Ciri-ciri Legenda
• Cerita dianggap sebagai suatu kejadian yang sungguh – sungguh benar terjadi.
• Bersifat sekuler ( keduniawian ), terjadinya pada masa yang belum begitu lampau,
dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang. Tokoh utama pada
legenda adalah manusia.
• Sejarah “ kolektif ”, maksudnya sejarah yang banyak mengalami distrosi karena
seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya.
• Bersifat migration yakni dapat berpindah – pindah sehingga dapat dikenal luas di
daerah – daerah yang berbeda.
• Bersifat siklus, yaitu sekelompok cerita yang berkisar pada 4 suatu tokoh atau
kejadian tertentu
Unsur instrinsik :
1.Tokoh Tokoh adalah pelaku yang mengalami peristiwa – peristiwa pada cerita. Pada
umumnya, tokoh tersebut berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda
yang diinsankan.
2. Perwatakan Penokohan atau perwatakan merupakan penyajian watak dan penciptaan citra
tokoh dengan penggambaran ciri – ciri lahir sifat, serta sikap batin tokoh cerita. Dengan
demikian, segala perbuatan tokoh cerita dapat dipertanggungjawabkan secara logis sesuai dengan
pencitraan.
3. Latar/ setting Latar dalam sebuah cerita adalah lingkungan atau tempat terjadinya peristiwa –
peristiwa cerita. Segala keterangan, petunjuk, dan pengacuan yang 6 berkaitan dengan waktu,
ruang, serta suasana lingkungan terjadinya peristiwa akan membangun latar cerita.
4. Amanat Amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca melalui
karyanya. Amanat dapat ditentukan oleh pembaca, sesuai dengan yang telah 6 dibacanya
5. Alur alur adalah rangkaian cerita yang memiliki hubungan sebab-akibat (kausalitas) sehingga
membentuk suatu kesatuan. Sementara itu, jalan cerita hanyalah rangkaian cerita yang berbentuk
kronologis dari awal sampai akhir, tanpa disertai hubungan kausalitas yang kuat.
a. Pengenalan
Pada tahap ini, pembaca dikenalkan pada tokoh, penokohan, hingga latar sebuah cerita.
b. Konflik
Setelah itu, pembaca akan dihadapkan pada bagian cerita yang menampilkan masalah utama dari
kisah. Masalah bisa menyangkut persoalan dalam diri sang tokoh, perselisihan dengan tokoh
lain, sampai antara satu tokoh dan lingkungannya. Untuk cerpen, biasanya hanya ada satu konflik
yang membangun kisahnya.
c. Klimaks
Ketika masalah sudah mencapai puncaknya, itulah yang dikenal dengan istilah klimaks. Di tahap
ini pembaca bisa mendapatkan puncak ketegangan dari persoalan yang diusung pengarang.
d. Leraian
Setelah mencapai puncak, persoalan akan menemui titik balik yang cenderung menurun. Tingkat
ketegangan berkurang karena masalah sedang menuju pada tahap akhir.
e. Penyelesaian
Tahap akhir yang dimaksud adalah penyelesaian. Pada bagian ini, semua masalah diuraikan dan
didapati solusinya. Namun, ada juga cerpen yang membuat penyelesaiannya secara terbuka
sehingga bagian solusi tidak diceritakan.
a. Alur Maju
Pada model alur ini, cerita dijabarkan secara kronologis dan mengikuti ketentuan waktu yang
selalu bertambah. Untuk cerita dengan alur maju, tahapan alurnya cenderung konvensional, yaitu
pengenalan-konflik- klimaks, leraian-penyelesaian.
b. Alur Mundur
Model alur ini biasanya menampilkan konflik atau penyelesaian terlebih dahulu. Dari sana,
barulah diceritakan ulang mengenai tahapan masalah yang membentuk alur sehingga terkesan
waktunya bergerak mundur dan disebut sebagai alur mundur.
c. Alur Kilas Balik (Flash Back)
Alur kilas balik merupakan penggabungan alur maju yang disertai kilasan-kilasan kisah yang
sifatnya mengenang atau mengingat. Kenangan ini diceritakan pula secara detail untuk
membangun kelengkapan cerita.
6. sudut pandang
Sudut pandang merupakan bagian unsur intrinsik cerpen yang menjelaskan pencerita yang
mengisahkan cerpen tersebut.
Contoh kata sandang Si dan Sang
a. Sang kerbau berkeliling hutan sambil menyapa binatang-binatang lain yang berada dihutan
tersebut.
b. Sang kerbau mengejek kepompong yang buruk yang tidak dapat pergi kemana-mana.
c. Sang kerbau selalu membanggakan dirinya yang dapat pergi ketempat yang dia sukai.
d. Si kepompong hanya dapat berdiam saja saat mendengarkan ejekan itu.
e. “Aku adalah kepompong yang pernah kau ejek,” kata si kupu-kupu.
Berdasarkan contoh diatas maka kaidah pada penulisan si dan juga sang yakni secara terpisah
dengan kata-kata yang mengikuti ataupun kata-kata yang di ikuti serta ditulis dengan
menggunakan huruf kecil.
Nah itulah langkah-langkah yang dapat dilakukan saat memerankan isi fabel/legenda.