Sejak sebelum Masehi, filsif-filsuf Yunani Kuno sudah mengetahui bahwa setiap benda
terdiri dari partikel yang sangat kecil hingga tidak terlihat oleh mata yang disebut atom.
Akan tetapi, belum ada seorang tokoh pun, termasuk Isaac Newton yang lahir lebih awal,
yang mengajukan teori atom yang dapat dibuktikan manfaatnya dalam penyelidikan
ilmiah.
Dalton, si penemu Teori atom ini, mampu menyodorkan teori yang jelas dan jernih,
yang dapat diterapkan dalam percobaan kimia dilaboraturium. Untuk pertama kali dalam
sejarah fisika, ia mengedepankan konsep tentang atom, tentang molekul ( senyawa yang
terdiri dari beberapa atom ), tentang unsur atau elemen ( yakni zat dasar yang tak
mungkin diuraikan lagi menjadi zat cair), dan tentang campuran kimia. Dalam buku
Dalton yang terbit dalam tahun 1803 disebut adanya 20 macam elemen yang ditemukan
saat itu. Pada masa sekarang, dua ratus tahun kemudian, penelitian atom telah
menemukan lebih dari 100 elemen. Perkembangan jumlah ini dapat dijadikan sebagai
bukti pentingnya kesinambungan penemuan Dalton di pengembangan ilmu fisika dan
ilmu kimia.
Dalton lahir di Eaglefield, Inggris, pada tanggal 6 September 1766. Orang tua nya
menganut agama Quaker , hidup miskin, dan hanya mampu memberi pendidikan lebih
sedikit di atas pendidikan dasar. Sebagian besar ilmu pengetahuan yang menyinari otak
Dalton adalah hasil dari renungan serta penelaahannya sendiri. Sebagai anak yang cerdas
dan rajin belajar sendiri, Pada usia 12 tahun Dalton mulai mengajar. Sayang, ia tidak bisa
hidup mandiri dengan gaji cuma lima shilling seminggu. Mengharap tambahan biaya
hidup dari orang tua yang berkekurangan tentu tak terlintas sama sekali di benaknya.
Setelah berusaha bertahan hidup prihatin selam dua tahun sebagai guru, Dalton akhir nya
bekerja di suatu usaha bidang pertanian.
Tak lama kemudia Dalton mendengar salah seorang sepupunya mengelola sebuah
sekolah di Kendal. Ia bersama saudara laki-lakinya lalu berangkat ke sana. Dalton
kembali mengabdi sebagai tenaga pengajar pada tahun 1781. Ketika sepupunya itu
meninggal dunia, Dalton diangkat menjadi kepala sekolah dan bermukim di Kendal
hingga dalam 1793.
Pada musim semi tahun 1793, Dalton pindah ke Manchester. Di kota ini ia bertemu
dengan orang yang memberi warna baru bagi dunianya. Orang tersebut adalah John
Gough, seorang filsuf alam yang buta, tetapi pikiran dan mata hatinya terang-benderang.
Ia mengisi perbendaharaan Dalton dengan ilmu pengetahuan mutakir. Berkat bantuan
Gough, Dalton ditawari posisi lumayan, yakni sebagai guru filsafat alam dan matematika
di New College, Menchester. Ia dengan setia mengajar hingga 1799. Pada saat sekolah itu
pindah ke York, Dalton membuka lapangan kerja sendiri, yakni jadi guru pribadi bidang
kimia dan matematika. Ia wafat di Manchaster pada tanggal 27 Juli 1844. penyakit buta
warna merah dan hijau yang idapnya membuat penyakit unik ini terkenal dengan nama
Daltonisme, penyakit yang membawa hikmah baginya karena ia segera menelitinya.
Demikianlah kalau memang dasarnya ilmuwan sejati, apa saja pasti ingin di teliti.
Atom adalah blok bangunan dari semua zat. Sebuah atom terdiri dari tiga partikel – neutron
(tanpa biaya), proton (bermuatan positif) dan elektron (bermuatan negatif). Jumlah proton hadir
dalam atom disebut nomor atom, sedangkan massa atom adalah jumlah proton ditambah rata-rata
jumlah neutron. Setiap unsur yang berbeda yang ditemukan di alam berbeda dalam jumlah dari
ketiga partikel atom. Secara umum nomor atom digunakan untuk mendefinisikan sebuah unsur,
misalnya, suatu unsur dengan nomor atom 8 adalah oksigen dan sebaliknya. Sebuah unsur
memiliki sejumlah tetap proton, tetapi dapat memiliki jumlah neutron yang bervariasi. Atom
dengan jumlah neutron yang berbeda disebut sebagai isotop.
Sejarah PeneSejarah Struktur Atom
Gagasan atom itu ada sejak jaman Yunani. Hal itu disampaikan oleh Democritus (460 SM)
sebagai Atoma, bahasa Yunani yang berarti tak dapat dibagi. Namun, pujian sebenarnya untuk
penemuan atom masuk ke John Dalton yang mengajukan teori atom dan menyarankan bahwa
semua hal terdiri dari partikel padat bola yang disebut atom. Setelah penemuan atom, banyak
perbaikan yang telah dibuat tentang atom dan struktur atom.
Dmitri Mendeleev mengatur unsur dengan sifat yang mirip dalam tujuh kelompok. Dia juga
mengusulkan hukum periodik, yang menyatakan bahwa sifat-sifat unsur berbeda berdasarkan
berat atomnya.
Joseph John Thompson mengklaim bahwa atom bisa mengeluarkan partikel bermuatan negatif
kecil, yang ia disebut sebagai elektron.
Abegg menyatakan bahwa stabilitas dan aktivitas kimia gas inert adalah karena konfigurasi
elektronik yang stabil mereka.
Ernest Rutherford menyatakan bahwa inti atom adalah kecil, struktur sangat kental dan
bermuatan positif. Dia adalah yang pertama untuk mengasumsikan posisi elektron di sekitar inti.
HGJ Moseley menemukan muatan positif inti atom. Menurut dia, jumlah atom suatu unsur sama
dengan jumlah proton.
1919: Isotop
Aston menemukan keberadaan atom dengan jumlah neutron yang berbeda untuk pertama kalinya
dengan menggunakan spektrograf massa. Dia menyebut mereka sebagai isotop.
1922: orbital
Niels Bohr menjelaskan struktur atom dan adanya orbit. Model atom terdiri dari kulit berturut-
turut di mana elektron disusun.
De Broglie menemukan sifat ganda elektron. Dia mengusulkan bahwa elektron dapat berperilaku
sebagai gelombang atau sebagai partikel.
Heisenberg mulai representasi atom dengan rumus. Dia mendirikan prinsip ketidakpastian yang
menyatakan bahwa posisi dan kecepatan partikel tidak dapat ditentukan pada waktu yang sama.
Schrodinger mengamati elektron sebagai awan terus menerus. Dia memperkenalkan gelombang
mekanik dalam model atom.
James Chadwick menemukan neutron dengan menggunakan partikel alpha. Dia menyarankan
bahwa massa neutron adalah mirip dengan proton.
Struktur atom
Berbicara tentang struktur atom, proton dan neutron yang hadir di tengah disebut inti atom,
sedangkan elektron berputar di sekitar inti di jalur tertentu, yang disebut orbital, kulit atau tingkat
energi. Sebuah atom dapat memiliki banyak kulit, tergantung pada nomor atom. Setiap kulit
memungkinkan sejumlah tertentu elektron. Sebagai contoh, dua elektron di kulit pertama,
delapan elektron dalam kulit kedua dan ketiga. Massa atom terkonsentrasi di inti.
Dalam atom stabil atau sebuah atom dengan muatan nol, jumlah proton dan elektron yang sama.
Sebuah atom menjadi bermuatan setelah menyumbangkan atau menerima elektron. Muatan atom
baik positif, yang berkembang setelah menyumbangkan elektron atau negatif, yang berkembang
setelah menerima elektron. Dengan kata lain, atom bermuatan positif terdiri dari proton lebih
dari elektron, padahal atom bermuatan negatif memiliki lebih banyak jumlah elektron dari
proton.
Menyusul penemuan dan temuan ini, berbagai penelitian dilakukan berdasarkan atom, reaksi
kimia dan mekanisme reaksi berantai. Penemuan struktur atom memang tonggak dalam ilmu
yang membantu dalam mempelajari unsur-unsur, senyawa dan sifat mereka.
Dalam pengertian kita mengenai arti kata “model”, Democritus belum bisa
dikatakan sebagai telah menyusun suatu model atom. Democritus (460 SM – 440 SM,
Yunani) menyampaikan gagasan yang bersifat abstrak tentang atom dalam upaya
pencariannya terhadap elemen-elemen penyusun materi. Menurut Democrius, materi
tidak dapat terus menerus diperkecil dimensinya. Bila terus dilakukan, proses
pembagian/pemotongan suatu materi akan sampai pada suatu kondisi dimana dimensi
materi tersebut tidak dapat dibagi lagi. Elemen terkecil dari materi tersebut ia sebut
sebagai atomos yang berarti tak terbagi lagi. Democritus mempostulasikan bahwa alam
semesta hanya terdiri dari ruang kosong dan atom-atom. Berdasarkan postulat tersebut,
ia mengemukakan teori atomnya yang dapat dinyatakan sbb.: semua materi terdiri dari
partikel-partikel yang tidak dapat dilihat yang disebut atom, atom tidak dapat
dihancurkan dan tidak dapat dipotong atau dibagi lagi, ruang kosong (void) berada
diantara atom-atom, atom-atom adalah berupa padatan dan bersifat homogen, atom-
atom berbeda dalam ukuran, bentuk, masa, posisi, dan susunannya.
Tinjauan filsafat bedasarkan eksperimen logika ini dianggap sebagai model
kualitatif pertama mengenai atom. Model atom Democritus ini dapat bertahan selama
lebih dari 2000 tahun. Alasan yang membuatnya dapat bertahan begitu lama karena
model atom ini tidak dapat diuji baik oleh teori maupun secara eksperimen. Hal ini
dapat dimengerti mengingat sampai abad 16, era sebelum Galileo (Galileo Galilei,
1564 – 1642, Italia) lahir, kaidah-kaidah penelitian berdasarkan metoda ilmiah belum
dirumuskan. Alasan lain adalah bahwa sampai abad 19 belum tersedia peralatan untuk
eksperimen-eksperimen fisika “modern” khususnya untuk ekperimen-ekesperimen
pada objek dalam skala atomik. Selain itu, sampai abad 18 tema mengenai investigasi
atom ini belum menjadi minat penelitian para fisikawan. Eksistensi atom baru menarik
perhatian kalangan ilmiah pada tahun 1900, setelah Einstein melakukan perhitungan
mengenai prediksi gerak Brown yang kemudian diverifikasi oleh eksperimen Perrin
(Jean Perrin, 1870 – 1942, Perancis).
Dalam ilmu Kimia abad 18 telah dikenal dua hukum mengenai senyawa: hukum
kekekalan masa Lavoisier (Antoine Laurent de Lavoisier, 1743 – 1794, Perancis)
dan hukum perbandingan tetap Proust (Joseph Louis Proust, 1754 – 1826, Perancis).
Lavoiser menyatakan bahwa “Massa total zat-zat sebelum reaksi akan selalu sama
dengan massa total zat-zat hasil reaksi”. Sedangkan Proust menyatakan bahwa
“Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa selalu tetap”. Berdasarkan
kedua hukum tersebut serta hasil eksperimen yang dilakukanya sendiri, tahun 1808
Dalton (John Dalton, 1766 – 1844, Inggris) seorang ahli Kimia mengajukan sebuah
model atom.
Secara kualitatif sebagian model atom Dalton ini sama dengan model atom yang
dikemukakan oleh Democritus. Dalton menyatakan bahwa: semua materi terdiri dari
partikel-partkel sangat kecil yang tidak dapat dipecah lagi yang disebut atom-atom,
atom-atom pada unsur yang sama adalah identik, atom-atom pada unsur yang berbeda
memiliki masa yang berbeda, atom-atom unsur-unsur yang berbeda dapat bergabung
dengan perbandingan tetap membentuk suatu senyawa, atom-atom menyusun dirinya
saat reaksi kimia berlangsung, atom berupa bola pejal kecil yang sangat keras yang
memiliki kait (hook) untuk berikatan dengan atom lainya. Dalton menggambarkan
atom-atom unsur menggunakan simbol-simbol seperti ditunjukan pada gambar 1.
Meskipun secara kualitatif model atom Dalton ini sama dengan model atom
Democritus, Dalton dianggap sebagai orang pertama yang membangun teori atom
modern dan berhasil mengkaitkan konsep atom dengan prinsip-prinsip stoikiometri.
Selain itu, model atom Dalton juga telah membantu memahami lebih dalam mengenai
konsep molekul. Di luar keberhasilanya tersebut, model atom Dalton masih belum bisa
menjelaskan secara kuantitatif mengenai atom serta belum dapat menjawab pertanyaan
tentang struktur atau komposisi dari atom.
Model atom Rutherford ini mirip dengan model tatasurya, di mana matahari sebagai
inti atom dan planet-planet sebagai elektron. Berkat hasil eksperimen lempeng tipis
emas dan model atomnya tersebut, Ruhterford diakui sebagai penemu inti atom dan
model atom yang dia kemukakan dikenal pula sebagai model inti.
Selain data hasil eksperimen lempeng tipis emas, perhitungan kuat medan listrik
menggunakan hukum Gauss (Johann Carl Friedrich Gauss, 1777 – 1855, Jerman)
membuktikan bahwa model atom Rutherford lebih valid dibanding model atom
Thomson. Perhitungan dengan menggunakan model atom Thomson menghasilkan kuat
medan listrik sebesar 1,1, x 1013 N/C. Kuat medan listrik sebesar ini tidak akan mampu
memantul balikan partikel alfa. Sedangkan perhitungan menggunakan model atom
Rutherford menghasilkan kuat medan listrik sebesar 2,3 x 10 21 N/C. Kuat medan listrik
pada model atom Rutherford yang sangat besar inilah yang mampu memantul balikan
partikel alfa yang bermuatan +2e.
Rutherford telah berhasil menemukan struktur atom. Namun demikian, model
atom yang ia bangun tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: bagaimana
susunan elektron di sekitar inti, bagaimana struktur inti atom, mengapa elektron negatif
tidak jatuh ke dalam inti positif, dan pertanyaan fundamental lainya.
f = 2π2mq4/(nf-2-ni-2) (1)
Selain beberapa persoalan seperti dikemukakan di atas, model atom Bohr juga
tidak dapat menjelaskan hasil eksperimen spektroskopi atom yang menghasilkan lebih
banyak (splitting) spektrum garis-garis yang lain dalam atom hidrogen. Hal ini
menunjukan bahwa identitas atom atau elektron tidak cukup hanya direpresentasikan
melalui satu karakteristik saja yakni bilangan kuantum utama, n, namun diperlukan
bilangan kuantum lain untuk menjelaskan fenomena splitting garis-garis spektral ini.
Sommerfeld (Arnold Sommerfeld, 1868 – 1951, Jerman) memperluas gagasan
Bohr dengan mengajukan berbagai orbit elips untuk harga n yang sama. Menurut
perhitungan Sommerfeld, elektron memiliki energi orbit sedikit lebih besar atau lebih
kecil dibanding enrgi orbit stasioner Bohr. Tingkat-tingkat energi inilah yang
menghasilkan berbagai garis spektrum tambahan seperti diamati pada eksperimen.
Sommerfeld menentukan batasan lain untuk orbit elektron ini yang disebut sebagai
bilangan kuantum orbital, l, dimana l harus berharga 0 , 1, 2, …, (n - 1). Batasan harga
bilangan kuantum orbital l tersebut memiliki konsekuensi bahwa elektron hanya dapat
memiliki momentum sudut L sebesar
L = (l(l+1)h/2π)1/2 (2)
Sommerfeld juga dapat menjelaskan gejala fisika lain yang dikenal sebagai efek
Zeeman (Pieter Zeeman, 1865 – 1943, Belanda). Efek Zeeman, seperti diilustrasikan
pada gambar 6, merupakan pengamatan adanya lebih banyak garis spektrum tambahan
bila suatu atom yang tereksitasi ditempatkan dalam medan magnetik.
Gambar 6. Efek Zeeman, terpisahnya garis spektral akibat medan magnetik [5]
Sommerfeld berhasil menjelaskan bahwa adanya medan magnet mengakibatkan
elektron-elektron yang tereksitasi dapat menunjukan orientasi orbit yang lebih banyak
terhadap medan magnet. Hal ini mengakibatkan munculnya orbit-orbit elektron dengan
energi yang berlainan yang direpresentasikan sebagai garis-garis spektral tambahan
pada efek Zeeman. Dengan argumentasinya tersebut, Sommerfeld memberikan syarat
tambahan berupa bilangan kuantum ke tiga, ml, dimana ml yang menyatakan arah atau
orientasi orbit, hanya dapat memiliki harga –l,…,0,…,+l. Berdasarkan batasan-batasan
yang dikemukakan Sommerfeld, Bohr merevisi model atomnya.
Model atom Bohr-Sommerfeld ini melengkapi model Bohr sebelumya dengan
menambahkan aturan seleksi pada proses transisi elektron berdasarkan tiga bilangan
kuantum, yakni bilangan kuantum utama/ukuran orbit, n, bilangan kuantum bentuk
orbit, l, dan bilangan kuantum arah orbit, ml. Transisi antar tingkat energi inilah yang
diamati sebagai garis-garis spektrum.
Model atom Bohr-Sommerfeld mengalami masalah ketika tidak mampu menjelaskan
gejala lain yang dikenal sebagai AEZ – Anomali Efek Zeeman. AEZ merupakan
fenomena dimana ditemukan lebih banyak lagi garis spektrum (selain garis-garis
spektrum pada efek Zeeman) akibat pengaruh medan magnetik. Para fisikawan pada
saat itu meyakini bahwa diperlukan bilangan kuantum tambahan untuk menjelaskan
gejala AEZ tersebut.
Penjelasan fenomena AEZ ini diberikan oleh Pauli (Wolfgang Pauli, 1924 –
1958, Swiss) melalui hipotesisnya bahwa elektron memiliki spin intrinsik yang
berkontribusi terhadap penambahan momentum sudut total atom. Untuk menjelaskan
fenomena AEZ, Pauli mengusulkan bilangan kuantum ke empat yang hanya dapat
memiliki dua harga saja. Ide yang sama mengenai spin elektron ini dimiliki pula oleh
Goudsmit (Samuel Abraham Goudsmit, 1902 — 1978, Belanda) dan Uhlenbeck
(George Eugene Uhlenbeck, 1900 – 1988, Belanda). Pada tahun 1925, atas
dukungan profesor mereka, Ehrenfest (Paul Ehrenfest, 1880 – 1933, Austria)
Goudsmith-Uhlenbeck mengajukan hipotesis bahwa elektron memiliki momentum
sudut intrinsik yang bebas dari momentum sudut orbitalnya dan momentum sudut
intrinsik ini berkaitan dengan momen magnetik elektron.
Bilangan kuantum ke empat, s, digunakan untuk menyatakan momentum sudut
spin elektron tersebut. Menurut teori Dirac (Paul Adrien Maurice Dirac, 1902 –
1984, Inggris), bilangan kuantum ini hanya boleh memiliki harga s = ½. Momentum
sudut total atom akibat spin elektron ini besarnya adalah:
Spin elektron mengalami kuantisasi ruang seperti halnya vektor momentum sudut
orbital. Kuantisasi ruang spin elektron ini dinyatakan dengan bilangan kuantum
magnetik spin ms yang memiliki harga ms = +½ dan ms = -½. Adanya kuantisasi ruang
spin elektron ini dibuktikan melalui eksperimen yang dilakukan oleh Stern (Otto
Stern, 1888 – 1969, Jerman) dan Gerlacht (Walter Gerlacht, 1889 - 1979, Jerman)
pada tahun 1922.
Stern-Gerlach melakukan eksperimen untuk membuktikan bahwa partikel
(elektron dalam hal ini) memiliki momentum sudut intrinsik. Skematik eksperimen
Stern-Gerlacht diilustrasikan seperti pada gambar 7. Atom-atom perak diuapkan di
dalam oven bergerak melalui kolimator-kolimator celah sempit sampai melewati kutub-
kutub medan magnet yang memiliki kuat medan magnet dipol dalam arah sumbu Z
sebesar z. Karena atom perak ini memiliki momen magnetik, maka akan mengalami
defleksi dengan gaya magnetik:
FZ = zBz/Z (4)
Dari hasil eksperimen diperoleh bahwa vektor momen magnetik dari atom yang
ditempatkan pada medan magnetik eksternal hanya memiliki dua arah saja seperti
ditunjukan pada gambar 7.
John Dalton
John Dalton (1766-1844) ilmuwan Inggris yang di awal abad ke-19 mengedepankan hipotesa
atom ke dalam kancah ilmu pengetahuan. Dengan perbuatan ini, dia menyuguhkan ide kunci
yang memungkinkan kemajuan besar di bidang kimia sejak saat itu. Supaya jelas, dia bukanlah
orang pertama yang beranggapan bahwa semua obyek material terdiri dari sejumlah besar
partikel yang teramat kecil dan tak terusakkan yang disebut atom.
Pendapat ini sudah pernah diajukan oleh filosof Yunani kuno, Democritus (360-370 SM?),
bahkan mungkin lebih dini lagi. Hipotesa itu diterima oleh Epicurus (filosof Yunani lainnya),
dan dikedepankan secara brilian oleh penulis Romawi, Lucretius (meninggal tahun 55 SM),
dalam dia punya syair yang masyhur "De rerum natura" (Tentang hakikat benda).
Gambar 7. Skema eksperimen Stern-Gerlacht dan kuantisasi ruang spin magnetik [6]
Gambar 1.1, cara pengamatan William Crookes yang dilanjutkan Joseph John Thompson.
Keterangan :
C = Katode
A = Anode
E = Lempeng kondensor bermuatan listrik
F = Layar yang dapat berpendar (berfluoresensi)
Minyak disemprotkan ke dalam tabung yang bermuatan listrik. Akibat gaya tarik gravitasi akan
mengendapkan tetesan minyak yang turun. Apabila tetesan minyak diberi muatan negatif maka akan
tertarik ke kutub positif medan listrik
Pada tahun 1897, Joseph John Thomson melanjutkan eksperimen William Crookes, yaitu pengaruh
medan listrik dan medan magnet dalam tabung sinar katode (lihat gambar 1.1). Dan ternyata sinar
katode dapat dibelokkan ke arah kutub positif. Hal ini membuktikan terdapat partikel bermuatan negatif
dalam suatu atom. Setelah itu pada tahun 1908, Robert Andrew Milikan melakukan eksperimen tetes
minyak Milikan (lihat gambar 1.2) dan menemukan besarnya muatan dalam elektron. Dari percobaan
Thompson dan Milikan diperoleh muatan elektron -1 dan massa elektron 0, sehingga elektron dapat
dilambangkan (⁰-1ᵉ).
Gambar 1.2, eksperimen tetes minyak Milikan
2.Penemuan Proton
Jika massa elektron 0, berarti suatu partikel tidak mempunyai massa. Namun pada kenyataannya
partikel materi mempunyai massa yang dapat diukur dan atom itu bersifat netral. Keberadaan partikel
bermuatan positif yang dikandung oleh atom diisyaratkan oleh Eugen Goldstein (1850-1930) pada tahun
1886. Dengan ditemukannya elektron, para ilmuwan semakin yakin bahwa dalam atom pasti ada
partikel bermuatan positif untuk mengimbangi muatan negatif dari elektron. Selain itu, jika seandainya
partikel penyusun atom hanya elektron-elektron, maka jumlah massa elektron terlalu kecil dibandingkan
massa sebutir atom.
Atas dasar pemikiran tersebut maka Eugene Goldstein pada tahun 1886 melakukan eksperimen dari
tabung gas yang memiliki katode dan diberi lubang-lubang serta diberi muatan listrik (lihat gambar 2.1).
Hasil dari percobaan tersebut menghasilkan Sinar Anode. Sifat sinar anode antara lain :
1. Merupakan radiasi partikel sehingga dapat memutar baling-baling.
2. Dalam medan listrik/magnet, dibelokkan ke kutub negatif, jadi merupakan radiasi bermuatan positif.
3. Partikel sinar anode bergantung pada jenis gas dalam tabung.
Gambar 2.1, percobaan Eugene Goldstein mempelajari muatan positif