“STOIKIOMETRI”
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
petunjuk, bimbingan dan arahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Pendidikan Pancasila.
Makalah ini tersusun dari berbagai sumber reverensi baik dari media cetak maupun
internet. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran.
Penulis menyadari bahwa makalah yang sudah penulis kerjakan masih sangat jauh dari kata
sempurna, Oleh karena itu kritik, saran serta pendapat dari ibu Wita Kristiana, ST., MT yang
bersifat membangun selalu penulis harapkan dengan tujuan supaya tugas - tugas yang
selanjutnya dapat penulis kerjakan dengan lebih baik lagi.
Akhir kata, penulis sampaikan terimakasih kepada ibu Wita Kristiana, ST., MTyang telah
member bimbingan dan arahan hingga tersusunnya makalah ini. Apabila ada salah kata penulis
ucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi
kita semua.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui bahwa air adalah salah satu senyawa paling sederhana dan
paling dijumpai serta paling penting. Bangsa Yunani kuno menganggap air adalah salath satu
dari empat unsur penysun segala sesuatu (disamping, tanah, udara, dan api). Bagian terkecil
daria air adalah molekul air.
Stoikiometri behubungan dengan hubungan kuantitatif antar unsure dalam satu senyawa
dan antar zat dalam suatu reaksi. Istilah itu berasal dari Yanani, yaitu dari kata stoicheion, yang
berarti unsur dan mentron yang artinya mengukur. Dasar dari semua hitungan stoikiometri
adalah pengetahuan tentang massa atom dan massa molekul. Oleh karena itu, stoikiometri akan
dimulai dengan membahasa upaya para ahli dalam penentuan massa atom dan massa molekul.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Fakta hukum dasar kekekalan massa sudah dibuktikan pada tahun 1756 oleh ilmuwan
Rusia, M.V. Lomonosov. Mungkin karena masalah bahasa, karyanya tidak dikenal di Eropa
Barat secara meluas. Secara terpisah pada tahun 1783, seorang kimiawan besar Prancis,
Antoine Lavoisier melakukan hal yang sama dengan menggunakan neraca kimia untuk
menunjukkan bahwa jumlah dari massa hasil reaksi kimia sama dengan jumlah massa
reaktannya.
Lavoisier melakukan eksperimen dengan memanaskan mrerkuri dalam labu tertutup
yang berisi udara. Setelah beberapa hari, terbentuk zat yang berwarna merah yaitu
merkuri(II) oksida. Gas dalam tabung massanya berkurang dan tidak dapat lagi menyangga
pembakaran (lilin dalam tabung tidak menyala lagi) dan hewan akan mati jika dimasukkan
ke dalamnya. Hal itu menunjukkan bahwa gas oksigen dalam tabung sudah habis. Sekarang
diketahui bahwa gas yang tersisa adalah nitrogen, sedangkan oksigen dari udara dalam
tabung telah habis bereaksi dengan merkuri. Selanjutnya, Lavoisier mengambil oksida
merkuri tersebut dan memanaskannya sehingga terurai kembali.
Kemudian dia menimbang merkuri dan gas yang dihasilkan. Ternyata massa
gabungannya sama dengan massa merkuri(II) oksida yang digunakan semula. Akhirnya
setelah beberapa kali dilakukan eksperimen dan hasilnya sama, Lavoisier menyatakan
hukum kekekalan massa yaitu sebagai berikut.
’’ Dalam setiap reaksi kimia, massa zat sebelum dan sesudah reaksi selalu sama.’’
“pada suhu dan tekanan yang sama, perbandingan volume gas pereaksi dengan
volume gas hasil reaksi merupakan bilangan bulat dan sederhana (sama dengan
perbandingan koefisien reaksinya)”.
Model atom Dalton ini biasanya disebut sebagai model atom bola billiard dimana warna
bola billiard yang berbeda-beda merupakan symbol atom unsur yang berbeda-beda.
Dalam rumus di atas digunakan massa atom dan massa molekul rata-rata. Kenapa
menggunakan massa atom rata-rata? Karena unsur di alam mempunyai beberapa isotop.
Jika diketahui massa atom relatif masing-masing unsur penyusun suatu molekul, massa
molekul relatifnya sama dengan jumlah massa atom relatif dari seluruh atom penyusun
molekul tersebut. Molekul yang mempunyai rumus AmBn berarti dalam 1 molekul tersbut
terdapat matom A dan n atom B. Dengan demikian massa molekul relatif AmBn dapat
dihitung seperti berikut.
Mr AmBn = m x Ar A + n x Ar B
D. KONSEP MOL
Dalam mereaksikan zat, banyak hal yang perlu kita perhatikan misalnya wujud zat
berupa gas, cair dan padat. Cukup sulit bagi kita untuk mereaksikan zat dalam ketiga
wujud zat tersebut, dalam bentuk padat dipergunakan ukuran dalam massa (gram), dalam
bentuk cair dipergunakan volume zat cair dimana didalamnya ada pelarut dan ada zat
yang terlarut. Demikian pula yang berwujud gas memiliki ukuran volume gas.
Kondisi ini menuntut para ahli kimia untuk memberikan satuan yang baru yang dapat
mencerminkan jumlah zat dalam berbagai wujud zat. Avogadro mencoba
memperkenalkan satuan baru yang disebut dengan mol. Definisi untuk 1 (satu) mol
adalah banyaknya zat yang mengandung partikel sebanyak 6.023 x 1023. Bilangan ini
dikenal dengan Bilangan Avogadro yang dilambangkan dengan huruf N.
Rumus kimia suatu zat dapat menjelaskan atau menyatakan jumlah relatif atom yang
ada dalam zat itu. Rumus kimia dibedakan menjadi rumus molekul dan rumus empiris.
Rumus empiris adalah rumus yang paling sederhana dari suatu senyawa.Rumus ini hanya
menyatakan perbandingan jumlah atom-atom yang terdapat dalam molekul.Rumus
empiris suatu senyawa dapat ditentukan apabila diketahui salah satu:
- massa dan Ar masing-masing unsurnya
- % massa dan Ar masing-masing unsurnya
- perbandingan massa dan Ar masing-masing unsurnya
Rumus molekul suatu zat menjelaskan jumlah atom setiap unsur dalam satu molekul
zat itu. Bila rumus empirisnya sudah diketahui dan Mr juga diketahui maka rumus
molekulnya dapat ditentukan.
KEMOLARAN
Rumus kimia menunjukkan jumlah atom-atom penyusun suatu zat. Oleh karena
massa atom suatu unsur sudah tertentu, maka dari rumus kimia tersebut dapat pula
ditentukan persentase atau komposisi masing-masing unsur dalam suatu zat. Salah satu
kegiatan penting dalam ilmu kimia adalah melakukan percobaan untuk mengidentifikasi
zat. Ada dua kegiatan dalam identifikasi zat, yakni analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menentukan jenis komponen penyusun
zat. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan untuk menentukan massa dari setiap
komponen penyusun zat. Dengan mengetahui jenis dan massa dari setiap komponen
penyusun zat, kita dapat mengetahui komposisi zat tersebut. Komposisi zat dinyatakan
dalam persen massa (% massa). Perhitungan persen massa berikut.
H. FRAKSI MOL
Fraksi mol merupakan satuan konsentrasi yang menyatakan perbandingan antara jumlah
mol salah satu komponen larutan (jumlah mol zat pelarut atau jumlah mol zat terlarut)
dengan jumlah mol total larutan. Fraksi mol disimbolkan dengan X . Misal dalam larutan
hanya mengandung 2 komponen, yaitu zat B sebagai zat terlarut dan A sebagai pelarut,
maka fraksi mol A disimbolkan XA dan XB untuk fraksi mol zat terlarut.
XA + XB = 1
BAB III
CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN
1. Suatu senyawa mempunyai rumus empiris CH3. Jika mempunyai Mr senyawa tersebut 30,
tentukan rumus molekul dari senyawa tersebut.
Pembahasan:
Menentukan rumus molekul (Mr RE) = Mr senyawa
(12 x 1 + 1 x 3)n = 30
(15)n = 30
n = 30/15 = 2
Maka rumus molekul nya : (CH3)2 = C2H6
2. Cuka perdagangan mengandung cuka 25%. Berapa mL air yang harus ditambahkan kedalam
100 mL cuka tersebut agar mengandung 5%.
Pembahasan:
%1 . V1 = %2 . V2 25 . 100 = 5(100 + x)
2500 = 500 + 5x
5x = 2000 X = 400 mL
3. Jumlah mol dan jumlah grek 10 g NaOH (Mr. 40) yang dilarutkan dalam air hingga volume
100 mL adalah...
Pembahasan :
Jumlah mol NaOH = m / Mr = 10 / 40 = 0,25 mol Jumlah grek NaOH = mol x b = 0,25 x 1 =
0,25 grek
4. Kemolaran dan normalitas 10 g NaOH (Mr. 40) yang dilarutkan dalam air hingga volume
100 mL adalah...
Pembahasan:
Hitung terlebih dahulu mol NaOH:
NaOH = m / Mr = 10 / 40 = 0,25 mol Molaritas (M) = n / V = 0,25 / 0,1 = 2,5 M Normalitas
(N) = M x b = 0,25 x 1 = 0,25 N
5. Jumlah mol dan grek 74 g Ca(OH)2 (Mr. 74) yang dilarutkan dalam air hingga volume 1 L
adalah...
Pembahasan
Mol Ca(OH)2 = m / Mr = 74 / 74 = 1 mol Grek C(OH)2 = mol x b = 1 x 2 = 2 grek
Jawaban: B
6. Kemolaran dan normalitas 74 g Ca(OH)2 (Mr. 74) yang dilarutkan dalam air hingga volume
1 L adalah...
Pembahasan:
Hitung terlebih dahulu mol Ca(OH)2 Mol Ca(OH)2 = m / Mr = 74 / 74 = 1 mol Menghitung
kemolaran dan normalitas:
Molaritas (M) = n / V = 1 / 1 = 1 M Normalitas (N) = M x b = 1 x 2 = 2 N
7. Massa zat terlarut 50 mL HNO3 0,1 N (Mr. HNO3 = 63) adalah..
Pembahasan :
M = N / a = 0,1 / 1 = 0,1 M
Mol HNO3 = volume HNO3 x kemolaran HNO3 = 0,05 x 0,1 = 0,005 mol
Massa HNO3 = mol x Mr HNO3 = 0,005 x 63 = 0,315 gram
8. Massa zat terlarut 3 L Ba(OH)2 0,2 N (Mr Ba(OH)2 = 171) adalah.....
Pembahasan:
M = N/a = 0,2 / 2 = 0,1 M
Mol Ba(OH)2 = 3 L x 0,1 M = 0,3 mol
Massa Ba(OH)2 = 0,3 x 171 = 51,3 gram
9. Sebanyak 20 mL larutan HCl dititrasi oleh larutan NaOH 0,1 M dengan menggunakan
indikator fenolftalein, Jika perubahan warna indikator menjadi merah muda memerlukan 25
mL larutan penetrasi, maka kemolaran larutan HCl adalah...
Pembahasan:
Normalitas larutan NaOH, Nb = Mb = 0,1 M Va x Na = Vb x Nb
20 x Na = 25 x 0,1 Na = 0,125 N
Jadi kemolaran HCL = Na = 0,125 M
10. Terdapat 50 mL H2SO4 yang memiliki pH = 2. Jumlah NaOH (Mr = 40) yang diperlukan
untuk menetralkan larutan tersebut adalah...
A. 5 mg
B. 10 mg
C. 15 mg
D. 20 mg
E. 25 mg
Pembahasan
pH larutan H2SO4 = 2, artinya [H+] = 10-2 M H2SO4 (aq) ---. 2H+ (aq) + SO42- (aq)
[H2SO4] = 1/2 x [H+] = 1/2 x 10-2 M
Normalitas H2SO4 = M x a = 1/2 x 10-2 x 2 = 10-2 N
mgrek H2SO4 = volume x Normalitas = 50 x 10-2 = 0,5 mgrek mgrek NaOH = jumlah
mgrek H2SO4 = 0,5 mgrek
mmol NaOH = jumlah mgrek NaOH = 0,5 mmol.Massa NaOH
= mmol NaOH x Mr NaOH = 0,5 x 40 = 20 mJadi untuk menetralkan larutan tersebut
diperlukan 20 mg NaOH
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
Stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif zat
yang terlibat dalam reaksi.
Konsep mol digunakan untuk menentukan rumus kimia suatu senyawa, baik rumus
empiris (perbandingan terkecil atom dalam senyawa) maupun rumus molekul
(jumlah atom dalam senyawa)
Rumus empiris dihitung gram atau persen masing-masing penyusun senyawa dan
angka tersebut dibagi dengan Ar masing-masing diperoleh perbandingan mol
terkecil dari unsur penyusun senyawa.
Rumus molekul dan rumus empiris suatu senyawa ada kalanya sama, tetapi
kebanyakan tidak sama.
Menentukan rumus molekul senyawa ada dua hal yang harus terlebih dahulu
diketahui yaitu rumus empiris senyawa dan Mr atau BM senyawa.
Koefisien reaksi : Perbandingan mol seluruh zat yang ada pada persamaan reaksi,
baik reaksi ruas kiri maupun hasil di ruas kanan.
Jika salah satu zat sudah diketahui molnya, mk zat lain pada persamaan reaksi
dapat dicari dengan cara membandingkan koefisien.
Hukum-hukum gas Yaitu:
Hukum Gay-Lussac (hukum perbandingan volume).
Hukum Avogadro (pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang
bervolume sama akan memiliki mol yang sama).
Keadaan Standar (setiap 1 mol gas apa saja pada suhu 0oC dan tekanan 1 atm
memiliki volume 22,4 liter (22,4 dm3)
B. Saran
Dengan adanya makalah ini semoga bisa menambah wawasan
DAFTAR PUSTAKA