Anda di halaman 1dari 35

1

A. Judul : “ANALISIS KEBUTUHAN MEDIA NON ELEKTRONIK

TERHADAP PEMBELAJARAN KIMIA DI SEKOLAH MENENGAH

ATAS (SMA), MADRASAH ALIYAH (MA), SEKOLAH MENENGAH

KEJURUAN (SMK) di PEKANBARU”.

B. Latar Belakang

Media bisa dilihat dan dimaknai dengan banyak cara. Media

pembelajaran adalah media yang dapat diartikan dengan manusia, benda,

ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengatahuan

dan keterampilan.1 Media pembelajaran memiliki tiga peranan, yaitu peran

sebagai penarik perhatian (Intentional role), peran komunikasi (communication

role), dan peran ingatan/penyimpanan (Retention role).2 Media pembelajaran

merupakan wahana penyalur atau wadah pesan pembelajaran. Media

pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses

pembelajaran.3

Media pembelajaran juga dapat menyampaikan pesan yang ingin

disampaikan dalam setiap mata pelajaran. Dalam penerapan pembelajaran

disekolah, guru dapat menciptakan suasana belajar yang menarik perhatian

dengan memanfaatkan media pembelajaran yang kreatif, inovati,variatif,

sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan proses dan

1
Merlyn Widalismana, Neta Dian Lestari,. Analisis Hasil Belajar Mahasiswa
Menggunakan Media Cetak Dengan Media Elektronik Pada Mata Kuliah Matematika Ekonomi Di
Universitas PGRI Palembang. Jurnal PINUS Vol. 3 No. 1. ISSN. 2442-9163. Universitas PGRI
Palembang. 2017. hlm.41-42
2
Umi Rosyidah, dkk, Active Learning dalam Bahasa Arab, UIN-Maliki Press,
Malang:2008, hlm. 96
3
Ghia Pisti Cikarge & Pipit Utami, Analisis dan Desain Media Pembelajaran Praktik
Teknik Digital Sesuai RPS. Jurnal ELINVO(Electronics, Informatics, nd Vocational Education).
Vol. 3, No. 1, ISSN 2580-6424(P), ISSN 2477-2399(o), Universitas Negeri Yogyakarta. 2018. hlm.
94
2

berorientasi pada prestasi belajar.4 Dalam melaksanakan tugasnya sebagai

pendidik, guru perlu dilandasi langkah-langkah dengan sumber ajaran agama,

sesuai firman Allah SWT dalam surah An-Nahl ayat 44, yaitu :

ُ ‫اسَمَاَنُ ِّزلَاِّل ْي ِّه ْمَولعلَّ ُه ْمَيتف َّك‬


َ‫َر ْون‬ ِّ ‫وا ْنز ْلناَاِّل ْي ٓك‬
ِّ َّ‫َالذكْرَ ِّلتُب ِّينَ ِّللن‬
Artinya : “Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an, agar kamu menerangkan pada

umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya

mereka memikirkan.”5

Analisa penulis tentang media dalam pendidikan berdasarkan ayat diatas

adalah bahwasanya suatu media yang digunakan oleh seorang guru harus

mewakili sebagian dari materi yang telah di ajarkan sebelumnya. Ini terlihat dari

dalam lafadz ‫اس َما نُ ِّز َل اِّلَ ْي ِّه ْم‬


ِّ َّ‫( ِّلت ُ َبيِّنَ ِّللن‬agar menerangkan pada umat manusia apa

yang telah diturunkan kepada mereka). Hal ini selain dimaksudkan agar siswa

mudah menerima materi baru karena masih ada hubungan dengan materi yang

mereka terima sebelumnya, juga dapat meningkatkan keefektifitasan

pembelajaran. siswa akan lebih bersemangat menerima materi baru. Selain

tujuan tersebut, penggunaan suatu media juga harus mampu memberikan image

(sudut pandang) yang baik bagi para siswanya. Sehingga setelah selesai

kegiatan pembelajaran, para siswa memiliki keinginan untuk memikirkan

kembali materi yang ia pelajari dikelas. Serta mereka berkeinginan untuk

memikirkan segala sesuatu mengenai materi tersebut. Termasuk dalam

pengaplikasiannya.

4
M. Ramli. Media pembelajaran dalam perspektif al-qur’an dan al-hadits. Ittihad Jurnal
Kopertais Wilayah XI Kalimatan. Vol. 13 No. 23. 2015. hlm. 133
5
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. hlm. 272
3

Perkembangan media memberikan kesempatan yang lebih luas kepada

setiap orang untuk belajar serta meningkatkan kualitas proses dah hasil belajar.

Media mencakup segala sesuatu, baik yang dibuat secara khusus untuk

keperluan belajar maupun yang dibuat untuk keperluan lain tetapi mengandung

informasi yang dapat dipergunakan untuk keperluan belajar.6 Hal ini

dikarenakan pentingnya penggunaan media untuk membuat kegiatan

pembelajaran di kelas menjadi lebih efektif.7 Kegiatan pembelajaran yang

efektif akan menunjang keberhasilan pembelajaran, khususnya dalam

pembelajaran kimia.

Ilmu kimia memiliki karakteristik yang berbeda dari ilmu lainnya.

Karakteristik tersebut diantaranya ilmu kimia yang sebagian besar bersifat

abstrak sehingga diperlukan suatu media pembelajaran yang dapat lebih

mengkonkritkan konsep-konsep yang abstrak itu.8 Media pembelajaran dapat

memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis, tidak membatasi

ruang, waktu dan daya indra. Media pembelajaran dibuat menyesuaikan

kebutuhan kurikulum serta kebutuhan peserta didik.9

Menurut Hamdani media non elektronik (cetak) merupakan media surat

kabar, majalah dan terutama buku. Pemanfaatannya tentu saja menuntut

kemampuan dan minat baca serta kemampuan berbahasa yang tinggi. Media

non elektronik (cetak) merupakan bahan-bahan yang disiapkan diatas kertas

6
Merlyn Widalismana, Neta Dian Lestari, Op.Cit., hal. 42
7
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta :
Raja Grafindo Persada, 2012, hlm. 140.
8
Toni, Rachmat Sahputra dan Lukman Hadi, Pengembangan Media Pembelajaran Animasi
Submikroskopik Berbasis Flash Pada Materi Kesetimbangan Kimia, Jurnal FKIP Untan Pontianak,
2016, hlm.1.
9
Ghia Pisti Cikarge & Pipit Utami, Loc.Cit
4

untuk pengajaran dan informasi, seperti buku teks atau buku pelajaran, modul,

majalah, dan surat kabar. Sedangkan media elektronik adalah video, kaset

audio, program video pembelajaran dan program pembelajaran berbasis

komputer. Pada dasarnya tidak ada teknologi yang paling tepat untuk mencapai

semua tujuan dalam proses pembelajaran, akan tetapi disesuaikan dengan

kebutuhan penyelenggara itu sendiri, sehingga meskipun kemampuan teknologi

yang tinggi sekarang banyak menjadi pilihan, namun siswa tetap menginginkan

dan membutuhkan media cetak non elektronik, salah satunya adalah bahan ajar.

Bahan ajar itu hendaknya menantang, merangsang, dan mengaitkan antara

materi yang diajarkan dengan situasi nyata, sehingga akan mempermudah siswa

memahami materi pelajaran.10

Namun pada kenyataan yang ada, pembelajaran kimia yang berlangsung

selama ini berdasarkan hasil investigasi awal saat peneliti melaksanakan PPL

(Praktik Pengalaman Lapangan) di SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru

diperoleh hasil bahwa bahan ajar yang biasa dipakai guru sebagai rujukan dalam

mengajar hanyalah buku paket dan buku pegangan guru. Sedangkan untuk

media pembelajaran non elektronik (media cetak) yang menantang,

merangsang, dan mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata,

seperti LKPD, Modul bergambar jarang dan bahkan tidak ada di gunakan dalam

proses belajar mengajar.

Untuk itu dalam penelitian ini dilakukan analisis kebutuhan, yang mana

analisis kebutuhan merupakan tahap pertama untuk mengetahui sejauh mana

kebutuhan media non elektronik (media cetak) terhadap suatu konsep pada

10
Kadek Ayu Astiti, Antonius S. Hali. 2019. Pengembangan bahan ajar fisika sma berbasis
kontekstual materi hukum newton. Jurrnal Fisika. Vol.4(2). ISSN: 2503-5274
5

suatu materi yang diberikan pada proses pembelajaran kimia, yang mana

diharapkan juga dapat meningkatkan kemampuan peserta didik belajar dengan

mudah dan efisien.11 Pentingnya analisis kebutuhan ini adalah dapat

mengidentifikasi dan menentukan adanya masalah atau kesenjangan antara apa

yang ada dan yang diharapkan, mengetahui kebutuhan pembelajaran dan

memberikan informasi awal mengenai apa yang diperlukan untuk

pengembangan media pembelajaran. dan menyelesaikan masalah dengan

menentukan skala prioritas, melaksanakan lebih dahulu bagian-bagian yang

dianggap penting sedangkan yang dianggap kurang penting dilakukan

kemudian.12

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti merasa perlu

adanya penelitian mengenai analisis kebutuhan, karena jika adanya analisis

kebutuhan di dalam pembelajaran kimia mengenai media non elektronik maka

akan dapat menunjang peningkatan kualitas pembelajaran selanjutnya. Oleh

sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Kebutuhan Media Pembelajaran Kimia Non Elektronik Di Sekolah

Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) di Pekanbaru”.

11
Suparti,.Analisis Kebutuhan Pengembangan Media Audio Bahasa Inggris Untuk
Pembelajaran Menyimak. Jurnal Teknologi Pendidikan. Vol. 6(1). ISSN: 2622-4283(p) ISSN:
2338-9184(o). Balai Pengembangan Media Radio Pendidikan dan Kebudayaan. 2018. hal. 6
12
Sondang N Sihombing dan Marheni. Analisis Kebutuhan dalam Pembelajaran IPA
Kimia untuk Pengembangan Bahan Ajar Kimia SMP di DKI Jakarta. JRPK. Vol. 2 No. 1 ISSN:
2252-5378. Universitas Negeri Jakarta. 2012. hal. 124
6

C. Penegasan Istilah

Penegasan merupakan suatu istilah mutlak yang diperlukan. Hal ini

dimaksudkan agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap judul penelitian ini.

Adapun istilah - istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan merupakan tahap pertama dalam proses

pengembangan sebuah program yang sesungguhnya merupakan sebuah

pendekatan sistematik dengan tujuan untuk mengkaji dan mempelajari

tingkat pengetahuan, kemampuan, minat, atau sikap dari target sasaran atau

calon pengguna.13

2. Media pembelajaran

"Media merupakan perantara atau pengirim informasi yang

berfungsi sebagai sumber atau resources dan penerima informasi atau

receiver. Media pembelajaran adalah semua bentuk fisik yang digunakan

pendidik untuk penyajian pesan dan mefasiliitasi peserta didik untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Media pembelajaran yang memuat

informasi dan pengetahuan, pada umumnya digunakan untuk membuat

proses belajar menjadi lebih efektif dan efesien.14

3. Media non elektronik (Media Cetak)

Media non elektronik (media cetak) merupakan bahan-bahan yang

telah dipersipakan dalam bentuk kertas print out sebagai alat informasi

maupun alat pengajaran dalam proses pembelajaran, seperti buku teks atau

13
Suparti, Loc.Cit
14
Benny A. Pribadi, M. A. Media dan Teknologi Pembelajaran. Jakarta: Kencana. 2017,
hlm. 13
7

buku pelajaran, modul, majalah, dan surat kabar. Menurut Hamdani

(2011:262) “Media non elektronik (media cetak) merupakan media surat

kabar, majalah dan terutama buku. Pemanfaatannya tentu saja menuntut

kemampuan dan minat baca serta kemampuan berbahasa yang tinggi.”15

D. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti dapat

mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

a. Diperlukan informasi tentang media pembelajaran yang di butuhkan

guru dalam menyampaikan materi pembelajaran Kimia di Sekolah

Menengan Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), dan Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) yang ada di kota Pekanbaru, agar pihak

sekolah dan guru bisa menyediakan media pembelajaran non

elektronik (media cetak) yang sesuai dengan kebutuhan dalam

proses belajar mengajar di dalam kelas.

2. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan latar belakang diatas,

maka peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut :

a. Analisis kebutuhan yang akan di bahas adalah hanya pada media

pembelajaran non elektronik

b. Analisis kebutuhan media pembelajaran non elektronik yang akan

dibahas hanya guru mata pelajaran kimia kelas X.XI dan XII IPA

15
Merlyn Widalismana, Neta Dian Lestari,. Loc.Cit
8

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, Maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimanakah analisis kebutuhan media pembelajaran non

elektronik di Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah

(MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di pekanbaru ?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari peneltian antara lain, yaitu :

b. Untuk mengetahui analisis kebutuhan media pembelajaran non

elektronik di Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah

(MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Pekanbaru.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitan yang ingin di capai pada penelitian sebagai berikut :

a. Bagi Siswa

Agar siswa dapat mengetahui kebutuhannya terhadap media

pembelajaran non elektronik demi tercapainya tujuan pembelajaran

dengan baik.

b. Bagi Guru

Agar guru dapat lebih mempersiapakan media pembelajaran non

elektronik apa yang sesuai dengan setiap materi yang sedang di

pelajari.
9

c. Bagi Peneliti

Sebagai seorang calon guru, melalui penelitian ini, peneliti

mendapatkan pengalaman untuk lebih matang dalam

mempersiapakan media pemebelajar non elektronik yang sesuai

dengan materi pembelajara pada saat proses belajar mengajar

berlangsung.

F. Konsep Teoritis

1. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan merupakan tahap pertama dalam proses

pengembangan sebuah program yang sesungguhnya merupakan sebuah

pendekatan sistematik dengan tujuan untuk mengkaji dan mempelajari

tingkat pengetahuan, kemampuan, minat, atau sikap dari target sasaran

atau calon pengguna. Analisis kebutuhan sering dimanfaatkan untuk

mempelajari isu-isu penting dan permasalahan yang dihadapi oleh target

sasaran sehingga dapat dihasilkan program pendidikan yang efektif dan

punya nilai jual (marketable). Pendapat lain juga mengungkapkan bahwa

analisis kebutuhan merupakan tahap utama, baik dalam mendesain

sebuah kursus, silabus, materi maupun kegiatan pembelajaran.

Pada tahap analisis kebutuhan, seorang peneliti perlu menetapkan

apa yang menjadi target kebutuhan siswa agar mereka dapat mudah

memahami fokus permasalahan dengan baik (target needs) dan apa yang

menjadi kebutuhan pembelajaran (learning needs). Target needs pada

dasarnya merujuk pada aspek yang diperlukan siswa agar meningkatkan

kemampuan siswa belajar dengan mudah dan efisien, yang belum


10

dikuasi siswa, dari materi pelajaran yang perlu dipelajari siswa.

Sebaliknya, untuk dapat mengetahui learning needs atau kebutuhan

pembelajaran, perlu dilakukan analisis menyangkut karakteristik siswa

dan apa yang diperlukan siswa untuk belajar.

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan, dapat

disimpulkan bahwa secara umum, tujuan analisis kebutuhan adalah untuk

mempelajari permasalahan yang dihadapi calon pengguna dan

pengetahuan yang telah dan belum diketahui sehingga dapat dirancang

dan ditentukan program yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan

adanya analisis kebutuhan, seorang peneliti dapat menciptakan sebuah

program yang lebih mudah diakses, diterima, dan digunakan oleh calon

pengguna. Jadi, analisis kebutuhan merupakan tahapan penting yang

harus dilalui sebelum proses pengembangan program dilakukan.16

Dalam rangka memenuhi target kebutuhan perlu dikumpulkan

berbagai informasi yang dapat diperoleh dengan jalan menyebar

kuisioner (angket), melakukan pengamatan, wawancara, analisis buku

teks yang telah ada dan melakukan konsultasi informal dengan para ahli,

siswa dan orang lain yang dapat memberikan informasi yang diperlukan

dalam rangka pelaksanaan analisis kebutuhan. Jadi yang dimaksud

dengan analisis kebutuhan adalah suatu kajian terhadap aspek-aspek apa

yang dibutuhkan para siswa, komponen-komponen dan sarana apa yang

diperlukan agar mereka dapat mencapai tujuan seperti yang diharapkan.

16
Suparti, Loc.Cit
11

a. Tujuan Analisis Kebutuhan

Dalam kaitannya dengan pengembangan model

pembelajaran, Casttelle G. Gentry (1994:14) menyatakan bahwa

analisis kebutuhan bertujuan untuk :

1) Identifikasi dan menentukan adanya masalah/kesenjangan antara

apa yang ada dan yang diharapkan.

2) Analisis masalah : Mengetahui kebutuhan pembelajaran dan

memberikan informasi awal mengenai apa yang diperlukan untuk

pengembangan model pembelajaran.

3) Menyelesaikan dengan menentukan skala prioritas, melaksanakan

lebih dahulu bagian-bagian yang dianggap penting sedangkan

yang dianggap kurang penting dilakukan kemudian.

b. Langkah-langkah Analisis Kebutuhan

Menurut Kaufman, untuk melakukan analisis kebutuhan

secara umum ada beberapa langkah yaitu :

1) Identifikasi kebutuhan : Dalam mengidentifikasi kebutuhan

peneliti harus selalu memperhatikan karakteristik perumusannya.

Disini kebutuhan dirumuskan dalam bentuk hasil yang dapat di

ukur yang menunjukkan kesejangan antara keadaan yang

diinginkan. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui berbagai cara

antara lain pengamatan, wawancara, angket dan catatan laporan.

2) Penentuan prioritas : macam-macam kebutuhan yang telah

diindentifikasi kemudian disusun dalam urutan prioritas.


12

3) Kriteria seleksi penyusunan kebutuhan menurut prioritas : Dalam

langkah ini diterapkan kriteria seleksi sebagai alat untuk

menseleksikan kebutuhan.

4) Penentuan kebutuhan yang akan dipenuhi, jika dibutuhkan yang

telah diseleksi sama-sama mendapat prioritas yang tinggi untuk

segera dipenuhi maka patokan yang digunakan adalah hal-hal

profesional yang mengacu pada kebutuhan tersebut.17

2. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara

harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab,

media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada

penerima pesan.18 Gerlach & Ely memberikan Pengertian Media

secara luas dan secara khusus. Secara luas media pembelajaran adalah

setiap orang, materi, atau peristiwa yang memberikan kesempatan

kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan

sikap.19 Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar

mengajar cenderung di artikan sebagai alat-alat grafis, photografis,

atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali

informasi visual atau verbal.20

17
Sondang N Sihombing dkk. Op.Cit. hlm.123
18
Arief S. Sadiman. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya
Ed.1-13. Jakarta: Rajawali Pers.2009. hlm.6
19
Abdul Wahab R. 2009. Media Pembelajaran Bahasa Arab. UIN-Malang Press. hlm. 25
20
Azhar Arsyad. Media Pembelajaran.Ed 1.Cet.5 Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2003. hlm.3
13

Gagne dan Briggs mengemukan bahwa media pembelajaran

meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi

materi pengajaran yang diantaranya terdiri atas buku, tape recorder,

kaset, video camera, video recorder, film, slide, foto, gambar, grafik,

televisi dan komputer. Dengan kata lain media adalah komponen

sumber belajar atau peralatan fisik yang mengandung materi

pembelajaran dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk

belajar.21 Pengertian lain dikemukakan oleh soeparno, Media dalam

proses pembelajaran diartikan sebagai segala bentuk peralatan fisik

komunikasi berupa software dan hardwar yang merupskan bagian

kecil dari teknologi pembelajaran yang harus diciptakan atau

dikembangkan, digunakan dalam mencapai efektifitas dan efisiensi

proses pembelajaran.22

Banyak batasan yang diberikan orang tentang media, Asosiasi

Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Assocition of Education and

Comunication Techology/AECT) di amerika, membatasi media

sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk

menyalurkanpesan/informasi. Gagne (1970), menyatakan bahwa

media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang

dapat merangsang untuk belajar. Sementara itu, Briggs (1970)

berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat

21
Abdul Wahab R. Loc.Cit
22
Isma Ramadhani Lubis, Jaslin Ikhsan, Pengembangan media pembelajaran kimia
berbasis android untuk meningkatkan motivasi belajar dan prestasi kognitif peserta didik SMA.
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA. Vol.1 No.2. Universitas Negeri Yogyakarta.2015. hlm. 192-193
14

menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.23 Namun

pada dasarnya media pembelajaran tersebut dipakai oleh seorang guru

untuk :

a. Memperjelas informasi atau pesan pengajaran

b. Memberi tekanaan pada bagian-bagian yang penting

c. Memberi variasi pengajaran

d. Memeperjelas struktur pengajaran

e. Memotivasi proses belajar siswa

Demikian beberapa pengertian yang dikemukakan oleh pakar

pembelajaran tentang pengertian media pembelajaran, yang satu

sama lain banyak memiliki kesamaan yaitu bagaimana pesan atau

informasi secara efektif dan efisien dapat diterima dan selalu di ingat

oleh pembelajar.24

b. Ciri-ciri Media

Ciri-ciri umum media menurut Arsyad, sebagai berikut:

a. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa yang

dikenal sebagai hardware yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat,

didengar atau diraba dengan pancaindra.

b. Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal

sebagai software yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam

perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan

kepada peserta didik

c. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio

23
Arief S. Sadiman,Loc.Cit.
24
Abdul Wahab R. Op.Cit. hlm. 27-28
15

d. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses

pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas

e. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan

interaksi guru peserta didik dalam proses pembelajaran

f. Media pendidikan dapat digunakan secara massal, kelompok

besar dan kelompok kecil25

Gerlach dan Ely mengemukakan tiga ciri media yang

merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja

yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu

(atau kurang efesien) melakukannya.

1) Ciri Fiksatif (Fixative Property)

Menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan,

melestarikan dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu

peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media

seperti fotografi, video tape, audio tape, disket komputer, dan film.

Suatu objek yang telah diambil gambarnya dengan kamera atau video

kamera dengan udah dapat direproduksi dengan mudah kapan saja

diperlukan. Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu

rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada suatu waktu tertentu

ditransportasika tanpa mengenal waktu.

2) Ciri Manipulatif (Manipulative Property)

Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan

kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik

25
Mudasir, Pembelajaran Berbasis Multiedia, Pekanbaru : Kreasi Edukasi, 2016 hlm. 2-3
16

pengambilan gambar time-lapse recording. Misalnya, bagaimana

proses reaksi kimia yang dapat diamati melalui bantuan kemampuan

manipulatif dari media. Media (rekaman video atau audio) dapat

diedit sehingga guru hanya menampilkan bagian-bagian penting

dengan memotong atau melewati bagian yang tidak perlu.

Kemampuan media dari cirri manipulatif memerlukan perhatian

sungguh-sungguh karena apabila terjadi kesalahan dalam

pengaturan kembali urutan kejadian atau pemotongan bagian yang

salah, maka akan terjadi pula kesalahan penafsiran yang tentu saja

akan membingungkan.

3) Ciri Distributif (Distributive Property)

Memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan

melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan

kepada sejulah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang

relative sama mengenai kejadian itu. Distribusi media tidak hanya

terbatas pada satu kelas atau beberapa kelas pada sekolah-sekolah di

dalam suatu wilayah tertentu., tetapi juga media tersebut dapat

disebar ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan saja.26

c. Tujuan Penggunaan Media Pembelajaran

Tujuan utama penggunaan media pembelajaran adalah agar

pesan atau informasi yang dikomunikasikan tersebut dapat di serap

semaksimal mungkin oleh para siswa sebagai penerima informasi.

Dengan demikian informasi akan lebih cepat dan mudah untuk

26
Azhar Arsyad, Op. Cit. hlm 12-14
17

diproses oleh peserta didik tanpa harus melalui proses yang panjang

yang akan menjadikannya jenuh.

d. Fungsi, Kegunaan, dan Peran Media Pembelajaran

Dalam proses belajar mengajar, media memiliki fungsi yang

sangat penting, secara umum fungsi media adalah sebagai penyalur

pesan. Selain fungsi tersebut Hamalik (1986:10) mengemukakan

bahwa penggunaan media dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan rasa ingin tahu dan minat, membangkitkan motivasi

dan rangsangn dalam proses belajar-mengajar, serta dapat

mempengaruhi psikologi siswa. Penggunaan media juga dapat

membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman, menyajikan

materi/data dengan menarik, memudahkan menafsirkan data, dan


27
memadatkan informasi. Secara umum media pembelajaran

mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut, sebagaimana

disebutkan oleh Arif S, Sadimat at all (1996), dianataranya:

 Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik

(dalam bentuk kta tertulis atau lisan).

 Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.

 Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan

bervariasi dapat diatasi sikap pasif pesert didik.

Dalam hal ini media pembelajaran beguna untuk :

 Menimbulkan Gairah/semangat belajar.

27
Ibid, hlm. 28-29
18

 Memungkinkan iteraksi yang lebih langsung antara peserta didik

dengan lingkungan dan kenyataan.

 Memungkinkan peserta didik, belajar sendiri-sendiri menurut

kemampuan dan minatnya.

 Memudahkan untuk menggali informasi yang dibutuhkan.

Demikan kegunaan media pembelajaran dalam proses belajar

mengajar sangat urgen sekali untuk menghadirkan pembelajaran yang

aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Oleh karena belajar

mengajar adalah suatu sistem yang di dalamnya melibatkan sejumlah

komponen yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan. Dan di

antara komponen itu adalah guru dan media. Maka media dalam

proses belajar mengajar memiliki peran dalam berbagai pola kegiatan

tersebut, diantaranya adalah :

1) Guru sebagai sumber belajar sekaligus media

Pola pertama ini merupakan pola yang paling banyak di

gunakan dalam proses belajar mengajar. Pola belajar mengajar

seperti yang terdapat dalam bagan di atas menunjukkan bahwa guru

selain sebagai komponen yang menafsirkan dan menjabarkan

kurikulum menjadi pesan-pesan operasional berupa tujuan-tujuan

pembelajaran, dalam proses belajar mengajar ia juga bertindak

sebagai sumber belajar satu-satunya. Ia selain sebagai penyampaian

pesan juga sekaligus sebagai media. Dengan kata lain dalam

menyampaikan pesan kepada siswa, ia sepenuhnya mengandalkan

kemampuan dan kebolehannya dalam menggunakan bahas dan


19

suaranya serta bahas tubuh yang dimilikinya. Penejelasan, latihan,

atau pertanyaan dengan menggunakan bahasa ataupun contoh yang

diberikan baik secara verbal maupun non verbal semuanya

merupakan media untuk menyampaikan pesan kepada siswa.

Sehingga kemampuan dan kreatifitasnya dalam menyampaikan

informasi tersebut sangat menentukan tingkat efektifitas dan

efisiensinya.

2) Guru dan media sebagai sumber belajar

Pola pembelajaran dalam bagan tersebut di atas

menunjukkan bahwa dalam proses belajar mengajar guru tidak

hanya memanfaatkan suara dan kemampuan berbahasa yang

dimilikinya sebagai media penyalur pesan, tetapi juga

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar dirinya. Dengan

menggunakan media gambar misalnya, pesan yang disampaikan

guru secara verbal kepada siswa menjadi lebih jelas. Slogan yang

mengatakan bahwa “Gambar bernilai seribu kata” dalam hal ini

diterjemahkan secara operasional oleh guru. Maksudnya dengan

memperlihatkan gambar, uraian penjelasan guru secara mudah

dipahami siswa dan siswa akan dapat memperkaya pengetahuannya

karena kehadiran media tersebut. Dalam pola kedua ini guru dan

media sama-sama memiliki peran dalam menyampaikan pesan,

hanya saja peran tersebut tidak mutlak karena ada unsur lain yakni

media. Sementara itu, peran media dalam hal ini sebagai peraga

atau alat bantu yang memperjelas pesan yang disampaikan guru


20

kepada siswa, sehingga dalam hal ini peran guru dibantu oleh

media.

3) Guru menyerahkan sebagian tanggung jawabnya kepada media

Pola Pembelajaran dalam bagan tersebut diatas

menunjukkan bahwa peran guru dalam proses belajar-mengajar

sebagian diserahkan kepada media. Dalam pola ini, media secara

otonomi memiliki peran dalam menyampaikan pesan. Contohnya,

dalam pembelajaran menyimak, berita didengarkan kepada siswa

melalui tape recorder. Setelah itu guru dan siswa dapat membahas

isi berita dan bahasa yang digunakan dalam berita tersebut. Jadi

dapat dikemukakan bahwa dalam pola ini, tugas menyampaikan

pesan kepada siswa tidak hanya dilakukan guru tetapi juga

dilakukan media. Guru dan media sama-sama memiliki tanggung

jawab dalam mengendalikan proses belajar mengajar.

Catatan yang perlu di perhatikan oleh guru dalan pola ini

adalah guru harus pandai-pandai dalam mengambil kesempatan

untuk menjelaskan informasi yang belum tersampaikan atau masih

belum jelas, sehingga peran guru di dlam kelas tidak terkesan

dialihkan kepada media yang digunakan. Sehingga ketakutan-

ketakutan sebagaiamana tersebut diatas tidak terjadi.

4) Media sebagai satu-satunya sumber belajar

Pola pembelajaran model ini merupakan kebalikan dari pola

pembelajaran yang pertama. Dalam pola pembelajaran yang

pertama yang memiliki tanggung jawab sepenuhnya dalam


21

menyampaiakan pesan kepada siswa adalah guru, sedangkan dalam

pola keempat yang memiliki tanggung jawab sepenuhnya dalam

meyampaikan pesan adalah media. Perasn media dalam pola

keempat ini tidak sekedar sebagai “media” dan sumber belajar,

tetapi juga sebagai pengatur proses belajar mengajar. Peran sebagai

alat penunjang, pemelancar, sumber belajar, bahkan guru

dijalankan oleh media. Dapat dikatakan pula bahwa dalam hal ini

media sebagai pengendali proses belajar mengajar. Sistem belajar

jarak jauh merupakan salah satu contoh yang menggunakan pola

keempat ini. 28

3. Media non elektronik (Media Cetak)

Media non elektronik (media cetak) merupakan bahan-bahan

yang telah dipersipakan dalam bentuk kertas print out sebagai alat

informasi maupun alat pengajaran dalam proses pembelajaran, seperti

buku teks atau buku pelajaran, modul, majalah, dan surat kabar.29

Termasuk lembaran penuntun berupa daftar cek tentang langkah-langkah

yang harus diikuti ketika mengoperasikan sesuatu peralatan atau

memelihara peralatan, lembaran ini berisi gambar atau foto di samping

teks penjelasan. Pentuntun belajar adalah bentuk media non elektronik

(media cetak) lain yang mempersiapkan dan menyampaikan pelajaran,

jadi penuntun instruktur meliputi tunjuk dan informasi yang berkaitan

28
Abdul Wahab R. Op.Cit. hlm. 32-38
29
Merlyn Widalismana, Neta Dian Lestari,. Loc.Cit
22

dengan pokok-pokok bahasan yang akan diajarkan. Bentuk lain dari

media non elektronik (media cetak) adalah brosur dan newsletter.30

Menurut Junaedhie (2010: 13) memaparkan bahwa semua produk

media non elektronik (media cetak) yang bisa disebut majalah adalah :

 Media non elektronik (media cetak) yang terbit secara berkala, tapi

bukan yang terbit setiap hari.

 Media non elektronik (media cetak) itu bersampul, setidak-tidaknya

punya wajah , dan dirancang secara khusus.

 Media non elektronik (media cetak) itu dijilid atau sekurang-

kurangnya memiliki sejumlah halaman tertentu.

 Media non elektronik (media cetak) itu, harus berformat tabloid, atau

saku, atau format konvensional sebagaimana format majalah yang

kita kenal selama ini.31

a. Kelebihan media non elektronik (media cetak)

Kelebihan media non elektronik (media cetak) adalah :

1) Siswa dapat belajar dan maju sesuai degan kecepatan masing-

masing, materi pelajaran dapat dirancang sedemikian rupa

sehingga mampu memenuhi kebutuhan siswa, baik yang cepat

maupun yang lamban membaca dan memahami. Namun, pada

akhirnya semua siswa diharapkan dapat menguasai materi

pelajaran itu.

30
Azhar Arsyad, Op. Cit. hlm 37
31
Merlyn Widalismana, Neta Dian Lestari,. Loc.Cit
23

2) Disamping itu dapat mengulang materi dalam media cetakan,

siswa akan mengikuti urutan pikiran logis.

3) Perpaduan teks dan gambar dalam halaman cetak sudah

merupakan hal lumrah, dan ini dapat menambah daya tarik, serta

dapat memperlancar pemahaman informasi yang disajikan dalam

dua format, verbal dan visual.

4) Meskipun informasi media non elektronik (media cetak) harus

diperbaharui dan direvisi sesuai dengan perkembangan dan

temuan-temuan baru dalam bidang ilmu itu, materi tersebut dapat

direproduksi dengan ekonomis dan di distribusikan dengan

mudah.

b. Kelemahan Media Non Elektronik (Media Cetak)

Kelemahan media non elektronik (media cetak) adalah :

1) Sulit menampilkan gerak dalam halaman media non elektronik

(media cetak)

2) Biaya percetakan akan mahal apabila ingin menampilkan

ilustrasi, gambar, atau foto yang berwarna-warni.

3) Proses percetakan media seringkali memakan waktu beberapa

hari sampai berbulan-bulan, tergantung kepada peralatan

percetakan dan kerumitan informasi halaman cetakan.

4) Pembagian unit-unit pelajaran dalam media cetakan harus

dirancang sedemikian rupa sehingga tidak terlalu panjang dan

dapat membosankan siswa.


24

5) Umumnya media non elektronik (media cetak) dapat membawa

hasil yang baik jika tujuan pelajaran itu bersifat kognitif,

misalnya belajar tentang fakta dan keterampilan. Jarang sekali,

ada media elektronik (media cetak) yang mencoba menekankan

perasaan,emosi, atau sikap.

6) Jika tidak dirawat dengan baik media cetakan akan cepat rusak

dan hilang.32

G. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang telah dilakukan yang menjadi acuan dalam

penelitian ini :

1. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Sondang N Sihombing dkk, pada

tahun 2012 yang berjudul Analisis Kebutuhan Dalam Pembelajaran IPA

Kimia Untuk Pengembangan Bahan Ajar Kimia SMP Di DKI Jakarta.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa data

yang dikumpulkan dengan menggunakan angket melalui teknik purposive

sampling. Dari hasil analisis data yang di dapat dibuat kesimpulan sebagai

berikut 1) kebutuhan pembelajaran IPA Kimia di SMP cukup bervariasi

tetapi pada umumnya perlu bahan ajar yang 2) isu-isu penting yang sedang

marak seperti zat warna makanan, pengawet, pemanis yang ada dalam

jajanan siswa perlu dijadikan bahan kajian sidkusi dikelas 3) kendala yang

di hadapi guru dalam pembelajaran antara lain terbatasnya waktu, latar

belakang pendidikan guru yang tidak menunjang dan terbatasny bahan ajar

32
Azhar Arsyad, Op. Cit. hlm 38-40
25

yang sesuai dengan karakteristik siswa serta kerangnya sarana dan prasarana

untuk menunjang praktikum.33

Persamaan penelitian penulis dengan penelitian diatas adalah

terletak pada objek penelitiannya yaitu analisis kebutuhan media non

elektronik (media cetak) terhadap pembelajaran kimia. Sedangkan

perbedaannya yaitu terletak pada sekolah dan lokasi yang diteiliti, penulis

meneliti di SMA/MA/SMK di Kota pekanbaru sedangkan penelitian diatas

di SMP DKI Jakarta.

2. Penelitian yang dilakukan Ilmi Zajuli Ichsan dkk, pada tahun 2018 yang

berjudul Pembelajaran IPA dan Lingkungan : Analisis Kebutuhan Media

Pembelajaran Pada SD, SMP, SMA di Tambun Selatan,Bekasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa media

pembelajaran yang digunakan belum variatif. Guru belum berperan besar

dalam mengembangkan media pembelajaran. hal ini membuat inovasi

media pembelajaran mutlak dilakukan. Kesimpulannya adalah bahwa media

pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran IPA dan

lingkungan di Tambun Selatan, masih perlu dikembangkan. Dan metode

penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif

yaitu dengan cara melakukan analisis kebutuhan.

Persamaan penelitian penulis dengan penelitian diatas adalah

terletak pada objek penelitiannya yaitu analisis kebutuhan dan juga terletak

pada metode penelitian deskriptif kualitatif. Sedangkan perbedaannya yaitu

terletak pada media pembelajarannya, penelitian penulis adalah media non

33
Ibid,
26

elektronik (media cetak) sedangkan media dari penelitian diatas adalah

media pembelajaran secara umum. Juga terdapat perbedaan pada sekolah

dan lokasi yang diteliti, penulis meneliti di SMA/MA/SMK di Kota

pekanbaru sedangkan penelitian diatas SD.SMP,SMA di Tambun Selatan

Bekasi.

3. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Heni Rahmadani dkk, pada tahun

2018 yang berjudul Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Matematika Berbasis

Teknologi Informasi (TI) di SMA IT AL Bayyinah Pekanbaru. Berdasarkan

hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

penelitian adalah untuk mengemukakan hasil analisis kebutuhan bahan ajar

fungsi trigonometri berbasi TI. Dikumpulkan melalui penyebarang angket

melelui bantuan google form yang diisi oleh tiga orang guru matematika

dan 20 orang siswa kelas X SMA IT Al-Bayyinah semester genap tahun

ajaran 2017/2018, lalu di analisis menggunakan analisis deskriptif. Objek

kajian dalam penelitian ini mencakup 1) Kesesuaian KI dan KD, 2) Bahan

ajar yang digunakan guru, dan 3) Kebutuhan guru dan siswa terkait

bahanajar berbasis TI. Hasil menunjukkan bahwa : 1) Semua materi pada

bahan ajar sudah sesuai dengan KI dan KD, 2) Guru dan siswa

menggunakan bahan lain selain buku dari sekolah untuk membantu dalam

memahami suatu materi dan 3) Guru dan siswa membutuhkan bahan ajar

berbasis IT yang dapat digunkan untuk mempelajari konsep fungsi

trigonometri, dengan demikian dapat di pahami bahwa bahan ajar berbasis

IT diperlukan .
27

Persamaan penelitian penulis dengan penelitian diatas adalah

terletak pada objek penelitiannya yaitu analisis kebutuhan juga terletak pada

metode penelitian analisis deskriptif dan lokasi penelitian sama

dilaksanakan dikota Pekanbaru. Sedangkan perbedaannya yaitu terletak

pada judul yang penulis angkat yakni mengenai Analisis Kebutuhan Media

Non Elektronik Terhadap Pembelajaran Kimia di Sekolah Menengah Atas

(Sma), Madrasah Aliyah (Ma), Sekolah Menengah Kejuruan (Smk) di

Pekanbaru. Selain itu dan waktu penelitian juga berbeda.

H. Konsep Operasional

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam dua variabel, yaitu :

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah analisis kebutuhan media

yang diperlukan oleh guru kimia untuk membantu proses

pembelajaran.

b. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah media pembelajaran non

elektronik di SMA/MA/SMK di Pekanbaru.

2. Prosedur Penelitian

Prosedur dari peneltian ini adalah:

a. Tahap persiapan

1) Melakukan Observasi ke sekolah-sekolah

2) Menetapkan sekolah penelitian dari beberapa SMA/MA/SMK yang

ada di Pekanbaru

3) Mempersiapkan pertanyaan wawancara guru dan murid

4) Mempersiapkan Angket
28

b. Tahap Pelaksanaan

1) Melakukan pengambilan data kepada siswa yang telah dipilih dari

masing-masing kelas dan sekolah dengan proses penyebaran angket.

c. Tahap Akhir

1) Data dari hasil angket kemudian dikelompokkan berdasarkan

sekolahnya masing-masing, untuk mendeskripsiskan analisis

kebutuhan media pembelajaran kimia non elektronik siswa. Analisis

tersebut kemudian menghasilkan suatu pola tertentu dan pola itu

akan menggambarkan kategori analisis kebutuhan dari masing-

masing SMA/MA/SMK yang ada di Pekanbaru.

2) Data masing-masing angket/sekolah saling dihubungkan kemudian

didapatkan lah gambaran analisis kebutuhan media pembelajaran

kimia non elektronik dari masing-masing SMA/MA/SMK yang ada

di Pekanbaru.

I. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksankan pada semester genap tahun ajaran

2020/2021 pada tanggal sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh

sekolah.

2. Tempat Penelitian

Tempat Penelitian dilakukan Sekolah Menengah Atas (SMA),

Madrasah Aliyah (MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ada

di Pekanbaru.
29

J. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian ini adalah guru dan beberapa siswa

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah Analisis Kebutuhan Media Non

Elektronik.

K. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh Sekolah Menengah Atas

(SMA), Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

yang ada di Pekanbaru.

2. Sampel

Sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagian atau

beberapa yang mewakili dari populasi yang di teliti. Pengambilan sampel

ini berdasarkan teknik Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel

menentukan subjek/objek sesuai dengan tujuan. Dengan menggunakan

pertimbangan pribadi yang sesuai dengan topik penelitian, peneliti memilih

subjek/objek sebagai unit analisis. Peneliti memilih unit analisis tersebut

berdasarkan kebutuhannya dan menganggap unit analisis tersebut

representatif.

L. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diteliti dan tujuan penelitian, maka

metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Metode
30

penelitian yaitu medeskripsikan atau menggambarkan fenomena- fenomena

yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah atau rekayasa manusia.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, sehingga dalam

pelaksanaannya tidak memerlukan pengontrolan terhadap perlakuan. Fokus

dalam penelitian ini adalah analisis kebutuhan media pembelajaran non

elektronik (media cetak) di Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah

(MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ada di pekanbaru.

M. Alur Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan alur penelitian yang diuraikan

sebagai berikut:

Analisis Kebutuhan Media Kajian Pustaka Mengenai


Non Elektronik Terhadap Analisis Kebutuhan
Pembelajaran Kimia

Mengembangkan Angket Revisi


Tidak Valid

Validasi

Analisis Kebutuhan media

Uji Coba
Hasil dan Pembahasan

Penyebaran Angket
Kesimpulan

N. Teknik Pengumpulan Data


31

Pengumpulan Data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk

memperoleh data yang diperlukan. Sesuai dengan data yang di ambil dalam

melakukan penelitian langsung kelapangan untuk mendapatkan data yang

dibutuhkan dengan menggunkan alat pengumpulan data dan berupa pedoman

observasi, wawancara, dan angket. Teknik pengumpulan data dapat dijabarkan

sebagai berikut :

1. Observasi

Pada penelitian ini peneliti melakukan observasi kesekolah

SMA (Sekolah Menengah Atas), MA (Madrasah Aliyah), SMK

(Sekolah Menengah Kejuruan) di Pekanbaru.

2. Wawancara

Tahap selanjutnya yang peneliti lakukan dengan guru dan siswa

adalah melakukan wawancara mengenai kebutuhan media pembelajaran

yang ada disekolah dengan ketersedian media yang ada disekolah.

3. Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden

(siswa) untuk dijawabnya. Angket merupakan teknik pengumpulan data

yang efisien. Angket juga cocok digunakan bila jumlah responden

cukup besar dan tersebar diwilayah yang luas.34 Angket yang digunakan

adalah berupa kuisioner YA/TIDAK beserta alasannya, dalam

penelitian ini angket di maksudkan untuk melihat pengaruh media non

elektronik (media cetak) terhadap analisis kebutuhan.

34
Sugiyono. 2007. Metode Penulisan Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta. Hal.142
32

4. Dokumentasi

Tahap terakhir yang dilakukan peneliti adalah mengambil

gambar dan video dokumentasi guru yang sedang menggunakan media

pembelajaran pada proses pembelajaran berlangsung.

O. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles

dan Huberman. Miles dan Huberman menggemukakan bahwa aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara terus-menerus sampai tuntas

pengolahan data angket mengenai kebutuhan media pembelajaran oleh guru

yang merespon untuk setiap item, dengan menggunakan rumus yang

dikemukakan oleh sudijono (2010:43) sebagai berikut : 35

𝐹
𝑃= × 100 %
𝑁

Keterangan :

P = Angka persentase

F = Frekuensi yang dicari

N = Number of Case (Jumlah frekuensi/ banyaknya indivi

35
Sudijono, Anas.2010. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta :PT. Raja Grafindo
Persada. Hal.43
33

DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono,.2010. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Arantika, J., Saputro,S., Mulyani, S., 2018. Student’s Need Analysis for the

Development of Chemistry Modules Based Guided Inquiry to Improve

Science Proses Skill. Internationnal Journal of Pedagogy and Teacher

Education (IJPTEK). Vol. 2 No. 1. e-ISSN: 2549-8525 p-ISSN : 2597-7792

(Sebelas Maret University)

Arsyad Azhar. 2003.Media Pembelajaran.Ed 1.Cet.5 Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada,

Ayu Astiti Kadek, Antonius S. Hali. 2019. Pengembangan bahan ajar fisika sma

berbasis kontekstual materi hukum newton. Jurrnal Fisika. Vol.4(2). ISSN:

2503-5274

Benny A. Pribadi, M. A. 2017.Media dan Teknologi Pembelajaran. Jakarta:

Kencana.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya.,

Mudasir, 2016. Pembelajaran Berbasis Multiedia, Pekanbaru: Kreasi Edukasi,

N Sihombing Sondang dan Marheni. 2012. Analisis Kebutuhan dalam

Pembelajaran IPA Kimia untuk Pengembangan Bahan Ajar Kimia SMP di

DKI Jakarta. Jurnal Riset Pendidikan Kimia. Vol. 2 No. 1 ISSN: 2252-5378.

(Universitas Negeri Jakarta).

Pisti Cikarge Ghia dan Pipit Utami, 2018. Analisis dan Desain Media Pembelajaran

Praktik Teknik Digital Sesuai RPS. Jurnal ELINVO(Electronics, Informatics,


34

nd Vocational Education). Vol. 3, No. 1, ISSN 2580-6424(P), ISSN 2477-

2399(o), (Universitas Negeri Yogyakarta).

Rachmat Sahputra Toni, dan Lukman Hadi, 2016, Pengembangan Media

Pembelajaran Animasi Submikroskopik Berbasis Flash Pada Materi

Kesetimbangan Kimia, Jurnal FKIP Untan Pontianak,

Ramadhani Lubis Isma, Jaslin Ikhsan, 2015. Pengembangan media pembelajaran

kimia berbasis android untuk meningkatkan motivasi belajar dan prestasi

kognitif peserta didik SMA. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA. Vol.1 No.2.

(Universitas Negeri Yogyakarta).

Ramli M.. 2015. Media pembelajaran dalam perspektif al-qur’an dan al-hadits.

Ittihad

Rosyidah Umi, dkk, 2008. Active Learning dalam Bahasa Arab, UIN-Maliki Press,

Malang.

Rusman, 2012, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru, Jakarta : Raja Grafindo Persada,

S. Sadiman Arief. 2009. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan

Pemanfaatannya Ed.1-13. Jakarta: Rajawali Pers..

Sugiyono. 2007. Metode Penulisan Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Suparti, 2018. Analisis Kebutuhan Pengembangan Media Audio Bahasa Inggris

Untuk Pembelajaran Menyimak. Jurnal Teknologi Pendidikan. Vol. 6 No. 1,

ISSN: 2622-4283(p) ISSN: 2338-9184(o). (Balai Pengembangan Media

Radio Pendidikan dan Kebudayaan).

Wahab R Abdul. 2009. Media Pembelajaran Bahasa Arab. UIN-Malang Press.


35

Widalismana Merlyn, Neta Dian Lestari, 2017. Analisis Hasil Belajar Mahasiswa

Menggunakan Media Cetak Dengan Media Elektronik Pada Mata Kuliah

Matematika Ekonomi Di Universitas PGRI Palembang. Jurnal PINUS Vol. 3

No. 1. ISSN. 2442-9163. (Universitas PGRI Palembang).

Anda mungkin juga menyukai