Anda di halaman 1dari 6

Tugas 2 Filsafat Ilmu

KELOMPOK 2
1. Ester Hartina Ria Sinaga ( 8196141006)
2. Rizki Fitriani Nasution (8196141001)

Dalam ilmu kimia, stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung
hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia). Di awal
kimia, aspek kuantitatif perubahan kimia, yakni stoikiometri reaksi kimia, tidak mendapat
banyak perhatian. Bahkan saat perhatian telah diberikan, teknik dan alat percobaan tidak
menghasilkan hasil yang benar. Salah satu contoh melibatkan teori flogiston. Flogistonis
mencoba menjelaskan fenomena pembakaran dengan istilah “zat dapat terbakar”. Menurut
para flogitonis, pembakaran adalah pelepasan zat dapat terbakar (dari zat yang terbakar). Zat
ini yang kemudian disebut ”flogiston”. Berdasarkan teori ini, mereka mendefinisikan
pembakaran sebagai pelepasan flogiston dari zat terbakar. Perubahan massa kayu bila
terbakar cocok dengan baik dengan teori ini. Namun, perubahan massa logam ketika
dikalsinasi tidak cocok dengan teori ini. Walaupun demikian flogistonis menerima bahwa
kedua proses tersebut pada dasarnya identik. Peningkatan massa logam terkalsinasi adalah
merupakan fakta. Flogistonis berusaha menjelaskan anomali ini dengan menyatakan bahwa
flogiston bermassa negatif.
Filsuf dari Flanders Jan Baptista van Helmont (1579-1644) melakukan percobaan
“willow” yang terkenal. Ia menumbuhkan bibit willow setelah mengukur massa pot bunga
dan tanahnya. Karena tidak ada perubahan massa pot bunga dan tanah saat benihnya tumbuh,
ia menganggap bahwa massa yang didapatkan hanya karena air yang masuk ke bijih. Ia
menyimpulkan bahwa “akar semua materi adalah air”. Berdasarkan pandangan saat ini,
hipotesis dan percobaannya jauh dari sempurna, tetapi teorinya adalah contoh yang baik dari
sikap aspek kimia kuantitatif yang sedang tumbuh. Helmont mengenali pentingnya
stoikiometri, dan jelas mendahului zamannya.
Di akhir abad 18, kimiawan Jerman Jeremias Benjamin Richter (1762-1807)
menemukan konsep ekuivalen (dalam istilah kimia modern ekuivalen kimia) dengan
pengamatan teliti reaksi asam basa, yakni hubungan kuantitatif antara asam dan basa
dalam reaksi penetralan. Ekuivalen Richter, atau yang sekarang disebut ekuivalen kimia,
mengindikasikan sejumlah tertentu materi dalam reaksi. Satu ekuivalen dalam netralisasi
berkaitan dengan hubungan antara sejumlah asam dan sejumlah basa untuk mentralkannya.
Pengetahuan yang tepat tentang ekuivalen sangat penting untuk menghasilkan sabun dan
serbuk mesiu yang baik. Jadi, pengetahuan seperti ini sangat penting secara praktis.
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu stoicheon yang berarti unsur
dan metrain yang berarti mengukur. Dengan kata lain, stoikiometri adalah perhitungan kimia
yang menyangkut hubungan kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi. Hukum-hukum kimia
dasar tersebut adalah hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap, hukum
perbandingan volume, dan hukum perbandingan berganda. Hukum-hukum dasar kimia ini
mempelajari dan mengembangkan ilmu kimia.
Kita mengetahui bahwa jika kaayu dibakar akan menghasilkan abu, namun
kenyataannya jika abu tersebut ditimbang hasil yang didapatkan tidak sama dengan berat
kayu semula . keanehan terebut membuat seorang ilmuan Pada awal abad ke- 18, para
kimiawan dalam usahanya mempelajari kalor dan pembakaran menemukan hal yang sangat
aneh. Contohnya, Jika kayu dibakar, maka akan menghasilkan residu abu (padatan) yang jauh
lebih ringan daripada kayu semula. Akan tetapi, jika logam dibakar di udara bebas, maka
akan menghasilkan oksida yang lebih berat dibandingkan dengan logam semula. Untuk
menjawab keanehan tersebut, para kimiawan mengembangkan metode eksperimen secara
cermat dengan menggunakan neraca kimia dalam mengukur volume atau massa gas, cair dan
padat yang terjadi pada reaksi kimia. Oleh karena itu, massa reaktan dan hasil reaksi dapat
diukur dengan cermat. Hasil eksperimen tersebut menyajikan fakta kepada pengamat dan
menuntut mereka ke perumusan hukum fundamental (dasar ) yang menguraikan sifat kimia.
Hukum dasar yang diperoleh dikenal dengan hukum kekekalan massa, yaitu sebagai berikut. ’
Massa tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan dalam perubahan materi apa pun.’’
Fakta hukum dasar kekekalan massa sudah dibuktikan pada tahun 1756 oleh ilmuwan
Rusia, M.V. Lomonosov. Mungkin karena masalah bahasa, karyanya tidak dikenal di Eropa
Barat secara meluas. Secara terpisah pada tahun 1783, seorang kimiawan besar Prancis,
Antoine Lavoisier melakukan hal yang sama dengan menggunakan neraca kimia untuk
menunjukkan bahwa jumlah dari massa hasil reaksi kimia sama dengan jumlah massa
reaktannya.
Lavoisier melakukan eksperimen dengan memanaskan mrerkuri dalam labu tertutup
yang berisi udara. Setelah beberapa hari, terbentuk zat yang berwarna merah yaitu merkuri(II)
oksida. Gas dalam tabung massanya berkurang dan tidak dapat lagi menyangga pembakaran
(lilin dalam tabung tidak menyala lagi) dan hewan akan mati jika dimasukkan ke dalamnya.
Hal itu menunjukkan bahwa gas oksigen dalam tabung sudah habis. Sekarang diketahui
bahwa gas yang tersisa adalah nitrogen, sedangkan oksigen dari udara dalam tabung telah
habis bereaksi dengan merkuri. Selanjutnya, Lavoisier mengambil oksida merkuri tersebut
dan memanaskannya sehingga terurai kembali. Kemudian dia menimbang merkuri dan gas
yang dihasilkan. Ternyata massa gabungannya sama dengan massa merkuri(II) oksida yang
digunakan semula. Akhirnya setelah beberapa kali dilakukan eksperimen dan hasilnya sama,
Lavoisier menyatakan hukum kekekalan massa yaitu sebagai berikut. ’’ Dalam setiap reaksi
kimia, massa zat sebelum dan sesudah reaksi selalu sama.’’ Lavoisier adalah orang pertama
yang mengamati bahwa reaksi kimia analog dengan persamaan aljabar.
Pada tahun 1799 kimiawan Prancis, Joseph Proust, melalui berbagai percobaan
menemukan suatu ketetapan yang dikenl dengan hukum Proust, yaitu sebagai berikut.
“perbandingan massa unsur-unsur pembentuk senyawa selalu tetap, sekali pun dibuat dengan
cara yang berbeda” Pada waktu itu Proust menemukan bahwa tembaga karbonat, baik dari
sumber alamimaupun sintetis di laboratorium mempunyai susunan yang tetap.
Untuk menentukan susunan suatu senyawa, kita dapat menguraikan suatu contoh
senyawa yang telah kita timbang, kemudian senyawa-senyawa itu diuraikan menjadi unsure-
unsurnya. Masing-masing unsur pembentuk senyawa itu kita timbang, ternyata diperoleh
suatu perbandingan tertentu. Jika hal tersebut diulang-ulang, maka akan diperoleh
perbandingan yang sama. Metode lain juga dapat dilakukan, yaitu dengan menimbang massa
senyawa yang terbentuk dari persenyawaan unsur-unsur yang masing-masing unsur tersebut
massanya diketahui. Dari sekian banyak eksperimen mengenai susunan unsure dalam
senyawa, selalu menghasilkan pernyataan berikut. “Suatu senyawa murni selalu tersusun dari
unsur-unsur yang tetap dengan perbandingan massa yang tetap. ”Konsep atom pertama kali
dikemukakan oleh filsuf Yunani, Leucippus dan Democritus sekitar 440 SM, dan meskipun
kemudian ditentang oleh Aristoteles dan semua yang meyakini filsafat ilmiah, konsep atom
ini mendapat dukungan sampai pada periode
Dalton. Pierre Gassendi (1592-1655) adalah seorang pendukung kuat teori atom
Demokritus, dan ia menggambarkan posisi teori tersebut sebagai berikut: atom tidak dapat
diciptakan atau dihancurkan, atom bersifat solid, memiliki berat, dan tidak dapat dibagi;
memiliki ukuran yang pasti meskipun berukuran sangat-sangat kecil. Beberapa tahun
kemudian Robert Boyle (ia menggunakan istilah sel-sel (corpuscles) merujuk pada atom) dan
Isaac Newton (dengan istilah partikel primitif), mereka berdua adalah pendukung teori atom
Democritus (atomis). Gagasan bahwa atom dapat disatukan untuk membentuk kelompok
yang lebih lengkap dan rumit juga disetujui oleh beberapa penggiat teori atom awal, terutama
Gassendi. Namun, bukti konklusif dari gagasan tersebut berasal dari percobaan dari Proust,
hukum Komposisi Konstan, yang menunjukkan bahwa komposisi tembaga karbonat, ketika
disintesis dengan melarutkan tembaga dalam asam dan kemudian membentuk endapan
dengan menambahkan natrium karbonat, adalah sama dengan terjadinya tembaga karbonat
'malachite green' secara alami. Meskipun hukum ini ditentang oleh beberapa ilmuwan,
terutama Berthollet, hukum ini segera diterima sebagai prinsip kimia karena banyak orang
yang percaya akan kebenaran hukum ini bahkan sebelum ditemukan oleh Proust.Kelahiran
masa kimia modern ditandai dengan terbitnya buku Lavoisier “Traite Elementaire de Chimie”
pada tahun 1789. Pada 1777 Lavoisier mengajukan teori baru tentang pembakaran dengan
mendalilkan peran oksigen (yang Lavoisier sebut sebagai udara murni), dan kemudian (1783)
ia menentang teori phlogiston. Ciri khas karya Lavoisier adalah penekanan pada pengukuran
kuantitatif, dan pernyataan yang jelas tentang kekekalan massa dalam perubahan kimia. Pada
tahun 1787, de Morveau, Lavoisier, Berthollet, dan de Fourcroy bersama-sama menulis buku
dengan judul “Methode de Nomenklatur Chimique”, nama-nama sistematis untuk senyawa
kimia yang menggantikan nama umum, dan juga mengusulkan simbol kimia baru oleh
Hassenfratz dan Adet. Jadi, ketika Dalton mulai mengawali teori atom, ilmu kimia
mengalami perubahan melampaui akar atau dasar alkimia, didasarkan pada studi kuantitatif.
Sebagian besar hukum stoikiometri (istilah yang diperkenalkan oleh Richter untuk
menggambarkan hukum kuantitatif komposisi kimia) telah dirumuskan, dan hukum Richter
ekivalen memungkinkan tabel pertama bobot setara yang akan diproduksi pada tahun 1792.
Richter telah menetapkan bahwa dalam reaksi kimia (terutama asam dengan basa), proporsi
pasti berat reaktan, dan penemuan-penemuan ini menjadi langkah kunci menuju deduksi
Dalton tentang berat atom. Percobaan ilmiah Dalton pertama berasal dari kecintaannya pada
meteorologi. Salah satu kesimpulan ilmiah yang paling penting pada masa itu adalah bahwa
air merupakan komponen dari udara pada semua suhu, dan ia menghasilkan tabel tekanan uap
air pada temperatur yang berbeda berdasarkan hasil percobaannya sendiri. Karya ini dikenal
dengan Hukum Tekanan Parsial.
Dalam menghitung berat atomnya, Dalton mengadopsi aturan umum tentang
komposisi molekul, didasarkan pada senyawa yang dikenal pada saat itu. Aturan Dalton yang
pertama dan yang paling penting, yaitu: “Bila hanya satu kombinasi dari dua benda dapat
diperoleh, kombinasi tersebut dianggap menjadi biner, kecuali terdapat beberapa penyebab
yang menjelaskan sebaliknya”. Aturan ini tepat mengingat dimasukkannya kata 'penyebab'
dan diadopsi oleh banyak ilmuwan lain. Namun tentu saja aturan umum ini tidak sah karena
atom memiliki valensi yang berbeda, sehingga konsep ini tidak diperkenalkan sampai
pertengahan abad ke-19. Aturan lain Dalton seperti “ketika dua kombinasi yang
diamati,kombinasi tersebut harus dianggap menjadi biner dan terner”, dan bahwa ketika tiga
kombinasi diamati dan diprediksi menjadi satu biner dan dua terner, dan lainnya, tidak valid,
karena alasan yang sama (valensi). Dalton menegaskan temuannya melalui pernyataan: “dari
penerapan aturan-aturan ini, melalui fakta-fakta kimia sudah dibuktikan, kami
menyimpulkan; (1) Bahwa air adalah senyawa biner dari hidrogen dan oksigen, dan bobot
relatif dari dua atom dasar adalah mendekati 1:8, (2) Amonia merupakan senyawa biner dari
hidrogen dan nitrogen, dan bobot relatif dari kedua atom adalah mendekati 1:5”. Bobot
atomyang berasal dari aturan-aturan ini hampir semua didasarkan pada pengukuran
kuantitatif dari ilmuwan lain.
Stoikiometri tidak hanya digunakan untuk menyeimbangkan persamaan kimia tetapi
juga digunakan dalam konversi, misalnya, mengubah dari gram ke mol menggunakan massa
molar sebagai faktor konversi, atau dari gram ke mililiter menggunakan kerapatan (densitas).
Stoikiometri sering digunakan untuk menyeimbangkan persamaan kimia (stoikiometri
reaksi). Sebagai contoh, dua gas diatomik, hidrogen dan oksigen, dapat bergabung untuk
membentuk cairan, air, dalam reaksi eksotermik. Istilah stoikiometri juga sering digunakan
untuk proporsi molar unsur-unsur dalam senyawa stoikiometris (stoikiometri komposisi).
Misalnya, stoikiometri hidrogen dan oksigen dalam H2O adalah 2:1. Stoikiometri juga
digunakan untuk menemukan jumlah yang tepat dari satu reaktan untuk "sepenuhnya"
bereaksi dengan reaktan lain dalam reaksi kimia – yaitu, jumlah stoikiometris yang akan
menghasilkan tidak ada reaktan sisa ketika reaksi berlangsung.
Berdarsarkan yang salah paparkan mengenai asal mulanya stokiometri berdasarkan
ilmua bahwa Salah satu aspek penting dari reaksi kimia adalah hubungan kuantitatif antara
zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai pereaksi maupun sebagai hasil reaksi.
Stoikiometri (stoi-kee-ah-met-tree) merupakan bidang dalam ilmu kimia yang menyangkut
hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai pereaksi
maupun sebagai hasil reaksi. Stoikiometri juga menyangkut perbandingan atom antar unsur-
unsur dalam suatu rumus kimia, misalnya perbandingan atom H dan atom O dalam molekul
H2O. Kata stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoicheon yang artinya unsur dan
metron yang berarti mengukur. Seorang ahli Kimia Perancis, Jeremias Benjamin Richter
(1762-1807) adalah orang yang pertama kali meletakkan prinsip-prinsip dasar stoikiometri.
Menurutnya stoikiometri adalah ilmu tentang pengukuran perbandingan kuantitatif atau
pengukuran perbandingan antar unsur kimia yang satu dengan yang lain Mengapa kita
harus mempelajari stoikiometri? Salah satu alasannya, karena mempelajari ilmu kimia tidak
dapat dipisahkan dari melakukan percobaan di laboratorium. Adakalanya di laboratorium kita
harus mereaksikan sejumlah gram zat A untuk menghasilkan sejumlah gram zat B.
Pertanyaan yang sering muncul adalah jika kita memiliki sejumlah gram zat A, berapa
gramkah zat B yang akan dihasilkan? Untuk menjawab pertanyaan itu kita memerlukan
stoikiometri.
Stoikiometri erat kaitannya dengan perhitungan kimia. Untuk menyelesaikan soal-soal
perhitungan kimia digunakan asas-asas stoikiometri yaitu antara lain persamaan kimia dan
konsep mol. Pada pembelajaran ini kita akan mempelajari terlebih dahulu mengenai asas-asas
stoikiometri, kemudian setelah itu kita akan mempelajari aplikasi stoikiometri pada
perhitungan kimia beserta contoh soal dan cara menyelesaikannya.

Anda mungkin juga menyukai