Anda di halaman 1dari 73

1 Lahirnya Teori Atom

Kimia modern berdasarkan atas teori atom. Untuk memahami teori atom,
Anda pertama harus mempelajari hukum-hukum fundamental termasuk
hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap, dan hukum
perbandingan berganda. Hukum-hukum ini adalah dasar teori atom dan pada
saat yang sama merepresentasikan kesimpulan yang ditarik dari teori atom.
Namun, teori atom sendiri tidak lengkap. Kimia dapat menjadi sistem yang
konsisten sejak teori atom dikombinasikan dengan konsep molekul. Di masa
lalu, keberadaan atom hanyalah hipotesis. Di awal abad ke-20 teori atom
akhirnya terbukti. Juga menjadi jelas bahwa atom terdiri atas partikel-partikel
yang lebih kecil. Teori atom saat ini secara pelahan berkembang sejalan
dengan perkembangan ini dan menjadi kerangka dunia material.

1.1 Lahirnya kimia


Kimia modern dimulai oleh kimiawan Perancis Antoine Laurent Lavoisier (1743-1794). Ia
menemukan hukum kekekalan massa dalam reaksi kimia, dan mengungkap peran oksigen dalam
pembakaran. Berdasarkan prinsip ini, kimia maju di arah yang benar.

Sebenarnya oksigen ditemukan secara independen oleh dua kimiawan, kimiawan Inggris Joseph
Priestley (1733-1804) dan kimiawan Swedia Carl Wilhelm Scheele (1742-1786), di penghujung
abad ke-18. Jadi, hanya sekitar dua ratus tahun sebelum kimia modern lahir. Dengan demikian,
kimia merupakan ilmu pengetahuan yang relatif muda bila dibandingkan dengan fisika dan
matematika, keduanya telah berkembang beberapa ribu tahun.

Namun alkimia, metalurgi dan farmasi di zaman kuno dapat dianggap sebagai akar kimia. Banyak
penemuan yang dijumpai oleh orang-orang yang terlibat aktif di bidang-bidang ini berkontribusi
besar pada kimia modern walaupun alkimia didasarkan atas teori yang salah. Lebih lanjut, sebelum
abad ke-18, metalurgi dan farmasi sebenarnya didasarkan atas pengalaman saja dan bukan teori.
Jadi, nampaknya tidak mungkin titik-titik awal ini yang kemudian berkembang menjadi kimia
modern. Berdasarkan hal-hal ini dan sifat kimia modern yang terorganisir baik dan sistematik
metodologinya, akar sebenarnya kimia modern mungkin dapat ditemui di filosofi Yunani kuno.

Jalan dari filosofi Yunani kuno ke teori atom modern tidak selalu mulus. Di Yunani kuno, ada
perselisihan yang tajam antara teori atom dan penolakan keberadaan atom. Sebenarnya, teori atom
tetap tidak ortodoks dalam dunia kimia dan sains. Orang-orang terpelajar tidak tertarik pada teori
atom sampai abad ke-18. Di awal abad ke-19, kimiawan Inggris John Dalton (1766-1844)

1
melahirkan ulang teori atom Yunani kuno. Bahkan setelah kelahirannya kembali ini, tidak semua
ilmuwan menerima teori atom. Tidak sampai awal abad 20 teori ato, akhirnya dibuktikan sebagai
fakta, bukan hanya hipotesis. Hal ini dicapai dengan percobaan yang terampil oleh kimiawan
Perancis Jean Baptiste Perrin (1870-1942). Jadi, perlu waktu yang cukup panjang untuk
menetapkan dasar kimia modern.

Sebagaimana dicatat sebelumnya, kimia adalah ilmu yang relatif muda. Akibatnya, banyak yang
masih harus dikerjakan sebelum kimia dapat mengklaim untuk mempelajari materi, dan melalui
pemahaman materi ini memahami alam ini. Jadi, sangat penting di saat awal pembelajaran kimia
kita meninjau ulang secara singkat bagaimana kimia berkembang sejak kelahirannya.

a Teori atom kuno

Sebagaimana disebut tadi, akar kimia modern adalah teori atom yang dikembangkan oleh filsuf
Yunani kuno. Filosofi atomik Yunani kuno sering dihubungkan dengan Democritos (kira-kira
460BC- kira-kira 370 BC). Namun, tidak ada tulisan Democritos yang tinggal. Oleh karena itu,
sumber kita haruslah puisi panjang “De rerum natura” yang ditulis oleh seniman Romawi Lucretius
(kira-kira 96 BC- kira-kira 55 BC).

Gambar 1.1 Dunia atom Democritos. Sayang, kita tidak dapat menduga gambaran atom seperti yang
dibayangkan oleh Democritos. Kimiawan Jerman telah menyarankan gambaran atom sebagaimana
dibayangkan Democritos. (a) atom zat yang manis (b) zat yang pahit (direproduksi dari: F. Berr, W. Pricha,
Atommodelle, Deutsches Museum, 1987.)

Atom yang dipaparkan oleh Lucretius memiliki kemiripan dengan molekul modern. Anggur (wine)
dan minyak zaitun, misalnya memiliki atom-atom sendiri. Atom adalah entitas abstrak. Atom
memiliki bentuk yang khas dengan fungsi yang sesuai dengan bentuknya. ”Atom anggur bulat dan
mulus sehingga dapat melewati kerongkongan dengan mulus sementara atom kina kasar dan akan

2
sukar melalui kerongkongan”. Teori struktural modern molekul menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang sangat dekat antara struktur molekul dan fungsinya.

Walaupun filosofi yang terartikulasi oleh Lucretius tidak didukung oleh bukti yang didapat dari
percobaan, inilah awal kimia modern.

Dalam periode yang panjang sejak zaman kuno sampai zaman pertengahan, teori atom tetap In
heretikal (berlwanan dengan teori yang umum diterima) sebab teori empat unsur (air, tanah, udara
dan api) yang diusulkan filsuf Yunani kuno Aristotole (384 BC-322 BC) menguasi. Ketika otortas
Aristotle mulai menurun di awal abad modern, banyak filsuf dan ilmuwan mulai mengembangkan
teori yang dipengaruhi teori atom Yunani. Gambaran materi tetap dipegang oleh filsuf Perancis
Rene Descartes (1596-1650), filsuf Jerman Gottfried Wilhelm Freiherr von Leibniz (1646-1716),
dan ilmuwan Inggris Sir Issac Newton (1642-1727) yang lebih kurang dipengaruhi teori atom.

b Teori atom Dalton

Di awal abad ke-19, teori atom sebagai filosofi materi telah dikembangkan dengan baik oleh
Dalton yang mengembangkan teori atomnya berdasarkan peran atom dalam reaksi kimia. Teori
atomnya dirangkumkan sebagai berikut:

Teori atom Dalton:

(i) partikel dasar yang menyusun unsur adalah atom. Semua atom unsur tertentu identik.
(ii) massa atom yang berjenis sama akan identik tetapi berbeda dengan massa atom unsur jenis
lain.
(iii) keseluruhan atom terlibat dalam reaksi kimia. Keseluruhan atom akan membentuk senyawa.
Jenis dan jumlah atom dalam senyawa tertentu tetap.

Dasar teoritik teori Dalton terutama didasarkan pada hukum kekekalan massa dan hukum
perbandingan tetap1, keduanya telah ditemukan sebelumnya, dan hukum perbandingan berganda2
yang dikembangkan oleh Dalton sendiri.

1 Senyawa tertentu selalu mengandung perbandingan massa unsur yang sama.

2Bila dua unsur A dan B membentuk sederet senyawa, rasio massa B yang bereaksi dengan sejumlah A dapat direduksi
menjadi bilangan bulat sederhana.

3
Atom Democritos dapat dikatakan sebagai sejenis miniatur materi. Jadi jumlah jenis atom akan
sama dengan jumlah materi. Di pihak lain, atom Dalton adalah penyusun materi, dan banyak
senyawa dapat dibentuk oleh sejumlah terbatas atom. Jadi, akan terdapat sejumlah terbatas jenis
atom. Teori atom Dalton mensyaratkan proses dua atau lebih atom bergabung membentuk
materi. Hal ini merupakan alasan mengapa atom Dalton disebut atom kimia.

c Bukti keberadaan atom

Ketika Dalton mengusulkan teori atomnya, teorinya menarik cukup banyak perhatian. Namun,
teorinya ini gagal mendapat dukungan penuh. Beberapa pendukung Dalton membuat berbagai
usaha penting untuk mempersuasi yang melawan teori ini, tetapi beberapa oposisi masih tetap ada.
Kimia saat itu belum cukup membuktikan keberadaan atom dengan percobaan. Jadi teori atom
tetap merupakan hipotesis. Lebih lanjut, sains setelah abad ke-18 mengembangkan berbagai
percobaan yang membuat banyak saintis menjadi skeptis pada hipotesis atom. Misalnya, kimiawan
tenar seperti Sir Humphry Davy (1778-1829) dan Michael Faraday (1791-1867), keduanya dari
Inggris, keduanya ragu pada teori atom.

Sementara teori atom masih tetap hipotesis, berbagai kemajuan besar dibuta di berbagai bidang
sains. Salah satunya adalah kemunculan termodinamika yang cepat di abad 19. Kimia struktural
saat itu yang direpresentasikan oleh teori atom hanyalah masalah akademik dengan sedikit
kemungkinan aplikasi praktis. Tetapi termodinamika yang diturunkan dari isu praktis seperti
efisiensi mesin uap nampak lebih penting. Ada kontroversi yang sangat tajam antara atomis
dengan yang mendukung termodinamika. Debat antara fisikawan Austria Ludwig Boltzmann
(1844-1906) dan kimiawan Jerman Friedrich Wilhelm Ostwald (1853-1932) dengan fisikawan
Austria Ernst Mach (1838-1916) pantas dicatat. Debat ini berakibat buruk, Boltzmann bunuh diri.

Di awal abad 20, terdapat perubahan besar dalam minat sains. Sederet penemuan penting,
termasuk keradioaktifan, menimbulkan minat pada sifat atom, dan lebih umum, sains struktural.
Bahwa atom ada secara percobaan dikonfirmasi dengan percobaan kesetimbangan sedimentasi
oleh Perrin.

Botanis Inggris, Robert Brown (1773-1858) menemukan gerak takberaturan partikel koloid dan
gerakan ini disebut dengan gerak Brow, untuk menghormatinya. Fisikawan Swiss Albert Einstein

4
(1879-1955) mengembangkan teori gerak yang berdasarkan teori atom. Menurut teori ini, gerak
Brown dapat diungkapkan dengan persamaan yang memuat bilangan Avogadro.

D =(RT/N).(1/6παη) (1.1)

D adalah gerakan partikel, R tetapan gas, T temperatur, N bilangan Avogadro, α jari-jari partikel
dan η viskositas larutan.

Inti ide Perrin adalah sebagai berikut. Partikel koloid bergerak secara random dengan gerak Brown
dan secara simultan mengendap ke bawah oleh pengaruh gravitasi. Kesetimbangan sedimentasi
dihasilkan oleh kesetimbangan dua gerak ini, gerak random dan sedimentasi. Perrin dengan teliti
mengamati distribusi partikel koloid, dan dengan bantuan persamaan 1.1 dan datanya, ia
mendapatkan bilangan Avogadro. Mengejutkan nilai yang didapatkannya cocok dengan bilangan
Avogadro yang diperoleh dengan metoda lain yang berbeda. Kecocokan ini selanjutnya
membuktikan kebenaran teori atom yang menjadi dasar teori gerak Brown.

Tidak perlu disebutkan, Perrin tidak dapat mengamati atom secara langsung. Apa yang dapat
dilakukan saintis waktu itu, termasuk Perrin, adalah menunjukkan bahwa bilangan Avogadro yang
didapatkan dari sejumlah metoda yang berbeda berdasarkan teori atom identik. Dengan kata lain
mereka membuktikan teori atom secara tidak langsung dengan konsistensi logis.

Dalam kerangka kimia modern, metodologi seperti ini masih penting. Bahkan sampai hari ini
masih tidak mungkin mengamati langsung partikel sekecil atom dengan mata telanjang atau
mikroskop optic. Untuk mengamati langsung dengan sinar tampak, ukuran partikelnya harus lebih
besar daripada panjang gelombang sinar tampak. Panjang gelombang sinar tampak ada dalam
rentang 4,0 x 107- 7,0 x10–7 m, yang besarnya 1000 kali lebih besar daripada ukuran atom. Jadi

jelas di luar rentang alat optis untuk mengamati atom. Dengan bantuan alat baru seperti
mikroskop electron (EM) atau scanning tunneling microscope (STM), ketidakmungkinan ini dapat
diatasi. Walaupun prinsip mengamati atom dengan alat ini, berbeda dengan apa yang terlibat
dengan mengamati bulan atau bunga, kita dapat mengatakan bahwa kita kini dapat mengamati
atom secara langsung.

5
Gambar 1.2 Akhirnya kita dapat mengamati atom3. Fotograf permukaan kristal silikon diamati dengan
STM. Setiap blok seperti sel adalah atom silikon. Skala 2 nm. Direproduksi dengan izin dari Central
Laboratory, Hitachi & Co.

1.2 Komponen-komponen materi


a Atom

Dunia Kimia berdasarkan teori atom, satuan terkecil materi adalah atom. Materi didefinisikan
sebagai kumpulan atom. Atom adalah komponen terkecil unsure yang tidak akan mengalami
perubahan dalam reaksi Kimia. Semua atom terdiri atas komponen yang sama, sebuah inti dan
electron. Diameter inti sekitar 10–15-10–14 m, yakni sekitar 1/10 000 besarnya atom. Lebih dari 99
% massa atom terkonsentrasi di inti. Inti terdiri atas proton dan neutron, dan jumlahnya
menentukan sifat unsur.

Massa proton sekitar 1,67 x 10–27 kg dan memiliki muatan positif, 1,60 x 10–19 C (Coulomb).
Muatan ini adalah satuan muatan listrik terkecil dan disebut muatan listrik elementer. Inti memiliki
muatan listrik positif yang jumlahnya bergantung pada jumlah proton yang dikandungnya. Massa
neutron hampir sama dengan massa proton, tetapi neutron tidak memiliki muatan listrik. Elektron
adalah partikel dengan satuan muatan negatif, dan suatu atom tertentu mengandung sejumlah

3 Anda dapat melihat foto-foto STM yang lebih baru di alamat URL http://www.almaden.ibm.com/vis/stm/gallery.html

6
elektron yang sama dengan jumlah proton yang ada di inti atomnya. Jadi atom secara listrik
bermuatan netral. Sifat partikel-partikel yang menyusun atom dirangkumkan di Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Sifat partikel penyusun atom.

massa (kg) Massa relatif Muatan listrik (C)


proton 1,672623x10-27 1836 1,602189x10-19
neutron 1,674929x10-27 1839 0
elektron 9,109390x10-31 1 -1,602189x10-19

Jumlah proton dalam inti disebut nomor atom dan jumah proton dan neutron disebut nomor
massa. Karena massa proton dan neutron hampir sama dan massa elektron dapat diabaikan
dibandingkan massa neutron dan proton, massa suatu atom hampir sama dengan nomor
massanya.

Bila nomor atom dan nomor massa suatu atom tertentu dinyatakan, nomor atom ditambahkan di
kiri bawah symbol atom sebagai subscript, dan nomor massa di kiri atas sebagai superscript. Misalnya
untuk atom karbon dinyatakan sebagai 126 C karena nomor atom adalah 6 dan nomor massanya
adalah 12. Kadang hanya nomor massanya yang dituliskan, jadi sebagai 12C.

Jumlah proton dan elektron yang dimiliki oleh unsure menentukan sifat Kimia unsure. Jumlah
neutron mungkin bervariasi. Suatu unsure tertentu akan selalu memiliki nomor atom yang sama
tetapi mungkin memiliki jumlah neutron yang berbeda-beda. Varian-varian ini disebut isotop.
Sebagai contoh hydrogen memiliki isotop yang dituliskan di tabel berikut.

Tabel 1.2 Isotop-isotop hidrogen

simbol dan nama jumlah proton Jumlah neutron


1
H hidrogen 1 0
2
H deuterium, D 1 1
3
H tritium, T 1 2

Banyak unsur yang ada alami di alam memiliki isotop-isotop. Beberapa memiliki lebih dari dua
isotop. Sifat kimia isotop sangat mirip, hanya nomor massanya yang berbeda.

7
b Molekul

Komponen independen netral terkecil materi disebut molekul. Molekul monoatomik terdiri datu
atom (misalnya, Ne). Molekul poliatomik terdiri lebih banyak atom (misalnya, CO2). Jenis ikatan
antar atom dalam molekul poliatomik disebut ikatan kovalen (lihat bab 3.2(b)).

Salah satu alasan mengapa mengapa diperlukan waktu yang lama sampai teori atom diterima
dengan penuh adalah sebagai berikut. Dalam teorinya Dalton menerima keberadaan molekul
(dalam terminologi modern) yang dibentuk oleh kombinasi atom yang berbeda-beda, tetapi ia
tidak tidak menerima ide molekul diatomik untuk unsur seperti oksigen, hidrogen atau nitrogen
yang telah diteliti dengan intensif waktu itu. Dalton percaya pada apa yang disebut “prinsip
tersederhana” 4 dan berdasarkan prinsip ini, ia secara otomatis mengasumsikan bahwa unsur
seperti hidrogen dan oksigen adalah monoatomik.

Kimiawan Perancis Joseph Louis Gay-Lussac (1778-1850) mengusulkan hukum reaksi gas yang
menyatakan bahwa dalam reaksi gas, perbandingan volume adalah bilangan bulat. Teori atom
Dalton tidak memberikan rasional hukum ini. Di tahun 1811, kimiawan Italia Amedeo Avogadro
(1776-1856) mengusulkan unsur gas seperti hidrogen dan oksigen yang bukan monoatomik tetapi
diatomik. Lebih lanjut, ia juga mengusulkan bahwa pada temperatur dan tekanan tetap, semua gas
dalam volume tertentu mengandung jumlah partikel yang sama. Hipotesis ini awalnya disebut
hipotesis Avogadro, tetapi kemudian disebut hukum Avogadro.

Hukum Avogadro memberikan dasar penentuan massa atom relatif, yakni massa atom (secara nal
disebut berat atom). Pentingnya massa atom ini lambat disadari. Kimiawan Italia Stanislao
Cannizzaro (1826-1910) menyadari pentingnya hipotesis Avogadro dan validitasnya di International
Chemical Congress yang diselenggarakan di Karlsruhe, Germany, di tahun 1860, yang diadakan utuk
mendiskusikan kesepakatan internasional untuk standar massa atom. Sejak itu, validitas hipotesis
Avogadro secara perlahan diterima.

c Ion

Atom atau kelompok atom yang memiliki muatan listrik disebut ion. Kation adalah ion yang
memiliki muatan positif, anion memiliki muatan negatif. Tarikan listrik akan timbul antara kation

4 Alam menyukai yang tersederhana bila lebih dari satu kemungkinan.

8
dan anion. Dalam kristal natrium khlorida (NaCl), ion natrium (Na+) dan ion khlorida (Cl¯) diikat
dengan tarikan listrik. Jenis ikatan ini disebut ikatan ion (lihat bab3.2 (a)).

1.3 Stoikiometri
a Tahap awal stoikiometri

Di awal kimia, aspek kuantitatif perubahan kimia, yakni stoikiometri reaksi kimia, tidak mendapat
banyak perhatian. Bahkan saat perhatian telah diberikan, teknik dan alat percobaan tidak
menghasilkan hasil yang benar.

Salah satu contoh melibatkan teori flogiston. Flogistonis mencoba menjelaskan fenomena
pembakaran dengan istilah “zat dapat terbakar”. Menurut para flogitonis, pembakaran adalah
pelepasan zat dapat etrbakar (dari zat yang terbakar). Zat ini yang kemudian disebut ”flogiston”.
Berdasarkan teori ini, mereka mendefinisikan pembakaran sebagai pelepasan flogiston dari zat
terbakar. Perubahan massa kayu bila terbakar cocok dengan baik dengan teori ini. Namun,
perubahan massa logam ketika dikalsinasi tidak cocok dengan teori ini. Walaupun demikian
flogistonis menerima bahwa kedua proses tersebut pada dasarnya identik. Peningkatan massa
logam terkalsinasi adalah merupakan fakta. Flogistonis berusaha menjelaskan anomali ini dengan
menyatakan bahwa flogiston bermassa negatif.

Filsuf dari Flanders Jan Baptista van Helmont (1579-1644) melakukan percobaan “willow” yang
terkenal. Ia menumbuhkan bibit willow setelah mengukur massa pot bunga dan tanahnya. Karena
tidak ada perubahan massa pot bunga dan tanah saat benihnya tumbuh, ia menganggap bahwa
massa yang didapatkan hanya karena air yang masuk ke bijih. Ia menyimpulkan bahwa “akar
semua materi adalah air”. Berdasarkan pandangan saat ini, hipotesis dan percobaannya jauh dari
sempurna, tetapi teorinya adalah contoh yang baik dari sikap aspek kimia kuantitatif yang sedang
tumbuh. Helmont mengenali pentingnya stoikiometri, dan jelas mendahului zamannya.

Di akhir abad 18, kimiawan Jerman Jeremias Benjamin Richter (1762-1807) menemukan konsep
ekuivalen (dalam istilah kimia modern ekuivalen kimia) dengan pengamatan teliti reaksi
asam/basa, yakni hubungan kuantitatif antara asam dan basa dalam reaksi netralisasi. Ekuivalen
Richter, atau yang sekarang disebut ekuivalen kimia, mengindikasikan sejumlah tertentu materi
dalam reaksi. Satu ekuivalen dalam netralisasi berkaitan dengan hubungan antara sejumlah asam
dan sejumlah basa untuk mentralkannya. Pengetahuan yang tepat tentang ekuivalen sangat penting

9
untuk menghasilkan sabun dan serbuk mesiu yang baik. Jadi, pengetahuan seperti ini sangat
penting secara praktis.

Pada saat yang sama Lavoisier menetapkan hukum kekekalan massa, dan memberikan dasar
konsep ekuivalen dengan percobaannya yang akurat dan kreatif. Jadi, stoikiometri yang menangani
aspek kuantitatif reaksi kimia menjadi metodologi dasar kimia. Semua hukum fundamental kimia,
dari hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap sampai hukum reaksi gas semua
didasarkan stoikiometri. Hukum-hukum fundamental ini merupakan dasar teori atom, dan secara
konsisten dijelaskan dengan teori atom. Namun, menarik untuk dicatat bahwa, konsep ekuivalen
digunakan sebelum teori atom dikenalkan.

b Massa atom relatif dan massa atom

Dalton mengenali bahwa penting untuk menentukan massa setiap atom karena massanya
bervariasi untuk setiap jenis atom. Atom sangat kecil sehingga tidak mungkin menentukan massa
satu atom. Maka ia memfokuskan pada nilai relatif massa dan membuat tabel massa atom (gambar
1.3) untuk pertamakalinya dalam sejarah manusia. Dalam tabelnya, massa unsur teringan, hidrogen
ditetapkannya satu sebagai standar (H = 1). Massa atom adalah nilai relatif, artinya suatu rasio
tanpa dimensi. Walaupun beberapa massa atomnya berbeda dengan nilai modern, sebagian besar
nilai-nilai yang diusulkannya dalam rentang kecocokan dengan nilai saat ini. Hal ini menunjukkan
bahwa ide dan percobaannya benar.

10
Gambar 1.3 Tabel Dalton yang mendaftarkan simbol dan massa atom unsur. Tabel ini dibuat tahun 1807,
dan kini menjadi salah satu koleksi The Science Museum di London.

Kemudian kimiawan Swedia Jons Jakob Baron Berzelius (1779-1848) menentukan massa atom
dengan oksigen sebagai standar (O = 100). Karena Berzelius mendapatkan nilai ini berdasarkan
analisis oksida, ia mempunyai alasan yang jelas untuk memilih oksigen sebagai standar. Namun,
standar hidrogen jelas lebih unggul dalam hal kesederhanaannya. Kini, setelah banyak diskusi dan
modifikasi, standar karbon digunakan. Dalam metoda ini, massa karbon 12C dengan 6 proton dan
6 neutron didefinisikan sebagai 12,0000. Massa atom dari suatu atom adalah massa relatif pada
standar ini. Walaupun karbon telah dinyatakan sebagai standar, sebenarnya cara ini dapat dianggap
sebagai standar hidrogen yang dimodifikasi.

Soal Latihan 1.1 Perubahan massa atom disebabkan perubahan standar. Hitung massa atom
hidrogen dan karbon menurut standar Berzelius (O = 100). Jawablah dengan menggunakan satu
tempat desimal.

Jawab.

11
Massa atom hidrogen = 1 x (100/16) = 6,25 (6,3), massa atom karbon = 12 x (100/16)=75,0

Massa atom hampir semua unsur sangat dekat dengan bilangan bulat, yakni kelipatan bulat massa
atom hidrogen. Hal ini merupakan kosekuensi alami fakta bahwa massa atom hidrogen sama
dengan massa proton, yang selanjutnya hampir sama dengan massa neutron, dan massa elektron
sangat kecil hingga dapat diabaikan. Namun, sebagian besar unsur yang ada secara alami adalah
campuran beberapa isotop, dan massa atom bergantung pada distribusi isotop. Misalnya, massa
atom hidrogen dan oksigen adalah 1,00704 dan 15,9994. Massa atom oksigen sangat dekat dengan
nilai 16 agak sedikit lebih kecil.

Contoh Soal 1.2 Perhitungan massa atom. Hitung massa atom magnesium dengan menggunakan
distribsui isotop berikut: 24Mg: 78,70%; 25Mg: 10,13%, 26Mg: 11,17%.

Jawab:

0,7870 x 24 + 0,1013 x 25 +0,1117 x 26 = 18,89+2,533+2,904 = 24,327(amu; lihat bab 1.3(e))

Massa atom Mg = 18,89 + 2,533 + 2,904 =24.327 (amu).

Perbedaan kecil dari massa atom yang ditemukan di tabel periodik (24.305) hasil dari perbedaan
cara dalam membulatkan angkanya.

c Massa molekul dan massa rumus

Setiap senyawa didefinisikan oelh rumus kimia yang mengindikasikan jenis dan jumlah atom yang
menyususn senyawa tersebut. Massa rumus (atau massa rumus kimia) didefinisikan sebagai jumlah
massa atom berdasarkan jenis dan jumlah atom yang terdefinisi dalam rumus kimianya. Rumus
kimia molekul disebut rumus molekul, dan massa rumus kimianya disebut dengan massa molekul.5
Misalkan, rumus molekul karbon dioksida adalah CO2, dan massa molekularnya adalah 12 +(2x 6)
= 44. Seperti pada massa atom, baik massa rumus dan massa molekul tidak harus bilangan bulat.
Misalnya, massa molekul hidrogen khlorida HCl adalah 36,5. Bahkan bila jenis dan jumlah atom
yang menyusun molekul identik, dua molekul mungkin memiliki massa molekular yang berbeda
bila ada isostop berbeda yang terlibat.

5Tidak mungkin mendefinisikan molekul untuk senyawa seperti natrium khlorida. Massa rumus untuk NaCl digunakan
sebagai ganti massa molekular.

12
Contoh Soal 1.3 Massa molekular mokelul yang mengandung isotop.

Hitung massa molekular air H2O dan air berat D2O (2H2O) dalam bilangan bulat.

Jawab

Massa molekular H2O = 1 x 2 + 16 = 18, massa molekular D2O = (2 x 2) + 16 = 20

Perbedaan massa molekular H2O dan D2O sangat substansial, dan perbedaan ini sifat fisika dan
kimia anatara kedua jenis senyawa ini tidak dapat diabaikan. H2O lebih mudah dielektrolisis
daripada D2O. Jadi, sisa air setelah elektrolisis cenderung mengandung lebih banyak D2O daripada
dalam air alami.

d Kuantitas materi dan mol

Metoda kuantitatif yang paling cocok untuk mengungkapkan jumlah materi adalah jumlah partikel
seperti atom, molekul yang menyusun materi yang sedang dibahas. Namun, untuk menghitung
partikel atom atau molekul yang sangat kecil dan tidak dapat dilihat sangat sukar. Alih-alih
menghitung jumlah partikel secara langsung jumlah partikel, kita dapat menggunakan massa
sejumlah tertentu partikel. Kemudian, bagaimana sejumlah tertentu bilangan dipilih? Untuk
menyingkat cerita, jumlah partikel dalam 22,4 L gas pada STP (0℃, 1atm) dipilih sebagai jumlah
standar. Bilangan ini disebut dengan bilangan Avogadro. Nama bilangan Loschmidt juga
diusulkan untuk menghormati kimiawan Austria Joseph Loschmidt (1821-1895) yang pertama kali
dengan percobaan (1865).

Sejak 1962, menurut SI (Systeme Internationale) diputuskan bahwam dalam dunia kimia, mol
digunakan sebagai satuan jumlah materi. Bilangan Avogadro didefinisikan jumlah atom karbon
dalam 12 g 126C dan dinamakan ulang konstanta Avogadro.

There are several definitions of “mol”.

Definisi “mol”
(i) Jumlah materi yang mengandung sejumlah partikel yang terkandung dalam 12 g 12C.
(ii) satu mol materi yang mengandung sejumlah konstanta Avogadro partikel.
(iii) Sejumlah materi yang mengandung 6,02 x 1023 partikel dalam satu mol.

13
e Satuan massa atom (sma)

Karena standar massa atom dalam sistem Dalton adalah massa hidrogen, standar massa dalam SI
tepat 1/12 massa 12C. Nilai ini disebut dengan satuan massa atom (sma) dan sama dengan
1,6605402 x 10–27 kg dan D (Dalton) digunakan sebagai simbolnya. Massa atom didefinisikan
sebagai rasio rata-rata sma unsur dengan distribusi isotop alaminya dengan 1/12 sma 12C.

Selingan-Siapa pendiri kimia

Priestley, penemu oksigen, adalah seorang kerk dan Scheele menjalankan usaha
farmasi. Lavoisier adalah seorang penagih pajak resmi dan Dalton adalah guru di
sekolah swasta. Mereka semua mempunyai uang dari kantong sendiri untuk
mengerjakan risetnya. Davy dan Faraday adalah kekecualian, keduanya dipekerjakan
oleh Royal Institution. Saat itu hanya di institusi inilah di Inggris orang dapat
memperoleh bayaran untuk pekerjaan di bidang kimia. Training kimia secara
sistematis dimulai di Giesen University, Jerman. Di sinilah kimiawan Jerman Justus von
Liebig (1803-1873) membuat kurikulum baru pertama untuk kimiawan dengan
mengkombinasikan kuliah dan percobaan yang dilakukan oleh para siswanya sendiri,
dengan demikian membuat kurikulum pendidikan kimia. Ia mengajar dan
mentraining sejumlah besar kimiawan yang baik, dan banyak di antaranya masuk ke
industri kimia. Dengan demikian kimia menjadi suatu profesi.

Latihan

1.1 Isotop. Karbon alami adalah campuran dua isotop, 98,90(3)% 12C dan 1,10(3)% 13C. Hitung
massa atom karbon.

1.1 Jawab. Massa atom karbon = 12 x 0,9890 + 13 x 0,0110 = 12,01(1)

1.2 Konstanta Avogadro. Intan adalah karbon murni. Hitung jumlah atom karbon dalam 1 karat
(0,2 g) intan.

1.2 Jawab. Jumlah atom karbon = [0,2 (g)/12,01 (g mol–1)] x 6,022 x 1023(mol–1) = 1,00 x 1022

1.3 Hukum perbandingan berganda. Komposisi tiga oksida nitrogen A, B dan C diuji. Tunjukkan
bahwa hasilnya konsisten dengan hukum perbandingan berganda: massa nitrogen yang bereaksi
dengan 1 g oksigen dalam tiap oksida: Oksida A: 1,750 g, oksida B: 0,8750 g, oksida C: 0,4375 g.

1.3 Jawab. Bila hukum perbandingan berganda berlaku, rasio massa nitrogen yang terikat pada 1 g
oksigen harus merupakan bilangan bulat.

14
Hasilnya cocok dengan hukum perbandingan berganda.

1.4 Massa atom. Tembaga yang ada di alam dianalisis dengan spektrometer massa. Hasilnya: 63Cu
69,09%,65Cu 30,91%. Hitung massa atom Cu. Massa 63Cu dan 65Cu adalah 62,93 dan 64,93 sma.

1.4 Jawab. Massa atom Cu=62,93x (69,09/100) + 64,93x (30,91/100) = 63,55 (sma)

1.5 Mol. Bila kumbang menyengat korbannya, kumbang akan menyalurkan sekitar 1 mg (1x 10–6
g) isopentil asetat C7H14O2. Senyawa ini adalah komponen fragrant pisang, dan berperan sebagai
materi pentransfer informasi untuk memanggil kumbang lain. Berapa banyak molekul dalam 1 mg

isopentil asetat?

1.5 Jawab. Massa molekular isopentil asetat adalah M = 7 x 12,01 + 14 x 1,008 + 2 x 16,00 =
130.18 (g mol–1). Jumlah mol: 1,0 x 10–6(g)/130,18(g mol–1) = 7,68 x 10–9(mol)

Jumlah molekul 1 mg isopentil asetat: 7,68 x 10–9(mol) x 6,022 x 1023 (mol–1) = 4,6 x1015

1.6 Massa molekul hidrogen. Massa atom hidrogen adalah 1,008. Hitung massa molekul hidrogen.

1.6 Jawab. Massa molar hidrogen adalah 2,016 x 10–3 kg mol–1. Massa satu molekul hidrogen =
[2,016 x 10–3 (kg mol–1)]/[6,022 x 1023(mol–1) = 3,35 x 10–27(kg).

15
Kimia Dasar

BAB I
Struktur Atom, Struktur Molekul, Dan
Tabel Periodik
Yayat Sudaryat, ST, MT

PENDAHULUAN

Kimia sering disebut juga sebagai ilmu pusat karena menghubungkan berbagi ilmu
lain, seperti Fisika, Nanoteknologi, Biologi, dan Farmasi. Koneksi ini timbul melalui berbagai
subdisiplin yang memanfaatkan konsep-konsep dari berbagai disiplin ilmu. Sebagai contoh,
kimia fisik melibatkan penerapan prinsip-prinsip fisika terhadap materi pada tingkat atom
dan molekul. Namun alkimia, metalurgi dan farmasi di zaman kuno dapat dianggap sebagai
akar kimia. Banyak penemuan yang dijumpai oleh orang-orang yang terlibat aktif di bidang-
bidang ini berkontribusi besar pada kimia modern walaupun alkimia didasarkan atas teori
yang salah. Lebih lanjut, sebelum abad ke-18, metalurgi dan farmasi sebenarnya didasarkan
atas pengalaman saja dan bukan teori.
Kimia merupakan salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam yang memiliki
kaitan erat dengan berbagai cabang ilmu pengetahuan yang lain. Konsep kimia akan sangat
membantu kita dalam memahami berbagai ilmu lainnya. Dengan mempelajari kimia, Kita
akan mengetahui bahwa alam semesta ini telah diatur sedemikian rapinya dari mulai
molekul sederhana seperti air hingga molekul komlpeks penyusun DNA. Dalam kimia kita
dapat mempelajari bagian terkecil dari sebuah materi yang disebut atom. Lalu mempelajari
bagaimana sebuah atom yang sangat kecil dapat memiliki sebuah struktur kompleks yang
menyusun sebuah senyawa dan bagaimana kumpulan banyak senyawa menjadi zat yang
biasa kita lihat sehari-hari

1
Kimia Dasar

Topik 1
Struktur Atom, Struktur Molekul

Akhir abad 18 dan permulaan abad ke 19 dalam studi kuantitatif reaksi kimia
ditemukan sejumlah hukum yang dikenal sebagai hukum-hukum persenyawaan kimia atau
hukum-hukum pokok reaksi kimia. Hukum-hukum ini termasuk hukum kekekalan masa
(Lomosonov dan Lavoiser, 1774), Hukum perbandingan tetap Proust 1797 dan Hukum
kelipatan Dalton 1803, dalam usahanya untuk menerangkan hukum-hukum tersebut pada
permulaan abad ke 9 yaitu disekitar 1803 Dalton mengemukakan hipotesis bahwa zat tidak
bersifat kontinu, melainkan terdiri atas partikel-partikel kecil yang disebut atom. Atom-atom
dari suatu unsur tertentu adalah identik. Keberhasilan teori atom Dalton dalam
menerangkan hukum kekekalan masa dan hukum perbandingan tetap serta dukungan yang
diperoleh dari banyak hasil eksperimen, membuat teori ini sebagai salah satu penemuan
yang besar pada waktu itu.
Mengenai atom itu sendiri, Dalton menganggapnya sebagai bola kaku yang tidak dapat
diuraikan lagi menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Pandangan ini ternyata tidak benar.
Telah ditemukan sejumlah partikel sub atom terdiri hanya 3 partikel yaitu elektron, proton
dan neutron yang memegang peranan dalam menjelaskan sifat-sifat kimia.

A. ELEKTRON

Pada tahun 1834 Faraday menemukan bahwa materi dan listrik adalah ekivalen.
Penemuan elektron diawali dengan pembuatan tabung sinar katoda oleh J Plucker (1855)
yang dipelajari lebih lanjut oleh W.Crookes, (1875) dan J.J Thomson (1879) dibuktikan bahwa
sinar yang kehijau-hijauan itu dipancarkan dari katoda. Sinar ini disebut sinar katoda, setelah
diteliti secara mendalam dapat dicatat sifat-sifat sebagai berikut:
1. Sinar itu berasal dari katoda yang bergerak menurut garis lurus.
2. Sinar katoda bermuatan negatif. Hal ini dibuktikan dari fakta bahwa sinar ini tertarik
oleh pelat bermuatan positif dan dibelokan oleh medan magnit.
3. Sinar katoda memiliki momentum oleh karena itu mempunyai massa, hingga dapat
menggerakan baling- baling yang terdapat dalam tabung.
4. Sifat-sifat diatas tidak bergantung pada bahan yang digunakan untuk membuat katoda,
pada sisa gas dalam tabung, dan pada kawat penghubung katoda serta bahan alat
penghasil arus.

Semua sifat diatas, terutama sifat yang ke empat, menunjukan bahwa partikel sinar
katoda adalah pertikel dasar yang ada dalam setiap materi. Pada tahun 1891 Stoney
mengusulkan nama elektron untuk satuan listrik dan kini partikel sinar katoda disebut
elektron.

2
Kimia Dasar

1. Penentuan perbandingan muatan dan Massa elektron


Pada tahun 1897 J.J Thomson berhasil menentukan kecepatan dan perbandingan
muatan/ massa elektron dari berbagai sumber dengan menggunakan alat seperti pada
gambar dibawah ini

Gambar.1.1
alat penentuan e/m.

Bagan alat yang digunakan Thomson untuk penentuan e/m dengan medan listrik
elektron jatuh pada A. Elektron yang berasal dari katoda C melewati celah S sebagai berkas
sinar sinar sempit dan bergerak dalam tabung hampa udara sepanjang SO menghasilkan titik
terang pada O. Kedua kutub elektromagnetik diujung p1 dan p2 menghasilkan medan
magnet berkekuatan gaya BeV mempengaruhi elektron yang bergerak. Dengan memberikan
muatan listrik pada pelat P terbentuk medan listrik yang dapat diatur hingga tegak lurus
pada berkas sinar katoda dan medan magnet.
Jika; B = kuat Medan magnet
X = kuat Medan listrik.
e = muatan elektron.
m = Massa elektron.
V = kecepatan elektron.

Maka besarnya Gaya magnet, BeV, Sama dengan Gaya sentrifugal.


mv 2
BeV = (1)
r
v
atau e/m = (2)
Br

Jika diberi medan listrik X yang berlawanan dengan medan magnet dan diatur sehingga
titik terang tetap berada pada O, maka besarnya gaya listrik pada elektron sama dengan
besarnya gaya magnet pada elektron.
X
Xe = BeV sehingga V =
B

3
Kimia Dasar

Substitusikan ungkapan ini kedalam persamaan (2) sehingga menjadi


e X
= 2 (3)
m B r
Sebagai sumber elektron J.J Thomson menggunakan:
a. Sinar katoda berasal dari katoda Al, Pt dan Fe.
b. Emisi fotolistrik dari Zn.
c. Emisi termionik dari filament karbon

Ternyata e/m tidak bergantung pada kecepatan elektron dari berbagai sumber dan
selalu ditemukan e/m = 1,76 x 108 C/g.

2. Penentuan muatan elektron ( Percobaan tetes –Minyak Millikan)


Pada tahun 1906, Robert Millikan, berhasil menentukan muatan elektron dengan alat
seperti dibawah ini.

Gambar 1.2
Bagan alat tetes minyak Millikan.

Minyak disemprot dengan penyemprot A sehingga satu tetes minyak jatuh pada pelat
P melalui lubang kecil. Jika udara di antara kedua plat P disinari dengan sinar –X maka
molekul udara D melepaskan elektron
D + sinar –X D+ + e
Elektron yang dilepaskan ditangkap oleh tetes minyak. Dengan mengatur potensial
pada pelat P, gerakan tetes minyak dapat diatur turun atau naik dan gerakan ini diamati
dengan teleskop.
Pada tetes minyak dengan massa m bekerja gaya gravitasi mg, yang diimbangi oleh
gaya friksi menurut Stokes 6 π ῃ r v dengan r ialah jari-jari, dan v ialah kecepatan jatuh
tetes dalam udara dengan viskositas ῃ:
mg = 6 π ῃ r v
mg
v= (4)
6 πη rv

4
Kimia Dasar

Jika antara kedua pelat P diadakan medan listrik, maka kuat medan ini X , dapat diatur
sedemikian rupa sehingga gaya listrik mengimbangi gaya gravitasi dan tetes minyak yang
bermuatan q tidak jatuh lagi. Dalam hal ini
mg
q X = mg dan q = (5)
X
persamaan 5 memungkinkan perhitungan q dari massa m. besaran terakhir ini dapat
dihitung dari kerapatan minyak p:
4
m = π r2P (6)
3
Dengan mengsubstitusikan persamaan 6 kedalam persamaan 4 akhirnya didapat
qvη 1/2
r=
2qp
Harga q yang diperoleh ternyata merupakan suatu kelipatan dari muatan elektron :
q = n e dengan n = 1,2,3………………
Contoh:
Dari sejumlah percobaan diperoleh data:
q = 9, 6 x 10-10 s.e.s.
= 24, 0 x 10-10
= 4, 8 x 10-10
=14, 4 x 10-10.

Ke empat harga q ini merupakan kelipatan dari 4, 8 x 10-10 s, e, s dari itu kemudian
ditetapkan sebagai muatan elektron, Harga akuratnya 4,803 x 10-10 atau 1,602 x 10-19 C.
e = 1,602 x 10-19 C.

3. Penemuan Massa Elektron.


Dari percobaan J.J Thomson (penentuan muatan/massa elektron) dan percobaan
Millikan (pecobaan tetes minyak / penentuan muatan elektron) dapat dihitung massa
elektron yaitu:
m = e/ e.m = 1,602 x 10-19C = 9, 11 x 10-28 g
1, 76 x 108 C.g
Jika kecepatan elektron mencapai kecepatan cahaya, maka massa elektron bertambah
sesuai dengan ungkapan
V 21/ 2
m = m0 / (1- )
2
C

Dengan mo adalah massa diam , yaitu massa pada v = 0, sinar beta dengan kecepatan
rata-rata 2 x 108 m s-1 memiliki massa m ≈ 1,3 mo

5
Kimia Dasar

B. PROTON

Oleh karena elektron merupakan partikel dasar dari materi yang terdiri atas atom,
maka suatu sumber materi dapat juga menghasilkan atom yang mempunyai muatan positif
(ion positif). Hal ini telah dipelajari oleh Goldstein pada tahun 1886 ia menemukan sinar
positif dalam tabung sinar katoda dibalik katoda yang berlubang. Sinar ini disebut sinar
terusan

Gambar 1.3
tabung katoda

Menurut Goldstein dan Wien partikel ini terbentuk karena tabrakan antara partikel gas
dalam tabung dengan elektron berenergi tinggi yang bergerak dari katoda ke anoda. Reaksi
dari He dan elektron akan menghasilkan atom He bermuatan positif yang akan tertarik ke
elektroda negatif. Pembentukan He+ dapat ditulis dengan persamaan
He + e He+ + 2 e.
Beberapa ion He+ menorobos lubang pada katoda. Dari hasil pengukuran
perbandingan muatan/massa, Thomson (1910) menyimpulkan bahwa partikel ini merupakan
ion positif.
Ada dua perbedaan penting antara perbandingan e/m bagi ion positif dan bagi
elektron:
1. Perbandingan muatan/massa untuk ion positif berbeda jika gas dalam tabung berbeda.
Pada pengukuran e/m untuk elektron diperoleh harga yang sama dari berbagai gas
apapun yang terdapat didalamnya.
2. Harga muatan/massa untuk ion positif jauh lebih kecil dari harga untuk elektron, fakta
ini menunjukan bahwa ion positif terbentuk dari gas yang terdapat dalam tabung, dan
massanya lebih besar dari elektron.

Pada percobaan dengan gas hidrogen ditemukan bahwa e/m untuk sinar terusan
hidrogen lebih besar dari e/m untuk elektron, dan dipostulasikan bahwa H+ , adalah suatu
partikel dasar dari atom yang besar muatanya sama dengan muatan elektron tetapi dengan
tanda yang berlawanan, ditemukan juga massa H+ 1837 kali massa elektron, partikel ini
disebut proton. Dengan muatan elektron sama besar dengan muatan ion hidrogen, dapat
dihitung perbandingan massa elektron dan massa hidrogen sebagi berikut:

6
Kimia Dasar

e/m elekkron = 1,76 108 Coulomb/ g.


e/m ion hidrogen = 96520/1 Coulomb/ g
Masa elektron = 96520 = 1/1837
Massa ion hidrogen 1,76 X 108 .1,008

C. NEUTRON

Rutherford pada tahun 1920 meramalkan bahwa kemungkinan besar dalam inti
terdapat partikel dasar yang tidak bermuatan, akan tetapi sifatnya yang netral sukar
dideteksi, baru pada tahun 1932 J.Chadwik dapat menemukan partikel tersebut yang
kemudian dikenal sebagai netron. Dari reaksi ini partikel alfa dengan massa atom relatif 4
ditangkap oleh boron (massa atom relatif 11) dan menghasilkan nitrogen (massa atom relatif
14 ) dan netron ( massa atom relatif 1) Reaksi ini dapat ditunjukan dengan persamaan:
4 11 14 1
2H + 5B 7 N + 0n

Dengan penemuan ini maka terdapat tiga partikel dasar materi, yaitu elektron,
proton dan netron.

Tabel 1.1
partikel Dasar.

Muatan Massa
Partikel Lambang Muatan Muatan absolut Massa atom Massa absolut kg
relatif C relatif pada
terhadap skala 12
proton C=12,000
-19
Proton p +1 +1,6 x 10 1,0076 1,672 x 10-27
Netron n 0 0 1,0090 1,675 x 10-27
Elektron e -1 -1,6 x 10-19 5,44 x 10-4 9,11 x 10-31

D. SINAR – X DAN NOMOR ATOM.

Sinar –X ditemukan oleh William Rontgen pada tahun 1895, ia menemukan bahwa bila
elektron berenergi dalam tabung bertabrakan dengan anti katoda, akan dihasilkan radiasi
yang daya tembusnya besar. Sinar ini yang disebut dengan sinar –X . pada umumnya sinar –X
terdiri dari sinar dengan berbagai panjang gelombang yang berkisar kira-kira antara 100 dan
1 A. Charles Barkla (1911) mengamati bahwa bila sinar –X jatuh pada suatu zat, dapat
terbentuk sinar–X sekunder dengan berbagai macam panjang gelombang yang khas. Sinar –
X terdiri dari beberapa macam sinar yang dapat digolongkan dalam beberapa kelompok
sinar: Sinar-K, sinar-L, dan Sinar –M. Sinar-K mempunyai panjang gelombang yang relatif
kecil, dibandingkan dengan sinar-L atau sinar –M. Oleh karena daya tembusnya besar sekali
maka sinar –K disebut sinar ‘keras”

7
Kimia Dasar

Pada gambar 1.4 di bawah ini ditunjukan bagian tabung sinar –X dengan wolfram
sebagai anti katoda.

Gambar 1.4
tabung Sinar-X.

E. KERADIOAKTIFAN

Peristiwa keradioaktifan bermula ditemukan oleh Henry Becquerel pada tahun 1886
yang bermula dari peristiwa fluoresensi dan fosforesensi. Peristiwa fluoresensi adalah
peristiwa pemancaran sinar oleh suatu zat yang disinari dengan radiasi lain. Fosforesensi
adalah bersinarnya suatu zat yang setelah disinari. Berbeda dengan fluoresensi, fosforesensi
berlangsung beberapa saat meskipun sumber radiasi disingkirkan. Dari eksperimen ia
menemukan bahwa tanpa disinari sinar matahari Kristal uranium memancarkan sinar secara
spontan. Oleh Marie Curie ( 1898) zat-zat semacam ini disebut zat-zat radioaktif. Ketika
mempelajari sifat keradioaktifan radium, Rutherford (1899) menemukan sinar alfa dan sinar
beta. Pada waktu yang bersamaan Vilard seorang sarjana Prancis menemukan sinar gama.
Sinar-alfa ( α) radiasi ini terdiri dari arus partikel alfa. Partikel alfa tidak lain adalah inti
Helium berkecepatan tinggi antara 1,3 dan 2,1 x 107 ms-1. Daya tembus partikel ini
bergantung pada sumber dan medium yang dilaluinya. Rutherford mengukur perbandingan
muatan/massa partikel-α dengan cara yang mirip dengan penentuan perbandingan
muatan/massa elektron yang dilakukan oleh J.J Thomson, akan tetapi ia menggunakan
medan listrik dan medan magnet yang lebih kuat. Ia menemukan nilai 4,82 x 104 coulomb/g,
dua kali harga e/m untuk hidrogen.
Jika e = muatan ion hidrogen
m = Massa ion hidrogen
q = muatan partikel –α
w = Massa partikel alfa
Maka e/m = 2q/w dan q = 2e.
e/m = 4e/w atau w/m = 4.
Jadi massa partikel alfa-α = 4 massa ion hidrogen.

Sinar –beta (β) Partikel –β adalah elektron berkecepatan tinggi yang dipancarkan dari
inti. Sinar beta menembus lempeng alumunium sedalam 2 sampai 3 mm.

8
Kimia Dasar

Sinar- gama (γ) . radiasi sinar gama (γ) bersifat elektromagnetik dan tidak dibelokkan
oleh baik medan listrik maupun medan magnet. Sinar gama memiliki energi yang besar,
panjang gelombang sangat kecil dan daya tembus besar. Kecepatannya sama dengan
kecepatan cahaya. Radiasi ini dapat menembus timbel sedalam 15 sampai 20 cm.

F. SPEKTRUM ATOM HIDROGEN.

Radiasi elektromagnetik dalam vakum, merambat dengan kecepatan konstan (c)


sebesar 3 x 108 ms-1. Intensitas gelombang adalah amplitudonya. Hasil kali frekuensi (υ) dan
panjang gelombang( λ) sama dengan c.
λ υ = c.
Sesuai SI untuk frekuensi adalah Hertz; 1 Hz = 1S-1. Setiap zat jika dipanaskan atau
dieksitasi dengan listrik dapat memberikan spektrum khas dengan memancarkan energi
radiasi. Spektrum yang diperoleh dengan cara ini disebut spektrum emisi. Suatu benda yang
panas keputihan seperti matahari atau lampu pijar memancarkan cahaya dari semua warna
dan menghasilkan spektrum kontinyu.
Atom dalam keadaan tereksitasi memancarkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu dan menghasilkan spektrum garis. Garis spektrum menunjukan sifat khas atom itu,
yang menunjukkan unsur itu juga. Selain dari spektrum garis ada pula spektrum yang berupa
pita. Spektrum pita adalah spektrum sifat khas dari molekul.
Bila radiasi elektromagnetik kontinyu, misalnya cahaya putih, melalui suatu zat akan
diabsorpsi radiasi dengan panjang gelombang tertentu dan akan dihasilkan spektrum
absopsi. Suatu spektrum absorpsi dapat diperoleh jika radiasi kontinyu melalui uap atom.
Dari berkas sinar yang diteruskan ternyata bahwa ada panjang gelombang tertentu yang
diserap (ketika elektron dieksitasi ketingkat energi yang lebih tinggi). Spektrum absorpsi
terlihat sebagai garis hitam dibalik warna spektrum sinar tampak. Garis dalam spektrum
absorpsi tepat berhimpit dengan garis spektrum emisi untuk unsur yang sama, jumlah garis
spektrum absorpsi lebih sedikit dari jumlah garis spektrum emisi sehingga mudah
diidentifikasi.
Semua deret yang dihasilkan pada spektrum atom hidrogen dapat disusun sebagai
berikut:

Gambar 1.5
Spektrum atom hidrogen

Atom hidrogen dapat menyerap radiasi kontinyu yang dipancarkan matahari, gambar
spektrum absorpsi atom hidrogen diperoleh dengan cara memotret sinar matahari yang

9
Kimia Dasar

melalui sebuah prisma Balmer (1895) menemukan garis-garis spektrum hidrogen terdapat
didaerah sinar tampak dengan panjang gelombang.
Hidrogen merupakan unsur yang sederhana hanya tersusun satu proton dan satu
elektron setiap atomnya, karena spektrum atom bersifat khas bagi atom yang bersangkutan
adalah beralasan bila muncul dugaan adanya hubungan yang mendasar antara spektrum
atom dengan distribusi elektron disekeliling inti atom yang bersangkutan. Oleh karena itu
analisis secara mendalam terhadap spektrum atom hidrogen merupakan suatu langkah awal
yang paling fundamental dalam usaha elusidasi struktur elektronik suatu atom. Spektrum
emisi atom hidrogen bebas dalam keadaan tereksitasi ternyata terdiri atas beberapa set
garis-garis spektrum yaitu satu set dalam daerah uv ( ultra violet), satu set daerah tanpak
(visible) dan beberapa set dalam infra merah (IR, infra red) dari spektrum elektromagnetik
seperti ditunjukan di gambar.
Bertahun - tahun para ilmuwan untuk mendapatkan suatu pola formula yang
melukiskan hubungan antara panjang gelombang (λ) frekuensi (v) dan bilangan gelombang
(v) garis-garis spektrum atom hidrogen akhirnya Balmer berhasil menunjukan bahwa grafik
hubungan antara frekuensi dengan 1/n2 ternyata berupa garis lurus dengan mengikuti
rumusan
v = 8,2202 x1014 ( 1- 4/n2) Hertz dimana n ( 2,3,4,5,6 ……) (1)
oleh karena 1/( λ)= v ( bilangan gelombang) dan v = c/λ persamaan diatas dewasa ini
sering diekpresikan sebagai berikut v = 1/λ=109679(1/22 – 1/n2) cm-1 (dimana n =3,4,5,6…..
(2)
Balmer juga meramalkan adanya jumlah garis-garis spektrum yang pada waktu itu
belum ditemukan garis-garis yang memenuhi persamaan (2) kemudian disebut deret Balmer.
Dalam kurun waktu empat puluh tahun kemudian akhirnya ditemukan beberapa deret garis
lain yang mirif dengan garis Balmer, deret baru kemudian diberi nama sesuai penemunya
yaitu deret Lyman (1906) yang terpencar pada daerah ultraviolet. Paschen (1908) yang
terpencar pada daerah infra merah dekat, Brakett ( 1922) yang terpencar pada daerah infra
merah dan deret Pfund ( 1923) yang terpencar pada daerah infra merah jauh. Pada
dasarnya setiap deret menunjukan pola sebaran garis-garis yang cenderung konvergen dan
melemah sejalan dengan makin pendeknya panjang gelombang atau naiknya energi
Data beberapa.
Tabel 1.1
Panjang Gelombang Spektrum Garis Atom Hidrogen Untuk Seri Lyman, Balmer Dan Paschen

Deret λ/ nm Å/nm deret λ/ nm Å/nm deret λ/ nm Å/nm


L91) 121,567 B(1) 656,278 P(1) 1875,110
18,995 170,145 593,305
L(2) 102,572 B(2) 486,133 P(2) 1281,205
5,318 52,086 187,996

10
Kimia Dasar

Deret λ/ nm Å/nm deret λ/ nm Å/nm deret λ/ nm Å/nm


L(3) 97,524 B(3) 434,047 P(3) 1093,809
2,28 23,873 88,971
L(4) 94,974 B(4) 410,174 P(4) 1004,938
1,194 13,167 50,341
L(5) 93,780 B(5) 397,007 P(5) 954,597
0,750 8,102 31,695
L(6) 93,075 B(6) 388,905 P(6) 922,902
5,366
B(7) 383,539
3,749
B(8) 379,790

Tabel 1.3
Spektrum
n1 n 2 deret daerah
1 2,3,4,5,6,7,8,9…… Lyman Ultra violet (UV)
2 3,4,5,6,7,8,…………. Balmer Visibel
3 4,5,6,7,8,…………. Paschen Inframerah dekat near (IR)
4 5,6,7,8,9,……….. Brackett Inframerah
5 6,7,8,9…………….. Pfund Inframerah jauh,far IR

G. TEORI KUANTUM

Salah satu fakta yang mendukung teori kuantum Max Planck, yaitu efek fotolistrik,
dikemukakan oleh Albert Einstein pada tahun 1905. Fotolistrik adalah listrik yang diinduksi
oleh cahaya (foton). Susunan alat untuk menunjukan efek fotolistrik ditunjukan pada
Gambar 2. Alat tersebut terdiri dari sepasang elektroda (katoda dan anoda) yang
ditempatkan dalam ruang hampa, sebuah tabung foto, yaitu sumber radiasi yang diarahkan
ke permukaan katoda, serta sebuah ammeter. Sebagai katoda digunakan suatu logam murni,
misalnya sesium. Fotolistrik terjadi jika radiasi yang digunakan memiliki energi minimum
(frekuensi) tertentu. Setiap logam berbeda dalam hal energi minimumnya.
Einstein menerangkan bahwa cahaya terdiri dari partikel-partikel foton yang energinya
sebanding dengan frekuensi cahaya. Jika frekuensinya rendah, setiap foton mempunyai

11
Kimia Dasar

jumlah energi yang sangat sedikit dan tidak mampu memukul elektron agar dapat keluar dari
permukaan logam. Jika frekuensi (dan energi) bertambah, maka foton memperoleh energi
yang cukup untuk melepaskan elektron (James E. Brady, 1990). Hal ini menyebabkan kuat
arus juga akan meningkat. Energi foton bergantung pada frekuensinya.
Dimana E, energi dinyatakan dalam Joule dan h adalah tetapan Planck yang harganya
6,626 x 10-34 Joule detik (Js)

Misalnya energi kuantum sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 125 nm ( 1 nm =


10-9 ) dapat dihitung sebagai berikut:
Dengan menggunakan v = c/ λ dengan c = 3x 108 mdet-1 dan λ = panjang gelombang
(m) frekuensi sinar ultraviolet
v = 3 x108
125x10-9
Energi kuantum = hv = 6,626 x 10-34 x3 x108
125 x 10-9
= 1,59 x 10-18 J
Jadi energi dari 4 kuanta adalah 6,36 x 10-18 J.

H. EFEK FOTOLISTRIK.

Efek fotolistrik adalah pengeluaran elektron dari suatu permukaan (biasanya logam)
ketika dikenai, dan menyerap, radiasi elektromagnetik (seperti cahaya tampak dan radiasi
ultraviolet ) yang berada di atas frekuensi ambang tergantung pada jenis permukaan. Istilah
lama untuk efek fotolistrik adalah efek Hertz (yang saat ini tidak digunakan lagi). Hertz
mengamati dan kemudian menunjukkan bahwa elektrode diterangi dengan sinar ultraviolet
menciptakan bunga api listrik lebih mudah.
Efek fotolistrik membutuhkan foton dengan energi dari beberapa elektron volts
sampai lebih dari 1 MeV unsur yang nomor atomnya tinggi. Studi efek fotolistrik
menyebabkan langkah-langkah penting dalam memahami sifat kuantum cahaya, elektron
dan mempengaruhi pembentukan konsep Dualitas gelombang-partikel. fenomena di mana
cahaya mempengaruhi gerakan muatan listrik termasuk efek fotokonduktif (juga dikenal
sebagai fotokonduktivitas atau photoresistivity), efek fotovoltaik , dan efek fotoelektrokimia

12
Kimia Dasar

Foto listrik yaitu pancaran elektron dari logam oleh pengaruh sinar, hasil ekperimen
menunjukan bahwa:
1. Energi elektron tidak bergantung pada intensitas berkas sinar yang jatuh pada
permukaan logam.
2. Jumlah elektron yang dipancarkan berbanding lurus dengan intensitas radiasi.
3. Energi elektron sebanding dengan prekuensi berkas sinar.
4. Jika prekuensi cahaya lebih kecil dari suatu harga kritis, tidak akan terjadi pancaran
elektron.

Frekuensi cahaya yang paling rendah untuk memancarkan elektron dari permukaan
logam disebut “ frekuensi ambang”.
Pada tahun 1905 Einstein menetapkan teori kuantum Planck untuk menerangkan efek
fotolistrik. Menurut ia cahaya atau radiasi terdiri atas kuantum-kuantum energi. Kuantum
energi cahaya ini disebut dengan foton, dan besar energinya diberikan oleh persamaan
E = h.υ
Penjelasan Einstein selengkapnya sebagai berikut:
1. Setiap poton merupakan partikel yang memiliki energi kuantum yang ditentukan oleh
besar frekuensinya.
2. Energi kinetik elektron yang dipancarkan memiliki energi kinetic E= 1/2 mv2.
3. Agar elektron dapat terlepas diperlukan sejumlah energi yang disebut fungsi kerja W,
W = hυo diman h adalah tetapan Planck dan υo adalah frekuensi ambang .

Energi foton merupakan energi total dari elektron :


Efoton = h.υ = W + 1/2 mv2.
Jadi
1/2 mv2. = h.υ – W = h (υ - υo ).

Menurut persamaan ini aturan energi kinetik terhadap prekuensi merupakan garis
lurus dengan h sebagai arah lereng. Harga tetapan Planck , h, yang diperoleh dari ekperimen
efek fotolistrik oleh Millikan (1917) sebesar 6,65 x 10-34 Js. Harga ini cocok dengan harga
yang diperoleh dari pengukuran radiasi.

I. MODEL ATOM BOHR.

Di awal abad 20, percobaan oleh Ernest Rutherford telah dapat menunjukkan bahwa
atom terdiri dari sebentuk awan difus elektron bermuatan negatif mengelilingi inti yang
kecil, padat, dan bermuatan positif. Berdasarkan data percobaan ini, sangat wajar jika
fisikawan kemudian membayangkan sebuah model sistem keplanetan yang diterapkan pada
atom, model Rutherford tahun 1911, dengan elektron-elektron mengorbit inti seperti
layaknya planet mengorbit matahari. Namun, model sistem keplanetan untuk atom
menemui beberapa kesulitan. Sebagai contoh, hukum Mekanika Klasik (Newtonian)

13
Kimia Dasar

memprediksi bahwa elektron akan melepas radiasi elektromagnetik ketika sedang mengorbit
inti. Karena dalam pelepasan tersebut elektron kehilangan energi, maka lama-kelamaan
akan jatuh secara spiral menuju ke inti. Ketika ini terjadi, frekuensi radiasi elektromagnetik
yang dipancarkan akan berubah. Namun percobaan pada akhir abad 19 menunjukkan bahwa
loncatan bunga api listrik yang dilalukan dalam suatu gas bertekanan rendah di dalam
sebuah tabung hampa akan membuat atom-atom gas memancarkan cahaya (yang berarti
radiasi elektromagnetik) dalam frekuensi-frekuensi tetap yang diskret.
Untuk mengatasi hal ini dan kesulitan-kesulitan lainnya dalam menjelaskan gerak
elektron di dalam atom, Niels Bohr mengusulkan, pada 1913, apa yang sekarang disebut
model atom Bohr yang bertitik tolak dari model atom Rutherford dan teori kuantum Planck
berdasarkan anggapan sebagai berikut:
1. Elektron bergerak mengelilingi inti atom dalam lintasan atau orbit yang berbentuk
lingkaran.
2. Lintasan yang diperlukan adalah lintasan dimana momentum sudut elektron
merupakan kelipatan dari dimana h adalah tetapan Planck, lintasan ini disebut
“lintasan kuantum”.
3. Karena momentum sudut elektron (massa = m) yang bergerak dengan kecepatan v
dalam lintasan dan jari-jari r adalah mvr maka,
mvr = n ( n = 1,2,3………..). (1)

4. Bila elektron bergerak dalam satu lintasan kuatumnya, maka elektron tidak akan
memancarkan energi. Elektron dalam lintasan ini berada dalam keadaan stasioner atau
dalam tingkat energi tertentu.
5. Bila elektron pindah dari tingkat energi E1 ketingkat energi yang lebih rendah E2 maka
akan terjadi radiasi energi sebanyak
E1 – E2 = h v.
Dimana v = frekuensi energi.

Bila E2 lebih besar dari E1 maka elektron akan mengabsorpsi energi radiasi. Dari
persamaan (1) dapat diturunkan
h 1
v = n( ) (2)
2π mr
Dengan menggunakan hukum- hukum fisika klasik bersama-sama dengan persamaan
(1) dapat diturunkan jari-jari lintasan yang diperbolehkan untuk atom hidrogen (nomor atom
Z =1)
r = n2 h2 (n=1,2,3, …. ) (3)
4π2me4

14
Kimia Dasar

Dari harga h ,m dan e yang telah diketahui, maka untuk n = 1 akan diperoleh
r = 0,52917 x 10-8 nm
= 0,529 Å.
Jika jari-jari Bohr untuk n = 1, dinyatakan dengan Å maka
r = Å n2.
Dengan Å = 0,529 Å.

Energi En dari atom hidrogen, dengan elektron berada dalam lintasan yang dicirikan
oleh harga n, diberikan oleh
En = 2π2me4 / n2 h2 ( n= 1,2,3,……) (4)
Atau
En = - Å/ n2. Dengan Å = 2π2me4 / n2 (5)

Dengan mendistribusikan harga-harga m, e dan h ke dalam persamaan (5) akan


diperoleh
Å = 2,1799 x 10-11erg.
= 5,2 x10-19 kal.
= 2,18 x 10-18 j.
Jadi En = - 2,1799 x 10-11 . 1/n2 erg.
= - 5,2 x 10-19 1/n2 kal.
= -1,36. 1/n2 ev.
= - 2.18 x 10-18 1/n2 j.

Untuk ion-ion berelektron satu, seperti He+, Li+, Persamaan (3) dan (4)masing – masing
harus ditulis sebagai,
r = h2/ 4π2me4 n2/ Z = Å n2/Z
En = - 2π2 me4/h2 Z2/ n2 = A Z2/n2 dimana Z ialah nomor atom.

Teori atom Bohr dapat dengan jelas menerangkan garis spektrum emisi dan absorpsi
dari atom hidrogen. Cahaya akan diserap atau dipancarkan pada frekuensi tertentu yang
khas sebagai akibat perpindahan elektron dari satu orbit ke orbit yang lain. Suatu atom yang
berada dalam keadaan stabil mempunyai energi terendah. Keadaan ini disebut tingkat dasar,
misalnya untuk atom hidrogen tingkat dasarnya pada n = 1. Keadaan dengan n > 1 adalah
kurang stabil dibandingkan dengan tingkat dasar dan disebut keadaan tereksitasi.

Contoh soal
menghitung perubahan energi dalam atom hidrogen.
Soal: Hitung energi foton yang dipancarkan jika suatu elektron jatuh / berpindah dari tingkat
energi kelima ke tingkat energi kedua dalam atom hidrogen. Hitung frekuensi dan panjang
gelombang (dalam nanometer) foton tersebut.

15
Kimia Dasar

Analisis: menurut teori Bohr energi atom hidrogen dihasilkan berdasarkan persamaan
E = -A/n2
Dengan A = 2,18 x 10-18 J gunakan persamaan ini untuk mengetahui perubahan energi
diantara kedua tingkat energi itu untuk selanjutnya digunakan untuk mengetahui bilangan
kuantum n1 dan n2, perubahan energi dari tingkat kelima ketingkat kedua adalah
E = E1 – E2
−A −A
=( 2
)-( 2 )
n1 n2

1 1
=A( 2
)-( 2 )
n1 n2

Perubahan energi ini adalah energi foton. Jadi, frekuensi dapat dihitung menggunakan
persamaan Planck dan akhirnya panjang gelombang dapat diketahui seperti contoh soal
c
λ= .
v
Penyelesaian: dalam soal ini kita ketahui n1 = 5 dan n2 = 2. Masukan angka ini kedalam
persamaan di atas maka diperoleh
1 1
∆ E = 2, 18 x10-18J ( 2 ) - ( 2 )
2 5
=2, 18 x 10-18J (1/4 – 1/25)
= 4, 58 x 10-19J.
Energi foton dari frekuensi ini dihitung menurut persamaan
E = hv
E
Perhitunganya v = = 4,58 x 10-19J.
h
6,63 x 10-34Js
= 6,91 x 1014 Hz.
Panjang gelombang frekuensi dihubungkan menurut persamaan:
λv=c
Penyelesaian untuk panjang gelombang adalah:
λ = c/v
= 3,00 x 108 m s-1 x 1 nm
6,91 x 1014 s-1 10-9 m
= 434 nm.
Panjang gelombang ini adalah garis violet yang dapat dilihat ( visible)

16
Kimia Dasar

J. MEKANIKA GELOMBANG

Teori yang dianut sekarang untuk menjelaskan sifat-sifat elektron dalam atom disebut
mekanika gelombang yang bersumber dari hipotesis yang dikemukakan oleh Louis de
Broglie pada tahun 1924. Dia menganggap bahwa cahaya dapat berprilaku sebagai partikel
pada keadaan tertentu, kemungkinan berbentuk partikel suatu waktu, yang memperlihatkan
sifat-sifat yang biasanya kita asosiasikan sebagai gelombang.
Argumentasi Broglie menghasilkan hal sebagai berikut. Einstein menemukan bahwa
kesetaraan energi, E, terhadap partikel Massa, m, Sama dengan
E = mc2 (1)
Dimana c adalah kecepatan cahaya, Jadi, foton yang energinya E dapat dikatakan
mempunyai massa efektif sebesar m. Max Planck berhasil mengetahui energi foton menurut
persamaan
Efoton = hv
E = hp = hc / λ
Hasil perhitungan kedua persamaan ini adalah
hc
= mc2
λ
Untuk menghitung λ, yaitu panjang gelombang , maka kita peroleh
h
λ=
mc
jika persamaan dipakai untuk partikel , misalnya elektron, maka persamaan itu menjadi
h
λ=
mv
dimana c kecepatan cahaya diganti dengan v kecepatan partikel. Secara ekperimen
terbukti bahwa dualisme gelombang – partikel materi (dual wave- particle nature) berada
dalam bentuk fenomena yang disebut difraksi, merupakan satu sifat yang dapat diterangkan
menggunakan gerakan gelombang. Jika sinar melalui celah yang besarnya dengan panjang
gelombang cahaya dan sumber sinar itu kecil sekali, maka sinar itu akan memancarkan
cahaya kesegala arah. Fenomena ini disebut difraksi. Jika celah itu diletakan berdampingan,
maka setiap celah berfungsi sebagai pemisah cahaya. Jika layar diletakan dimana sinar itu
tertangkap oleh layar, maka diperoleh gambar yang disebut pola dipraksi yang terdiri dari
daerah yang terang dan daerah yang gelap. Pada daerah yang terang, gelombang cahaya
yang datang dari setiap celah bersifat sefase yaitu bentuk yang merupakan hasil gerakan dua
gelombang dimana puncak dan dasar kedua gelombang bersatu membentuk garis sehingga
amplitudo kedua gelombang yang bersatu tersebut menghasilkan suatu gelombang baru
yang mempunyai intensitas lebih besar. Pada daerah yang gelap gelombang cahaya yang
sampai dilayar dari kedua celah bersifat berbeda fase. Jadi puncak dan dasar gelombang
saling bertemu berarti puncak gelombang yang satu bertemu dengan dasar yang lain. Jika
hal ini terjadi, amplitudo kedua gelombang saling menghilangkan. Jadi intensitas nol ( gelap).

17
Kimia Dasar

K. SIFAT GELOMBANG PARTIKEL

Walaupun Bohr telah melukiskan struktur atom cukup rinci namun masih ada sesuatu
yang hilang yaitu mengenai sifat cahaya, banyak percobaan dengan jelas menunjukan sifat
bahwa cahaya bersifat gelombang, tetapi percobaan lain menunjukan bahwa cahaya bersifat
sebagai partikel (yang nantinya dikenal dengan aliran foton yang membawa paket-paket
energi atau sejumlah energi diskret terkuantisasi) sebagai mana yang terjadi pada berbagai
jenis gejala.

Tabel 1.4.
Perbandingan Konsistensi Cahaya Dalam Berbagai Gejala.

Gejala Terori gelombang Teori Partikel


Difraksi Konsisten Tidak konsisten
Refreksi, refraksi Konsisten konsisten
Interferensi Konsisten Tidak konsisten
Efek fotolistrik Tidak konsisten konsisten
Penyebaran energi radiasi Konsisten konsisten
Polarisasi cahaya Konsisten Tidak konsisten
Efek Compton Tidak konsisten konsisten

Dari perbandingan gejala tersebut dapat dipertimbangkan bahwa cahaya atau energi
radiasi secara umum berhubungan dengan sifat gelombang dan sifat partikel, atau sering
dikenal sebagai sifat mendua, cahaya mempunyai sifat gelombang dan partikel. Dalam
keadaan seperti ini sejumlah asumsi yang merupakan dasar pengembangan teori kuantum
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Atom-atom berkelakuan sebagai osilator, menghasilkan gelombang elektromagnetik
dengan frekuensi gelombang yang karakteristik bagi atom yang bersangkutan.
2. Energi tidak dibawa oleh gelombang itu sendiri melainkan oleh foton yang kecepatan
alir diberikan oleh intensitas gelombang yang bersangkutan.
3. Kecepatan pancaran gelombang oleh osilator-osilator menntukan peluang pancaran
foton oleh sumbernya.

Ketiga asumsi tersebut dalam bentuk kuantum asli yang diusulkan oleh Planck yaitu
osilator memancarkan energi dalm bentuk kelipatan integral, dari paket energi basis ( yaitu
foton) sebagai E =nhv ( n= bilangan kuantum dan v frekuensi osilator). Pada tahun 1924
seorang fisikawan Prancis, Louis de Brogli, mengusulkan alternatif lain untuk menjelaskan
rumusan Borh mengenai momentum sudut elektron yang terkuantisasi, dengan mengubah
ekspresi persamaan yang bersangkutan menjadi 2πr = nh/mv, dalam persamaan ini terlihat

18
Kimia Dasar

bahwa 2πr tidak lain adalah keliling lingkaran yang oleh de Broglie diasumsikan sebagai orbit
elektron.
Mengapa orbit elektron ini ditentukan oleh harga-harga h, m dan n Dalam hal ini
Broglie mengusulkan bila cahaya menunjukan sifat mendua gelombang partikel, maka secara
materi yang jelas menunjukan sifat partikel tentu juga mempunyai sifat gelombang.
Oleh karena momentum partikel yang sedang bergerak dinyatakan sebesar mv maka
sebuah foton yang tidak terdeteksi karena terlalu kecil massanya mestinya tidak mempunyai
momentum (nol) namun kesimpulan terakhir ini tidak benar sebagai mana dibuktikan oleh
relatifitas Einstein. Dengan mengingat kembali hubungan massa dengan energi menurut
Einstein, E = mc2, de Broglie merumuskan massa foton sebagai m= E/c2 dan substitusi energi
ini menurut Planck diperoleh
m = hp/ c2 atau m = h/cλ.
Jadi massa foton berbanding terbalik dengan panjang gelombang atau berbanding
lurus dengan frekuensi. Lebih lanjut de Broglie menganggap beralasan untuk berpikir
mengenai panjang gelombang suatu partikel seperti halnya panjang gelombang foton yang
mempunyai kecepatan v. Oleh karena itu parallel dengan persamaan diatas diperoleh
rumusan
m = h/ vλ atau λ =h/mv( dengan v= kecepatan partikel)

Contoh soal.
1. Hitung panjang gelombang elektron yang sedang bergerak dengan kecepatan lintasan
kira-kira 1 % kecepatan cahaya.
2. Hitung panjang gelombang sebuah bola 10 g yang sedang bergerak dengan kecepatan
5 m per detik.
Penyelesaian
Menurut Broglie
λ =h/mv = 6,626 x 10-34 kg m2 s-1 = 2,43x 10-10 m
9, 1091 x 10 kg x 2, 9979 x 10 m s-1
-31 6

= 243PM = 2, 43 Å.
Penyelesaian 2
λ =h/mv = 6,626 x 10-34 kg m2 s-1 = 1,323. 10-32
10-2kg x 5 m s-1

L. GELOMBANG DAN BILANGAN KUANTUM.

Salah satu peranan teori Bohr yang menarik adalah diperkenalkannya bilangan
kuantum, yang berupa bilangan bulat. Jika kita perhatikan bahwa elektron merupakan
gelombang yang mengelilingi inti munculnya bilangan bulat dapat terjadi secara alamiah.
Pada tahun 1926, Erwin Schrodinger (1887-1961) menggunakan perhitungan
matematika untuk menyelidiki gelombang berdiri atom hidrogen dan memulai studi

19
Kimia Dasar

dibidang yang disebut mekanika gelombang atau mekanika kuantum. Perhitungan


matematika ini cukup sulit sehingga tidak diterangkan disini dan kita hanya melihat hasil
teorinya.
Schrodinger memecahkan persamaan matematika, yang disebut persamaan
gelombang untuk atom hidrogen, dia menggunakan satu set fungsi matematika yang disebut
fungsi gelombang (biasanya menggunakan simbul hurup yunani, psi,Ѱ ) yang menunjukan
bentuk dan energi gelombang elektron. Setiap gelombang yang berbeda yang mungkin
terjadi disebut orbital (untuk membedakan dari orbit teori Bohr). Setiap orbital dalam suatu
atom mempunyai energi dengan ciri khusus yang dilukiskan sebagai daerah sekeliling inti
tempat elektron diharapkan dapat ditemukan. Fungsi gelombang sebagai orbital ditunjukan
dalam bentuk nilai tiga bilangan kuantum.
Menurut mekanika gelombang, setiap tingkat energi dalam atom diasosiasikan dengan
satu atau lebih orbital. Dalam atom yang mengandung lebih dari satu elektron, distribusi
elektron sekeliling inti ditentukan oleh jumlah dan bentuk orbital yang mendudukinya. Oleh
sebab itu untuk menyelidiki tempat elektron disekitar inti, kita harus mengetahui dahulu
tingkat energi dalam atom. Cara paling baik untuk mengetahui ini menggunakan
pembahasan bilangan kuantum.
1. Bilangan kuantum utama, n. Tingkat energi dalam atom diatur dalam tingkat-tingkat
utama ( main level) yang disebut kulit dan ditetapkan dalam bentuk bilangan kuantum
utama, n. semakin besar nilai n semakin besar pula nilai rata-rata energi kulit tersebut.
Dapat kita ketahui juga bahwa n menentukan ukuran orbital seperti dalam teori Bohr,
n bernilai 1,2,3,…. Dan seterusnya sampai tidak terbatas. Huruf-huruf juga
menunjukan kulit seperti dibawah ini.
Bilangan kuantum utama 1 2 3 4 5………..
Penandaan hurup K L M N ………..
Misalnya kulit dengan n = 1 menunjukan kulit K.
2. Bilangan kuantum azimut, ℓ. Mekanika gelombang menetapkan bahwa setiap kulit
terdiri dari satu atau lebih sub kulit atau sub tingkat, dimana setiap sub kulit
ditunjukan oleh bilangan kuantum kedua, ℓ, yang disebut bilangan kuantum azimuth.
Seperti kita ketahui bilangan kuantum ini menunjukan bentuk orbital pada tingkat-
tingkat tertentu menunjukan tingkat energinya juga. Untuk setiap kulit yang diketahui
besar nilai ℓ adalah 0, 1, 2, dan seterusnya sampai maksimum n-1. Jadi, jika n= 1, ℓ
paling besar (dan nilainya hanya ini ) adalah ℓ = 0. Oleh sebab itu, nilai K hanya terdiri
dari satu sub kulit. Jika n = 2 maka ada dua harga ℓ yaitu ℓ = 0 dan ℓ = 1 sehingga kulit
L terdiri dari dua sub kulit. Besar nilai ℓ yang terjadi untuk setiap nilai n dapat dilihat
pada Tabel 3.

20
Kimia Dasar

Tabel 1.5
Kuantum Azimut

n ℓ

1 0

2 0, 1

3 0, 1, 2

4 0,1,2,3,

. …..

. …….

n 0, 1,2,3 ..n-1

Perhatikan bahwa angka sub kulit untuk setiap kulit yang diketahui sama dengan
besarnya n yang ada pada kulit tersebut. Untuk menerangkan distribusi elektron dalam
suatu atom biasanya hurup-hurup dihubungkan dengan bermacam-macam nilai ℓ
Nilai ℓ 0 1 2 3 4 5 6…
Penandaan sub kulit s p d f g h………….
Empat hurup pertama menunjukan sumber historis penelitian ℓ spektrum logam alkali
(litium sampai cesium). Dalam spektrum ini, empat deret garis terjadi dan garis-garis
ini disebut deret tajam (Sharp), utama (principal), menyebar (diffuse), dan dasar
(fundamental) yang ditunjukan dalam huruf s, p, d dan f. Untuk ℓ = 4, 5, 6, dan
seterusnya,kita cukup meneruskan secara alphabet. Misalnya kita hanya
memperhatikan subkulit s, p, d dan f karena subkulit ini yang hanya ditempati oleh
elektron dalam atom pada keadaan dasar, keadan energi dalam jumlah paling rendah.
Untuk menunjukan suatu sub kulit dalam kulit, kita harus tulis n untuk kulitnya yang
dikuti oleh hurup subkulit. Misalnya subkulit s dari kulit kedua (n = 2, ℓ =0) kita subkulit
2s. Demikian juga, subkulit p dari kulit kedua ( n =2, ℓ = 1) kita tulis subkulit 2 p.
3. Bilangan kuantum magnetik, mℓ. Setiap subkulit terdiri dari satu atau lebih orbital.
Setiap orbital dalam subkulit tertentu dibedakan dari nilai mℓ. yang menunjukan
orientasinya dalam ruang relatif terhadap orbital lain. Pemberian nama bilangan
kuantum magnetik disebabkan dari kenyataan bahwa bilangan ini dapat digunakan
untuk menerangkan adanya garis tambahan yang dihasilkan spektrum atom ketika
atom tersebut memancarkan sinar apabila berada dalam medan magnet. Nilai dalam
bentuk bilangan bulat antara - ℓ dan + ℓ. Jika ℓ = 0, maka hanya ada satu mℓ. Yaitu mℓ. =

21
Kimia Dasar

0; maka subkulit s hanya terdiri dari satu orbital (kita sebut s orbital). Subkulit p (ℓ =1)
mempunyai 3 orbital yang mempunyai mℓ. sebesar -1, 0, dan +1. Dengan cara yang
sama , subkulit d (ℓ = 2) terdiri dari 5 orbital dan subkulit f (ℓ = 3) ada tujuh orbital.
Semua ini diringkas dalam tabel di atas.
Untuk melukiskan orbital (gelombang elektron) dalam satu atom dapat kita gambarkan
dalam satu set satuan n,ℓ, dan mℓ.. Misalnya suatu gelombang mempunyai n =1, ℓ = 0
dan mℓ. = 0. Ini menunjukan orbital 1s dan kita anggap orbital 1 s yang ditempati oleh
elektron tersebut. Dalam keadaan tertentu kita lihat bahwa atom itu berfungsi sebagai
garasi mobil elektron, dimana orbital merupakan tempat - tempat parkir gelombang
dan energi tertentu. Jika elektron berada pada salah satu tempat parkir, elektron ini
mempunyai bentuk gelombang dan energi pada orbital tersebut.

Bilangan Kuantum
Sebegitu jauh postulat tentang bilangan kuantum utama n oleh Bohr dan bilangan
kuantum azimuth ℓ oleh Sommerfeld telah berhasil dibuktikan secara meyakinkan melalui
persamaan Schrodinger menurut teori mekanika gelombang dan bahkan juga bilangan
kuantum magetik, m atau tepatnya mℓ dengan demikian ketiga bilangan kuantum ini muncul
secara natural-matematis. Bilangan kuantum utama n yang mempunyai nilai 1, 2, 3 …. ,n,
menyatakan ukuran volume atau jari-jari atom dan tingkat-tingkat energi kulit utama,
terjadinya garis-garis spektrum deret, Lyman, Balmer, Paschen Brackett dan Pfund dalam
spektrum hidrogen diinterprestasikan sebagai akibat terjadinya transisi elektron dari n yang
lebih tinggi ke n yang lebih rendah.
Bilangan kuantum azimuth ℓ yang mempunyai nilai 0,1,2,3,…..(n – 1) menunjuk pada
adanya subkulit (orbital) dan bentuknya. Munculnya garis-garis plural yang sangat
berdekatan dari spektrum yang semula tampak sebagai garis tunggal mempersyaratkan
adanya sub-subkulit atau beberapa orbital pada kulit utama n. Garis plural di
interprestasikan sebagai akibat terjadinya transisi elektronik dari sub-sub kulit dalam n yang
lebih tinggi ke kulit atau sub kulit dalam n yang lebih rendah.
Bilangan kuantum magnetik m atau mℓ yang mempunyai nilai 0, ± 1, ± 2, ….±ℓ
menunjuk pada orentasi atau arah orbital, gejala efek Zeeman yang semula tidak dapat
dijelaskan oleh Bohr maupun Sommerfeld dapat dijelaskan dengan mengintroduksikan
bilangan kuantum ini, jauh sebelum Bohr mengemukakan teori atomnya. Zeeman pada
tahun 1896 mengamati adanya pemisahan (splitting) garis spektrum tunggal menjadi
beberapa garis plural oleh karena pengaruh medan magnetik dari luar. Gejala ini
diinterpretasikan bahwa sesungguhnya di dalam sub kulit terdapat beberapa sub orbit yang
mempunyai tingkat energi sama bila tampa adanya pengaruh medan magnetik dari luar
sehingga transisi elektronik muncul sebagai garis tunggal tetapi menjadi tidak sama dengan
adanya pengaruh medan magnet dari luar. Hal ini kemudian diasumsikan bahwa revolusi
elektron dalam sub-sub orbit ini menghasilkan dua macam momen magnetik yaitu searah
dengan arah medan magnetik luar dan keduanya mempunyai energi yang berbeda.

22
Kimia Dasar

Bilangan kuantum spin s, menunjuk pada probabilitas arah putaran elektron pada
sumbunya, jadi berharga 1/2, sedang bilangan kuantum magnetik spin ms menunjuk pada
arah putaran atau spin atau rotasi sebuah elektron pada sumbunya yaitu searah (clockwise)
dan berlawanan arah (anti clockwise) dengan arah putaran jarum jam dan oleh karena itu
diberikan nilai ± 1/2.

M. KONFIGURASI ELEKTRON UNSUR-UNSUR.

Cara elektron terdistribusi diantara orbital dari suatu atom disebut struktur atom atau
konfigurasi atom atom tersebut. Seperti dibicarakan sebelumnya, hal ini ditunjukan oleh
ketentuan terjadinya sub kulit berdasarkan adanya kenaikan energi. Alasannya adalah
bahwa dalam keadaan dasar suatu atom, elektron dijumpai dalam keadaan energi yang
paling rendah. Misalnya dalam hidrogen elektron tunggal akan terletak dalam sub kulit 1s
karena dalam tingkat ini elektron mempunyai energi yang paling rendah. Untuk menunjukan
bahwa sub kulit 1s mengandung satu elektron, kita menggunakan (dalam keadaan ini 1)
untuk menunjukan sub kulitnya. Jadi kita tulis 1s1 untuk konfigurasi elektron hidrogen untuk
atom lainnya dapat dilihat pada Tabel 4.

23
Kimia Dasar

Tabel 1.6
Konfigurasi Elektron Unsur-Unsur.

Nomor Nomor Nomor


Atom Atom Atom
1 2 1
1 H 1s 21 Sc [Ar] 4s 3d 41 Nb [Kr] 5s14d4
2 He 1s2 22 Ti [Ar] 4s2 3d2 42 Mo[Kr] 5s14d5
3 Li [ He] 2s1 23 V [Ar] 4s2 3d3 43 Tc[Kr] 5s24d5
4 Be [He] 2s2 24 Cr [Ar] 4s1 3d5 44 Ru[Kr] 5s14d7
5 B [He] 2s2 2p1 25 Mn [Ar] 4s23d5 45 Rh[Kr] 5s14d8
6 C [He] 2s2 2p2 26 Fe [Ar] 4s23d6 46 Pd[Kr] 4d10
7 N [He] 2s2 2p3 27 Co [Ar] 4s2 3d7 47 Ag[Kr] 5s14d10
8 O[He] 2s22p4 28 Ni [Ar] 4s23d8 48 Cd[Kr] 5s24d10
9 F [ He] 2s2 2p5 29 Cu [Ar] 4s13d10 49 In[Kr] 5s24d105p1
10 Ne [ He] 2s2 2p6 30 Zn [Ar] 4s23d10 50 Sn[Kr] 5s24d105p2
11 Na [Ne1] 3s1 31 Ga [Ar] 4s23d10 4p1 51 Sb[Kr] 5s24d105p3
12 Mg [Ne] 3s2 32 Ge [Ar] 4s23d10 4p2 52 Te[Kr] 5s24d105p4
13 Al [Ne] 3s2 3p1 33 As [Ar] 4s23d10 4p3 53 I[Kr] 5s24d105p5
14 Si [Ne] 3s2 3p2 34 Se [Ar] 4s23d10 4p4 54 Xe[Kr] 5s24d105p6
15 P [Ne] 3 s2 3p3 35 Br [Ar] 4s23d10 4p5 55 Cs [Xe] 6s1
16 S [Ne] 3s2 3p4 36 Kr [Ar] 4s23d10 4p6 56 Ba [Xe] 6s2
17 Cl [Ne] 3s2 3p5 37 Rb [Kr] 5s1 57 La [Xe] 6s2 5d1
18 Ar [Ne] 3s2 3p6 38 Sr [Kr] 5s2 58 Ce [Xe] 6s4f15d1
19 K [Ar] 4s1 39 Y [Kr] 524d1 59 Pr [Xe] 6s24f3
20 Ca [Ar] 4s2 40 Zr [Kr] 5s2d2 60 Nd [Xe] 6s24f4

Sebagai hasil uraian ini maka perlu ditentukan tanda untuk spin elektron. Salah satu
metoda yang banyak digunakan adalah dengan menggambarkan anak panah menunjuk ke
atas, ↑ sebagai symbol untuk menunjukan suatu elektron yang berputar dalam satu arah
dan anak panah menunjuk ke bawah ↓ untuk menunjukan perputaran elektron yang
berlawanan arah. Untuk memperlihatkan distribusi atau penyebaran elektron diantara
orbital suatu atom, kita tempatkan panah diatas batang yang menunjukan orbital. Hidrogen
misalnya ditulis sebagai berikut

H
1s

24
Kimia Dasar

Gambar konfigurasi elektron seperti ini biasanya disebut diagram orbital.


Untuk menggambarkan konfigurasi unsur-unsur lainnya dalam tabel periodik, dapat
kita lakukan dengan menggabungkan satu atom dengan atom berikutnya. Misalnya dengan
cara menambahkan proton dan beberapa netron yang dibutuhkan ke inti dan menempatkan
elektron pada sub kulit yang mempunyai energi terendah. Hidrogen adalah unsur paling
sederhana terdiri dari hanya satu proton dan satu elektron, unsur selanjutnya yang ber
nomor atom dua adalah Helium mempunyai dua elektron dan karena mempunyai 1 s orbital,
maka dapat mengikat kedua elektron tersebut jadi struktur helium adalah 1s2 dan diagram
orbitalnya adalah
↑↓
He
1s
Perhatikan dalam penempatan elektron pada orbital yang sama, spin (perputaran)
elektronnya berlawanan arah sesuai dengan ketentuan asas eksklusi Pauli. Untuk itu kita
sebut spin (perputaran) berpasangan atau elektronnya lebih mudah berpasangan.
Dua unsur selanjutnya setelah He adalah Li dan Be yang mempunyai tiga dan empat
elektron. Dalam setiap unsur dua elektron pertama berada dalam sub kulit 1s dan kedua
elektron lainya masuk dalam sub kulit 2s. jadi konfigurasi elektron Li dan Be adalah Li, 1s22s1
dan Be 1s2 2s2. Dapat juga digambarkan sebagai berikut.

↑↓ ↑
Li dapat juga ditulis Li [He] 2s1

↑↓ ↑↓
Be Be[He] 2s2
1s 2s
Konfigurasi elektron ini sering disingkat, terutama untuk atom-atom yang elektronnya
banyak. Perhatikan misalnya Li dan Be, sub kulit 1s nya sudah lengkap. Konfigurasi 1s2 nya
sama dengan konfigurasi unsur helium, yang 1s2 nya disingkat dengan [ He] dalam kurung.

Li [He]

↑↓
Be [He]
2s
Disini kita fokuskan pada struktur elektron dari kulit yang terluar- kulit n paling tinggi –
yang bertanggung jawab untuk perubahan kimia dalam reaksi kimia. Elektron yang berada
dibawah kulit terluar disebut elektron inti (Core elektron). Dalam contoh helium, kulit yang
lebih dalam nya diisi sub kulit 1s yang disebut inti helium. Kita sering menjumpai manfaat
penggunaannya untuk elektron yang berada diluar inti elektron yang sama dengan
konfigurasi elektron salah satu gas mulia. Oleh sebab itu untuk menulis singkatan
konfigurasi, kita selalu memilih konfigurasi elektron yang sama dengan bentuk konfigurasi
gas mulia yang digantikan dengan symbol kimia didalam tanda kurung sebagai singkatan
struktur elektron.
25
Kimia Dasar

Pada berilium yang mempunyai empat elektron, sub kulit 2 s- nya lengkap. Elektron
kelima boron ( Z = 5), harus masuk kedalam sub kulit berikutnya yang lebih dalam, yaitu 2 p.
oleh sebab itu konfigurasi boron menjadi 1s2 2s2 2p1. Sama seperti ini, elektron kelima dan ke
enam unsur karbon harus masuk kedalam sub kulit 2p. oleh sebab itu, konfigurasi karbon
adalah 1s2 2s2 2p2. Namun demikian jika kita perhatikan distribusi elektron pada bermacam-
macam orbital, kita dihadapkan pada pilihan bahwa elektron dapat digambarkan dalam tiga
cara;
↑↓ ↑↓
C [He]

↑↓ ↑ ↓
Atau C [He]

↑↓ ↑ ↑
Atau C[He]
2s 2 p

Dua elektron terakhir dapat ditempatkan berpasangan dalam orbital yang sama,
berpasangan dalam orbital yang berbeda, atau digambarkan menjadi spin yang arahnya
sama (tidak berpasangan). Sebagai kelanjutan dari hal ini, ekperimen menunjukan bahwa
diagram terakhir memperlihatkan konfigurasi elektron yang mempunyai energi terendah.
Kesimpulan aturan Hunds tentang ekperimen ini adalah: elektron yang masuk kedalam sub
kulit yang mengandung lebih dari satu orbital akan tersebar pada orbital yang mempunyai
energi sama dengan putaran (pin)nya kearah yang sama. Oleh sebab itu untuk nitrogen (Z =
7), konfigurasi ditulis seperti ini 1s2 2s2 2p3 dan keadaan dasar unsur-unsur ini mempunyai
diagram orbital.
↑↓ ↑ ↑ ↑
N[He] N= [He] 2s22p3
2s 2 p

Dengan demikian unsur oksigen , fluor, dan neon (Z =8 ,9 dan 10) subkulit 2p-nya yang
lengkap adalah.
↑↓ ↑↓ ↑ ↑
O [He] O = [He] 2s22p4

↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑
F [He] F = [He] 2s22p5

↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓
Ne [He] Ne = [He] 2s22p6
2s 2p

Setelah sub kulit 2 p diisi pada Ne, maka tingkat energi terendah selanjutnya adalah 3s.
Tingkat energi ini diisi Na dan Mg (Z = 11 dan 12). Setelah ini Sub kulit selanjutnya, 3p yang
diisi berturut-turut oleh enam elektron yang terlihat pada konfigurasi yang lengkap dari
atom Al sampai Ar (Z = 13 sampai 18). Kemudian subkulit 4s terletak pada energi yang lebih
rendah daripada 3 d, sub kulit ini diisi oleh elektron yang ke Sembilan belas dan keduapuluh
dari K dan Ca ( Z =19 dan 20).
26
Kimia Dasar

Untuk Sc mempunyai konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d1 4s2 pada umumnya
kita tempatkan sub kulit bersama-sama dengan nilai yang sama dari bilangan kuantum
utama.
konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d1 4s2
↑ ↑↓
Diagram orbitalnya Sc[Ar]
3d 4s

N. BENTUK ORBITAL S.

setiap orbital s adalah setiap suatu jarak tertentu dari inti, kerapatan elektron sama,
tanpa memperhatikan arah gerakan kita. Elektron ini terletak pada permukaan inti dimana
inti terletak ditengahnya oleh sebabitu dinamakan orbital bentuk bola.

Gambar 1.6
Bentuk dan ukuran orbital

Orbital s dengan energi tinggi berbeda dari orbital 1s pada keadaan tetentu lihat
gambar memperlihatkan perbedaan kerapatan elektron pada orbital 1s, 2s, dan 3s kalau kita
lihat orbital 2s bergerak menjauhi inti, kerapatan elektron berangsur-angsur berkurang
sampai nol, kemudian naik kembali, kemudian berkurang lagi.
Bentuk lainya yang perlu diperhatikan pada gambar tersebut adalah ukuran orbital,
seperti telah dijelaskan didepan semakin besar nilai bilangan kuantum utama suatu suatu
orbital semakin besar pula ukuran orbital tersebut.

1. Bentuk orbital p
Bentuk elektron yang spesifik seperti terlihat pada gambar, bahwa orbital ini
mempunyai kerapatan elektronya tidak tersebar dalam bentuk bola yang simetris melainkan
terkonsentrasi dalam dalam dua daerah yang terbagi sama besar dan terletak pada dua sisi

27
Kimia Dasar

yang berhadapan dari inti yang titik tengahnya terletak pada garis lurus yang melalui titik
tengah atom. Yang dibatasi oleh bidang simpul.

Gambar 1.7
Orbital P

Orbital p dengan bilangan kuantum utamanya lebih besar (lebih jauh dari inti) dari
pada orbital 2p, mengandung tambahan simpul pada bidang simpul yang melalui inti.
Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada gambar diatas. Selain perbedaan ini juga kerapatan
elektron sepanjang arah tetentu dalam semua orbital p. dan kita sebut orbital p mempunyai
sifat mengarah (directional properties). Orbital p digambarkan sebagai sepasang daun telinga
“ lobe”yang berbentuk halter yang letaknya berlawanan arah dari inti.
Sub kulit p terdiri dari tiga orbital p, setiap orbital mempunyai bentuk yang sama,
perbedaannya hanya pada arah dimana kerapatan elektronnya terkonsentrasi. Arah ini
terletak saling tegak lurus seperti terlihat pada gambar, biasanya orbital p digambar
menggunakan satu kumpulan sumbu xyz. Oleh sebab itu dalam praktek orbital ini diberi
tanda px,py dan pz.

2. Bentuk orbital d.
Orbital d ini lebih rumit dari pada orbital p, oleh sebab itu sangat sulit menggambarkan
orbital ini bergabung dalam satu sumbu. Dalam gambar orbital d diperlihatkan terpisah,
tetapi dalam satu atom orbital ini saling tumpang tindih pada inti yang sama.

Gambar 1.8
Orbital d
Hal utama yang perlu diperhatikan pada orbital d adalah bahwa bentuk orbital ini tidak
semuanya sama, empat orbital ini yang diberi tanda dxy, dxz, dyz, dx2-y2 mempunyai bentuk
yang sama dan setiap orbital mempunyai empat “lobe” kerapatan elektron, bedanya adalah
orbital ini berkumpul dengan arah yang bebeda. Orbital ke lima diberi tanda dz2 terdiri dari
28
Kimia Dasar

dua “lobe” kerapatan elektron yang besar yang digambarkan dengan arah berlawanan
melalui sumbu z, ditambah satu kerapatan elektron pada bidang xy .

Contoh menentukan konfigurasi Elektron.


Soal.
Bagimana konfigurasi antimony (Sb)?
Penyelesaian: Antimon mempunyai nomor atom 51. Untuk mencapai unsur ini kita harus
melewati seluruh periode1,2,3 dan 4, serta melalui sebagian periode 5. Setelah kita kerjakan,
maka hasilnya adalah;
Periode 1 diisi subkulit1 s, yang menghasilkan 1s2
Periode 2 diisi sub kulit 2s dan 2p 2s2 2p6
Periode 3 diisi subkulit 3s dan 3p 3s23p6
Periode 4 diisi subkulit 4s, 3d dan 4 p 4s2 3d10 4p6.
Periode 5 setelah mencapai cadmium (Z = 48) kita isi sub kulit 5s dan 4 d. Kemudian kita
bergerak melalui tiga ruang sampai pada daerah p untuk mencapai Sb. Hal ini menghasilkan
5s24d105p3.
Setelah disatukan semua kita peroleh
1s22s22p63s23p64s23d104p65s24d105p3.
Jika kita kumpulkan semua subkulit dari semua kulit yang diketahui, kita peroleh
1s22s23s23p63d104s24p64d105s25p3.
Kita dapat menulis juga konfigurasi dengan cara mengamati inti gas mulia ditambah
elektron yang ada diluarnya [Kr] 4d105s25p3.

Contoh Soal menentukan konfigurasi kulit terluar.


Soal.
Bagaimana konfigurasi kulit terluar silikon?
Penyelesaian: Silikon (Si) berada pada periode 3, oleh sebab itu kulit terluarnya adalah kulit
ke tiga. Untuk sampai ke Si dalam periode tiga, kita harus mengisi sub kulit 3s dan
menempatkan dua elektron ke dalam sub kulit 3 p, hal ini menghasilkan
Si 3s2 3p2.

Contoh Soal menetukan diagram orbital menggunakan tabel perodik.


Soal.
Dengan menggunakan tabel periodik susunlah diagram orbital valensi kulit telerium ,Te
Penyelesaian: mula-mula tentukan konfigurasi elektron valensi kulit, kemudian kita dapat
ubah diagram orbital yang diperlukan, Te berada dalam periode 5. Hal ini berarti valensi
kulitnya adalah kulit ke lima – kita hanya memperhatikan orbital yang ada dalam kulit ke 5.
Jika kita lalui baris ke lima, mula-mula kita isi orbital 5s (yang menghasilkan 5s2), kemudian
diisi orbital 4d (yang menghasilkan 4d10 ) dan akhirnya kita tempatkan 4 elektron dalam
subkulit 5 p 9 (yang menghasilkan 5p4). Dengan demikian konfigurasi elektron Te adalah
Te [Kr] 4d105s25p4

29
Kimia Dasar

Dan konfigurasi valensi kulitnya adalah


Te 5s25p4
Langkah selanjutnya adalah mengubah konfigurasi ini menjadi diagram orbital. Kita
mulai gambarkan satu tempat untuk orbital 5s dan tiga tempat untuk orbital 5p. Jangan lupa
memperhatikan semua orbital dari sub kulit yang diketahui meskipun tidak semuanya
mempunyai elektron. Cara yang terbaik untuk memulainya adalah menggambarkan tempat-
tempat untuk orbital dan kemudian mengisinya dengan elektron. Untuk Te kita peroleh
Te
5s 5p

Sekarang kita tempatkan 2 elektron dalam orbital 5s, untuk memastikan bahwa
elektron ini sepasang. Selanjutnya kita tempatkan elektron dalam orbital 5p, satu orbital
sampai terisi setengahnya (dengan 3 atau 4 elektron) kemudian tambahkan elektron ke 4
dalam salah satu dari orbital 5p yang telah terisi setengahnya dengan pasangan spinnya.
Dengan demikian orbital diagramnya yang lengkap adalah
↑↓ ↑↓ ↑ ↑
Te
5s 5p

Latihan
Untuk memperdalam pengertian Anda mengenai materi di atas, kerjakan latihan berikut :
1) Gambarkan konfigurasi Fe
2) Gambarkan konfigurasi Co
3) Gambarkan konfigurasi Ni

Ringkasan
1. Struktur atom mengambarkan bagaimana partikel-partikel penyusun atom (proton,
elektron, dan neutron) berada didalam atom
2. spektrum terjadi akibat adanya perpindahan elektron. Spektrum unsur hanya
mengandung beberapa garis warna yang terpisah satu sama lain sehingga dikenal
sebagai spektrum garis
3. menurut Bohr model atom dan kedudukan elekron dan inti atom menyerupai sistem
tata surya, dengan inti atom yang berisi proton dan neutron sebagai pusatnya dan
elektron-elektron mengelilingi inti atom pada lintasan-lintasan/ orbital tertentu
4. model atom Bohr dapat dijelaskan oleh Louis Victor de Broglie melalui teori dualisme
partikel golongan. Elektron mempunyai sifat sebagai partikel sekaligus sebagai
gelombang, lintasan eletron tidak lagi seperti garis melingkar tetapi mengikuti pola
golongan stasioner

30
Kimia Dasar

5. posisi sekaligus kecepatan elektron tidak dapat ditentukan secara pasti meski dengan
ketelitian cukup tinggi, azas ketidak pastian tersebut dinyatakan oleh Werner
Heisenberg.
6. menurut model atom mekanika kuantum, elektron berada dalam orbital, yaitu daerah
disekitar inti dengan peluang terbesar untuk menentukan posisi sekaligus kecepatan
elektron, posisi pasti dari suatu eletron tidak dapat ditentukan
7. kedudukan suatu orbital ditentukan oleh empat bilangan kuatum, yaitu bilangan
kuatum utama (n), bilangan kuantum azimut (l), bilangan kuantuk magnetik (m), dan
bilangan kuatum spin (s).
8. bentuk orbital ditentukan oleh bilangan kuatum azimutnya (l), orbital s (l-0) berbentuk
bola; orbital p (l=1) berbentuk balon terpilih, dan seterusnya
9. konfigurasi elektron memilih kaidah Aufbau, kaidah Hund, dan azas larangan Pauli
10. elektron yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan kimia disebut elektron valensi

Tes 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Hitung energi dalam Joule, dari satu foton berfrekuensi 3 x 1015 Hz….
A. 2 x 189 J.
B. 2 x 1818 J
C. 1818 J.
D. 189 J.

2) Hitung panjang gelombang satu foton yang berenergi 2 x10-20 j….


A. 10 μm.
B. 100 μm.
C. 1 μm.
D. 0,1 μm.

3) Sinar panjang gelombang 375 nm dijatuhkan pada permukaan logam sesium dalam
fotosel. Energi kinetik maksimum elektron yang dipancarkan 2,00 x10-19 J. Hitung energi
pengikat elektron dan panjang gelombang terbesar dari sinar yang dapat
memancarkan elektron dari permukaan sesium….
A. 4,98 x 1014s-2.
B. 49, 8 x 1014 s-1.
C. 4,98 x 1014s-1.
D. 49,8x1014s-2.

4) Hitung panjang gelombang garis ketiga dari deret Paschen untuk hydrogen….
A. λ= 1099 nm.
B. λ= 109,9 nm.

31
Kimia Dasar

C. λ= 2198 nm.
D. λ= 1648,5 nm.

5) Hitung panjang gelombang dua garis pertama dalam deret Pfund spektrum hydrogen….
A. 4653,8 nm.
B. 7459, 85 nm.
C. 2326, 9 nm.
D. 9308 nm.

6) Hitung panjang gelombang garis spektrum hidrogen jika elektron berpindah dari orbit
Bohr ke 6 ke orbit Bohr ke 3….
A. 218,8 nm.
B. 109,4 nm.
C. 2188,2 nm.
D. 1094,11 nm.

7) Hitung Energi dalam Joule untuk memindahkan satu elektron dari orbit Bohr pertama
ke orbit Bohr ke 3….
A. 1, 94 x 10-18J.
B. 2, 18 x 10-18J.
C. 19,4 x 10- 18J.
D. 2,18 x 10+18 J.

8) Hitung energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari tingkat energi terendah
atom hidrogen untuk menghasilkan ion H….
A. 1, 94 x 10-18 J.
B. 2, 18 x 10-18 J.
C. 19,4 x 10- 18 J.
D. 2,18 x 10+18 J.

9) Hitung energi yang dibebaskan jika elektron berpindah dari tingkat energi ketiga
ketingkat energi ke enam….
A. 3, 06 x 10-19 J.
B. 0, 53 x 10-19 J.
C. 30, 6 x 10-19 J.
D. 1, 53 x 10-19 J.

10) Perhatikan keadaan n=3 untuk atom hidrogen (Z=1) gunakan model atom Bohr, hitung
energi ion….
A. -0,242 x 10-18 J.
B. 0,242 x 10-18 J.
C. 0,484 x 1018 J.
D. 0,484 x 10-18 J.

32
Dasar-Dasar Elektrokimia 1

BAB 1
DASAR-DASAR ELEKTROKIMIA

1.1 PENDAHULUAN
Elektrokimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari hubungan antara reaksi kimia dengan
arus listrik. Elektrokimia dapat diaplikasikan dalam berbagai keperluan manusia, seperti keperluan sehari–hari
dalam skala rumah tangga dan industri–industri besar seperti industri yang memproduksi bahan–bahan kimia
baik organik maupun anorganik, farmasi, polimer, otomotiv, perhiasan, pertambangan, pengolahan limbah
dan bidang analisis. Pengunaan elektrokimia diantaranya adalah:
Sel galvani yaitu sel yang didasarkan pada reaksi kimia yang dapat menghasilkan arus listrik, seperti
baterai, aki dan sel bahan bakar (fuel cell).
Sel elektrolisis, yaitu sel yang didasarkan pada reaksi kimia yang memerlukan arus listrik. Contoh
penggunaan sel elektrolisis yaitu:
Elektrodeposisi adalah pengendapan logam dipermukaan elektroda. Teknik ini digunakan untuk
pembuatan bahan nanoteknologi, elektroplating, pencegah korosi, perhiasan dan asesoris mobil.
Elektroanalisis adalah aplikasi elektrolisis untuk analisis, seperti: polarografi, voltametri, potensiometri,
Linear Sweep Voltammetry (LSV), Cyclic Voltammetry (CV), Differential Pulse Voltammetry (DPV), Normal
Pulse Voltammetry (NPV), Differential Normal Pulse Voltammetry (DNPV), Square Wave Voltammetry (SWV),
Anodic stripping voltammetry (ASV), Cathodic stripping voltammetry (CSV) dan Voltametri stripping adsorptif
(AdSV).
Elektrosintesis adalah sintesis senyawa organik dan anorganik dengan cara elektrolisis. Teknik ini dapat
mengatasi beberapa kelemahan sintesis dengan cara biasa. Beberapa senyawa organik dapat disintesis dengan
cara elektrosintesis antara lain asam asetat, adiponitril, tetra alkil plumbum dan tetrafluoro–p–xylen, sedangkan
sintesis senyawa anorganik antara lain Ti, Al, Na, MnO2 dan Cl2.
Elektrodegradasi adalah penguraian limbah organik dan anorganik. Penguraian limbah dengan teknik ini
lebih efisien dan hemat energi. Hasil akhir dari penguraian limbah organik adalah air dan gas CO2, sedangkan
limbah anorganik seperti logam–logam akan terendapkan di katoda. Logam yang sudah terendapkan di katoda,
dapat dipisahkan dengan melarutkan logam tersebut dalam asam kuat, kemudian dipisahkan menjadi logam
murni melalui pengendapan.
2 Elektrokimia dan Aplikasinya

Peralatan elektrokimia minimal terdiri dari tiga komponen penting yaitu anoda, katoda dan elektrolit.
Anoda adalah elektroda tempat berlangsungnya reaksi oksidasi, elektroda adalah konduktor yang digunakan
untuk bersentuhan dengan bagian atau media non–logam dari sebuah sirkuit (misal semikonduktor,
elektrolit). Anoda berupa logam penghantar listrik, pada sel elektrokimia anoda akan terpolarisasi jika arus listrik
mengalir ke dalamnya. Arus listrik mengalir berlawanan dengan arah pergerakan elektron. Pada sel galvani
(baterai) maupun sel elektrolisis, anoda merupakan tempat berlangsung reaksi oksidasi. Katoda merupakan
elektroda yang terpolarisasi jika arus listrik mengalir keluar darinya. Pada baterai biasa (baterai karbon–seng),
yang menjadi katoda adalah seng, yang juga menjadi pembungkus baterai. Sedangkan, pada baterai alkalin,
yang menjadi katoda adalah mangan dioksida (MnO2).
Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion–ionnya. Zat yang jumlahnya lebih
sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada
zat–zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan
dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk
larutan disebut pelarutan atau solvasi.  Larutan terdiri dari larutan non elektrolit dan larutan elektrolit. Larutan
non elektrolit adalah larutan yang tidak menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan elektrolit adalah larutan
yang dapat menghantarkan arus listrik dengan mudah. Ion–ion merupakan atom–atom bermuatan elektrik.
Elektrolit dapat berupa senyawa garam, asam, atau amfoter. Beberapa gas tertentu dapat berfungsi sebagai
elektrolit, hal ini terjadi pada kondisi tertentu misalnya pada suhu tinggi atau tekanan rendah. Elektrolit kuat
identik dengan asam, basa, dan garam. Elektrolit merupakan senyawa yang berikatan ion dan kovalen polar.
Sebagian besar senyawa yang berikatan ion merupakan elektrolit sebagai contoh adalah garam dapur atau
NaCl. NaCl dapat menjadi elektrolit dalam bentuk larutan dalam sistem aqueous dan lelehan, sedangkan
dalam bentuk padatan senyawa ion tidak dapat berfungsi sebagai elektrolit.
Reaksi elektrokimia melibatkan perpindahan elektron–elektron bebas dari suatu logam kepada komponen
di dalam larutan. Kesetimbangan reaksi elektrokimia sangat penting dalam sel galvani (sel yang menghasilkan
arus listrik) dan sel elektrolisis (sel yang menggunakan/memerlukan arus listrik). Dalam bidang elektrokimia
antara sel galvani dan sel elektrolisis terdapat perbedaan yang nyata. Perbedaannya yaitu berhubungan dengan
reaksi spontan dan tidak spontan. Sel galvani secara umum terjadi reaksi spontan, sedangkan sel elektrolisis
terjadi reaksi tidak spontan. Reaksi spontan artinya reaksi elektrokimia tidak menggunakan energi atau listrik
dari luar, sedangkan reaksi tidak spontan yaitu reaksi yang memerlukan energi atau listrik. Beberapa parameter
untuk mengetahui reaksi spontan atau tidak spontan adalah parameter ΔGo, K dan Eosel seperti ditunjukkan
dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Hubungan antara ΔGo, K dan Eosel
ΔGo K Eosel Keadaan reaksi Aplikasi
Negatif >1 Positif Spontan Sel Galvani, baterai, aki
dan fuel sel
0 =1 0 Kesetimbangan –
Positif <1 Negatif Tidak spontan Elektroplating,
elektrodeposisi
elektrodegradasi,
elektroanalisis,
elektrosintesis,

Nilai Eosel ditentukan dengan rumus


Eosel = Eoreduksi – Eooksidasi
Eoreduksi adalah nilai potensial elektroda standar pada elektroda yang mengalami reduksi dan Eooksidasi adalah
Dasar-Dasar Elektrokimia 3

nilai potensial elektroda standar dari elektroda yang mengalami oksidasi. Elektroda yang memiliki potensial
reduksi lebih kecil akan mengalami oksidasi, sebaliknya elektroda yang potensial reduksinya lebih besar akan
mengalami reduksi. Berdasarkan data potensial reduksi untuk Cu2+ dan Zn2+ masing–masing adalah 0,34 volt
dan –0,76 volt, sehingga reaksi yang terjadi pada sel di atas adalah:

Reduksi : Cu2+ + 2e–  Cu Eo = 0,34 V


Oksidasi : Zn  Zn 2+
+ 2e –
E o
= 0,76 V
Total : Zn + Cu 2+
 Zn 2+
+ Cu E o
sel
= 1,10 V
atau Eosel dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Eosel = Eoreduksi – Eooksidasi
Eosel = 0,34 – (–0,76) V
Eosel = 0,34 + 0,76 = 1,10 V

Suatu sel elektrokimia dapat terjadi secara spontan atau tidak spontan, dapat diperkirakan dari nilai
potensial sel atau Eosel. Jika potensial sel berharga positif, maka reaksi redoks berlangsung spontan. Sebaliknya
jika potensial sel berharga negatif maka reaksi tidak berlangsung spontan. Karena nilai Eosel bernilai positif yaitu
(+1,10) maka reaksi berlangsung spontan.

Contoh Soal:
Hitung Eosel pada 25oC untuk Cd  Cd2+  Cu2+  Cu
Jika diketahui data Eo Cu2+/Cu = +0,34 Volt dan Eo Cd2+/Cd = –0,40 Volt

Reduksi : Cu2+ + 2e–  Cu


Oksidasi : 2Cd  2Cd2+ + 2e–
Total : Cu2+ + Cd  Cu + Cd2+
Berdasarkan data dan reaksi di atas hitunglah Eosel dan tentukan reaksi
berlangsung spontan atau tidak spontan?
Diketahui notasi sel Mg/Mg2+//Ag+/Ag nilai potensial reduksi standar Eo Ag+/Ag = +0,80 volt dan Eo
Mg2+/Mg = –2,38 volt, berdasarkan data hitunglah Eosel?
Diketahui notasi sel Mg/Mg2+//Cu2+/Cu, nilai potensial reduksi standar Eo Ag+/Ag = +0,80 volt dan Eo
Cu /Cu = +0,34 Volt, berdasarkan data hitunglah Eosel?
2+

Nilai Eosel dapat digunakan untuk menentukan nilai ΔGo dan K dengan persamaan Nernst.

Persamaan Nernst
Beda potensial antara elektroda kanan (reduksi) dan elektroda kiri (oksidasi) ditentukan dengan
perhitungan (Esel). Secara umum dapat dituliskan rumus berikut:
ΔG= –nFEsel dan ΔGo= –nFEosel (1.1)
= +0,80 volt dan E Cu /Cu = +0,34 Volt, berdasarkan data hitunglah E sel?

Nilai Eosel dapat digunakan untuk menentukan nilai ΔGo dan K dengan persamaan
Nernst.

Persamaan
4 Nernst Elektrokimia dan Aplikasinya
Beda potensial antara elektroda kanan (reduksi) dan elektroda kiri (oksidasi)
ditentukan dengan perhitungan (Esel). Secara umum dapat dituliskan rumus berikut:
Bila
ΔG=nilai–nFE DGL seldanpositif,
ΔGmaka
o ΔG negatif
= –nFE o dan reaksi berlangsung secara spontan. Sedangkan
(1.1) bila DGL
sel sel
sel negatif, ΔG positif dan reaksi berlangsung tidak spontan. Menurut kesetimbangan kimia,
Bila nilai DGL sel positif, maka ΔG negatif dan reaksi berlangsung secara spontan.
Sedangkan
ΔG=bila ΔGoDGL+ RT ln selQ negatif,
ΔG positif dan reaksi (1.2)berlangsung tidak spontan.
Menurut Bilakesetimbangan
perubahan energikimia, Gibbs dinyatakan sebagai potensial kimia, maka persamaan 1.2 dapat ditulis
menjadiΔG= ΔGo + RT ln Q (1.2)
Bila perubahan
µi = µio +energi RT ln aiGibbs
dinyatakan sebagai
potensial(1.3) kimia, maka persamaan
1.2 dapat ditulis menjadi
Jika nilai μ disubstitusi dengan persamaan 1.3, maka
µi = µio + iRT ln ai (1.3)
–nFE
Jika nilai μi disubstitusi
sel
=–nFE o
+ RT ln
sel dengan persamaan 1.3, maka
K (1.4)
–nFEsel =–nFEosel + RT ln K (1.4)
o RT
E sel = E sel − ln K (1.5) (1.5)
nF

Hubungan antara Esel dan Eosel ini disebut persamaan Nernst, dimana K adalah tetapan kesetimbangan
yang nilainya sama dengan perbandingan
o aktifitas spesi teroksidasi terhadap spesi tereduksi.
Hubungan antara Esel dan E sel ini disebut persamaan Nernst, dimana K adalah 3
tetapan kesetimbangan yang nilainya sama dengan perbandingan aktifitas spesi
teroksidasi terhadap
[a ] spesi tereduksi.
K = oksidasi (1.6)
[ a oksidasi
[ a ] ]
K= reduksi (1.6)
[ a reduksi ]
Pada kesetimbangan,
Pada kesetimbangan, nilaiEEsel adalah
nilai nol sehingga
sel adalah nol sehingga
o RT
E sel = ln K (1.7)
nF (1.7)
o
nFE sel

K =e RT
(1.8)
o
nFE sel

Dengan Kmenggunakan
= e RT persamaan
1.8, nilai K (1.8)
pada kesetimbangan dapat
ditentukan.
Dengan menggunakan persamaan 1.8, nilai K pada kesetimbangan dapat ditentukan.
Contoh Soal 1
o o
Dalam Contoh
sel berikut,
Soal 1 tentukan E sel dan ΔG . Apakah reaksi terjadi secara spontan
atau tidak spontan?
2Au (s) + 3Ca2+ (1M) 2Au3+ (1M) + 3Ca(s)
Dalam sel berikut, tentukan Eosel dan ΔGo. Apakah reaksi terjadi secara spontan atau tidak spontan?
Jawab:
Oksidasi
2Au(anoda) : 2Au (s)2Au3+ (1M)
(s) + 3Ca2+ (1M) 2Au+3+3Ca(s)
(1M) + 6e–
Reduksi (katoda) : 3Ca2+ (1M) + 6e–
Jawab: 3Ca(s)
Eo Au3+/Au = 1,5 V dan Eo Ca2+/Ca = –2,87 V, nilai ini dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Oksidasi
Eosel (anoda) : 2Au (s)
= Eo(katoda) 2Au3+ (1M) + 6e–
– Eo(anoda)
= :–2,87
Reduksi (katoda) 3Ca2+V(1M)
– 1,5 V–
+ 6e 3Ca(s)
= –4,37 V
Eo Au3+/Au = 1,5 V dan Eo Ca2+/Ca = –2,87 V, nilai ini dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Atau, menggunakan teknik reaksi redoks seperti berikut:

Oksidasi (anoda) : 2Au (s) 2Au3+ (1M) + 6e


– Eo = –1,50 V
Reduksi (katoda) : 2+ – Eo =
Dasar-Dasar Elektrokimia 5

Eosel = Eo(katoda) – Eo(anoda)


= –2,87 V – 1,5 V
= –4,37 V

Atau, menggunakan teknik reaksi redoks seperti berikut:

Oksidasi (anoda) : Eo = –1,50 V


2Au (s) 2Au3+ (1M) + 6e–
Reduksi (katoda) : Eo = –2,87 V
3Ca2+ (1M) + 6e– 3Ca(s)
Total : Eosel = –4,37 V
2Au(s)+3Ca2+(1M) 2Au3+(1M)+3Ca(s)

ΔGo = –nFEosel, dimana n = 6, F= konstanta Faraday sebesar 96500 C (Joule/Volt), sehingga:

ΔGo = –6. 96500 J/V.mol. –4,37 V


= 2,53 x 106 J/mol
= 2,53 x 103 kJ/mol

Dari nilai Eosel = –4,37 V (negatif) dan ΔGo = 2,53 x 103 kJ/mol (positif), maka reaksi terjadi secara
tidak spontan.

Contoh Soal 2
Diketahui harga potensial reduksi standar logam Ag dan Cu sebagai berikut:
Ag+/Ag = +0,80 Volt
Cu2+/Cu = +0,34 Volt
Tentukan Eosel, ΔGo dan K dari reaksi berikut ini, apakah berlangsung spontan atau tidak spontan.

2Ag+ + Cu Cu2+ + 2Ag

Jawab:

Reduksi (anoda) : Eo = +0,80 V


2Ag+ + 2e– 2Ag
Oksidasi (katoda) : Eo = –0,34 V
Cu Cu2+ + 2e–
Total : Eosel = +0,46 V
2Ag+ + Cu Cu2+ + 2Ag

Eosel = Eoreduksi – Eooksidasi


= +0,80 – (+0,34)
= +0,46 Volt

ΔGo = –2. 96500 J/V.mol. +0,46 V


= –88780 J/mol
= –88,780 kJ/mol

Konstanta kesetimbangan dapat dihitung dengan menggunakan data Eosel.


Eosel = Eoreduksi – Eooksidasi
= +0,80 – (+0,34)
= +0,46 Volt
ΔGo = –2. 96500 J/V.mol. +0,46 V
= –88780 J/mol
6 = –88,780 kJ/mol Elektrokimia dan Aplikasinya

Konstanta kesetimbangan dapat dihitung dengan menggunakan data Eosel.


RT
Eosel = ln K
nF
Eosel nF +0,46 V 2. 96500 JV–1
ln K = =
RT 8,314 JK–1 298 K
35,83
lnlnKK== 35,83
35,83atau
atauKK== ee35,83
KK==3,65
3,65xx10
15
1015
Berdasarkan nilai Eosel positif, ΔGo positif dan K lebih dari satu, maka reaksi berlangsung spontan.
Berdasarkan nilai Eosel positif, ΔGo positif dan K lebih dari satu, maka reaksi
berlangsung spontan.
Tabel 1.2 Potensial reduksi standar pada 25oC, relatif terhadap elektroda normal hidrogen (ENH)
Tabel 1.2 Potensial reduksi standar pada 25oC, relatif terhadap elektroda normal
No. Setengah reaksi hidrogen (ENH) Eo (V)
1. F2(g) + 2e– 2F– (aq) +2,87
No. Setengah reaksi Eo (V)
2. O (g) +2H (aq) + 2e  O (g) + H O
+ –
+2,07
1. F2(g)3
+ 2e–→ 2F– (aq) 2 2
+2,87
3.2. Co 3+
(aq) ++ e–  Co2+–(aq)
O3(g) +2H (aq) + 2e → O2(g) + H2O +2,07 +1,82
4.3. CoH3+2 (aq)
O2(aq)++2H e– → +
Co+
(aq) 2+
(aq)
2e– 2H2O +1,82 +1,77
+
5.4. O2(aq)
H2PbO (s) ++2H
4H+(aq) (aq)++ SO 2e–2–→+2H O PbSO (s) + 2H O
2e–2 +1,77 +1,70
2 + 4 2– – 4 2
5.
6.
PbO
Ce 2
4+ (s)
(aq)
++
4H e – (aq)
 Ce
+
3+ SO
(aq) 4 + 2e → PbSO4(s) + 2H2O +1,70 +1,61
6. Ce4+(aq) + e– → Ce3+(aq) +1,61
7.7. MnO4 4 (aq) + 8H (aq) + 5e → Mn (aq)
MnO – – (aq) + 8H++(aq) + 5e–– Mn2+2+ + 4H
(aq) + 4H
2
O O +1,51 +1,51
2
8.8. 3+3+ ––
AuAu (aq) (aq) ++3e 3e → Au(s)
 Au(s) +1,50 +1,50

9.9. 2(g)
ClCl 2
(g)++2e 2e– → 2Cl 2Cl––(aq)
(aq) +1,36 +1,36
2– + – 3+
10.
10. CrCr O
2 O 7 2– (aq) + 14H+(aq) ++6e
(aq) + 14H (aq) 6e → 2Cr
 2Cr
(aq) + 7H2O +1,33 +1,33
2+ (aq) + 7H2O
– 3+
+ –
11. MnO2(aq) + 4H +(aq) + 2e– → Mn
2 7
(aq) + 2H2O +1,23
11. +1,23
12. OMnO
2 (g) + (aq) ++ 4H (aq) +
2 4H (aq) + 4e → 2H O
– 2e  Mn2+ (aq) + 2H2O
2 +1,23
12. – +(aq) +–4e–  2H O +1,23
13. BrO2(l)(g) + 4H
2 + 2e → 2Br (aq) 2 +1,07
– + – –
14.
13. NOBr32(l)(aq)
+ 2e+–  4H2Br (aq)
(aq)+ 3e → NO(g) + 2H2O +0,96 +1,07
2+ – 2+
15.
14. NO3–(aq)
2Hg (aq) +
+ 2e 4H+→ (aq)Hg+ 23e(aq)

 NO(g) + 2H2O +0,92 +0,96
16. Hg22+2+ (aq) + 2e–– → 2Hg(l) +0,85
15. 2Hg (aq) + 2e  Hg (aq) 2+
+0,92
17. Ag+(aq) + e– → Ag(s) 2 +0,80
16. Hg2 (aq) + 2e  2Hg(l)
2+ –
+0,85
17. Ag (aq) + e  Ag(s)
+ –
+0,80
18. Fe3+(aq) + e–  Fe2+(aq) 5 +0,77
19. O2(g) + 2H (aq) + 2e  H2O2(aq)
+ –
+0,68
20. MnO4 (aq) + 2H2O + 3e  MnO2(s) + 4OH (aq)
– – –
+0,59
21. I2(s) + 2e–  2I– (aq) +0,53
22. O2(g) + 2H2O + 4e  4OH (aq)
– –
+0,40
23. Cu (aq) + e  Cu(s)
2+ –
+0,34
24. AgCl(s) + e  Ag(s) + Cl (aq)
– –
+0,22
25. SO4– (aq) + 4H+(aq) + 2e–  SO2(g) + 2H2O +0,20
26. Cu (aq) + e  Cu (aq)
2+ – +
+0,15
Dasar-Dasar Elektrokimia 7

27. Sn4+(aq) + 2e–  Sn2+(aq) +0,13


28. 2H (aq) + 2e  H2(g)
+ –
0,00
29. Pb (aq) + 2e  Pb(s)
2+ –
–0,13
30. Sn2+(aq) + 2e–  Sn(s) –0,14
31. Ni2+(aq) + 2e–  Ni(s) –0,25
32. Co (aq) + 2e  Co(s)
2+ –
–0,28
33. PbSO4(s) + 2e  Pb (s) + SO4 (aq)
– 2–
–0,31
34. Cd (aq) + 2e  Cd(s)
2+ –
–0,40
35. Fe (aq) + 2e  Fe(s)
2+ –
–0,44
36. Cr (aq) + 3e  Cr(s)
3+ –
–0,74
37. Zn2+(aq) + 2e–  Zn(s) –0,76
38. 2H2O + 2e  H2(g) + 2OH (aq)
– –
–0,83
39. Mn (aq) + 2e  Mn(s)
2+ –
–1,18
40. Al (aq) + 3e  Al(s)
3+ –
–1,66
41. Be2+(aq) + 2e–  Be(s) –1,85
42. Mg2+(aq) + 2e–  Mg(s) –2,37
43. Na (aq) + e  Na(s)
+ –
–2,71
44. Ca (aq) + 2e  Ca(s)
2+ –
–2,87
45. Sr2+(aq) + 2e–  Sr(s) –2,89
46. Ba2+(aq) + 2e–  Ba(s) –2,90
47. K (aq) + e  K(s)
+ –
–2,93
48. Li (aq) + e  Li(s)
+ –
–3,05

Sumber: Brown et al. (2006)

Jika dilihat dari nilai Eo (Tabel 1.2), maka dapat disimpulkan bahwa dari arah atas ke bawah senyawa atau
unsur semakin mudah mengalami oksidasi, sedangkan dari arah bawah ke atas senyawa atau unsur semakin
mudah mengalami reduksi.
Contohnya:
Campuran senyawa Br2/2Br– dengan Eo = 1,07 V dengan I2/2I– dengan Eo = 0,53 V, tentukan nilai Eosel?
Dari nilai Eo dapat dilihat senyawa yang mengalami oksidasi dan reduksi. Semakin basar nilai Eo atau
semakin positif maka senyawa tersebut semakin mudah mengalami reduksi. Artinya Br2 lebih mudah mengalami
reduksi dibandingkan dengan I2. Reaksi yang terjadi adalah:

Reduksi : Eo = +1,07 V
Br2(l) + 2e– 2Br– (aq)
Oksidasi : Eo = –0,53 V
2I– (aq) I2(s) + 2e–
Total : Eosel = +0,54 V
2I– (aq) + Br2(l) I2(s) + 2Br– (aq)
8 Elektrokimia dan Aplikasinya

Atau dengan menggunakan rumus:

Eosel = Eo (katoda) – Eo (anoda)


= +1,07 V – (+0,53)
= +0,54 V

Contoh Soal
Sel galvani menggunakan elektroda Mg dalam larutan 1,0 M Mg(NO3)2 dan elektroda Ag dalam larutan 1,0 M
AgNO3. Tentukan Esel pada suhu 25oC?
Berdasarkan Tabel 1.2, reaksi dan nilai Eosel adalah:

Eo = +0,80 V
Ag+(aq) + e– Ag(s)
Eo = –2,37 V
Mg2+(aq) + 2e– Mg(s)

Jawab:
Dari nilai Eo dapat dilihat bahwa logam Ag lebih mudah mengalami reduksi dibanding logam Mg.

Reduksi : Eo = +0,80 V
Ag+(aq) + e– Ag(s)
Oksidasi : Eo = +2,37 V
Mg(s) + 2e– Mg2+(aq)
Total : Eosel = +3,17 V
Mg(s) + 2Ag+(aq) Mg2+(aq) + Ag(s)

Atau:

Eosel = Eo (katoda) – Eo (anoda)


= +0,80 V – (–2,37 V)
= +3,17 V

Gambar 1.1 Potensial standar sel pada sel volta


Dasar-Dasar Elektrokimia 9

Eosel = (+0,34)-(-0,76)= +1,10 V

Gambar 1.2 Potensial setengah sel untuk sel volta

1.2 PERBEDAAN SEL GALVANI DENGAN SEL ELEKTROLISIS


Sel elektrokimia minimal terdiri dari dua elektroda, yaitu anoda dan katoda. Pada anoda terjadi reaksi
oksidasi, sedangkan pada katoda terjadi reaksi reduksi. Secara umum terdapat dua jenis sel dalam elektrokimia
yaitu sel galvani dan sel elektrolisis. Perbedaan dari segi rangkaian listrik ditunjukkan dalam Gambar 1.3.

Gambar 1.3 Perbedaan sel galvani dan sel elektrolisis, Va adalah potensial yang dihasilkan
dan Vb potensial yang diperlukan
10 Elektrokimia dan Aplikasinya

1.3 SEL GALVANI


Sel Galvani yaitu sel yang menghasilkan arus listrik. Pada sel galvani, anoda berfungsi sebagai elektroda
bermuatan negatif dan katoda bermuatan positif. Arus listrik mengalir dari katoda menuju anoda. Reaksi kimia
yang terjadi pada sel galvani berlangsung secara spontan. Salah satu penerapan sel galvani adalah penggunaan
sel Zn/Ag2O3 untuk baterai jam. Syarat–syarat sel galvani ialah:
Reaksi redoks terjadi secara spontan.
Hasil reaksi menghasilkan energi.
ΔGo < 0 dan Eosel adalah positif.
Contoh dari sel galvani adalah: baterai, sel bahan bakar, baterai Pb dengan elektrolit asam yang digunakan
dalam mobil, fuel cell berbahan bakar gas hidrogen, etanol dan metanol.

Baterai
Baterai adalah suatu sel listrik yaitu suatu alat yang dapat menghasilkan listrik dari reaksi kimia. Pada
hakekatnya, suatu baterai terdiri dari dua atau lebih sel yang dihubungkan secara urut atau paralel, tetapi
biasanya istilah yang digunakan untuk sel tunggal. Suatu sel terdiri dari suatu elektroda negatif, elektrolit untuk
menghantarkan ion, suatu pemisah, juga suatu ion penghantar dan elektroda positif. Elektrolit adalah berupa
cairan (terdiri dari air) atau nonaqueous (tidak terdiri dari air), cairan, pasta, atau bentuk padat. Ketika sel
dihubungkan dengan suatu beban eksternal atau alat berenergi mesin, elektroda negatif memberikan arus
elektron dan diterima oleh elektroda positif. Ketika beban eksternal dipindahkan maka reaksi akan berhenti.

Grafit (katoda)

dan pasta karbon hitam

Logam seng (anoda)

Gambar 1.4 Skema dari baterai

Jika diketahui, sistem sel Zn/Zn2+//NH4+/MnO2/Mn2O3//C, tentukan apakah sistem tersebut termasuk sel
galvani atau sel elektrolisis?
Eo Zn2+/Zn = –0,763 V
Eo MnO2/Mn2O3 = + 0,800 V
Tentukan nilai:
Dasar-Dasar Elektrokimia 11

a) Esel
b) ΔG
c) Apakah reaksi terjadi secara spontan atau tidak spontan

Jawab:

Eosel = Eo (katoda) – Eo (anoda)


= 0,800 – (–0,763) V
= 1,54 V
Atau:

Katoda : 2NH4+(aq)+2MnO2(s)+ 2e–  Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O(l)


Eo = +0,80 V
Anoda : Eo = +0,76 V
Zn(s) Zn2+(aq) + 2e–
Total :
Zn(s) + 2NH4+(aq)+2MnO2(s) Zn2+(aq)+ Mn2O3(s) +
2NH3(aq) +H2O(l) Eosel = +1,54 V

Karena nilai Eosel positif, maka reaksi terjadi secara spontan, sehingga baterai termasuk sel galvani.

a. Baterai Primer
Baterai primer adalah baterai yang dapat mengkonversi bahan kimia menjadi listrik hanya sekali dan
kemudian dibuang, sedangkan baterai sekunder mengandung elektroda yang dapat diisi ulang dengan listrik
sehingga dapat menyimpan listrik dan dapat digunakan kembali beberapa kali. Salah satu contoh baterai sekunder
yaitu baterai perak–seng, yang mana mendominasi industri baterai sejak tahun 1960. Baterai mempunyai daya
jenis dan energi sangat tinggi, tetapi harganya mahal, karena menggunakan logam perak. Baterai ini masih
digunakan di dalam sarana (angkut) peluncuran roket dan torpedo. Mars Pathfinder juga menggunakan baterai
perak–seng, tetapi dirancang untuk dapat diisi ulang. Reaksi elektrokimia dituliskan seperti berikut:

Katoda (+) : Eo = +0,80 V


3MnO2(s)+ 2H2O+4e– Mn3O4(s)+ 4OH– (aq)
Anoda (–) : Eo = +0,76 V
Zn(s) + 2OH– ZnO (s)+ H2O + 2e–
Total : Eosel = +1,54 V
2Zn(s)+3MnO2(s) Mn3O4(s) + 2ZnO(s)

b. Baterai Alkalin
Sebagian basar baterai yang tidak dapat diisi ulang adalah baterai alkalin. Lebih dari 1010 baterai alkalin
dihasilkan setiap tahun. Anoda baterai ini mengandung serbuk seng yang diimobilisasi dalam bentuk gel yang
kontak dengan larutan KOH (kerena itu dinamakan baterai alkalin). Katoda merupakan campuran antara MnO2
dengan grafit yang dipisahkan dengan anoda dengan menggunakan bahan berpori. Reaksi dalam sel sangat
komplek, merujuk pada reaksi yang tertera pada baterai primer.
12 Elektrokimia dan Aplikasinya

c. Baterai Nikel–Kadmium
Baterai nikel–kadmium merupakan baterai yang paling umum sejak tahun 1970. Baterai ini banyak
digunakan dalam semua satelit komunikasi komersil dan dalam beberapa roket untuk keperluan penelitian,
biasanya dibungkus secara efisien. Baterai ini dapat disimpan pada kendaraan angkasa luar dengan sangat
sederhana untuk mengurangi keperluan tempat. Sampai sekarang masih digunakan dalam satelit untuk misi
menghadapi radiasi terhadap lingkungan.
Baterai ini menggunakan nikel oksida sebagai elektroda positif (katoda), senyawa kadmium sebagai
elektroda negatif (anoda), dan larutan kalium hidroksida sebagai elektrolit. Baterai nikel–kadmium adalah
baterai yang dapat diisi ulang dan dapat digunakan berulang–ulang. Baterai nikel–kadmium mengubah energi
kimia menjadi energi listrik dan ketika digunakan mengubah energi listrik menjadi energi kimia melalui isi
ulang. Dalam keadaan penuh baterai Ni–Cd, katoda mengandung nikel hidroksida [Ni(OH)2] dan kadmium
hidroksida [Cd(OH)2] dalam anoda. Sedangkan baterai dalam keadaan diisi ulang, komposisi kimia di katoda
dipindahkan dan nikel hidroksida diubah menjadi nikel oksihidroksida [NiOOH]. Dalam anoda, kadmium
hidroksida diubah menjadi logam kadmium. Ketika baterai digunakan, prosesnya dibalik, seperti ditunjukkan
dalam reaksi berikut:

Katoda (+) :
2NiOOH(s) + 2H2O (l) + 2e– 2Ni(OH)2 + 2OH– (aq)
Anoda (–) :
Cd(s)+ 2OH– (aq) Cd(OH)2 + 2e–
Total :
Cd + 2H2O + 2NiOOH 2Ni(OH)2 + Cd(OH)2

Baterai nikel–kadmium dengan E o


sel
1,30 V banyak digunakan sebagai baterai pada Low Earth Orbit (LEO).

d. Baterai Nikel–Hidrogen
Baterai nikel–hidrogen merupakan baterai yang paling popular digunakan. Baterai ini merupakan
gabungan antara baterai nikel–kadmium dengan sel bahan bakar. Elektroda kadmium digantikan dengan gas
hidrogen. Secara bentuknya baterai ini berbeda dengan baterai nikel–kadmium, karena dilengkapi dengan
tekanan gas hidrogen. Baterai nikel–hidrogen lebih baik dibanding nikel–kadmium, tetapi lebih sulit dalam
desainnya.
Baterai nikel–hidrogen sering dibingungkan dengan baterai nikel–logam hidrida yaitu baterai yang
digunakan dalam telepon genggam dan laptop. Baterai nikel–hidrogen sama dengan baterai nikel–kadmium,
menggunakan elektrolit yang sama yaitu larutan kalium hidroksida.

e. Baterai Litium
Sistem baterai ini berbeda dengan baterai lain, karena tidak menggunakan air sebagai elektrolit. Baterai
ini menggunakan elektrolit bukan air, yaitu larutan organik dan garam litium yang sangat baik konduktifitasnya.
Sistem ini menghasilkan potensial sel yang lebih tinggi dibanding dengan elektrolit air. Tanpa air, evolusi
gas hidrogen dan oksigen dapat dikurangi dan sel dapat dijalankan pada potensial yang tinggi. Baterai ini
dikembangkan dengan menggunakan logam litium sebagai anoda. Katoda dibuat dari bahan seperti karbon
monofluorida, tembaga oksida atau vanadium pentoksida.
Untuk memperoleh kecepatan isi ulang yang tinggi, dikembangkan katoda cair. Beberapa contoh seperti
litium–thionil klorida dan litium–sulfur dioksida. Baterai jenis ini banyak digunakan dalam peralatan militer.
Dasar-Dasar Elektrokimia 13

f. Baterai Nikel–Hidrida Logam


Perkembangan baterai nikel/hidrida logam (Ni–MH) disebabkan karena tekanan kesehatan dan
lingkungan untuk menggantikan nikel/kadmium sebagai baterai yang dapat diisi ulang. Baterai Ni–MH banyak
digunakan dalam listrik berbagai kendaraan.

Baterai ini merupakan gabungan antara baterai Ni–Cd dan NiH2. Baterai ini tidak tersedia
secara komersial karena penggunaan gas hidrogen sehingga sulit dalam desainnya. Dalam perkembangannya
baterai Ni–MH, anoda terbuat dari logam aloi seperti V, Ti, Zr, Ni, Cr, Co, dan Fe.
Anoda : Nikel alloi dengan beberapa logam
Katoda : Nikel oksihidroksida
Elektrolit : Kalium hidroksida
Potensial yang dihasilkan adalah 1,35 Volt dengan reaksi seperti berikut:

Katoda : Eo = 0,83 V
MH + OH– M + H 2O + e –
Anoda : Eo = 0,52 V
NiOOH + H2O + e– Ni(OH)2 +OH–
Total :
NiOOH + MH Ni(OH)2 + M Eosel = 1,35 V
Baterai nikel/logam hidrida menggunakan pasta KOH sebagai elektrolit. Elektrolit KOH dapat
memindahkan ion OH– dan menyeimbangkan muatan. Pengembangan khusus elektroda hidrida mengikuti
ciri–ciri seperti berikut: (1) waktu hidup yang panjang (2) kapasitas tinggi, (3) kecepatan isi ulang dan pemakaian
pada potensial tetap.
Contoh-contoh produk baterai yang sedang berkembang dan dipakai ditunjukkan pada Gambar 1.5.

Gambar 1.5 Contoh-contoh produk baterai


14 Elektrokimia dan Aplikasinya

g. Baterai Pb Asam
Jenis baterai ini banyak digunakan dalam perlengkapan kendaraan bermotor. Baterai ini dapat diisi ulang
dan digunakan berkali–kali. Baterai ini dibuat dari anoda logam Pb dan katoda dari PbO2 dengan elektrolit
asam sulfat encer.

Gambar 1.6 Baterai Pb asam yang digunakan dalam mobil

Reaksi yang terjadi dalam baterai Pb asam ketika digunakan adalah:

Katoda :
PbO2(s)+HSO4(aq)+3H+(aq) + 2e– PbSO4(s) + 2H2O(l)
Anoda :
Pb (s) + HSO4 (aq) PbSO4 (s) + H+(aq) + 2e–
Total :
PbO2(s)+Pb(s)+2HSO4(aq)+2H+(aq) 2PbSO4(s)+2H2O(l)

Baterai Pb asam dapat diisi ulang, dengan memberikan arus listrik, sehingga terjadi reaksi kimia kebalikan
dari reaksi kimia di atas. Eosel pada baterai Pb asam adalah:
Eosel = Eoreduksi (katoda) – Eooksidasi (anoda)
= (+1,685 V) – (–0,356 V) = 2,041 V

h. Sel Bahan Bakar (Fuel Cell)


Salah satu jenis sel bahan bakar adalah sel berbahan bakar gas hidrogen. Sel bahan bakar berbahan
gas hidrogen dikenal dengan Hidrogen Fuel Cells (HFC). Selama ini energi diperoleh dari energi termal
dari pembakaran minyak yang dapat diubah menjadi energi listrik. Panas yang dihasilkan digunakan untuk
mengubah air menjadi uap, kemudian menggerakkan turbin dan generator. Teknik ini hanya maksimum 40%
energi dapat diubah menjadi energi listrik sehingga banyak kehilangan panas. Sel bahan bakar menghasilkan
energi listrik secara langsung dalam sel volta. Prinsipnya adalah menghasilkan energi dari reaksi kimia dengan
kecepatan tinggi. Sel volta menggunakan bahan bakar konvensional seperti gas H2 dan CH4 sehingga dinamakan
Dasar-Dasar Elektrokimia 15

sel bahan bakar. Secara jelas dikatakan bahwa sel bahan bakar bukan baterai karena tidak berada pada satu
sistem (self contained system).
Sel bahan bakar melibatkan reaksi antara gas H2 dengan O2, membentuk air yang merupakan satu–
satunya bahan kimia hasil reaksi. Sel ini dapat menghasilkan listrik dua kali lebih efisien sebagai alat terbaik
untuk bahan bakar mesin.

Gambar 1.7 Contoh skema sel bahan bakar (fuel cell)


16 Elektrokimia dan Aplikasinya

Gambar 1.8 Penerapan fuel cell pada kendaraan bermotor

Sel bahan bakar banyak digunakan untuk kendaraan bermotor yang tidak menghasilkan gas buangan (no
emission). Seperti ditunjukkan pada Gambar 1.7.

Contoh soal
Suatu sel bahan bakar dengan data sebagai berikut:
Eo O2/OH– = + 0,40 V (reduksi)
E H2O/H2
o
= – 0,83 V (oksidasi)
Tentukan:
Eosel
ΔGo
Spontan atau tidak spontan
Dasar-Dasar Elektrokimia 17

Jawab:

Anoda : Eo = 0,83 V
2H2(g) + 4OH−(aq) 4H2O(l) + 4e−
Katoda Eo = 0,40 V
O2(g) + 2H2O(l) + 4e− 4OH−(aq)
:
Total :
2H2(g) + O2(g) 2H2O(l)
Eosel = 1,23 V
Eosel yang bernilai positif menunjukkan reaksi terjadi secara spontan. Oleh karena itu, jika gas hidrogen
dan gas oksigen direaksikan secara elektrokimia akan dihasilkan energi dan air.
Secara umum ada dua sistem sel bahan bakar H2–O2 yaitu dalam keadaan basa dan asam. Dalam
keadaan asam reaksi dapat dituliskan seperti berikut:

Katoda :
O2(g) + 4H+ + 4e− 2H2O (l)
Anoda :
2H2(g) 4H+ + 4e−
Total :
2H2(g) + O2(g) 2H2O(l)

Sedangkan dalam keadaan basa adalah:

Katoda :
O2(g) + 2H2O(l) + 4e− 4OH−(aq)
Anoda :
2H2(g) + 4OH−(aq) 4H2O(l) + 4e−
Total :
2H2(g) + O2(g) 2H2O(l)

Sel bahan bakar ini dikenal dengan nama sel PEM atau proton exchange membrane, dimana anoda
dan katoda dipisahkan dengan membran polimer yang tipis, membran ini permeabel untuk proton tetapi tidak
untuk elektron. Membran polimer hampir sama fungsinya dengan jembatan garam (salt bridge). Sel ini dapat
dijalankan pada suhu 80oC. Pada suhu rendah atau temperatur kamar reaksi terjadi secara perlahan, umumnya
menggunakan katalis platinum. NASA menggunakan sel bahan bakar dari hidrogen sebagai sumber energi
pada kendaraan ruang angkasa. Cairan hidrogen dan oksigen disimpan sebagai bahan bakar, dan hasil reaksi
akan menghasilkan air sebagai minuman awak pesawat ruang angkasa (Brown et al. 2006).

i. Direct Methanol Fuel Cells (DMFC)


DMFC adalah sama dengan sel bahan bakar dari gas hidrogen yang dikenal dengan nama PEM sel,
tetapi gas yang digunakan untuk reaksi adalah metanol atau CH3OH. Sel ini dapat dijalankan pada suhu 120oC,
dimana lebih tinggi dari pada sel bahan bakar gas hidrogen. Sel ini memerlukan platinum yang lebih basar
berbanding sel bahan bakar gas hidrogen. Selain itu dapat menghasilkan gas CO2 yang tidak ramah lingkungan.
Larutan metanol mempunyai keuntungan yaitu lebih mudah dalam penyimpanan dan pemindahan dibanding
gas hidrogen. Reaksi dapat dituliskan seperti berikut:
18 Elektrokimia dan Aplikasinya

Katoda :
3/2O2 (g) + 6H+(aq) + 6e– 3H2O (g)
Anoda :
CH3OH (l) + H2O (g) CO2 (g) + 6H+ + 6e–
Total :
CH3OH (g) + 3/2O2 (g) CO2 (g) + 2H2O (g)

j. Direct Ethanol (alkohol) Fuel Cells (DEFC) atau DAFC


Menurut Lamy et al. (2001) DAFC merupakan sel yang tidak beracun. Sel ini menggunakan bahan bakar
dari alkohol. Etanol dicampur dengan air dengan konsentrasi 1 M sampai 2 M, dimasukkan dalam ruang anoda
dan oksigen dimasukkan dalam ruang katoda. Anoda dan katoda dipisahkan dengan membran penukar proton
seperti nafion. DEFC bekerja pada suhu 100–300oC. Diperlukan tekanan 2–5 bar untuk memasukkan alkohol
dalam larutan. DAFC sel ditunjukkan dalam Gambar 1.9 seperti berikut:

Gambar 1.9 Skema sel bahan bakar etanol


(Lamy et al. 2001)

Menurut Lamy et al. (2001), reaksi oksidasi elektrokimia etanol di anoda adalah:

2C2H5OH + 3O2 4CO2 + 12e– + 12H+


Energi perubahan Gibbs, dapat dihitung dari energi standar pembentukan ΔGfi yaitu:

–ΔG– = 2ΔGf CO2 – ΔGf C2H5OH – 3 ΔGf H2O


–ΔG– = –2 x 394,4 + 174,8 + 3 x 237,1
Dasar-Dasar Elektrokimia 19

= 97,3 kJmol–1
Potensial anoda dapat dihitung seperti berikut:
–ΔG–
E= = 0,084 V vs SHE
12 F

Untuk reaksi di katoda dapat dituliskan seperti berikut:

O2 + 4H+ + 4e– 2H2O


Dengan potensial elektrodanya adalah 1,229 V vs SHE
Eosel = Eo katoda – Eo anoda
Eosel = 1,229 – 0,084 = 1,145 V
Reaksi keseluruhan adalah:

C2H5OH + 3O2 2CO2 + 3H2O

1.4 SEL ELEKTROLISIS


Sel elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk dapat berlangsungnya reaksi kimia. Pada
sel elektrolisis, reaksi kimia tidak terjadi secara spontan tetapi melalui perbedaan potensial yang dipicu dari
luar sistem. Anoda berfungsi sebagai elektroda bermuatan positif dan katoda bermuatan negatif, sehingga arus
listrik mengalir dari anoda ke katoda. Sel ini terdiri dari: (1) sumber arus searah yang dihubungkan dengan (2)
kawat penghantar pada (3) dua buah elektroda (katoda dan anoda), kedua ujung elektroda dicelupkan dalam
bejana yang berisi (4) cairan elektrolit. Elektroda yang dihubungkan dengan kutub positif berfungsi sebagai
anoda, sedangkan katoda adalah elektroda yang dihubungkan dengan kutub negatif.
Elektroda yang digunakan dalam sel elektrolisis terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Elektroda inert
Elektroda inert adalah elektroda yang tidak ikut bereaksi baik sebagai katoda maupun anoda, sehingga
dalam sel elektrolisis yang mengalami reaksi redoks adalah elektrolit sebagai zat terlarut dan atau air
sebagai pelarut. Elektroda inert contohnya adalah karbon (C) dan platina (Pt).
2. Elektroda tidak inert atau elektroda aktif
Elektroda tidak inert atau elektroda aktif yaitu elektroda yang ikut bereaksi, terutama jika digunakan sebagai
anoda, dapat mengalami reaksi oksidasi. Contohnya adalah: Fe, Al, Cu, Zn, Ag, dan Au.

Penggunaan jenis elektroda sangat menentukan reaksi yang terjadi pada sel elektrolisis. Elektrolisis larutan
dengan elektroda inert, reaksi yang terjadi di anoda dan katoda adalah sebagai berikut:
1. Reaksi di katoda
a. Kation logam dari golongan IA, IIA, IIIA, Aluminium, dan Mn tidak dapat tereduksi dalam pelarut air,
sehingga air yang mengalami reaksi reduksi sebagai berikut:
20 Elektrokimia dan Aplikasinya

2H2O + 2e–  H2 + 2OH–


Kation H+ dan logam selain golongan IA, IIA, IIIA, Aluminium (Al), dan Mangan (Mn) dapat tereduksi
sebagai berikut:
2H+ + 2e–  H2
Fe2+ + 2e–  Fe
2. Reaksi di anoda
Anion sisa asam oksi (SO42–, NO3–, PO43–, ClO4–) tidak dapat teroksidasi dalam pelarut air, sebagai
gantinya air yang mengalami oksidasi sebagai berikut:
2H2O  4H+ + O2 + 4e–
Anion lain (OH–, Cl–, S2–, Br–) mengalami oksidasi:
2OH–  2H+ + O2 + 2e–
2Cl–  Cl2 + 2e–
S2–  S + 2e–
2Br–  Br2 + 2e–
Reaksi yang terjadi pada sel elektrolisis dengan elektroda aktif biasanya terjadi pada anoda. Anoda
mengalami reaksi oksidasi dan diikuti oleh reaksi reduksi di katoda (logam terdeposisi di katoda). Elektrolisis
dengan elektroda aktif biasanya menggunakan elektrolit garam, basa, atau oksida dari anoda. Katoda yang
digunakan disesuaikan dengan tujuan elektrolisis. Misalkan elektrolisis untuk melapisi logam Au, maka anoda
yang digunakan adalah Au dan elektrolitnya adalah AuCl3. Elektrolisis demikian dapat digunakan untuk
pemurnian logam atau pelapisan logam.
Sel elektrolisis banyak digunakan untuk memisahkan beberapa logam seperti Na, Cu, Au, Ag, Ni, dan
lain–lain. Ciri–ciri khusus dari sel elektrolisis ialah:
Reaksi redoks tidak spontan
Reaksi dijalankan dengan tambahan energi
ΔG > 0, Esel adalah negatif

Contoh penggunaan sel elektrolisis adalah:


1. Produksi gas hidrogen dari air
Salah satu cantoh penggunaan sel elektrolisis adalah pemecahan air menjadi gas hidrogen dan oksigen.
Gas oksigen yang dapat digunakan untuk menjalankan reaksi pada sel bahan bakar. Reaksi oksidasi dan reduksi
air ditunjukkan seperti berikut:

Katoda : Eored = –0,828 V


2H2O(l)+2e− H2(g)+2OH−(aq
Anoda : Eooks = –0,401 V
4OH−(aq) O2(g)+2H2O(l)+4e− 

Reaksi oksidasi di anoda akan menghasilkan gas oksigen, sedangkan reaksi reduksi di katoda akan
menghasilkan gas hidrogen. Potensial (Eosel) dari keseluruhan reaksi adalah –1,23 V. Hasil perhitungan di atas
dapat juga ditunjukkan dengan menggunakan persamaan:
Dasar-Dasar Elektrokimia 21

Eosel = Eo (katoda) – Eo (anoda)


= –0,828 – (+ 0,401) V
= –1,23 V

Eo O2/OH– = + 0,401 V (oksidasi)


Eo H2O/H2 = – 0,828 V (reduksi)
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai Eosel dari reaksi elektrolisis air adalah sebesar 1,23 V.
Tanda negatif pada Eosel menunjukkan bahwa reaksi berlangsung secara tidak spontan. Oleh karena itu, untuk
menghasilkan gas hidrogen dan oksigen dari air secara teori diperlukan potensial –1,23 V.

2. Produksi MnO2 murni dari MnSO4


Produksi MnO2 dari MnSO4 dapat menggunakan teknik elektrolisis. Sel elektrolisis menggunakan anoda
C dan katoda Pt. Larutan yang digunakan adalah MnSO4 dengan elektrolit H2SO4. Sel elektrolisis ditunjukkan
dalam Gambar 1.10 seperti berikut:

Gambar 1.10 Sintesis MnO2 murni dari MnSO4

Reaksi oksidasi adalah:

Mn2+(aq) + 2H2O (l) MnO2 (s) + 4H+(aq) + 2e–


Reaksi keseluruhan adalah:

Mn2+(aq) + 2H2O (l) MnO2 (s) + 2H+(aq) + H2 (g)


22 Elektrokimia dan Aplikasinya

Contoh soal:
Sintesis MnO2 murni dari MnSO4 murni, diketahui data sebagai berikut:
Eo MnO2/Mn2+ = + 1,280 V
Eo H+/H2 = 0 V
Tentukan:
a) Eosel
b) ΔG
c) Apakah reaksi berlangsung secara spontan atau tidak spontan?

3. Produksi Ti murni dari TiO2


Produksi titanium dari TiO2 menggunakan teknik FFC (Fray–Farthing–Chen). Teknik ini merupakan
teknik pada suhu tinggi dengan menggunakan lelehan garam sebagai elektrolit. Teknik ini dapat digunakan
untuk memisahkan Ti, Si, Ge, Zr, Hf, Sm, U, Al, Nd, Mo, Cr, Nb atau aloinya (Mohandas and Fray 2004). TiO2
digunakan sebagai katoda, grafit sebagai anoda dan lelehan kalsium klorida (titik leleh 762oC). Sel dijalankan
pada suhu 950oC. Reaksi redoks ditunjukkan seperti berikut:

Katoda :
TiO2 + 4e– Ti + 2O2–
Anoda :
C + 2O2– CO2 + 4e–
Total :
TiO2 + C Ti + CO2

4. Sintesis Asam Asetat dari Etanol


Reaksi oksidasi etanol keseluruhan yang terjadi di anoda dan katoda dapat dituliskan seperti berikut:

Anoda : Eo = 0,788 V
CH3CH2OH+4OH– CH3COOH+3H2O + 4e–
Katoda : Eo = –0,828 V
4H2O + 4e– 4OH– + 2H2(g)
Total : Eosel = –0,039 V
CH3CH2OH(l)+ H2O(l) CH3COOH(l) + 2H2(g)

Hasil perhitungan di atas dapat pula ditunjukkan dengan menggunakan persamaan:

Eosel = Eo (katoda) – Eo (anoda)


= –0,828 – (–0,788) V
= –0,039 V

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai Esel pada reaksi oksidasi etanol dalam larutan alkali ialah
–0,039 V. Tanda negatif pada Esel menunjukkan bahwa reaksi berlangsung secara tidak spontan. Oleh karena
itu, untuk menghasilkan asam asetat dari etanol dalam larutan alkali secara teori diperlukan potensial sebesar
0,039 V. Reaksi oksidasi etanol menjadi asam asetat dalam larutan asam adalah:
Dasar-Dasar Elektrokimia 23

CH3CH2OH + H2O CH3COOH + 4H+ + 4e–

Hasil perhitungan dari data–data ∆Gof didapatkan nilai ∆Go ialah 15,40 kJmol–1 dan nilai Eo = –0,080 V.
Reaksi oksidasi elektrokimia etanol menjadi asam asetat dalam larutan asam adalah:

Anoda Eo = +0,080 V
CH3CH2OH+H2O CH3COOH+4H+ + 4e–
Katoda Eo = –0,828 V
4H2O + 4e– 4OH– + 2H2(g)
Total Eosel = –0,748 V
CH3CH2OH(l)+H2O(l) CH3COOH(l)+2H2(g)

Iwasita (2002) telah menyampaikan data potensial untuk menghasilkan gas karbon dioksida (CO2) dari
etanol dengan tujuan pembuatan sel bahan bakar seperti berikut:

An- C2H5OH+3H2O 2CO2 + 12 H+ + 12e– Eo =


oda +0,085 V
Ka- 3O2 + 12H+ + 12e– 6H2O Eo =
toda 1,230 V
Total C2H5OH + 3O2 2CO2 + 3H2O Eosel =
1,315 V

5. Oksidasi Elektrokimia Gliserol


Salah satu kasus yang sangat penting untuk didiskusikan ialah sintesis senyawa organik dengan teknik
elektrokimia. Satu kasus yang mempunyai nilai komersial tinggi adalah sintesis hydroxypyruvic acid (HPA)
dari gliserol. Gliserol merupakan hasil sampingan dari industri biodiesel yaitu 10% wt/wt. Berdasarkan reaksi
tersebut gliserol dapat mengalami oksidasi menjadi HPA pada potensial 1,1 volt dengan elektrolit tertentu pada
pH 9,1 sesuai reaksi pada Gambar 1.11.
Reaksi–reaksi oksidasi dalam industri berperan sangat penting dalam sintesis senyawa kimia, karena
itu kebanyakan industri selama ini menggunakan bahan–bahan oksidator (seperti permanganat) atau proses
bioteknologi. Proses-proses tersebut tidak efisien karena menghasilkan limbah dan sisa bahan serta hasil samping
yang tinggi. Proses sintesis dengan katalis heterogen melalui teknik elektrosintesis perlu untuk dikembangkan.
Beberapa kemungkinan reaksi elektrooksidasi gliserol dan hasil reaksi ditunjukkan pada Gambar 1.12.
24 Elektrokimia dan Aplikasinya

E = 1,1 V vs Ag/AgCl

pH = 9,1
1,3 d
dihidroksi aseton
a
Gliserol

Asam hidroksi piiruvat


Gambar 1.11 Reaksi elektrooksidasi gliserol
Gamba
ar 1.11 Re
eaksi elektrrooksidasi gliserol
Sumber: Ciriminna et al. (2006)
S
Sumber: C
Ciriminna et
e al. (2006 6)

Gamba
ar 1.12 Berrbagai kemmungkinan hasil elekttrooksidasii gliserol
Gambar 1.12 Berbagai
Sumkemungkinan
ber: Demirhasil
iral etelektrooksidasi
2007) gliserol
al. (2
Sumber: Demiral et al. (2007)

1.5 AIR
R SEBAGA
AI SUMBE
ER ENERG
GI

Air merupa akan salahh satu senyyawa kimia


a dengan rumus
r molekul H2O. Jika air
dipana
askan akan n berubah bentuk menjadi
m p air atau gas dengan simbul H2O(g).
uap
Jika air dipecah
h dengan mengguna akan enerrgi yang sesuai,
s maka akan terurai
menjaddi gas H2(gg) dan gas O2(g). Gass yang kelluar ketika
a air dipana
askan buk
kan gas
Dasar-Dasar Elektrokimia 25

1.5 AIR SEBAGAI SUMBER ENERGI


Air merupakan salah satu senyawa kimia dengan rumus molekul H2O. Jika air dipanaskan akan berubah
bentuk menjadi uap air atau gas dengan simbul H2O(g). Jika air dipecah dengan menggunakan energi yang sesuai,
maka akan terurai menjadi gas H2(g) dan gas O2(g). Gas yang keluar ketika air dipanaskan bukan gas hidrogen.
Banyak orang berkata, jika air dipanaskan sampai mendidih akan menghasilkan gas hidrogen, pendapat itu
salah. Air hanya dapat dipecah menjadi gas hidrogen dan gas oksigen (sebagai bahan penyusunnya) dengan
teknik tertentu. Banyak teknik untuk memecah air menjadi gas H2(g) dan gas O2(g) seperti dengan menggunakan
energi nuklir dan elektrolisis. Cara elektrolisis ini sangat mungkin dilakukan, karena selain aman, cara ini juga
mudah untuk dilakukan. Elektrolisis yaitu proses yang memerlukan energi listrik untuk terjadinya reaksi kimia,
seperti penguraian air menjadi gas hidrogen dan gas oksigen. Reaksi kimia penguraian air menjadi gas hidrogen
dan oksigen adalah sebagai berikut:
2H2O(l)  2H2(g) + O2(g)
Satu mol air apabila diuraikan akan menjadi satu mol gas hidrogen dan setengah mol gas oksigen. Gas
oksigen banyak tersedia di udara sehingga bukan menjadi masalah untuk pemanfaatan air sebagai bahan bakar
alternatif. Fokus penelitian pemanfaatan air sebagai bahan bakar alternatif adalah proses untuk mendapatkan
gas hidrogen dari air. Secara kimia air sangat mungkin diuraikan untuk mendapatkan gas hidrogen. Namun cara
ini memerlukan penelitian yang serius dan pengetahuan yang mendalam tentang elektrolisis. Proses elektrolisis
air menjadi gas hidrogen memerlukan energi dari luar berupa energi listrik karena prosesnya tidak spontan.
Energi yang diberikan kepada sel elektrolisis akan digunakan untuk menguraikan air sehingga terjadi reaksi
reduksi di katoda membentuk gas hidrogen dan reaksi oksidasi di anoda membentuk gas oksigen.
Reaksi di katoda (reduksi): 2H2O(l)+ 2e−  H2(g) + 2OH−(aq)
Reaksi di anoda (oksidasi): 4OH−(aq) O2(g) + 2H2O(l) + 4e−  

Gas H2 Gas O2

Lempeng-lempeng Lempeng-lempeng
Platinum (katoda) Platinum(anoda)

H2O H 2O

Gambar 1.13 Sel elektrolisis untuk produksi gas hidrogen

Sampai sekarang ini banyak peneliti di dunia belum berhasil mendapatkan gas hidrogen secara ekonomis,
karena dalam sel elektrolisis diperlukan energi listrik, katalis atau elektroda yang sesuai dan elektrolit sebagai
bahan campuran air. Jika air saja langsung dielektrolisis maka prosesnya sangat lambat. Untuk mempercepat
26 Elektrokimia dan Aplikasinya

terurainya air menjadi gas hidrogen diperlukan larutan asam, basa atau garam, untuk meningkatkan sifat
konduktor air. Proses ini sangat penting dalam pemanfaatan air sebagai bahan bakar alternatif. Karena itu
banyak peneliti belum berhasil dalam tahap ini.
Pemanfaatan air sebagai bahan bakar alternatif tidak berhenti sampai disini. Setelah terbentuk gas
hidrogen, maka langkah selanjutnya adalah memasukkan gas hidrogen dan gas oksigen dalam sel yang dikenal
dengan sel bahan bakar (fuel cell). Proses ini sama dengan proses yang terjadi pada baterai. Pertemuan antara
gas hidrogen dan gas oksigen akan menghasilkan energi dan air (reaksinya spontan) dengan reaksi kimia:
2H2(g) + O2(g)  2H2O(l)
Energi yang dihasilkan dapat dikonversi dalam bentuk energi listrik dan energi lain sesuai dengan
keperluan. Proses ini tidak menghasilkan bahan pencemar dan gas buang, karena hanya menghasilkan air
yang aman dan dapat digunakan kembali untuk proses awal. Oleh karena itu, proses ini dikenal dengan blue
energy. Banyak negara yang sudah menggunakan gas hidrogen sebagai bahan bakar mobil, tetapi gas hidrogen
tidak diperoleh dari air, melainkan dari minyak bumi. Aplikasi sel elektrolisis untuk kehidupan manusia
seperti elektroanalisis, elektroindustri, elektrodeposisi/elektroplating, elektrosintesis dan elektrodegradasi akan
dijelaskan dalam bab–bab berikutnya dalam buku ini.

Anda mungkin juga menyukai