Anda di halaman 1dari 13

Pengertian Wacana Menurut Para Ahli

A. Pengertian Wacana Menurut Para Ahli

1. Menurut Harimurti Kridalaksana, wacana (discourse) adalah satuan bahasa


terlengkap dan merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar dalam
hierarki gramatikal. (1983:179 dalam Sumarlam, 2009:5).

2. Henry Guntur Tarigan (1987:27) mengemukakan bahwa wacana adalah


satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat,
memiliki kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang
jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis.

3. James Deese dalam karyanya Thought into Speech: the Psychology of a


Language (1984:72, sebagaimana dikutip ulang oleh Sumarlam, 2009:6)
menyatakan bahwa wacana adalah seperangkat proposisi yang saling
berhubungan untuk menghasilkan suatu rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi
penyimak atau pembaca. Kohesi atau kepaduan itu sendiri harus muncul dari
isi wacana, tetapi banyak sekali rasa kepaduan yang dirasakan oleh penyimak
atau pembaca harus muncul dari cara pengutaraan, yaitu pengutaraan wacana
itu.

4. Fatimah Djajasudarma (1994:1) mengemukakan bahwa wacana adalah


rentetan kalimat yang berkaitan, menghubungkan proposisi yang satu dengan
proposisi yang lain, membentuk satu kesatuan, proposisi sebagai isi konsep
yang masih kasar yang akan melahirkan pernyataan (statement) dalam bentuk
kalimat atau wacana.

5. Hasan Alwi, dkk (2000:41) menjelaskan pengertian wacana sebagai


rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di
antara kalimat-kalimat itu. Dengan demikian sebuah rentetan kalimat tidak
dapat disebut wacana jika tidak ada keserasian makna. Sebaliknya, rentetan
kalimat membentuk wacana karena dari rentetan tersebut terbentuk makna
yang serasi.
6. I.G.N. Oka dan Suparno (1994:31) menyebutkan wacana adalah satuan
bahasa yang membawa amanat yang lengkap.

7. Sumarlam, dkk (2009:15) menyimpulkan dari beberapa pendapat bahwa


wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti
pidato, ceramah, khotbah, dan dialog, atau secara tertulis seperti cerpen,
novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya
(dari segi bentuk bersifat kohesif, saling terkait dan dari struktur batinnya
(dari segi makna) bersifat koheren, terpadu.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai batasan wacana di atas pengertian


wacana adalah satuan bahasa lisan maupun tulis yang memiliki keterkaitan
atau keruntutan antar bagian (kohesi), keterpaduan (koheren), dan bermakna
(meaningful), digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks
sosial. Berdasarkan pegertian tersebut, persyaratan terbentuknya wacana
adalah penggunaan bahasa dapat berupa rangkaian kalimat atau rangkaian
ujaran (meskipun wacana dapat berupa satu kalimat atau ujaran). Wacana
yang berupa rangkaian kalimat atau ujaran harus mempertimbangkan prinsip-
prinsip tertentu, prinsip keutuhan (unity) dan kepaduan (coherent).

Wacana dikatakan utuh apabila kalimat-kalimat dalam wacana itu mendukung


satu topik yang sedang dibicarakan, sedangkan wacana dikatakan padu
apabila kalimat-kalimatnya disusun secara teratur dan sistematis, sehingga
menunjukkan keruntututan ide yang diungkapkan.

B. Pengertian Analisis Wacana Menurut Para Ahli

1. Stubbs di dalam Discourse Analysis: The Sociolinguistic Analysis of


Natural Language (1984:1) mengemukakan pendapatnya tentang analisis
wacana, sebagaimana berikut ini. “ (Analisis wacana) merujuk pada upaya
mengkaji pengaturan bahasa di atas klausa dan kalimat, dan karenanya juga
mengkaji satuan-satuan kebahasaan yang lebih luas. Seperti pertukaran
percakapan atau bahasa tulis. Konsekuensinya, analisis wacana juga
memperhatikan bahasa pada waktu digunakan dalam konteks sosial,
khususnya interaksi antarpenutur”.
2. Sarwiji Suwandi( 2008:145) mengemukakan bahwa analisis wacana pada
hakikatnya merupakan kajian tentang fungsi bahasa atau penggunaan bahasa
sebagai sarana komunikasi.

3. Cook (1997:6) menjelaskan bahwa the search for what gives discourse
coherence is discourse analysis. “Wacana berhubungan dengan pengkajian
koherensi”.

Harimurti Kridalaksana (dalam Sumarlam, et,al , 2005:5) mengartikan


bahwa wacana ( discourse ) adalah satuan ba hasa terlengkap; dalam
hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.
Dia menegaskan hal yang paling penting dalam wacana adalah keutuhan
atau kelengkapan maknanya. Adapun bentuk kongritnya dapat berupa
kalimat, kata, paragraf, karangan utuh.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi ke - 3) dinyatakan bahwa


wacana merupakan kelas kata benda (nomina) yang mempunyai arti sebagai
berikut.

a. Komunikasi verbal; percakapan;

b. keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan;

c. satuan bahasa yang terlengkap, yang direalisasikan dalam bentuk


karangan atau laporan yang utuh, seperti novel, buku, artikel, pidato, atau
khotbah;

d. kemampuan atau prosedur berpikir secara

sistematis; kemampuan atau proses memberikan pertimbangan berdasarkan


akal sehat ;
e. pertukaran ide secara verbal (Tim Penyusun, 2002: 1264).

Di dalam buku Pengajaran Wacana , Henry Guntur Tarigan (1987: 27)


memberikan definisi sebagai berikut, “wacana adalah satuan bahasa
terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau kluasa dengan
koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai
awal dan akhir nyata disampaikan secara lisan atau tertulis.”

Renkema (dalam Sumarlam, et,al , 2003:11) mengemukakan ‘Discourse


studies is the ddicipline devoted to the invesgation of teh relationship
between form and function in verbal comunity’. Studi wacana adalah
disiplin (ilmu) yang ditekuni untuk mencari hubungan antara bentuk dan
fungsi di dalam komunikasi verbal. Lebih lanjut ia menjelaskan dari
definisi tersebut dapat diketahui bahwa studi wacana satu merupakan
disiplin ilmu tersendiri (dalam dunia linguistik) yang bertujuan
menyelidiki bukan hanya hubungan bentuk dan makna, melainkan juga
keterkaitan antara bentuk dan fungsi bahasa dalam komunikasi yang
menggunakan bahasa sebag ai sarananya.

Soeseno Kartomiharjo (dalam Sumarlam, et,al , 2003:10) menyatakan


bahwa “analisis wacana merupakan cabang ilmu bahasa yang
dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar
dari kalimat dan lazim disebut wacana. Unit yang dimaksud dapat
berupa paragraf, teks, bacaan, undangan, parcakapan, cerpen, dan
sebagainya.”

PENGERTIAN WACANA MENURUT PARA AHLI


Posted by Nodya Purwosunarto on 21.34.00
Menurut Hawthorn (1992) wacana adalah komunikasi kebahasaan
yang terlihat sebagai sebuah pertukaran di antara pembicara dan
pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal di mana bentuknya
ditentukan oleh tujuan sosialnya. Sedangkan Roger Fowler (1977)
mengemukakan bahwa wacana adalah komunikasi lisan dan
tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan
kategori yang termasuk di dalamnya. Foucault memandang wacana
kadang kala sebagai bidang dari semua pernyataan, kadang kala
sebagai sebuah individualisasi kelompok pernyataan, dan kadang
kala sebagai sebuah praktik regulatif yang dilihat dari sejumlah
pernyataan.

Pendapat lebih jelas lagi dikemukakan oleh J.S. Badudu (2000) yang
memaparkan;
wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan dengan, yang
menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang
lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna
yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Selanjutnya dijelaskan
pula bahwa wacana merupakan kesatuan bahasa terlengkap dan
tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan
koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan,yang
mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata,disampaikan secara
lisan dan tertulis.

Sementara itu Samsuri memberi penjelasan mengenai wacana,


menurutnya;
wacana ialah rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa
komunikasi, biasanya terdiri atas seperangkat kalimat yang
mempunyai hubungan pengertian yang satu dengan yang lain.
Komunikasi itu dapat menggunakan bahasa lisan, dan dapat pula
memakai bahasa tulisan.

Lull (1998) memberikan penjelasan lebih sederhana mengenai


wacana, yaitu cara objek atau ide diperbincangkan secara terbuka
kepada publik sehingga menimbulkan pemahaman tertentu yang
tersebar luas. Mills (1994) merujuk pada pendapat Foucault
memberikan pendapatnya yaitu wacana dapat dilihat dari level
konseptual teoretis, konteks penggunaan, dan metode penjelasan.

Berdasarkan level konseptual teoretis, wacana diartikan sebagai


domain dari semua pernyataan, yaitu semua ujaran atau teks yang
mempunyai makna dan mempunyai efek dalam dunia nyata.
Wacana menurut konteks penggunaannya merupakan sekumpulan
pernyataan yang dapat dikelompokkan ke dalam kategori
konseptual tertentu. Sedangkan menurut metode penjelasannya,
wacana merupakan suatu praktik yang diatur untuk menjelaskan
sejumlah pernyataan.
kiki berkarya
Sabtu, 13 Juni 2015

Resume Analisis Wacana Menurut Para


Ahli
Resume Analisis Wacana Menurut Para Ahli
Oleh : Kiki Andri Yani ( 136828 )

A. Hakikat Wacana
Wacana merupakan satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari
klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan
akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau
tertulis (Tarigan, 1987: 27).Wacana merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi
dalam dunia kebahasaan karena wacana merupakan salah satu unsur linguistik yang
banyak digunakan di dalam dunia kebahasaan.
Bagan 1. Posisi satuan-satuan gramatikal

WACANA
KALIMAT
KLAUSA
FRASA
KATA
MORFEM
FONEM
FONA

Berdasarkan paparan di atas, maka wacana mencakup kalimat, gugus kalimat,


dan paragraf. Wacana menempati posisi terbesar dalam unsur linguistik, sehingga
dalam perkembangannya, wacana dikaji secara ilmiah. Untuk lebih memperjelas,
berikut adalah pengertian wacana menurut beberapa ahli.

Nama Ahli Pengertian Wacana (discourse)


Kridalaksana Satuan bahasa terlengkap dan merupakan satuan
(dalam Sumarlamdkk, gramatikal tertinggi atau terbesar dalam hierarki
2009:5). gramatikal.

JamesDeese Seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk


(dalam Sumarlamdkk, menghasilkan suatu rasa kepaduan atau rasa kohesi
2009:6) bagi penyimak atau pembaca.

Rentetan kalimat yang berkaitan, menghubungkan


proposisi yang satu dengan proposisi yang lain,
Djajasudarma
membentuk satu kesatuan, proposisi sebagai isi konsep
(1994:1)
yang masih kasar yang akan melahirkan pernyataan
(statement) dalam bentuk kalimat atau wacana.

Alwi, dkk Rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah


(2000:41) makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu.

Oka dan Suparno


Satuan bahasa yang membawa amanat yang lengkap
(1994:31)
Satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan
seperti pidato, ceramah, khotbah, dan dialog, atau
secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat, dan
Sumarlam, dkk
dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya
(2009:15)
(dari segi bentuk bersifat kohesif, saling terkait dan dari
struktur batinnya (dari segi makna) bersifat koheren,
terpadu.

Wacana dikatakan utuh apabila kalimat-kalimat dalam wacana itu mendukung


satu topik yang sedang dibicarakan, sedangkan wacana dikatakan padu apabila
kalimat-kalimatnya disusun secara teratur dan sistematis, sehingga menunjukkan
keruntututan ide yang diungkapkan.

B. Hakikat Analisis Wacana menurut Para Ahli


Suwandi (2008:145) mengemukakan bahwa analisis wacana pada hakikatnya
merupakan kajian tentang fungsi bahasa atau penggunaan bahasa sebagai sarana
komunikasi.Analisis wacana juga berkaitan dengan kajian interdisipliner, seperti
sosiolinguistik, psikolinguistik, dan filsafat bahasa (Oka dan Suparno, 1994:263).
Kaitan ini dapat diterima karena analisis wacana berkembang sedemikian rupa,
sehingga keberadaannya memang melibatkan beberapa kajian lain. Para sosiolinguis
memperhatikan yang berhubungan dengan interaksi sosial, terkait pula dengan
penggunaan bahasa di masyarakat.
Para ahli psikolinguistik menganalisis wacana dari segi pemahaman ujaran,
cara memproduksi dan menggunakan bahasa, dan pemerolehan bahasa. Para ahli
filsafat bahasa mengkaji wacana dari segi semantik wacana dan unsur wacana dalam
kaitannya dengan konstruksi ujaran dalam pasangan-pasangan.Analisis wacana
meletakkan titik berat pada fungsi bahasa sebagai alat interaksi antara penulis dan
pembaca atau antara pembicara dan pendengar (Wahab, 1998:69).Analisis wacana
juga dipandang sebagai studi tentang struktur pesan dalam komunikasi (Sobur,
2002:48).
Jadi, fungsi bahasa sebagai alat komunikasi semakin tampak terwadahi dengan
adanya analisis wacana.Pada pokoknya, para analis wacana memikirkan datanya
sebagai rekaman proses yang dinamis, di mana bahasa dipergunakan sebagai alat
komunikasi dalam suatu konteks oleh seorang penulis atau seorang penutur untuk
menyatakan buah pikirannya dan menyampaikan maksudnya (Wahab, 1998:56).
Analisis wacana memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Bentuk kajian tentang pembahasan wacana.
2. Bersifat alamiah baik dalam bentuk tulisan maupun lisan.
3. Bersifat interpretatif-pragmatis baik bahasanya maupun maksudnya.
4. Inferensif, yaitu mempunyai simpulan berdasarkan ungkapan dan konteks
penggunaannya.
5. Wujud bahasa yang lebih jelas, karena didukung oleh situasi yang tepat.
6. Upaya untuk menangkap makna dari penyapa (addressor) kepada pesapa
(addressee)
7. Upaya untuk mengetahui konstelasi kekuatan dalam proses produksi dan
reproduksi makna. (Darwoto, 2014)

C. Pandangan tentang Analisis Wacana


Analisis wacana merupakan istilah umum yang banyak dipakai dari berbagai
disiplin ilmu dan dengan berbagai paradigma/pandangan.Ada tiga pandangan
mengenai bahasa, yakni sebagai berikut.
1. Pandangan pertama, diwakili oleh kaum positivisme-empiris/strukturalis menyatakan
bahwa bahasa dilihat sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya.
Pengalaman-pengalaman manusia dianggap dapat secara langsung diekspresikan melalui
penggunaan bahasa tanpa ada kendala. Pernyataan yang logis, sintaksis dan memiliki
hubungan dengan pengalaman empiris. Salah satu ciri dari pemikiran tersebut adalah
pemisahan antara pemikiran dan realitas. Dalam kaitannya dengan analisis wacana,
konsekuensi logis dari pemahaman tersebut adalah orang tidak perlu memahami makna
subjektif atau nilai yang mendasari pernyataannya. Sebab, yang terpenting adalah
apakah pernyataan itu dilontarkan secara benar menurut kaidah sintaksis dan semantik.
Oleh karena itu, kebenaran sintaksis adalah bidang utama dari aliran tersebut tentang
wacana. Analisis wacana dimaksudkan untuk menggambarkan tata aturan kalimat,
bahasa dan pengertian bersama. Wacana dapat diukur dengan pertimbangan
kebenaran/ketidakbenaran sintaksis dan semantik (Rosidi, 2003:8).
2. Pandangan kedua, yang diwakili oleh kaum konstruktivisme/ fungsionalis. Aliran ini
dipengaruhi oleh fenomenologi yang menolak pandangan positivism-empiris tentang
subjek dan objek bahasa dipisahkan. Aliran konstruktivisme memandang bahasa tidak
lagi dipahami sebagai realitas objek belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai
penyampai pernyataan. Konstruktivisme memandang justru subjek sebagai sentral utama
dalam kegiatan wacana.
3. Pandangan kritis, pandangan ini mengoreksi pandangan konstruktivisme yang kurang
sensitive pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis
maupun institusional. Analisis wacana dalam pandangan ini menekankan pada konstelasi
kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Bahasa dalam
pandangan kritis dipahami sebagai representai yang berperan dalam membentuk subjek
dan tema-tema tertentu, serta strategi di dalamnya. Karena memakai respektif kritis,
analisis wacan kategori ketiga ini juga disebut sebagai analisis wacana kritis (Critical
Discourse Analysis / CDA). Ini untuk membedakan dengan analisis wacana dalam
kategori yang pertama atau kedua (Discourse Analysis). (Eriyanto, 2001: 6-7)
Berdasarkan ketiga pandangan tersebut, David 1994 (dalam Arifin, 2012: 10)
mengklasifikasikan menjadi dua paradigma, yaitu paradigma formal dan paradigma
fungsional sebagai berikut :

STRUKTURAL FUNGSIONAL

Struktur bahasa (kode) sebagai tata Struktur tuturan sebagai cara


bahasa. berbicara.

Hanya sebagai alat yang dapat


berkorelasi apa yang dianalisis Analisis penggunaan didahulukan,
sebagai kode mendahului analisis kemudian analisis kode.
penggunaan

Pengorganisasian fitur-fitur
Fungsi referensi semantik dipakai
tambahan memperhatikan kode dan
sebagai normanya
digunakan secara integral.

Element struktur dianalisis


(perspektif historis atau universal). Stilistik dan fungsi sosial.

Fungsi (adaptasi), ada


Elemen dan strukturnya sebagai
keseimbanagan bahasa; semua
pendekatan etnografis
bahasa pada hakikatnya sama.

Kode bersifat homogen dan Fungsi (adaptasi), bahasa bervariasi,


komunitas yang seragam. gaya, aktual, tidak semuanya sama.
Komunitas tuturan sebagai gaya
bahasa.

D. Strategi dalam Analisis Wacana


Dalam pokok bahsan ini, Jorgensen dan Phillips (2007: 267-270) menyajikan
empat strategi yang bisa digunakan dalam analisis wacana dengan berbagai
pendekatan.Keempat strategi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pembandingan
Yakni membandingkan dengan teks-teks lain secara teoritis didasarkan pada sudut
pandangan strukturalis.

2. Subtitusi
Yakni bentuk pembandingan analis menciptakan teks sebagai pembandingnya.Dalam
strategi ini kita bergerak kea rah berlawanan dengan menyisipkan beberapa kata yang
dipilih ke dalam teks, kita mendapatkan kesan bagaimana kata-kata itu mengubah makna
teks dan dengan demikian kita memperoleh kesan bagaimana kata-kata yang benar
dipilih itu menciptakan makna-makna tertentu dalam teks bersangkutan.

3. Membesar-besarkan sesuatu yang terperinci


Kita bisa membesar-besarkan sesuatu yang terperinci tersebut dan kemudian
menanyakan kondisi-kondisi apa yang diperlukan agar ciri tersebut masuk akal dan
tentang interpretasi apa yang sekiranya secara keseluruhan cocok dengan ciri tersebut.

4. Vokalitas ganda
Menggambarkan logika kewacanaan atau suara-suara yang berbeda dalam teks.Strategi
ini didasarkan pada premis analisis wacana tentang antartekstualitas.

Rabu, 26 Februari 2014


Definisi Wacana Menurut Para Ahli

1. Menurut Harimurti Kridalaksana, wacana (discourse) adalah satuan bahasa terlengkap


dan merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar dalam hierarki
gramatikal. (1983:179 dalam Sumarlam, 2009:5).
2. Henry Guntur Tarigan (1987:27) mengemukakan bahwa wacana adalah satuan bahasa
yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi
yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat
disampaikan secara lisan atau tertulis.
3. James Deese dalam karyanya Thought into Speech: the Psychology of a
Language (1984:72, sebagaimana dikutip ulang oleh Sumarlam, 2009:6) menyatakan
bahwa wacana adalah seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan
suatu rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca. Kohesi atau kepaduan
itu sendiri harus muncul dari isi wacana, tetapi banyak sekali rasa kepaduan yang
dirasakan oleh penyimak atau pembaca harus muncul dari cara pengutaraan, yaitu
pengutaraan wacana itu.
4. Fatimah Djajasudarma (1994:1) mengemukakan bahwa wacana adalah rentetan kalimat
yang berkaitan, menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain,
membentuk satu kesatuan, proposisi sebagai isi konsep yang masih kasar yang akan
melahirkan pernyataan (statement) dalam bentuk kalimat atau wacana.
5. Hasan Alwi, dkk (2000:41) menjelaskan pengertian wacana sebagai rentetan kalimat
yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat
itu. Dengan demikian sebuah rentetan kalimat tidak dapat disebut wacana jika tidak ada
keserasian makna. Sebaliknya, rentetan kalimat membentuk wacana karena dari rentetan
tersebut terbentuk makna yang serasi.
6. I.G.N. Oka dan Suparno (1994:31) menyebutkan wacana adalah satuan bahasa yang
membawa amanat yang lengkap.
7. Sumarlam, dkk (2009:15) menyimpulkan dari beberapa pendapat bahwa wacana adalah
satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah, khotbah,
dan dialog, atau secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat, dan dokumen tertulis,
yang dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk bersifat kohesif, saling terkait dan dari
struktur batinnya (dari segi makna) bersifat koheren, terpadu.
8. Menurut Crystal, dalam bidang linguistik, wacana berarti rangkaian sinambung kalimat
yang lebih luas daripada kalimat, sedangkan dari sudut psikolinguistik, wacana merupakan
suatu proses dinamis pengungkapan dan pemahaman yang mengatur orang dalam interaksi
kebahasaan.
9. Kinneavy mengungkapkan bahwa wacana adalah teks yang lengkap yang disampaikan
baik cara lisan maupun tulisan yang tersusun oleh kalimat yang berkaitan.
10. Wahab mendefinisikan wacana sebagai organisasi bahasa yang lebih luas dari
kalimat atau klausa.
11. Edmonson mengungkapkan bahwa wacana adalah suatu periatiwa terstruktur yang
diwujudkan di dalam perilaku linguistik atau yang lainnya.
12. Longacre mengemukakan bahwa wacana merupakan suatu rentetan kalimat yang
membentuk suatu pengertian yang serasi, baik dalam pengertian maupun dalam
manifestasi fonetisnya.
13. Van Dijk memandang bahwa wacana merupakan konstruksi teoretis yang abstrak,
yang kemudian terlaksana melalui teks.
14. Bambang Hartono mendefinisikan wacana sebagai berikut, wacana adalah satuan
kebahasaan yang unsurnya terlengkap, tersusun oleh kata, frase, kalimat atau kalimat-
kalimat, baik lisan maupun tulis yang membentuk suatu pengertian serasi dan terpadu,
baik dalam pengertian maupun dalam manifestasi fonetisnya.
15. Aminuddin, Wacana adalah kesuluruhan unsur-unsur yang membangun perwujudan
paparan bahasa dalam peristiwa komunikasi.Wujud konkretnya dapat berupa tuturan lisan
maupun teks tulis. Lebih lanjut, ia menyatakan ruang lingkup analisis wacana selain
merujuk pada wujud objektif paparan bahasa berupa teks, juga berkaitan dengan dunia
acuan, konteks, dan aspek pragmatik yang ada pada penutur maupun penanggap.
16. Abdul Chaer, Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap, sehingga dalam
hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.Wacana dikatakan
lengkap karena di dalamnya terdapat konsep, gagasan, pikiran atau ide yang utuh, yang
bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau oleh pendengar (dalam wacana
lisan) tanpa keraguan apapun.Wacana dikatakan tertinggi atau terbesar karena wacana
dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal dan
persyaratan kewacanaan lainnya (kohesi dan koherensi).Kekohesian adalah keserasian
hhubungan antar unsur yang ada. Wacana yang kohesif bisa menciptakan wacana yang
koheren (wacana yang baik dan benar)

Kesimpulan:
Jadi, analisis wacana merupakan suatu ilmu yang membahas satuan bahasa yang
terbentuk yang didalamnya memiliki makna, ide, konsep yang disampaikan secara lisan
maupun tulisan atau tertulis.

Anda mungkin juga menyukai