negara kita akan menjadi negara yang makmur apabila
mampu mengolah dan memanfaatkan kedua sumber daya alam ini secara benar
dan bijaksana. Kita harus menyadari bahwa minyak bumi dan gas alam
merupakan sumber energi yang tak dapat diperbaharui. Eksplorasi yang
berlebihan dan tanpa terkendali akan menimbulkan kerusakan alam yang sangat
parah dan kelangkaan sumber energi ini. Bisa kita bayangkan, betapa besar
kekacauan kehidupan di muka bumi ini Apabila Kebutuhan sumber energi yang
begitu besar ini semakin tidak terpenuhi.
Pemberdayaan sumber daya alam sebagai anugerah Tuhan yang besar
ini memerlukan upaya yang keras untuk meningkatkan keahlian dari kreativitas
bangsa kita. Upaya ini memacu kita untuk menggali dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi secara terus-menerus. Ketersediaan sumber energi
bagi keperluan industri dan segala aktivitas kehidupan akan memacu
produktivitas dan roda ekonomi masyarakat yang berefek langsung pada
kemajuan bidang bidang lain. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan ekonomi
dan industri suatu bangsa sangat bergantung pada ketersediaan sumber energi.
Kita patut bersyukur kepada Tuhan yang anugerahkan alam kita dengan potensi
minyak bumi dan gas alam yang sangat melimpah, tanpa kita memintanya. Rasa
97

syukur ini harus diwujudkan langsung dengan menjalankan segala perintah-Nya


dan menjauhi segala larangan-Nya, agar anugerah yang melimpah ini lebih
bermanfaat bagi kemakmuran seluruh umat manusia. Dengan anugerah sumber
daya alam yang melimpah dan kualitas sumber daya manusia yang didukung
dengan keimanan yang kuat, kemakmuran umat manusia pasti dapat tercapai
sesuai dengan janji Tuhan. Kita harus sadar bahwa pengelolan dan pemanfaatan
minyak bumi dan gas alam merupakan amanah Tuhan kepada seluruh
manusia.48
SOAL DAN PEMBAHASAN HIDROKARBON DAN MINYAK BUMI

4. Dalam kehidupan sehari-hari kita menenmukan banyak contoh dari aplikasi


materi hidrokarbon dan minyak bumi seperti ada solar, aspal, minyak tanah, LPG,
dan premium dll. Dari sekian bnyak contoh dari hidrokarbon dan minyak bumi ini
maka, Contoh fraksi minyak bumi yang paling sedikit jumlah atom karbonnya
adalah...
A. Solar
B.    Aspal
C.   Minyak tanah
D.   LPG
E.    Premium
JAWABAN: D
PEMBAHASAN:
LPG adalah fraksi pertama minyak bumi yang merupakan campuran antara
metan, etana, dan propana yang mempunyai jumlah atom karbon lebih
sedikit dibandingkan solar, ataupun premium

2. Perhatikanlah penyataan berikut:


“ semakin tinggi bilangan oktan maka semakin baik kualitas dari bensin”

48
Haris Watoni, Op. Cit., h. 49-50
98

Apa maksud dari penyataan diatas?


A. Bilangan oktan adalah bilangan yang menjukkan persentasi isooktana
terhadap n-heptana. Jika bilangan oktan 80 artinya 80% isooktana dan 20 % n-
heptana. Makin besar bilangan oktan kualitas bensin makin baik begitu
sebaliknya.
B. Bilangan oktan adalah bilangan yang menunjukkan persentasi dari isooktana
terhadap n- heptana. Jika bilangan oktan 80 artinya 80 % n- heptana dan 20%
isooktana. Makin besar bilangan oktan kualitas bensin makin baik begitu
sebaliknya
C. Bilangan oktan adalah bilangan yang menunjukkan persentasi dari n- heptana
terhadap isooktana. Jika bilangan oktan 80 artinya 80 % n- heptana dan 20%
isooktana. Makin besar bilangan oktan kualitas bensin makin baik begitu
sebaliknya
D. Bilangan oktan adalah bilangan yang menunjukkan persentasi dari n- heptana
terhadap isooktana. Jika bilangan oktan 80 artinya 80 % isooktana dan 20% n-
heptana. Makin besar bilangan oktan kualitas bensin makin baik begitu
sebaliknya

JAWABAN: A.
PEMBAHASAN:
Bensin adalah salah satu fraksi minyak bumi yang digunakan untuk
bahan bakar kendaraan bermotor, mobil, atau mesin lain. Bensin merupakan
perpaduan dua senyawa yaitu n – heptana dan isooktana. Kualitas bensin
beragam, semakin baik kualitasnya semakin rendah ketukannya. Makin jelek
kualitasnya ketukan mesin makin besar.
Bilangan oktan adalah bilangan yang menjukkan persentasi isooktana
terhadap n-heptana. Jika bilangan oktan 80 artinya 80% isooktana dan 20 % n-
heptana. Makin besar bilangan oktan kualitas bensin makin baik begitu
sebaliknya.Untuk menaikkan bilangan oktan digunakan TEL atau tetra etil
99

Lead, namun dalam penelitiannya TEL mengandung timbal yang berbahaya


sehingga diganti penggunaannya dengan MTBE atau metil tersier butil eter

3. Bensin memiliki kualitas yang berbeda-beda. Yang mana perbedaan kualitas ini
didasarkan akan suatu zat adiktif yang terkandung dalam bensin. Sehingga bilangan
oktan naik dan menunjukkan presentasi dari kualitas bensin. Maka zat adiktif apa
yang digunakan dalam meningkatkan bilangan oktan tetapi tidak berbahaya
penggunaannya....
A. Tel ( Tetra Etil Lead)
B. Mtbe ( Metil Tersier Butil Eter )
C. Let ( Lead Etil Tetra)
D. Bemt ( Butil Eter Metil Tersier )
E. Tbme( Tersier Butil Metil Eter )

JAWABAN: B
PEMBAHASAN:
Bilangan oktan adalah bilangan yang menjukkan persentasi isooktana
terhadap n-heptana. Jika bilangan oktan 80 artinya 80% isooktana dan 20 % n-
heptana. Makin besar bilangan oktan kualitas bensin makin baik begitu
sebaliknya.
Untuk menaikkan bilangan oktan digunakan TEL atau tetra etil Lead, namun
dalam penelitiannya TEL mengandung timbal yang berbahaya sehingga
diganti penggunaannya dengan MTBE atau metil tersier butil eter
4. Diketahui struktur
CH3 – CH2 – CH2 –CH – CH= C – CH3
CH2 CH3
CH2
Nama yang tepat untuk nama senyawa alkena tersebut adalah….
A. 4 – etil – 2 – metil – 2 – heptena
100

B. 4 – etil – 6 – metil – 5 – heptena


C. 4 – etil – 2 – metil – 5 – heptena
D. 4 – etil – 5 – metil – 2 – heptena
E. 4 – propil – 5 – metl – 4 – heptena
JAWABAN : A
PEMBAHASAN :
1. Tentukan dulu rantai terpanjangnya yaitu yang 7
2. Penomoran dimulai dari cabnag dengan nomor terkecil yaitu CH3
3. Penulisannya menurut abjad
4. Tulis dimana letak rangkap ( Unggul Sudarmo, 2016, h.21)
5. Senyawa yang mempunyai titik didih paling rendah adalah ….
A. 3– etil – 3 metil – 1 – heptuna
B. 3,4 – dimetil – 1 – pentuna
C. 3,3 – dimetil – 1 – butuna
D. 3,4 – dimetil – 2 – pentuna
E. 4– dimetil – 2 – heksana
JAWABAN :
PEMBAHASAN :
Semakin banyak atom C maka semakin tinggi titik didih nya. Jadi senyawa
yang paling rendah titik didih nya adalah 3,3 dimetil – 1 – butuna (Sentot
Budi Raharjo, 2014, h.17)
6. Nama senyawa
CH3 – C ≡ C – CH – C2H5
CH3 – CH – CH3
adalah ….
A. 4 – isopropyl – 3 – heksena
B. 4 – etil – 5 – metil – 2 – heksuna
C. 3– isopropil – 4 – heksuna
D. 4– etil – 5 – metil – 3 – heptuna
101

E. 3– etil – 2 – metil – 4 – heptuna


JAWABAN : B
PEMBAHASAN:
1. Tentukan rantai terpanjang yaitu heksuna
2. Nomori cabang
3. Kemudian tulis berdasarkan abjad.
7. Nama senyawa
CH3−CH−CH═C−CH3
C2H5 CH3
adalah...
A. 4-etil-2-metil-2-pentena
B. 2-metil-4-etil-2pentena
C. 2-etil-4-metil-3-pentena
D. 2,4-dimetil-2-heksena
E. 3,5-dimetil-4-heksena
JAWABAN: D
PEMBAHASAN:
Alkena merupakan senyawa hidrokarbon tiak jenuh, yaitu memiliki ikatan
rangkap dua. Penamaan alkena sesuai dengan alkananya , tetapi akhiran –ana
diganti dengan –ena. Pemberian nomor C dimulai dari C ujung yang dekat
dengan ikatan rangkap.
a. Rantai utama diambil dari rantai terpanjang yang mengandung ikatan
rangkap.
b. Penomoran atom karbon dimulai dari ujung yang paling dekat dengan
ikatan rangkap
c. Ikatan rangkap diberi nomor untuk menunjukkan letaknya.
d. Cara penulisan dan penamaan cabang sama dengan pada alkana.
e. Urutan penamaan alkena : nomor cabang – nama cabang – nomor ikatan
rangkap – nama rantai utama.
102

CH3−4CH−3CH═2C−1CH3
5
CH2 CH3
6 CH3

8. Salah satu faktor yang menyebabkan senyawa karbon banyak jumlahnya adalah...
A. Karbon melimpah di kulit bumi
B. Karbon memiliki 4 elektron valensi
C. Dapat membentuk rantai atom karbon
D. Titik didih karbon sangat tinggi
E. Karbon sangat reaktif
JAWABAN: C
PEMBAHASAN:
Karbon mempunyai nomor atom 6 dengan 4 elektron valensi, sehingga
mampunyai membentuk ikatan kovalen dan dapat membentuk rantai karbon
yang panjang
a. Karbon melimpah di kulit bumi benar tapi bukan alasan yang tepat
b. Karbon memiliki 4 elektron valensi benar tapi bukan alasan yang tepat
c. Dapat membentuk rantai atom karbon adalah alasan yang paling tepat
d. Titik didih tidak dipengaruhi jumlah rantai
e. Karbon tidak terlalu reaktif

9. Pasangan zat dibawah ini yang merupakan golongan senyawa hidrokarbon


adalah....
A. C2H6 dan C12H22O11
B. CH4 dan C2H4
C. C2H4 dan C6H12O6
D. CO2 dan H2O
E. CH4 dan CO2
JAWABAN: B
103

PEMBAHASAN:
Hidrokarbon adalah senyawa kimia yang terdiri dari atom karbon dan
hidrogen, sedankan senyawa turunan hidrokarbon berasal dari karbon,
hidrogen, dan atom lain seperti O

8. Nama Iupac untuk senyawa


CH3

CH3 – C – CH3

CH3
Adalah...
A. 2,2-Dimetilpropana
B. 2,3-dimetil butana
C. 2,2,3,3- Tetrametilbutana
D. 2,2,4-dimetilpentana
E. 3-metilheptana
Jawaban: A

CH3

CH3 – C – CH3

CH3
a. 2,2-Dimetilpropana
104

CH2 CH- CHCH3

CH3 CH3

b. 2,3-dimetil butana

CH3 CH3

CH2 - C - C - CH3

CH3 CH3
c. 2,2,3,3- Tetrametilbutana

CH3

CH2 CH CH CHCH3

CH3 CH3
d. 3-metilheksana

CH2 - CH2 – CH2 – CH - CH3

CH3 CH2
105

CH3
e. 3-metilheptana

SENTOT BUDI (2014) h, 13

9. Diantara rumus struktur molekul berikut ini, yang bukan merupakan isomer
dari c7H16 adalah...

H H

a. C

CH2– CH – CH – CH2 - CH3

CH3
b. CH3 – CH2– CH2 – CH2 – CH2 – CH2 –CH3

c. CH3 – CH2– CH – CH2 – CH2 – CH3

CH3

H H

d. CH3 – C – CH2 – C –CH3


106

CH3 CH

CH3

e. CH3 – CH2– CH2 – CH2 – C – CH3

JAWABAN :A
PENJELASAN :
Isomer adalah suatu molekul yang memiliki rumus molekul yangs ama, tetapi sifat-
sifatnya berbeda. Senyaawa-senyawa dengan rumus molekul C7H16 berrati senyawa
tersebut memiliki 7 atom Cdan 16 atom H.
Untuk melihat senyawa mana yang bukan merupakan isomer dan C 7H16, cek
masing-masing option jawaban, yang manakah yang memiliki jumlah atom C dan H
yang tidak sama dengan yang disebut diatas(bukan 7 atom C dan 16 atom H). Maka
kita menemukan jawabanya adalah aption A, karena senyawanya memiliki 7 atom C
dan 14 atom H, sedangkan option lainnya(B,C,D dan E) senyawanya masing-masing
memiliki jumlah atom C dan H yang sama, yaitu 7 dan 16.

Unggul Sudarmo, Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI , (Jakarta. Erlangga, 2016),


h.15

10. Bensin Premiun mempunyai bilangan Oktan 80, berarti bensin tersebut
mengandug:

a. 80% heptana dan 20 % bueana


b. 80 isooktana dan 20% butana
c. 80 % butana dan 20% isooktana
107

d. 80% normal heptana dan 20% isooktana


e. 80% isooktana dan 20% normal heptana

Jawaban: E
PENEJELASAN
Bilangan Oktan adalah besaran yang digunakan untuk menentukan kualitas
suatu bensin.kualitas besin yang baik adalah jika seikit ketukan yang terjadi jika
bensin tersebut mengandung banyak senyawa yang memiliki cabang pada struktur
molekulnya.sebagai patokan digunakan nilai senyawa isooktan yang memiliki
struktur molekul yang lurus (tidak bercabang) maka mudah mengalami ketukan saat
pembakaran. Sebagai patokan digunakan nilai dari n-heptana(normal heptana)
Nilai suatu bensin dinyatakan sebagai campuran antara keduanya, yakni
antarisooktana dan n-heptaandan dinyatakan sebagai bilangan oktan. Bilangan oktan
ditentukan oleh bnyak sedikitnya nilai isooktana. Semakin besar nilai isooktaan an
semakin kecil nilai n-heptana berarti semakakin baik kualitannya. Semakin tinggi
nilai oktan berarti semakin baik kualitas bensin tersebut. Dengan demikian, bensin
premiun yang memiliki bilangan 80, berarti memiliki kualitas yang setara dengan
campuran 80% isooktana dan 20% normal heptana.

Unggul Sudarmo, Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI , (Jakarta. Erlangga, 2016),


h.35

11. Yang merupakan struktur dari 2- butena adalah...


a. CH3CH2CH2CH3
b. CH3CH2CH = CH2
c. CH2 = CHCH2CH3
d. CH3CH= CHCH3
e. CH2 = CHCH= CH3

Jawaban : D
108

PENJELASAN :
2 butena itu artinya terdapat 1 ikatan rangkap dua pada atom C ke atom C
yang berjumlah 4.
CH3CH= CHCH3

Unggul Sudarmo, Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI , (Jakarta. Erlangga, 2016),


h.23

12. Rumus senyawa hidrokarbon berikut, yang merupakan rumus kimia alkana
adalah...
a. C3H4
b. C4H6
c. C5H12
d. C6H8
e. C7H12

Jawaban : C

PENJELASAN:

13. Senyawa alkan memiliki rumus fungsi: Cn H2n+2 maka yang termasuk senyawa
alkana adalah C5H12. Alkana tergolong senyawa hidrokarbon...
a. Alifatik jenuh
b. Alifatik tidak jenuh
c. aromatik
d. alisiklik tidak jenuh
e. parafin siklik tidak jenuh

Jawaban: A

PEMBAHASAN :
109

senyawa hidarokarbon hanya mempunyai 1 rangkap sehingga dikatakan


alifatik jenuh

Unggul Sudarmo, Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI , (Jakarta. Erlangga, 2016),

14. yang bukan merupakan sumber senyawa karbon adalah …


A. tumbuhan dan hewan
B. batubara
C. gas alam
D. minyak bumi
E. tanah

Jawaban : E

Pembahasan : Sumber senyawa karbon


1) Tumbuhan dan hewan
Tumbuhan dan hewan merupakan “mesin” pembuat senyawa karbon misalnya
protein, karbohidrat, lemak, dan berbagai senyawa yang tidak mungkin diperoleh dan
ditemukan di luar tumbuhan dan hewan.Penelitian mengenai senyawa karbon yang
terdapat dalam tubuh tumbuhan telah menghasilkan jenis obat-obatan baru yang
sebelumnya tidak dikenal.
2) Batubara
Merupakan hasil pelapukan tumbuhan yang berlangsung jutaan tahun yang lalu
dengan tekanan dan temperatur yang sangat tinggi. Pengolahan batubara dengan cara
distilasi perengkahan menghasilkan gas batubara. ter batu bara, dan Kokas.
Kokas merupakan bahan bakar yang sangat baik dan digunakan pada berbagai
industri, sedangkan gas batubara dan ter batubara dapat diperoleh dengan berbagai
reaksi kimia menjadi bermacam-macam senyawa karbon yang lebih bermanfaat.
3) Gas alam dan minyak bumi
110

Gas alam dan minyak bumi mengandung banyak senyawa karbon yang berperan
penting dalam berbagai industri.Komponen utama dalam gas alam dan minyak bumi
adalah senyawa hidrokarbon.

(Unggul Sudarmo, Kimia 2 Untuk SMA/ MA Kelas XI. (Jakarta, Erlangga, 2016),
h. 8)

15. Beberapa kemungkinan rantai karbon yang dibentuk dapat dikelompokkan


berdasarkan…
A. Jumlah Ikatan, bentuk rantai, Posisi atom karbon di dalam rantai karbon
B. isomerasi, bentuk rantai, Posisi atom karbon di dalam rantai karbon
C. Jumlah Ikatan, jumlah atom, Posisi atom karbon di dalam rantai karbon
D. Jumlah Ikatan, bentuk rantai, Posisi atom karbon di dalam atom
E. Jumlah Ikatan, bentuk rantai, Posisi ikatan di dalam rantai karbon

Jawaban : A

Pembahasan : Beberapa kemungkinan rantai karbon yang dibentuk dapat


dikelompokkan berdasarkan:
1) Jumlah Ikatan
a) Ikatan tunggal yaitu ikatan antara atom-atom karbon dengan satu tangan ikatan
(sepasang elektron ikatan)
b) Ikatan rangkap dua, yaitu terdapat ikatan antara atom atom karbon dengan dua
tangan ikatan (dua pasang elektron ikatan)
c) Ikatan rangkap tiga (ganda tiga), yaitu ikatan antara atom-atom karbon dengan 3
tangan ikatan (3 pasang elektron ikatan)
2) Bentuk rantai
Rantai terbuka (alifatis) yaitu rantai yang antar ujung-ujung atom karbon yang tidak
saling berhubungan.Rantai jenis ini ada yang bercabang dan ada yang tidak
bercabang.
111

Rantai tertutup (siklik), yaitu rantai yang terdapat pertemuan antara ujung-ujung
rantai karbonnya.Terdapat dua macam rantai siklis yaitu rantai siklis dan aromatis.

3) Posisi atom karbon di dalam rantai karbon


Berdasarkan jumlah atom karbon lain yang diikat, terdapat empat posisi atom karbon
yaitu:
a) Atom karbon primer, yaitu atom karbon yang luarnya mengikat secara langsung
satu atom karbon yang lain.
b) Atom karbon sekunder yaitu atom karbon yang mengikat secara langsung dua
atom karbon yang lain
c) Atom karbon tersier, yaitu atom karbon yang mengikat secara langsung 3 atom
karbon yang lain
d) Atom karbon kuartener, yaitu atom karbon yang mengikat secara langsung 4 atom
karbon yang lain.
(Unggul Sudarmo, Kimia 2 Untuk SMA/ MA Kelas XI. (Jakarta, Erlangga, 2016),
h.9)

16. alkana yang terbentuk dari dua atom karbon akan mengikat enam atom hidrogen
sehingga mempunyai rumus molekul C2H6. Jika penggantian atom hidrogen
dengan atom karbon dilakukan terus-menerus, akan didapat struktur seperti pada
tabel 2
112

Tab
el 1.1. Rumus struktur dan rumus molekul beberapa alkana.
Jadi, rumus umum molekul alkana adalah …
A. CnH2n-2.
B. CnH2+2.
C. CnHn+2.
D. CnH2n+2.
E. CnH2n.
Jawaban : D
Pembahasan : Deretan rumus molekul alkana menunjukkan bahwa pada setiap
anggota yang satu ke anggota berikutnya bertambah sebanyak CH 2. Deret senyawa
karbon yang demikian ini disebut dengan deret homolog. Deret homolog pada alkana
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
a) Mempunyai rumus umum, untuk deret homolog alkana adalah CnH2n+2.
b) Antara satu anggota ke anggota berikutnya mempunyai pembeda CH2.
c) Selisih massa rumus antara satu anggota ke anggota berikutnya adalah 14.
d) Semakin panjang rantai atom karbon semakin tinggi titik didihnya.
(Unggul Sudarmo, Kimia 2 Untuk SMA/ MA Kelas XI. (Jakarta, Erlangga, 2016),
h 11)
17. Benar atau salah
Semakin tinggi bilangan oktan maka bensin makin baik
113

Jawaban : Benar
Pembahasan :
Bensin adalah salah satu fraksi minyak bumi yang digunakan untuk bahan bakar
kendaraan bermotor, mobil atau mesin lain. Bensin merupakan perpaduan dua
senyawa yaitu n – heptana dan isooktana. Kualitas bensim beragam, semakin baik
kualitasnya semakin rendah ketukannya. Makinjelek kualitas ketukan mesin makin
besar.
Bilangan oktan adalah bilangan yang menunjukan persentasi isooktana terhadap n –
heptana. Jika bilangan oktan 80 artinya 80 % isooktana dan 20 % n – heptana. Makin
besar bilangan oktan kualitas bensin makin baik begitu sebaliknya.
( EBTANAS 2002, Buku Sakti Kumpulan Soal PTN)
18. Sebanyak 1,10 gram asam organik ( RCOOH ) tepat dinetralkan oleh 50 ml
larutan 0,25 molar NaOH. Asam organik tersebut ialah… ( Ar H = 1 ; C = 12 ; O
= 16)
Jawaban : asam propanoat
Pembahasan :
RCOOH + NaOH → RCOONa + H2O
Mol RCOOH = Mol NaOH
gr
= M.V
mr
3,7
= 0,5 x 0,1
Mr
3,7
= 0,05
Mr
Mr=74
Mr R + Ar C + 2.Ar O + Ar H = 74
Mr R + 12 + 32 + 1 = 74
Mr R = 29
R adalah alkil dengan rumus :
114

CnH2n+1
N x Ar C + ( 2n +1) Ar H = 29
12n + 2n +1 = 29
14n = 28
n = 2 , sehingga R tersebut C2H5
( UMPTN 1992 RAYON C , Bimbingan Dan Penetapan Kimia Dengan 1700 Soal)
19. Gas Br2 dalam CCL4 warnanya akan hilang bila diteteskan ke dalam cairan X.
Cairan X yang dimaksud adalah…
Jawaban : Sikloheksatriena
Pembahasan :
Warna coklat dari Br2 akan hilang bila diteteskan pada senyawa alkena ( mempunyai
ikatan rangkap C=C)
( EBTANAS 2002, Buku Sakti Kumpulan Soal PTN )
20. Suatu hidrokarbon (CyHz) dibakar sempurna meghasilkan 220mg CO2 dan 41mg
H2O, rumus senyawa hidrokarbonnya adalah? (Ar O= 16, Ar C= 12, dan Ar H= 1)

Pembahasan :

Diket: Mr CO2= 12+32 = 44, Mr H2O = 2+ 16 = 18

Massa pembakaran CO2= 220mg dan massa pembakaran H2O adalah 45mg

Dit: rumus senyawa hidrokarbon

Jawaban:

CyHz + O2 CO2 + H2O

Massa atom Cdari CO2 adalah = 12/ 44 x 220mg = 60 mg

Massa atom H dari H2O adalah = 1/ 18 x 41mg= 5 mg

Mol C : Mol H = 60/12 : 5/1 = 5:5


115

Rumus senywa hidrokarbon tersebut adalah CH

21.

Dari struktur diatas, aton kuartener ditunjukkan pada nomor ?

A. 1,7,8,9,1

B. 3,4,6
C. 5,
D. 2
E. 1,2,3,4,10

Jawaban : C

Pembahasan :
Jawaban nya adalab D. 2
Atom C primer adalah jika mengikat 1 atom C yang lainAtom C skunder adalah jika
mengikat 2 atom C yang lain Atom C tersier adalah jika mengikat 3 atom C yang
lainAtom C kuarterner adalah jika mengikat 4 atom C yang lain.

22. Senyawa dengan struktur

CH3-CH2-C=CH-CH3

CH3

Menurut IUPAC diberi nama..


116

A. 3 –metil – butena

B. 2-metil -3 butena

C. 3-metil butana

D. 3 metil -2 pentena

E. 3 metil- 2-butena

Jawab : D. 3 metil - 2 pentena

Pembahasan :

Senyawa di atas merupakan alkena

Tata cara dalam pemberian nama alkena adalah :

a. Rantai utama diambil dari rantai terpanjang yang mengandung ikatan


rangkap

b. Penomoran atom karbon dimulai dari ujung yang paling dekat dengan
ikatan rangkap

c. Nama Ikatan rangkap diberi nomor untuk menunjukan letaknya

d. Cara penulisan dan penamaan cabang sama dengan alkana

e. Urutan penamaan alkena : nomor cabang –nama cabang –nomor ikatan


rangkap-nama rantai utama

(Sudarmo, Unggul. 2013. Kimia untuk SMA/MA Kelas XI. Surakarta:


Erlangga)

23. Diketahui beberapa senyawa hidrokarbon sebagai berikut


1) C4H8
117

2) C9H16
3) C3H4
4) C6H10
5) C2H6
Berdasarkan data di atas, urutan senyawa akuna dari titik didih terendah ke yang
paling besar adalah….
A. 1), 2) dan 3)
B. 1), 3) dan 4)
C. 2), 4) dan 5)
D. 3), 4) dan 2)
E. 5), 3) dan 1)
Jawaban : D. 3), 4) dan 2)
Pembahasan :
1) C4H8 (Alkena)
2) C9H16 (Alkuna)
3) C3H4 (Alkuna)
4) C6H10 (Alkuna)
5) C2H6 (Alkuna)
( Watoni, Haris, 2014. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI Kelompok Peminatan
Mateatika dan Ilmu – Ilmu Alam. Yrama Widya : Bandung)

24. Jenis reaksi yang terjadi pada kedua persamaan reaksi tersebut berturut-turut
adalah…
A. Adisi dan eleminasi
B. Substitusi dan adisi
C. Eleminasi dan adisi
D. Substitusi dan eleminasi
E. Adisi dan substitusi
Jawaban : B
118

Pembahasan :
Reaksi substitusi adalah reaksi pergantian suatu atom oeh atom yang
lain.Raksi adisi adalah reanksi pengubahan iktan rangkap menjadi ikatan
tunggal.

( Watoni, Haris, 2014. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI Kelompok Peminatan


Mateatika dan Ilmu – Ilmu Alam. Yrama Widya : Bandung)

25. Sebutkan nama senyawa berikut:


(CH3)2CH – C ≡ C – CH(CH3)2, CH≡ C – CH(CH3)2, (CH3)3C – C ≡ C – CH2 – CH3
A. 2,5–dimetil–3–Heksuna, 3–metil–1–Butuna, 2,2–dimetil–3–Heksena
B. 2,5–dimetil–3–Heksuna, 3–metil–1–Butena, 2,2–dimetil–3–Heksuna
C. 2,5–dimetil–3–Heksana, 3–metil–1–Butana, 2,2–dimetil–3–Heksana
D. 2,5–dimetil–3–Heksuna, 3–metil–1–Butuna, 2,2–dimetil–3–Heksuna
E. 2,5–dimetil–3–Heksena, 2–metil–2–Butuna, 2,2–dietil–3–Heksuna
Jawaban:D.2,5–dimetil–3–Heksuna,3–metil–1–Butuna, 2,2–dimetil–3–Heksu
na
Pembahasan:

1 2 3 4 5 6

a. CH3 –CH – C ≡ C – CH– CH3

CH3 CH3

Namanya: 2,5–dimetil–3–Heksuna

1 2 3 4

b. CH≡ C – CH–CH3

CH3
119

1 2 3 4 5 6

Namanya: 3–metil–1–Butuna

CH3

c. CH3 – C – C ≡ C – CH2 – CH3

CH3

1 2 3 4 5 6

Namanya: 2,2–dimetil–3–Heksuna

( Watoni, Haris, 2014. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI Kelompok Peminatan


Mateatika dan Ilmu – Ilmu Alam. Yrama Widya : Bandung)

26. Senyawahidrokarbonalifatikjenuhmemilikirumus C6H14. Berapakahjumlah isomer


yang mungkinbagisenyawaini?sebutkannamasenyawa-senyawa yang mungkin.
Jawab :memiliki 5 isomer. Namasenyawa, n-heksana, 2-metil pentane, 3-
metilpentana, 2,2-dimetilbutana, dan 2,3-dimetilbutana
Pembahasan:
1) CH3-CH2- CH2- CH2- CH2-CH3 ( n-heksana)
2) CH3-CH- CH2- CH2-CH3 (2-metilpentana)
CH3
3) CH3-CH2- CH- CH2-CH3 (3-metilpentana)
CH3
CH3
4) CH3-C- CH2- CH2-CH3 (2,2-dimetilbutana)
CH3
CH3
5) CH3-CH- CH- CH2-CH3 (2,3-dimetilbutana)
120

CH3
Jadi, C6H14 memiliki 5 isomer

(HarisWatoni, A. 2014. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI ( Perminatan). Bandung:


Yrama Widia)

27. Atom C manakahdalamsenyawaberikut yang disebutsebagai C asimetris

CH3-CH2(a)- CH(b)- CH2(c)-CH2(d)- CH3(e)


CH3
A. (a)
B. (b)
C. (c)
D. (d)
E. (e)

Pembahasan:

C(a),C(c),dan C(d) bukan C asimetris, karenaketiganyamengandungduagugus


yang sama (2H). C(e)jugabukan C asimetris, karena atom C inimemiliki 3 gugus yang
sama (3H). Jadi, C(b) sebagai atom C asimetris,karena atom C inimemiliki 4 gugus
yang berbeda, yaitugugus -CH2CH3 (etil), gugus –H -CH2CH2CH3 (propil), dangugus
–CH3 (meti).

(HarisWatoni, A. 2014. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI ( Perminatan). Bandung:


Yrama Widia)

28. Manakahdarisenyawa-senyawahidrokarbondenganrumus-rumusberikut yang


memilikipasangan enantiomer?
(a) 2,3-dimtilbutana
(b) 2,3,4-trimetilpentana
(c) 2,4-dimetilheksana
121

(d) 2,4,4-trimetilheksana
Pembahasan :
Senyawa dengan 1atom C asimetris pasti memiliki pasangan
enantiomer. Keempat senyawa memilki struktur sebagai berikut.

(a) CH3-CH- CH- CH2-CH3


CH3 CH3
(b) CH3-CH- CH- CH-CH3
CH3CH3CH3
(c) CH3-CH- CH2- CH-CH2-CH3
CH3 CH3
CH3
(d) CH3-CH2- CH- C-CH3
CH3 CH3
Senyawa (c) memiliki 1 at0m C asimetris (C nomor 4), sehingga ini memiliki
pasangan enantiomer. Senyawa (a), (b), dan (d) tidak memilki C asimetris, sehingga
ketiga senyawa ini tidak memiliki pasangan enantiomer.

(HarisWatoni, A. 2014. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI ( Perminatan). Bandung:


Yrama Widia)

29. Adanya senyawa karbon dalam suatu zat dapat diketahui dengan cara membakar
zat tersebut. Jika zat mengandung sneyawa karbon, pembakaran sempurna zat
akan menghasilkan ....
a. Gas oksigen
b. Gas karbon dioksida
c. Gas karbon monoksida
d. Air kapur
e. Endapan kapur
122

Pembahasan :

Pembakaran tidak sempurna dari senyawa karbon akan


menghasilkanupa arang (jelaga) atau karbon. Sedangkan bila pembakaran
berlangsung sempurna, akan menghasilkan gas CO2.

30. Hidrokarbon jenuh dan semua ikatan yang ada merupakan ikatan kovelen yang
sempurna disebut juga ....
a. Alkana
b. Alkena
c. Alkuna
d. Alkil
e. Aril

Pembahasan :

Alkana adalah hidrokarbon jenuh dan semua ikatan yang ada


merupakan ikatan kovelen yang sempurna.

31. Dari reaksi berikut yang manakah  senyawa hidrokarbon yang mengalami
pembakaran sempurna :
a.      C2H8 + 3 O2 → 2 CO + 4 H2O
b.      C2H4 + 3 O2 → 2 CO2 + 2 H2O

Pembahasan :

Pembakaran sempurna  pada senyawa hidrokarbon akan


menghasilkan CO2 dan H2O jadi yang mengalami pembakaran sempurna
adalah pada reaksi b. C2H4 + 3 O2 → 2 CO2 + 2 H2O seperti yang kita lihat
pada reaksinya menghasilkan CO2 dan H2O sedangkan pada reaksi a. C2H8 + 3
O2 → 2CO + 4H2O tidak mengalami pembakaran tidak sempurna karena pada
hasil reaksinya tidak menghasilkan CO2 dan H2O melainkan CO dan H2O.
123

32. Alkana yang tidak mengandung lima atom karbon adalah..


a. n-pentana
b. 2-metil butana
c. Isopentana
d. 2-metil pentana
e. 2,2 dimetilpropana

Pembahasan :

2- metilpentana

Ada 6 atom karbon C6H14

33. Nama yang memenuhi aturan tatanama alkana adalah…


a. 1,4 – dimetilheptana
b. 4 – etil – 5- metil heptana
c. 3,4 – dietil heksana
d. 3,3,6 – trimetil heptana
e. 1,3 – dimetil heksana

Pembahasan :

CH3-CH2-CH2-CH-CH2-CH

C2H5 C2H5

3,4 – dietil heksana

34. Pernyataan berikut yang tepat adalah…


124

a. Semakin rendah bilangan oktan maka bensin makin baik


b. Semakin tinggi bilangan oktan maka bensin makin baik
c. Bilangan oktan premium lebih besar dari pertamax
d. Pertamax plus mempunyai bilangan oktan diatas 100
e. Bilangan oktan dapat dinaikkan dengan menaikkan n-heptana

Pembahasan :

Bensi adalah salah satu fraksi minyak bumi yang digunakan untuk
bahan bakar kendaraan bermotor, mobil atau mesin lain. Bensin merupakan
perpaduan dua senyawa yaitu n-heptana dan isooktana. \

Bilangan oktan adalah bilangan yang menunjukkan persentasi


isooktana terhadapa n- heptana. Jika bilangan oktan 80 artinya 80% isooktana
dan 20% n-heptana. Makin besar bilngan oktan kualitas bensin makin baik
begitu sebaliknya.

Jawaban : B

35. Asap kendaraan bermotor antara lain mengandung gas CO, CO2, uap air, sisa
hidrokarbon, dan partikel timah hitam. Bahan yang sangat berbahaya bagi
kesehatan manusia adalah...
a. CO dan CO2 c. CO2 dan sisa hidrokarbon
b. CO dan uap air d. CO dan partikel timah hitam
PEMBAHASAN
Zat yang berbahaya bagi manusia adalah CO dan CO2 selain
bentuknya yang bersifat gas, gas ini juga bisa masuk kedalam paru-paru
manusia dan berikatan dengan darah manusia sehingga fungsi kerja darah
terganggu yang dapat menyebabkan kelaaian pada sistem organ manusia.

36. Nama yang tepat untuk senyawa dibawah ini adalah ....
125

CH3
CH3 – CH – CH – CH2 – CH – CH
C2H5 C2H5

Jawab : 3,4,6-trimetil-oktana
Pembahasan : cabang terletak pada nomor 3,4,6 dan rantai terpanjang berjumlah 8
atom C

CH3
CH3 – CH – CH – CH2 – CH – CH
C2H5 C2H5

37. Atom karbon sekunder tidak terdapat dalam senyawa alkana ...
a. (CH3)2CHCH2CH3
b. CH3CH2CH3
c. (CH3)2CHCH2CH(CH3)2
d. (CH3)3CHCH3
e. (CH3)3CCH(CH3)2
Jawaban: e
Pembahasan :
Karbon sekunder adalah karbon yang berikatan dengan 2 atom karbon lainnya
dan yang tidak memiliki karbon sekunder adalah (CH3)3CCH(CH3)2

CH3 CH3
CH3 – C – CH2 – CH3
CH3
126

38. Rumus kimia senywa hidrokarbon berikut yang merupakan rumus kimia alkana
adalah ....
a. C3H4
b. C4H6
c. C5H12
d. C6H8
e. C7H12
Jawab : C.
Pembahasan : senyawa alkana mempunyai rumus fungsi :
CnH2n+2
Maka yang termasuk senyawa alkana adalah C5H12 (pentana )

39. Perhatikan kelompok senyawa hidrokarbon berikut


a. C2H2, C3H4, dan C4H6
b. C2H4, C3H6, dan C4H8
c. C2H4,C3H8, dan C4H10
d. C2H6, C3H8, dan C4H6
Yang merupakan pasangan kelompok senyawa tidak jenuh adalah…
Jawab: a dan b
Pembahasan:
Senyawa tidak jenuh memiliki ikatan rangkap 2 dan 3, yaitu golongan
alkena dan alkuna. Golongan alkena (CnH2n), yaitu C2H4, C3H6, dan C4H8.
Golongan alkuna (CnH2n-2), yaitu C2H2, C3H4 dan C4H6.

40. Table berikut menunjukkan massa jelaga yang dihasilkan dari pebakaran 1 kg
beberapa jenis bahan bakar bensin.

Jenis Bahan Bakar Massa


127

1 0,07
2 1,18
3 7,21
4 5,87
5 0,98

Bahan bakar yang diperkirarakan memilki bilanan oktan paling rendah adalah
a. 1 c. 3 e. 5
b. 2 d. 4
Jawaban : C
Pembahasan
Bahan bakar yang memiliki bilangan oktan paling rendah menghaslka
jelaga paling banyak karena bensin beroktan rendah juga memiliki kualitas
rendah. Bensin beroktan rendah pembakarannya tidak sempurna sehingga
menghasilkan bnayak jelaga.
41. Data hasil penyulingan tingkat minyak bumi sebagai berikut.

NO Jumlah Atom Titik


Didih
1. C1-C4 <40
2. C5-C10 40-180
3. C11-C12 160-
4. C13-C25 250
5. C26-C28 220-
350
>350
Fraksi yang digunakan untuk bahan bakar motor ditunjukan oleh nomor ...
a. C1-C4 c. C11-C12
b. C5-C10 d. C26-C28

Jawaban : C5-C10
128

Pembahasan :
Fraksi yang digunakan untuk bahan bakar motor adalah fraksi bensin (
gasoline ) yaitu hidrokarbon dengan C5-C10

BAB III
TERMOKIMIA
Materi Prasyarat
1. Ilmu Kimia
Siswa sudah memahami tentang ilmu kimia tepatnya pada materi partikel zat,
struktur, dan sifat-sifat zat serta perubahan kimia yang akan menjadi dasar
dalam mempelajari perubahan energi yang menyertai reaksi kimia.
2. Stoikiometri
Sebelum mempelajari termokimia siswa harus mempelajari dulu
stoikiometri, yaitu pada persamaan reaksi penentuan mol dan sejenisnya,
karna di termokimia siswa dituntut bisa untuk menyelesaikan persamaan dan
perhitungan kimia.
3. Hidrokarbon
Siswa perlu memahami materi hidrokarbon khususnya dimateri alkana,
alkena dan alkuna.
4. Minyak bumi
129

Siswa perlu memahami materi Minyak bumi untuk mempelajari


persamaan termokimia.

MULTIPLE RESPRESENTASI
A. Reaksi Antara Logam Aluminium Dan Bromin (Albr3)
1. Simbolik
Aluminium Bromida (AlBr3)
Al+3(s) + Br-(l)  AlBr3 (s)

2. Makroskopis
Aluminium (Al) adalah logam aktif seperti yang ditunjukkan pada
harga potensial reduksinya dan tidak ditemukan dalam bentuk unsur di
alam. Sedangkan bromin (Br) merupakan unsur halogen yang mempunyai
warna coklat kemerahan yang berwujud cair pada suhu kamar.

3. Mikroskopis

B. NaOH
1. Simbolik: NaOH
2. Makroskopis: zat padat putih, massa molar 39,9971 g/mol, densitas 2,1
g/cm³, titik lebur 318°C (591 K), titik didih 1390°C (1663 K)
3. Mikroskopis:
130

C. Karbon monoksida
1. Simbolik: CO2
2. Makroskopis: Berbentuk gas pada suhu ruang, besar entalpi standar
pembentukaannya adalah ∆Ho = -393,5 kJ/mol
3. Mikroskopis:

D. HCl
1. Simbolik: HCl
2. Makroskopis: Cairan tak berwarna sampai kuning pucat. Titik lebur
-27,32 0C, dan titik didih 110 0C
3. Mikroskopis:

E. Karbondioksida
1. Simbolik : CO2
2. Makroskopis : Karbon dioksida (rumus kimia: CO2) atau zat asam arang
adalah sejenis senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang
terikat secara kovalen dengan sebuah atom karbon. Ia berbentuk gas pada
keadaan temperatur dan tekanan standar dan hadir di atmosfer bumi. Rata-
131

rata konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi kira-kira 387 ppm


berdasarkan volume [1] walaupun jumlah ini bisa bervariasi tergantung
pada lokasi dan waktu. Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang
penting karena ia menyerap gelombang inframerah dengan kuat.
3. Mikroskopis :

F. Alkohol
1. Simbolik :

2. Makroskopis : Berbau, mudah menguap, titik didih 65-75C, tidak


berwarna, mudah terbakar
3. Mikroskopi

G. Gas Dalam Tabung Elpiji


1. Simbolik : (C3H8), (C4H10)
2. Makroskopis : Cairan dan gasnya sangat mudah terbakar, Gas tidak
beracun, tidak berwarna dan biasanya berbau menyengat, Gas dikirimkan
sebagai cairan yang bertekanan di dalam tangki atau silinder, Cairan dapat
menguap jika dilepas dan menyebar dengan cepat, Gas ini lebih berat
dibanding udara sehingga akan banyak menempati daerah yang rendah.
Tekanan di mana elpiji berbentuk cair, dinamakan tekanan uap-nya, juga
132

bervariasi tergantung komposisi dan temperatur; sebagai contoh,


dibutuhkan tekanan sekitar 220 kPa (2.2 bar) bagi butana murni pada 20
°C (68 °F) agar mencair, dan sekitar 2.2 MPa (22 bar) bagi propana murni
pada 55 °C (131 °F).
3. Mikroskopis :

MISKONSEPSI

1. Dalam buku Sentot Budi Rahardjo, 2017 menjelaskan secara sistematis dan
terperinci mengenai materi “Termokimia”, baik dalam segi urutan materi
maupun pemahaman materi . Hanya saja pada buku ini tidak tercantum jenis
persamaan reaksi “entalpi peleburan standar dan entalpi penguapan
standar”, Sedangkan buku Haris Watoni, 2014 ini tidak membahas materi
mengenai “Terokimia” secara sistematis, namun dapat melengkapi buku
Sentot Budi Rahardjo, 2017 menjadi lebih sempurna.
2. Pada buku Sentot Budi Rahardjo terbitan platinum tidak menjelaskan
pengertian dari energy, sedangkan pada buku Unggul Sudarmo penerbit
erlangga menjelaskan tentang pengertian energi sehinga siswa sulit
memahami materi lanjut karena tidak mengerti maksud dari energi.
3. Pada buku Sentot Budi Rahardjo terbitan platinum materi sistem dan
lingkungan dijelaskan secara umum, sedangkan pada buku Unggul Sudarmo
terbitan erlangga materi sistem dan lingkungan dijelaskan dengan pembagian-
133

pembagiannya, sehingga siswa yang menggunakan buku sentot pengethuanny


terbatas mengenai materi sistem dan lingkungan.
4. Pada buku Sentot Budi Rahardjo terbitan platinum terdapat multiple
representasinya yang lumayan banyak, sedangkan pada buku Unggul Sudarmo
terbitan erlangga multiplenya sedikit, sehingga siswa lebih tertarik untuk
membaca buku sentot dibandingkan buku unggul.
5. Pada buku yang disusun oleh Tine Maria Kuswati, dkk, materi tentang Energi
berbeda subbab dengan Entalpi, materi Entalpi bergabung menjadi satu
subbab dengan Peubahan Entalpi. Sedangkan pada buku Masmedia, materi
Energi digabungkan menjadi satu subbab dengan Entalpi, sehingga penjelasan
materi tentang Entalpi tidak terlalu diperinci.
6. Pada buku yang disusun oleh Tine Maria Kuswati, dkk, banyak dijumpai
multipel representasinya, sedangkan pada buku Masmedia multipel
respresentasinya sangat sedikit.
7. Pada buku Unggul tidak membahas mengenai entalpi molar lain, seperti
entalpi penetralan, peleburan, penguapan, dan pelarutan.
8. Pada buku Unggul pada kalorimetri tidak membahas tentang calorimeter
sederhana yang bisa dibuat gelas stiroforam (misalnya).
9. Pada buku Aas Saidah dan Michael Purba tidak membahas tentang energi
ikatan seperti pada buku Unggul sehingga buku kurang satu materi.
10. Pada buku Unggul tidak membahas tentang asas kekekalan energi seperti
yang dijelaskan pada buku Aas Saidah dan Michael Purba.
134

MATERI TERMOKIMIA

A. Energi dan Kalor


Secara ilmiah, energi didefenisikan sebagai kemampuan untuk melakukan
kerja. Kerja didefenisikan sebagai aksi gaya melalui jarak tertentu. Ada bermacam –
macam energi, seperti energi potensial, energi kinetik, energi kimia, dan energi panas.
Jumlah berbagai energi yang terdapat dalam suatu bahan disebut Energi Dalam. Suatu
enrgi dapat berubah dari bentuk energi yang satu kebentuk yang lain, tetapi tidak ada
energi yang hilang. Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak dapat
diciptakan atau dimusnahkan tetapi energi dapat berubah bentuk dari bentuk energi
yang satu kebentuk energi yang lain.
Contohnya, energi cahaya mataharidiubah menjadi energi kimia berupa
karbohidrat. Karbohidrat diubah oleh manusia atau hewan menjadi energi panas
kembali, setelah dicerna, sehingga tubuh manusia dan hewan tetap hangat. 49 Energi
tidak dapat diukur tetapi perubahannya lah yang dapat diukur dalam bentuk kalor dan
kerja yang secara matematik dirumuskan sebagai berikut :

49
Sentot Budi Raharjo, Kimia Berbasis Eksperimen, (Solo, PT.Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2014), hal.1-2
135

∆U =q+w
∆U = Perubahan energi dalam sistem
q = Panas yang masuk / keluar dari sistem
w = Usaha yang dilakukan terhadap sistem50
Energi bukan suatu materi, tetapi sesuatu yang dapat dimiliki oleh materi yang
memungkinkan suatu objek berpindah, berubah, atau menyebabkan objek lain untuk
berpindah. Setiap perubahan kimia dan perubahan fisika disertai dengan perubahan
energi. Sebagai contoh, pembakaran bahan bakar menghasilkan perubahan energi
bahan bakar mobil dan energi listrik. Tubuh kita menggunakan energi yang
dilepaskan dalam metabolisme untuk menggerakkan proses-proses biokimia dalam
tubuh.
Ada dua jenis energi yang dimiliki oleh suatu objek, yaitu energi kinetik dan
energi potensial.
Energi kinetik (EK) adalah energi yang dimiliki oleh suatu objek yang
bergerak. Energi ini bergantung pada massa dan kecepatan. Hubungan antara energi
kinetik dengN massa (m) dan kecepatan (v) dinyatakan dengan persamaan:
EK= 1/2mv2
Energi potensial ( EP ) adalah energi yang dimiliki oleh suatu objek yang
dapat diubah menjadi energi kinetik, disebut juga sebagai energi yang tersimpan.
Sebagai contoh, jika kita menyembunyikan alarm jam, energi potensial diubah
menjadi energ kinetik untuk menggerakkan kerja mekanik jam.
Menurut hukum konservasi energi, energi tak dapat diciptakan atau
dimusnahkan, tetapi hanya berubah bentuj. Sebagai contohnya, energi potensial
dapat berubah menjadi energi kinetik ketika suatu benda mengalami perpindahan.
Bahan kimia juga memiliki energi potensial yang disebut sebagai energi kimia.
Ketika suatu reaksi kimia terjadi, energi kimia yang dimiliki oleh suatu zat yang
terlibat dalam reaksi akan dilepaskan atau reaksi tersebut mungkin disertai dengan
penyerapan energi.
50
Sentot Budi Rahardjo, 2017 Op. Cit., hal. 65.
136

Dalam sistem SI, satuan energi diturunkan dari satuan joule (dilambangkan
dengan Jumlah). Satuan ini berkaitan dengan besarnya energi kinetik ayang dimiliki
oleh 2 kilogram benda yang bergerak dengan kecepatan 1 meter per detik. Dengan
menggunakan persamaan energi kinetik, EK= ½ mv2, maka:
1m
1 J= ½ (2 kg)( ¿2
1s
Jadi, 1 Jadi = 1 kg m2 s-2
Satuan energi yang lain adalah kalori ( disingkat kal ) yang didefinisikan
sebagai energi yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 gram air sebesar 1 oC. Dalam
sistem SI, 1 kal = 4, 184 Jadi. Karena 1 kkal = 1.000 kal, maka 1 kkal = 4,184 kJ.51
1. Sistem dan Lingkungan
Sistem adalah bagian dari alam semesta yang ingin dipelajari,
sedangkan yang diluar sistem disebut lingkungan. Suatu sistem dapat berskala
besar atau kecil, misalnya bumi yang kita tempati ini atau suatu atom. Contoh
lain, tabung reaksi yang didalamnya terdapat 5 mL larutan NaOH 0,1 M.
Larutan NaOH sebagai sistem, sedangkan tabung reaksi dan udara diluarnya
sebagai lingkungan.
Setiap sistem kimia mempunyai sejumlah energi yang besarnya
bergantung pada keadaan sistem, yaitu keadaan fisik masing – masing zat
( gas, padat, cair ), jumlah zat, temperatur, dan tekanan. Energi itu disebut
sebagai Energi Dalam.52
Perlu diingat bahwa panas adalah energi yang dipindahkan dari satu
objek ke objek lain dengan suhu yang berbeda. Sebagai contoh, panas akan
mengalir dari secangkir kopi ke lingkungan mencapai suhu yang sama
(kesetimbangan termal). Dalam proses ini, suhu kopi berkurang dan Suhu
lingkungan bertambah.

51
Haris Watoni, Op. Cit., hal. 65-66
52
Sentot Budi Rahardjo, 2017, Op. Cit., hal. 67
137

Energi yang ditransfer dalam bentuk panas berasal dari energi dalam
( internal ) objek. Energi dalam (E) adalah jumlah energi dari semua partikel
yang ada dalam sampel materi. Dalam mempelajari perubahan fisika maupun
perubahan kimia, yang menjadi perhatian adalah perubahan energi dalam (∆E)
yang menyertai suatu proses yang didefinisikan sebagai:

∆E = E akhir - E awal

Perubahan energi ini dapat terjadi karena adanya perpindahan energi


dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya, sistem adlaah bagian khusus dari
alam yang menjadi pusat pengamatan, misalnya reaksi kimia. Lingkungan
adalah bagian dari alam yang berada di luar sistem. Berdasarkan perpindahan
materi dan energi yang mungkin terjadi antara sistem dengan lingkungan,
sistem dibagi menjadi tiga, yaitu sistem terbuka, sistem tertutup, dan sistem
terisolasi. Ketiga sistem ini memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Sistem Terbuka
Sistem terbuka adalah suatu sistem yang memungkinkan
terjadinya perpindahan kalor dan zat (materi) antar lingkungan
dengan sistem. Antara sistem terbuka dengan lingkungan, baik
energi maupun materi dapat keluar – masuk.
Contoh reaksi antara logam magnesium dengan asam
klorida encer yang dilakukan pada tabung reaksi yang terbuka.
Reaksi:
Mg(s) + 2HCl(aq) MgCl2(aq) + H2(g)
b. Sistem tertutup
Sistem tertutup adalah suatu sistem yang memungkinkan
terjadinya perpindahan kalor antara dan lingkungan, tetapi tidak
dapat terjadi pertukaran materi. Antara sistem tertutup dengan
lingkungan hanya dapat terjadi perpindahan energi.
138

Contoh: Jika antara reaksi logam magnesium dengan asam


klorida encer dilakukan pada tabung reaksi yang tersumbat dengan
rapat, gas hidrogen di dalam sistem tidak dapat meninggalkan
sistem. Akan tetapi perambatan kalor meninggalkan sistem tetap
terjadi melalui dinding tabung reaksi
c. Sistem terisolasi
Sistem terisolasi merupakan suatu yang tidak
memungkinkan terjadi perpindahan kalor dan materi antara sistem
dengan lingkungan.53 Antar sistem terisolasi dengan lingkungan,
baik materi maupun energi tidak dapat keluar-masuk. Contoh : Jika
reaksi antara logam magnesium dan asam klorida encer dilakukan
di dalam suatu tempat tertutup rapat atau terisolasi misalnya di
dalam penyimpan air panas atau termos. Pada umumnya reaksi
kimia banyak dilakukan di dalam sistem yang terbuka.54
Dalam reaksi kimia, E akhir-akhir adalah energi internal produk reaksi
dan Eawal adalah energi internal pereaksi, sehingga perubahan energi internal
dapat dinyatakan sebagai:
∆E = Eproduk - Epereaksi
Berarti, jika suatu sistem menyerap energi dari lingkungan nya, E akhir >
Eawal sehingga ∆E bernilai positif. Sebaliknya, jika sistem melepaskan energi
ke lingkungan, Eakhir > Eawal sehingga ∆E bernilai negatif.
2. Panas Reaksi, Kapasitas Panas, dan Panas Jenis
Panas atau kalor adalah energi termal dalam satuan joule atau J. Panas
reaksi dpat diukur dari perubahan suhu yang terjadi dalam suatu proses.
Berdasarkan eksperimen, perubahan suhu (∆T) berbanding lurus dengan
jumlah panas yang diserap (dilambangkan dengan q), sesuai dengan
persamaan:
q = CT
53
Unggul Sudarmo, 2016, Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI , Erlangga:Jakarta, hal. 60-61
54
Unggul Sudarmo. 2014. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI. Surakarta: Erlang, hal. 58
139

dengan C adalah tetapan perbandingan yang disebut sebagai kapasitas panas


dengan satuan J°C-1.
Kapasitas panas adalah besarnya energi yang diperlukan untuk
menaikkan suhu suatu objek sebesar 1°C. Kapasitas panas bergantung pada
dua faktor, yaitu ukuran dan bahan sampel. Sebagai contoh, panas yang
diperlukan untuk menaikkan suhu sebesar 1°C dari sampel air dan sampel besi
adalah berbeda.
Jika 10 gram air harus menyerap energi panas sebesar 41,8J agar
terjadi kenaikan suhu 1,00 °C, kapasitas panas sampel air adalah:
Cair = q/∆T = 41, 8J/1, 00 °C = 41, 8J/°C
Disisi lain, 100 g air harus menyerap energi panas sebesar 418 J agar
terjadi kenaikan suhu 1,00 °C. Kapasitas panas untuk sampel ini adalah:
Cair = q/∆T = 418 J/1, 00°C = 418J/°C
Jadi, kapasitas panas naik 10 kali lipat jika massa air diperbesar 10
kali. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas panas berbanding lurus dengan
massa (m) sampel,
C = c. m

Dengan c adalah kapasitas panas spesifik atau kalor jenis (panas


spesifik). Karena kapasitas panas bersatuan J/°C dan massa bersatuan gram,
maka panas jenis bersatuan J/g °C atau J g-1 °C-1. Satuan ini menunjukkan
bahwa panas jenis adalah besarnya panas yang diperlukan untuk menaikkan
Suhu dari 1 gram zat sebesar 1°C.
Dengan menggabungkan persamaan C = m.c dan q = C∆T, diperoleh
persamaan:
q= m.c.∆T

Persamaan ini digunakan untuk menghitung kalor jenis air. Informasi


diatas menyatakan bahwa 10,0 gram air memerlukan 41,8 J untuk menaikkan
suhu 1,00°C. Dengan demikian,
140

C = q/m∆T = 41,8J/(10, 0 g) (1, 00g °C) = 4, 18 J g-1°C


Karena 1 kal = 4,184 J, maka kalor jenis air menyatakan dalam kalori adalah:

c = 1,00 kal g-1°C-1 (untuk H2O)

Setiap zat memiliki kalor jenis tersendiri. Air memiliki kalor jenis
yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan zat-zat yang lain. Oleh karena itu,
untuk pemanasan maupun pendinginan air diperlukan waktu yang lebih lama
dari pada zat yang lain. Itulah sebab nya, air dapat digunakan sebagai
pendingin.
Kapasitas panas juga dapat dinyatakan sebagai kapasitas panas molar,
yaitu jumlah panas yang diperlukan untuk mengubah suhu 1 mol zat sebesar
1°C.
q
Kapasitas panas molar=
mol x ∆ T

Kapasitas panas molar sama dengan kalor jenis kali massa molar (Mm)
dan memiliki satuan J mol-1°C-1 atau J mol-1K-1.
Panas adalah energi yang diberikan dari satu objek ke objek yang lain.
Panas yang hilang dari satu objek (q1) ditangkap oleh objek yang lain (q2).
Untuk menunjukkan arah aliran panas, maka panas yang hilang diberi tanda
negatif dan panas yang ditangkap diberi tanda positif. Dengan demikian,

-q1 = q2

Sebagai contoh, ketika secangkir teh panas berangsur-angsur menjadi


dingin, terjadi perpindahan panas dari teh ke lingkungan, sehingga.55

3. Kalor Reaksi -qteh = qlingkungan

55
Haris Watoni, Op.Cit., hal. 67-70
141

Kalor reaksi adalah kalor yang berpindah dari sistem kelingkungan


atau dari lingkungan ke sistem agar temperatur sistem sesudah reaksi sama
dengan temperatur sistem sebelum reaksi.
a. Reaksi Eksoterm
Perhatikan reaksi antara larutan HCl dengan larutan NaOH.
Temperatur larutan (sebagai sistem) akan naik yang akhirnya akan
kembali seperti semula. Temperatur awal dapat dicapai kembali karena
terjadi perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan. Reaksi yang
mengakibatkan terjadinya perpindahan kalor (q) dari sistem kelingkungan
disebut Reaksi Eksoterm.
Contoh reaksi eksotermik adalah reaksi antara logam aluminium
dan bromin membentuk aluminium bromida ( AlBr3 ) pada seperti yang
ditunjukkan pada gambar
Bromin menguap menghasilkan uap berwarna cokelat. Reaksi
eksotermik antara bromin dan aluminium menyebabkan uap cokelat yang
terbentuk makin banyak. Reaksi yang terjadi adalah :
2Al(s) + 3Br2(l) → 2AlBr3(s)
b. Reaksi Endoterm
Peristiwa yang berbeda terjadi pada reaksi antara amonium
karbonat [( NH4 )2CO3] dengan asam asetat (CH3COOH) pekat.
Temperatur larutan yang turun akhirnya juga akan kembali seperti
temperatur semula. Temperatur awal dicapai kembali karena perpindahan
kalor dari lingkungan ke sistem. Reaksi yang mengakibatkan terjadinya
perpindahan kalor (q) dari lingkungan ke sistem disebut Reaksi Eksoterm.
Banyaknya kalor (q) yang lepas atau diterima oleh suatu sistem
sama dengan massa sistem (m) dikalikan kapasitas panas (c) dan kenaikan
atau penurunan tempertatur, ∆T.56

q = m.c.∆T
56
Sentot Budi Rahardjo,2017, Op. Cit., hal. 67-69
142

4. Perubahan Entalpi
a. Hukum Pertama Termodinamika Energi Dalam
Hukum I termodinamika pada dasarnya merupakan hukum
kekekalan energi, yang menyatakan energi dapat diubah dari bentuk satu
ke bentuk yang lain, tetapi energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan.
Penjelasan dan pembuktian konsep ini tidak dapat dilakukan dengan
mengukur seluruh energy alam semesta, sebab untuk menentukan nilai
total energi dari secankir kopi saja tidak bisa. Oleh karena itu, yang dapat
dilakukan adalah mengukur energi berdasarkan keadaan awal dan keadaan
akhir selama proses berlangsung dalam sistem tersebut.
Jika dalam suatu sistem terjadi perubahan dan dalam perubahan
tersebut terjadi penyerapan kalor, sebagian energi kalor yan diserap
digunakan untuk melakukan kerja (w). Misalnya, pada pemuaian gas,
kerja tersebut diunakan untuk melawan teanan udara disekitarnya.
Sebagian lain dari eneri tersebut disimpan dalam sistem, yang digunakan
untuk gerakan-gerakan atom-atom atau molekul-molekul, serta mengatur
interaksi antar molekul tersebut. Bagian energi yang disimpan ini disebut
dengan energi dalam (E).
Energi dalam sistem tidak dapat diukur, tetapi dapat diketahui
besar perubahannya dari proses yang terjadi. Lalu, apa yan dimaksud
dengan energi dalam? Energi dalam sistem merupakan fungsi keadaan,
atrinya besar perubahan energi dalam merupakan funsi keadaan, artinya
besar perubahan energi dalam sistem (∆E) hanya tergantung pada keadaan
awal dan keadaan akhir, yang dihitung dari energi dalam adalah sesudah
dan sebelum proses berlangsung.

∆E = E2 – E1
143

Dengan E1 dan E2 secara berturut-turut adalah energi dalam sistem


pada keadaan awal dan keadaan akhir.
Pusat perhatian dalam reaksi kimia adalah proses perubahan energi
yang terjadi pada sistem, bukan pada lingkungan. Besar perubahan energi
dalam suatu sistem reaksi kimia merupakan jumlah perpindahan kalor dan
kerja.

∆E = q + w

Jika sistem menyerap kalor, q bernilai positif, sedangkan jika sistem


mengeluarkan kalor, q bernilai negatif, sedangkan jika sistem dikenal kerja
oleh lingkungan, w bernilai positif.57
Untuk mendidihkan air 1 liter dengan air 5 liter, digunakan bahan
bakar minyak yang berbeda jumlahnya. Hal itu disebabkan minyak
mengandung isi kalor tertentu. Banyaknya kalor yang dipergunakan untuk
menaikkan temperatur 1 0C bagi 1 gram air disebut 1 kalori ( 1 kalori =
4,184 joule ). Jika reaksi berlangsung pada tekanan tetap dan dan pada
reaksi tersebut tidak ada usaha lain kecuali perubahan volume, kalor
reaksinya disebut Perubahan Entalpi dengan lambang ∆H.

Menurut perjanjian, untuk

Reaksi eksoterm, ∆H bertanda negatif (-)

Reaksi endoterm, ∆H bertanda positif (+)

b. Diagram Entalpi
Jika entalpi sistem sebelum reaksi ialah H A dan setelah reaksi HB
maka perubahan entalpinya :

∆H = HB - HA
57
Unggul Sudarmo, Op.Cit., hal.62
144

Untuk reaksi eksoterm, HA > HB maka ∆H berharga negatif.


Diagram entalpi reaksi eksoterm diilustrasikan pada gambar (A). Untuk
reaksi endoterm, HA < HB maka berharga positif. Diagram entalpi reaksi
endoterm diilustrasikan pada gambar (B).58

Gambar 2.1. Diagram entalpi eksoterm dan endoterm

(A) (B)
B. Pengukuran Panas Reaksi Pada Volume Atau Tekanan Tetap
Panas yang diserap atau dilepaskan dalam suatu reaksi kimia disebut panas
reaksi. Panas reaksi ditentukan melalui pengukuran perubahan suhu lingkungan
menggunakan calorimeter, yaitu suatu wadah (dengan kapasitas panas tertentu)
tempat terjadinya reaksi kimia. Perubahan suhu lingkungan merupakan akibat
terjadinya reaksi kimia. Metode penentuan panas reaksi ini disebut calorimeter.
Biasanya calorimeter dibuat untuk mengukur panas reaksi pada volume tetap (q), atau
tekanan tetap (qp) dalam ruang yang tertutup rapat. Perubahan panas ditentukan
melalui pengukuran perubahan suhu air diluar wadah tempat berlangsungnya proses
di dalam calorimeter.
Mengapa qv dan qp untuk reaksi yang melibatkan perubahan volume memiliki
nilai yang berbeda? Jika system (dalam hal ini adalah campuran gas) berkembang
melawan tekanan atmosfir, sistem melakukan kerja. Kerja system dalam ekspansi
melawan tekanan atmosfir sama dengan jumlah panas yang terlepas pada tekanan
tetap.

58
Sentot Budi Rahardjo, 2017, Op. Cit., hal. 71
145

Tanda minus menunjukkan bahwa energy dilepaskan oleh system. Dalam


system terbuka, kerja ekspansi, w, dapat dihitung dari hasil kali tekanan atmosfer dan
perubahan volume system:

w = -P ∆V

Dengan P adalah tekanan yang melawan piston dan ∆V adalah perubahan


volume system ( gas ) selama terjadi ekspansi. Karena Vakhir > Vawal, maka ∆V bernilai
positif sehingga w bernilai negative. Kerja yang dilakukan oleh system atau yang
diberikan pada system bergantung pada tekanan luar dan volume. Jika tekanan luar
tetap selama kerja berlangsung, banyaknya kerja yang bekerja sama dengan tekanan
kali perubahan volume.59
1. Perpindahan Energi
Dalam reaksi kimia, tanda minus pada transfer pada energy selalu
berarti bahwa system melepaskan energy. Jika kerja bernilai negative (kerja
ekspansi), system kehilangan energy dan lingkungan menangkap energy
tersebut dari system (sistem eksotermis), system kehilangan energy dan
lingkungan menerima energy dari system. Kedua kejadian ini menyebabkan
energy dalam (internal) turun.
Disisi lain, jika kerja bernilai positif (kerja kompresi), system
menerima energi dan lingkungan kehilangan energy (kerja dikenakan pada
system ). Jika panas bernilai positif (reaksi endotermis), system akan
menerima energy dan lingkungan kehilangan energy. Kerja dan panas yang
keduanya bernilai positif menyebabkan perubahan energy dalam bernilai
positif.
Kerja dan panas merupakan bentuk transfer energy. Hubungan antara
kerja w dan padas q dengan perubahan energy dalam (∆E) dinyatakan sebagai
hokum termodinamika pertama dengan persamaan:

∆E= q + w
59
Haris Watoni, Op. Cit., hal. 71-72
146

Prinsip transfer energi diterapkan pada kerja mesin mobil. Ketika


mesin dinyalakan, bensin yang terbakar menghasilkan gas yang mendorong
piston - piston dalam mesin dan memindahkan energinya ke roda-roda mobil
untuk bergerak.
2. Panas Pembakaran (Diukur dengan Kalorimeter pada Volume Tetap)
Panas yang dihasilkan dari reaksi pembakaran disebut panas
pembakaran. Karena reaksi pembakaran memerlukan oksigen dan
menghasilkan gas produk, maka pengukuran panas pembakaran harus
dilakukan dalam wadah tertutup. Alat ini disebut calorimeter bom karena
tabung tempat terjadinya reaksi menyerupai bom kecil. Bom ini memiliki
dinding yang kuat sehingga tidak terjadi perubahan volume (∆V=0) ketika
terjadi reaksi. Panas reaksi yang diukur dengan calorimeter bom adalah panas
reaksi pada volume tetap qv. Karena ∆V=0, maka p∆V=0, dengan demikian
∆E = qv.
Untuk analisis yang lebih teliti,kapasitas panas calorimeter harus
diketahui. Kapasitas panas kalorimeter ditentukan melalui penambahan panas
tertentu dan pengukuran kenaikan suhu calorimeter dan larutan didalamnya.
Kapasitas panas calorimeter kadang-kadang disebut sebagai tetapan
kalorimeter.
Dalam kalorimeter, pereaksi dan produk reaksi tidak ada yang keluar,
tetapi tetap didalam kalorimeter selama percobaan. Kalorimeter yang
demikian dapat digunakan untuk mengukur jumlah panas yang diserap atau
dilepaskan ketika reaksi berlangsung dalam larutan aqueous. Dalam hal ini,
pereaksi dan produk reaksi adalah system, sedangkan calorimeter dan larutan
(kebanyakan air) adalah lingkungan. Ketika reaksi terjadi, Panas yang
dilepaskan oleh reaksi = panas yang diterima oleh ( calorimeter + larutan ).
Kalorimeter bom digunakan oleh para ahli kimia makanan untuk
menentukan kandungan kalori dalam bahan makanan.Reaksi-reaksi
147

pengolahan makanan dalam tubuh berlangsung kompleks, tetapi reaksi-reaksi


ini memiliki keadaan awal dan akhir yang sama dengan reaksi pembakaran
makanan.
3. Entalpi ( Panas Reaksi Pada Tekanan Tetap )
Pada umumnya reaksi kimia yang dikerjakan dalam wadah terbuka,
seperti tabung reaksi, gelas beaker dan labu takar, berlangsung pada tekanan
tetap. Jika reaksi berlangsung pada tekanan tetap, energy ditranfer sebagai
panas reaksi pada tekanan tetap, qp, dan sebagai kerja ekspansi ,w, sehingga
untuk menghitung ∆E diperlukan persamaan :

∆E = qp + w

Untuk menghitung perubahan energy dalam, perlu dihitung dulu


perubahan volumenya. Agar perhitungan lebih muda, maka dilakukan
perhitungan egerni dalam “terkoresi” yang disebut entalpi, atau H yang
didefinisikan dengan persamaan:

H=E + PV

Pada P tetap,
∆H=∆E + p∆V+(qp+w) + P∆V
Karena P∆V= -w, maka, ∆H = ∆E + P∆V = (qp + w) – w

∆H = qp

Jadi, entalpi (H) adalah panas reaksi pada tekanan tetap. Untuk gas ideal : PV
= nRT. Pada suhu dan tekanan tetap, P∆V = (∆n)RT.
Oleh karena itu,
atau
∆H = ∆E+ (∆n) RT ∆E = ∆H - (∆n) RT

Salah satu penggunakan calorimeter adalah untuk menghitung


kapasitas panas spesifik suatu zat padat yang tidak bereaksi atau tidak larut
148

dalam air. Padatan (system) ditimbang dan diapanaskan hingga beberapa


derajat, kemudian ditambahkan kedalam sampel air (lingkungan) dengan suhu
dan massa tertentu dalam calorimeter. Dengan pengaduk, maka suhu akhir air,
yangh verarti juga suhu akhir zat padat, dapat diukur.
Panas yang dilepaskan oleh system (-qsistem atau –qzat padat) sama dengan
panas yang diterima oleh lingkungan, tetapi dengan tanda yang berlawanan (
+ qlingk atau + qair ) :
–qzat = +qair
Oleh karena itu,
-(mzat padat X czat padat X ∆Tzatpadat ) = (mair Xcair X ∆T air)
m ( air ) X c ( air) X ∆ T ( air)
C (zat padat )
m( zat padat ) X ∆ T (zat padat )
Perubahan entalpi (∆H) didefinisikan sebagai jumlah panas yang
dipindahkan ke dalam atau ke luar system yang mengalami perubahan kimia
atau fisika pada tekanan tetap. Seperti hal nya E, H juga merupakan fungsi
keadaan, sehingga perubahan entalpi (∆H) dapat didefinisikan dengan
persamaan:
∆H= Hakhir-Hawal

Untuk reaksi kimia, persamaan diataa dapat dinyatakan sebagai:

∆H= Hproduk-Hpereaksi

∆H dapat bernilai negative (untuk reaksi eksotermis) atau positif (


untuk reaksi endotermis ). Oleh karena itu, ∆H juga menunjukkan apakah
panas reaksi diserap atau dilepaskan dalam reaksi kimia yang terjadi. Contoh
proses endotermis, ketika padatan barium hidroksida berhidrat, Ba(OH) 2.
8H2O, dan ammonium nitrat, NH4NO3, berlebih dicampur, terjadi reaksi
berikut:
Ba(OH)2. 8H2O(s) + NH4NO3(s)  Ba(NO3) (s) +2NH3(g) + 10H2O(l)
149

Ammonium nitrat yang selebihnya larut dalam air menghasilkan reaksi


endotermis. Proses pelarutan berlangsung sangat endotermis, sehingga jika
erlemeyer ditempatkan diatas blok kayu yang dingin, air akan mengalami
pendinginan dan dapat merekatkan Erlenmeyer dengan kayu.
Contoh lain, pelepasan panas terjadi ketika 1 mol gas metana terbakar
diudara. Dalam reaksi ini, panas reaksi ditulis disebelah kanan (sebagai
produk)
CH4(g) + 2O2(g)  CO2(g) + panas
Karena panas dilepaskan ke lingkungan, maka produk reaksi (1 mol
CO2 dan 2 mol H2O) harus memiliki entalpi yang lebih rendah dari pada
pereaksi (1 mol CH4 dan 2 mol O2). Oleh karena itu, ∆H reaksi (Hakhir-Hawal)
bernilai negative. Proses eksotermis diikuti dengan penurunan entalpi system
Proses eksotermis : Hakhir < Hawal ∆H < 0 (∆H negative)
Proses endotermis disertai dengan penyerapn panas dan menghasilkan
kenaikan entalpi system. Sebagai contoh, jika es meleleh, panas mengalir dari
lingkingan ke system, sehingga kita dapat menunjukkan bahwa panas sebagai
pereaksi (kiri).
Proses endotermis : Hakhir > Hawal ∆H > 0 (∆H positif)
Pada umumnya, nilai perubahan entalpi mengacu pada pereaksi dan
prosuk reaksi pada suhu yang sama. Antara ∆H dan ∆E terdapat selisih
sebesar P∆V. Perbadaan ini begitu besar untuk reaksi-reaksi yang melibatkan
fase gas, karena reaksi-reaksi ini dapat terjadi dengan perbedaan volume yang
besar. Untuk reaksi-reaksi yang melibatkan fase padat dan fase cair, nilai ∆V
sangat kecil sehingga nilai ∆H dan ∆E hamper sama.
Kalorimeter tekanan teta yang sederhana adalah calorimeter coffecup
(wadah minuman kopi) yang terbuat dari dua gelas Styrofoam (suatu
penghambat panas yang baik). Reaksi yang terjadi dalam calorimeter ini tidak
disertai pertukaran panas antara system dengan lingkingan, apalagi untuk
reaksi yang berlangsung sangat cepat. Perubahan suhu terjadi sangat cepat dan
150

mudah diukur. Panas yang diserap oleh Styrofoam realatif kecil dan dapat
diabaikan.60
Kapasitas panas kalorimeter adalah kapasitas untuk menyerap atau
melepas energi pada tiap derajat perubahan temperatur. Sering juga
dieksperesikan sebagai ekuivalen air.
Untuk mendemonstrasikan transfer energi kalor, dapat dilakukan
dengan kalorimeter sederhana seperti yang diilustrasikan pada gambar
kalorimetri. Energi yang mengalir antara sampel dan air dalam kalorimeter
menghasilkan perubahan temperatur air dan sebanding
dengan transfer energi. Selian itu, juga terjadi perubahan
energi pada dinding kalorimeter, termometer, dan pengaduk
sehingga semuanya itu perlu diperhitungkan. Oleh karena
itu,61
qsampel = qair + qkalorimeter

C. Persamaan Termokimia
Persamaan reaksi yang menyatakan jumlah mol daan
keadaan fisik masing – masing zat ( pereaksi maupun hasil reaksi )
serta perubahan entalpi (∆H) untuk reaksi yang bersangkutan
disebut Persamaan termokimia. Jika zat-zat yang terlibat dalam
reaksi pada keadaan standar (tekanan 1 atm dan temperatur 25 0C ) maka perubahan
entalpinya ditandai sebagai ∆H.
Sebagai contoh reaksi antara gas nitrogen dan gas hidrogen membentuk amonia
menurut reaksi berikut.
N2(g) + 3H2(g) → 2NH3(g) ∆H0 = -92,0 Kj
Persamaan reaksi tersebut menunjukkan bahwa reaksi antara 1 mol gas N 2
dengan 3 mol gas H2 membentuk 2 mol gas NH3 pada 25 0C dan tekanan 1 atm

60
Ibid, hal. 73-79
61
Sentot Budi Rahardjo, 2017, Op. Cit., hal.69
151

membebaskan kalor sebesar 92,0 kJ. Jika zat – zat yang direaksikan dilipatkan dua ( 2
mol gas N2 dengan 6 mol gas H2 membentuk 4 mol gas NH3 ) maka kalor yang
dibebaskan juga dua kalinya ( 184,0 kJ ). Demikian pula jika hanya direaksikan 0,5
mol gas N2 dengan 1,5 mol gas H2 membentuk gas NH3, kalor yang dibebaskan hanya
setengahnya ( 46,0 kJ ). Persamaan termokimianya dituliskan :
2N2(g) + 6H2(g) → 4NH3(g) ∆H0 = -184,0 kJ
1/2N2(g) + 11/2H2(g) → NH3(g) ∆H0 = -46,0 kJ62
1. Perubahan Entalpi Standar ( H0 )
Panas reaksi standar ( H0 ) adalah nilai H untuk reaksi yang
terjadi pada kondisi standar dan melibatkan jumlah mol yang sama dengan
koefisien dalam persamaan reaksi. Untuk menunjukkan bahwa H pada
kondisi standar, tanda derajat ditambahkan pada H menjadi H0 ( Delta H
nol ). Sebagai contoh, reaksi antara gas nitrogen dengan gas hidrogen
membentuk gas ammonia terjadi menurut persamaan reaksi berikut ini.
N2(g) + 3H2(g)  2NH3(g)
Jika 1,000 mol N2 dan 3,000 mol H2 bereaksi membentuk 2,000 mol
NH3 pada 250C dan 1 atm, reaksi disertai dengan pelepasan panas sebesar
92,38 kJ. Persamaan termokimia untuk reaksi diatas dinyatakan sebagai
berikut.
N2(g) + 3H2(g)  2NH3(g) H0 = -92,38 kJ
Persamaan termokimia di atas menunjukan bahwa pada pembentukkan
dua mol NH3 dibebaskan panas sebesar 92,38 kJ. Dengan demikian, pada
pembentukan empat mol NH3 dibebaskan panas sebesarnya 2 (92,38) = 184,76
kJ. Persamaan termokimia yang menggambarkan perubahan jumlah pereaksi
dan produk reaksi dianyatakan sebagai berikut :
N2 (g) + 3H2(g)  2NH3(g) H0 = -92,38 kJ
2N2(g) + 6H2(g)  4NH3(g) H0 = -184,76 kJ

62
Ibid., hal. 73
152

1 3
N2(g) + H2  NH3(g) H0 = -92,38 kJ
2 2
Persamaan termokima untuk beberapa reaksi yang saling berhubungan
dapat digabungan, karena entalpi merupakan fungsi keadaan. Fakta ini
memungkinkan untuk menghitung untuk menghitungkan panas reaksi untuk
reaksi-reaksi yang tidak dapat dila2kukan di laboratorium. Apabila reaksi
berlangsung ke arah sebaliknya H0 reaksi bernilai kebalikannya. Sebagai
contohnya, untuk reaksi :
C(g) + O2(g)  CO2(g) H0 = -393,5 kJ
Maka persamaan termokimia untuk reaksi dengan arah sebaliknya adalah :
CO2(g)  C(g) + O2(g) H0 = +393,5 kJ
Jadi, reaksi pembakaran karbon berlangsung secara ekosotermis dan
reaksi dengan arah sebaliknya berlangsung secar endotermis. Perubahan
entalpi bergantung pada keadaan awal dan akhir reaksi, bukan pada tahapan
jalannya reaksi.
2. Diagram Entalpi Dan Hukum Hess
Hubungan energi antara beberapa jalan alternatif untuk reaksi
keseluruhan dapat digambarkan dengan diagram entalpi. Reaksi pembentukan
gas CO2 yang dapat berlangsung melalui dua rute reaksi dapat digambarkan
dengan diagram entalpi.
Setiap garis mendatar berkaitan dengan besarnya entalpi total tertentu.
Garis yang lebih tinggi berkaitan dengan jumlah entalpi yang lebih besar,
sehingga dari garis yang lebih rendah ke garis yang lebih tinggi menunjukkan
kenaikan entalpi dan H0 bernilai positif (perubahan endotermis). Demikian
pula halnya untuk proses dalam arah yang sebaliknya, H0 bernilai negatif
(perubahan eksoterm). Ukuran besarnya H0 dinyatakan oleh jarak vertikal
antara dua garis.
153

Garis panjang menurun menunjukkan perubahan entalpidari pereaksi,


C(s) + O2(g), ke produk akhir, CO2(g). Garis ini menunjukkan reaksi
pembentukan CO2 secara langsung dalam satu tahap. Dua garis menurun di
sebelah kanan menunjukkan reaksi pembentukan CO2 , melalui dua tahap
reaksi. tahap 1 menunjukkan tingkat entalpi pembentukan produk antara
(intermediate), CO(g). Selanjutnya, reaksi tahap 2 berlangsung untuk
pembentukan produk akhir.63
Menurutkan hukum hess (1802-1850), untuk reaksi kimia yang
berlangsung lebih dari satu tahap, perubahan entalpi keseluruhan reaksi adalah
jumlah perubahan entalpi dari setiap tahap reaksi. oleh karena itu, hukum hess
juga disebut sebagai hukum penjumlahan panas. Perubahan entalpi tidak
bergantung pada rute yang dilalui oleh suatu reaksi.tetapi hanya bergantung
pada keadaan awal dan akhir reaksi. konsep ini dapat dijelaskan dengan
contoh reaksi perubahan NaOH padat menjadi larutan NaCl berikut ini :
Rute 1 NaOH(s) H` NaCl(aq)

Rute 2 NaOH(s)
NaCl(aq) H1 = H2 + H3
H1
H2 NaOH(aq) H3

Gambar 2.3 Perubahan NaOH(s) menjadi NaCl(aq) melalui rute


langsung (rute 1) dan rute bertahap (rute 2).
Perubahan NaOH padat menjadi larutan NaCl dapat di capai melalui
dua rute seperti yang ditunjukkan melalui gambar 2.15, Rute 1 adalah proses
satu tahap (penambahan langsung HCl(aq) pada NaOH Padat). Rute kedua
adalah dua tahap [pelarutan NaOH padat dalam air, kemudian baru
penambahan HCl(aq) kedalam larutan NaOH(aq). Semua reaksi berlangsung

63
Haris Watoni, Op. Cit., hal. 81-83
154

secara eksoterm. Menurut Hukum Hess, perubahan entalpi menurut rute 1


sama dengan jumlah perubahan entalpi menurut rute 2, sehingga,64

H1 = H2 + H3

3. Aturan Dan Penerapan Hukum Hess


Henri Germain Hess, seorang ahli kimia berkebangsaan swiss,
menyatakan bahawa kalor reaksi yang dibebaskan atau diperlukan pada suatu
reaksi tidak bergantung pada jalannya reaksi, tetappi hanya bergantung pada
keadaan awal dan akhir reaksi. Pernyataan Henri Germain Hess ini kemudian
dikenal dengan Hukum Hess.
Tidak semua perubahan entalpi dpat diukur secara langsung degna
kalorimeter. Perubahan entalpi pembentukan misalnya, tidak dapat diukur
dengan kalorimeter. Untuk itu digunakan cara lain untuk menghitung
perubahan entalpi tersebut. Pada tahun 1840, Henri Germain Hess
menyatakan sebagai berikut65 :

Perubahan entalpi reaksi hanya tergantung pada keadaan


awaldan keadaan akhir, tidak tergantung pada jalannya
reaksi.

Dalam penerapan hukum Hess, apabila persamaan termokimia yang


dikehendaki dapat disusun dari gabungan beberapa persamaan termokimia,
beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
a. Jika koefisien persamaan reaksi dikalikan dengan suatu faktor,
perubahan entalpinya juga harus dikalikan dengan faktor yang sama.

64
Ibid., hal. 85
65
Tim Masmedia Buana Pustaka. 2016. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI Kurikulum 2013.
Kelompok Peminatan Dan Ilmu-Ilmu Alam. PT. Masmedia Buana Pusaka. hal. 78
155

b. Jika persamaan reaksi dibalik, tanda perubahan entalpi juga harus


dibalik.
Hukum hess dapat dugunakan untuk menghitung perubahan entalpi
dari reaksi-reaksi yang tidak mungkin di ukur secara langsung melalui
percobaan laboratorium.
4. Beberapa Defenisi Perubahan Entalapi Standar
Beberapa perubahan entalpi reaksi dapat dihitung pada keadaan
standar, diantaranya adalah:
a. Perubahan entalpi pembentukan standar (Hf0 )
b. Perubahan entalpi penguraian standar ( Hd0 )
c. Perubahan enatalpi peleburan standar ( Hfus0 )
d. Perubahan entalpi pembakaran standar ( Hc0 )
e. Perubahan entalpi penguapan standar ( Hvap0 )
f. Perubahan entalpi pengatoman standar
g. Perubahan entalpi pelarutan standar ( ∆Hs0 )66
a. Entalpi ( Kalor ) Pembentukan Standar ( ∆Hf0 )
Entalpi pembentukan standar, ∆Hf0, ( subskripsi f berarti
pembentukan ( formation ) adalah :
“Perubahan entalpi yang terjadi pada reaksi pembentukan 1 mol suatu
senyawa dari unsur – unsurnya, semua zat dalam bentuk stabil pada 25 0C
dan 1 atm”.
Entalpi pembentukan standar ( ∆Hf0 ) uap air adalah -242 kJ mol -1.
Persamaan termokimianya ditulis :
½ O2(g) + H2(g) → H2O(g) ∆H0 = -242 kJ mol-1
b. Entalpi Pengurai Standar ( ∆Hd0 )
Entalpi pengurai standar, ∆Hd0, ( subskripsi d berarti penguraian (
decomposition ) adalah :

66
Haris Watoni, Op. Cit., hal. 68-91
156

“Perubahan entalpi yang terjadi pada reaksi penguraian 1 mol suatu


senyawa menjadi unsur – unsurnya, semua zat dalam bentuk stabil pada 25
0
C dan 1 atm”.
Entalpi penguraian standar gas amonia ( NH3 ) = +46,0 kJ mol-1.
Persamaan termokimianya ditulis sebagai berikut.
NH3(g) → 1/2 N2(g) + 11/2H2(g) ∆Hd0 = +46,0 kJ mol-1
Contoh persamaan termokimia pengurai senyawa yang lain adalah :
CaSO4(s) → Ca(s) + S(s) + 2O2(g) ∆Hd0 = +1.433 kJ mol-1
HI(g) → 1/2H2(g) + 1/2I2(s) ∆Hd0 = -26 kJ mol-1
Besarnya entalpi pengurai (∆Hd0) sama dengan entalpi pembentukan
( ∆Hf0 ), hanya tandanya berlawanan.67
c. Perubahan entalpi peleburan standar (Hfus0)
Perubahan entalpi peleburan standar (Hfus0) adalah perubahan
entalpi yang berkaitan dengan peleburan 1 mol zat padat menjadi 1 mol
zat cair pada titik leburnya dan tekanan 1 atm. Sebagai contoh, untuk
melebur H2O padat menjadi H2O cair diperlukan sebesar 6,01 kJ/mol.
H2O(s)  H2O(l) Hfus0 = + 6,01 kJ68
d. Entalpi Pembentukan Standar ( ∆Hc0 )
Entalpi pembakaran standar, ∆Hc0, ( subskripsi c berarti
pembakaran ( combustion ) adalah :
“Perubahan entalpi yang terjadi pada reaksi pembakaran 1 mol suatu zat
dengan oksigen diukur pada keadaan standar. ( Pembakaran sempurna
senyawa hidrokarbon menjadi CO2 dan H2O )”.
Entalpi pembakaran gas asetelina ( C2H2 ) = -1.297,9 kJ mol-1. Persamaan
termokimianya ditulis :
C2H2(g) + 21/2O2(g) → 2CO2(g) + H2O(l) ∆Hc0 = -1.297,9 kJ mol-1

67
Sentot Budi Rahardjo, 2017, Op. Cit., hal.73-75
68
Haris Watoni, Op. Cit., hal.93
157

e. Perubahan entalpi pengupan standar ( Hvap0 )


Perubahan entalpi penguapan standar (Hvap0) adalah perubahan
entalpi yang berkaitan dengan penguapan 1 mol zat cair menjadi mol gas
pada titik didihnya dan tekanan standar. Sebagai contoh penguapan air
pada suhu 1000C memerlukan panas sebesar 44,05 kJ.
H2O(l)  H2O(l) Hfus0 = + 44,05 kJ69
f. Entalpi Pengatoman Standar
Entalpi pengatoman standar adalah :
“Perubahan entalpi yang terjadi pada perubahan 1 mol suatu senyawa
menjadi atom – atomnya dalam bentuk gas pada keadaan standar”.
Entalpi pengatoman gas metana ( CH4 ) = +1.662 kJ mol-1.
Persamaan termikimianya ditulis :
CH4(g) → 2C(s) + 4H(g) ∆Hs0 = +1.662 kJ mol-1
g. Entalpi Pelarutan Standar (∆Hs0 )
Entalpi pelarutan standar, ∆Hs0, ( subskripsi s berarti pelarutan (
solubility ) adalah :
“Perubahan entalpi yang terjadi pada pelarutan 1 mol suatu zat dalam
suatu pelarut diukur pada keadaan standar”.70
5. Penentuan harga perubahan entalpi dengan kalorimeter
Kalorimeter adalah suatu alat untuk mengukur jumlah kalor yang
diserap atau dibebaskan sistem. Data ∆H reaksi yang terdapat pada tabel-tabel
pada umunya ditentukan secara Kalorimetris.
Salah satu kalorimeter adalah kalorimeter bom yang tersusun atas bagian-
bagian.
Kalorimeter sederhaan dapat disusun dari dua buah gelas plastik
(bahkan nonkonduktor), sehingga jmulah kalor yang diserap atau yang

69
Ibid., hal. 94
70
Sentot Budi Rahatdjo,2017, Op. Cit., hal. 76
158

dibebaskan kelingkungan dapat diabaikan. Jumlah kalor yang diserap atau


dilepas larutan dapat ditentukan dengan mengukur perubahan temperaturnya.
Data yang diperlukan untuk menghitung kalor yang diserap atau yang
dikeluarkan oleh sistem reaksi adalah sebagai berikut :
a. Perubahan temperatur sebelum dan sesudah reaksi (∆t = ta - tm)
Dimana ta = temperatur akhir dan
tm = temperatur mula-mula
b. Massa total larutan (m)
c. Kalor jenis larutan (c)
Jumlah kalor yang diserap atau dilepaskan dirumuskan sebagai berikut:

q = m x c x ∆t

Keterangan:
q = kalor yang diserap atau dilepaskan (J)
m = massa larutan (gram)
∆t = perubahan temperatur (K)
c = kalor jenis larutan (J/gram K)

Kalor jenis dan rapatan larutan danggap sama dengan kalor jenis dan
rapatan air karena dalam larutan komponen paling banyak adalah pelarut,
yaitu air.
a. Langkah-langkah perhitungan menentukan ∆H penetral.
1) Volume larutan = (50 + 50) mL
= 100 mL
Massa larutan (m) = volume larutan x rapatan larutan
= 100 mL x 1 gram/ mL
= 100 gram
2) Pada reaksi tersebut terjadi kenaikan temperatur.
(∆t = t2 – t1) atau ∆t = (35,5 + 273) – (29 + 273)
159

= 35,5oC - 29 oC = 6,5 K
= 6,5 oC
3) Kalor yang dihasilkan dari percobaan (Q)
Q = m x c x ∆t
= 100 gram x 4,2 J/gram K x 6,5 K
= 2.730 J
= 2,73 kJ
4) Reaksi penetralan adalah
HCl (aq )+ NaOH (aq) → NaCl (aq) + H 2O(l)
5) Larutan NaOH 1 M adalah larutan yang mengandung 1 mol NaOH
dalam 1.000 mL larutan.
1 mol NaOH
50 mL NaOH 1 M =50 mL x =0,05mol HCl
1.000 mL
Larutan HCl 1 M adalah larutan yang mengandung 1 mol HCl
dalam 1.000 mLlarutan.
1 mol HCl
50 mL NaOH 1 M =50 mL x =0,05 mol HCl
1.000 mL

6) Dari persamaan reaksi : 0,05 mol NaOH - 0,05 mol HCl


Dari hasil percobaan : 0,05 mol NaOH - 0,05 mol HCl
Q
∆ H=
mol
2,73 kJ
∆ H= =54,6 kJ /mol
0,05 mol
Jadi, karena reaksi diatas adalah reaksi eksoterm (terjadi kenaikan
temperatur) maka ∆ H reaksi adalah -54,6 kJ/mol.
b. persamaan termokimianya sebagai berikut
HCl (aq )+ NaOH (aq) → NaCl(aq) + H 2O(l) ∆H = -54,6 kJ/mol71

Tine Maria Kuswati, dkk. 2013. Konsep dan Penerapan Kimia SMA/ MA Kelas XI,
71

Kurikulum 2013 Peminatan Penerbit Bailmu . Jakarta , hal. 68-72


160

6. Hukum Hess dan Entalpi Pembentukan


Reaksi kimia berlangsung melalui dua tahap, yaitu :
Tahap 1 : Penguraian setiap pereaksi menjadi unsur-unsurnya. Tahap ini
merupakan kebalikan dari pereaksi pembentukan pereaksi dari unsur-
unsurnya, sehingga setiap perubahan entalpinya Hd0 = - Hf0 .
Tahap 2 : Pembentukan setiap produk reaksi dari unsur-unsurnya, sehingga
setiap perubahan entalpinya = Hf0 .
Reaksi kimia adalah perubahan kimia yang terjadi melalui tahap
penguraian zat zat pereaksi dan dilanjutkan dengan tahap pembentukan
produk reaksi. menurut hukum Hess, H reaksi merupakan jumlah H dari
semua tahap reaksi yang terjadi. Oleh karena itu, H reaksi sama dengan
gabungan dari jumlah H penguraian pereaksi dengan jumlah H
pembentukan produk reaksi. untuk semua H yang di ukur pada keadaan
standar, maka :

H0reaksi = nH0f produk - mH0f pereaksi

Dengan n dan m berturut-turut adalah koefisisen reaksi (dinyatakan dengan


satuan Mol)

Reaksi Eksoterm : H0f produk < H0f pereaksi Sehingga H0reaksi < 0.

Reaksi Endoterm : H0f produk > H0f pereaksi Sehingga H0reaksi > 0.

Rumus diatas dapat digunakan untuk menentukan perubahan entalpi


standar dari suatu reaksi berdasarkan data Hf0 dari semua zat yang terlibat
dalam reaksi. selain itu, dengan mengukur H0reaksi . Hf0 dari salah satu
senyawa yang terlibat dalam reaksi dapat dihitung bila Hf0 dari senyawa
senyawa yang lain diketahui.
7. Hukum Hess dan Energi Ikatan
161

Reaksi kimia terjadi melalui proses pemutusan dan pembentukan


ikatan . prubahan entalpi reaksi dapat dihitung berdasarkan data energi ikatan
dari zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia. Energi ikatan (EI) adalah
perubahan entalpi yang menyertai reaksi pemutusan satu mol ikatan kovalen
menjadi atom-atomnya pada fase gas.72
Tabel 2.1. Energi Ikatan ( EI ) dari beberapa jenis ikatan dalam Kj/mol
Ikatan EI (kJ/mol) Ikatan EI (kJ/mol)
Br-Br 193 Cl-Cl 243
C-C 347 F-F 153
C=C 612 H-Br 368
CC 820 H-Cl 431
C-Br 276 H-F 565
C-Cl 326 H-H 435
C-F 485 N-H 389
C-H 414 N-N 159
C-O 335 NN 941
C=O 715 O-H 463

Reaksi kimia dapat di pandang sebagai perubahan kimia yang


terjadi melalui tahap pemutusan ikatan kimia antar atom-atom dari zat-zat
pereaksi dan dilanjutkan dengan tahap pembentuk ikatan kimia zat-zat produk
reaksi. dengan mengacu pada hukum Hess, maka Hreaksi sama dengan
gabungan dari jumlah H tahap pemutusan ikatan pereaksi dengan jumlah H
tahap pembentukan ikatan produk reaksi. dengan demikian,

Hreaksi = EIpereaksi - EIproduk reaksi

Untuk menghitung Hreaksi dengan menggunakan rumus diatas,


terlebih dahulu harus ditentukan struktur lewis dari setiap zat yang terlibat
dalam reaksi agar dapat diketahui semua jenis ikatan yang ada dalam
molekul.73

72
Haris Watoni, Op. Cit., hal. 94-95
73
Ibid, hal. 96
162

D. Penentuan Perubahan Entalpi ( ∆H )


Perubahan entalpi suatu reaksi dapat ditentukan dengan menggunakan
kalorimetri yang telah diketahui kalor jenisnya seperti diilustrasikan pada gambar
2.4.

Gambar 2.4. Terjadinya Perubahan Entalpi Suatu Reaksi


1. Penetuan Perubahan Entalpi (∆H ) Secara Tidak Langsung
Tidak semua reaksi dapat ditentukan perubahan entalpinya secara
langsung dengan kalorimetri. Reaksi seperti itu perubahan entalpinya dapat
dicari secara tidak langsung. Sebagai contoh, entalpi pembakaran tidak
sempurna karbon membentuk karbon monoksida ( CO ) tidak dapat
ditentukan dengan kalorimetri.
C(g) + 1/2O2(g) → CO(g) ∆H = ... ?
Akan tetapi, entalpi pembakaran karbon monoksida ( CO )
membentuk karbon dioksida ( CO2 ) dan entalpi pembakaran sempurna karbon
( C ) membentuk karbon dioksida ( CO2 ) dapat ditentukan dengan
kalorimetri.
CO(g) + 1/2O2(g) → CO2(g) ∆H = -283,0 kJ
C(s) + O2(g) → CO2(g) ∆H = -393,5 kJ
Untuk menentukan perubahan entalpi yang terjadi pada
pembentukan karbon monoksida, digunakan Hukum Hess yang berbunyi :
“Perubahan entalpi ( ∆H ) suatu reaksi tidak bergantung pada jalannya
reaksi ( banyaknya tahap reaksi ), tetapi hanya bergantung pada keadaan
awal ( pereaksi ) dan keadaan akhir ( hasil reaksi ) sistem”.
163

Reaksi pembakaran C dapat diilustrasikan seperti pada gambar 2.5,

Gambar 2.5 Pembakaran C menjadi CO2 menjadi CO2 dapat secara


langsung maupun tak langsung.
Menurut Hukum Hess : ∆Hf CO2 = ∆Hf CO + ∆Hc CO
∆H reaksi ( A → B ) = ∆H reaksi ( A → C → D → E → B )
= ∆H reaksi ( A → F → G → B )
Untuk menentukan ∆ H suatu reaksi secara tidak langsung, suatu reaksi
yang tahap-tahap lainnya diketahui, dapat digunakan petunjuk berikut.
Langkah 1: Tulis persamaan reaksi yang ditanyakan (pada contoh diatas
reaksi pembentukan CO(g)).
1
C(s) + O ( g ) →CO ( g ) ∆ H=… . kj ?
2 2
Langlah 2: Zat-zat yang diketahui disesuaikan dengan persamaan reaksi yang
ditanyakan. Misalnya, pada contoh diatas C(s) dan O2 ( g ) ditulis
disebelah kiri, sedangkan CO(g) ditulis disebelah kanan.
Persamaan reaksi yang diketahui CO(g) ditulis disebelah kiri.
Oleh karena itu, persamaan reaksi dibalik dan termasuk tanda
∆ H −¿nya.
1
Diketahui CO(g) + O ( g ) →CO 2 (g)
2 2
∆ H =−283,0 kj
1
Dibalik: CO 2( g) →CO(g) + O ( g)
2 2
∆ H =+283,0 kj
164

Langkah 3: dijumlahkan secara aljabar


C(s) + O 2 ( g ) → CO2 ( g ) ∆ H =−393,5 kj
1
CO 2( g) →CO(g) + O ( g) ∆ H =+283,0 kj
2 2
Jadi, entalpi pembentukan gas CO=-110,5 kJ74
E. Energi Ikatan
Pada dasarnya reaksi kimia merupakan proses pemutusan ikatan lama dan
pembentuk ikatan baru. Untuk memutuskan ikatan, diperlukan energi, sedangkan
pada pembentukan ikatan, dibebaskan energi. Rekasi eksoterm terjadi jika energi
pembentukan ikatan lebih besar dari pada energi pemutusan ikatan, sedangkan reaksi
endoterm terjadi jika energi pembentukan ikatan lebih kecil dari pada energi
pemutusan ikatan.

∆Hmaks= 𝝨∆H(putusan ikatan) - 𝝨∆HD (pembentukan ikatan)

Enegi ikatan untuk molekul dwiatom ( dua atom ) ialah perubahan entalpi
pada pemutusan satu mol ikatan dalam molekul - molekul berwujud gas menjadi
atom-atom gas. Energi ikatan ini juga disebut energi disosiasi ikatan yang
disimbolkan sebagai ∆HD
Contoh:
H2(g) 2 H(g) ∆HD= 435 kJ mol-1
O2(g) 2 O(g) ∆HD= 498 kJ mol-1
Untuk molekul poliatom (jumlah atom lebih dari dua), digunakan pengertian
energi ikatan rata-rata, yaitu energi rata-rata yang diperlukan untuk memutuskan satu
mol ikatan tersebut.
CH3 H(g) + Cl Cl(g) → CH(g) Cl(g) + H Cl(g)
Pemutusan ikatan Pembentukan ikatan
C H Putus +414kJ C Cl terbetuk -339kJ
74
Sentot Budi Rahardjo. 2017, Op. Cit., hal. 80
165

C Cl putus + 243kJ H Cl terbentuk -431kJ


𝝨∆HD ( pembentukan ikatan ) + 657kJ 𝝨∆HD ( pembentukan ikatan ) -770kJ
∆H = 𝝨∆HD ( pemutusan ikatan ) - 𝝨∆HD ( pembentukan ikatan )
= + 657 kJ – 770 kJ= -113kJ
Contoh :
Dalam molekul H2O terdapat dua ikatan O-H yang ekuivalen, tetapi tahap
disosiasinya berbeda. Akibatnya, energi disosiasi ikatan tahap pertama berbeda
dengan energi disosiasi ikatan tahap kedua. 75
H-O-H(g) H(g) + O-H(g) ∆HD = 501 kJ mol-1
O-H(g) H(g) + O(g) ∆HD =425 kJ mol-1
H-O-H(g) 2H(g) + O(g) ∆HD = 926 kJ mol-1
Energi ikatan rata-rata O-H = 926/ 2 kJ mol-1 = 463 kJ mol-1
1. Energi disosiasi ikatan (D)
Energi disosiasi ikatan merupakan energi yang diperlukan untuk
memutuskan salah satu ikatan 1 mol suatu molekul gas menjadi gugus gugus
molekul gas. Contoh berikut:
Contoh :
CH4 → CH3 + H ΔH = +425 Kj/mol
CH3 → CH2 + H ΔH = +480 Kj/mol
Reaksi tersebut menunjukkkan bahwa untuk memutuskan sebuah
ikatan C-H dari molekul CH4 menjadi gugus CH3 dan atom gas H diperlukan
energy sebesar 425 Kj/mol, tetapi pada pemutusan ikatan C-H pada gugus
CH3 menjadi gugus CH2 dan sebuah atom gas H diperlukan energti yang lebih
besar, yaitu 480 Kj/mol. Jadi meskipun jenis ikatannya sama tetapi dari gugus
yang berbeda diperlukan energy yang berbeda pula.
2. Energi ikatan rata rata
Energi ikatan rata rata ,merupakan energy rata rata yang diperlukan
untuk memutuskan sebuah ikatan dari seluruh ikatan suatu molekul gas
75
Ibid., hal. 85-86
166

menjadi atom atom gas. Energy ikatan rata rata merupakan beszaran yang
cukup berarti untuk meramalkan besarnya energy dari suatu yang sukar
ditentukan melalui pengukuran langsung dengankalorimeter, meskipun
terdapat penyimpangan penyimpangan.
Energi ikatan dapat digunakan sebagai petunjuk kekuatan ikatan dan
kestabilan suatu molekul . molekul dengan energy ikatan besar berarti ikatan
dalam molekul tersebut kuat, yang berarti stabil, molekul dengan energi ikatan
berarti mudah terurai.
Selain dapat digunakan sebagai informasi kestabilan suatu molekul,
nilai energi ikatan rata rata atauenergi disosiasi ikatan dapar digunakan untuk
memperkirakan nnilai perubahan entalpi suatu reaksi. Perubahan entalpi
merupakan selisih dari energy yang digunakan untuk memutuskan ikatan
dengan energy dengan yang terjadi dari penggabungan ikatan.
ΔH = Ʃenergi ikatan zat pereaksi – Ʃenergi ikatan zat hasil reaksi.76
Harga energi ikatan rata-rata yang lain di tunjukkan dalam Tabel 2.2
Tabel 2.2 Harga Energi Ikatan Rata – Rata
Ikata Energi Ikatan Energi Ikata Energi Ikata Energi
n (kJ/mo (kJ/mol n (kJ/mol) n (kJ/mo
l) ) l)
C-H 413 C-S 255 H-H 435 S-Br 218
C-C 347 C=S 477 H-F 567 S-S 268
C=C 598 N-H 391 H-Cl 431 S=S 352
C𝞝C 820 N-N 159 H-Br 366 S=O 665
C-N 293 N=N 418 H-I 298 F-F 158
C=N 615 N𝞝N 946 O-H 463 Cl-F 253
C𝞝N 891 N-O 222 O-O 142 Cl-Cl 242
C-O 351 N-F 272 O=O 498 Br-F 237
C=O 803 N-Cl 200 O-F 190 Br-Cl 218
C𝞝O 1.076 N-Br 243 O-Cl 203 Br-Br 193
C-F 452 Si-H 323 O-I 234 I-Cl 206
C-Cl 351 Si-Si 226 S-H 339 I-Br 175
C-Br 293 Si-C 301 S-F 326 I-I 151
76
Unggul sudarmo, Op.Cit., hal. 81-82
167

C-I 243 Si-O 368 S-Cl 253

F. Kalor Pembakaran
Reaksi pembakaran penting karena pada pembakaran dihasilkan energi yang
banyak diperlukan oleh kehidupan manusia. Contohnya, glukosa ( C 6H12O6 ) mudah
terbakar oleh oksigen membentuk karbon dioksida ( CO 2 ) dan air ( H2O ) sesuai
reaksi berikut.
C6H12O6(s) + 6O2 CO2(g) + 6H2O(l) ∆H = -2.803 kJmol-1
Seperti halnya makanan, bahan bakar minyak juga jarang didapatkan sebagai
zat murni. Oleh karena itu, tidak digunakan istilah mol minyak. Panas pembakaran
beberapa bahan makanan ditunjukkan dalam Tabel 2.3, sedangkan panas pembakaran
beberapa bahan bakar ditunjukkan dalam Tabel 2.4.
Tabel 2.3. Panas Pembakaran Beberapa Bahan Makanan ( Diukur setelah
dikeringkan ) dan Kadar Airnya
Makanan Panas pembakaran Kandungan Air
(Kj g-1) (% Berat)
Roti tawar putih 10,8 38
Kentang 2,9 77
Bawang bomboy 1,0 92
Kubis 1,0 92
Tomat O,6 95
Apel 1,9 85
Jeruk (orange) 1,9 88
Stroberi 1,0 88
Susu segar 2,8 88
Telur 6,8 74
Daging segar 6,3 70
168

Tabel 2.4. Panas Pembakaran Beberapa Bahan Bakar


Panas Panas Panas
Bahan bakar Wuju Pembakara Pembakara Pembaka
d n n ran
(kJ g-4) (kJ dm-3) (Kj mol-4)
Heksadekana(C16H34 Padat 4737 - 10.707,2
) Padat 15,57 - 2.803,0
Glukosa (C6H12O6) Padat 16,49 - 5.640,9
Sukrosa (C12H1206) Cair - - 36.500 -
Minyak tanah Cair - -38.000 -
Minyak diesel Cair 48,30 -31.897 4163,1
Heksana Cair 47,71 33.519 5.450,9
Oktana Cair 29,67 17.944 726,5
Metanol (CH3OH) Cair 29,67 23.418 1.366,8
Etanol (C2H3OH) Gas 55,64 39,72 890,3
Metana Gas 51,99 69,59 1.559,8
Etana (C2H6) Gas 50,45 99,04 2.219,9
Propana Gas 49,65 128,5 2.886,0
Butana Gas - -93 -
LPG Gas 49,98 57,98 1.299,6
Asetilena (C2H2) Gas 50,39 62,95 1.411,0
Etana

G. Energi Bahan Bakar


Bahan bakar merupakan suatu senyawa yang jika dibakar menghasilkan kalor
yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Bahan bakar yang banyak
dikenal adalah jenis bahan bakar fosil, misalnya minyak bumi atau batu bara. Selain
169

bahan bakar fosil, dikembangkan juga bahan bakar jenis lain, misalnya alkohol dan
hidrogen.
Nilai kalor dari bahan bakar umumnya dinyatakan dalam satuan kJ/ gram,
yang menyatakan berapa kJ kalor yang dapat dihasilkan dari pembakaran 1 gram
bahan bakar tersebut. Misalnya nilai kalor bakar bensin 48 kJ g -1, artinya setiap
pembakaran sempurna 1 gram bensin akan dihasilkan kalor sebesar 48 kJ. Nilai kalor
bakar dapat digunakan untuk memperkirakan harga energi suatu bahan bakar. Salah
satu faktor yang perlu diperhitungkan dalam penggunaan bahan bakar adalah tingkat
kesempurnaan pembakarannya. Pembakaran tidak sempurna dipandang dari sudut
energi yang dihasilkan, akan merugikan sebab akan dihasilkan energi yang lebih
sedikit. 77
Reaksi kimia yang umum digunakan untuk menghasilkan energi adalah
pembakaran, yaitu reaksi cepat antara bahan bakar dengan oksigen yang disertai
terjadinya api. Bahan bakar utama adalah bahan bakar fosil, yaitu gas alam, minyak
bumi, dan batu bara. Bahan bakar fosil berasal dari pelapukan sisa organisme, baik
tumbuhan ataupun hewan.
Bahan bakar fosil terutama terdiri atas senyawa hidrokarbon, yaitu senyawa
yang hanya terdiri atas karbon dan hidrogen. Gas alam dari hidrokarbon (bahan
bakar) tidak terbakar atau menghasilkan partikel karbon (yang merupakan komponen
asap). Pembakaran tak sempurna menghasilkan lebih sedikit kalor. Jadi, pembakaran
tak sempurna mengurangi efesiensi bahan bakar. Kerugian lain dari emakaran tak
sempurna adalah dihasilkan gas karbon monoksida (CO) yang bersifat racun dan
mencemari udara.
Minyak bumi adalah cairan yang mengandung ratusan jenis senyawa,
terutama alkan, dari metana hingga yang memiliki atom karbon mencapai lima

77
Unggul Sudarmo, 2016, Op.Cit., hal. 83
170

puluhan. Dari minyak bumi dipeloleh bahan bakar LPG, bensin, minyak tanah, solar,
dan lain-lain.
Tabel 2.5. Komposisi dan nilai kalor dari berbagai jenis bahan bakar: 78
Jenis Bahan Bakar Komposisi (%) Nilai Kalor
C N O
(kJ g-1)
Gas alam 70 23 0 48
Batu bara (antrasit) 82 1 2 31
Batu bara 77 5 7 32
(bituminous)
Minyak mentah 85 12 0 45
Bensin 85 15 0 48
Arang 100 0 0 34
Kayu 50 6 44 18
Hidrogen 0 100 0 142

SOAL

1. Sebanyak 1.000 gram etanol , C2H5OH (Mm=46,07 g/mol), dibakar dalam


calorimeter bom yang memiliki kapasitas panas 2,71kJ/oC. Suhu 3.000 gram air
meningkat dari 24,284 oC menjadi 26,225 oC. Tentukan ∆E reaksi dalam joule per
gram etanol dan dalam kilojoule per mol etanol. Panas spesifik air adalah 4,184
J/g oC. Reaksi pembakaran yang terjadi adalah.
C2H5OH (l) + 3O2(g)  2C02 (g) + 3H2O(l)

Jawaban: -1.364,6 kJ/mol etanol

Pembahasan:

Kenaikan suhu (∆T)= 26,225 oC – 24,284 oC=1,941 oC

Banyaknya panas yang digunakan untuk menaikkan suhu 3.000 gram air :
qair=m.c. ∆T=3.000 g x(4,184 J/g oC) x 1,941 oC= 2,436 x 104J= 24,36 kJ
78
Aas Saidah dan Michael Purba, 2013, Kimia Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa
untuk SMK/MAK Kelas X1, Jakarta: Erlangga, hal. 79-81
171

banyaknya panas yang digunakan untuk memanaskan calorimeter:


qkalorimeter = Ckal . ∆T=(2,71kJ/oC) x 1,941 oC = 5,26 kJ
jumlah panas keseluruhan = qair + qkalorimeter = 24,36 kJ + 5,26 kJ= 29,62 kJ
pembakaran 1.000 g C2H5OH membebaskan energy dalam bentuk panas
sebesar 29,62 kJ
jadi , ∆E=qv= -29,62 kJ/g etanol, atau, (-29,62 kJ/g)( 46,07 g/mol) = -1.364,6
kJ/mol etanol
perhitungan ini menunjukkan bahwa pembakaran etanol pada suhu dan
volume tetap memiliki perubahan energy dalam (∆E) sebesar -1.364,6 kJ/mol
etanol
(Haris Watoni, A. 2014. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI (Peminatan).
Bandung: Yrama Widya)

2. Jika cincin emas (MmAu=197 g/mol) dengan massa 5,50 g berubah suhunya dari
25,00 oC, berapakah panas yang diserap? Berapakah kapasitas panas molar emas?
Jawaban:Panas yang diserap sebesar 2,13 J dan kapasitas panas molar emas
sebanyak 25,413 J mol-1 oC-1
Pembahasan:
q= m.c. ∆T
=(5,50 g)(0,129 J g-1 oC-1)(28,00 oC- 25,00 oC) =2,13 J
Kapasitas panas molar =c x Mm = (0,129 J g-1 oC-1) x 197 g/mol =25,413 J mol-
1o
C-1
Jadi, panas yang diserap sebesar 2,13 J dan kapasitas panas molar emas
sebanyak 25,413 J mol-1 oC-1
(Haris Watoni, A. 2014. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI (Peminatan).
Bandung: Yrama Widya)
3. Sebuah motor listrik menghasilkan 15 kJ energy setiap detik sebagai energy
mekanik dan kehilangan 2 kJ sebagai panas. Berapakah perubahan energy
dalamnya?
172

Jawaban: -17 kJ
Pembahasan:
∆E=q+w
=(-2 kJ) + (-15 kJ)= -17 kJ
(Haris Watoni, A. 2014. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI (Peminatan).
Bandung: Yrama Widya)
4. Pembakaran 32 gram metana (Mr=16) dalam kalorimeter menyebabkan suhu
kalorimeter naik dari 25,50C Menjadi 90,50C .jika kalorimeter berisi empat air
dan kalor jenis air = 4,2 J/g 0C serta kapasitas kalor kalorimeter nol ,tentukan
harga entalpi pembakaran gas metana tersebut !
A. - 546
B. 546
C. – 547
D. + 547
E. 548

Jawaban : B

Pembahasan

m = p .V

= 1 g/mL x 4.000 Ml = 4.000

q=m . c . ∆T

= 4.000 g x 4,2 J/g 0 C . (90,5- 25,5)0 C = 1.092.000 J = 1.092 Kj

32
Mol CH4 = = 2 mol
16

∆H = - q
173

= 1.092 Kj (2 mol CH4)

∆H untuk 1 mol CH4

1
∆H = 1. 092 x =
2

= - 546 Kj

Sehingga entalpi pembakaran gas metana adalah 546 Kj/ mol

5. Diketahui entalpi pembentukan


a. ∆Hf0 C2H6 = -84,7 kJ/ mol
b. ∆Hf0 CO2 = -393,5 kJ/ mol
c. ∆Hf0 H2O = -285,8 kJ/ mol
Tentukan ∆H reaksi pembakaran 1 mol C2H6 menurut reaksi
C2H6 + O2 -- CO2 (g) + H20
A. 1.559,7 kJ
B. - 1.559,7 kJ
C. 559,7 kJ
D. -559,7 kJ
E. 2,559,7 Kj

Jawaban : A. 1.559,7 kj

Pembahasan

1
Reaksi setara : C2H6(g) + 3 O2 (g) -- 2CO2 (g) + 3H20(l)
2

∆Hreaksi = ∑ . ∆ Hf o produk - ∑ . ∆ Hf o
reaktan

1
= (2 . ∆Hf0 CO2 + 3 ∆Hf0 H2O ) - ( ∆Hf0 C2H6 + 3 . ∆Hf0 O2)
2
= [2. (- 393,5) + 3 . (-285,8)] – (-84,7 + 0)
174

= -1.559,7 k

Jadi , ∆H reaksi pembakaran 1 mol C2H6 adalah 1.559,7 kJ

6. Diketahui energi ikatan rata- rata


C = C = 607 kJ/ mol
H-H = 436 kJ/ mol
C-H = 415 kJ/ mol
C-C = 348 kJ/ mol
Tentukan pembentukan C2H6 menurut reaksi : C2H4 + H2 - C2H6
A. – 135 kJ/ mol
B. + 135 kJ/ mol
C. + 435 kJ/ mol
D. – 435 kJ/ mol
E. – 436 kJ/ mol

Jawaban : A. – 135 kJ/ mol

Pembahasan

C2H4 + H2 - C2H6

H H H H

H-C=C - H- + H–H H- C–C–H

H- H

∆Hreaksi = ∑ E pemutusan - ∑ Epembentukan


= ( 1. EC=C + 4 . EC-H + 1 . EH-H ) – 1 . EC-C + 6 . EC-H

= (607 + 4(215) + 436) – (348 + 6( 415))

= 2.703 – 2.838
175

= - 135 kJ/ mol

(Viva pakarindo ,kimia 2A SMA /MA Kelas XI)

7. Bila 2,3 gram dimetileter (Mr=46) dibakar pada tekanan tetap, kalor yang
dilepaskan adalah 82,5kJ. Berdasarkan data ini kalor pembakaran dimetileter
adalah…
Pembahasan:
Jumlah mol dimetileter
= n dimetileter = gram/mr
= n dimetileter = 2,3/46
= n dimetileter = 0,05 mol
Karena untuk 1 mol dmetileter dilepaskan 82,5kJ (Q=82,5kJ) maka untuk
0,05 mol dimetileter dilepaskan:
H = -82,5/0,05
H = -1650 kJ/mol
Kalor pembakaran dmetileter :
H=- H
H = 1650 kJ/mol
(sumber: Budiman Anwar, 2013, BimbinganPemantapan KIMIA untuk
SMA/MA, SIPENMARU 1985)

8. Sebanyak 75ml air dipanaskan dengan LPG. Jika tidak ada kalor yang terbuang,
berapa kalor yang dilepaskan oleh LPG jika suhu air naik dari 25 oC menjadi
90oC? kalor jenis air c = 4,28Jg-1 oC1-, massa jenis air 1gml-1 …
Pembahasan:
ᵨ air = 1gml-1 atau mair = ᵨ air x volume air
mair = 1gml-1 x 75ml =75g
kalor yang diserap air:
Qair = 75g x 4,18 Jg-1 oC1- x (90-25)oC
176

= 20,377 kJ
Kalor yang diserap air sama dengan kalor yang dilepaskan oleh pembakaran
gas LPG (sumber: Budiman Anwar, 2013, BimbinganPemantapan KIMIA
untuk SMA/MA, SIPENMARU 1985)

9. Gas asetilena (C2H2) yang mempunyai entalpipembakaran -320 kkal/mol dapat


dibuat menurut reaksi: CaC2(s) +2H2O Ca(OH)2(aq) + C2H2(g)
Jika dalam suatuproses digunakan 160 gram CaC dan diasumsikan yang dapat
bereaksi hanya 80% makauntuk pembakaran gas asetilena yang terbentukakan
dihasilkan kalor sebesar… (ArC = 12, Ca = 40)
Pembahasan:
CaC2(s) +2H2O Ca(OH)2(aq) + C2H2(g)
CaC2 = (80/100) x (160/64) mol = 2 mol
Dari reaksi mol CaC2 – C2H2
C2H2 = 2 mol
C2H2 + O2 2CO2 + H2O
H = -320 kkal/mol
Untuk pembakaran 2 mol gas C2H2 dihasilkan kalorsebesar 2x320 kkal = 640
kkal
(sumber: Budiman Anwar, 2013, BimbinganPemantapan KIMIA untuk
SMA/MA, SIPENMARU 1985

10. Diketahui perubahan entalpi untuk reaksi pembentukan CH4, CO2, dan H2O
adalah sebagai berikut :

C(s) + 2H2(g) → CH4(g); ∆H = -75 kJ


C(s) + O2(g) → CO2(g); ∆H = -394 kJ
H2(g) + ½O2(g) → H2O(g); ∆H = -286 kJ
Tentukan perubahan entalpi reaksi CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g).  
A. +67,50 Kj
177

B. +40 Kj
C. -891 Kj
D. -675 Kj
E. + 40 Kj
Pembahasan :
Reaksi yang ditanya memiliki peraksi CH4(g) + 2O2(g) dan hasil CO2(g) +
2H2O(g) . Susun sedemikian rupa tiga persamaan yang lain agar dihasilkan
persamaan reaksi yang ditanya. berikut tahapannya :
 Persamaan 1 dibalik karena kita menginginkan CH4 di sebelah kiri.
 CH4(g) → C(s) + 2H2(g) ;  ∆H = +75 kJ ---> berubah jadi +
 Persamaan 2 tetap karena kita menginginkan CO2 di kanan.
 Persamaan dikali 2 agar dihasilkan 2H2O.
 2H2(g) + O2(g) → 2H2O(g); ∆H = 2(-286) = -572 kJ
Selanjutnya susun dan jumlahkan reaksi seperti berikut : 
CH4(g) → C(s) + 2H2(g) ;    ∆H = +75 kJ
C(s) + O2(g) → CO2(g);       ∆H = -394 kJ 
2H2(g) + O2(g) → 2H2O(g);  ∆H = -572 kJ
—————————————————— +
CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g)  ∆H = 75 - 394 - 572 = -891 Kj
11. Sebanyak 75 mL air dipanaskan dengan LPG dan tidak ada kalor yang terbuang.
Tentukan kalor yang dilepaskan oleh LPG jika suhu air naik dari 25°C menjadi
90°C dan Kalor jenis air, c = 4,18 J g –1°C–1, massa jenis air 1 g mL–1 .
a. 30 Kj
b. 23,700 Kj
c. 40 Kj
d. 20,377 Kj
e. 15,675 Kj
Pembahasan :
178

 Ubah satuan volume air (mL) ke dalam berat (g) menggunakan massa jenis
air.
 Hitung kalor yang diserap oleh air
 Hitung kalor yang dilepaskan dari hasil pembakaran gas LPG
 ρ air = 1g mL–1 atau mair = ρ air × volume air mair = 1 g mL–1 × 75 mL=
75 g Kalor yang diserap air:
Qair = 75 g × 4,18 J g –1°C–1 × (90–25)°C = 20,377 kJ
Kalor yang diserap air sama dengan kalor yang dilepaskan oleh pembakaran
gas LPG. Qair = QLPG atau QLPG = 20,377 kJ Jadi, kalor yang dilepaskan
oleh hasil pembakaran gas LPG sebesar 20,377 kJ.
12. Dalam kalorimeter yang telah dikalibrasi dan terbuka direaksikan 50g alkohol dan
3g logam natrium. Jika suhu awal campuran 30°C dan setelah reaksi suhunya
75°C, tentukan ΔHreaksi. Diketahui kalor jenis larutan 3,65 J g–1 °C–1, kapasitas
kalor kalorimeter 150 J°C-1, dan suhu kalorimeter naik sebesar 10°C.
A. +8,705 kJ
B. -8,705 kJ
C. -10,205 kJ
D. +10,205 kJ
E. 1,5 kJ
Jawaban: c
Pembahasan:
Kalor yang terlibat dalam reaksi:
Qreaksi + Qlarutan + Qkalorimeter = 0
Qreaksi = –(Qlarutan + Qkalorimeter)
Qlarutan = (mlarutan) (clarutan) ( ΔT)
= (53g) (3,65 J g–1°C–1) (45°C)
= 8.705,25 J
Qkalorimeter = (Ck) ( Δ T)
179

= (150 J °C–1) (10°C) = 1.500 J


Qreaksi = –(8.705,25 + 1.500) J = –10.205,25 J
Jadi, reaksi alkohol dan logam natrium dilepaskan kalor sebesar 10,205 kJ.
Oleh karena pada percobaan dilakukan pada tekanan tetap maka Qreaksi =
ΔHreaksi = –10,205 kJ.

13. Jika NaOH 5 gram dilakukan kedalam 100 ml air sehingga terjadi kanaikkan suhu
dari 240C menjadi 780C berat jenis air = gram/cm3 dan kalor jenis air 4,2 J/g0C
(Ar Na= 23 O=18 H=1). Hitunglah perubahan entalpi pelarut NaOH!
Pembahasan :
Diketahui :
Massa NaOH = 5 gram
Massa air = 100 gram (massa jenis=1)
Kalor jenis (c) = 4,2 J/g 0C
Kenaikkan suhu (∆T) = ?
Ditanya entalphi reaksi (∆H)
Jawab:
a. Q = m . c . ∆T
= (massa NaOH + massa air). c . ∆T
= (5 + 100). 4,2 . 54
= 23814 J
= 23,814 Kj
Mol = massa/Mr
= 0.125 mol
∆H = -Q/mol
=23,814/0,125
= -190,512 Kj/mol
180

14. Diketahui ∆Hf° CO2 (g) = -394 kJ/mol, ∆Hf° H2O(l) = -285 kJ/mol, dan ∆Hf°
C2H5OH (l) = -227 kJ/mol. Tentukan nilai kalor bakar dari alkohol C2H5OH. (Ar C
= 12, H = 1, O = 16)
Pembahasan:
Mr C2H5OH = 46
Reaksi pembakaran C2H5OH
C2H5OH + 3O2 → 2CO2 + 3H2O
∆Hr = (∆Hf° CO2 × 2 + ∆Hf° H2O × 3) – (∆Hf° C2H5OH × 1 + ∆Hf° O2 × 3)
∆Hr = (-394 × 2 + (-285 × 3)) – (-227 + 0)
∆Hr = -1643 + 227
∆Hr = -1416 kJ/mol
Nilai kalor bakar = ∆Hr × Mr
= -1416 ×46
= 65,136 kJ/mol
15. Sebanyak 25 ml (=25 gram) larutan HCl 1 M bersuhu 29°C dicampur dengan 25
Ml larutan NaOH 1 M bersuhu 29°C dalam suatu kalorimeter. Ternyata, suhu
campuran naik menjadi 35,5°C. Jika kalor jenis larutan dianggap sama dengan
kalor jenis air, yaitu 4,18 J g-1K-1, tentukanlah perubahan entalpi reaksi
Jawab: -54,32 kJ
Pembahasan:
Q larutan = m x c x ∆T
= 50 x 4,18 x 6,5
=1,358 J
Qreaksi = - Qlarutan = -1,358 J
Jumlah mol HCl,n = V X M = 0,025 L X 1 mol L-1 = 0,025 mol
Jumlah mol NaOH, n = V X M = 0,025 L X 1 mol L-1 = 0,025 mol
181

Karena jumlah mol pereaksi sesuai dengan perbandingan koefisien, maka


campuran adalah ekivalen. ∆H reaksi harus disesuaikan dengan stoikiometri
reaksi.
1
Q(1 mol HCl + 1 mol NaOH) = x -1,358 J
0,025
= -54,32 KJ
Jadi, ∆H reaksi = q reaksi = -54,32 KJ
16. Diketahui:
∆ H f0C3H8 = Z kJ/mol
∆ H f0CO2 = X kJ/mol
∆ H f0H2O = Y kJ/mol
Hitung kalor reaksi pembakaran 220 gram C3H8 (Mr = 44) menurut persamaan
reaksi berikut!
Jawab: 6X + 8Y – 2Z)kJ
Pembahasan:
∆ H reaksi = ∑ ∆ H 0f hasil reaksi - ∑ ∆ H 0f pereaksi
¿ {3 ∆ H 0f CO2 + 4∆ H 0f H2O} – {∆ H 0f C3H8 + 5∆ H 0f O2}
¿ { 3 X + 4 Y }− { Z +5 ( 0 ) }
¿ 3 X + 4 Y −Z
Pembakaran satu mol C3H8 menghasilkan kalor sebesar (3X + 4Y – 2Z)kJ. Jumlah
mol C3H8 yang dibakar adalah:
mC 3 H 8 220 g
= =2mol
nC3H8 = Mr C 3 H 8 g
44
mol
sehingga energi yang dihasikan adalah:
2 mol x (3X + 4Y – Z) kJ/mol = (6X + 8Y – 2Z) kJ
17. Diketahui persamaan termokimia reaksi pembakaran asetilena [C2H2(g)] sebagai
berikut :
2C2H2(g) + 5O2(g) → 4CO2(g) + 2H2O(l) ∆Ho = -2599,1 kJ
182

Berapa kJ kalor yang dihasilkan pada pembakaran 5 liter gas asetilena (STP)?
(ρ = 1,1 kg/cm-3)
a. 224.853,825 kJ c. 275.865,768 kJ
b. 275.854,823 kJ` d. 274.854,825 kJ
Jawab: D
Pembahasan:
Menacari entalpi standar satu mol asetilena
= - 2599,1 kJ/ 2 mol
= - 1299,55 kJ/mol
Mencari massa asitelina dalam 5 liter air
ρ asetilena = 1,1 kg/L
1,1 = kg/ 5L
massa = 5,5 kg = 5500 gram
mol = massa/Mr
mol= 5500 gram/ 26 gram/mol
mol= 211,5 gram/Mr
Mencari kalor dalam yang dihasilkan dalam 5 liter pembakaran gas asetilena
q= ∆Hco . mol
q= 1299,55 kJ/mol . 211,5 mol
q= 274.854,825 kJ
18. Perhatikan kalor reaksi pembentukan air berikut!
183

Pada penguapan 3 mol air dari tubuh diperlukan energi sebesar ….


A.   570 kJ
B.   484 kJ
C.   242 kJ
D.   86 kJ
E.   129 kJ
JAWABAN: E
PEMBAHASAN :
Penguapan adalah perubahan wujud air dari fase cair ke fase gas.
H2O (l) → H2O (g) Berdasarkan grafik di atas, perubahan entalpinya adalah
ΔH = ΔHhasil − ΔHpereaksi
= −242 − (−285)
= −242 + 285  = 43
Nilai 43 adalah energi yang diperlukan pada penguapan 1 mol air. Untuk
penguapan 2 mol air diperlukan energi dua kalinya.ΔH = 3 × 43
=129
Jadi, energi yang diperlukan dalam penguapan 2 mol air adalah 86 kJ (D).
19. Dalam kalorimeter yang telah dikalibrasi dan terbuka direaksikan 50g alkohol dan
3g logam natrium. Jika suhu awal campuran 30°C dan setelah reaksi suhunya
75°C, tentukan ΔHreaksi. Diketahui kalor jenis larutan 3,65 J g–1 °C–1, kapasitas
kalor kalorimeter 150 J°C-1, dan suhu kalorimeter naik sebesar 10°C.
a. +8,705 Kj
b. -8,705 kJ
c. -10,205 kJ
d. +10,205 kJ
e. 1,5 kJ
JAWABAN: C
PEMBAHASAN:
Kalor yang terlibat dalam reaksi:
184

Qreaksi + Qlarutan + Qkalorimeter = 0


Qreaksi = –(Qlarutan + Qkalorimeter)
Qlarutan = (mlarutan) (clarutan) ( ΔT)
= (53g) (3,65 J g–1°C–1) (45°C)
= 8.705,25 J
Qkalorimeter = (Ck) ( Δ T)
= (150 J °C–1) (10°C) = 1.500 J
Qreaksi = –(8.705,25 + 1.500) J = –10.205,25 J
Jadi, reaksi alkohol dan logam natrium dilepaskan kalor sebesar 10,205 kJ.
Oleh karena pada percobaan dilakukan pada tekanan tetap maka Qreaksi =
Δ Hreaksi = –10,205 kJ.
20. Seorang siswa mengukur perubahan entalpi dari reaksi :
HCl (aq) + NaOH (aq)  NaCl (aq) + H2O (e) (setara)
Jika suhu awal masing-masing larutan HCl dan NaOH adalah 25  dan setelah
dicampukan suhu menjadi 30 . Jumlah masing-masing zat yang dicampurkan
adalah 50 ml
HCl 0,2 M dan 50 ml NaOH 0,4 M, kapasitas kalor bejana di abaikan dan c air =
4,2 J /g . Berapakah perubahan entalpi ( Hn ) dari reaksi campuran tersebut. ( 1
mol )
A. -314 kJ
B. +231 kJ
C. -123 kJ
D. -210 kJ
E. +210 kJ
JAWABAN : D
PEMBAHASAN :
Dik : T = 5     Cair   = 4,2 J/g
V HCl     = 0,2 M = 50 ml                
m campuran       = 100 gr
185

V NaOH 0,4         = 50 ml
Dit                         : Hn . . .?
q          = m. c . T
                   = 100. 4,2 . 5
                   =  2.100                 J = 2,1 kj
H   = -q = -2,1 kJ
50 ml HCl 0,2 M   =    x 0,2   = 0,01 mol
50 ml NaOH 0,4 M =  x 0,4   = 0,02 mol
Untuk netralisasi 0,01 mol HCl 0,2 M : H   = -2,1 Kj
Untuk netralisasi 1 mol HCl 0,2 M : H  =  x 2,1= -210 kJ
 Jadi Hn                = -210 kJ/mol
21. Diketahui
∆ Hf0 C2H4 = 52 kJ/ mol
∆ Hf0 CO2 = -393,5 kJ/ mol
∆ Hf0 H2O = 52 kJ/ mol
Berapakah kalor yang dilepas untuk membakar 5,6 gram gas C2H4 …
A. -1410,6 kJ
B. -705,3 kJ
C. -352,65 kJ
D. -282,12 kJ
E. -141,6 kJ
JAWABAN : D
PEMBAHASAN :
C2H4 + 3O2 → 2CO2 + 2H2O
Reaktan Produk
∆H reaksi = ∑∆H produk - ∑∆H reaktan
= (2. ∆Hf0 CO2 + 2. ∆Hf0 H2O) – ( ∆Hf0 C2H4 + 3. ∆Hf0 O2)
= (2. -393,5 + 2. -285,8) – (52 + 3.0)
= -787 + -571,6 – 52
186

` = -1410,6 kJ / mol
Kalor yang membakar 1 mol C2H4 adalah -1410,6 kJ
Untuk 5,6 gr C2H4 ?
5,6
Mol C2H4 = = 0,2 mol
28
mol ditanya
Kalor = . kalor diketahui
mol diketahui
0,2
= . -1410,6 kJ
1
= -282, 12 kJ
22. Jika 100 cm3 larutan HCl 0,25 M direaksikan dengan cm3 NaOH 0,25 M. Jika
suhu awal 270C naik menjadi 370C. Jika kalor jenis 4,2 dan massa jenis 1 gram.
Hitunglah perubahan entalpi reaksi : HCl + NaOH → NaCl + H2O ….
A. -1008 kJ
B. -576 kJ
C. -504 kJ
D. -252 kJ
E. -125 kJ
JAWABAN : C
PEMBAHASAN :
Q = m. c. ∆t
= 300. 4,2. 10
= 12.600 J
= 12,6 Kj
mmol
0,25 = = 25 mmol = 0,025 mol
100
−Q −12,6 kJ
∆H = = = - 504 kJ
mol 0,05
23. Reaksi pembakaran CH4menhasilakan kalor sebesar 802 kJ/mol. Pada
pembakaran 4,8 gram CH4 dibebaskan kalor . . . . . kJ ( Ar C = 12, Ar H = 1)
187

A. 80,2
B. 120,3
C. 160,4
D. 240,6
E. 802
JAWABAN:D
PEMBAHASAN:
Reaksi pembakaran CH4 menghasilkan kalor 802 kJ/mol artinya pada
pembakaran 1 mol CH4 akan menghasilkan 802 kJ/mol kalor.Jika gas CH4
yang terbakar adalah 4,8 gram, maka: nCH4 = gr/Mr =4,8 / 18 = 0,3. Untuk
membakar 0,3 mo CH4 maka akan bebeaskan kalor sebesar
0,3 mol/ 1mol X 802 kJ = 240,6 kJ
24. Diketahiu beberapa entalpi pembentukan standar (∆Hf) untuk KclO3, KCl dan
SO2 berturut-turut – 391,2 kJ/ mol – 435,9 kJ. Perubahan entalpi reaksi:
2KClO3(s) + 3S (g) →2KCl (s) + 3SO2(g)
A. +435,6 kJ
B. +341,6 kJ
C. -341,6 kJ
D. +980 kJ
E. – 980 kJ

JAWABAN : E
PEMBAHASAN :
Menentukan ∆Hr dari data ∆H0F menggunakan rumusan:
∆Hr = (∑∆H0F produk X koefisien ) – (∆H0F produk koefisien)
∆Hr = (∆H0F KCl X 2+ ∆H0F SO2 X 3) – (∆H0F KClO3 X 2 + (∆H0F S X 3)
∆Hr = ( - 435,9 X2 +( -296,9 X 3 ) – (-391,2 X2 + O X 3 ) = (- 1762,5 + 782,4 )
= -980 kJ
25. Diketahui persamaan reaksi:
188

4 Fe(s )+ 3O 2 (g) →2 Fe2 O 3(s) ∆ H =−98,3 kj


Reaksi pembakaran 16,8 gram besi (Ar Fe = 56) menghasilkan energi sebesar ...
A. 1.113 kj
B. 1.050 kj
C. 525,0 kj
D. 262,5 kj
E. 224,7 kj
JAWABAN: D
PEMBAHASAN:
Dari soal diketahui persamaan termokimia:
4 Fe(s ) +3 O 2( g ) → 2 Fe2 O 3 (s ) ∆ H =−3.500 kJ
Untuk 4 mol Fe (dilihat dari koefisien) membebaskan kalor sebesar 3.500 kJ,
maka untuk 0,3 mol dapat dicari lewat perbandingan:
4 −3.500
=
0,3 X
−3.500× 0,3
X= =−262,5 kj
4
Dipilihan tidak ada yang bertanda negatif karena sudah diwakili oleh kata
“menghasilkan”
26. Diketahui beberapa entalpi pembentukan standar (∆ Hf ) untuk
KClO 3 , KCl dan SO2 berturut-turut -391,2 kj/mol, -435,9 kj dan -296,9 kj,
perubahan entalpi reaksi:
2 KClO3 (s) +3 s(g) → 2 KCl(s) +3 SO 2(g)
A. +435,6 kJ
B. +341,6 kJ
C. -341,6 kJ
D. +980 kJ
E. -980 kJ
JAWABAN: E
189

PEMBAHASAN:
Menentukan ∆ Hr dari data ∆ H ° f menggunakan rumusan:
∆ Hr=( Ʃ ∆ H ° f pr oduk × koefisien )−(Ʃ ∆ H ° f produk × koefisien)
∆ Hr=( ∆ H ° f KCl ×2+ ∆ H ° f SO2 ×3 )−( Ʃ ∆ H ° f KClO3 ×2+ ∆ H ° f S ×3)

∆ Hr=(−435,9 ×2+ (−296,9 ×3 ) )−(−391,2 ×2+0 ×3 )


∆ Hr=(−1762,5+782,4 )
∆ Hr=−980 kJ
27. Diketahui persamaan termokimia:
2 C2 H 2+5 O2 4 CO 2 +2 H 2 O=−2512 kJ
Berapakah perubahanentalpi pada pembakaran sempurna 2,8 liter C 2 H 2 pada
keadaan STP?
A. -157,2 kj/mol
B. -165 kj/mol
C. +166 kj/mol
D. +223 kj/mol
E. -157 kj/mol
JAWABAN: E
PEMBAHASAN:
Pembakaran sempurna mol C 2 H 2
H° c = -1.256 kj/mol
H c pada 2,8 liter C 2 H 2 = 0,125 mol
H c =x−1.256 kj/mol = -157 kj/mol
28. Perhatikan proses-proses yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari berikut ini!
1. Pakaian basah menjadi kering setelah dijemur.
2. Pembakaran gas elpiji.
3. Logam/besi dilelehkan pada proses pengelasan.
4. Perkaratan besi.
Pasangan yang merupakan proses endoterm adalah ….
190

A. (1) dan (2)


B. (1) dan (3)
C. (2) dan (3)
D. (2) dan (4)
E. (3) dan (4)
JAWABAN : B
PEMBAHASAN
Reaksi endoterm adalah reaksi yang membutuhkan kalor atau energi.
Sedangkan reaksi eksoterm adalah reaksi yang menghasilkan kalor atau
energi. Pakaian basah menjadi kering karena menyerap energi matahari
(endoterm). Pembakaran gas elpiji akan menghasilkan panas di antaranya
untuk memasak (eksoterm). Logam meleleh karena mendapat kalor dari alat
pengelasan (endoterm). Perkaratan besi merupakan reaksi oksidasi yang
melepas kalor (eksoterm). Jadi, pasangan yang merupakan proses endoterm
adalah pasangan nomor 1 dan 3 (B).
29. Sebanyak 4 gr NaOH dilarutkan ke dalam kalorimeter yang berisi 100 ml air .
Setelah NaOH dilarutkan ternyata suhu larutan naik dari 25 menjadi 33 C. Bila
kalor jenis air sebesar 4,18 J/gr maka dH pelarutan adalah....
A. 34,77 kJ
B. 35,77 kJ
C. 36,77 kJ
D. 37,77 kJ
E. 38,77 kJ
JAWABAN : A
PEMBAHASAN :
→ Sebelumnya dengan langkah pertama mari kita cari jumlah kalornya
dengan rumus !
q = m . c . dT
   = 104 . 4,18 .( 33 - 25 )
191

   = 104 . 4,18 . 8
   = 3477, 7 j
Setelah itu, kita cari mol dari NaOH
n = gr/Mr = 4/40 = 0,1
maka dH = 1/0,1 x 3477,7 = 34777,7 j atau 34,77 kJ
30. Ke dalam 100 ml larutan HNO3 2 M dengan suhu 2 C ditambahkan 100 ml
larutan KOH 2 M dengan suhu 25 C. ternyata, suhu campuran naik sampai 40 C.
Jika kalor jenis air = 4,2 j/g. maka perubahan entalpi reaksi adalah...kj/mol
A. 61 kJ /mol
B. 62 kJ /mol
C. 63 kJ /mol
D. 64 kJ /mol
E. 65 kJ /mol
JAWABAN : C
PEMBAHASAN:
→ Pertama, kita cari jumlah kalor yang dihasilkan !
q = m . c . ⧍T
   = 200 . 4,2 . 15
   = 12600 j atau 12,6 kJ
Reaksi Penetralan :
HNO3 + KOH → KNO3 + H2O
Jumlah mol   = V . M = 0,1 x 2 = 0,2 mol
Maka, ⧍H = 12,6 / 0,2 = 63 kJ /mol
31. Dalam suatu reaksi kimia dibebaskan 8,4 Kj energi. Jika kalor ini digunakan
untuk memanaskan 100 ml air, maka kenaikan suhunya ialah..... ( kalor jenis air =
4,2 )
A. 10 C
B. 20 C
192

C. 30 C
D. 40 C
E. 50 C
JAWABAN : B
PEMBAHASAN :
→  q = m . c . ⧍T
maka ⧍T = q/ m.c
                 = 8400 / 100 x 4,2 = 20 C
32. Pada pembakaran 1,6 gram gas metana (CH 4) dibebaskan kalor 80,2 kJ. Tentukan
∆ H ° CH4 dan tuliskan persamaan termokimianya (Ar C = 12, H = 1)
Pembahasan:
Menentukan jumlah mol CH4
gram
n=
Mr
1,6
=
16
= 0,1 mol
0,1 mol CH4 melepaskan 80,2 kJ, ditanyakan ∆ H ° (1 mol) dihitung
melalui perbandingan
−80,2
∆ H °=
0,1
= -802 kJ/mol
Persamaan termokimianya:
CH4 (g) + 2O2 (g) →CO2 (g) + 2H2O(l)
33. Diketahui ∆Hf° CO2 (g) = -394 kJ/mol, ∆Hf° H2O(l) = -285 kJ/mol, dan ∆Hf°
C2H5OH (l) = -227 kJ/mol. Tentukan nilai kalor bakar dari alkohol C2H5OH. (Ar C
= 12, H = 1, O = 16)
Pembahasan:
Mr C2H5OH = 46
193

Reaksi pembakaran C2H5OH


C2H5OH + 3O2 → 2CO2 + 3H2O
∆Hr = (∆Hf° CO2 × 2 + ∆Hf° H2O × 3) – (∆Hf° C2H5OH × 1 + ∆Hf° O2 × 3)
∆Hr = (-394 × 2 + (-285 × 3)) – (-227 + 0)
∆Hr = -1643 + 227
∆Hr = -1416 kJ/mol
Nilai kalor bakar = ∆Hr × Mr
= -1416 ×46
= 65,136 kJ/mol
34. Jika diketahui energi ikatan S-O = 469 kJ/mol, S=O = 323 kJ/mol, dan O=O =
495 kJ/mol. Hitunglah perubahan entalpi dari reaksi berikut:
1
SO2 (g) + O → SO3 (g)
2 2 (g)

Pembahasan:

∆H = (Σpemutusan ikatan ) – (Σpenggabungan ikatan)

1
∆H = (323 + 469 + . 495) – (323 + 2 × 469)
2

∆H = (1039,5) – (1261)

= -221,5 kJ/mol

35. Sebanyak 25 ml ( = 25 gram) larutan HCl 1 M bersuhu 29°C dicampur dengan 25


Ml larutan NaOH 1 M bersuhu 29°C dalam suatu kalorimeter. Ternyata, suhu
campuran naik menjadi 35,5°C. Jika kalor jenis larutan dianggap sama dengan
kalor jenis air, yaitu 4,18 J g-1K-1, tentukanlah perubahan entalpi reaksi
Jawab: -54,32 kJ
Pembahasan:
Q larutan = m x c x ∆T
194

= 50 x 4,18 x 6,5
=1,358 J
Qreaksi = - Qlarutan = -1,358 J
Jumlah mol HCl,n = V X M = 0,025 L X 1 mol L-1 = 0,025 mol
Jumlah mol NaOH, n = V X M = 0,025 L X 1 mol L-1 = 0,025 mol
Karena jumlah mol pereaksi sesuai dengan perbandingan koefisien, maka
campuran adalah ekivalen. ∆H reaksi harus disesuaikan dengan stoikiometri
reaksi.
1
Q(1 mol HCl + 1 mol NaOH) = x -1,358 J
0,025
= -54,32 KJ
Jadi, ∆H reaksi = q reaksi = -54,32 KJ
36. Pembakaran sempurna 12 gram etana menghasilkan kalor sebanyak 12.000 KJ.
Tentukanlah entalpi pembakaran molar standar etana !
Jawab: 24 kJ
gr 12
Pembahasan: mol etana yaitu n= = = 0,5 mol
Mr 24
Maka untuk 1 mol akan dibebaskan energi sebanyak :
12.000
∆H = = 24.000 J = 24 KJ
0,5
37. Pada suatu percobaan, 2 L air dipanaskan sehinngga suhu air naik dari 15°C
menjadi 62 °C . Jika diketahui massa jenis air = 1 g mL. -1 dan kalor jenis air= 4,2
Jg-1C-1. Tentukan ∆H reaksi pemanasan tersebut !
Jawab: 420 kJ
Pembahasan:
P=mxv
= 1 gram/ml x 2000 mL
= 2000 gram
Q= m x c x ∆T
195

= 2000 x 4,2 x (65-15)


= 2000 x 4,2 x 50
= 420,000 J
= 420 KJ
38. Pada pemanasan 200 g air bersuhu 350C diperlukan kalor 42 kJ. Jika diketahui
kalor jenis air = 4,2 Jg-1 0C, tentukan suhu air setelah pemanasan.
Jawab: 850C
Pembahasan:
q = 42 kJ
= 42000 J
q = m x c x ∆T
42000 J = 200 g x 4,2 Jg-1 0C-1 x ∆T
42000
∆T =
840
= 500C
∆T = T2 – T1
500C = T2 – 350C
T2 = 50 + 35
= 850C
39. Diketahui:
∆ H f0C3H8 = Z kJ/mol
∆ H f0CO2 = X kJ/mol
∆ H f0H2O = Y kJ/mol
Hitung kalor reaksi pembakaran 220 gram C3H8 (Mr = 44) menurut persamaan
reaksi berikut!
Jawab: 6X + 8Y – 2Z)kJ
Pembahasan:
∆ H reaksi = ∑ ∆ H 0f hasil reaksi - ∑ ∆ H 0f pereaksi
¿ {3 ∆ H 0f CO2 + 4∆ H 0f H2O} – {∆ H 0f C3H8 + 5∆ H 0f O2}
196

¿ { 3 X + 4 Y }− { Z +5 ( 0 ) }
¿ 3 X + 4 Y −Z
Pembakaran satu mol C3H8 menghasilkan kalor sebesar (3X + 4Y – 2Z)kJ. Jumlah
mol C3H8 yang dibakar adalah:
mC 3 H 8 220 g
= =2mol
nC3H8 = Mr C 3 H 8 g
44
mol
sehingga energi yang dihasikan adalah:
2 mol x (3X + 4Y – Z) kJ/mol = (6X + 8Y – 2Z) kJ
40. Diketahui reaksi CH4(g) +2O2(g) CO2(g) + 2 H2O(g)
Apabila dketahui energy katan (kJ/mol);
C- H : 413
C=O : 799
O= O : 495
O-H : 463
Entalpi reaksi di atas adalah ….. Kj
a. - 898 d. 808
b. - 808 e. 898
c. – 498
Jawab: B
Pembahasan:
CH4(g) +2O2(g) CO2(g) + 2 H2O(g)
H0 = ∑energi ikatan pereaksi -∑ energy ikatan produk
= {4(C- H) + 2 (O = O)} –{2(C = O) +2(2(O – H))}
= {4(413) + 2 (495)} –{2(799) +2(2(463))}
= 2.642 -3.350
= -808 Kj
41. Diketahui persamaan termokimia reaksi pembakaran asetilena [C2H2(g)] sebagai
berikut :
197

2C2H2(g) + 5O2(g) → 4CO2(g) + 2H2O(l) ∆Ho = -2599,1 kJ


Berapa kJ kalor yang dihasilkan pada pembakaran 5 liter gas asetilena (STP)?
(ρ = 1,1 kg/cm-3)
c. 224.853,825 kJ c. 275.865,768 kJ
d. 275.854,823 kJ` d. 274.854,825 kJ
Jawab: D
Pembahasan:
Menacari entalpi standar satu mol asetilena
= - 2599,1 kJ/ 2 mol
= - 1299,55 kJ/mol
Mencari massa asitelina dalam 5 liter air
ρ asetilena = 1,1 kg/L
1,1 = kg/ 5L
massa = 5,5 kg = 5500 gram
mol = massa/Mr
mol= 5500 gram/ 26 gram/mol
mol= 211,5 gram/Mr
Mencari kalor dalam yang dihasilkan dalam 5 liter pembakaran gas asetilena
q= ∆Hco . mol
q= 1299,55 kJ/mol . 211,5 mol
q= 274.854,825 kJ
42. Pembakaran sempurna 1 gram CH4(g) membantuk gas karbon dioksida dan air
pada keadaan standar menghasilkan 55,625 kJ. Berapakah entalpi pembakaran
molar standar (∆Hco) CH4?
a. 980 kJ/mol c. 780 kJ/mol
b. 890 kJ/mol d. 560 kJ/mol
Jawab: B
Pembahasan:
198

Mencari mol metana


Mol = massa/Mr
Mol = 1 gram / 16 gram/mol
Mol = 0,0625
Mencari ∆Hco
∆Hco = q / mol
∆Hco = 55,625 kJ / 0,0625 mol
43. ∆Hco = 890 kJ/mol Diketahui entalpi pembentukan metanol, CH3OH(l) = -238,6
kJ/mol; CO2(g) = -393,5 kJ/mol; dan H2O(l) = -286 kJ/mol. Berapakah jumlah kalor
yang dibebaskan pada pembakaran 4 gram metanol?
a. 91,09 kJ c. 100,02 kJ
b. 90,86 kJ d. 78,09 kJ
Jawab: B
Pembahasan:
Reaksi pembekaran metanol adalah sebagai berikut:
3
CH3OH(l) + O → CO2(g) + 2H2O(l)
2 2(g)
3
∆Ho = [∆Hof CO2(g) + 2 x ∆Hof H2O] – [∆Hof CH4O + ∆HofO2]
2
3
= [-393,5 kJ + 2.(-286)kJ] – [-238,6 kJ + x 0 kJ]
2
∆Ho = -726,9 kJ/mol
4
4 gram CH3OH = = 0,125 mol
32
q= ∆Ho . mol
q= 726,9 kJ/mol . 0,125 mol
q = 90,86
44. Jika NaOH 5 gram dilakukan kedalam 100 ml air sehingga terjadi kanaikkan suhu
dari 240C menjadi 780C berat jenis air = gram/cm 3 dan kalor jenis air 4,2 J/g0C
(Ar Na= 23 O=18 H=1). Hitunglah perubahan entalpi pelarut NaOH
199

Pembahasan :
Diketahui :
Massa NaOH = 5 gram
Massa air = 100 gram (massa jenis=1)
Kalor jenis (c) = 4,2 J/g 0C
Kenaikkan suhu (∆T) = ?

Ditanya entalphi reaksi (∆H)


Jawab:
b. Q = m . c . ∆T
= (massa NaOH + massa air). c . ∆T
= (5 + 100). 4,2 . 54
= 23814 J
= 23,814 Kj
Mol = massa/Mr
= 0.125 mol
∆H = -Q/mol
=23,814/0,125
= -190,512 Kj/mol

BAB IV
LAJU REAKSI

MATERI PRASYARAT
1. Stoikoimetri
200

Materi stoikiometri yang berhubungan dengan materi laju reaksi adalah


mencari kemolaran suatu zat yang mana dalam materi stoikiometri sudah
terlebih dahulu dipelajari tentang mencari molar, mol, dan lain sebagainya.
Untuk itu siswa perlu mempelajari materi stoikiometri terlebih dahulu.
2. Siwa harus sudah mengetahui materi stoikiometri, yaitu pada persamaan
reaksi. Karena pada materi laju reaksi ini lebih banyak menggunakan
persamaan reaksi dan penyetaraan reaksi
MISKONSEPSI
1. Berdasarkan jurnal penelitian tentang miskonsepsi siswa pada materi laju
reaksi didapatkan beberapa miskonsepsi pada siswa yaitu:
a. Konsep Laju Reaksi
Siswa beranggapan bahwa pada reaksi A + B → C, apabila reaksi
berlangsung dengan jumlah B berlebih, maka pada akhir reaksi, B akan
mendekati nol. Padahal konsep yang benar adalah bahwa pada Reaksi A
+ B → C, jika reaksi berlangsung dengan jumlah B berlebih maka pada
akhir reaksi A akan mendekati nol.
b. Konsep Orde Reaksi
Siswa beranggapan pada reaksi orde nol, laju reaksi meningkat
dengan berkurangnya konsentrasi reaktan. Padahal konsep yang benar
menurut Jespersen, Brady, dan Hyslop (2012: 663) adalah pada reaksi
orde nol laju reaksinya tidak dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi
reaktan.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
Siswa beranggapan bahwa reaksi dengan harga energi aktivasi (Ea)
tinggi akan berjalan lebih cepat. Padahal konsep yang benar menurut
Silberberg (2009: 710) adalah pada reaksi dengan harga Ea yang kecil
(atau pada suhu yang tinggi) maka laju reaksinya akan berjalan lebih
cepat.
201

Miskonsepsi lain yang ditemukan yaitu, siswa beranggapan bahwa


katalis akan meningkatkan energi aktivasi sehingga reaksi akan berjalan
lebih cepat. Padahal konsep yang benar menurut Jespersen, Brady, dan
Hyslop (2012: 681) adalah katalis akan mempercepat pembentukan
produk dengan cara menurunkan energi aktivasi.
Selanjutnya miskonsepsi lainnya yaitu banyak siswa menyatakan
bahwa untuk reaktan zat padat pada massa yang sama laju reaksi akan
semakin cepat dengan bertambahnya ukuran pereaksi. Mereka
beranggapan bahwa ketika ukuran pereaksi diperbesar maka luas
permukaan bidang sentuhnya juga semakin besar sehingga reaksi akan
berlangsung lebih cepat. Teori yang lebih tepat untuk menjelaskan konsep
ini adalah menggunakan konsep teori tumbukan. Semakin besar ukuran
pereaksi pada massa yang sama maka luas permukaan bidang sentuhnya
akan semakin kecil sehingga frekuensi terjadinya tumbukan akan semakin
kecil. Siberberg (2009: 686) menyatakan bahwa semakin halus partikel
reaktan luas permukaan bidang sentuhnya juga semakin besar sehingga
kemungkinan terjadinya tumbukan juga semakin besar.
d. Konsep Teori Tumbukan
Siswa beranggapan bahwa tumbukan dengan orientasi tepat hanya
terjadi pada atom-atom sejenis. Konsep yang benar menurut Jespersen,
Brady, dan Hyslop (2012: 665) adalah reaksi akan terjadi bila tumbukan
antar molekul memiliki orientasi tumbukan yang tepat dan energi yang
cukup.
Miskonsepsi yang kedua yang ditemukan yaitu, siswa beranggapan
bahwa makin besar ukuran suatu zat pada massa yang sama frekuensi
terjadinya tumbukan juga makin besar. Siswa beranggapan bahwa
semakin besar ukuran pereaksi maka frekuensi terjadinya tumbukan akan
semakin besar karena luas permukaannya juga semakin besar. Padahal
konsep yang benar menurut Siberberg (2009: 686) menyatakan bahwa
202

semakin halus partikel reaktan luas permukaan bidang sentuhnya juga


semakin besar sehingga frekuensi terjadinya tumbukan juga semakin
besar.
Miskonsepsi lainnya yang juga ditemuka bahwa sebagian siswa
beranggapan bahwa semakin besar konsentrasi susunan pertikelnya
semakin renggang sehingga ruang untuk bertumbukan makin luas. Siswa
beranggapan bahwa ketika susunan partikel semakin renggang frekuensi
tumbukan akan semakin besar karena ruang untuk bertumbukan juga
semakin luas. Padahal konsep yang benar adalah semakin besar
konsentrasi susunan partikelnya akan semakin rapat sehingga frekuensi
terjadinya tumbukan semakin besar. Siberberg (2009: 665) menyatakan
bahwa semakin besar konsentrasi reaktan, tumbukan yang terjadi juga
akan semaki besar karena susunan partikelnya semakin rapat.
2. Pada buku yang disusun oleh Tine Maria Kuswati, dkk dalam BAB Laju
Reaksi ini tidak dijumpai materi tentang Kemolaran, sehingga untuk
mempelajari atau memahaminya lebih dalam lagi, siswa harus membuka
BAB Stoikiometri hanya untuk mempelajari materi Kemolarannya.
Sedangkan pada buku yang disusun oleh Tim Masmedia Buana Pustaka, pada
BAB laju Reaksi sudah terdapat subbab tersendiri tentang Kemolaran,
sehingga lebih memudahkan siswa dalam mempelajari materi laju reaksi
lebih lanjut.
3. Pada buku yang disusun oleh Tim Masmedia Buana Pustaka tidak
menjelaskan tentang Penentuan Orde Reaksi dengan cara grafik sehingga
ketika apabila siswa diberikan soal-soal untuk menentukan orde reaksi
berdasarkan cara grafik, siswa akan menjadi kesulitan.
4. Pada buku yang disusun oleh Tine Maria Kuswati,dkk terdapat banyak
multiple representasi sehingga lebih memudahkan siswa untuk memahami
materi. Sedangkan pada buku yang disusun oleh Tim Masmedia multiple
203

representasinya sangat sedikit sehingga menyulitkan siswa yang


membutuhkan penjelasan gambar.
5. Pada buku Sentot Budi Raharjo kurikulum 2013 tidak ada dijelaskan jenis-
jenis dari tunbukan, sedangkan pada buku Unggul Sudarmo yang diterbitkan
Erlangga itu dijelaskan jenis-jenis dari tumbukan. Hal ini menyebabkan siswa
yang hanya memakai buku Sentot Budi Raharjo tidak mengetahui jenis-jenis
dari tumbukan.
6. Pada Buku Unggul Sudarmo Kurikulum 2013 faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi hanya empat, namun pada buku Sentot Budi
Raharjo dijelaskan ada satu faktor lagi yaitu kereaktifan zat pereaksi. Hal ini
akan menyebabkan siswa yang memakai buku Unggul Sudarmo tidak
mengetahui kalau kereaktfan zat pereksi juga mempengaruhi laju reaksi.
7. Dalam buku Sentot Budi Rahardjo, 2017 tidak menjelaskan secara luas
tentang laju reaksi. Materi laju reaksi sesaat juga tidak dibahas didalam buku
ini, Sedangkan buku Haris Watoni, 2014 membahas materi mengenai “Laju
Reaski secara sistematis dan dapat melengkapi buku Sentot Budi Rahardjo,
2017 menjadi lebih sempurna.
8. Kebanyakan siswa masih sulit dalam memahami hasil reaksi yang terbentuk
didalam laju reaksi.
9. Untuk faktor – faktor yang mempengaruhi laju reaksi siswa masih terbalik –
balik dalam mendefenisikannya
10. Pada buku Unggul Sudarmo, tidak dijelaskan terlebh dahulu pada awal bab
mengenai konsep kemolaran, hubungannya dengan kadar larutan,
pengenceran, pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu, materi ini perlu
disampaikan agar siswa lebih paham dalam menyelesaikan persoalan karena
laju reaksi berkaitan dengan konep kemolaran.
11. Pada buku Unggul Sudarmo, tidak memaparkan pengaruh tekanan terhadap
laju reaksi, dimana penambahan tekanan dengan memperkecil volume akan
memperbesar konsentrasi, sehingga memperbesar laju reaksi. Hal ini dapat
204

menimbulkan kurang pahamnya siswa terhadap konsep laju reaksi yang


dipengaruhi tekanan.
12. Pada buku Unggul Sudarmo, disebutkan ‘’ Dalam jumlah yang sama, serbuk
pualam mempunyai permukaan lebih luas dari pada pualam yang berbentuk
kepingan’’ hal ini dapat menimbulkan miskonsepsi bagi siswa dimana luas
permukaan disini bias diartikan luas keseluruhan total, lebih tepatnya luas
bidang sentuh nya. Karena kebanyakan miskonsepsi terjadi pada factor lajuu
reaksi pada luas permukaan ini.
I. MULTIPEL REPRESENTASI
1. Pengaruh luas permukaan
Makroskopis: Dengan memperluas bidang sentuh, maka reaksi akan
berlangsung lebih cepat. Pada campuran pereaksi yang heterogen, reaksi
hanya terjadi pada bidang batas campuran yang selanjutnya disebut bidang
sentuh. Oleh karena itu, semakin luas bidang sentuh, semakin cepat reaksi
berlangsung. Semakin halus ukuran kepingan zat padat, semakin luas
permukaan bidang sentuhnya.
Simbolik: solid (s)
Mikroskopis:

(a) (b)
(a) Tumbukan antar partikel pada permukaan kecil
(b) Tumbukan antar partikel pada permukaan besar
2. Kaporit atau kalsium hipoklorit
205

Makroskopis: kalsium hipoklorit adalah zat padat yang mempunyai bau klor
yang kuat. Kalsium hipoklorit digunakan untuk desinfektan pada air minum
atau air kolam renang. Kalsium hipoklorit juga merupakan bahan serbuk
pemutih,digunakan untuk memutihkan kain katun dan linen. Digunakan juga
sebagai pembersih kamar mandi, desinfektan rumah tangga, penghilang lumut
dan alga, dan pembasmi rumput. Selain itu, kalsium hipoklorit dapat juga
digunakan untuk pembuatan kloroform. Serbuk pemutih digunakan juga
dalam industri gula untuk memutihkan nira tebu sebelum kristalisasinya
dilakukan. Mempunyai massa molar 142,98g/mol, densitas 2,35 g/cm3, titik
lebur 100°C serta titik didih 175°C.
Simbolik: Ca(ClO)2
Mikroskopis:

3. Nitrogen dioksida
Makroskopis: nitrogen dioksida digunakan sebagai bahan sintesis untuk
pembuatan asam nitrit, yang produksinya mencapai jutaan ton tiap tahunnya.
Gas ini berwarna merah kecoklatan dan merupakan salah satu polutan utama
udara. Mempunyai massa molar 46, 0055 g/mol, densitas 2,62 g/cm 3 serta titik
didihnya 21°C
Simbolik: NO2
Mikroskopis:
206

4. Nitrogen Oksida
Makroskopis:Merupakan gas tidak berwarna, memiliki titik didih -152oC dan
titik lebur -164oC, memiliki massa molar 30,01 g mol-1
Simbolik: NO
Mikroskopis:

5. Alkyl dimethylamine oxide


Makroskopis: mencuci baju dengan deterjen biasa dan konsenterat tumbukan
molekul dengan reaksi kimia
Simbol : Alkyl dimethylamine oxide
Mikrokopis:

6. H2O2
Makroskopis: Biru muda terang; tak berwarna dalam larutan, bau agak tajam,
titik lebur -0,43 °C, titik didih 150,2 °C (terdekomposisi)
Simbolik: H2O2
Mikrokopis:
207

7. Batu pualam (CaCO3)


Makroskopis: Dalam fenomena kehidupan sehari-hari yaitu daging sate akan
lebih cepat masak jika di potong- potong kecil terlebih dahulu. Percobaan
yang relevan tentang batu pualam (CaCO3) direaksikan dengan asam klorida
(HCl), dimana batu pualam yang digunakan berbentuk serbuk dan padatan.
Simbolik: CaCO3(s) + 2HCl(aq)→ CaCl2(aq) + H2O(l) + CO2(g)
Mikroskopis: Teori tumbukan mengenai luas permukaan bidang sentuh
berupa tumbukan antara partikel-partikel yang bereaksi. Semakin luar
permukaan, semakin banyak peluang terjadinya tumbukan antar pereaksi.

8. Karbon Monoksida
Simbolis : CO
Makroskopis :Karbon monoksida, rumus kimia CO, adalah gas yang tak
berwarna, tak berbau, dan tak berasa. Ia terdiri dari satu atom
208

karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu atom oksigen.


Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan
kovalen koordinasi antara atom karbon dan oksigen. Karbon
monoksida dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari senyawa
karbon, sering terjadi pada mesin pembakaran dalam. Karbon
monoksida terbentuk apabila terdapat kekurangan oksigen dalam
proses pembakaran. Karbon monoksida mudah terbakar dan
menghasilkan lidah api berwarna biru, menghasilkan karbon
dioksida. Walaupun ia bersifat racun, CO memainkan peran yang
penting dalam teknologi modern, yakni merupakan prekursor
banyak senyawa karbon.
Mikroskopis :
209

LAJU REAKSI
A. Kemolaran
1. Pengertian Kemolaran
Kemolaran atau molaritas adalah besaran yang menyatakan jumlah mol yang
terlarut tiap liter larutan. Kemolaran atau molaritas dilambangkan dengan huruf M.
Kemolaran dapat dirumuskan sebagai berikut.
n g 1000
M = atau M = x
v Mr V
Keterangan :
M = kemolaran larutan (M atau mol /liter atau mmol/ml)
n = jumlah mol zat terlarut (mol)
v = volume larutan (liter)
g = massa zat (gr)
Mr = massa molekul zat relatif terlarut
V = volume larutan (ml)
Misalnya larutan 0,1 M HCl. Artinya, pada tiap larutan HCl mengandung 0,1
mol HCl atau tiap mililiter larutan HCl mengandung 0,1 milimol HCl.
Jika dua atau lebih larutan yang mengandung zat yang sama tetapi
kemolarannya berbeda dicampur, akan menghasilkan kemolaran yang baru.
Kemolaran yang baru itu dirumuskan sebagai berikut.
210

( V 1 x M 1 ) + ( V 2 x M 2 ) +…
Mcampuran=
V 1+V 2+…
Jika dihubungkan dengan persen, kemolaran dapat dinyatakan dengan :
P
x p xV
100 1000 10 x P x p
M= x atau M =
Mr V Mr
Keterangan :
M = kemolaran (M = mol/L)
P = persen larutan
V = volume larutan (ml)
Mr = massa molekul relatif
P = massa jenis larutan (g/ml)
2. Kegunaan Kemolaran
a. Melarutkan Zat Padat
Dalam praktikum kimia, seringkali kita harus menyediakan larutan dengan
konsentrasi dan volume tertentu. Padahal, yang tersedia dalam laboratorium adalah
dalam bentuk padat. Lalu bagaimana cara membuat larutan dari zat padat itu?
Misalnya, ketika kita membuat 100 ml larutan NaOH 0,2 M, maka hal-hal
yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Menghitung massa NaOH yang diperlukan, yaitu:
n = V x M = 100. 0,2 = 20 mmol = 0,02 mol.
Massa NaOH = n x Mr NaOH
= 0,02 x 40
= 0,8 gr.
2) Menyiapkan neraca, labu takar 100 ml, spatula, akuades, dan kristal
NaOH.
3) Melarutkan 0,8 gr NaOH dalam 50 ml akuades pada gelas kimia
kemudian dimasukan ke dalam labu takar 100 ml. Setelah semua
masuk, tambahkan akuades hingga volume mencapai 100 ml.
211

b. Pengenceran
Di laboratorium, larutan yang berasal dari pabrik, biasanya tersedia dalam
konsentrasi tinggi, misalnya asam klorida 12 M, dan asam asetat 17 M. Sementara itu,
reaksi-reaksi kimia biasanya dilakukan pada konsentrasi larutan yang rendah
misalnya 1 M atau 0,1 M. Untuk keperluan tersebut, larutan yang pekat harus
diencerkan dahulu dengan menambahkan air.
Di dalam pengenceran larutan, jumlah mol zat pada larutan pekat sama
dengan larutan encer, hanya volum larutannya yang berubah. Jumlah mol zat terlarut
dapat dihitung dengan mengalikan volum (V) dengan molaritas larutan.
n1 = n2 atau V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan :
n1 = mol zat sebelum diencerkan
n2 = mol zat setelah diencerkan
V1 = volume larutan sebelum diencerkan
M1 = kemolaran larutan sebelum diencerkan
V2 = volume larutan setelah diencerkan
M2 = kemolaran larutan setelah diencerkan
c. Mencampurkan Larutan yang Mempunyai Konsentrasi Berbeda
Jika dua atau lebih larutan yang mengandung zat yang sama tetapi
kemolarannya berbeda dicampur, akan menghasilkan kemolaran yang baru.
Kemolaran yang baru itu dirumuskan sebagai berikut.79
( V 1 x M 1 ) + ( V 2 x M 2 ) +…
Mcampuran=
V 1+V 2+…
B. Konsep Laju Reaksi
Pengertian laju dalam reaksi, sebenarnya sama dengan laju pada kendaraan
yang bergerak. Sebagai contoh, seseorang mengendarai sepeda motor sejauh 100 km
yang ditempuh dalam waktu 2 jam. Hal ini berarti, orang tersebut mengendarai

79
Tim Masmedia Buana Pustaka, Kimia untuk SMA/MA Kelas XI Kurikulum 2013 Kelompok
Peminatan dan Ilmu-ilmu Alam, (PT Masmedia Buana Pustaka: Sidoarjo, 2016), Hlm 91 – 93
212

sepeda motor dengan kecepatan 50 km/jam. Kecepatan tersebut dapat diartikan


bahwa setiap orang tersebut mengendarai kendaraan selama satu jam, jarak yang
ditempuh bertambah 50 km. Pernyataan tersebut juga dapat diartikan bahwa setiap
orang tersebut mengendarai sepeda motornya selama satu jam, jarak yang harus
ditempuh berkurang sejauh 50 km. Cara menghitung kecepatan ini menghasilkan
kecepatan rata-rata karena selama mengendarai kendaraan mulai dari berangkat
sampai tiba di tujuan tidak selalu dengan baju 50 km per jam, tetapi kadang-kadang
berhenti, dipercepat, atau diperlambat.
Reaksi kimia menyangkut perubahan dari suatu per reaksi menjadi hasil reaksi
produk yang dinyatakan dengan persamaan reaksi:
Pereaksi (reaktan) Hasil reaksi (produk)
Seperti halnya pada contoh di atas, laju reaksi dapat dinyatakan sebagai
berkurangnya jumlah pereaksi untuk setiap satuan waktu atau bertambahnya jumlah
hasil reaksi untuk setiap satuan waktu. Ukuran jumlah zat dalam reaksi kimia
umumnya dinyatakan sebagai konsentrasi molar atau kemolaran (M). Dengan
demikian, laju reaksi menyatakan berkurangnya konsentrasi pereaksi atau
bertambahnya konsentrasi hasil reaksi setiap satu satuan waktu (detik). Satuan laju
reaksi umumnya dinyatakan dalam satuan mol dm-3 atau det-1 atau mol/liter detik.
Satuan mol dm-3 atau kemolaran (M), adalah satuan konsentrasi larutan.80
1. Pengertian Laju Reaksi
Laju reaksi adalah berkurangnya jumlah reaktan atau bertambahnya jumlah
produk dalam satuan waktu. Satuan dari jumlah zat bermacam-macam, misalnya
gram, mol, atau molaritas. Sebagai contoh, apabila kita akan mengamati laju reaksi
dari pembakaran kertas, kita dapat menghitung berapa gram kertas yang terbakar
dalam satuan waktu.
Dalam perhitungan kimia banyak digunakan zat kimia berupa larutan atau
berupa gas dalam ruang tertutup. Oleh karena itu, digunakan satuan khusus, yaitu
konsentrasi.
80
Unggul Sudarmo, Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI, (Erlangga: Jakarta, 2014), hlm. 97
213

Perhatikan reaksi berikut!


R→P
Pada awal reaksi yang ada hanya reaktan (R) karena zat produk (P) belum
terbentuk. Setelah reaksi Lerjalan, zat P mulai terbentuk. Semakin lama konsentrasi
zat P semakin bertambah, sedangkan konsentrasi zat R semakin berkurang. Laju
reaksi tersebut dapat digambarkan dengan grafik pada Gambar 3.2.

2.2 Grafik lajureaksi


Berdasarkan grafik Gambar 3.2, jumlah konsentrasi reaktan semakin
berkurang maka laju reaksinya adalah berkurangnya jumlah konsentrasi R per satuan
waktu, yang dirumuskan sebagai berikut.
−∆[ R]
v=
∆t
Keterangan :
−∆ [R ] = berkurangnya konsentrasi reaktan
∆t = perubahan waktu
v = laju reaksi

Akan tetapi, dapat juga dibaca bahwa jumlah konsentrasi produk semakin
bertambah maka laju reaksinya adalah bertambahnya jumlah konsentrasi P per satuan
waktu, yang dirumuskan sebagai berikut.
214

+ ∆[ R]
v=
∆t
Keterangan :
+ ∆[R ] = bertambahnya konsentrasi produk
∆t = perubahan waktu
v = laju reaksi81
2. Laju Reaksi Sesaat

Untuk meminimalkan kesalahan dalam pengukuran laju reaksi, ,maka


pengukuran dilakukan pada setiap perubahan konsentrasi yang sangat kecil. d[X],
dalam selang waktu yang sangat sempit, dt. Rasio perubahan konsentrasi dengan
perubahan waktu dalam kondisi ini disebut laju reaksi sesaat.

❑ −d [X ]
❑ Laju reaksi sesaat=
dt

Laju reaksi sesaat pada momen waktu tertentu sama dengan kemiringan
(slope) garis linier pada grafik yang mengalurkan konsentrasi pereaksi terhadap
waktu. Nilai slope semakin berkurang dengan bertambahnya waktu reaksi. Laju
reaksi sesaat pada momen waktu tertentu dapat dihitung pada waktu antara saat
pereaksi-pereaksi tercamour dengan saat reaksi mencapai kesetimbangan. Dengan
menarik garis lurus ke keadaan saat pereaksi-pereaksi mulai bercampur (t mendekati
nol) diperoleh laju reaksi sesaat awal.82
3. Penentuan laju reaksi
Telah disebutkan bahwa laju reaksi ditentukan melalui percobaan yaitu
dengan mengukur banyaknya bereaksi yang dihabiskan atau banyaknya produk yang
dihasilkan pada selang waktu tertentu sebagai contoh laju reaksi antara magnesium

81
Tine Maria Kuswati, dkk, Konsep dan Penerapan Kimia SMA/MA Kelas XI Kurikulum
2013 Peminatan, (Bailmu: Jakarta, 2013), hlm. 95
82
Haris Watoni, Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu
– Ilmu Alam, (Yrama Widya : Bandung, 2014), hlm 113
215

dengan larutan asam klorida asam klorida dapat ditentukan dengan mengukur jumlah
salah satu produknya yaitu gas hidrogen
Mg(s) + 2 HCl(aq) MgCl2(aq) + H2(g)
Sepotong pita magnesium ditempatkan pada satu sisi dari larutan bersekat,
sedangkan Sisi Lainnya diisi dengan larutan HCl. Setelah terpasang, labu dimiringkan
sehingga kedua zat pereaksi bercampur. Bersamaan dengan itu stopwatch dihidupkan.
Gas hidrogen yang terbentuk akan mengisi siring. Volumenya dapat dicatat tiap
intensitas waktu tertentu misalnya selama 1 menit. Berikut disajikan suatu hasil
percobaan dengan reaksi tersebut.
Waktu (menit) Volume H2 (Ml)
0 0
1 14
2 25
3 33
4 38
5 40
6 40
7 40

Data di atas dapat di plot dalam bentuk grafik seperti pada gambar tersebut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari grafik hasil percobaan ini adalah:
216

a. Pada menit pertama dihasilkan 14 cm3 gas hidrogen jadi laju reaksi pada
menit pertama adalah 14 cm gas hidrogen per menit. Pada menit kedua
dihasilkan 11 cm3 gas hidrogen (25 sampai 14). Jadi, laju reaksi pada
menit kedua adalah 11 cm gas hidrogen per menit. Perhatikanlah bahwa
laju reaksi berubah sepanjang waktu reaksi. Laju terbesar terjadi pada
awal reaksi dan semakin lama semakin kecil.
b. Kemiringan kurva berubah setiap saat. Kemiringan berkurang seiring
dengan berkurangnya laju reaksi. Kemiringan gradien terbesar terjadi pada
menit pertama dan semakin kecil pada menit menit berikutnya.
c. Setelah menit ke 5 volume gas hidrogen tidak lagi bertambah reaksi telah
selesai dan kurva menjadi datar
d. Volume total gas hidrogen yang dihasilkan sebanyak 40 cm3 yaitu Dalam
waktu 5 menit. Laju reaksi rata-rata 40 cm3/ 5 menit = 8 cm3 gas hidrogen
per menit
C. Teori Tumbukan dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Laju Reaksi
1. Teori Tumbukan
Reaksi terjadi karena adanya tumbukan antara partikel-partikel zat yang
bereaksi. Oleh karena itu, sebelum dua atau lebih partikel bertumbukan maka reaksi
tidak akan terjadi. Akan tetapi tidak semua tumbukan itu akan menghasilkan reaksi,
karena tumbukan yang terjadi harus mempunyai energi yang cukup untuk
memutuskan ikatan-ikatan pada zat yang bereaksi.
Tumbukan yang dapat menghasilkan reaksi disebut tumbukan efektif. Sebelum
tumbukan terjadi, partikel-partikel memerlukan suatu energi minimal yang dikenal
sebagai energi pengaktifan atau energi aktivasi (Ea).83
a. Teori Tumbukan dan Konsentrasi Awal Pereaksi
Semakin besar konsentrasi pereaksi, semakin banyak jumlah partikel
pereaksi sehingga semakin besar peluang terjadinya tumbukan. Hal ini

83
Tine Maria Kuswati, Op.Cit., hlm. 96
217

menyebabkan semakin besar peluang untuk terjadinya tumbukan efektif


betarti laju reaksi semakin cepat.
b. Teori Tumbukan dan Luas Permukaan
Semakin luas permukaan, semakin banyak peluang terjadinya
tumbukan antar-pereaksi. semakin banyak tumbukan yang terjadi
mengakibatkan semakin besar peluang terjadinya tumbukan yang
menghasilkan reaksi (tumbukan efektif). Akibatnya, laju reaksi semakin cepat.
c. Teori Tumbukan dan Suhu
Pada suhu tinggi, partikel-partikel yang terdapat dalam suatu zat akan
bergerak (bergetar) lebih cepat daripada suhu rendah. Oleh karena itu, apabila
terjadi kenaikan suhu, partikel-partikel akan bergerak lebih cepat, sehingga
energi kinetik partikel meningkat. Semakin tinggi energi kinetik partikel yang
bergerak, jika saling bertabrakan akan menghasilkan energi yang tinggi pula,
sehingga semakin besar peluang terjadinya tumbukan yang dapat
menghasilkan reaksi atau tumbukan efektif.
d. Energi Aktivasi dan Katalis
Energi minimal yang diperlukan untuk berlangsungnya suatu reaksi
disebut energi pengaktifan atau energi aktivasi. Tiap reaksi mempunyai energi
aktivasi yang berbeda-beda jika energi aktivasi suatu reaksi rendah, reaksi
tersebut akan lebih mudah terjadi. semakin rendah energi aktivasi, semakin
mudag reaksi berlangsung. Model tumbukan antar-partikel dapat digambarkan
sebagai bola yang akan menggelinding dari lekukan suatu bukit ke lereng
bukit. Diperlukan energi supaya bola menggelinding mencapai puncak
lekukan (keadaan transisi). Setelah mencapai keadaan transisi pun, masih
diperlukan energi agar bisa terlepas dari puncak lekukan tersebut sehingga
bola dapat menggelinding ke lereng bukit. Jika energinya tidak cukup, bola
akan menggelinding kembali kelekulan tersebut.
218

Gambar 2.3. Bola menggelinding akan kembali ke lembah, bila energinya tidak
cukup untuk mendorong sampai dipuncak.
Walaupun reaksi eksoterm melepas kalor, tetapi terdapat energi yang
menghalangi sebesar energi aktivasi. Hal ini dapat digunakan untuk menjelaskan
mengapa pada reaksi eksoterm yang melepas kalor, tetap dibutuhkan energi untuk
memicu terjadinya reaksi. Misalnya pada reaksi pembakaran karbon menjadi karbon
dioksida. demikian juga pada reaksi endotrem, dibutuhkan energi untuk mencapai
kondisi transisi.

Gambar 2.3. diagram energi pada reaksi eksoterm dan endoterm.


Beberapa reaksi yang sukar berlangsung disebabkan oleh tingginya energi
aktivasi. Oleh karena itu, agar reaksi lebih muda berlangsung, ditambahkan katalis.
katalis mempercepat reaksi dengan cara mengubah jalannya reaksi, Di mana jalur
reaksi yang ditempuh tersebut mempunyai energi aktivasi yang lebih rendah daripada
laju reaksi yang biasanya ditempuh.84

84
Unggul Sudarmo, Kimia 2 Untuk SMA/ MA Kelas XI, (Erlangga: Jakarta, 2016), hlm.116–
118
219

2. Faktor – Faktor yang Memengaruhi Laju Reaksi


Menurut teori tumbukan, laju reaksi akan lebih cepat jika tumbukan
antarpartikel zat yang bereaksi lebih banyak. Berikut hal-hal yang memengaruhi laju
reaksi berdasarkan teori tumbukan.
a. Pengaruh Konsentrasi
Zat yang konsentrasinya besar mengandung jumlah partikel yang lebih
banyak, sehingga partikel-partikelnya tersusun lebih rapat dibanding zat yang
konsentrasi rendah. Partikel yang susunannya lebih rapat akan lebih sering
bertumbukan dibanding dengan partikel yang susunannya lebih renggang, sehingga
kemungkinan terjadinya reaksi makin besar.
b. Pengaruh Luas Permukaan Bidang Sentuh
Suatu zat akan bereaksi apabila bercampur atau bertumbukan. Reaksi dapat
terjadi antara reaktan-reaktan yang fasenya sama, misalnya zat cair dengan zat cair,
atau yang fasenya berbeda, misalnya zat cair dengan zat padat. Pada pencampuran
reaktan yang terdiri atas dua fase atau lebih tumbukan terjadi pada permukaan zat.85
c. Pengaruh Temperatur
Bagaimana pengaruh temperature terhadap laju reaksi? untuk menjawab
pertanyaan tersebut, kalian dapat merancang dan melakukan percobaan. Lakukan
percobaan dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Persamaan reaksi yang terjadi pada percobaan sebagai berikut.
Na2S2O3(aq) + 2 HCl (aq) → 2 NaCl(aq) + H2O(l) + SO2(g) + S(s)
Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data seperti pada tabel
percobaan.
Data percobaan waktu reaksi Na2S2O3
Percobaan Temperatur (0C) Konsentrasi HCl Konsentrasi Waktu
(10 ml) Na2S2O3 (20 ml) reaksi (s)
1 27 2M 0,2 M 18
2 37 2M 0,2 M 9
3 47 2M 0,2 M 4
85
Tine Maria Kuswati, Op.Cit., hlm 97 – 105
220

Dari hasil percobaan, ternyata setiap kenaikan temperatur 10 0C reaksi


berlangsung 2 kali lebih cepat. Pada umumnya, laju reaksi menjadi 2 kali lebih besar
jika temperatur dinaikkan 10 0C , jika laju reaksi pada t1 0C = v1 dan pada t2 0C = v2
maka dapat dirumuskan.
∆t
V2 = 2 .v
10 1
Setiap partikel selalu bergerak. Dengan menaikkan temperatur, energi gerak
atau energy kinetik molekul akan bertambah, sehingga tumbukan lebih sering terjadi.
Itulah sebabnya reaksi kimia berlangsung lebih cepat pada temperatur yang lebih
tinggi.
Di samping itu, temperatur juga memperbesar energi potensial dari suatu zat.
Zat-zat yang energi potensialnya kecil jika bertumbukan sukar menghasilkan reaksi
sukar melampaui energ pengaktifan. Dengan naiknya temperatur, energi potensialnya
zat akan menjadi lebih besar sehingga jika bertumbukan akan menghasilkan reaksi.86
d. Pengaruh Katalis
Katalis adalah zat yag dapat memperbesar laju reaksi, tetapi tidak mengalami
perubahan kimia secara permanen ( kekal), sehingga pada akhir reaksizat tersebut
dapat diperoleh kembali.
Laju reaksi akan semakin cepat jika pada reaktan ditambahkan katalis. Katalis
akan menurunkan energi pengaktifan. Jika energi pengaktifan kecil maka akan
banyak tumbukan yang berhasil, sehingga reaksi lebih cepat terjadi. Jika energi
pengktifan tinggi maka banyak tumbukan yang tidak berhasil, karena tidak
mempunyai energi yang cukup untuk tejadinya reaksi sehingga reaksi berlangsung
lambat. Katalis menimbulkan efek yang nyata pada laju reaksi, meskipun dalam
jumlah yang sangat sedikit. Dalam industri kimia, banyak dilakukan upaya untuk
menemukan katalis yang akan mempercepat reaksi tertentu tanpa meningkatkan
timbulnya produk yang tidak diinginkan.
86
Tim Masmedia Buana Pustaka, Loc.Cit., hlm. 103 – 105
221

1. Hubungan antara katalis dan energi pengaktifan


Pada suatu reaksi, katalis berfungsi menurunkan energi pengaktifan ( energi
aktivasi ) dengan cara merubah mekanisme reaksi, yaitu menambahkan tahap-tahap
reaksi. Katalis ikut serta dalam suatu tahap dan terbentuk kembali dalam salah satu
tahap berikutnya. Misalkan tanpa katalis reaksi terjadi dalam satu tahap.
P + QR → PQ + R ( energy pengaktifan tinggi)
Dengan katalis, tahap-tahap reaksi tersebut menjadi bertambah.
Katalis + QR →Q katalis + R ( energi pengaktifan rendah)
Q katalis + P →PQ + katalis ( energi pengaktifan rendah)
P + QR → PQ + R
Energi pengaktifan suatu reaksi menjadi lebih reandah jika mengubah katalis,
sehingga pesentase partikel yang mempunyai energi lebih besar daripada energi
pengaktifan lebih banyak. Tumbukan yang menghasilkan reaksi atau tumbukan
efektif menjadi lebih sering terjadi, sehingga reaksi lebih cepat. Untuk reaksi
eksoterm, hubungan pengaktifan dengan katalis.
2. Jenis –Jenis Katalis
Berdasarkan wujudnya, katalis dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
katalis homogen dan katalis heterogen.
a) Katalis homogen
Katalis homogen adalah katalis yang dapat bercampur secara homogen
dengan zat peraksinya karena mempunyai wujud yang sama.
Contoh :
1) Katalis dan peraksi berwujud gas.
2 SO2(g) + O2(g) → 2 SO3(g)
2) Katalis dan pereaksi berwujud cair
C12H22O11(aq) + H2O(l) →C6H12O6(aq) + C6H12O6(aq)
Glukosa fruktosa
Penguraian H2O2(aq) berlangsung lambat, tetapi dengan adanya katalis NaBr
(aq), laju reaksi pembentukan O2(g) lebih cepat.
222

2 H2O2(aq) →2 H2O(l) + O2(g)


b) Katalis heterogen
Katalis heterogen adalah katalis yang tidak dapat bercampur secara homogen
dengan pereaksinya karena wujudnya berbeda.
Contoh:
Katalis berwujud padat, sedangkan pereaksi berwujud gas.
2 SO2(g) + O2(g) → 2 SO3(g)
C2H4(g) + H2(g) → C2H6(g)
Untuk mengurangi emisi percemaran hidrokarbon yang tidak terbakar, karbon
monoksida, dan nitrogen oksida, dapat digunakan katalis. Katalis tersebut dikenal
dengan konvektor katalitik, yang dirancang sekaligus dapat mengoksida hidrokarbon
dan karbon monoksida serta dapat mereduksi nitrogen oksida.
c) Biokatalis
Enzim dikenal sebagai biokatalis karena bertindak sebagai katalis pada proses
metabolisme. Enzim adalah molekul protein besar (biasanya dengan massa molekul
20.000 gram mol-1 atau lebih ) yang dengan strukturnya mampu melakukan reaksi
spesifik. Satu atau lebih molekul reaktan (yang disebut substrat) melekat pada daerah
aktif enzim. Daerah aktif merupakan daerah pada permukaan enzim yang struktur dan
sifat kimianya menyebabkan substat tertentu dapat melekat padanya, lalu
transformasi kimia terjadi. Banyak enzim sangat spesifik pada daerah aktifnya.
Contoh :
(1) Enzim urease, mengkatalis hidrolisis urea ((NH2)2CO).
H3O+(aq) + (NH2)2CO(aq) + H2O(l) → 2NH4+ (aq) + HCO3-(aq)
(2) Enzim hydrolase mempercepat pemecahan bahan makanan melalui reaksi
hidrolisis.
(3) Enzim oksidase mempercepat reaksi oksidasi
d) Autokatalis
Autokatalis adalah zat hasil reaksi yang bertindak sebagai katalis.
Contoh :
223

(1) CH3COOH yang dihasilkan dari reaksi metil asetat dengan air merupakan
autokatalis reaksi tersebut.
CH3COOCH3(aq) + H2O(l) →CH3COOH(aq) + CH3OH(aq)
Dengan terbentuknya CH3COOH reaksi menjadi bertambah cepat.
(2) MnSO4 yang dihasilkan dari reaksi kalium permanganat dengan asam
oksalat yang diasamkan merupakan autokatalis reaksi tersebut.
2 KMnO2(aq) + 5 H2C2O4(aq) + 3 H2SO4(aq) →2 MnSO4(aq) +
K2SO4(aq) + 8 H2O(l) + 10 CO2(g)
Selain itu terdapat juga zat yang sifatnya berlawanan dengan katalis, yang
disebut dengan antikatalis karena mempercepat suatu reaksi, yaitu inhibitor dan racun
katalis.
e) Inhibitor
Inhibitor adalah zat yang dapat mempercepat reaksi atau menghentikan reaksi.
Contoh :
(1) I2 atau CO yang bersifat inhibitor pada reaksi berikut.
2 H2(g) + O2(g) →2 H2O(l)
(2) SnCl2 bersifat inhibitor pada reaksi berikut.
H2SO3(l) + udara →H2SO4(l)
f) Racun katalis
Racun katalis merupakan inhibitor yang dalam jumlah yang sangat sedikit,
dapat mengurangi atau menghambat kerja katalis.
Contoh :
(1) CO2, CS2, atau H2S merupakan racun katalis pada reaksi.
2 H2(g) + O2(g) →2H2O(l)
(2) Senyawa-senyawa arsen merupakan racun pada reaksi.
2 SO2(g) + O2(g) →2 SO3(g)87
e. Pengaruh Tekanan

87
Ibid, hlm. 108 – 111
224

Untuk reaksi fase gas, peningkatan tekanan gas sejalan dengan


peningkatan konsentrasi. Makin tinggi konsentrasi partikel gas yang
bertumbukan, makin besar desakan antarpartikel dan tekanan sistem. Dengan
demikian, laju reaksi akan semangkin besar dengan bertambahnya tekanan
gas.88
f. Kerekatifan Zat Pereaksi
Kalium bereaksi dengan sangat cepat dengan air sedangkan kalsium
bereaksi lambat dengan air. Hal itu disebsbkan kalium terletak pda periode 4
gologan IA, sedangkan kalsium terletak pada periode 4 golongan IIA dalam
tabel periodik unsur, untuk unsr logam dalam tabel periodik unsur, makin ke
kiri dan kebawah makin reaktif karena makin ke kiri dan kebawah, makin
mudah melepas elektron. Sebaliknya, untuk unsur nonlogam, makin kekanan
dan keatas, makin reaktif. Unsur-unsur yang rekatif rekaisnya lebih cepat
daripada unsur-unsur yang kurang rekatif.89
g. Pengaruh Ketepatan Orientasi partikel yang Bertumbukan
Jika dua molekul pereaksi bertumbukan, kedua molekul tersebut harus
memiliki arah yang tepat agar reaksi dapat terjadi, sebagai contoh adalah
reaksi yang melibatkan tumbukan antara molekul etana, CH2 = CH2, dengan
molekul hidrogen klorida, HCI menghasilkan kloroetana sebagai berikut :
CH2 = CH2 + HCI CH2 – CH2CI
Dalam reaksi ini, tumbukan antara dua molekul menghasilkan perubahan
ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal. Atom hidrogen dari HCl menyerang
satu atom karbon dan atom Cl menyerang atom karbon yang lain dari CH2 =

88
Haris Watoni, Loc.Cit., hlm. 133
89
Sentot Budi Rahardjo, Kimia Berbasis Eksperimen Untuk SMA/MA Kelas XI Kelompok
Peminatan Mateatika dan Ilmu – Ilmu Alam K.13 Edisi Revisi 2016, (PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri : Solo, 2017), hlm. 122
225

CH2. Reaksi ini hanya dapat terjadi jika H-Cl bergerak mendekati ikatan
rangkap C=C dari ujung H (gambar 2.6).90

Gambar 2.6. Model orientasi tumbukan antara molekul etena, CH2 =


CH2, dengan molekul hidrogen klorida, HCl.

h. Pengaruh Energi Aktivasi


Tidak semua tumbukan, walaupun orieantasinya sudah tepat, memiliki
energi yang cukup untuk menghasilkan produk. Energi kinetik minimum yang
dimiliki oleh partikel – partikel yang bertumbukan agar menghasilkan
perubahan kimia disebut energi aktivasi E. Pada tumbukan efektif, energi
aktivasi diperlukan untuk mengubah ikatan kimia dalam pereaksi menjadi
ikatan baru dalam produk reaksi.
Untuk memutus ikatan lama dan membentuk ikatan dan membentuk
ikatan - ikatan baru, inti ataom dalam partikel – partikel yang bertumbukan
harus berdekatan satu sama lain. Jadi, partikel – partikel harus bergerak saling
mendekati dengan membawa energi kinetik yang cukup untuk mengatasi gaya
tolak antarelektron yang ada dalam setiap partikel.
“Hanya partikel – partikel yang bergerak paling cepat dengan energi
tumbukan yang cukuplah yang dapat mengatasi gaya tolak antarelektron
sehingga terjadi perubahan kimia melalui pemutusan ikatan yang lama dan
pembentukan ikatan yang baru”.
Dengan konsep energi aktivasi ,pengaruh kenaikan suhu terhadap laju
reaksi dapat dijelaskan. Gambar 2.8 menunjukan kurva dari fraksi tumbukan
90
Haris Watoni, Op. Cit., hal. 133
226

yang berbeda karena perbedaan suhu reaksi. Luas area total di bawah kurva
menunjukan jumlah tumbukan total. Jika suhu meningkat titik – titik
maksimum bergeser kekanan dan kurva mulai agak mendatar.

Gambar 2.8. Distribusi energi kinetik untuk campuran reaksi pada dua
suhu yang berbeda.
Daerah berarsir dibawah kurva pada gambar 2.10 menunjukan jumlah
fraksi tumbukan total yang memiliki energi sama atau lebih besar dari energi
aktivasi. Jumlah ini disebut sebagai fraksi yang bereaksi, relatif lebih besar
pada suhu yang lebih tinggi (T2) dibandingkan fraksi pada suhu yang lebih
rendah (T1) Dengan demikian, laju reaksi berkurangnya pereaksi pada T 2 lebih
cepat dari pada laju reaksi pada T1.
Energi aktivasi juga dapat diartikan sebagai perubahan energi
potentesial dari molekul – molekul pereaksi yang harus diatasi, atau energi
kinetik minuman yang diperlukan, sebelum reaksi terjadi. Tumbukan yang
mengahasilkan reaksi hanyalah tumbukan yang memiliki energi yang sama
atau lebi besar dari energi aktivasi.
Pengaruh energi aktivasi terhadap laju reaksi dapat dipelajari reaksi berikut

1
H2(g) + O  H2O(g) ∆H0 = - 24,8 kJ / mol
2 2(g)

Agar terjadi reaksi, kedua molekul ini harus bertumbukan dengan


oriantasi yang tepat dan energi yang cukup untuk melewati puncak halangan
227

energi aktivasi sehingga terjadi reaksi pemutusan ikatan H –H dan O-O dan
berbentuk dua ikatan O-H (Gambar 2.9). Jika suhu sistem bertambah, jumlah
molekul yang bertumbukan dengan energi yang cukup juga bertambah.
Dengan demikian, laju reaksi makin besar dengan bertambahnya suhu sistem.

Gambar 2.9. Energi aktivasi reaksi E adalah perubahan energi potensial


partikel – partikel pereaksi yang harus diatasi sebelum reaksi
dapat terjadi. Energi aktivasi juga dapat diartikan sebagai
energi lorong yang diperlukan untuk mengawali reaksi ∆H0
adalah energi reaksi yang dibebaskan, yaitu perbedaan antara
energi produk reaksi dengan energi pereaksi.91

D. Persamaan Laju Reaksi dan Orde Reaksi


Hubungan antara konsentrasi reaktan dengan laju reaksi secara keseluruhan
dalam suatu reaksi kimia, dapat dituliskan dalam bentuk persamaan laju reaksi.
1. Persamaan Laju Reaksi
Persamaan laju reaksi, hanya dapat dinyatakan berdasarkan data percobaan,
misalkan untuk reaksi berikut;
aA + bB → cC + dD
persamaan laju reaksi:
v = k [A]x [B]y

91
Ibid., hlm. 136 – 137
228

keterangan:
v = laju reaksi
k = tetapan jenis zat
[A] = konsentrasi zat A
[B] = konsentrasi zat B
x = orde (tingkat) reaksi terhadap pereaksi A
y = orde (tngkat)reaksi terhadap pereaksi B
x + y = orde reaksi total
Harga tetapan jenis reaksi k bergantung pada jenis reaktan dan suhu. Nilai k
akan tetap jika suhu dan nilainya selalu positif. Satuan orde reaksi dapat berubah dan
satuan k akan menyesuaikan satuan orde reaksi,sedangkan untuk satuan laju reaksi
sudah baku, yakni M/s.
Jumlah pangkat konsentrasi dari zat yang bereaksi (reaktan) disebut orde
reaksi. Orde reaksi tidak dapat ditentukan dari harga koefisien reaksi, tetapi
ditentukan berdasarkan percobaan.92
2. Penentuan Orde Reaksi
Untuk menentukan rumus laju reaksi berdasarkan percobaan, konsentrasi
salah satu pereaksi dibuat tetap atau konstan, sedangkan konsentrasi pereaksi yang
lain bervariasi. Hal ini perlu diperhatikan untuk mendapatkan harga k yang konstan
adalah eksperimen harus dilekukan pada temperatur yang tetap, karena jika
temperatur berubah maka harga k juga berubah.
Menentukan orde reaksi dapat dilakaukan dengan cara:
a) Cara logika
b) Cara komparatif
c) Cara grafik
Untuk memahami ketiga cara tersebut, dapat dimisalkan dengan reaksi berikut
ini:
A+B→C
92
Tine Maria Kuswati, Loc.Cit., hlm 113
229

Dari hasil percobaan, diperoleh datasebagai berikut:


Tabel 1: Laju Reaksi A dan B
No [A] M [B] M V(Ms-1)

1 0,1 0,1 20

2 0,2 0,1 40

3 0,1 0,2 80

Bagaimana orde reaksi dari reaksi di atas? Marilah kita tentukan bersama.
a. Cara logika
Cara logika dilakukan dengan melihat perubahan konsentrasi dan laju reaksi
suatu zat pada saat konsentrasi zat lain konstan.
1) Penentuan pangkat reaksi A
Dicari hubungan antar [A] dan laju reaksi pada saat [B] konstan. Pada
reaksi nomor 1 dan 2 [B] konstan, jadi mempengaruhi laju reaksi hanya [A].
Tabel 2: Laju reaksi A
No [A] M v(Ms-1)

1 0,1 20

2 0,2 40

Dari data tersebut, jika [A] dinaikkan 2kali, ternyata laju reaksinya
jugak menjadi 2 kali lebih besar.
2) Penentuan pangkat reaksi B
Dicari hubungan antara [B]dan laju reaksi pada saat [A] konstan. Dari
tabel di atas, reaksi nomor 1 dan 3 [A] konstan, jadi yang mempengaruhi laju
reaksi hanya [B].
Tabel 3: Laju reaksi B
No [A] M v(Ms-1)

1 0,1 20

3 0,1 80
230

Dari data di atas, jika [B] dinaikkan 2kali, ternyata laju reaksi menjadi
4kali lebih besar (22 kali).
3) Penentuan persamaan laju reaksi
Setelah menentukan pangkat reaksi A dan pangkat reaksi B dengan
cara logika, maka dari reaksi:
A+B→C
Didapatkan:
- Persamaan laju reaksi v=k [A] [B]2
- Orde reaksi terhadap A=1
- Orde reaksi terhadap B=2
- Orde reaksi = 1+2=3
b. Cara komparatif
Cara komparatif dilakukan dengan langsung membandingkan laju reaksi suatu
zat pada saat yang lain konstan.
1) Penentuan pangkat reaksi A
Membandingkan data laju reaski untuk [B] konstandari tabel diatas
nomor 1 dan 2.
x y
v 1 k [ A ]1 [ B]1
=
v 2 k [ A ]2x [ B]2y
x 3
20 k ( 0,1) ( 0,1)
=
40 k ( 0,2) x ( 0,1)3
x
20 (0,1)
=
40 (0,2) x
1
=¿
2
x
1 1
=
2 2 ()
Jadi, pangkat reaksi A = 1, ditulis v = k[A], orde reaksi terhadap A
adalah 1.
231

2) Penentuan pangkat reaksi B


Membandingkan data laju reaksi [A] konstan dari tabel 1 dan 3
x y
v 1 k [ A ]1 [ B]1
=
v 3 k [ A ]3x [ B]3y
x ❑
20 k (0,1) (0,1)
=
80 k (0,1)x (0,2)❑
y
20 (0,1)
=
80 (0,2) y
1
=¿
4
y
1 1
=
4 2 ()
y=2
Jadi, pangkat reaksi B = 2, ditulis v = k[B]2
3) Menentukan persamaan laju reaksi
Setelah menentukan persamaan laju reaksi A dan pangkat reaksi B
dengan cara komparatif, didapatkan persamaan laju reaksi nya v= k [A] [B]2
orde reaksinya = 1+2 = 3
c. Cara grafik
Cara grafik dilakukan dengan membuat grafik antar perubahan konsentrasi
dan laju reaksi suatu zat pada saat konsentrasi zat lain konstan. Untuk
menggambarkan grafik laju reaksi, kita gunakan sistem koordinat. Sumbu x sebgai
konsentrasi zat reaktan, sedangkan sumbu y sebagai reaksi. Grafik dapat dibentuk;
1. Garis lurus (linear) merupakan reaksi orde 1
2. Garis lengkung (parabola) merupakan reaksi orde 2
Cara membuat grafik ialah sebagai berikut: Membuat tabel, cukup dengan
menentukan koordinat 3 titik sembarang. Dalam sistem koordinat, absis sebagai
konsentrasi dan ordinat sebagai laju reaksi. Apabila ketiga titik dihubungkan, tampak
232

bahwa grafiknya berupa garis lurus atau garis lengkung. Berdasarkan tabel 1
penyelesaian dengan cara grafik ialah sebagai berikut:
1) Penentuan pangkat reaksi A
Karena dari tabel hanya diketahui 2 variabel yang berbeda maka titik ke-3
menggunakan [A] sama dengan nol, sehingga laju reaksinya juga sama dengan nol.
Tabel 4: Laju reaksi A
Titik [B] M v (M/s) Koordinat

O 0 0 (0;0)

P 0,1 20 (0,1;20)

Q 0,2 40 (0,2;40)

Dari tabel 4 didapatkan bentuk grafik seperti gambar 1. Karena gambar fungsi
laju reaksi terhadap [A] merupakan garis lurus, berarti pangkat reaksi A = 1. Jadi, v
= k [A]. Orde reaksi terhadap A= 1.

2) Penentuan pangkat reaksi B


Tabel 5: Laju reaksi B
Titik [B] M v (M/s) Koordinat
O 0 0 (0;0)
233

R 0,1 20 (0,1;20)
S 0,2 80 (0,2;80)
Dari tabel 5 didapatkan bentuk grafik seperti gambar 2. Karena grafik fungsi
laju reaksi terhadap [B] merupakan parabola, berarti pangkat reaksi B = 2. Jadi, v = k
[B]2. Orde reaksi terhadap B = 2

3) Penentuan persamaan Laju Reaksi


Setelah menentukan pangkat reaksi A dan pangkat reaksi B dengan cara
grafik, didapatkan persamaan laju reaksinya v = k [A] [B]2. Orde reaksi = 1 + 2 = 3. 93
d. Grafik laju reaksi
Bagaimanakah cara menggambarkan grafik laju reaksi? Berikut ini disajikan
grafik laju reaksi orde nol, grafik laju reaksi orde 1, dan grafik laju reaksi orde 2.
1. Grafik laju reaksi orde 0, r =[A]0 =k
Hukum laju reaksi orde nol menunjukkan bahwa laju reaksi selalu
sama, tidak tergantung pada konsentrasi pereaksi. laju reaksinya sama dengan
tetapan laju reaksi (k).
O
−∆ [ A ]
Laju reaksi = =k
∆t
∆ [ A ]=−k ∆ t
[A]t – [A]o = -k (tt-to) = - kt
[A]t = -kt + [A]o

93
Ibid., hlm 114 – 117
234

Jika dibuat grafik [A] lawan t, akan menghasilkan garis lurus dengan
gradien atau slop = -k dan intersep = [A]o seperti ditunjukkan oleh gambar 1:

2. Grafik laju reaksi orde satu, r = k [B]t


Persamaan laju laju orde 1 merupakan persamaan aljabar garis lurus
y = mx + b
x dan y = variabel
b = tetapan yang menentukan titik potong garis dengan sumbu y (X= 0)
m = tetapan yang merupakan gradien garis yaitu perbandingan antara

∆y
perubahan biaya per unit perubahan x,
∆x
Perhatikan kembali grafik konsentrasi EKK(g) lawan waktu pada
dekomposisi ethyl Klorokarbonat(gambar 4.4.) yang merupakan reaksi orde
satu.
235

EKK (g)  CO2(g) + ClCH2CH3(g)


∆[ EKK (g ) ]
Laju reaksi (r) = = k [EKK(g)]
∆t
Untuk reaksi orde 1 misalnya reaksi dekomposisi ClCO2CH2CH3(g).
Pembentukan grafik konsentrasi [EKK(g)] lawan waktu tidak menghasilkan
garis lurus. Akan tetapi, jika dibuat grafik log [EKK (g)] lawan waktu akan
menghasilkan grafik lurus seperti diilustrasikan pada gambar berikut:

3. Grafik laju reaksi orde 2, r = k[C]2


Persamaan laju reaksi orde 2 merupakan persamaan aljabar linear atau
bukan garis lurus.
r = k [C]2
jika dibuat grafik r lawan [C]2 maka akan dihasilkan grafik nonlinear
seperti ditunjukkan pada gambar. Tetapi, jika diambil logaritma pada kedua
ruas, kanan dan kiri, maka akan diperoleh log r = 2 log [C] sebagaimana
236

persamaan garis lurus y = mx dengan y = log r, m = 2, dan x = log [C] seperti


ditunjukkan pada gambar berikut ini:94

E. Penerapan Laju Reaksi

Laju reaksi dapat dikontrol dengan memperhatikan faktor-faktor yang


mempengaruhi laju reaksi tersebut. Hal tersebut dapat ditemukan baik dalam
kehidupan sehari-hari ataupun dalam industri.
1. Laju reaksi dalam kehidupan sehari-hari
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu
a. Pengaruh Konsentrasi
Pada saat berenang dikolam renang kita sering membaui kolam renamg ada
bau kaporit (Ca(OCl)2). Mengapa bisa demikian? Kaporit digunakan untuk
membersihkan kuman-kuman yang ada dalam kolam renang .konsentrasi larutan
kaporit yang digunakan sangat menentukan kebersihan kolam renang tersebut.
Apabila konsentrasinya terlalu rendah maka larutan kaporit tersebut tidak cukup kuat
untuk mematikan kuman-kuman dalam kolam tersebut.
Dirumah, untuk memebersihkan dapur atau tempat cuci piring dari noda-noda
serelah memasak dibersihkan dengan pembersih yang mengandung pemutih (klor).
Supaya noda-noda tersebut cepat hilang, pembersih dengan konsentrasi tinggi lebih
94
Sentot Budi Rahardjo, Kimia Berbasis Eksperimen 2 Untuk Kelas XI SMA dan MA
Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Alam, (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri : Solo, 2014)
hlm. 125-127
237

bagus digunakan. Berbagai merk pembersih yang ada di pasaran dapat langsung
digunakan tanpa pengenceran.
b. Pengaruh Luar Permukaan Bidang Sentuh
Tentunya kalian pernah makan sate bukan? Perhatikan sate yang kalian makan
dan perhatikan potongan dari sate tersebut, bagaimanakah potongannya? Sate
dipotong kecil-kecil dan tipis, mengapa demikian ? sate dipotong tipis untuk
mendapatkan luas permukaan lebih luas disbanding sate yang potongannya besar
supaya sate tersebut cepat matangnya, dengan kata lain reaski pematang pada sate
cepat terjadi. Cobalah kalian bayangkan apa yang terjadi seandainya tukang sate itu
membakar dagibg sate yang betuknya bongkahan besar? Berapa lamakah kalian
menunggu untuk dapat memakan sate tersebut?95
Beberapa contoh lain tentang aktivitas dilingkungan yang berhubungan
dengan permukaaan bidang sentuh adalah:
1) Jika seseorang membuat sambal, biasanya cabai dipotong-potong terlebih
dahulu sebelum dimasukkan ke dalam blender.
2) Pada pembuatan kolak, supaya gula jawa cepat larut dalam air, selalu
diiris-iris terlebih dahulu
3) Pada industri semen, batu kapur dihancurkan dengan mesin penghancur
untuk memperoleh batu kapur yang lebih kecil, sehingga lebih cepat saar
digunakan untuk proses-proses selanjutnya.
4) Pada industri kertas, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat bubur
kertas digerus terlebih dahulu supaya campuran menjadi homogen dan
reaksi berlangsung sempurna.96
c. Pengaruh Temperatur
Pernahkah kalian pergi kepasar ikan atau melihat ikan segar yang dijual di
supermarket? Ikan-ikan yang dijual selalu diletakkan dalam wadah yang diberi es.
Mengapa demikian? Ikan-ikan itu disimpan diwadah es supaya tahan lama dan tidak

95
Tine Maria Kuswati, Op.Cit., hlm 121 – 122
96
Tim Masmedia Buana, Loc.Cit., hlm 111
238

cepat busuk. Temperature yang sangat rendah akan memperlambat proses


pembusukan ikan atau memperlambat reaksi pembusukan yang disebabkan oleh
bakteri-bakteri tertentu.
2. Penggunaan Katalis dalam Industri
Katalis menimbulkan efek yang nyata pada laju reaksi walaupun dalam
jumlah yang sedikit. Katalis dalam industri sangat dibutuhkan untuk mengatur laju
reaski sehingga produknya dapat diperkirakan. Bebrapa contoh katalis yang
digunakan dalam industri adalah padatan vanadium oksida (V 2O5) pada produksi
asam sulfat dan besi pada pembuatan amoniak (proses Haber-Bosh) yang dapat
mempercepat kesetimbangan, serta platinum dalam industry konvesi ammonium
dalam keasam nitrat atau pada industry pembuangan mesin mobil untuk mengurangi
mesin pencemar.
Bagaimana cara kerja katalis? Platinum disini berfungsi sebagai permukaan,
sehingga gas-gas terabsorbsi, akibatnya tumbukan lebih banyak terjadi dan produk
yang dihasilkan juga lebih banyak. Bagaimana hubungan katalis dengan energi
aktivasi? Walaupun dengan katais memerlukan dua tahap reaksi, namun total energi
yang diperlikan lebih sedikit disbanding dengan tanpa katalis. Mengapa demikian?
Pada reaksi ion, hal ini karena reaksi tanpa katalis terjadi antara dua ion dengan
muatan sama, sedangkan jika ditambah katalis maka muaannya berlawanan.
Misalnya, logam transisi dan senyawa memiliki bilangan oksidasi yang bervariasi,
sehingga mudah untuk memberi dan menerima elektron.
Contoh:
1. S2O82-(aq) + 2 I-(aq) → 2SO42-(aq) + I2(aq) tanpa katalis
2. S2O82-(aq) + 2Fe2+(aq) → 2SO42-(aq) + 2Fe3+(aq) dengan karalis Fe2+
2 Fe3+ (aq) + 2 I(aq) + 2 I(aq) → 2 Fe2+(aq) + I2(aq)97

Dalam kehidupan sehari-hari, penerapan luas bidang sentuh untuk


mempercepat laju reaksi sangat banyak. Aktivitas sehari-hari yang kita lakukan
97
Tine Maria Kuswati, Op.Cit., hlm. 122 – 123
239

secara sadar atau tidak, sebenarnya merupakan upaya untuk mempercepat laju reaksi.
Katalisator banyak digunakan dalam industri. Hal ini karena katalisator dapat
mempercepat reaksi. Dengan proses reaksi yang cepat produksi dalam industri akan
meningkat. Misalnya, pada industry asam sulfat menggunakan katalisator V2O3 pada
industry amonia menggunakan katalisator Fe dan Al2O3.
Didalam tubuh kita juga terdapat katalis, yakni enzim. Enzim ini sering
disebut sebagai biokatalisator. Fungsi penting katalis (enzim) memberikan dampak
besar terhadap kelancaran metabolisme didalam tubuh. Sebenarnya, enzim
merupakan protein yang berfungsi sebagai katalis dalam proses biokimia. Setiap
enzim hanya dapat digunakan sebagai katalis dalam pengiuraiaan protein, tetapi tidak
dapat menganalisis penguraian sakarosa.98

SOAL DAN PEMBAHASAN LAJU REAKSI


1. Untuk reaksi A + B → AB diperoleh data sebagai berikut:

98
Tim Masmedia Buana Pustaka, Op.Cit., Hlm 110 – 111
240

Jika konsentrasi A dinaikkan tiga kali pada konsentrasi B tetap. Laju reaksi
menjadi 9 kali lebih cepat, jika konsentrasi A dan B dinaikkan 3kali, laju
reaksi menjadi 27 kali lebih cepat. Persamaan laju reaksinya adalah…
a. v=k [ A]2 [ B]
b. v=k [ A ] [B]2
c. v=k [ A ] [B]
d. v=k [ A] 2 [B]2
Jawab : A v=k [ A]2 [ B]
Pembahasan :
[A] [B] V
A B V
3a B 9v
3a 3b 27v
Menetukan orde reaksi A menggunakan data 1 dan 2:
a v
( ¿ ¿ x =( )
3a 9v
1 x 1
( ¿¿ =
3 9 ()
X=2
Menentukan orde reaksi B data 2 dan 3
b y 9v
( ) ( )
3b
=
27 v
¿
y=1
2. Reaksi 2NO + Cl2 → 2NOCl mempunyai reaksi v= 5,6 [NO] 2 [Cl2] dalam
M/s. apabila pada suatu percobaan sebanyak 4 mol NO dan 3 mol Cl 2
direaksikan dalam wadah 8 L. laju reaksi pada saat 60 % NO bereaksi yaitu ..
m/s
a. 0,8064 m/s
b. 0,08064 m/s
241

c. 806,4 m/s
d. 80,64 m/s
Jawab : a
Pembahasan :
60
60% NO bereaksi = x 4 mol
100
= 24 mol
2 NO + Cl2 → 2 NOCl
Mula-mula : 4 mol 3 mol -
Bereaksi : 2,4 mol 1,2 mol 2,4mol
Sisa : 1,6 mol 1,8 mol 2,4 mol

Laju reaksi saat 60% NO bereaksi adalah:


v = 5,6 [NO]2 [Cl2]
1,6 2 1,8
= 5,6 (
8
¿¿( )
8
= 0,8064 m/s
3. Persamaan reaksi antara H2O2(aq) dan I3- dalam suasana asam adalah :

H2O2(aq) + 3I-(aq) + 2H+(aq) → I3- (aq) + 2H2O(l)


Pada 10,0 detik pertama reaksi, konsentrasi I- turun dari 1,000 M menjadi
0,868 M. Hitunglah laju rata-rata reaksi tersebut pada interval waktu 10 detik
pertama
Pembahasan :
1
Laju = - ∆ ¿ ¿
3
1 0,868 M −1,000 M
=-
3 10,0 detik
= 4,40 x 10-3 M/detik

(SOAL YELFA ELVIZA)


242

4. Konsentrasi larutan yang dibuat dari 25 gr padatan CaCO 3 dan dilarutkan


dalam air hingga volume larutan menjadi 500 ml adalah… M (Ar Ca = 40, C
= 12, O =16)
Pembahasan :
m
Mol CaCO3 =
Mr
25
=
100
= 0,25 mol
n
Konsentrasi CaCO =
V
0,25
=
0,5
= 0,5 M

5. Dari reaksi : P (g) + Q (g) → zat hasil

Diperoleh data sebagai berikut :

N [P]M [Q]M Waktu retensi


o
1 0,1 0,1 80 detik
2 0,2 0,1 40 detik
3 0,4 0,2 5 detik

Tentukan :
a.  Orde reaksi terhadap P
b.  Orde reaksi terhadap Q
c.  Orde total
d.  Rumus laju reaksi
e.  Laju reaksi jika [A] dan [B] masing-masing dinaikkan 3 kali

Pembahasan :

a.  Orde reaksi terhadap P


Percobaan 1 dan 2
2 x = 1/40 : 1/80
2 x = 2
  X = 1      Jadi, orde reaksi terhadap P adalah 1

b.  Orde reaksi terhadap Q


243

Percobaan 2 dan 3
[2]x [2]y = 1/5 : 1/40
2 y       = 8/2
2 y       = 4
Y         = 2
c.  Orde total  x + y = 1 + 2 = 3
d.  Rumus laju reaksi  v = k [P] [Q]2
e.  Laju reaksi jika [A] dan [B] masing-masing dinaikkan 3 kali
v = k [P] [Q]2
v = k [3] [3] 2
v = 27 k

6. Suatu reaksi berlangsung dua kali lebih cepat setiap temperatur dinaikkan 10
0
C. jika laju suatu reaksi pada temperatur 30 0C adalah x Ms-1, berapakah laju
reaksi pada 70 0C?
Pembahasan:
∆ t = (70-30) 0C = 40 0C
40
V2 = 2 .x
10
= 240 . x =16x
Jadi, laju reaksi pada 30 0C adalah 16x M/s

(SOAL RIZKI AMALI)

7. Suatu reaksi kimia A + B → C. Ketika konsentrasi kedua reaktan A dan B


dinaikkan dua kali lipat, laju reaksi meningkat menjadi empat kali lipat.
Ketika hanya konsentrasi A yang dinaikkan dua kali lipat dan konsetrasi B
dibiarkan tetap, laju reaksi menjadi dua kali lipat. Berdasarkan data tersebut,
maka persamaan laju reaksinya adalah..
Pembahasan:
Persamaan laju reaksi secara umum adalah v = k[A]x.[B]y
Ketika konsentrasi B tetap:
v = k[2A]x.[B]y
v = 2 k[A]x
244

2x = 2
x=1
Ketika konsentrasi A dan B dinaikkan:
v = k[2A]x.[2B]y
v = 4 k[A]x.[B]y
2x..2y = 4
21.2y = 4
2.2y = 4
2y = 2
y=1
Jadi, persamaan laju reaksinya adalah v = k [A].[B]
8. Reaksi 2A + B → C + D memiliki persamaan laju reaksi v = k[A] 2.[B]. Jika
konsentrasi A dinaikkan menjadi dua kali lipat dan konsentrasi B dinaikkan
menjadi tiga kali lipat, maka lajunya menjadi...
Pembahasan:
Laju persamaan reaksinya setelah dinaikkan adalah
v = k[2A]2.[3B]
v = k 4[A]2.3[B]
v = 12 k[A]2.[B]
maka lajunya menjadi 12 kali semua.
9. Pada reaksi 2H2 + 2NO → 2H2O + N2, eksperimen menyatakan bahwa
persamaan laju reaksinya adalah v = k[H2].[NO]2 dengan nilai k = 1 × 10-8.
Jika 5 mol H2 dan 2,5 mol NO direaksikan dalam bejana 5 liter, laju reaksinya
adalah...
Pembahasan:
v = k [H2].[NO]2

v = 1 × 10-8 (55 )(255 ) 2

v = 2,5 ×10-9
245

(SOAL ZUN NURAIN MAZIDA)

10. Pada reaksi 2H2(g) + 2NO(g) → 2H2O(g) + N2(g). Kecepatannya adalah v = k[H2].
[NO]2 dengan k = 1 × 10-6. Jika dalam suatu wadah bervolume 4L direaksikan
4 mol H2 dan 2 mol NO, laju reaksi saat 60% NO bereaksi adalah...
Pembahasan:
2H2(g) + 2NO(g) → 2H2O(g) +N2(g)
Mula-mula : 4 mol 2 mol - -
Bereaksi : 1,2 mol 1,2 mol 1,2 mol 1,2mol
Sisa : 2,8 mol 0,8mol 1,2 mol 1,2 mol

Laju reaksi saat 60% NO sudah bereaksi


v = k [H2] . [NO]2
2,8 mol 0,8 mol
= 1 × 10-6 .
4L
×( 4L ) 2

= 2,8 × 10-8

11. Pada suhu tertentu, H2O2 terurai menjadi H2O dan O2.laju peruraian H2O2 pada
suhu tersebut adalah 4,8 × 10-6 mol/L.s-. Maka laju pembentukan H2O2 adalah
sebesar ...
Pembahasan:
H2O2(aq) → 2H2O(l) + O2(g)
2
v= ×4,8 × 10-6 mol/L.s-1
1
v = 9,6 × 10-6 mol/L.s-1

12. Sebanyak 0,5 mol gas NO2 dipanaskan dalam ruangan dengan volume 5 liter
sehingga membentuk dinitrogen pentaoksida menurut persamaan
4NO2(g) + O2(g) → 4N2O5(g)
246

Dalam 20 detik pertama terbentuk 0,5mol N2O5. Laju penguraian NO2


adalah...
Pembahasan:
0,5
Konsentrasi NO2 =
5
= 0,1 M
[ NO 2]
NO2 =
∆t
0,1
=
20
= 5 × 10-3

(SOAL LINA SARI)

13. Suatu reaksi kimia aA + bB → C. Ketika konsentrasi kedua reaktan A dan B


dinaikkan dua kali lipat, laju reaksi meningkat menjadi empat kali lipat. Ketika
hanya konsentrasi A yang dinaikkan dua kali lipat dan konsentrasi B dibiarkan
tetap, laju reaksi menjadi dua kali lipat. Berdasarkan data tersebut, maka
persamaan laju reaksinya adalah ....

A. v = k[A].[B] D. v = k[A]2.[B]2

B. v = k[A]2.[B] E. v = k[A].[B]2

C. v = k[A]2.[2B]

Pembahasan :

Persamaan laju reaksi secara umum :

v = k[A]x.[B]y

Ketika konsentrasi B tetap :

⇒ v = k[2A]x.[B]y
247

⇒ v = 2 k[A]x.[B]y

⇒ 2x = 2

⇒ x = 1.

Ketika konsentrasi A dan B dinaikkan :

⇒ v = k[2A]x.[2B]y

⇒ v = 4 k[A]x.[B]y

⇒ 2x.2y = 4

⇒ 21.2y = 4

⇒ 2.2y = 4

⇒ 2y = 2

⇒ y = 1.

Jadi, persamaan lajur reaksinya adalah :

v = k[A].[B]

Jawaban : B

14. Reaksi 2A + B → C + D memiliki persamaan laju reaksi v = k[A]2.[B]. Jika


konsentrasi A dinaikkan dua kali lipat dan konsentrasi B dinaikkan tiga kali lipat,
maka lajunya menjadi ....

A. 6 kali semula D. 12 kali semula

B. 10 kali semula E. 18 kali semula

C. 11 kali semula
248

Pembahasan :

Laju persamaan reaksinya setelah dinaikkan :

⇒ v = k[2A]2.[3B]

⇒ v = k 4[A]2.3[B]

⇒ v = 12 k[A]2.[B]

Menjadi 12 kali semula.

Jawaban : D

15. Pengaruh suhu terhadap laju reaksiSuatu reaksi berlangsung pada suhu 200C. jika
pada setiap kenaikan 100C kecepatan reaksinya meningkat menjadi dua kali, maka
kecepatan reaksi pada suhu 600C dibandingkan dengan 200C akan meningkat . . . .
A. 2 kali
B. 8 kali
C. 16 kali
D. 32 kali
E. 64 kali
Pembahasan :
Rumus yang digunakan:
V2 = (2)^∆T/10 x V1
Angka 2 didapat dari soal yaitu meningkat menjadi dua kali. Jika angkanya diubah
maka rumusnya juga berubah. Angka 10 adalah kenaikan suhu sehingga reaksi
menjadi dua kali lebih cepat. Nah sama, jika suhunya diubah maka angka 10 juga
berubah.
Misalkan V1 = x, maka nilai V2 adalah :
V2 = (2)^60-20/10 . x
     = 16x
249

V1 : V2 = x : 16x
Artinya laju reaksi meningkat sebnayk 16 kali semula.
Jawaban : C

(SOAL JANURLIA HARYANTI)


16. Setiap kenaiian 100C laju reaksi menjadi2 kali lebih cepat suatu reaksi pada
suhu 300C laju a, bila suhu dinaikan menjai 1000C maka laju reaksi adalah...
A. 14a
B. 28a
C. 32a
D. 128a
E. 132a
JAWABAN : D
PEMABAHASAN:
T 2−T 1
n=
10
100−30
N= =7
10
Vt= 2n Vo
Vt= 27 a
Vt= 128a
Jadi laju reaksinya setelah dinaikkan menjadi 100oC adalah 128a.
17. Data percobaan laju reaksi untuk reaksi
2NO(g)+ 2H2 →N2(g) + 2H2O(g)
Konsetrasi Awal (mol L-1 Laju Reaksi (mol
Percobaan
[NO] [H2] L-1

1 4 x 10-3 1,5 x 10-3 32 x 10-7

2 4 x 10-3 3 x 10-3 64 x 10-7

3 4 x 10-3 6 x 10-3 128 x 10-7


250

4 4 x 10-3 6 x 10-3 32 x 10-7

5 1 x 10-3 6 x 10-3 8 x 10-7

Berdasarkan data diatas, maka rumus laju reaksi yang benar adalah:
A. v= k [NO][H2]
B. v= k [NO][H2]2
C. v= k [NO]2[H2]
D. v= k [NO]2
E. v= k [H2]2
JAWABAN : C
PEMBAHASAN:
Rumus umum dari persamaan laju reaksi adalah :
V= k [NO]x[H2]y
Dimana, x adalah orde reaksi terhadapap[ NO] dan y orde reaksi
terhadap [H2].
Yang akan kita lakukan sekarang adalah menentukan orde dari masing-masing
pereaksi( nilai x dan y). Dimana salah satu pereaksi nilai konsetrasi tetap,
sementara pereaksi lainya nilai diubah mjejadi 2x semla, untuk menentuan orde
reaksi terhadap [H2] dapat kita dipilih percobaan dimana nilai [NO] dibuat
tetap, sedang nilai [H2] diubah. Dalam hal ini,kita bisa memilih percobaan 1 dan
2, atau percobaan 2 dan 3. Kita pilih saja percobaan1 dan 2 :
V1 k [ NO] 1x[H 2]1 y
=
v 2 k [ NO]2 x [H 2]2 y

32 x 10−7 −3 x
−7 = k ( 4 x 10 ) ¿ ¿ ¿
64 x 10
251

y
32 (1,5)
=
64 (3) y
y
1 1
=()
2 2
y=1
Jadi orde reaksi terhadap [H2] adalah...
Untuk menentukan orde reaksi terhadap [NO], kita pilih percobaan dimana nilai
[H2] dibuat tetap, sedangkan nilai[NO] diubah. Dalam hal ini, kita bisa memilih
percobaan 4 dan 3. Kiya pilih saja percobaan 5 dan 4 :
V5 k [ NO] x5[H 2]5 y
=
v 4 k [ NO] 4 x [H 2]4 y

8 x 10−7 −3 x
−7 = k ( 1 x 10 ) ¿ ¿¿
32 x 10
x
8 (1)
=
32 (2)x
x
1
¼= ()
2
x= 2
jadi orde reaksi terhadap [ NO] adalah 2.
Dengan demikian, kita mendapatkan hasil yang sama dengan cara pertama,
yakni persaman laju reaksinya:
v= k [NO]2[H2]
18. Laju reaksi untuk reaksi p + Q → R +sadalah V= k(P) 1/2 (Q)2. Perubahan
konsentrasi awal p dari Q yang akan menyebabkan reaksi berlangsung 12 kali
lebih cepat adalah...
A. (p) x 3 dan (Q) X 4
B. (p) x 5 dan (Q) X 7
C. (p) x 9 dan (Q) X 2
D. (p) x 4 dan (Q) X 3
252

E. (p) x 6 dan (Q) X 2


JAWABAN: C
PEMBAHASAN :
V = k(P)1/2 . (Q)2
12= k(P)1/2 . (2)2
12= k(P)1/2 . 4
(P)1/2 =3
P=9
(METRA ELIZA )
19. Perhatikan data laju reaksi pada suhu 25 °C berikut!
Zn (s) + 2HCl (aq) → ZnCl2 (aq) + H2 (g)

Waktu (detik) 10 20 30

Volume gas H2 (mL) 80 200 320

Laju pembentukan gas H2 rata-rata pada suhu tersebut adalah ….


A.   8,0 mL/detik
B.   10,5 mL/detik
C.   11,0 mL/detik
D.   11,5 mL/detik
E.   12,0 mL/detik
JAWABAN: E
PEMBAHASAN:
∆V
Laju reaksi dalam satuan volume per waktu dirumuskan sebagai: v =
∆t
Untuk mengetahui laju rata-rata pembentukan gas hidrogen, kita tentukan laju
reaksi dalam selang waktu yang sama, misal dalam selang waktu 10 detik.
Laju reaksi dalam selang waktu 10 - 20 detik
253

    = 120/10
    = 12
Laju reaksi dalam selang waktu 20 - 30 detik

    = 120/10
    = 12
Jadi, laju pembentukan gas hidrogen rata-rata pada suhu tersebut adalah 12,0
mL/detik (E)
20. Logam magnesium direaksikan dengan larutan asam klorida 3 M dengan
persamaan reaksi sebagai berikut ini .
Mg(s)+2HCl(aq)→MgCl2(aq)+H2(g)
sehingga diperoleh data sebagai berikut:

No. Suhu (°C) Waktu (detik) Volume gas H2 yang terjadi (cm3)

1. 27 0 0
2. 27 10 14
3. 27 25 25
Jika reaksi dilakukan pada suhu 27 °C maka besarnya laju reaksi
pembentukan gas tersebut selama 20 detik adalah ….
A.   1,10 cm3/det
B.   1,00 cm3/det
C.   1,20 cm3/det
D.   1,30 cm3/det
E.   1,05 cm3/det
JAWABAN: B
PEMBAHASAN
Laju reaksi pembentukan gas hidrogen selama 25 detik berarti laju reaksi dari
detik ke-0 sampai detik ke-25.
254

25−0
   =
25−0
     = 1,00
Jadi, besarnya laju reaksi pembentukan gas hidrogen selama 20 detik adalah
1,00 cm3/detik (B).
21. Reaksi 2A+ 2B  2C+ D memiliki persamaan laju reaksi V= k [A]2. [B]2.
Jika konsentrasi A dinaikan 2x lipat dan konsentrasi B dinaikan 3x lipat, maka
lajunya menjadi....
A. 12x semula
B. 24x semula
C. 34x semula
D. 4x semula
E. 2x semula
JAWABAN: B
PEMBAHASAN:
V= k [A]2. [B]2
V= k[2A]2 . [3B]2
V= k 4[A]2. 6[B]2
V= 24 k[A]2.[B]2
Maka lajunya menjadi 24 kali semula.
(NOVITA SARI)

22. SO2 + O2 → SO3 (Untuk soal 7 dan 8)


Percobaa SO2 O2 t v
n

1 4 5 16 1/16
2 8 5 2 ½
255

3 2 5 ¼ 4
4 2 15 2,25 ½,25
5 3 2 X 1/x
6 5 y 4 1/4
Orde reaksi total untuk reaksi tersebut adalah ..
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
JAWABAN : E
PEMBAHASAN :
Orde terhadap SO2 (dengan Orde terhadap O2 (dengan syarat
syarat O2 tetap, percobaan 1 dan SO2 tetap, percobaan 3 dan 4)
2) 1/2,25 5
= [ ]m
1/16 4 4/1 15
= [ ]n
1/2 8 0,25 1
= [ ]m
2 1 2,25 3
= [ ]n
16 2 1 1
= [ ]m
1 1 9 3
= [ ]n
8 2 m=2
n=3 Jadi orde reaksi total adalah 5.
23. Berapakah nilai x dan y dari reaksi diatas…
A. 0,92 dan 0,44
B. 1,08 dan 0,80
C. 0,80 dan 0,44
D. 2, 16 dan 0,88
E. 0,88 dan 2,16
JAWABAN : A
PEMBAHASAN :
256

Terlebih dahulu tentukan k 1 1


= . 108
x 100
dengan memasukkan
1 108
persamaan laju reaksi dalam =
x 100
salah satu data percobaan.
1
V = k [SO2]3[O2]2 = 1,08
x
1 1
= k [4]3 [5]2 x=
16 1,08
1 x = 0,926
= k [64].[25]
16
Untuk menentukan y
1 = 100 k
1 1
1 = . [SO2]3[O2]2
k= 4 100
100
1 1
Setelah k diketahui baru bias = . [5]3. [y]2
4 100
ditentukan x dan y dengan 1 1
= . 125. [y]2
mengikuti persamaan reaksi 4 100
diatas (masukkan x dan y ke 1 125
= . [y]2
4 100
persamaan)
1 100
1 1 [y]2 = .
= . [SO2]3[O2]2 4 125
x 100
100
1 1 [y]2 =
= . [3]3 [2]2 500
x 100
1
1 1 [y]2 =
= . 27.4 5
x 100
y = √ 1/5
y = 0,447
24. Perhatikan data berikut

P Q V
0,01 0,01 48
0,02 0,01 96
0,01 0,03 144
0,02 0,01 96
Dari percobaan diatas, maka persamaan laju reaksi yang sesuai adalah…
257

A. V = k. [P]1.[Q]1
B. V = k. [P]1.[Q]2
C. V = k. [P]2.[Q]1
D. V = k. [P]2.[Q]2
E. V = k. [P]1.[Q]3
JAWABAN : C
PEMBAHASAN :

Pertama tentukan orde reaksi


masing-masing
Orde reaksi P (dengan Q tetap)
48 0,01 n
=[ ]
96 0,02
1 1
= [ ]m
2 2

m=1

Orde Reaksi Q (dengan P tetap)

48 0,01 n
= [ ]
144 0,03

1 1 n
=[ ]
3 3

n=1

Jadi persamaan V = k. [P]1.[Q]1

(MILANDA PUTRI)
258

25. Reaksi antara pualam dengan HCl digambarkan dalam 5 tabung reaksi
berikut:

Massa pualam untuk seluruh larutan sama. Laju reaksi yang hanya
dipengaruhi konsentrasi ditunjukan pada gambar nomor ….
A. (1) terhadap (2)
B. (2) terhadap (3)
C. (2) terhadap (4)
D. (3) terhadap (4)
E. (4) terhadap (5)
JAWABAN : C
PEMBAHASAN :
Laju reaksi hanya dipengaruhi oleh konsentrasi HCl sedangkan
untuk suhu reaksi dan bentuk partikelnya sama. Hanya konsentrasi HCl
yang berbeda.

26. Berdasarkan reasi : 2N2O5(g) → 4 NO2(g) + O2(g), diketahui bahwa


N2O5 berkurang dari 2 mol/liter menjadi 0,5 mol/liter dalam waktu 10
detik. Berapakah laju reaksi berkurangnya N2O5 ?
A. 0,15 m/detik
B. 0,12 m/detik
C. 0,16 m/detik
D. 0,13 m/detik
E. 0,11 m/detik
JAWABAN : A
PEMBAHASAN
259

Δ[N 2O 5]
V N2O5 =
Δt
2−0,5
V N2O5 =
10
= 0,15 M/detik
27. Setiap kenaikan 10°C laju reaksi menjadi 2 kali lebih cepat suatu reaksi
pada suhu 30°C laju=a, bila suhu dinaikkan menjadi 100°C maka laju
reaksiny adalah...
A. 14a
B. 28a
C. 32a
D. 128a
JAWABAN : D
PEMBAHASAN :
T 2−T 1
n =
10
100−30
n=
10
=7
Vt = 2n Vo
Vt = 27 a
Vt = 128a
Jadi laju reaksinya setelah dinaikkan menjadi 100°C adalah 128 a
(SHERLY AULIA)
28. Konsentrasi larutan yang dibuat dari 25 gr padatan CaCO3 dan dilarutkan
dalam air hingga volume larutan menjadi 500 ml adalah ...M (Ar Ca=40,
C=12, O=16)
A. 0,05 M
B. 0,25 M
C. 0,5 M
D. 0,025 M
E. 0,005 M
260

JAWABAN: C
PEMBAHASAN:
m 25
Mol CaCO3 = = =0,25 mol
Mr 100
n 0,25
Konsentrasi CaCO 3= = =0,5 M
V 0,5
29. Sebanyak 0,5 mol gas NO 2 dipanaskan dalam ruangan dengan volume 5
liter sehingga dinitrogen membentuk dinitrogen menurut persamaan:
4 NO2 ( g )+ O2 ( g ) → 4 N 2 O5 ( g)
Dalam 20 detik pertama terbentuk 0,5 mol N 2 O 5. Laju pengurangan NO 2
adalah ....
A. 5×10−2
B. 5×10−4
C. 5×10 3
D. 5×10−3
E. 5×10−1
JAWABAN: D
PEMBAHASAN:
0,5
Konsentrasi NO 2 = = 0,1 M
5
[ NO 2] 0,1
Laju pengurangan NO 2 = = =¿5×10−3
∆t 20

30. Dari reaksi 2 N 2 O2 → 4 NO2 +O2 diperoleh data pembentukan senyawa


NO 2 sebagai berikut:
No [NO2] (M) Waktu (jam)

1 0.000 0

2 0.020 1

3 0.040 2

4 0.080 3

Laju pembentukan NO 2 adalah ....


261

A. 5.5×10−4 M/s
B. 5.5×10−6 M/s
C. 5.5×10−5 M/s
D. 5.5×10−3 M/s
E. 5.5×10−7 M/s
JAWABAN: B
PEMBAHASAN:
Perhatikan data no.2 dan no 3
∆M = 0.040 – 0.020
¿ 0.020M
∆t = 2-1
= 1 jam = 3600 sekon
0.02
vNO2= =¿ 5.5×10−6 M/s
3600
(WINDA SRIMAWATI)

31. Sebuah gaya konstan bekerja pada benda yang mula-mula diam sehingga
dalam waktu 0,1 sekon kecepatan benda menjadi 4 m/s. Jika massa benda
500 gram, berapakah besar gaya tersebut?
A. 10 N
B. 20 N
C. 30 N
D. 40 N
E. 50 N
JAWABAN : B.
PEMBAHASAN : 
Diketahui: 
v1 = 0
Δt = 0,1 sekon 
v2 = 4 m/s
m = 500 gram
262

= 0,5 kg 
Ditanya: F ?
Jawab :
F . ∆t = mv2 – mv1
F . 0,1 sekon = 0,5 kg . 4m/s – 0,5 kg . 0 m/s
F . 0,1 sekon = 2 kgm/s – 0 kgm/s
F . 0,1 sekon = 2 kgm/s
2 kgm/ s
F=
0,1 sekon
F = 20 N 
32. Kepingan pita magnesium direaksikan dengan 100ml larutan HCl 1 mol/L
menurut persamaan berikut.
Mg (s) + HCl (aq) MgCl2 (aq) + H2
Perubahan manakah di bawah ini yang dapat meningkatkan kecepatan
reaksinya?
a. Menaikkan suhu larutan HCl
b. mengganti pita magnesium dengan serbuk magnesium
c. mengganti larutan dengan 50 ml HCl 2 M
d. menambahkan 50 ml HCl 1 M
A. a dan b
B. a dan c
C. a dan d
D. b dan c
E. b dan d
JAWABAN : A.
PEMBAHASAN :
Faktor yang mempengaruhi laju reaksi diantaranya adalah,
a. Suhu
b. Luas permukaan
c. Konsentrasi
d. Katalis
263

Dengan menaikkan suhu dan luas permukaan reaksi dapat berjalan


lebih cepat.
33. Berikut adalah faktor yang mempengaruhi laju reaksi, kecuali. . . . .
A. Suhu
B. Konsentrasi
C. Luas permukaan
D. Katalis
E. Volume
JAWABAN : E.
PEMBAHASAN :
Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah :
a. suhu,
b. konsentrasi,
c. katalis,
d. luas permukaan.
(ANNISA REGAR)

34. Kedalam ruang yang volumenya 2 liter, dimasukkan 4 mol gas HI yang
kemudian terurai menjadi gas H2 dan I2. Setelah 5 detik, dalam ruang
tersebut terdapat 1 mol gas H2. Tentukan laju reaksi pembentukan gas H2
dan laju reaksi peruraian gas HI berturut-turut adalah …
A. 0,1 M/detik dan 0,2 M/detik
B. 0,2 M/detik dan 0,1 M/detik
C. 0,1 M/detik dan 0,5 M/detik
D. 0,5 M/detik dan 0,1 M/detik
E. 0,2 M/detik dan 0,2 M/detik

Jawaban : A. 0,1 M/detik dan 0,2 M/detik


Pembahasan :
Persamaan reaksi : 2 HI(g) → H2(g) + I2(g)
Mula-mula : 4 mol - -
Setelah 5 detik : 2 mol 1 mol 1 mol
264

35. Diketahui persamaan reaksi A + 3B → 2C + 2D Molaritas B mula-mula


0,9986 M dan dalam waktu 13,2 menit molaritas B berubah menjadi
0,9746 M. Berapa kecepatan reaksi rata-rata selama waktu tersebut dalam
M per detik?
A. 1,01 x 10−5
B. 1,01 x 10−4
C. 1,01 x 10−3
D. 2, 01 x 10−¿5
E. 2, 01 x 10−4

Jawaban : A. 1,01 x 10−5


Pembahasan :
Molaritas B berubah selama reaksi berlangsung 13,2 menit dapat dihitung
sebagai berikut.
Δ[B] = 0,9746 M – 0,9986 M
= –0,0240 M
Δt = 13,2 menit
265

−1 Δ[B]
Kecepatan reaksi = x
3 Δt
−1 (−0,0240 M )
= x = 6,06 x 10−4 M menit −1
3 13,2 menit
Karena kecepatan reaksi dalam M det −1, maka kita harus mengubah menit

1menit
ke detik. Faktor konversinya adalah . Berarti,
60 detik
1menit
Kecepatan reaksi = 6,06 x 10−4 M menit −1
60 detik
= 1,01 x 10−5 M detik −1
Jadi, kecepatan reaksinya sebesar 1,01 x 10−5 M detik −1
36. Suatu reaksi berlangsung dua kali lebih cepat setiap suhunya dinaikkan
10°C. Jika laju reaksi pada saat suhu 20 °C adalah x M/detik, tentukan laju
reaksi pada saat suhu dinaikkan menjadi 60 °C ?
A. 2x
B. 4x
C. 8x
D. 16x
E. 32x
Jawaban : D. 16X

Pembahasan :

37. Jika laju reaksi antara fenolftalein dengan ion OH - saat konsentrasi
fenolftalein 0,0025 M adalah 2,5x10-5 mol per liter per detik, hitunglah:
a. Tetapan
b. Laju reaksi sesaat awal

Jawaban: a. 0,010 det-1


b. 5,0 x 10-5 mol L-1 det-1
Pembahasan:
266

laju 2,5 X 10−5 mol L−1 det −1


a. Laju = k[pp]  k = = =0,010 det −1
[ pp ] 0,0025 mol L−1
b. Pada saat awal, konsentrasi fenolftalein=0,005 mol/L, maka:
Laju reaksi sesaat awal =k[fenolftalein]
= (0,01 det-1)(0,005 mol/L)=5,0 x 10-5 mol L-1 det-1

38. Untuk reaksi berikut : 2HI(g)  H2(g) + I2(g), hitunglah laju berkurangnya
HI pada saat H2 dan I2 terbentuk dengan laju reaksi 1,8 x 10-6 mol per liter
per detik.
Jawaban: 3,6 x 10-6 M/det
Pembahasan:
−d [ HI ] d [H 2]
=2 =2(1,8 x 10-6) = 3,6 x 10-6 M/det
dt dt

39. Reaksi pembakaran gas H2 berikut ini: 2H2(g) + O2(g)  2H2O(g)


1
Bila laju pembakaran gas H2 adalah 4,6 mol det-1, berapa laju
2
konsumsi/pemakaian oksigen dan pembentukan uap air?
Jawaban: laju pemakaian adalah 2,3 mol det-1 dan pembentukkan air
adalah 4,6 mol det-1
Pembahasan:
−d [O2] 1 d [H 2] 1
Laju pemakaian O2 : = = = (4,6 mol det-1) = 2,3 mol
dt 2 dt 2
det-1
d [H 2 O] d [H 2]
Laju pembentukkan air: = = 4,6 mol det-1
dt dt

(SYUKRIYATI NA’IMATUL AISYAH)

40. Data eksperimen untuk reaksi A(g) + B2(g) → 2AB(g) adalah sebagai
berikut…
Percobaan [A] awal [B] awal Laju Reaksi
(mol/L) (mol/L) (mol.L-1.S-1)
267

1 0,1 0,1 6
2 0,1 0,2 12
3 0,1 0,3 18
4 0,2 0,1 24
5 0,3 0,1 54
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa persamaan laju reaksinya
adalah…
Jawab:
Bandingkan data no 1 dan data no 4:
v 4 k [ A ] X .[B ] y
 =
v 1 k [ A ] X .[B ] y
X
24 k [ 0,2 ] .[0,1] y
 = X y
6 k [ 0,1 ] .[0,1]
x
4 [2 ]
 = x
1 [1 ]
 2x = 4
 2x = 22
 x = 2.
Bandingkan data no 1 dan 2:
v 2 k [ A ] X .[B ] y
 =
v 1 k [ A ] X .[B ] y
X
12 k [ 0,1 ] .[0,2] y
 = X y
6 k [ 0,1 ] .[0,1]

2 [2 ]y
 = y
1 [1 ]
 2y = 2
 2y = 21
y =1
Jadi, persamaan laju reaksinya adalah : v = k[A]2.[B]
268

41. Setiap kenaikan suhu 20oC, laju reaksi menjadi tiga kali lebih cepat dari
semula. Jika pada suhu 20oC laju reaksi berlangsung 9 menit, maka laju
reaksi pada suhu 80oC adalah…
Jawab:
Setiap suhu naik 20oC, laju reaksi 3 kali lebih cepat.
Suhu (oC) : 20 40 60 80
9 3 1
Waktu reaksi (menit) :9
3 3 3
Atau:
T80 = 1¿¿ ¿ . T20
T80 = 1¿¿ ¿ . 9
1
T80 =( ) 3 . 9
3
T80 = 0,333 menit
42. Berdasarkan eksperimen pada reaksi berikut.
H2O2(aq) + 2HI(aq) 2H2O(l) + I2(aq)
Diketahui bahwa konsentrasi I2 bertambah dari 0 menjadi 0,002 mol/L
dalam waktu 10 sekon. Berapakah laju reaksi pembentukan I2?
Jawab:
Δ[P] [I ]
v I2 = + =+ 2
Δt Δt
0,002mol L−1
=
10 s
= 2 x 10-4 mol L-1 s-1
(WULAN PERMATA SARI)

43. Dalam suatu praktikum kimia, seorang siswa memasukkan 8 g zat A (Ar A
= 65) ke dalam tabung reaksi yang berisi 200 mL larutan HCL 2 M.
Setelah reaksi berlangsung selama 2 menit, zat A masih tersisa sebanyak
1,5 g. Berapakah laju pengurangan zat A?
Jawab:
Massa A yang bereaksi = 1,5 g – 8 g = -6,5 g
269

g −6,5
n A= = = - 0,1 mol
Ar 65
n 0,1 mol
[A] yang bereaksi = = = - 0,5 M
v 0,2 L
∆ t = 2 menit = 2 x 60 s = 120 s
Δ[ A] (−0,5 M )
vA= = = 4,2 x 10-3 M s-1
Δt 120 s
44. Dari persamaan reaksi 2A + B A2B,diperoleh laju reaksiv = 0,8[A][B]2.
Jika ke dalam volume 2 L dimasukkan 3,2 mol zat A dan 2,4 mol zat B
serta dibiarkan terjadi reaksi, berapakah laju reaksi setelah 25% zat A
bereaksi?
Jawab:
Laju reaksi pada saat 25% zat A bereaksi ditentukan dari konsentrasi
pereaksi pada saat itu.
2A + B A2B
Jumlah Mol 3,2 mol 2,4 mol 2,4 mol
1
Bereaksi 25 % x 3,2 = 0,8 mol x 0,8 = 0,4 mol
2
Jumlah mol sisa 3,2 – 0,8 = 2,4 mol 2,4 – 0,4 = 2,0 mol
v = k [A][B]2
2,4 mol 2,0 mol 2
v = (0,8 M-3 s-1)( )( )
2L 2L
= 0,8 M-3 s-1 x 1,2 M x 1 M = 0,96 M s-1

45. Berikut ini adalah data hasil percobaan laju reaksi dari reaksi:
2NO(g) + 2 H2(g) → N2(g) + 2H2O(g)
[NO] (mol L-1) [H2] (mol L-1) Laju Reaksi
(mol L-1 s-1)
0,30 0,05 1,6
0,30 0,15 4,8
0,10 0,25 0,5
0,20 0,25 2,0
Reaksi tersebut mempunyai tetapan laju reaksi sebesar…
Jawab:
270

V 2 [ NO] m
= 2
V3 ¿¿
0,5
= ¿)m
2
m=2
V2
= ¿)n
V2
1,6
= ¿)n
4,8

1 1
= ( )n
3 3
n=1
v = k [NO]2 [H2]
2 = k [0,2]2 [0,25]
2 = k 4.10-2. 25.10-2
2
k=
0,01
k = 200
(DILA AGUSTI ARDILA)

46. Pada reaksi A(g)+ B(g) - C(g) + D(g)

Percobaan [A](M) [B](M) v(M/Detik )


1 0,1 0.6 12.10-3
2 0,2 0,6 48.10-3
3 0,3 1,2 48.10-3

Tentukan laju reaksi yang terjadi jika konsentrasi A = 0,3 dan B = 0,4 M

Pemecahan :
Orde reaksi zat A data nomor 1 dan 2

v 1 k 1 [ A]1 m
[B]1 n
=
v2 k2 [B]2
[ A]2
271

12.10 ¯ ³ 0,1 m
=
48.10 ¯ ³ 0,2
1 1 m
=
4 2
m=2
Orde reaksi zat B data nomor 2 dan 3

v 1 k 1 [ A]1 m
[B]1 n
=
v3 k3 [B]3
[ A]3
48.10 ¯ ³ = 0,6 m
48.10 ¯ ³ 1,2
1=1 n
1 2
1= (2)n
20=(2)n
n=0
persamaan laju reaksi : v= k[A]2.[B]0
v=k[A]2
Tetapan laju reaksi data 1
V=k[A]2
12.10-3 = k (0.1)2
12.10¯ ³
k= = 12.10-1
10¯ ²
laju reaksi pada konsentrasi A =0,3M
v= 12.10-1[A]2
v= 12.10-1(0,3)2
= 12.10-1 .9 .10-2 = 0,108 M/detik
47. Suatu eksperimen reaksi A + B+ C .Diketahui bahwa konsentrasi C
bertambah dari 0 menjadi 0,05 mol/liter dalam waktu 20 detik .Tentykan
laju reaksi pembentukan zat C tersebut
Pembahasan
Reaksi A + B - C
272

∆[c ]
Vc = +
∆t
( 0,05−0 ) m 0 l/L
=
20 detik
0,05
=
20
=2,5 x 10-3 mol/L detik
48. Dari persamaan reaksi berikut adalah dua reaksi elementar dalam
mekanisme reaksi keseluruhan
(1) NO2CI(g) NO2 (g) + CI(g)
(2) NO2CI(g) + CI(g) - NO2(g) + CI2(g)

(a)Tuliskan persamaan reaksi keseluruhannya .

(b)Tentukan molekularitas setiap tahap teaksi tersebut

(c)Tuliskan hukum laju reaksi setiap tahap reaksi

Pembahasan

(a) Reaksi keseluruhan :


NO2CI(g) - NO2 (g) + CI(g)
NO2CI(g) + CI(g) - NO2(g) + CI2(g)
NO2CI(g) + NO3CI(g) + CI(g) -- NO2 (g) + CI(g +NO2(g) +
CI2(g)
(b) Reaksi (1) adalah unimolekular ,karena reaksi hanya melibatkan 1
molekul pereaksi ,yaitu NO2CI(g)
Reaksi (2) adalah bimolekular ,karena reaksi melibatkan 2 molekul
pereaksi ,yaitu
NO2CI(g)+ CI(g)
(c) Hukum laju reaksi erlementer
Reaksi (1) : v= k[NO2CI]
Reaksi (2) : v = [NO2CI]+[ CI]
273

48. Data hasil percobaan laju reaksi: 


2NO (g) + 2H2 (g) → N2 (g) + 2H2 (g) + 2H2O (g)

Berdasarkan data tersebut orde reaksi total adalah...


A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
Pembahasan
Orde reaksi terhadap NO 

Ordereaksiterhadap H2 

Sehingga orde reaksi totalnya adalah = 2 + 1 = 3


49. Berikut adalah reaksi yang berlangsung dalam larutan benzena yang
mengandung piridin 0,1 M: CH3OH (A) + (C6H5)3CCl (B) →
CH3OC(C6H5)3 (C) + HCl, dengan hasil percobaan sebagai berikut:
274

Hukum laju dan nilai tetapan laju untuk reaksi tersebut berturut-turut
adalah…..
A. r= k [A]2[B] dan 4,6 x 10-3 L2mol-2s-1
B. r = k [A][B] dan 3,8 x 10-3 Lmol-1s-1
C. r= k [A][B]2 dan 5,2 x 10-3 L2mol-2s-1
D. r = k [A] dan 2,6 x 10-3 s-1
E. r =k [B] dan 7,4 x 10-3 s-1
Jawaban A
Pembahasan :
Laju reaksi setiap bagian akan dihitung terlebih dahulu dengan rumus R =
([C]/Δt) x (1menit/60 detik) dan hasilnya terdapat pada kolom ke paling
kanan tabel di bawah ini.

Orde reaksi terhadap A dapat ditentukan dengan menggunakan data kedua


dan ketiga (konsentrasi B yang sama/tetap), dan sebaliknya.
Orde terhadap A: (0,2/0,1)x = (17,1 × 10-6 : 4,3 × 10-6)   →   2x = 4  →  x = 2
Orde terhadap B: (0,1/0,05)y = (4,3 × 10-6 : 2,2 × 10-6)   →   2y = 2  →  y = 1
Jadi r = r= k [A]2[B]
Menghitung tetapan laju reaksi (k)
Biasanya k bias ditentukan dengan menggunakan salah satu data hasil
percobaan, dalam pembahasan ini digunakan data kedua.
k = r / [A]2[B]    →    4,3 × 10-6 / (0,1)2 × (0,1) = 4,3 × 10-3
50. Diberikan reaksi antara gas A dan B sebagai berikut:
275

A+B→C+D
Jika persamaan kecepatan reaksinya adalah v = k [A][B]2 maka reaksi
tersebut termasuk reaksi tingkat ke....
A. 0
B. 1
C. 2
D. 3
E. 4
Pembahasan
Bentuk umumnya:
v = k [A]x [B]y 
Sehingga v = k [A][B]2 memiliki nilai x = 1 dan y = 2. Tingkat reaksinya
(orde) adalah 1 + 2 = 3

BAB V
KESETIMBANGAN KIMIA
Materi Prasyarat
1. Stoikiometri
Materi stoikiometri yang berhubungan dengan materi kesetimbangan adalah
mencari kemolaran suatu zat yang mana dalam materi stoikiometri sudah terlebih
dahulu dipelajari tentang mencari molar, mol, molal dan lain sebagainya. Sebelum
mempelajari kesetimbangan kimia siswa harus mempelajari dulu stoikiometri,
yaitu pada persamaan reaksi penentuan mol dan sejenisnya, karna di
kesetimbangan kimia ini siswa dituntut bisa untuk menyelesaikan persamaan dan
perhitungan kimia
2. Termokimia
276

Siswa telah mempelajari dan memahami materi Termokimia tentang


reaksi eksoterm dan reaksi endoterm, dimana jika suhu dinaikkan, kesetimbangan
bergeser ke arah reaksi endoterm. sedangkan jika suhu diturunkan, kesetimbangan
bergeser ke arah reaksi eksoterm.
Miskonsepsi

1. Pada buku Unggul Sudarmo, tidak dijelaskan mengenai hubungan Kp


dengan Kc, hubungan nilai kesetimbangan antara reaksi yang berikatan,
sehingga pemahaman siswa kurang utuh mengenai konsep kesetimbangan.

2. Pada buku Unggul Sudarmo, tidak dijelaskan mengenai manfaat tetapan


kesetimbangan, sehingga bisa menimbulkan miskonsepsi pada siswa,
dengan mengetahui manfaat tetaapan kesetimbangan, yaitu diantaranya
apabila Qc = Kc menunjukkan campuran setimbang.

3. Sebagian siswa gagal untuk memahami konsep kesetimbangan dinamis.


Mereka beranggapan bahwa ketika reaksi mencapai keadaan setimbang,
maka tidak ada reaksi lebih lanjut yang terjadi.

4. Dalam buku Haris Watoni, 2014 Menjelaskan secara sistematis dan


terperinci mengenai materi “Kesetimbangan Kimia”, baik dalam segi
urutan materi maupun pemahaman materi . Hanya saja pada buku ini tidak
tercantum “Kesetimbangan Homogen”, Sedangkan buku Sentot Budi
Rahardjo, 2017 ini hanya membahas materi mengenai “Kesetimbangan
Kimia” secara spesifik, namun dapat melengkapi buku Haris Watoni, 2014
menjadi lebih sempurna.

5. Dalam buku Sentot Budi Rahardjo, 2017 ada menjelaskan tentang Faktor-
Faktor yang mempengaruhi pergeseran Kesetimbangan Kimia. Sedangkan
pada buku Haris Watoni, 2014 tidak ada menjelaskan mengenai Faktor-
Faktor yang mempengaruhi pergeseran Kesetimbangan Kimia.

6. Dalam buku unggul sudarmo penerbit erlangga tidak menjelaskan


mengenai materi tetapan kesetimbangan tentang homogen dan
heterogennya, hubungan kuantitatif antara pereaksi dan hasil reaksi dari
suatu reaksi kesetimbangan.. sedangkan di buku sentot budi rahardjo
277

penenrbit platinum menjelaskan mengenai materi tetapan kesetimbangan


tentang homogen dan heterogen, hubungan kuantitatif antara pereaksi dan
hasil reaksi dari suatu reaksi kesetimbangan. Oleh karena itu, siswa yang
menggunakan buku unggul sudarmo pengetahuannya menjadi terbatas
pada materi tetapan kesetimbangan tentang homogen dan heterogen,
hubungan kuantitatif antara pereaksi dan hasil reaksi dari suatu reaksi
kesetimbangan.

7. Kesalahan konsep siswa pada materi kesetimbangan kimia yaitu kesalahan


menafsirkan istilah, kesalahan menafsirkan konsep dan kesalahan
menafsirkan prinsip. Penyebabnya adalah kurangnya penguasaan bahasa,
pemahaman materi lemah, daya ingat kurang dan sumber belajar yang
salah.

8. Miskonsepsi: Menentukan jumlah mol ataupun kosentrasi bila siswa


diberikan molaritas ataupun dalam pengguanaan volume. Konsep yang
sebenarnya: Jumlah mol ataupun konsentrasi adalah sama dengan
molaritas, karena molaritas meruapakan konsentrasi dengan satuan mol/L
dan penentuan tergantung koefisien pada produk adan reaktan pada rreaksi
setimbang.

9. Miskonsepsi: Kesetimbangan tidak akan mempengaruhi dalam laju reaksi


dan membedakan antara rate (kecepatan) dan luas reaksi. Konsep yang
sebenarnya: Cepat lambatnya suatu reaksi mencapai kesetimbangan
tergantung pada laju reaksi, semakin besar laju reaksi, semakin cepat
reaksi mengalami kesetimbangan dan dengan besarnya luas akan
mempercepat kesetimbangan.

10. Miskonsepsi: Katalis mengarah pada produk hasil yang lebih


tinggi. Konsep yang sebenarnya: Katalis memperbesar laju reaksi karena
akan menurunkan energi pengaktifan. Penurunan energi pengaktifan
tersebut akan berlaku untuk kedua arah.
Multiple Representasi
1. PCl3
278

Makroskopis : Cairan tak berwarna sampai kuning berasap, bau seperti Asam
klorida, titik lebur −93,6 °C (−136,5 °F; 179,6 K), titik didih 76,1 °C (169,0 °F;
349,2 K), tekanan uap 100 mmHg (20 °C)
Simbolik : PCl3
Mikrosopis :

2. NH3
Makroskopis: Biasanya senyawa ini didapati berupa gas dengan bau tajam yang
khas (disebut bau amonia). Memiliki titik lebur -77,73 oC dan titik didih -33,34 oC
Simbolik: NH3
Mikroskopis:

3. H2SO4
Simbol : H2SO4
Makrokopis : Pembuatan H2SO4. massa molar 98.079 g/mol, densitas 1.84 g/cm³,
titik leleh 10 °C, dan titik didih 337°C
Mikrokopis : H2S2O7 + H2O ------ H2SO4

4. AgCrO4 (perak kromat)


Simbolik : Ag2CrO4
Makroskopis: Rumus : Ag2CrO4, Massa molar: 331,73 g/mol,
Kepadatan: 5,62 g/cm³
279

Mikroskopis:

5. Amonium clorida
Simbolik: ClH4N
Makroskopis:

Sifat – Sifat
Rumus kimia ClH4N
Massa molar 53,49 g·mol−1
Penampilan Padatan putih, higroskopis
Bau Tak berbau
Densitas 1,5274 g/cm3[1]
Titik lebur 338 °C dekomposisi, menyublim
Titik didih 520 °C
Kondisi sublimas Menyublim pada 337,6 °C[2]
i ΔsublHo = 176,1 kJ/mol[3]
Kelarutan dalam 244 g/L (−15 °C)
air
294 g/L (0 °C)
283,0 g/L (25 °C)
454,4 g/L (40 °C)
740,8 g/L (100 °C)[4]
Hasil kali 30,9 (395 g/L)[5]
kelarutan, Ksp
Kelarutan Larut dalam
cairan amonia, hidrazin, alkohol, 
metanol, gliserol
Agak larut dalam aseton
280

Tak larut dalam dietil eter, etil


asetat[2]
Kelarutan dalam  3,2 g/100 g (17 °C)
metanol 3,35 g/100 g (19 °C)
3,54 g/100 g (25 °C)[2]
Kelarutan dalam  6 g/L (19 °C)[1]
etanol
Kelarutan dalam  97 g/kg[2]
gliserol
Kelarutan dalam  0,09 g/kg (0 °C)
belerang dioksida 0,031 g/kg (25 °C)[2]
Kelarutan dalam  0.67 g/kg (16.6 °C)[2]
asam asetat
Tekanan uap 133,3 Pa (160,4 °C)[6]
6,5 kPa (250 °C)
33,5 kPa (300 °C)[1]
Keasaman (pKa) 9,24
Indeks bias (nD) 1,642 (20 °C)[2]

Mikroskopis:

6. Asam nitrat
Simbolik: HNO3
Makroskopis: Asam nitrat murni (100%) merupakan cairan tak berwarna dengan
berat jenis 1.522 kg/m³. Ia membeku pada suhu -42 °C, membentuk kristal-kristal
putih, dan mendidih pada 83 °C. Ketika mendidih pada suhu kamar, terdapat
dekomposisi (penguraian) sebagian dengan pembentukan nitrogen dioksida. asam
281

nitrat (HNO3) adalah sejenis cairan korosif yang tak berwarna, dan merupakan
asam beracun yang dapat menyebabkan luka bakar. Larutan asam nitrat dengan
kandungan asam nitrat lebih dari 86% disebut sebagai asam nitrat berasap, dan
dapat dibagi menjadi dua jenis asam, yaitu asam nitrat berasap putih dan asam
nitrat berasap merah.

Mikroskopis:

MATERI KESETIMBANGAN KIMIA

Untuk memperoleh gambaran tentang konsep setimbang, dapat kita ambil


contoh proses kesetimbangan air dengan uap air dalam suatu botol. Bila air
diletakkan di dalam botol terbuka dan dibiarkan dalam waktu yang cukup lama,
maka air di dalam botol akan berkurang karena butir-butir air menguap dari
permukaan air dan keluar dari botol. Pada botol tertutup, uap air yang terjadi pada
282

proses penguapan tidak keluar dari botol. Akibatnya, bila uap telah menjadi jenuh
ada sebagian uap air yang akan mengembun kembali menjadi butir-butir air yang
menempel pada botol dan akhirnya mengalir ke dalam botol. Proses ini
berlangsung secara terus menerus.
Mengapa air dalam botol tetap? Air dalam botol tetap karena jumlah air
yang menguap sama dengan jumlah air yang mengembun kembali menjadi air.
Dapat dikatakan bahwa di dalam botol tersebut laju penguapan air sama dengan
laju pengembunan air. Proses demikian disebut kesetimbangan dinamis, yaitu
proses bolak-balik dengan laju yang sama untuk kedua arah. Proses
kesetimbangan dinamis ini dapat juga terjadi dalam suatu reaksi kimia. Proses
kesetimbangan dalam reaksi kimia terjadi apabila reaksinya merupakan reaksi
bolak-balik, dan berlangsung dalam sistem tertutup, seperti halnya yang terjadi
pada proses penguapan dan pengembunan air pada contoh di atas.
A. Reaksi Kesetimbangan Gas
Reaksi-reaksi kimia fase gas yang paling sederhana terjadi melalui satu
tahap reaksi seperti reaksi antara C1NO2 dengan NO membentuk NO2 dan C1NO2:
C1NO2 (g) + NO(g) ↔ NO2(g) + C1NO(g)
Berkurangnya konsentrasi C1NO2 diikuti dengan terbentuknya gas NO2
sebagaimana yang diperlihatkan oleh grafik yang mengalurkan konsentrasi
terhadap waktu.
Laju reaksi pembentukan NO2 dan C1NO berbanding lurus dengan
konsentrasi C1NO2 dan NO. Pada awalnya, reaksi berlangsung cepat. Namun,
ketika pereakis-pereaksi mulai berubah menjadi produk reaksi, konsentrasi
C1NO2 dan NO semakin rendah sehingga laju reaksi semakin lambat dan akhirnya
mencapai keadaan kesetimbangan.
Pada daerah pergerakkan reaksi, perubahan komponen pereaksi relative
monstan selama waktu tertentu. Pada daerah kesetimbangan, reaksi tampak seperti
berhenti, tetapi sebenarnya tidak berhenti, walaupun perubahan konsentrasi dari
semua komponen reaksi sudah mulai tidak terlihat99.

99
Haris Watoni, A. 2014. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI (Peminatan). Bandung: Yrama
Widya. hlm.164-165
283

B. Konsep Kesetimbangan Dinamis


1. Reaksi Bolak- Balik
Timbal (II) sulfat padat yang berwarna putih bila direaksikan dengan
larutan natrium iodida akan membentuk endapan timbal (II) iodida yang berwarna
kuning dengan reaksi:
Sebaliknya, jika padatan timbal (II) iodida yang berwarna kuning dari
hasil reaksi diatas direaksikan dengan Larutan natrium sulfat, maka akan
terbentuk kembali endapan warna putih timbal sulfat dengan reaksi:
1. PbSO4(S) + 2NaI(aq) PbI2(s) + Na2SO4(aq)
Putih kuning
2. PbI2(s) + Na2SO4(aq) PbSO4(S) + 2NaI(aq)
Kuning Putih
Dengan memperhatikan kedua reaksi diatas terlihat bahwa reaksi yang
kedua merupakan kebalikan dari reaksi yang pertama, maka disebut reaksi dapat
balik. Jika kedua reaksi tersebut berlangsung secara bersamaan maka disebut
reaksi bolak-balik dan ditulis dengan dua panah yang arahnya berlawanan.
PbSO4(S) + 2NaI(aq) ↔ PbI2(s) + Na2SO4(aq)
Selain reaksi yang dapat dibalik, reaksi kimia juga ada yang tidak dapat
dibalik atau reaksi berkesudahan, yaitu reaksi kimia dimana zat hasil reaksi tidak
dapat saling bereaksi kembali menjadi zat pereaksi.
Contoh:
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
Reaksi antara natrium hidroksida dengan asam klorida hanya dapat
berlangsung ke arah kanan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan cara mereaksikan
kembali hasil reaksi yaitu NaCl dan H2O fakta menunjukkan bahwa NaCl tidak
akan bereaksi dengan air membentuk NaOH dan HCl.
Seperti halnya pada kesetimbangan penguapan dan pengembunan air di
dalam botol tertutup, dalam reaksi kimia akan terjadi kesetimbangan bila
reaksinya merupakan reaksi bolak-balik dan berlangsung dengan sistem tertutup.
Arti tertutup adalah tidak ada zat baik pereaksi maupun hasil reaksi yang
meninggalkan sistem.
284

2. Reaksi Kesetimbangan
Suatu reaksi kesetimbangan yang terjadi pada reaksi:
Fe3+(aq) + SCN-(aq) ↔ FeSCN2+(aq)
Dalam reaksi tersebut, menurut perhitungan stoikiometri, jika sejumlah
mol yang sama dari ion Fe3+ dan ion SCN- di reaksikan, maka akan abis bereaksi.
Akan tetapi, fakta percobaan menunjukkan bahwa jika ke dalam campuran yang
tersebut ditambahkan ion Fe3+, maka warna larutan menjadi lebih pekat, yang
berarti di dalam larutan terbentuk lebih banyak FeSCN2+. Terbentuknya lebih
banyak FeSCN2+ menunjukkan bahwa di dalam larutan masih ada ion SCN-.
Dengan sebaliknya, jika ke dalam larutam ditambahka ion SCN-, maka warna
larutan menjadi lebih pekat atau terbentuk lebih banyak FeSCN2+.
Fakta tersebut menunjukkan bahwa meskipun menurut perhitungan
stoikiometri ion Fe3+ dan ion SCN- habis bereaks, tetapi ternyata kedua ion
tersebut masih ada di dalam larutan. Dengan demikian, berarti reaksi tersebut
merupakan reaksi bolak-balik, di mana FeSCN2+ yang terbentuk ada yang
kembali menjadi ion Fe3+ dan ion SCN-. Setelah proses pengadukan, reaksi
tersebut menjadi setimbang. Hal ini ditunjukkan dengan warna larutan yang tidak
berubah setelah dibiarkan beberapa saat. Kesimpulannya, di dalam reaksi
setimbang komponen zat-zat pereaksi dan hasil reaksi tetap ada dalam sistem.
Contoh soal:
Dalam suatu wadah direaksikan larutan yang mengandung 0,010 mol Fe3+ dengan
larutan yang mengandung 0,010 mol ion SCN- hingga terjadi reaksi
kesetimbangan:
Fe3+(aq) + SCN-(aq) ↔ FeSCN2+(aq)
Dalam keadaan setimbang ternyata terdapat ion Fe3+ sebanyak 0,004 mol.
Hitunglah berapa mol iom SCN- dan FeSCN2+ yang terdapat dalam sistem.
Jawab:
Reaksi : Fe3+(aq) + SCN-(aq) ↔ FeSCN2+(aq)
Mula-mula 0,0010 mol 0,0010 mol -
Bereaksi - 0,006 mol - 0,006 mol +0,006 mol +
Saat setimbang 0,004 mol 0,004 mol 0,006 mol
285

Dari perhitungan ini dapat dijelaskan bahwa mula-mula yang ada adalah ion Fe 3+
0,010 mol dan ion SCN- 0,010 mol. Oleh karena pada saat setimbang ada 0,004
mol ion Fe3+ (diketahui), berarti Fe3+ yang beraksi adalah 0,006 mol( mol mula-
mula dikurangi mol yang masih ada). Berdasarkan persamaan reaksinya, setiap 1
mol Fe3+ akan bereaksi dengan 1 mol SCN- menghasilkan 1 mol FeSCN2+. Jika
Fe3+ yang bereaksi 0,006 mol akan membutuhkan SCN - sebanyak 0,006 mol juga,
serta dihasilkan FeSCN2+ sebanyak 0,006 mol pula. Jadi, pada keadaan setimbang
yang ada dalam sistem adalah ion Fe3+ = 0,004 mol (diketahui); ion SCN- = 0,004
mol, dan ion FeSCN2+ = 0,006 mol.
Meskipun hampir semua reaksi merupakan reaksi dapat balik, tetapi tidak
semua reaksi dapat balik akan menjadi reaksi setimbang untuk dapat menjadi
reaksi setimbang diperlukan persyaratan antara lain reaksinya bolak-balik
sistemnya tertutup dan bersifat dinamis.
a. Reaksi bolak-balik
Suatu reaksi kadang-kadang memerlukan adanya pengaruh dari luar
untuk dapat balik Oleh karena itu reaksi tersebut tidak dapat berlangsung secara
bersamaan sebagai contoh reaksi antara timbal (II) sulfat dengan Larutan natrium
iodida pada contoh diatas tidak berlangsung dalam waktu yang bersamaan.
Suatu reaksi dapat menjadi reaksi kesetimbangan Jika reaksi baliknya
dapat dengan mudah berlangsung secara bersamaan, seperti yang terjadi pada
proses penguapan air dan pengembunan air di dalam botol. Proses penguapan dan
pengembunan dapat berlangsung dalam waktu yang bersamaan reaksi homogen
(wujud zat pereaksi dan hasil reaksi sama), misalnya reaksi gas atau larutan, akan
lebih mudah berlangsung bolak-balik dibandingkan reaksi heterogen. Umumnya,
reaksi heterogen dapat berlangsung bolak-balik pada suhu tinggi. Contoh reaksi
homogen yang berlangsung bolak-balik:
N2(g) + 3H2(g) ↔ 2NH3(g)
H2(g) + I2(g) ↔ 2HI(g)
Fe3+(aq) + SCN-(aq) ↔ FeSCN2+(aq)
286

Contoh reaksi heterogen yang dapat berlangsung bolak-balik pada suhu


tinggi:
CaCO3(s)↔ CaO(s) + CO2(g)
Fe2O3(s) + 3CO(g) ↔ 2Fe(s) + 3CO2(g)
b. Sistem Tertutup
Sistem tertutup adalah suatu sistem reaksi dimana zat-zat yang bereaksi
dan zat hasil reaksi tidak ada yang meninggalkan sistem. Sistem tertutup bukan
berarti reaksi tersebut dilakukan pada ruang atau wadah yang tertutup meskipun
kadang-kadang diperlukan ruangan tertutup untuk reaksi yang melibatkan gas.
Rreaksi antara larutan FeCl3 dengan larutan KSCN tidak perlu dilakukan dalam
wadah tertutu, sebab meskipun dalam wadah terbuka tidak ada zat yang
meninggalkan sistem. Reaksi antara timbal (II) sulfat dengan Larutan natrium
iodida, tidak mungkin akan dapat balik jika timbal (II) iodida yang terbentuk pada
reaksi tersebut dibuang dari sistem.
c. Bersifat Dinamis
Artinya secara mikroskopis reaksi berlangsung terus menerus dalam dua
arah dengan laju reaksi pembentukan sama dengan laju reaksi baliknya.
Berlangsungnya suatu reaksi secara makroskopis dapat dilihat dari perubahan
suhu, tekanan, konsentrasi, atau warnanya. Sementara itu, perubahan dalam skala
mikroskopis tidak mungkin teramati.
Secara makroskopis, reaksi dalam keadaan setimbang tidak menunjukkan
adanya gejala tersebut. Justru gejala tersebut akan tampak pada saat reaksi belum
setimbang, Karena pada saat itu konsentrasi zat pereaksi mula-mula akan
berkurang dan konsentrasi hasil reaksi akan bertambah.
Untuk lebih jelasnya kita ikuti terjadinya kesetimbangan pada reaksi:
N2O4(g) ↔ 2NO2(g)
Tak berwarna coklat(B)
Jika sejumlah gas N2O4 dimasukkan ke dalam botol tertutup, gas yang
semula tak berwarna secara perlahan-lahan akan berubah menjadi coklat. Pada
awalnya, perubahan itu tidak tampak, tetapi secara bertahap akan menjadi
semakin coklat. Setelah beberapa saat, warna gas dalam tabung tidak berubah.
287

Pada saat inilah terjadinya kesetimbangan. Pada saat kesetimbangan tersebut


masih ada gas N2O4. Hal ini dapat dibuktikan dengan mendinginkan tabung
tersebut. ada saat didinginkan warna coklat semakin pekat. Hal ini menunjukkan
bahwa gas NO2 yang terbentuk lebih banyak. Jadi pada saat setimbang pereaksi
dan hasil reaksi masih tetap ada di dalam sistem.
Laju reaksi terurainya gas N2O4 mula-mula berlangsung cepat kemudian
turun sejalan dengan makin berkurangnya gas N2O4. Pada saat yang bersamaan,
mulai terbentuk gas NO2 (warna coklat mulai tampak). Pada saat itu juga gas
NO2 yang terbentuk sebagian kembali menjadi gas N2O4. Laju reaksi terhadap
gas NO2 (v NO2) makin besar karena konsentrasi NO2 makin besar (ingat bahwa
laju reaksi dipengaruhi konsentrasi. Jadi v N2O4 terus menurun dan v NO2
meningkat sampai pada waktu tertentu (ts) terjadi kondisi dimana laju reaksi
peruraian N2O4 (v N2O4) sama dengan laju reaksi pembentukan gas N2O4 (v
N2O4) kembali. Kondisi ini disebut keadaan setimbang. Proses ini berlangsung
terus jika tidak ada pengaruh dari luar yang menyebabkan terjadinya
kesetimbangan.
Konsentrasi akan mengalami perubahan dengan pola yang sama. Mula-
mula yang ada hanya gas N2O4 (konsentrasi N2O4 maksimum), kemudian
berkurang terus karena berubah menjadi gas NO2. Pada saat yang bersamaan, gas
NO2 yang semula tidak ada (konsentrasinya 0) akan mulai bertambah yang
ditandai dengan mulai adanya warna coklat. Konsentrasi gas N2O4 akan terus
bertambah dan sejalan dengan itu gas NO2 juga terus bertambah sampai suatu
saat konsentrasinya tetap (ditandai warna coklat yang tetap). Pada saat itu,
tercapai suatu keadaan setimbang. Mulai saat itu juga, reaksi tidak menunjukkan
perubahan secara makroskopis, misalnya warna tidak menjadi lebih pekat atau
lebih terang tekanannya tetap dan lain-lainnya.
Pada kondisi setimbang, laju reaksi ke kanan sama dengan laju reaksi
kekiri atau v1=v2. Konsentrasi gas N2O4 dan konsentrasi gas NO2 juga tetap,
meskipun dapat terjadi tiga kemungkinan.100

100
Unggul Sudarmo.2014. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI. Surakarta. Erlangga hal:
133-140
288

1) [N2O4] = [NO2]
2) [N2O4] < [NO2]
3) [N2O4] >[NO2]
d. Reaksi Kesetimbangan Gabungan
Jika beberapa kesetimbangan reaksi dapat di jumlahkan, tetapan
kesetimbangan gabungan yang diperoleh merupakan hasil kali tetapan
kesetimbangan dari masing – masing persamaan reaksi. Hal ini dapat dipahami
dari contoh gabungan dua persamaan reaksi berikut ini.
(1) 2N2 (g) + O2 2N2O (g) Kc1 = [N2O]2 / [N2]2[O2]
(2) 2N2O(g) + 3O2 4 NO2(g) Kc2 = [NO2]4 / [N2O]2[O2]3 +
(3) 2N2(g) 4O2 (g) 4NO2(g) Kc3 = [NO2]4 / [N2]2[O2]4
Jika pernyataan aksi massa untuk dikalikan dengan pernyataan aksi
massa untuk Kc2 diperoleh pernyataan aksi massa untuk. 101

[N2O]2 x [NO2]4 = [ NO2]4

[N2]2[O2] [N2O]2[O2]3 [N2]2[O2]4

3. Kesetimbangan Homogen dan Heterogen


Kesetimbangan yang semula komponennya satu fase kita sebut
kesetimbangan homogen, sedangkan kesetimbangan yang terdiri dari dua fase
atau lebih disebut kesetimbangan heterogen. Kesetimbangan homogen dapat
berupa sistem gas atau larutan kesetimbangan heterogen umumnya melibatkan
komponen padat gas atau cair gas.102 Contoh kesetimbangan homogen
a. N2(g) + 3H2(g) ↔ 2NH3(g)
b. H2O(l) ↔ H+(aq) + OH-(aq)
c. CH3COOH ↔ CH3COO-(aq) + H+(aq)
Contoh kesetimbangan heterogen
101
Sentot Budi Rahardjo, 2017. Kimia Berbasis Eksperimen Untuk SMA/MA Kelas XI
Kelompok Peminatan Mateatika dan Ilmu – Ilmu Alam K.13Edidi Revisi 2016. PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri : Solo, hlm. 175
102
Aas Saidah dan Michael Purba, 2013, Kimia Bidang Keahlian Teknologi dan
Rekayasa untuk SMK/MAK Kelas X1, Jakarta: Erlangga, hlm.119-121
289

a. CaCO3(s) ↔ CaO(s) + CO2(g)


b. Ag2CrO4(s) ↔ 2Ag(aq) + CrO42-
C. Hukum dan Tetapan Kesetimbangan (K)
1. Hukum Kesetimbangan
Suatu hasil percobaan terhadap reaksi kesetimbangan antara gas karbon
monoksida dengan gas hidrogen membentuk gas metana dan uap air dapat ilihat
pada tabel 4.1
Tabel 4.1 susunan kesetimbangan reaksi antara gas karbon monoksida dengan gas
hidrogen membentuk metana pada suhu 1.200 K
[ CH 4 ] [H 2 O]
Konsentrasi awal (M) Konsentrasi pada keadaan setimbang (M)
[ CO ] [ H 2 ] 3
[CO] [H2] [CO] [H2] [CH4] [H2O]

0,1000 0,3000 0,0613 0,1839 0,0387 0,0387 3,93

0,2000 0,3000 0.1522 0,1566 0,0478 0,0478 3,91

0,1000 0,4000 0,0479 0,0479 0,2437 0,0521 3,92

0,1000 0,1000 0,894 0,0894 0,0683 0,0106 3,94

Dalam tabel tersebut menunjukkan bahwa komposisi kesetimbangan


bergantung pada perbandingan mol pereaksinya. Namun demikian, terdapat suatu
hubungan yang tetap antara konsentrasi kesetimbangan, yaitu nisbah hasil kali
konsentrasi setimbang zat-zat produk terhadap hasil konsentrasi setimbang zat-zat
pereaksi, setiap nilainya dipangkatkan dengan koefisien reaksinya. Hubungan ini
ditemukan oleh Cato Maximillian Gulberg dan Peter Wage pada tahun 1864 dan
selanjutnya disebut hukum kesetimbangan. Menurut hukum kesetimbangan
(disebut juga hukum aksi massa), untuk reaksi pada suhu tertentu perbandingan
hasil kali konsentrasi produk dengan pereaksi yang dipangkatkan koefisien
reaksinya akan menghasilkan bilangan yang tetap (konstan) yang disebut tetapan
kesetimbangan dengan lambang Kc (huruf C menyatakan konsentrasi). Ungkapan
hukum kesetimbangan untuk reaksi kesetimbangan di atas apat dinyatakan sebagai
berikut :
290

[ CH 4 ] [H 2 O]
Kc=
[ CO ] [ H 2 ] 3
Nilai tetapan kesetimbangan bergantung pada suhu. Untuk contoh di atas, nilai
ketetapan kesetimbangan yaitu 3,92 pada suhu 1.200 K. Perubahan sushu akan
mengubah komposisi kesetimbangan sehingga nilai tetapan kesetiimbangannya
berubah.
e. Persamaan Tetapan Kesetimbangan (Kc)
Ungkapan hukum kesetimbangan kita sebut persamaan tetapan
kesetimbangan. Persamaan tetapan kesetimbangan sesuai dengan stoikiometri
reasksi. Secara umum, untuk reaksi :
mA + nB ↔ pC +qD
persamaan tetapan kesetimbangannya adalah :
[C] P[D ]q
Kc =
[ A ] M [ B] n
Karena satuan konsentrasi adalah M, satuan
Kc= M (p+q)-(m+n)
Zat-zat yang terdapat dalam kesetimbangan berbentuk padat (s), larutan(aq), gas
(g), dan cair (l). Akan tetapi, konsentrasi yang berpengaruh terhadap nilai Kc
hanya zat-zat yang berbentuk gas (g) dan laarutan (aq). Zat padat tidak termasuk
karena konsentrasi zat padat adalah tetap dan nilainya telah terhitung daalam Kc
itu.
Contoh :
[ H 2 ] [I 2]
2HI(g) ↔ H2(g) +I2(g) Kc= (tanpa satuan)
[ HI ] 2
f. Kesetimbangan Disosiasi
Disosiasi dapat diartikan sebagai peruraiann suatu senyawa menjadi zat-
zat lain yang lebih sederhana. Jika reaksi berlangsung dalam ruangan tertutup,
akan dihasilkan suatu reaksi kesetimbangan yang disebut kesetimbangan
disosiasi. Perbandingan jumlah mol zat yang teruri terhadap jumlah mol zat pada
keadaan awal dinyatakan sebagai derajat disosiasi. Adapun derajat disosiasi
dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :
291

jumlah zat terurai


α=
jumlah mol zat mula−mula
g. Tetapan Kesetimbangan Tekanan (Kp)
Tetapan kesetimbangan untuk sistem kesetimbangan yang melibatkan gas
juga dapat dinyatakan berdasarkan tekanan parsial gas selain berdasarkan
konsentrasi. Hal ini karena pada umumnya keberadaan jumlah gas dinyatakan
dalam bentuk tekanan parsialnya, dibandingkan dengan konsentrasi molarnya.
Tetapan kesetimbangan yang berdasarkan tekanan parsial disebut tetapan
kesetimbangan tekanan parsial dan dinyatakan dengan Kp.
h. Tetapan Kesetimbangan untuk kesetimbangan Heterogen
Persamaan tetapan kesetimbangan hanya bergantung pada komponen
yang konnsentrasi atau tekanannya berubah selama reaksi berlangsung. Hal
seperti itu tidak terjadi pada zat padat murni (s) atau zat cair murni (l). Oleh
karena ituu, zat padat murni maupun zat cair murni tiidak disertakan dalam
persamaan tetapan kesetimbangan.
Contoh :
BiCl3(aq) + H2O(I) ↔ BiOCl(s) + 2HCl (aq)
[ HCl ] 2
Kc =
[BiCl 3]
BiOCl(s) dan H2O(I) tidak disertakan dalam persamaan Kc.
i. Hubungan Kp dengan Kc
Tekanan parsial gas bergantung pada konsentrasi. Dari persamaan gas
ideal, yaitu
PV= nRT
Maka, tekanan gas dinyatakan sebagai berikut :
n
P= RT
V
n
Besaran = konsentrasi gas
v
n
Dengan mengganti P pada persamaan Kp dengan , dapat diturunkan hubungan
V
Kp dengan Kc sebagai berikut :
292

Kp = Kc (RT)∆n
Dengan ∆n = selisih jumlah pangkat pembilang dengan jumlah pangkat penyebut.
j. Hubungan Nilai Tetapan Kesetimbangan antara Reaksi-reaksi Yang
Berkaitan
Reaksi dapat balik yang melibatkan SO2(g), O2(g), dan SO3(g) dapat
dinyatakan dengan tiga cara berikut :
a. 2SO2(g) + O2(g) ↔ 2SO3(g) Kc=K1
b. 2SO3(g) ↔ 2SO2(g) + O2(g) Kc=K2
1
c. SO2(g)+ O (g) ↔ SO3(g) Kc=K3
2 2
Bagaimanakah hubungan antara nilai tetapan kesetimbangan reaksi-reaksi itu ?
1
a. Jika persamaan reaksi kesetimbangan dibalik, nilai Kc’ =
Kc
b. Jika koefisien reaksi kesetimbangan dibagi dengan faktor n, harga tetapan
kesetimbangan yang baru adalah akar pangkat n darri harga tetapan
kesetimbangan yang lama
c. Jika koefisien reaksi kesetimbangan dikalikan dengan faktor n, harga
tetappan kesetimbangan yang baru adalah harga tetapan kesetimbangaan
yang dipangkatkan dengan n.
k. Penggabungan Persamaan Tetapan Kesetimbangan
Perhatikanlah beberapa reaksi kesetimbangan berikut :
Reaksi (1) : N2(g) + O2(g) ↔ 2NO(g) K1=4,1 x 10-31
Reaksi (2) : N2O(g) ↔ N2(g) + O2(g) K2=4,2x10-27
Reaksi (3) : N2O(g) ↔ O2(g) + 2NO(g) K3=?
Reaksi (3) merupakan penjumlahan dari reaksi (1) dan reaksi (2),
bagaimanakah hubungan K3 dengan k1 dan k2 ? dalam hubungan ini berlaku
aturan : jika reaksi-reaksi kesetimbangan dijumlahkan, nilaai tetapan
kesetimbangan reaksi total sama dengan hasil kali tetapan kesetimbangan dari
reaksi-reaksi yang diijumlahkan, untuk contoh diatas berlaku :
K3= K1 X K2
= (4,1 x 10-31) x (4,2x10-27)
293

= 1,7 x 10-13 103


l. Makna Nilai Tetapan Kesetimbangan
a. Meprediksi arah reaksi
Nilai tetapan kesetimbangan merupakan hasil bagi dari konsentrasi zat
hasil reaksi dipangkatkan koefisiennya dengan konsentrasi pereaksi dipangkatkan
koefisiennya. Oleh karena konsentrasi hasil reaksi selalu sebagai pembilang, maka
besar kecilnya nilai K menunujukkan besar kecilnya hasil reaksi pada suhu
tertentu. Jika nilai K besar, berarti hasil reaksinya banyak dan jika K kecil berarti
hasil reaksinya sedikit.
b. Menentukan apakah suatu reaksi bolak-balik berada dalam keadaan
setimbang.
Jika nilai tetapan kesetimbangan suatu reaksi paada suhu tertentu sudah
diketahui, maka akan dapat diselidiki apakah pada suhu tersebut reaksi dengan
komposisi tertentu berada dalam keadaan setimbang atau tidak.
c. Menentukan Komposisi zat-zat dalam keadaan setimbang
Dengan mengetahui nilai tetapan kesetimbangan suatu reaksi pada suhu
tertentu, maka gambaran tentang komposisi zat-zat yang ada pada kesetimbangan
pada suhu tersebut juga dapat diketahui. 104
m. Tetapan Kesetimbangan Yang Dinyatakan Sebagai Tekanan Parsial
(Kp)
Untuk kesetimbangan yang melibatkan fase gas, tetapan kesetimbangan
sering dinyatakan sebagai tekanan parsial, Kp. Pada saat gas terdiri atas campuran
berbagai gas, tekanan total gas merupakan jumlah tekanan masing-masing gas
penyusun. Contohnya, udara terdiri atas nitrogen, oksigen, karbon dioksida,
argon, dan uap air bertekaanan 760 mmHg. Tekanan total (760 mmHg) tersebut
merupakan jumlah tekanan masing-masing gas penyusunnya.
Ptotal =P N + PO + PCO + P Ar+ PH
2 2 3 2 O

Tekanan parsial suatu gas berhubungan dengan mol gas, volume gas, dan
temperatur absolut sesuai dengan persamaan gas ideal.

103
Aas Saidah dan Michael Purba,.Op.Cit, hlm 121-130
104
Unggul Sudarmo,, Op.Cit.,hlm146-148
294

PV =nRT
n n
P=
V
RT , karena
V ( )
=C ,C=konsentrasi gas maka

P=CRT
P=¿ tekanan (atm)
V =¿volume (L)
Masaa
n=mol( )
Mr
R=¿tetapan gas umum (0,082 L atm K −1 mol−1)
Tetapan kesetimbangan yang dinyatakan sebagai tekanan pasrsial (Kp)
untuk reaksi:
a A ( g ) ↔c C ( g ) +d D ( g )
Dinyatakan sebagai:
Kp = tetapan kesetimbangan105
D. Pergeseran Kesetimbangan
Kesetimbangan dikatakan bergeser ke kanan jika produk bertambah atau
pereaksi berkurang.Kesetimbangan dikatakan bergeser ke kiri jika produk
berkurang atau pereaksi bertambah.106
1. Asas Le Chatelier
Suatu sistem dalam keadaan setimbang cenderung mempertahankan
kesetimbangannya, sehingga jika ada pengaruh dari luar maka sistem tersebut
akan berubah sedemikian rupa agar segera diperoleh keadaan kesetimbangan
lagi.107
Pada tahun 1884, Henri Louis Le Chatelier (1850-1936) berhasil
menyimpulkan pengaruh faktor luar terhadap kesetimbangan yang dikenal sebagai
asas Le Chatelier: Jika terhadap suatu kesetimbangan dilakukan suatu tindakan
(aksi), sistem itu akan mengadakan reaksi yang cenderung mengurangi pengaruh
aksi tersebut.
Reaksi = -Aksi
Sentot Budi Rahardjo, Kimia Berbasis Eksperimen,(Solo, Platinum Tiga Serangkai
105

Pustaka Mandiri, 2014), hlm. 160


106
Aas Saidah dan Michael Purba,. Op.Cit. hlm. 133
107
Unggul Sudarmo. Op.Cit,. hlm. 154
295

Cara sistem bereaksi adalah dengan melakukan pergeseran ke kiri atau


kanan. Beberapa faktor yang menimbulkan perubahan pada sistem kesetimbangan
antara lain:
a. Pengaruh konsentrasi
Sesuai dengan asas Le Chatelier (reaksi= -aksi), jika konsentrasi salah
satu komponen diperbesar, reasi sistem adalah mengurangi komponen tersebut.
Sebaliknya, jika konsentrasi salah satu komponen diperkecil, reaksi sistem adalah
menambah komponen itu.
1) Jika konsentrasi pereaksi diperbesar, kesetimbangan akan bergeser ke
kanan
2) Jika konsentrasi perekasi diperkecil, kesetimbangan akan bergeser ke
kiri.108
b. Perubahan volume
Menurut asas Le Chatelier, bila volume sistem kesetimbangan diperbesar
maka kesetimbangan akan bergeser ke arah ruas yang mempunyai jumlah partikel
(koefisien) yang besar. Sebaliknya, jika volume sistem diperkecil, mala
kesetimbangan bergeser kearah jumlah partikel yang kecil.
c. Perubahan tekanan
Perubahan tekanan akan berpengaruh pada konsentrasi gas-gas yang ada
pada kesetimbangan. Oleh karena itu, pada sistem reaksi setimbang yang tidak
melibatan gas, perubahan tekanan tidak menggeser letak kesetimbangan.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh perubahan tekanan terhadap
sistem kesetimbangan gas, dapat diingat kembali tentang persamaan gas ideal:
PV = nRT

P= ( Vn ) RT
Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa perubahan tekanan akan
berakibat yang sebaliknya dari perubahan volume. Artinya, jika tekanan
diperbesar pengaruhnya akan sama dengan jika volume diperkecil, dan
sebaliknya. Oleh karena itu, untuk reaksi kesetimbangan yang jumlah partikel
108
Aas Saidah dan Michael Purba,. Op.Cit. hlm. 133
296

sebelum reaksi sama dengan jumlah partikel sesudah reaksi, perubahan tekanan
tidak akan menggeser letak kesetimbangan.
Untuk reaksi kesetimbangan yang jumlah partikel sebelum reaksi tidak
sama dengan jumlah partikel sesudah reaksi, jika tekanan diperbesar
kesetimbangan akan bergeser ke jumlah koefisien (partikel) yang kecil, dan jika
tekanan diperkecil kesetimbangan akan bergeser ke jumlah koefisien (partikel)
yang besar.109
d. Pengaruh komponen padat dan cair
Penambahan atau pengurangan komponen yang berupa padatan atau
cairan murni tidak memengaruhi kesetimbangan. Hal ini dapat dipahami sebagai
berikut: Penambahan komponen yang berupa larutan atau gas akan berpengaruh
pada kerapatan antarpartikel dalam campuran. Jika suatu komponen gas atau
terlarut ditambahkan, konsentrasi meningkat sehingga sistem bereaksi untuk
mengurangi konsentrasi. Jika yang ditambahkan berupa padatan atau cairan
murni, hal itu tidak mengubah konsntrasi karena jarak antar partikel dalam
padatan dan cairan adalah tetap.
Demikian juga halnya pada perubahan tekanan atau volume, perubahan,
tekanan atau volume tidak memengaruhi konsentrasi padatan atau cairan murni.
Jadi, ketika mempertimbangkan pengaruh tekana dan volume, koefisien
komponen padat tidak diperhitungkan. Tekanan hanya berpengaruh pada sistem
kesetimbangan gas. Komponen padat atau cair tidak menggeser kesetimbangan.
e. Pengaruh suhu
Sesuai dengan asas Le Chateler, jika suhu sistem kesetimbangan
dinaikkan, reaksi sistem adalah menurukan suhu sehingga kesetimbangan akan
bergeser kepihak reaksi yang menyerap kalor (ke pihak reaksi endoterm).
Sebaliknya, jika suhu diturunkan, kesetimbangan akan bergeser kepihak reaksi
eksoterm.
1) Jika suhu dinaikkan, kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi endoterm

109
Unggul Sudarmo. Op.Cit,. hlm. 157-159
297

2) jika suhu diturunkan, kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi


eksoterm110
f. Pengaruh katalis
Reaksi pembuatan amonia berlangsung sebagai berikut:
N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g) ∆H = -92 kJ
Pada suhu 1000C, reaksi akan mencapai keadaan setimbang dalam waktu
bertahun – tahun. Jika kedalam reaksi tersebut ditambahkan katalis,
kesetimbangan dapat tercapai hanya dalam waktu 5 menit sampai 10 menit.
Dengan demikian, katalis dapat mempercepat tercapainya suatau keadaan
setimbang.
Katalis akan mempercepat laju reaksi pembentukan NH3 tetapi sekaligus
juga akan mempercepat laju reaksi peruraiannya menjadi gas N2 dan gas H2.
Pengaruh ini sama kuatnya, sehingga dalam reaksi kesetimbangan katalis tidak
menggeser kesetimbangan, tetapi hanya mempercepat tercapainya keadaan
setimbang.111
E. Kesetimbangan kimia dalam industri
Proses industri umumnya akan mengikuti hukum ekonomi, yaitu dengan
biaya sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya.
Prinsip lni di dalam industri yang menghasilkan barang tentunya dapat diubah
menjadi dengan usaha dan biaya seminimal mungkin untuk menghasilkan barang
industri yang sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu faktor-faktor yang
menghambat atau memperlambat suatu proses di industri diusahakan seminimal
mungkin. Pada bagian ini akan dibahas bagian proses produk amonia dan asam
sulfat dalam industri. Bahan kimia tersebut dalam proses pembuatannya dan
melibatkan reaksi kesetimbangan yang merupakan tahap paling menentukan untuk
kecepatan produksi.
1. Proses haber pada pembuatan amonia
Amonia merupakan senyawa penting dalam industri kimia karena sangat
luas penggunaannya. Sebagai contoh untuk pembuatan pupuk asam nitrat dan

110
Aas Saidah dan Michael Purba,. Op.Cit,. hlm. 136-137
111
Unggul Sudarmo. Op.Cit,. hlm. 161
298

senyawa nitrat untuk berbagai keperluan produksi amonia di indonesia dilakukan


pada pabrik petrokimia gresik dan kujang. Proses pembuatan amonia dilakukan
melalui reaksi :
Proses ini mulai diperkenalkan oleh frizt haber dari jerman pada tahun
1913. Saat itu pada perang dunia 1 jerman terkenal pada tentara sekutu sehingga
pasokan senyawa nitrat dari amerika yang merupakan bahan pembuat amunisi
tidak termasuk ke jerman. Proses ini juga sering disebut proses haber bosch untuk
menghormati seorang insinyur yang mengembangkan peralatan pembuatan
amonia untuk skala industri.
Reaksi pembuatan amonia ini merupakan reaksi kesetimbangan. Oleh
karena itu untuk mendapatkan amonia sebanyak-banyaknya digunakan asas le
chatelier pada prosesnya. Untuk menggeser kesetimbangan ke arah pembentukan
nh3 maka konsentrasi N2 dan H2 diperbesar dengan menaikkan tekanan kedua
teks tersebut. Faktor lain yang sangat penting untuk memperhatikan adalah suhu
dan tekanan.
Dilihat dari reaksi eksoterm, hasil proses tersebut dilakukan pada suhu
rendah. Akan tetapi jika dilakukan pada suhu rendah reaksi n2 dan h2 menjadi
lambat. Hal ini dapat diatasi dengan menambahkan katalis fe yang diberi
promotor (bahan yang lebih mengaktifkan kerja katalis) Al2O3 dan K2O.
Tekanan juga perlu diperhatikan. Jika diperhatikan dari persamaan reaksi
NH3 akan banyak terbentuk pada tekanan tinggi. Namun demikian perlu
dipertimbangkan faktor biaya yang diperlukan dan keamanan konstruksi
bangunan pabrik untuk melakukan proses dengan tekanan tinggi.112
Berdasarkan prinsip kesetimbangan, kondisi yang menguntungkan untuk
lintasan reaksi ke kanan pembentukan nh3 adalah suhu udara rendah dan tekanan
tinggi. Akan tetapi reaksi tersebut berlangsung sangat lambat pada suhu rendah,
bahkan pada suhu 500oC. Karena reaksi eksoterm penambahan temperatur akan
mengurangi rendemen.
Padahal proses haber bosch di langsungkan pada suhu sekitar 500 C dan
tekanan sekitar 150-350 atm dengan katalis yaitu serbuk besi dicampur dengan

112
Unggul Sudarmo. Op.Cit,. hlm. 162-163
299

Al2O, MgO, CaO, dan K2O. Dewasa ini dengan kemajuan teknologi di gunakan
tekanan yang jauh lebih besar, bahkan mencapai 300atm. Untuk mengarungi
reaksi balik amonia yang terbentuk segera dikerjakan diagram alur dari proses
haber bosch untuk sintesis amonia.113
Dengan berbagai pertimbangan tersebut maka dapat kondisi optimum, di
mana pada kondisi tersebut akan diperoleh amonia secara ekonomis paling
menguntungkan. Dengan pertimbangan keamanan kontruksi pabrik, biaya
produksi dan berbagai pertimbangan lainnya, kondisi optimum untuk operasional
pabrik amonia umumnya dilakukan pada tekanan antara 140 atm - 320 atm dan
suhu antara 400oC - 600oC. 114
2. Proses pembuatan asam sulfat dengan proses kontak
Asam sulfat merupakan bahan industri kimia yang penting, yaitu
digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan pupuk. Proses pembuatan asam
sulfat sebenarnya ada dua cara yaitu dengan proses kamar timbal dan proses
kontak. Proses kamar timbal sudah ditinggalkan karena kurang menguntungkan
hanya tinggal satu pabrik di amerika serikat yang masih beroperasi dan itupun
dianggap sebagai pusat industri. Proses kontak menghasilkan asam sulfat
mencapai kadar 99% dan biayanya lebih murah. Di indonesia pabrik asam sulfat
antara lain terdapat di petrokimia gresik. Di palembang dan kujang jawa barat.
Pembuatan asam sulfat meliputi tiga tahap yaitu
a. Pembuatan belerang menjadi belerang dioksida
b. Oksidasi SO2 menjadi SO3
c. Mereaksikan so3 dengan air. Pada tahap ini so3 tidak langsung
direaksikan dengan air tetapi dilarutkan dulu ke dalam larutan H2SO4
Belerang dioksida yang dihasilkan harus benar-benar murni, sebab jika
mengandung protein akan mengganggu proses selanjutnya. Di petrokimia gresik
gas SO2 diperoleh dari sisa pengolahan tembaga atas kerjasama dengan pt
freeport indonesia papua.

113
Aas Saidah dan Michael Purba,. Op.Cit,. hlm. 139-140
114
Unggul Sudarmo. Op.Cit,. hlm. 164
300

Tahapan paling menentukan pada proses pembuatan asam sulfat adalah


tahap kedua, yaitu proses pengubahan SO2 menjadi SO3. Reaksi pada proses ini
merupakan reaksi kesetimbangan. Maka untuk memperbanyak asi yang harus
diperhatikan asas le chartelier.
a. Reaksi tersebut menyangkut tiga partikel pereaksi. Dua partikel SO2 dan
satu partikel gas CO2 untuk menghasilkan dua partikel SO3. Jadi perlu
dilakukan pada tekanan tinggi.
b. Reaksi ke kanan adalah reaksi eksoterm, berarti harus dilakukan pada suhu
rendah. Misalnya pada suhu rendah reaksinya menjadi lambat. Seperti
pada pembuatan amonia permasalahan ini dapat diatasi dengan
penambahan katalis V2O3.
Dari penelitian, didapatkan kondisi optimum untuk proses industri asam
sulfat adalah pada suhu antara 400oc - 456oc dan tekanan 1 atm. Hasil yang
diperoleh berkadar 97-99% a2 so4 oleh karena pada kondisi tersebut sudah
didapatkan hasil dengan kadar cukup tinggi maka tidak perlu dilakukan pada
tekanan yang lebih tinggi, sebab hanya akan membuang biaya tanpa peningkatan
hasil yang berarti.115
Reaksi yang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Belerang dibakar dengan udara membentuk belerang dioksida
b. Belerang dioksida dioksidasi lebih lanjut menjadi barang trioksida
c. Belerang trioksida dilarutkan dalam asam sulfat pekat membentuk asam
pirosulfat.
d. Asam pirosulfat direaksikan dengan air membentuk asam sulfat pekat116
F. Manfaat Mempelajari Tetapan Kesetimbangan Kimia
1. Nilai Kc atau Kp dapat memberikan informasi tentang ketuntasan reaksi.
Semakin besar nilai Kc atau Kp, semakin tuntas reaksi berlangsung.
2. Nikai Kc atau Kp dapat digunakan sebagai informasi untuk meramalkan
arah reaksi. Adapun jika harus dilakukan perubahan atau pergeseran arah
reaksi,hal-hal yang harus diperhatikan adalah:

115
Ibiid,.
116
Aas Saidah dan Michael Purba,. Loc.Cit
301

a. Jumlah konsentrasi pereaksi,


b. Perubahan suhu,
c. Perubahan tekanan.
3. Nilai Kc atau Kp dapat digunakan untuk mengendalikan jumlah produk.
Semakin besarnya nilai Kc atau Kp menunjukkan bahwa produk yang
dihasilkan semakin banyak. Hal ini karena kesetimbangan semakin
bergeser ke arah produk. Berbekal informasi tersebut produsen dapat
mengendalikan arah kesetimbangan dengan mengendalikan faktor-faktor
yang mempengaruhi pergeserannya sehingga jumlah produk yang
diinginkan dapat tercapai.117
G. Reaksi Kesetimbangan Dalam Kehidupan Sehari – hari
Reaksi kesetimbangan dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat seperti
pada contoh-contoh berikut.
1. Reaksi kesetimbangan pada peredaran oksigen dalam tubuh
Oksigen yang masuk kedalam tubuh terlebih dahulu diikat oleh darah,
beredar keseluruh tubuh melalui peredaran darah makhluk hidup. Oksigen yang
masuk dalam darah akan diikat oleh hemoglobin (Hb). Sesuai persamaan reaksi:
Hb + O2 ↔ HbO2
Dalam paru-paru, reaksi berlangsung kearah kanan karena disini
terjadi proses pengikatan oksigen dari udara. Adapun dalam jaringan, reaksi
berlangsung kearah kiri, yaitu pelepasan oksigen yamg akan digunakan untuk
proses pembakaran.
Adanya CO dalam tubuh menyebabkan kemampuan darah untuk
mengikat oksigen belerang. Hal ini karena ketika gas CO masuk kedalam tubuh
melalui peredaran darah, gas itu akan diikat oleh Hb, sehingga terjadi persaingan
antara CO dan O2 untuk berikatan dengan Hb, dan ternyata Hb lebih muda
mengikat CO. Hal ini disebabkan oleh tetapan kesetimbangan HbO2. Gas CO
dapat melepaskan ikatan HbO2, sesuai dengan reaksi:
HbO2 + CO ↔ HbCO + O2

117
Aas Saidah. Halaman: 142
302

Dengan demikian, oksigen yang beredar dalam tubuh diganti oleh gas
CO yang beracun. Hal ini mengakibatkan bertambahnya ketegangan pada jantung,
karena lebih banyak darah yang harus diedarkan keseluruh tubuh dari pada saat
normal.
2. Reaksi Kesetimbangan Air dalam Tubuh
Setiap waktu tubuh kita selalu mengeluarkan air, melalui kulit (sebagai
keringat), paru-paru,ginjal, ataupun melalui saluran pencernaan. Pengeluaran air
tubuh kita dipengaruhi oleh kondisi tubuh, makana, dan aktivitas kita sehari-hari.
Untuk mempertahankan kesetimbangan air dalam tubuh, maka air yang
hilang harus diganti dengan baru. Jumlah masukan air dalam tubuhberasal dari air
minum dan makanan. Jumlah air yang masuk dalam tubuh harus disesuaikan
dengan kebutuhan tubuh. Dianjurkan bagi orang dewasa, sekurang-kurangnya
minum setiap hari 2,5 liter.118

SOAL DAN PEMBAHASAN KESETIMBANGAN KIMIA

1. Dalam suatu liter dipanaskan gas HI hingga terurai membentuk reaksi


kesetimbangan:
2HI(g) ↔ H2(g) + I2(g)
Pada suhu tertentu, nili tetapan kesetimbangannya (KC) adalah 4.
Tentukan:

118
Tim Masmedia Buana Pustaka. 2016. Kimia untuk SMA/MA Kelas XI Kurikulum 2013
Kelompok Peminatan dan Ilmu-ilmu Alam. PT Masmedia Buana Pustaka. hlm. 134-135
303

Berapa Persentase HI yang telah terurai dan Komposisi masing-masing


gas pada saat setimbang?
Jawaban yang benar untuk keduanya adalah
a. 4/5 dan 2/4 mol
b. 4/5 dan 2/5 mol
c. 80% dan 2/10 mol
d. 80% dan 2/20 mol
e. 80 % dan 5/50 mol
Jawaban: B
Pembahasan:
2HI(g) ↔ H2(g) + I2(g)
Mula-mula : 1 mol - -
Bereaksi : α mol +1/2 α mol +1/2 α mol
Saat setimbang : (1- α) mol (1/2 α) mol
(1/2 α) mol
Kc = [H2][I2]
[HI]2
4 = (1/2 α) (1/2 α)
(1 –α)2
22 = (1/2α)2
(1-α)2
2=½α
1-α
α = 4/5 atau 80 %
Komposisi pada saat setimbang:
HI = 1 –α = 1/5 mol
H2 = I2 =1/2 X 4/5
= 2/5 mol
2. Gas H2 dan gas I2 bereaksi membentuk gas HI menurut persamaan reaksi
H2 + I2 ↔ 2HI. Jika reaksi dilakukan dalam wadah 2 L dan pada
304

kesetimbangan reaksi terdapat 0,1 mol H2; 0,1 mol I2 ; dan 0,5 mol HI,
nilai Kp reaksi tersebut adalah
a. Kp = Kc d. Kp = 50
b. Kp > Kc e. Kp< Kc
c. KP = 25
Jawaban: A
Pembahasan:
[H2] = 0,1 mol = 0,05 mol/L
2L
[I2] = 0,1 mol = 0,05 mol/L
2L
[HI] = 0,5 mol = 0,25 mol/L
2L
H2 + I2 → 2HI
N = jumlah koefesien gas kanan- jumlah koefisien gas kiri
=2–2
=0
KC = [HI]2
[H2][I2]
n
Kp = Kc (RT)
Kp = Kc (RT)0
Kp = Kc (1)
Kp = Kc
3. Tetapan kesetimbangan dari reaksi SnO2 + 2H2(g) ⇔ Sn(s) + 2H2O(l)
adalah ….
a. Kc = [H2O]2/[H2]2
b. Kc = [Sn][H2O]2/[Sn][H2]2
c. Kc = [Sn]/[SnO2]
d. Kc = [2H2O]/[2H2]
e. Kc = [H2O]2/[SnO2] [H2]2
Jawaban: A
305

Pembahasan:
Reaksi kesetimbangan tersebut adalah reaksi kesetimbangan heterogen.
Dalam reaksi tersebut terdapat fase padat dan gas, yang menentukan
tetapan kesetimbangan adalah fase gas.
4. Berikut ini adalah reaksi kesetimbangan 2SO2(g) + O2 ⇔ 2SO3(g) H =
-17,8 Kj
Gambar partikel pada keadaan kesetimbangan mula-mula adalah sebagai
berikut.

.
Jika tekanan diperbesar, maka gambar partikel pereaksi kesetimbangan
sesaat yang baru adalah ….

Jawaban: B
Pembahasan:
Bila tekanan diperbesar, maka kesetimbangan bergeser ke arah yang
jumlah koefisiennya lebih kecil (produk).
5. Di dalam bejana tertutup yang volumenya 4 liter, pada suhu 129°C
terdapat 0,2 mol gas SO3 ; 0,3 mol gas SO2; dan 0,2 mol gas O2 yang
berada dalam reaksi setimbang :
2SO2(g) + O2(g) ↔ 2SO3(g)
Berapakah nilai tetapan kesetimbangannya ?
Jawaban: 10
Pembahasan:
K = [SO3]2
306

[SO2]2[O2]
0,2 mol
[SO3] = = 0,05 mol/L
4l
0,3 mol
[SO2] = =0,075 mol/L
4L
0,2 mol
[O2] = =0,05 mol/L
4L
K = (0,05)2
(0,075)2(0,05)
= 0,05
0,005
= 10
6. Dalam suatu ruangan tertenntu terdapat kesetimbangan :
N2(g) + 3H2(g) ↔ 2NH3(g)
Nilai Kc pada suhu 300°C adalah 0,020 mol -2L2. Hitunglah Kp pada suhu
tersebut
Jawaban: 9,0 x 10-6 atm-2
Pembahasan:
R = 0,082 L atm mol-1K-1 ; T= 300°C=(300+273)= 573 K
Dari persamaan reaksi didapatkan nilai ∆n=2-(1+3)=-2
Kp= Kc x (RT)-2
Kc
Kp=
( RT ) 2
0,020
Kp= = 9,0 x 10-6 atm-2
( 0,082 x 573 ) 2
7. Dalam sistem Kesetimbangan :
A(g) + B(g) ↔ 2C(g) +D(g)
Terdapat 4 mol gas A, 5 mol gas B, 6 mol gas C, dan 4 mol gas D.
Tekanan ruangan pada kesetimbangan adalah 4,4 atm. Hitunglah nilai Kp
untuk kesetimbangan tersebut!
Jawaban: 1,66
Pembahasan:
307

Menentukan tekanan parsial masing-masing


nA 4
PA = xPtotal = x4,4atm = 0,92
ntotal 19
nB 5
PB = xPtotal= x4,4atm = 1,15
ntotal 19
nc 6
PC = xPtotal= x4,4atm =1,38
ntotal 19
nD 4
PD = xPtotal= x4,4atm =0,92
ntotal 19
Menentukan Kp
Kp= (Pc)2(PD)
(PA)(PB)
= (1,38)2(0,92)
(0,92)(1,15)
= 1,75
1,05
= 1,66
8. Dalam suatu bejana dengan volume 1 liter, 4 mol gan NO 2 membentuk
kesetimbangan sebagai berikut:
2NO2(g) 2NO(g) + O2(g)
Dalam keadaan setimbang pada suhu tetap, terbentuk 1 mol O 2. Tetapan
kesetimbangan Kc adalah…
A. 0,5
B. 1,0
C. 1,5
D. 2,0
E. 4,0
Jawaban: B
Pembahasan:
2NO2(g) 2NO(g) + O2(g)
Mula – mula: 4 mol - -
Reaksi : -2 mol 2 mol 1 mol
308

Setimbang : 2 mol 2 mol 1 mol


[ NO ] 2 [O2] ( 2 )2 (1)
K c= 2
= =1
[ NO2 ] ( 2)2

9. Dalam bejana yang volumenya 2 L terdapat kesetimbangan reaksi:


N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)
Dalam keadaan setimbang terdapat 4 mol N2, 8 mol H2, dan 16 mol NH3.
Nilai konstanta kesetimbangan reaksi tersebut adalah…
A. 0,5
B. 1,0
C. 1,5
D. 2,0
E. 2,5
Jawaban: A
Pembahasan:
2
16
K=
[NH 3 ]2
=
( ) = ( 8) = 64 = 64 =0,5
2 2

3 3 3
[ N2] [ H2] 4 8 2( 4) 2× 64 128
( 2 )( 2 )
10. Pembuatan asam sulfat dengan cara proses kontak berlangsung eksoterm.
Agar didapatkan hasil yang optimal maka harus dilakukan pada keadaan…
A. suhu rendah, tekanan tinggi, diberi katalis
B. suhu tinggi, tekanan rendah, diberi katalis
C. suhu tinggi, tekanan tinggi, diberi katalis
D. suhu rendah, tekanan tinggi, tidak diberi katalis
E. suhu tinggi, tekanan rendah, tidak diberi katalis
Jawaban: A
Pembahasan:
Tahap proses kontak:
Tahap 1: S(g) + O2(g) SO2(g)
Tahap 2: SO2(g) + O2(g) 2SO3(g)
Tahap 3: H2SO4(aq) + SO3(g) H2S2O7(l)
309

Tahap 4: H2S2O7(l) + H2O(l) 2H2SO4(aq)


Reaksi yang terpenting adalah reaksi tahap 2, dimana reaksinya merupakan
reaksi kesetimbangan dan eksoterm, sehingga untuk mendapatkan hasil
yang optimum atau bergeser kearah kanan, dapat dilakukan dengan cara
menurunkan suhu dan menaikkan tekanan.
11. Pada kondisi tekanan dan temperatur tertentu dalam wadah tertutup 10 L,
diperoleh sistem kesetimbangan berikut:
2HBr (g) ⇌ H2 (g) + Br2 (g)
Konsentrasi semua zat dalam kesetimbangan masing-masing adalah 0,3 M.
Bila ke dalam sistem ditambahkan gas H2 dan gas Br2 masing-masing
sebanyak 3 mol maka konsentrasi HBr pada kesetimbangan yang baru
adalah ....
A.   0,1 M
B.   0,4 M
C.   0,5 M
D.   0,6 M
E.   0,7 M
Jawaban: C
Pembahasan :

       
       = 1
Kemudian ke dalam sistem ditambahkan gas H2 dan gas Br2 masing-
masing sebanyak 3 mol sehingga diperoleh:
mol HBr = 0,3 M × 10 L = 3 mol
mol H2 = 3 mol + 3 mol = 6 mol
mol Br2 = 3 mol + 3 mol = 6 mol 
Karena penambahan konsentrasi terjadi di ruas kanan maka reaksi akan
bergeser ke ruas kiri untuk mencapai kesetimbangan baru. Sehingga pada
keadaan setimbang, mol ruas kiri merupakan hasil jumlah keadaan awal
310

dan keadaan reaksi sedangkan mol ruas kanan merupakan pengurangan


keadaan awal dan keadaan reaksi.
2HBr ⇌ H2 + Br2
Awal 3 6 6
Reaksi 2x x X
setimbang   3+2x 6−x 6−x
Nilai konstanta kesetimbangan baru akan selalu sama dengan nilai
konstanta kesetimbangan awal (konstanta kesetimbangan hanya berubah
saat terjadi pergeseran kesetimbangan)

        

               

(3 + 2x)2 = (6 − x)2
    3 + 2x = 6 − x
           3x = 3
             x = 1
Dengan demikian, konsentrasi HBr pada kesetimbangan baru adalah:
3 + 2x = (3 + 2×1) mol= 5 mol
[HBr] = 5 mol / 10 L
          = 0,5 M
Jadi, konsentrasi HBr pada kesetimbangan yang baru adalah 0,5 M
12. Reaksi kesetimbangan
1) N2(g) + 3H2(g) ⇌2NH3(g)
2) H2O(l) ⇌ H+(aq) + OH-(aq)
3) CaCO3(s) ⇌ CaO(s) + CO2(g)
4) Ag2CrO4(s) ⇌ 2Ag+(aq) + CrO4-2(aq)
Dari reaksi kesetimbangan tersebut, manakah yang termasuk rekasi
kesetimbangan homogen..
a. 1) dan 3) c. 3) dan 4)
b. 2) dan 4) d. 1) dan 2)
Jawaban: D
Kesetimbangan homogen adalah kesetimbangan yang komponennya satu
fase.
13. Konsentrasi kesetimbangan dari reaksi pembentukan HI disajikan pada
tabel berikut.
311

I2(g) + H2(g) ⇄ 2HI(g)

No [I2] [H2] [HI]


.
1 2,84 2,28 17,15
2 1,63 0,97 8,49
3 4,06 1,72 17,79
4 2,60 2,60 17,62
5 1,01 1,01 6,83
Tentukan nilai tetapan kesetimbangan reaksi tersebut...
Jawaban: 45,5
Pembahasan:
Nilai ketetapn kesetimbangan adalah nisbah konsentrasi kesetimbangan
produk terhadap konsentrasi kesetimbangan pereaksi, setiap konsentrasi
dipangkatkan koefisiennya. Untuk reaksi di atas, nilai tetapan
kesetimbangan ditentukan dari persamaan:
[H ]2
K=
[ I ¿¿ 2][ H ¿¿ 2]¿¿

Substitusi data di atas ke dalam persamaan ini menghasilkan data sebagai


berikut:

K(1) = 45,50; k(2) = 45,61; k(3) = 45,34; k(4) = 45,88; dan k(5) = 45,64.

Nilai tetapan kesetimbangan rata-rata = 45,5

14. Sebanyak 0,8 mol gas NH3 dimasukkan ke dalam wadah 2 literr. Gas
tersebut kemudian terurai menajdi gas nitrogen dan gas hidrogen sehingga
tercapai reaksi kesetimbangan. Jika derajat disosiasi NH3 = 50 %, tentukan
harga tetapan kesetimbangan...
Jawaban: 10-2
Pembahasan:
2NH3(g) ⇄ N2(g) + 3H2(g)
jumlah mol zat terurai jumlah mol zat terurai
α= ⇔ 70 %=
jumlah mol zat mula−mula 0,5
jumlah mol zat terurai
0,6 =
0,5
Jumlah mol NH3 terurai = 0,6 x 0,5 = 0,3

2NH3 N2 3H2
Mol zat mula-mula 0,5 - 0
Mol zat terurai 0,3 0,1 0,3
Mol zat pada kesetimbangan 0,2 0,1 0,3
312

Molaritas 0,2 0,1 0,3


= = =
2 1 3
0,1 0,1 0,1
Menentuan nilai Kc
K c =[N ¿¿ 2]¿ ¿ ¿ ¿
K c =( 0,1 ) ¿ ¿
15. Reaksi penting pada pembuatan H2SO4 dalam kesetimbangan:
2SO2 (g) + O2 (g) ⇌ 2SO3 ΔH = −188,2 kJ
Agar kesetimbangan bergeser ke arah pembentukan SO3, tindakan yang
dilakukan adalah ….
A. menggunakan katalis dan menurunkan suhu
B. menaikkan tekanan dan menurunkan suhu
C. memperbesar volume dan menambah suhu
D. menaikkan suhu dan tekanan reaksi
E. menurunkan tekanan dan menambah suhu
Jawaban: B
Pembahasan:
Agar kesetimbangan bergeser ke arah pembentukan SO3 (ke arah kanan):
Jumlah koefisien ruas kiri = 3 dan jumlah koefisien ruas kanan = 2
Agar reaksi bergeser ke kanan (koefisien kecil) maka volume sistem harus
diperkecil atau tekanan diperbesar.
Reaksi di atas adalah reaksi eksoterm (ΔH = negatif)
Agar reaksi bergeser ke kanan (eksoterm) maka suhu sistem harus
diturunkan.
Jadi, agar kesetimbangan bergeser ke arah pembentukan SO3 maka
tindakan yang dilakukan adalah menaikkan tekanan dan menurunkan suhu
16. 1 mol N2O4 dipanaskan dalam suatu ruangan sehingga 50% terurai
membentuk NO2 menurut reaksi :
N2O4(g) ↔ 2NO2(g)
Jika tekanan total campuran gas 6 atm. Berapakah kp dari reaksi…
A. 2
B. 4
313

C. 8
D. 16
E. 32
Jawaban: C
Pembahasan:
N2O4(g) ↔ 2NO2(g)
Mula 1 -
Terurai ½ 1
Setimbang ½ 1
Mol total = ½ + 1 = 3/2
1/2
P N2O4 = . 6 atm = 2
3/2
1
P 2NO2 = . 6 atm = 4
3/2
Mol terurai = 50%
=½.1

(P NO 2)2 ( 4 ) 2 16
Kp = = = =8
(P N 2O 4) 2 2
17. Reaksi kesetimbangan
H2(g) + I2(g) ↔ 2HI(g)
Berapakah Kp jika suhu ruang 2120C dan harga kc 1,8 (R= 0,082 L
atm/mol K)
A. 1,6
B. 1,8
C. 2,0
D. 2,2
E. 2,4
Jawaban: B
Pembahasan:
2120C = 212 + 273
= 4850 Kelvin
314

Kp = kc. (R.T)∆n
= 1,8. (0,082. 485)0
= 1,8 . 1
= 1,8
18. A(g) + 2B(g) ↔ 2C(g)
Mencapai kesetimbangan pada tekanan total 4 atm, apabila PA = 1,6 atm
dan PB = 0,8 atm. Berapakah harga kp…
A. 2,56
B. 1,6
C. 0,64
D. 2,5
E. 3,0
Jawaban: D
Pembahasan:
P total = 4 atm
pA = 1,6 atm
pB = 0,8 atm
pC = 4 – (1,6 + 0,8)
= 1,6
(C )2 ( 1,6 ) 2 (2,56)
Kp = = = = 2,5
( A ) ( B ) 2 ( 1,6 ) ( 0,8 ) 2 ( 1,6 ) (0,64)
19. Tetapan kesetimbangan (Kc) untuk peruraian HI adalah 4, menurut
persamaan reaski:
2HI(g)↔ H2(g) + I2(g)
Bila mula-mula terdapat 4 mol HI dlaam ruang satuliter, tentukan harga
derajat disosiasikan (ɑ) HI, dan mol H2 serta I2yang terbentuk !
A. 0,7,1,4 mol dan 1,4 mol
B. 0,7,1,4 mol dan 1,6 mol
C. 0,8,1,4 mol dan 1,4 mol
D. 0,8,1,6 mol dan 1,6 mol
E. 0,8,1,6 mol dan 1,4 mol
315

Jawaban: D
Pembahasan:
mula-mula sebelum terurai bejana dengan volume 1 liter tersebut berisi 4
mol gas HI. Kemudian mengalami disosiasi membentuk gas H2 dan I2.

Kondisi 2HI(g) ↔ H2(g) + I2(g)


Mula-mula 4mol 0 mol 0 mol
Bereaksi 4α 2α 2α
Kesetimbanga 4-4α 2α 2α
n

Tetapan kesetimbnagannya dalam ruangan bervoliume 1liter:


[ H 2 ] [I 2]
KC =
[ HI ] 2
[ 2 αM ] [2 αM ]
4=
( 4−4 αM ) 2
4α2 M2
4= 2 2
(4−4 α ) M
4α2
4=
(4−4 α )2

4=
4−4 α
8-8α = 2α
Α = 8/10
Α = 0,8
Jadi derajat disosiasi (α) nya adlaha 0,8.
Dengan demikian :
Mol H2 = 2α = 2.0,8 = 1,6 mol
Mol I2= 2α = 2.0,8 = 1,6 mol
20. Diketahui reaksi kestimbangan :
2N2O5 (g) ↔ 4 NO (g) + O2(g)
316

Jika pada keadaan setimbangan dalam voume 2 liter terdapat 0,2 mol
N2O5, 04 mol NO2, dan 0,1mol O2, hitunganlah tetapan kesetimbangan
Kc ...
A. 8 .10-1
B. 8 .10-2
C. 8 .10-3
D. 8 .10-4
E. 8 .10-6
Jawaban: C
Pembahasan:
Konsetrasi molar dari masing-masing zat pada keadaan setimbang:
[N2O5] 0,2/2 = 0,1 M
[NO2] 0,4/2 = 0,2 M
[O2] 0,1/2 = 0,05 M
Tetapan kestimbangan :
4 [O¿¿ 2]
K2= [ NO ] 4
¿
[ N 2 O5 ]
(0,2)4 ( 0,05)
K2 =
(0,1)2
(0,2)4 ( 0,05)
K2 =
(10¿¿−1)2 ¿
−4 (5. 10¿¿−2)
K2 = (16.10) ¿
102
kC = 80. 10-4
Kc = 8 .10-3
21. Pada suhu tetap, perbandingan gas-gas [SO2] /[SO3] dalam
kesetimbangan :
2SO2 (g) + O2(g) ↔ 2SO2(g) ↔ 2SO3(g)
Akan berbandingkan lurus dengan :
A. [O2]-1/2
B. [O2]1/2
317

C. [[O2]0
D. [O2]-2
E. [O2]2
Jawaban: A
Pembahasan:

Kc = ¿2 ¿
¿2 ¿ ¿ ¿
2
1
KC = ¿2 ¿ =
¿¿ ¿¿
1
KC = ¿ ¿=
¿¿
2
KC = ¿2 ¿ = 1 ¿
¿¿
2
¿¿ √
KC = ¿2 ¿ = 1 ¿ ¿
¿¿
2
¿¿ √
KC = ¿2 ¿ = ¿−1/ 2
¿¿

Karena KC adalah konsnetrasi atau bilangan tetap, maka:


¿2 ¿ = −1/ 2
¿
¿2 ¿
22. Data percobaan reaksi kesetimbangan
2 SO2 ( g ) +O2 ↔ 2 SO3 (g)

Volume konsentrasi pada kesetimbangan


SO 2 0,4 mol
1L L−1
O2 0,7 mol
1L L−1
SO3 0,6 mol
1L L−1
Besarnya tetapan kesetimbangan (Kc) pada 25℃ (mol L−1 ¿ adalah ...
A. (0,4¿2/ ((0,6)(0,7))
B. (0,6¿2/ ((0,4)(0,7))
318

C. (0,6) / (( 0,4)(0,7))
D. (0,7¿2 / ((0,6¿2(0,7))
E. (0,7¿2/ ((0,6)(0,4))
Jawaban: B
Pembahasan: Tetapan kesetimbangan (Kc) reaksi:
Kc = ( S 0 ¿ ¿2 / ((SO2 ¿2(O 2 ¿¿
= (0,6¿2 / ((0,4)(0,7))
Jadi, Kc = (0,6¿2 / ((0,4)(0,7))
23. HBr 0,1 mol ke dalam labu satu liter dan terurai menurut hasil
2 HBr ( g ) ↔ H 2 ( g ) + Br 2 (g)
Jika Br2 yang terbentuk 0,015 mol maka tetapan kesetimbangannya sama
dengan ...
A. 1,6 ×10−2
B. 4,6 ×10−2
C. 2,5 ×10−1
D. 3,2 ×10−1
E. 7,5 ×10−1
Jawaban: B
Pembahasan: Tentukan dulu jumlah mol saat kesetimbangan, dari mol
Br2 yang melihat
2 HBr ( g ) ↔ H 2 ( g ) + Br 2 (g)
Awal : 0,1 - -
Reaksi : 0,03 0,015 0,015
Setimbang : 0,07 0,015 0,015
Karena volumenya adalah 1 liter, maka konsentrasinya tidak masalah,
langsung bisa memasukkan data, yaitu tetapan kesetimbangan reaksi
dimana dengan demikian adalah:
[H ¿¿ 2][ Br2 ]
K c= ¿
¿¿
( 0,015)(0,015)
K c= ¿¿
319

24. Dalam ruang 5 liter direaksikan 0,5 mol N 2 dengan 0,4 mol gas 02 menurut
reaksi:
N 2 ( g )+ O2 ( g ) ↔2 NO( g)
Setelah ditetapkan keadaan setimbang membentuk 0,2 mol gas NO. Harga
Kc adalah ...
A. 1/2
B. 1/3
C. 1/4
D. 1/5
E. 2/5
Jawaban: B
Pembahasan: Cari mol –mol lain saat kesetimbangan dari molnya gas NO
yang ditemukan
N 2 ( g )+ O 2 ( g ) ↔2 NO ( g )
Mol awal : 0,5 mol 0,4 mol
Mol reaksi : 0,1 mol 0,1 mol 0,2 mol
Mol setimbang: 0,4 mol 0,3 mol 0,2 mol
Konsentrasi saat setimbang:
[N ¿¿ 2]=0,4 /5 ¿
[O2]=0,3/5
[TIDAK] = 0,2/5
Sehingga tetapan kesetimbangan:
[NO ]2
K C= =¿ ¿
[ N 2 ] [O2 ]
25. Diketahui suatu reaksi kesetimbangan 

 
Pada kondisi awal di dalam bejana satu liter terdapat 2 mol A dan 2 mol B.
Jika dalam kesetimbangan terdapat 0,5 mol A, maka tetapan
kesetimbangannya adalah....
A. 4,0
320

B. 2,4
C. 2,0
D. 1,2
E. 0,6
Jawaban: B
Pembahasan :
Saat kesetimbangan terdapat 0,5 mol dari awalnya 2 mol, sehingga A yang
bereaksi adalah 1,5 mol. Gunakan untuk menentukan mol-mol yang lain
saat kesetimbangan. 

 
Sehingga tetapan kesetimbangan 

 
26. Satu mol senyawa AB berada dalam 1L air. Jika pad larutan tersebut
mengalamidisosiasi sebesar 40% menurt reaksi AB ↔ A + B, tentukan
tetapan kesetimbangan reaksi tersebut.
Pembahasan
Volume air = 1L
Jumlah mol AB dari kesetimbangan : 1 mol
Mol AB yang terdisosiasi = 40/ 100 x 1 mol = 0,4
Persamaan reaksi : AB ↔ A + B
Mol mula-mula :1
Mol bereaksi : 0,4 0,4 0,4
Mol setimbang : 0,6 0,4 0,4
321

Volume = 1L
Konsentrasi:
AB= 0,6 mol/1L = 0,6 M
A= 0,4 mol/1L= 0,4M
B= 0,4 mol/ 1L = 0,4M
Kc = [A] [B]/ [AB] = (0,4) (0,4)/ (0,6) = 0,27
27. Diketahui suatu reaksi kesetimbangan
2A + B ↔ A2B
Pada kondisi awal didalam bejana satu liter terdapat 2 mol A dan 2 mol B.
jika dalam kesetimbangan terdapat 0,5 mol A, maka tetapan
kesetimbangan adalah. . .
A. 4,0
B. 2,0
C. 2,4
D. 0,6
Jawaban: C
Pembahasan:
Saat kesetimbangan terdapat 0,5 mol dari awalnya 2 mol, sehingga A yang
bereaksi adalah 1,5 mol. Gunakan untuk menentukan mol-mol yang lain
saat kesetimbangan.
2A + B ↔ A2B
Awal :2 2 -
1,5 0,750,75
Reaksi :

Kesetimbangan :0,5 1,25 0,75
Sehingga tetapan kesetimbangan
[ A2B]
kc
[ A ] 2 [ B]
0,75
kc = 2,4
( 0,5 ) 2 X 1,25
28. Reaksi penguraian HI sebgai berikut
2HI(g) H2(g) + I2(g)
Sebanyak 0,1 mol gas HI dimasukan dalam labu 1 liter .jika I2 yang
terbentuk adalah 0,02 mol dan tekanan total 10 atm ,tentukan
322

(a)Tetapan kesetibangan konsentrasi (Kc)


(b)Derajat disosiasi
(c)Tetapan kesetimbangan gas (Kp)
Pembahasan:
Mol HI mula –mula = 0,1mol
Mol I2 terbentuk = 0,02 mol
Reaksi : 2HI(g) H2(g) + I2(g)
Mula-mula :0,1 - -
Terurai : 2(0,02) 0,02 0,02
Setimbang :0,1 - 0,04 = 0,06 0,02 0,02
Tetapan kesetimbangan (Kc) = ¿ ¿
=( 0,02/1) (0,02/1)
(0,06/2)2
= 1.1 . 10-1

b. derajat disosiasi (α) =


∑ mol terurai = 0,04 = 0,4
∑ mol mula−mula 0,1
c jumlah mol saat setimbang =0,06 + 0,02 +0,02=0,1 mol
tekanan total saat setimbang = 10 atm
mol HI 0,06
pHI = x P total = x 10 atm = 6 atm
mol total 0,1
mol H 2 0,02
pH2 = xP total = x 10 atm = 2 atm
mol total 0,1
mol I 2 0,02
pI2 = =P total = x 10 atm = atm
mol total 0,1

[ pH¿ ¿2][Pl 2] (2). (2)


Kp= . ¿ = = 0,11
¿¿ (6)²
29. Pada temperature tertentu, dalam ruang 10 liter terjadi kesetimbangan dari
reaksi :
2 SO3(g)⇌ 2 SO2(g) + O2(g)
Jika 80 gram SO3 ( Ar S = 32, O = 16, ) dipanaskan pada temperature itu
sampai tercapai kesetimbangan, ternyata didapatkan perbandingan mol
SO3 : O2 = 2 : 1. Tetapan kesetimbangan reaksi tersebut adalah ….
A. 0,025
323

B. 0,040
C. 0,400
D. 2,500
E. 25,00
Jawaban: A
Pembahasan :
massa
Mol SO3 =
Mr
80 gram
=
80 gram mol−1
= 1 mol
2 SO3(g) ⇌ 2 SO2(g) + O2(g)
m 1 mol - -
b 2x mol 2x mol x mol
s 2x mol 2x mol x mol

1 – 2x = 2x
1 = 4x
x = 0,25 mol
2 x mol 2(0,25)
[SO3] = = M =0,05 M
10 L 10
[SO2] = [SO3] = 0,05 M
x mol 0,25
[O2] = = M =0,025 M
5L 5
Kc =¿ ¿
Kc = ¿¿
= 0,025
30. Kedalam bejana 1 liter dimasukkan a mol CO dan a mol uap air (H 2O(g))
dengan reaksi
CO(g) + H2O(g) ↔CO2(g) + H2(g). pada saat kesetimbangan terdapat ¼ a
mol CO2. Harga kc dari reaksi tersebut adalah….
A. 1/7
B. 1/8
324

C. 1/9
D. 1/10
E. 1/11
Jawaban: C
Pembahasan:
Diketahui V=1L
saat kesetimbangan terdapat ¼ a mol CO2
CO(g) + H2O(g) ↔CO2(g) + H2(g)
Ditanya kc?
Jawab:
CO(g) + H2O(g) ↔CO2(g) + H2(g)
M a a - -
B ¼a ¼a ¼a ¼a
----------------------------------------------------- -
S ¾a ¾a ¼a ¼a
[ CO 2 ] [H 2]
Kc =
[ CO ] [H 2 O]
[ ¼a ] [¼ a ]
Kc =
[ ¾a ] [¾ a]
1 16 1
Kc = x =
16 9 9
31. Gas N 2 dengan volume 10 mL direaksikan dengan 25 mL gas H 2,
membentuk reaksi kesetimbangan:
N 2 (g) +3 H 2(g ) ⇌ 2 NH 3(g )
Volume akhir pada saat setimbang adalah 25 mL (diukur pada P dan T
yang sama). Volume gas NH 3 yang terjadi pada saat setimbang adalah....
A. 5 mL
B. 10 mL
C. 15 mL
D. 35 mL
E. 40 mL
Jawaban : B
325

Pembahasan :
Reaksi N 2 (g) +3 H 2(g ) ⇌ 2 NH 3(g )
Mula-mula 10 mL 25 mL -
1 3
Reaksi x x x
2 2
+
Setimbang 10−0,5 x 25−1,5 x x
Volume total 25 mL=10−0,5 x +25−1,5 x + x
25 mL=35−x
x = 35 – 25
x = 10
volume dalam keadaan setimbang.
N 2=10−0,5 ( 10 )=5 mL NH 3 = 25 mL – 15 mL
H 2=25−1,5 ( 10 )=10 mL NH 3 = 10 mL
V c total=H 2 + N 2 + NH 3
25 L = 5 mL + 10 mL + NH 3
32. Dalam ruang 2 liter dipanaskan sebanyak 6 mol gas SO 3 sehingga
terdisosiasi dan membentuk kesetimbangan dengan persamaan
2SO3(g) ↔ 2SO2(g) + O2(g)
Jika dalam keadaan kesetimbangan terdapat gas SO3 dan O2 dalam jumlah
mol sama, harga tetapan kesetimbangan Kc adalah…
Jawaban: 4
Pembahasan:
2SO3(g) ↔ 2SO2(g) + O2(g)
Mula-mula 6 mol - -
Bereaksi 2x mol 2x mol x mol
Sisa x mol 2x mol x mol

6 – 2x mol = x
3x = 6
x = 2 mol
326

x mol 2mol
[SO3] = = =1M
2L 2L
2 x mol 4 mol
[SO2] = = = 2M
2L 2L
[O2] = [SO3] = 1M
2
Kc = [SO 3 ] .[O 2 ]
¿¿
2
= (2) .(1)
¿¿
= 4
33. Ke dalam ruangan tertutup yang volumenya 10 Liter direaksikan masing-
masing 0,5 mol gas nitrogen dan 0,5 mol gas oksigen hingga membentuk
setimbang
2N2(g) + O2(g) ↔ 2N2O(g)
Jika pada saat tercapai kesetimbangan terdapat 0,3 mol gas nitrogen,
hitunglah nilai tetapan kesetimbangannya.
Jawaban: 11,11
Pembahasan:
2N2(g) + O2(g) ↔ 2N2O(g)
Mula-mula 0,5 mol 0,5 mol -
Bereaksi 0,2 mol 0,1 mol 0,2 mol
Sisa 0,3 mol 0,4 mol 0,2 mol
K = ¿¿
= ¿¿
0,0004
=
0,0009 .0,04
= 11,11
34. Dalam sistem kesetimbangan:
A(g) + B(g) → 2C(g) + D(g)
Terdapat 2 mol gas A, 3 mol gas B, 4 mol gas C, dan 2 mol gas D.
Tekanan ruangan pada kesetimbangan adalah 2,2 atm. Hitunglah nilai Kp
untuk kesetimbangan tersebut
327

Jawaban: 1,067
Pembahasan:
Menentukan tekanan parsial masing-masing zat
nA 2
PA = × Ptotal = × 2,2 atm = 0,4 atm
ntotal 11
nB 3
PB = × Ptotal = × 2,2 atm = 0,6 atm
ntotal 11
nC 4
PC = × Ptotal = × 2,2 atm = 0,8 atm
ntotal 11
nD 2
PD = × Ptotal = × 2,2 atm = 0,4 atm
ntotal 11
Menentukan Kp
Kp = ¿ ¿ ¿
= ¿¿
= 1,067
35. Diketahui entalpi pembentukan C2H5OH(l) = -278 kJ/mol ; CO2(g) = –
393,5 kJ/mol dan H2O(l) = -286 kJ/mol. Pembakaran 100 gram alkohol
(C2H5OH) menghasilkan kalor sebanyak …. (Ar H = 1 ; C = 12 ; O = 16)
Jawaban: – 2972 kJ
Pembahasan:
C2H5OH(l) + 3O2(g) ………..> 2CO2(g) + 3H2O(l)
ΔH = ΔHof produk – ΔHof reaktan
= ( (2 (- 393,5 kJ/mol) + 3(- 286 kJ/mol)) – ( 1(-278 kJ/mol) + 3(0))
ΔH = – 1376 kJ/mol
ΔH = Q/n
Mol = Massa/Mr
= 100 g/46 g mol-1
= 2,17391
Q = ΔH x n
= – 1367 kJ/mol x 2,17391 mol
= – 2972 kJ
328

DAFTAR PUSTAKA

Aas Saidah dan Michael Purba, 2013, Kimia Bidang Keahlian Teknologi dan
Rekayasa untuk SMK/MAK Kelas X1, Jakarta: Erlangga

Haris Watoni, 2014. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI Kelompok Peminatan


Mateatika dan Ilmu – Ilmu Alam. Yrama Widya : Bandung

Kuswati, T.M, dkk. 2013. Konsep dan Penerapan Kimia SMA/MA Kelas XI
Kurikulum 2013 Peminatan. Bailmu. Jakarta

Sentot Budi Rahardjo. 2014. Kimia Berbasis Eksperimen. Solo. Platinum Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri

Sentot Budi Raharjo, 2017. Kimia Berbasis Eksperimen Untuk SMA/MA Kelas XI
Kelompok Peminatan Mateatika dan Ilmu – Ilmu Alam K.13Edidi Revisi
2016. PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri : Solo

Tim Masmedia Buana Pustaka. 2016. Kimia untuk SMA/MA Kelas XI Kurikulum
2013 Kelompok Peminatan dan Ilmu-ilmu Alam. PT Masmedia Buana
Pustaka

Unggul Sudarmo.2014. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI. Surakarta. Erlangga

Unggul Sudarmo. 2016. Kimia 2 Untuk SMA/ MA Kelas XI. Jakarta. Erlangga,

Anda mungkin juga menyukai