Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen sekolah merupakan faktor yang terpenting dalam menyelenggarakan
pendidikan dan pengajaran di sekolah yang keberhasilannya diukur oleh prestasi tamatan (out
put). Oleh karena itu, dalam menjalankan kepemimpinan, harus berpikir “sistem” artinya
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah komponen-komponen terkait seperti: guru-
guru, staff TU, Orang tua siswa/Masyarakat, Pemerintah, anak didik, dan lain-lain harus
berfungsi optimal yang dipengaruhi oleh kebijakan dan kinerja pimpinan.
Kurikulum merupakan alat untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.Untuk dapat
mencapainya maka perlu adanya pengembangan kurikulum yang disesuaikan dengan potensi
daerah suatu lembaga tempat belajar peserta didik.Pengembangan kurikulum merupakan
proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik.
Hal ini berkaitan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi mengajar
belajar melalui serangkaian kegiatan.Pengembangan kurikulum penting dilakukan untuk
meningkatkan keberhasilan sistem pendidikan secara menyeluruh. Sekolah yang tidak kreatif
dan inovatif dalam mengembangkan kurikulum akan semakin tertinggal dan ditinggal oleh
peserta didik serta masyarakat dunia kerja.
Manajemen kurikulum dalam sekolah adalah sebuah proses atau sistem pengelolaan
kurikulum secara kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik untuk mengacu
ketercapaian tujuan kurikulum dalam sekolah yang sudah dirumuskan. Manajemen kurikulum
adalah suatu hal yang sangat penting, karena sangat berpengaruh terhadap profesionalisme
dan kinerja guru serta dalam pencapaian tujuan sekolah.Pemahaman tentang konsep dasar
manajemen kurikulum merupakan hal yang penting bagi para kepala sekolah yang kemudian
merupakan modal untuk membuat keputusan dalam pelaksanaan kurikulum yang akan
dilakukan oleh guru. Manajemen kurikulum membicarakan pengorganisasian sumber-sumber
yang ada di sekolah sehingga kegiatan manajemen kurikulum ini dapat dilakukan dengan
efektif dan efisien.

1.2 Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui manajemen kurikulum tingkat Sekolah Dasar dan Menengah Pertama
(SMP).
2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Manajemen Kurikulum
Istilah manajemen kurikulum berasal dari dua suku kata, yaitu manajemen dan
kurikulum.Manajemen sendiri diartikan oleh para pakar secara beragam. Hasibuan
mendefinisikan manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dam efisien untuk mencapai suatu tujuan
tertentu (Hasibuan S. P. Malayu, 2005).Adapun Fachruddin (2016), mendefinisikan
manajemen sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan mengawasi
pekerjaan organisasi dan untuk menggunakan semua sumber daya organisasi yang tersedia
untuk mencapai tujuan organisasi yang dinyatakan dengan jelas.
Syafaruddin (2015) menyimpulkan bahwa manajemen berisikan adanya organisasi
sebagai wadah formal, adanya manajer yang melakukan aktivitas manajemen, adanya anggota
organisasi bisnis atau perusahaan dan organisasi jasa lainnya, serta fungsi-fungsi dan prosedur
yang harus dijalankan sebagai ilmu yang bersumber dari pengalaman empiris selama ini
dalam mengelola berbagai organisasi sehingga mencapai kemudahan dalam kehidupan yang
serba kompleks untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Manajemen merupakan perpaduan antara ilmu dan seni dalam melakukan kerjasama
dalam suatu organisasi melalui proses yang sistematis, terkoordinasi. Sama halnya seperti
manajemen, maka kurikulum juga diartikan oleh pakar pendidikan secara beragam meskipun
memiliki tujuan yang sama. Rusman, misalnya, menyebutkan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu (Rusman, 2009).
Kurikulum merupakan segala upaya sekolah untuk merancang dan mempengaruhi siswa
agar dapat belajar secara kelompok atau mandiri, baik di lakukan dalam ruangan kelas
maupun di luar sekolah.Kurikulum adalah suatu badan pengetahuan materi dan /atau subjek
pengetahuan itu sendiri. Pendidik dalam pengertian ini adalah proses dimana pengetahuan
tersebut ditularkan atau ‘disampaikan’ kepada siswa dengan metode yang paling efektif yang
dapat dibuat atau dirancang.
Rusman (2009), mendefinisikan manajemen kurikulum sebagai suatu sistem pengelolaan
kurikulum yang kooperatif, komprehensif, dan sistemtik dalam rangka mewujudkan
ketercapaian tujuan kurikulum.Dalam pelaksanaannya, manajemen kurikulum harus
3

dikembangkan sesuai dengan konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Definisi di atas secara jelas menggambarkan bahwa manajemen kurikulum merupakan
bagian integral dari pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan dan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS). Lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum.
Pada tingkat satuan pendidikan, kegiatan kurikulum lebih mengutamakan untuk
merealisasikan dan merelevansikan antara kurikulum nasional (standar
kompetensi/kompetensi dasar) dengan kebutuhan daerah dan kondisi sekolah yang
bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang integritas dengan
peserta didik maupun dengan lingkungan di mana sekolah itu berada (Rusman, 2009).
Kurikulum pada Tingkat Satuan Pendikan dikemas sedemikian rupa hingga kurikulum itu
menjadi tepat dan efisien dapat menampung aspirasi kebutuhan wilayah keberadaan sekolah
itu dan lingkungan masyarakat sekitar merasa terpenuhi dengan keberadaan sekolah sebagai
tempat pendidikan yang tepat juga tidak bertentangan dengan stadart nasional.

2.2.Prinsip dan Fungsi Manajemen Kurikulum


Dalam melaksanakan manajemen kurikulum, sedikitnya ada 5 (lima) prinsipyang harus
menjadiperhatian penting (Sanjaya, W., 2008), yaitu:
1. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek
yang harusdipertimbangkan dalam manajemen kurikulum. Pertimbangan bagaimana agar
peserta didik dapatmencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi
sasaran dalam manajemenkurikulum.
2. Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan demokrasi yang
menempatkanpengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam
melaksanakan tugasdengan penuh tanggungjawab untuk mencapai tujuan kurikulum.
3. Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen
kurikulum perluadanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat.
4. Efektivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus
mempertimbangkan efektivitasdan efisiensi untuk mencapai tujuan kurikulum sehingga
kegiatan manajemen kurikulum tersebutmemberikan hasil yang berguna dengan biaya,
tenaga, dan waktu yang relatif singkat.
5. Mengarahkan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum, proses manajemen
kurikulumharus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi, dan tujuan kurikulum.
4

Selain prinsip-prinsip tersebut juga perlu dipertimbangkan kebijakan pemerintah, seperti


kurikulumnasional, pedoman penyelenggaraan program, kebijaksanaan penerapan
Manajemen Berbasis Sekolah, kebijaksanaan penerapan Kurikulum pada Tingkat Satuan
Pendidikan, keputusan dan peraturan pemerintah yang berhubungan dengan lembaga
pendidikan atau jenjang/jenis sekolah yang bersangkutan.
Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum untuk memberikan
hasil kurikulum yang lebih efektif, efesien dan optimal dalam memberdayakan berbagai
sumber maupun komponen kurikulum. Sehingga tak heran bila kurikulum ini memiliki
banyak fungsi, diantaranya adalah sebagai berikut (Sudarsyah, A., & Nurdin, D., 2009):
1. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum; pemberdayaan sumber
maupunkomponen kurikulum dapat ditingkatkan melalui pengelolaan yang terencana dan
efektif.
2. Meningkatkan keadilan (equity) dan kesempatan pada siswa untuk mencapai hasil yang
maksimal;kemampuan yang maksimal dapat dicapai peserta didik tidak hanya melalui
kegiatan intrakurikuler,tetapi juga perlu melalui kegiatan ekstra dan kokurikuler yang
dikelola secara integratis dalammencapai tujuan kurikulum.
3. Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta
didik maupunlingkungan sekitar peserta didik; kurikulum yang dikelola secara efektif
dapat memberikan kesempatandan hasil yang relevan dengan kebutuhan peserta didik
maupun lingkungan sekitar.
4. Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran;dengan pengelolaan kurikulum yang professional, efektif dan terpadu dapat
memberikan motivasipada kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam belajar.
5. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, proses pembelajaran
selalu dipantaudalam rangka melihat konsistensi antara desain yang telah direncanakan
dengan pelaksanaanpembelajaran. Dengan demikian ketidaksesuaian antara disain
dengan implementasi dapat dihindarkan.Di samping itu, guru maupun siswa selalu
termotivasi untuk melaksanakan pembelajaran yangefektif dan efesien, karena adanya
dukungan kondisi positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaankurikulum.
6. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu mengembangkan kurikulum;
kurikulumyang dikelola secara profesional akan melibatkan masyarakat khususnya dalam
mengisi bahanajar atau sumber belajar perlu disesuaikan dengan ciri khas dan kebutuhan
pembangunan daerahsetempat.
5

2.3.Implementasi Manajemen Kurikulum


Salah satu sasaran dari kebijakan desentralisasi pendidikan adalah kemandirian setiap
satuan pendidikan,termasuk dalam implementasi serta pengembangan kurikulum.Dalam hal
ini, pemerintah hanya menetapkan kerangka dasar dan struktur kurikulum, sedangkan dalam
pengembangannya diserahkan kepada masing-masing satuan pendidikan. Secara terperinci
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 38 Ayat
(1) dan (2) menyebutkan sebagai berikut (Nasional, S. P., 2010):
(1) Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh
Pemerintah.
(2) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya
oleh setiapkelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah
koordinasi dan supervisedinas pendidikan Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan
Provinsi untuk pendidikanmenengah.
Guna memenuhi amanat Undang-Undang tersebut, secara garis besar beberapa kegiatan
berkenaandengan fungsi-fungsi manajemen kurikulum perlu dirumuskan oleh satuan
pendidikan, khususnya terhadap langkah-langkah pelaksanaan dan implementasi kurikulum
tersebut.Di antara langkah-langkah pelaksanaan serta implementasi kurikulum yang dapat
dilakukan oleh satuan pendidikan/sekolah adalah melalui empat tahap, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, implementasi dan evaluasi (Sudarsyah, A., & Nurdin, D., 2009).
1. Perencanaan Kurikulum
Perencanaan kurikulum adalah suatu proses ketika peserta dalam banyak tingkatan
membuat keputusan tentang tujuan belajar, cara mencapai tujuan tersebut melalui situasi
mengajar-belajar, serta penelaahankeefektifan dan kebermaknaan metode tersebut. Tanpa
perencanaan kurikulum, sistematika berbagaipengalaman belajar tidak akan saling
berhubungan dan tidak mengarah pada tujuan yang diharapkan (OemarHamalik, 2009).Secara
umum, dalam perencanaan kurikulum harus dipertimbangkan kebutuhan masyarakat,
karakteristikpembelajar, dan lingkup pengetahuan menurut hierarki keilmuan.Siswa dengan
karakteristik tersebutmemiliki dua kemungkinan; meneruskan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi, atau terjun ke duniakerja serta masyarakat.
Perencanaan kurikulum dalam peningkatan mutu pembelajaran di SMP dilaksanakan
secara terpadu dan berkesinambungan yang berfungsi sebagai pedoman yang memberikan
arah dan tujuan dalam menjalankan proses pembelajaran. Adapun perencanaankurikulum
yang dilaksanakan tersebut mencakup beberapa kegiatan, yakni meliputi: (1)
penyusunankalender akademik; (2) pengaturan tugas dan kewajiban guru; (3) penyusunan
6

jadwal pelajaran;(4) penyusunan tujuan dan isi kurikulum; dan (5) penyusunan program
kegiatan sekolah (Fadillah, M., & Nasution, W. N., 2018).

2. Pengorganisasian Kurikulum
Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan kurikulum yang tujuannya
untuk mempermudahsiswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa
dalam melakukan kegiatan belajarsehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif.Pengorganisasi kurikulum sangat terkaitdengan pengaturan bahan pelajaran yang ada
dalam kurikulum, sehingga dalam hal ini, ada beberapafaktor yang harus dipertimbangkan
dalam pengorganisasian kurikulum (Rusman, 2009), di antaranya:
a) Ruang lingkup dan urutan bahan pelajaran, dalam hal ini yang menjadi pertimbangan
dalampenentuan materi pelajaran adalah adanya integrasi antara aspek masyarakat (yang
mencakupnilai budaya dan sosial) dengan aspek siswa (yang mencakup minat, bakat dan
kebutuhan).Dan dalam hal ini, bukan hanya materi pelajaran yang harus diperhatikan,
tetapi bagaimanaurutan bahan tersebut dapat disajikan secara sistematis dalam kurikulum.
b) Kontinuitas kurikulum, dalam hal ini yang perlu diperhatikan dalam pengorganisasian
kurikulumadalah yang berkaitan dengan substansi bahan yang dipelajari siswa, agar
jangan samapiterjadi pengulangan ataupun loncat-loncat yang tidak jelas tingkat
kesukarannya.
c) Keseimbangan bahan pelajaran, dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah
kesesuaianbahan pelajaran dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan yang
terus terjadi.Oleh sebab itu dalam pengorganisasian kurikulum keseimbangan substansi
isi kurikulumharus dilihat secara komprehensif untuk kepentingan siswa sebagai
individu, tuntutan masyarakat,maupun kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Maka dalam penentuanbahan pelajaran, aspek estetika, intelektual, moral,
sosial-emosional, personal, religius, seniaspirasidan kinestetik, semuanya harus
terakomodasi dalam isi kurikulum.
d) Alokasi waktu, dalam hal ini yang menjadi perhatian adalah alokasi waktu yang
dibutukandalam kurikulum harus sesuai dengan jumlah materi yang disediakan. Maka
untuk itu, penyusunankalender pendidikan untuk mengetahui secara pasti jumlah jam
tatap muka masing-masingpelajaran merupakan hal yang terpenting sebelum menetapkan
bahan pelajaran.
Pengorganisasian kurikulum dalam peningkatan mutu pembelajaran di SMP cenderung
menggunakan pengorganisasian yang bersifat elektik, yakni suatu program kurikulum yang
7

terpusat pada mata pelajaran dan peserta didik.Artinya dalam melaksanakan kurikulum, SMP
senantiasa menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada pemahaman,
perbedaan perkembangan dan kecepatan masing-masing individu siswa sehingga dengan
demikian diharapkan dapat mengakomodasikan kebutuhan serta potensi masing-masing siswa
(Fadillah, M., & Nasution, W. N., 2018).

3. Implementasi Kurikulum
Implementasi kurikulum merupakan penerapan atau pelaksanaan program kurikulum
yang telahdikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan
pelaksanaan dan pengelolaan, sambil senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi
lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional, serta
fisiknya.Implementasi ini juga sekaligus merupakan penelitian lapangan untuk keperluan
validasi sistem kurikulum itu sendiri(OemarHamalik, 2009).Maka dalam hal ini,
pembelajaran di dalam kelas merupakan tempat yang tepat untuk melaksanakan dan menguji
validasi kurikulum. Dalam kegiatan pembelajaran semua konsep, prinsip, nilai, pengetahuan,
metode, alat, dan kemampuan guru diuji dalam bentuk perbuatan, yang akan mewujudkan
bentuk kurikulum yang nyata.
Implementasi Kurikulum 2013 banyak dilakukan di sekolah sekolah piloting. Krissandi,
(2015) menemukan ada kendala guru sekolah dasar dalam mengimplementasikan Kurikulum
2013 yang berasal dari pemerintah, institusi, guru, orang tua peserta didik dan guru.
Fadillah, M., & Nasution, W. N. (2018) menyatakan pelaksanaan kurikulum dalam
peningkatan mutu pembelajaran di SMP diharapkan dapat terciptanya program belajar-
mengajar yang kondusif dan efisien dengan selalu berorientasi pada kebutuhan siswa. Dalam
melaksanakan program pembelajaran, guru-guru SMP senantiasa memperhatikan 3 aspek
penting dalam melaksanakan proses belajar-mengajar, yaitu: pengelolaan KBM; pemilihan
strategi pembelajaran; dan penentuan media dan sumber belajar. Ketiga aspek tersebut
merupakan penentu keberhasilan pelaksanaan kurikulum sekolah sehingga dapat berimplikasi
kepada mutu pendidikan yang sedang dilaksanakan yang tercermin pada hasil perkembangan
peserta didik yang memuaskan dari waktu ke waktu.
Pengawasan kurikulum dalam peningkatan mutu pembelajaran di SMP dilakukan dengan
dua cara, yaitu mengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung.Pengawasan langsung
merupakan pengawasan yang dilakukan oleh Ketua Yayasan, kepala sekolah bersama
Pengawas dari Dinas Pendidikan Kabupaten.Melalui pengawasan tersebut kepala sekolah dan
pengawas pendidikan langsung mendatangi ruangan kelas dan melakukan kegiatan
8

monitoring terhadap pelaksaan pembelajaran. Sedangkan pengawasan tidak langsung


merupakan pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah pada waktu-waktu tertentu
terhadap proses pembelajarantanpa diketahui oleh para guru dan siswa.

4. Evaluasi Kurikulum
Yang dimaksud dengan evaluasi kurikulum ialah suatu proses yang sistematis dari
pengumpulan,analisis dan interpretasi informasi/data untuk menentukan sejauh aman siswa
telah mencapai tujuan pembelajaran (Rusman, 2009). Dalam konteks pelaksanaan serta
pengembangan kurikulum, evalusai merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan, karena
dengan evaluasi akan dapat ditentukan nilai dan arti dari suatu kurikulum, sehingga dapat
dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu diperhatankan atau tidak (W.
Sanjaya, 2008).
Menurut Hapsari (2015) dalam penelitiannya menemukan bahwa kemampuan guru dalam
mengembangkan mengevaluasi Kurikulum 2013 cukup baik. Agustyana, Widodo (2014)
menyatakan kesiapan implementasi Kurikulum 2013 di SDN Banaran Kertosono pada aspek
kepemimpinan sekolah sangat baik, kreativitas guru baik, aktivitas peserta didik baik dan
lingkungan akademik sangat baik. Demikian pula hasil evaluasi pendampingan yang
dilakukan oleh Puslitbang Kemdikbud di sekolah piloting menunjukkan bahwa pemahaman
guru terhadap buku, RPP, proses pembelajaran, dan penilaian sangat baik.
Evaluasi kurikulum dalam peningkatan mutu pembelajaran di SMP berfungsi untuk
memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui
kurikulum yang sedang dilaksanakan. Selain itu evaluasi kurikulum juga dimaksudkan untuk
memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Adapun
Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya terbatas pada efektivitas saja, namun juga
relevansi,efisiensi, serta kelayakan program. Sedangkan komponen kurikulum yang terpenting
untuk dievaluasi pada SMP adalah berkenaan dengan proses dan hasil belajar siswa. Dalam
melaksanakan evaluasi kurikulum, SMP senantiasa menetapkan 4 (empat) aspek utama yang
terdiri dari: evaluasi terhadap tujuan pendidikan; evaluasi terhadap materi kurikulum; evaluasi
terhadap strategi pembelajaran; dan evaluasi terhadap program penilaian (Fadillah, M., &
Nasution, W. N., 2018).

2.4.Struktur Kurikulum di Tingkat Sekolah Dasar dan Menengah


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2012) menyatakan bahwa struktur kurikulum
menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi
9

konten/mata pelajaran dalam kurikulum, dostribusi konten/mata pelajarandalam semester atau


tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa.
Struktur kurikulum juga gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai posisi
seorang siswa dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan atau jenjang pendidikan.
Struktur kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, beban belajar, dan kalender
pendidikan.
Struktur kurikulum pada satuan pendidikan SD/MI di dalamnya meliputi substansi
pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai kelas I
sampai dengan kelas VI dan disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar
kompetensi pada 8 mata pelajaran yang telah ditetapkan. Pembelajaran pada Kelas I s.d. III
dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada Kelas IV s.d. VI dilaksanakan
melalui pendekatan mata pelajaran. Struktur kurikulum SMP/MTs meliputi substansi
pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai kelas VII
sampai dengan kelas IX.
Selain terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya
merupakan beban belajar bagi siswa, dalam struktur kurikulum pendidikan dasar terdapat
muatan lain, yaitu muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri. Muatan lokal merupakan
kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas
dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat
dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh
satuan pendidikan. Kegiatan pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang
harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat,
setiap siswa sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau
dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk
kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan
konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan
pengembangan karier siswa.

2.5.Organisasi Kompetensi Dasar dalam Mata Pelajaran


Mata pelajaran adalah unit organisasi terkecil dari Kompetensi Dasar. Untuk
kurikulumSMP/MTs organisasi Kompetensi Dasar kurikulum dilakukan dengan cara
mempertimbangkan kesinambungan antar kelas dan keharmonisan antarmata pelajaran yang
diikat dengan Kompetensi Inti. Berdasarkan pendekatan ini maka terjadi reorganisasi
10

Kompetensi Dasar mata pelajaran sehingga struktur Kurikulum SMP/MTs menjadi lebih
sederhana karena jumlah mata pelajaran dan jumlah materi berkurang.
Khusus untuk muatan lokal, Kompetensi Dasar yang berkenaan dengan seni budaya, dan
keterampilan, serta bahasa daerah dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Seni Budaya
dan Prakarya.Sedangkan Kompetensi Dasar muatan lokal yang berkenaan denganolahraga
serta permainan daerah diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga
dan Kesehatan (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012).
11

BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Manajemen pengembangan kurikulum merupakan suatu proses sosial yang berkenaan
dengan upaya yang dilakukan dalam rangka pengembangan kurikulum untuk mencapai tujuan
pendidikan. Proses manajemen pengembangan kurikulum Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu tahap perencanaan (planning) pengembangan
kurikulum, pengorganisasian (organizing) pengembangan kurikulum, Implementasi
(pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling))pengembangan kurikulum, dan
evaluasi (evaluating) pengembangan kurikulum.
Sedangkan dalam pelaksanaan pengembangan kurikulum Sekolah Menengah Pertama
(SMP)dilakukan oleh tim pengembang kurikulum yang dibentuk oleh ketua yayasan dan
kepala sekolah bersama Pengawas dari Dinas Pendidikan Kabupaten melalui rapat dewan
pengurus sekolah.
Dengan aspek yang dikembangkan yaitu struktur kurikulum sekolah, di mana
pengembangan kurikulum pada tataran lembaga atau sekolah saja. Struktur kurikulum
menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi
konten/mata pelajaran dalam kurikulum, dostribusi konten/mata pelajaran dalam semester
atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap
siswa.Struktur kurikulum juga gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai
posisi seorang siswa dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan atau jenjang
pendidikan. Oleh karena itu, merumuskan tujuan sekolah atau standar kompetensi lulusan
masing-masing lembaga, penetapan isi, dan struktur program, dan penyusunan strategi
penyusunan kurikulum dilakukan secara keseluruhan.
12

DAFTAR PUSTAKA

Agustiyana, D & Widodo, S. 2014. Evaluasi Implementasi Kurikulum 2013 Kelas IV SD


Negeri Banaran 1 Kertosono. Jurnal Maha Peserta Didik Teknologi Pendidikan
Universitas Surabaya, 2(2): 3-9.
Fachruddin (2016), Manajemen Pemberdayaan Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di
Indonesia, dalam Mardianto (Ed). (2010). Administrasi Pendidikan: Menata
Pendidikan untuk Kependidikan Islam. Bandung: Citapustaka Media Perintis.
Fadillah, M., & Nasution, W. N. (2018).Implementasi Manajemen Kurikulum dalam
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di SMP Wiraswasta Batang Kuis Kabupaten
Deli Serdang.Attazakki: Jurnal Kajian Ilmu Pendidikan Islam dan Humaniora, 2(1),
27-33.
Hamalik,Oemar. (2009). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum.Cetakan ketiga. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Hapsari, D.Y. 2015. Kemampuan Rata-rata Guru dalam Mengembangkan,
Mengimplementasikan dan Mengevaluasi Kurikulum 2013. Indonesia. Journal of
Curriculum and Educational Technology Studies. 3(1): 22-28
Hasibuan Malayu, S. P. (2005). Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan
Produktivitas.Cetakan kelima. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.(2012). Kurikulum 2013.
Krissandi, A.D.S & Rusmawan. Kendala Guru Sekolah Dasar dalam Implementasi Kurikulum
2013. Jurnal Cakrawala Pendidikan. XXXIV(3): 457-467
Nasional, S. P. (2010).Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003.Bandung: Citra Umbara.
Rusman.(2009).Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers.
Sanjaya, W. (2008).Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta: Kencana.
Sudarsyah, A., & Nurdin, D. (2009). Manajemen Implementasi Kurikulum, dalam Tim Dosen
Adminstrasi Pendidikan UPI. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Syafaruddin.(2015).Managemen organisasi Pendidikan, Persfektif Sains dan Islam.Medan:
Perdana Publishing.

Anda mungkin juga menyukai