Anda di halaman 1dari 72

Dasar-Dasar Elektrokimia

BAB 1
DASAR-DASAR ELEKTROKIMIA

1.1 PENDAHULUAN
Elektrokimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari hubungan antara reaksi kimia dengan
arus listrik. Elektrokimia dapat diaplikasikan dalam berbagai keperluan manusia, seperti keperluan sehari–hari
dalam skala rumah tangga dan industri–industri besar seperti industri yang memproduksi bahan–bahan kimia
baik organik maupun anorganik, farmasi, polimer, otomotiv, perhiasan, pertambangan, pengolahan limbah
dan bidang analisis. Pengunaan elektrokimia diantaranya adalah:
Sel galvani yaitu sel yang didasarkan pada reaksi kimia yang dapat menghasilkan arus listrik, seperti
baterai, aki dan sel bahan bakar (fuel cell).
Sel elektrolisis, yaitu sel yang didasarkan pada reaksi kimia yang memerlukan arus listrik. Contoh
penggunaan sel elektrolisis yaitu:
Elektrodeposisi adalah pengendapan logam dipermukaan elektroda. Teknik ini digunakan untuk
pembuatan bahan nanoteknologi, elektroplating, pencegah korosi, perhiasan dan asesoris mobil.
Elektroanalisis adalah aplikasi elektrolisis untuk analisis, seperti: polarografi, voltametri, potensiometri,
Linear Sweep Voltammetry (LSV), Cyclic Voltammetry (CV), Differential Pulse Voltammetry (DPV), Normal
Pulse Voltammetry (NPV), Differential Normal Pulse Voltammetry (DNPV), Square Wave Voltammetry (SWV),
Anodic stripping voltammetry (ASV), Cathodic stripping voltammetry (CSV) dan Voltametri stripping adsorptif
(AdSV).
Elektrosintesis adalah sintesis senyawa organik dan anorganik dengan cara elektrolisis. Teknik ini dapat
mengatasi beberapa kelemahan sintesis dengan cara biasa. Beberapa senyawa organik dapat disintesis dengan
cara elektrosintesis antara lain asam asetat, adiponitril, tetra alkil plumbum dan tetrafluoro–p–xylen, sedangkan
sintesis senyawa anorganik antara lain Ti, Al, Na, MnO2 dan Cl2.
Elektrodegradasi adalah penguraian limbah organik dan anorganik. Penguraian limbah dengan teknik ini
lebih efisien dan hemat energi. Hasil akhir dari penguraian limbah organik adalah air dan gas CO2, sedangkan
limbah anorganik seperti logam–logam akan terendapkan di katoda. Logam yang sudah terendapkan di katoda,
dapat dipisahkan dengan melarutkan logam tersebut dalam asam kuat, kemudian dipisahkan menjadi logam
murni melalui pengendapan.
2 Elektrokimia dan Aplikasinya

Peralatan elektrokimia minimal terdiri dari tiga komponen penting yaitu anoda, katoda dan elektrolit.
Anoda adalah elektroda tempat berlangsungnya reaksi oksidasi, elektroda adalah konduktor yang digunakan
untuk bersentuhan dengan bagian atau media non–logam dari sebuah sirkuit (misal semikonduktor,
elektrolit). Anoda berupa logam penghantar listrik, pada sel elektrokimia anoda akan terpolarisasi jika arus listrik
mengalir ke dalamnya. Arus listrik mengalir berlawanan dengan arah pergerakan elektron. Pada sel galvani
(baterai) maupun sel elektrolisis, anoda merupakan tempat berlangsung reaksi oksidasi. Katoda merupakan
elektroda yang terpolarisasi jika arus listrik mengalir keluar darinya. Pada baterai biasa (baterai karbon–seng),
yang menjadi katoda adalah seng, yang juga menjadi pembungkus baterai. Sedangkan, pada baterai alkalin,
yang menjadi katoda adalah mangan dioksida (MnO2).
Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion–ionnya. Zat yang jumlahnya lebih
sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada
zat–zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan
dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk
larutan disebut pelarutan atau solvasi.  Larutan terdiri dari larutan non elektrolit dan larutan elektrolit. Larutan
non elektrolit adalah larutan yang tidak menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan elektrolit adalah larutan
yang dapat menghantarkan arus listrik dengan mudah. Ion–ion merupakan atom–atom bermuatan elektrik.
Elektrolit dapat berupa senyawa garam, asam, atau amfoter. Beberapa gas tertentu dapat berfungsi sebagai
elektrolit, hal ini terjadi pada kondisi tertentu misalnya pada suhu tinggi atau tekanan rendah. Elektrolit kuat
identik dengan asam, basa, dan garam. Elektrolit merupakan senyawa yang berikatan ion dan kovalen polar.
Sebagian besar senyawa yang berikatan ion merupakan elektrolit sebagai contoh adalah garam dapur atau
NaCl. NaCl dapat menjadi elektrolit dalam bentuk larutan dalam sistem aqueous dan lelehan, sedangkan
dalam bentuk padatan senyawa ion tidak dapat berfungsi sebagai elektrolit.
Reaksi elektrokimia melibatkan perpindahan elektron–elektron bebas dari suatu logam kepada komponen
di dalam larutan. Kesetimbangan reaksi elektrokimia sangat penting dalam sel galvani (sel yang menghasilkan
arus listrik) dan sel elektrolisis (sel yang menggunakan/memerlukan arus listrik). Dalam bidang elektrokimia
antara sel galvani dan sel elektrolisis terdapat perbedaan yang nyata. Perbedaannya yaitu berhubungan dengan
reaksi spontan dan tidak spontan. Sel galvani secara umum terjadi reaksi spontan, sedangkan sel elektrolisis
terjadi reaksi tidak spontan. Reaksi spontan artinya reaksi elektrokimia tidak menggunakan energi atau listrik
dari luar, sedangkan reaksi tidak spontan yaitu reaksi yang memerlukan energi atau listrik. Beberapa parameter
untuk mengetahui reaksi spontan atau tidak spontan adalah parameter ΔGo, K dan Eosel seperti ditunjukkan
dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Hubungan antara ΔGo, K dan Eosel
ΔGo K Eosel Keadaan reaksi Aplikasi
Negatif >1 Positif Spontan Sel Galvani, baterai, aki
dan fuel sel
0 =1 0 Kesetimbangan –
Positif <1 Negatif Tidak spontan Elektroplating,
elektrodeposisi
elektrodegradasi,
elektroanalisis,
elektrosintesis,

Nilai Eosel ditentukan dengan rumus


Eosel = Eoreduksi – Eooksidasi
Eoreduksi adalah nilai potensial elektroda standar pada elektroda yang mengalami reduksi dan Eooksidasi adalah
Dasar-Dasar Elektrokimia 3

nilai potensial elektroda standar dari elektroda yang mengalami oksidasi. Elektroda yang memiliki potensial
reduksi lebih kecil akan mengalami oksidasi, sebaliknya elektroda yang potensial reduksinya lebih besar akan
mengalami reduksi. Berdasarkan data potensial reduksi untuk Cu2+ dan Zn2+ masing–masing adalah 0,34 volt
dan –0,76 volt, sehingga reaksi yang terjadi pada sel di atas adalah:

Reduksi : Cu2+ + 2e–  Cu Eo = 0,34 V


Oksidasi : Zn  Zn 2+
+ 2e –
E o
= 0,76 V
Total : Zn + Cu 2+
 Zn 2+
+ Cu E o
sel
= 1,10 V
atau Eosel dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Eosel = Eoreduksi – Eooksidasi
Eosel = 0,34 – (–0,76) V
Eosel = 0,34 + 0,76 = 1,10 V

Suatu sel elektrokimia dapat terjadi secara spontan atau tidak spontan, dapat diperkirakan dari nilai
potensial sel atau Eosel. Jika potensial sel berharga positif, maka reaksi redoks berlangsung spontan. Sebaliknya
jika potensial sel berharga negatif maka reaksi tidak berlangsung spontan. Karena nilai Eosel bernilai positif yaitu
(+1,10) maka reaksi berlangsung spontan.

Contoh Soal:
Hitung Eosel pada 25oC untuk Cd  Cd2+  Cu2+  Cu
Jika diketahui data Eo Cu2+/Cu = +0,34 Volt dan Eo Cd2+/Cd = –0,40 Volt

Reduksi : Cu2+ + 2e–  Cu


Oksidasi : 2Cd  2Cd2+ + 2e–
Total : Cu2+ + Cd  Cu + Cd2+
Berdasarkan data dan reaksi di atas hitunglah Eosel dan tentukan reaksi
berlangsung spontan atau tidak spontan?
Diketahui notasi sel Mg/Mg2+//Ag+/Ag nilai potensial reduksi standar Eo Ag+/Ag = +0,80 volt dan Eo
Mg2+/Mg = –2,38 volt, berdasarkan data hitunglah Eosel?
Diketahui notasi sel Mg/Mg2+//Cu2+/Cu, nilai potensial reduksi standar Eo Ag+/Ag = +0,80 volt dan Eo
Cu /Cu = +0,34 Volt, berdasarkan data hitunglah Eosel?
2+

Nilai Eosel dapat digunakan untuk menentukan nilai ΔGo dan K dengan persamaan Nernst.

Persamaan Nernst
Beda potensial antara elektroda kanan (reduksi) dan elektroda kiri (oksidasi) ditentukan dengan
perhitungan (Esel). Secara umum dapat dituliskan rumus berikut:
ΔG= –nFEsel dan ΔGo= –nFEosel (1.1)
= +0,80 volt dan E Cu /Cu = +0,34 Volt, berdasarkan data hitunglah E sel?

Nilai Eosel dapat digunakan untuk menentukan nilai ΔGo dan K dengan persamaan
Nernst.

Persamaan
4 Nernst Elektrokimia dan Aplikasinya
Beda potensial antara elektroda kanan (reduksi) dan elektroda kiri (oksidasi)
ditentukan dengan perhitungan (Esel). Secara umum dapat dituliskan rumus berikut:
Bila
ΔG=nilai–nFE DGL seldanpositif,
ΔGmaka
o ΔG negatif
= –nFE o dan reaksi berlangsung secara spontan. Sedangkan
(1.1) bila DGL
sel sel
sel negatif, ΔG positif dan reaksi berlangsung tidak spontan. Menurut kesetimbangan kimia,
Bila nilai DGL sel positif, maka ΔG negatif dan reaksi berlangsung secara spontan.
Sedangkan
ΔG=bila ΔGoDGL+ RT ln selQ negatif,
ΔG positif dan reaksi (1.2)berlangsung tidak spontan.
Menurut Bilakesetimbangan
perubahan energikimia, Gibbs dinyatakan sebagai potensial kimia, maka persamaan 1.2 dapat ditulis
menjadiΔG= ΔGo + RT ln Q (1.2)
Bila perubahan
µi = µio +energi RT ln aiGibbs
dinyatakan sebagai
potensial(1.3) kimia, maka persamaan
1.2 dapat ditulis menjadi
Jika nilai μ disubstitusi dengan persamaan 1.3, maka
µi = µio + iRT ln ai (1.3)
–nFE
Jika nilai μi disubstitusi
sel
=–nFE o
+ RT ln
sel dengan persamaan 1.3, maka
K (1.4)
–nFEsel =–nFEosel + RT ln K (1.4)
o RT
E sel = E sel − ln K (1.5) (1.5)
nF

Hubungan antara Esel dan Eosel ini disebut persamaan Nernst, dimana K adalah tetapan kesetimbangan
yang nilainya sama dengan perbandingan
o aktifitas spesi teroksidasi terhadap spesi tereduksi.
Hubungan antara Esel dan E sel ini disebut persamaan Nernst, dimana K adalah 3
tetapan kesetimbangan yang nilainya sama dengan perbandingan aktifitas spesi
teroksidasi terhadap
[a ] spesi tereduksi.
K = oksidasi (1.6)
[ a oksidasi
[ a ] ]
K= reduksi (1.6)
[ a reduksi ]
Pada kesetimbangan,
Pada kesetimbangan, nilaiEEsel adalah
nilai nol sehingga
sel adalah nol sehingga
o RT
E sel = ln K (1.7)
nF (1.7)
o
nFE sel

K =e RT
(1.8)
o
nFE sel

Dengan Kmenggunakan
= e RT persamaan
1.8, nilai K (1.8)
pada kesetimbangan dapat
ditentukan.
Dengan menggunakan persamaan 1.8, nilai K pada kesetimbangan dapat ditentukan.
Contoh Soal 1
o o
Dalam Contoh
sel berikut,
Soal 1 tentukan E sel dan ΔG . Apakah reaksi terjadi secara spontan
atau tidak spontan?
2Au (s) + 3Ca2+ (1M) 2Au3+ (1M) + 3Ca(s)
Dalam sel berikut, tentukan Eosel dan ΔGo. Apakah reaksi terjadi secara spontan atau tidak spontan?
Jawab:
Oksidasi
2Au(anoda) : 2Au (s)2Au3+ (1M)
(s) + 3Ca2+ (1M) 2Au+3+3Ca(s)
(1M) + 6e–
Reduksi (katoda) : 3Ca2+ (1M) + 6e–
Jawab: 3Ca(s)
Eo Au3+/Au = 1,5 V dan Eo Ca2+/Ca = –2,87 V, nilai ini dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Oksidasi
Eosel (anoda) : 2Au (s)
= Eo(katoda) 2Au3+ (1M) + 6e–
– Eo(anoda)
= :–2,87
Reduksi (katoda) 3Ca2+V(1M)
– 1,5 V–
+ 6e 3Ca(s)
= –4,37 V
Eo Au3+/Au = 1,5 V dan Eo Ca2+/Ca = –2,87 V, nilai ini dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Atau, menggunakan teknik reaksi redoks seperti berikut:

Oksidasi (anoda) : 2Au (s) 2Au3+ (1M) + 6e


– Eo = –1,50 V
Reduksi (katoda) : 2+ – Eo =
Dasar-Dasar Elektrokimia 5

Eosel = Eo(katoda) – Eo(anoda)


= –2,87 V – 1,5 V
= –4,37 V

Atau, menggunakan teknik reaksi redoks seperti berikut:

Oksidasi (anoda) : Eo = –1,50 V


2Au (s) 2Au3+ (1M) + 6e–
Reduksi (katoda) : Eo = –2,87 V
3Ca2+ (1M) + 6e– 3Ca(s)
Total : Eosel = –4,37 V
2Au(s)+3Ca2+(1M) 2Au3+(1M)+3Ca(s)

ΔGo = –nFEosel, dimana n = 6, F= konstanta Faraday sebesar 96500 C (Joule/Volt), sehingga:

ΔGo = –6. 96500 J/V.mol. –4,37 V


= 2,53 x 106 J/mol
= 2,53 x 103 kJ/mol

Dari nilai Eosel = –4,37 V (negatif) dan ΔGo = 2,53 x 103 kJ/mol (positif), maka reaksi terjadi secara
tidak spontan.

Contoh Soal 2
Diketahui harga potensial reduksi standar logam Ag dan Cu sebagai berikut:
Ag+/Ag = +0,80 Volt
Cu2+/Cu = +0,34 Volt
Tentukan Eosel, ΔGo dan K dari reaksi berikut ini, apakah berlangsung spontan atau tidak spontan.

2Ag+ + Cu Cu2+ + 2Ag

Jawab:

Reduksi (anoda) : Eo = +0,80 V


2Ag+ + 2e– 2Ag
Oksidasi (katoda) : Eo = –0,34 V
Cu Cu2+ + 2e–
Total : Eosel = +0,46 V
2Ag+ + Cu Cu2+ + 2Ag

Eosel = Eoreduksi – Eooksidasi


= +0,80 – (+0,34)
= +0,46 Volt

ΔGo = –2. 96500 J/V.mol. +0,46 V


= –88780 J/mol
= –88,780 kJ/mol

Konstanta kesetimbangan dapat dihitung dengan menggunakan data Eosel.


Eosel = Eoreduksi – Eooksidasi
= +0,80 – (+0,34)
= +0,46 Volt
ΔGo = –2. 96500 J/V.mol. +0,46 V
= –88780 J/mol
6 = –88,780 kJ/mol Elektrokimia dan Aplikasinya

Konstanta kesetimbangan dapat dihitung dengan menggunakan data Eosel.


RT
Eosel = ln K
nF
Eosel nF +0,46 V 2. 96500 JV–1
ln K = =
RT 8,314 JK–1 298 K
35,83
lnlnKK== 35,83
35,83atau
atauKK== ee35,83
KK==3,65
3,65xx10
15
1015
Berdasarkan nilai Eosel positif, ΔGo positif dan K lebih dari satu, maka reaksi berlangsung spontan.
Berdasarkan nilai Eosel positif, ΔGo positif dan K lebih dari satu, maka reaksi
berlangsung spontan.
Tabel 1.2 Potensial reduksi standar pada 25oC, relatif terhadap elektroda normal hidrogen (ENH)
Tabel 1.2 Potensial reduksi standar pada 25oC, relatif terhadap elektroda normal
No. Setengah reaksi hidrogen (ENH) Eo (V)
1. F2(g) + 2e– 2F– (aq) +2,87
No. Setengah reaksi Eo (V)
2. O (g) +2H (aq) + 2e  O (g) + H O
+ –
+2,07
1. F2(g)3
+ 2e–→ 2F– (aq) 2 2
+2,87
3.2. Co 3+
(aq) ++ e–  Co2+–(aq)
O3(g) +2H (aq) + 2e → O2(g) + H2O +2,07 +1,82
4.3. CoH3+2 (aq)
O2(aq)++2H e– → +
Co+
(aq) 2+
(aq)
2e– 2H2O +1,82 +1,77
+
5.4. H2PbO
O2(aq) (s) ++2H
4H+(aq) (aq)++ SO 2e–2–→+2H O PbSO (s) + 2H O
2e–2 +1,77 +1,70
2 + 4 2– – 4 2
5.
6.
PbO
Ce 2
4+ (s)
(aq)
++
4H e – (aq)
 Ce
+
3+ SO
(aq) 4 + 2e → PbSO4(s) + 2H2O +1,70 +1,61
6. Ce4+(aq) + e– → Ce3+(aq) +1,61
7.7. MnO4 4 (aq) + 8H (aq) + 5e → Mn (aq)
MnO – – (aq) + 8H++(aq) + 5e–– Mn2+2+ + 4H
(aq) + 4H
2
O O +1,51 +1,51
2
8.8. 3+3+ ––
AuAu (aq) (aq) ++3e 3e → Au(s)
 Au(s) +1,50 +1,50

9.9. 2(g)
ClCl 2
(g)++2e 2e– → 2Cl 2Cl––(aq)
(aq) +1,36 +1,36
2– + – 3+
10.
10. CrCr O
2 O 7 2– (aq) + 14H+(aq) ++6e
(aq) + 14H (aq) 6e → 2Cr
 2Cr
(aq) + 7H2O +1,33 +1,33
2+ (aq) + 7H2O
– 3+
+ –
11. MnO2(aq) + 4H +(aq) + 2e– → Mn
2 7
(aq) + 2H2O +1,23
11. +1,23
12. OMnO
2 (g) + (aq) ++ 4H (aq) +
2 4H (aq) + 4e → 2H O
– 2e  Mn2+ (aq) + 2H2O
2 +1,23
12. – +(aq) +–4e–  2H O +1,23
13. BrO2(l)(g) + 4H
2 + 2e → 2Br (aq) 2 +1,07
– + – –
14.
13. NOBr32(l)(aq)
+ 2e+–  4H2Br (aq)
(aq)+ 3e → NO(g) + 2H2O +0,96 +1,07
2+ – 2+
15.
14. 2Hg
NO3–(aq) (aq) +
+ 2e 4H+→ (aq)Hg+ 23e(aq)

 NO(g) + 2H2O +0,92 +0,96
16. Hg22+2+ (aq) + 2e–– → 2Hg(l) +0,85
15. 2Hg (aq) + 2e  Hg (aq) 2+
+0,92
17. Ag+(aq) + e– → Ag(s) 2 +0,80
16. Hg2 (aq) + 2e  2Hg(l)
2+ –
+0,85
17. Ag (aq) + e  Ag(s)
+ –
+0,80
18. Fe3+(aq) + e–  Fe2+(aq) 5 +0,77
19. O2(g) + 2H (aq) + 2e  H2O2(aq)
+ –
+0,68
20. MnO4 (aq) + 2H2O + 3e  MnO2(s) + 4OH (aq)
– – –
+0,59
21. I2(s) + 2e–  2I– (aq) +0,53
22. O2(g) + 2H2O + 4e  4OH (aq)
– –
+0,40
23. Cu (aq) + e  Cu(s)
2+ –
+0,34
24. AgCl(s) + e  Ag(s) + Cl (aq)
– –
+0,22
25. SO4– (aq) + 4H+(aq) + 2e–  SO2(g) + 2H2O +0,20
26. Cu (aq) + e  Cu (aq)
2+ – +
+0,15
Dasar-Dasar Elektrokimia 7

27. Sn4+(aq) + 2e–  Sn2+(aq) +0,13


28. 2H (aq) + 2e  H2(g)
+ –
0,00
29. Pb (aq) + 2e  Pb(s)
2+ –
–0,13
30. Sn2+(aq) + 2e–  Sn(s) –0,14
31. Ni2+(aq) + 2e–  Ni(s) –0,25
32. Co (aq) + 2e  Co(s)
2+ –
–0,28
33. PbSO4(s) + 2e  Pb (s) + SO4 (aq)
– 2–
–0,31
34. Cd2+(aq) + 2e–  Cd(s) –0,40
35. Fe (aq) + 2e  Fe(s)
2+ –
–0,44
36. Cr (aq) + 3e  Cr(s)
3+ –
–0,74
37. Zn2+(aq) + 2e–  Zn(s) –0,76
38. 2H2O + 2e  H2(g) + 2OH (aq)
– –
–0,83
39. Mn (aq) + 2e  Mn(s)
2+ –
–1,18
40. Al (aq) + 3e  Al(s)
3+ –
–1,66
41. Be2+(aq) + 2e–  Be(s) –1,85
42. Mg (aq) + 2e  Mg(s)
2+ –
–2,37
43. Na (aq) + e  Na(s)
+ –
–2,71
44. Ca (aq) + 2e  Ca(s)
2+ –
–2,87
45. Sr2+(aq) + 2e–  Sr(s) –2,89
46. Ba2+(aq) + 2e–  Ba(s) –2,90
47. K (aq) + e  K(s)
+ –
–2,93
48. Li (aq) + e  Li(s)
+ –
–3,05

Sumber: Brown et al. (2006)

Jika dilihat dari nilai Eo (Tabel 1.2), maka dapat disimpulkan bahwa dari arah atas ke bawah senyawa atau
unsur semakin mudah mengalami oksidasi, sedangkan dari arah bawah ke atas senyawa atau unsur semakin
mudah mengalami reduksi.
Contohnya:
Campuran senyawa Br2/2Br– dengan Eo = 1,07 V dengan I2/2I– dengan Eo = 0,53 V, tentukan nilai Eosel?
Dari nilai Eo dapat dilihat senyawa yang mengalami oksidasi dan reduksi. Semakin basar nilai Eo atau
semakin positif maka senyawa tersebut semakin mudah mengalami reduksi. Artinya Br2 lebih mudah mengalami
reduksi dibandingkan dengan I2. Reaksi yang terjadi adalah:

Reduksi : Eo = +1,07 V
Br2(l) + 2e– 2Br– (aq)
Oksidasi : Eo = –0,53 V
2I– (aq) I2(s) + 2e–
Total : Eosel = +0,54 V
2I– (aq) + Br2(l) I2(s) + 2Br– (aq)
8 Elektrokimia dan Aplikasinya

Atau dengan menggunakan rumus:

Eosel = Eo (katoda) – Eo (anoda)


= +1,07 V – (+0,53)
= +0,54 V

Contoh Soal
Sel galvani menggunakan elektroda Mg dalam larutan 1,0 M Mg(NO3)2 dan elektroda Ag dalam larutan 1,0 M
AgNO3. Tentukan Esel pada suhu 25oC?
Berdasarkan Tabel 1.2, reaksi dan nilai Eosel adalah:

Eo = +0,80 V
Ag+(aq) + e– Ag(s)
Eo = –2,37 V
Mg2+(aq) + 2e– Mg(s)

Jawab:
Dari nilai Eo dapat dilihat bahwa logam Ag lebih mudah mengalami reduksi dibanding logam Mg.

Reduksi : Eo = +0,80 V
Ag+(aq) + e– Ag(s)
Oksidasi : Eo = +2,37 V
Mg(s) + 2e– Mg2+(aq)
Total : Eosel = +3,17 V
Mg(s) + 2Ag+(aq) Mg2+(aq) + Ag(s)

Atau:

Eosel = Eo (katoda) – Eo (anoda)


= +0,80 V – (–2,37 V)
= +3,17 V

Gambar 1.1 Potensial standar sel pada sel volta


Dasar-Dasar Elektrokimia 9

Eosel = (+0,34)-(-0,76)= +1,10 V

Gambar 1.2 Potensial setengah sel untuk sel volta

1.2 PERBEDAAN SEL GALVANI DENGAN SEL ELEKTROLISIS


Sel elektrokimia minimal terdiri dari dua elektroda, yaitu anoda dan katoda. Pada anoda terjadi reaksi
oksidasi, sedangkan pada katoda terjadi reaksi reduksi. Secara umum terdapat dua jenis sel dalam elektrokimia
yaitu sel galvani dan sel elektrolisis. Perbedaan dari segi rangkaian listrik ditunjukkan dalam Gambar 1.3.

Gambar 1.3 Perbedaan sel galvani dan sel elektrolisis, Va adalah potensial yang dihasilkan
dan Vb potensial yang diperlukan
10 Elektrokimia dan Aplikasinya

1.3 SEL GALVANI


Sel Galvani yaitu sel yang menghasilkan arus listrik. Pada sel galvani, anoda berfungsi sebagai elektroda
bermuatan negatif dan katoda bermuatan positif. Arus listrik mengalir dari katoda menuju anoda. Reaksi kimia
yang terjadi pada sel galvani berlangsung secara spontan. Salah satu penerapan sel galvani adalah penggunaan
sel Zn/Ag2O3 untuk baterai jam. Syarat–syarat sel galvani ialah:
Reaksi redoks terjadi secara spontan.
Hasil reaksi menghasilkan energi.
ΔGo < 0 dan Eosel adalah positif.
Contoh dari sel galvani adalah: baterai, sel bahan bakar, baterai Pb dengan elektrolit asam yang digunakan
dalam mobil, fuel cell berbahan bakar gas hidrogen, etanol dan metanol.

Baterai
Baterai adalah suatu sel listrik yaitu suatu alat yang dapat menghasilkan listrik dari reaksi kimia. Pada
hakekatnya, suatu baterai terdiri dari dua atau lebih sel yang dihubungkan secara urut atau paralel, tetapi
biasanya istilah yang digunakan untuk sel tunggal. Suatu sel terdiri dari suatu elektroda negatif, elektrolit untuk
menghantarkan ion, suatu pemisah, juga suatu ion penghantar dan elektroda positif. Elektrolit adalah berupa
cairan (terdiri dari air) atau nonaqueous (tidak terdiri dari air), cairan, pasta, atau bentuk padat. Ketika sel
dihubungkan dengan suatu beban eksternal atau alat berenergi mesin, elektroda negatif memberikan arus
elektron dan diterima oleh elektroda positif. Ketika beban eksternal dipindahkan maka reaksi akan berhenti.

Grafit (katoda)

dan pasta karbon hitam

Logam seng (anoda)

Gambar 1.4 Skema dari baterai

Jika diketahui, sistem sel Zn/Zn2+//NH4+/MnO2/Mn2O3//C, tentukan apakah sistem tersebut termasuk sel
galvani atau sel elektrolisis?
Eo Zn2+/Zn = –0,763 V
Eo MnO2/Mn2O3 = + 0,800 V
Tentukan nilai:
Dasar-Dasar Elektrokimia 11

a) Esel
b) ΔG
c) Apakah reaksi terjadi secara spontan atau tidak spontan

Jawab:

Eosel = Eo (katoda) – Eo (anoda)


= 0,800 – (–0,763) V
= 1,54 V
Atau:

Katoda : 2NH4+(aq)+2MnO2(s)+ 2e–  Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O(l)


Eo = +0,80 V
Anoda : Eo = +0,76 V
Zn(s) Zn2+(aq) + 2e–
Total :
Zn(s) + 2NH4+(aq)+2MnO2(s) Zn2+(aq)+ Mn2O3(s) +
2NH3(aq) +H2O(l) Eosel = +1,54 V

Karena nilai Eosel positif, maka reaksi terjadi secara spontan, sehingga baterai termasuk sel galvani.

a. Baterai Primer
Baterai primer adalah baterai yang dapat mengkonversi bahan kimia menjadi listrik hanya sekali dan
kemudian dibuang, sedangkan baterai sekunder mengandung elektroda yang dapat diisi ulang dengan listrik
sehingga dapat menyimpan listrik dan dapat digunakan kembali beberapa kali. Salah satu contoh baterai sekunder
yaitu baterai perak–seng, yang mana mendominasi industri baterai sejak tahun 1960. Baterai mempunyai daya
jenis dan energi sangat tinggi, tetapi harganya mahal, karena menggunakan logam perak. Baterai ini masih
digunakan di dalam sarana (angkut) peluncuran roket dan torpedo. Mars Pathfinder juga menggunakan baterai
perak–seng, tetapi dirancang untuk dapat diisi ulang. Reaksi elektrokimia dituliskan seperti berikut:

Katoda (+) : Eo = +0,80 V


3MnO2(s)+ 2H2O+4e– Mn3O4(s)+ 4OH– (aq)
Anoda (–) : Eo = +0,76 V
Zn(s) + 2OH– ZnO (s)+ H2O + 2e–
Total : Eosel = +1,54 V
2Zn(s)+3MnO2(s) Mn3O4(s) + 2ZnO(s)

b. Baterai Alkalin
Sebagian basar baterai yang tidak dapat diisi ulang adalah baterai alkalin. Lebih dari 1010 baterai alkalin
dihasilkan setiap tahun. Anoda baterai ini mengandung serbuk seng yang diimobilisasi dalam bentuk gel yang
kontak dengan larutan KOH (kerena itu dinamakan baterai alkalin). Katoda merupakan campuran antara MnO2
dengan grafit yang dipisahkan dengan anoda dengan menggunakan bahan berpori. Reaksi dalam sel sangat
komplek, merujuk pada reaksi yang tertera pada baterai primer.
12 Elektrokimia dan Aplikasinya

c. Baterai Nikel–Kadmium
Baterai nikel–kadmium merupakan baterai yang paling umum sejak tahun 1970. Baterai ini banyak
digunakan dalam semua satelit komunikasi komersil dan dalam beberapa roket untuk keperluan penelitian,
biasanya dibungkus secara efisien. Baterai ini dapat disimpan pada kendaraan angkasa luar dengan sangat
sederhana untuk mengurangi keperluan tempat. Sampai sekarang masih digunakan dalam satelit untuk misi
menghadapi radiasi terhadap lingkungan.
Baterai ini menggunakan nikel oksida sebagai elektroda positif (katoda), senyawa kadmium sebagai
elektroda negatif (anoda), dan larutan kalium hidroksida sebagai elektrolit. Baterai nikel–kadmium adalah
baterai yang dapat diisi ulang dan dapat digunakan berulang–ulang. Baterai nikel–kadmium mengubah energi
kimia menjadi energi listrik dan ketika digunakan mengubah energi listrik menjadi energi kimia melalui isi
ulang. Dalam keadaan penuh baterai Ni–Cd, katoda mengandung nikel hidroksida [Ni(OH)2] dan kadmium
hidroksida [Cd(OH)2] dalam anoda. Sedangkan baterai dalam keadaan diisi ulang, komposisi kimia di katoda
dipindahkan dan nikel hidroksida diubah menjadi nikel oksihidroksida [NiOOH]. Dalam anoda, kadmium
hidroksida diubah menjadi logam kadmium. Ketika baterai digunakan, prosesnya dibalik, seperti ditunjukkan
dalam reaksi berikut:

Katoda (+) :
2NiOOH(s) + 2H2O (l) + 2e– 2Ni(OH)2 + 2OH– (aq)
Anoda (–) :
Cd(s)+ 2OH– (aq) Cd(OH)2 + 2e–
Total :
Cd + 2H2O + 2NiOOH 2Ni(OH)2 + Cd(OH)2

Baterai nikel–kadmium dengan E o


sel
1,30 V banyak digunakan sebagai baterai pada Low Earth Orbit (LEO).

d. Baterai Nikel–Hidrogen
Baterai nikel–hidrogen merupakan baterai yang paling popular digunakan. Baterai ini merupakan
gabungan antara baterai nikel–kadmium dengan sel bahan bakar. Elektroda kadmium digantikan dengan gas
hidrogen. Secara bentuknya baterai ini berbeda dengan baterai nikel–kadmium, karena dilengkapi dengan
tekanan gas hidrogen. Baterai nikel–hidrogen lebih baik dibanding nikel–kadmium, tetapi lebih sulit dalam
desainnya.
Baterai nikel–hidrogen sering dibingungkan dengan baterai nikel–logam hidrida yaitu baterai yang
digunakan dalam telepon genggam dan laptop. Baterai nikel–hidrogen sama dengan baterai nikel–kadmium,
menggunakan elektrolit yang sama yaitu larutan kalium hidroksida.

e. Baterai Litium
Sistem baterai ini berbeda dengan baterai lain, karena tidak menggunakan air sebagai elektrolit. Baterai
ini menggunakan elektrolit bukan air, yaitu larutan organik dan garam litium yang sangat baik konduktifitasnya.
Sistem ini menghasilkan potensial sel yang lebih tinggi dibanding dengan elektrolit air. Tanpa air, evolusi
gas hidrogen dan oksigen dapat dikurangi dan sel dapat dijalankan pada potensial yang tinggi. Baterai ini
dikembangkan dengan menggunakan logam litium sebagai anoda. Katoda dibuat dari bahan seperti karbon
monofluorida, tembaga oksida atau vanadium pentoksida.
Untuk memperoleh kecepatan isi ulang yang tinggi, dikembangkan katoda cair. Beberapa contoh seperti
litium–thionil klorida dan litium–sulfur dioksida. Baterai jenis ini banyak digunakan dalam peralatan militer.
Dasar-Dasar Elektrokimia 13

f. Baterai Nikel–Hidrida Logam


Perkembangan baterai nikel/hidrida logam (Ni–MH) disebabkan karena tekanan kesehatan dan
lingkungan untuk menggantikan nikel/kadmium sebagai baterai yang dapat diisi ulang. Baterai Ni–MH banyak
digunakan dalam listrik berbagai kendaraan.

Baterai ini merupakan gabungan antara baterai Ni–Cd dan NiH2. Baterai ini tidak tersedia
secara komersial karena penggunaan gas hidrogen sehingga sulit dalam desainnya. Dalam perkembangannya
baterai Ni–MH, anoda terbuat dari logam aloi seperti V, Ti, Zr, Ni, Cr, Co, dan Fe.
Anoda : Nikel alloi dengan beberapa logam
Katoda : Nikel oksihidroksida
Elektrolit : Kalium hidroksida
Potensial yang dihasilkan adalah 1,35 Volt dengan reaksi seperti berikut:

Katoda : Eo = 0,83 V
MH + OH– M + H 2O + e –
Anoda : Eo = 0,52 V
NiOOH + H2O + e– Ni(OH)2 +OH–
Total :
NiOOH + MH Ni(OH)2 + M Eosel = 1,35 V
Baterai nikel/logam hidrida menggunakan pasta KOH sebagai elektrolit. Elektrolit KOH dapat
memindahkan ion OH– dan menyeimbangkan muatan. Pengembangan khusus elektroda hidrida mengikuti
ciri–ciri seperti berikut: (1) waktu hidup yang panjang (2) kapasitas tinggi, (3) kecepatan isi ulang dan pemakaian
pada potensial tetap.
Contoh-contoh produk baterai yang sedang berkembang dan dipakai ditunjukkan pada Gambar 1.5.

Gambar 1.5 Contoh-contoh produk baterai


14 Elektrokimia dan Aplikasinya

g. Baterai Pb Asam
Jenis baterai ini banyak digunakan dalam perlengkapan kendaraan bermotor. Baterai ini dapat diisi ulang
dan digunakan berkali–kali. Baterai ini dibuat dari anoda logam Pb dan katoda dari PbO2 dengan elektrolit
asam sulfat encer.

Gambar 1.6 Baterai Pb asam yang digunakan dalam mobil

Reaksi yang terjadi dalam baterai Pb asam ketika digunakan adalah:

Katoda :
PbO2(s)+HSO4(aq)+3H+(aq) + 2e– PbSO4(s) + 2H2O(l)
Anoda :
Pb (s) + HSO4 (aq) PbSO4 (s) + H+(aq) + 2e–
Total :
PbO2(s)+Pb(s)+2HSO4(aq)+2H+(aq) 2PbSO4(s)+2H2O(l)

Baterai Pb asam dapat diisi ulang, dengan memberikan arus listrik, sehingga terjadi reaksi kimia kebalikan
dari reaksi kimia di atas. Eosel pada baterai Pb asam adalah:
Eosel = Eoreduksi (katoda) – Eooksidasi (anoda)
= (+1,685 V) – (–0,356 V) = 2,041 V

h. Sel Bahan Bakar (Fuel Cell)


Salah satu jenis sel bahan bakar adalah sel berbahan bakar gas hidrogen. Sel bahan bakar berbahan
gas hidrogen dikenal dengan Hidrogen Fuel Cells (HFC). Selama ini energi diperoleh dari energi termal
dari pembakaran minyak yang dapat diubah menjadi energi listrik. Panas yang dihasilkan digunakan untuk
mengubah air menjadi uap, kemudian menggerakkan turbin dan generator. Teknik ini hanya maksimum 40%
energi dapat diubah menjadi energi listrik sehingga banyak kehilangan panas. Sel bahan bakar menghasilkan
energi listrik secara langsung dalam sel volta. Prinsipnya adalah menghasilkan energi dari reaksi kimia dengan
kecepatan tinggi. Sel volta menggunakan bahan bakar konvensional seperti gas H2 dan CH4 sehingga dinamakan
Dasar-Dasar Elektrokimia 15

sel bahan bakar. Secara jelas dikatakan bahwa sel bahan bakar bukan baterai karena tidak berada pada satu
sistem (self contained system).
Sel bahan bakar melibatkan reaksi antara gas H2 dengan O2, membentuk air yang merupakan satu–
satunya bahan kimia hasil reaksi. Sel ini dapat menghasilkan listrik dua kali lebih efisien sebagai alat terbaik
untuk bahan bakar mesin.

Gambar 1.7 Contoh skema sel bahan bakar (fuel cell)


16 Elektrokimia dan Aplikasinya

Gambar 1.8 Penerapan fuel cell pada kendaraan bermotor

Sel bahan bakar banyak digunakan untuk kendaraan bermotor yang tidak menghasilkan gas buangan (no
emission). Seperti ditunjukkan pada Gambar 1.7.

Contoh soal
Suatu sel bahan bakar dengan data sebagai berikut:
Eo O2/OH– = + 0,40 V (reduksi)
E H2O/H2
o
= – 0,83 V (oksidasi)
Tentukan:
Eosel
ΔGo
Spontan atau tidak spontan
Dasar-Dasar Elektrokimia 17

Jawab:

Anoda : Eo = 0,83 V
2H2(g) + 4OH−(aq) 4H2O(l) + 4e−
Katoda Eo = 0,40 V
O2(g) + 2H2O(l) + 4e− 4OH−(aq)
:
Total :
2H2(g) + O2(g) 2H2O(l)
Eosel = 1,23 V
Eosel yang bernilai positif menunjukkan reaksi terjadi secara spontan. Oleh karena itu, jika gas hidrogen
dan gas oksigen direaksikan secara elektrokimia akan dihasilkan energi dan air.
Secara umum ada dua sistem sel bahan bakar H2–O2 yaitu dalam keadaan basa dan asam. Dalam
keadaan asam reaksi dapat dituliskan seperti berikut:

Katoda :
O2(g) + 4H+ + 4e− 2H2O (l)
Anoda :
2H2(g) 4H+ + 4e−
Total :
2H2(g) + O2(g) 2H2O(l)

Sedangkan dalam keadaan basa adalah:

Katoda :
O2(g) + 2H2O(l) + 4e− 4OH−(aq)
Anoda :
2H2(g) + 4OH−(aq) 4H2O(l) + 4e−
Total :
2H2(g) + O2(g) 2H2O(l)

Sel bahan bakar ini dikenal dengan nama sel PEM atau proton exchange membrane, dimana anoda
dan katoda dipisahkan dengan membran polimer yang tipis, membran ini permeabel untuk proton tetapi tidak
untuk elektron. Membran polimer hampir sama fungsinya dengan jembatan garam (salt bridge). Sel ini dapat
dijalankan pada suhu 80oC. Pada suhu rendah atau temperatur kamar reaksi terjadi secara perlahan, umumnya
menggunakan katalis platinum. NASA menggunakan sel bahan bakar dari hidrogen sebagai sumber energi
pada kendaraan ruang angkasa. Cairan hidrogen dan oksigen disimpan sebagai bahan bakar, dan hasil reaksi
akan menghasilkan air sebagai minuman awak pesawat ruang angkasa (Brown et al. 2006).

i. Direct Methanol Fuel Cells (DMFC)


DMFC adalah sama dengan sel bahan bakar dari gas hidrogen yang dikenal dengan nama PEM sel,
tetapi gas yang digunakan untuk reaksi adalah metanol atau CH3OH. Sel ini dapat dijalankan pada suhu 120oC,
dimana lebih tinggi dari pada sel bahan bakar gas hidrogen. Sel ini memerlukan platinum yang lebih basar
berbanding sel bahan bakar gas hidrogen. Selain itu dapat menghasilkan gas CO2 yang tidak ramah lingkungan.
Larutan metanol mempunyai keuntungan yaitu lebih mudah dalam penyimpanan dan pemindahan dibanding
gas hidrogen. Reaksi dapat dituliskan seperti berikut:
18 Elektrokimia dan Aplikasinya

Katoda :
3/2O2 (g) + 6H+(aq) + 6e– 3H2O (g)
Anoda :
CH3OH (l) + H2O (g) CO2 (g) + 6H+ + 6e–
Total :
CH3OH (g) + 3/2O2 (g) CO2 (g) + 2H2O (g)

j. Direct Ethanol (alkohol) Fuel Cells (DEFC) atau DAFC


Menurut Lamy et al. (2001) DAFC merupakan sel yang tidak beracun. Sel ini menggunakan bahan bakar
dari alkohol. Etanol dicampur dengan air dengan konsentrasi 1 M sampai 2 M, dimasukkan dalam ruang anoda
dan oksigen dimasukkan dalam ruang katoda. Anoda dan katoda dipisahkan dengan membran penukar proton
seperti nafion. DEFC bekerja pada suhu 100–300oC. Diperlukan tekanan 2–5 bar untuk memasukkan alkohol
dalam larutan. DAFC sel ditunjukkan dalam Gambar 1.9 seperti berikut:

Gambar 1.9 Skema sel bahan bakar etanol


(Lamy et al. 2001)

Menurut Lamy et al. (2001), reaksi oksidasi elektrokimia etanol di anoda adalah:

2C2H5OH + 3O2 4CO2 + 12e– + 12H+


Energi perubahan Gibbs, dapat dihitung dari energi standar pembentukan ΔGfi yaitu:

–ΔG– = 2ΔGf CO2 – ΔGf C2H5OH – 3 ΔGf H2O


–ΔG– = –2 x 394,4 + 174,8 + 3 x 237,1
Dasar-Dasar Elektrokimia 19

= 97,3 kJmol–1
Potensial anoda dapat dihitung seperti berikut:
–ΔG–
E= = 0,084 V vs SHE
12 F

Untuk reaksi di katoda dapat dituliskan seperti berikut:

O2 + 4H+ + 4e– 2H2O


Dengan potensial elektrodanya adalah 1,229 V vs SHE
Eosel = Eo katoda – Eo anoda
Eosel = 1,229 – 0,084 = 1,145 V
Reaksi keseluruhan adalah:

C2H5OH + 3O2 2CO2 + 3H2O

1.4 SEL ELEKTROLISIS


Sel elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk dapat berlangsungnya reaksi kimia. Pada
sel elektrolisis, reaksi kimia tidak terjadi secara spontan tetapi melalui perbedaan potensial yang dipicu dari
luar sistem. Anoda berfungsi sebagai elektroda bermuatan positif dan katoda bermuatan negatif, sehingga arus
listrik mengalir dari anoda ke katoda. Sel ini terdiri dari: (1) sumber arus searah yang dihubungkan dengan (2)
kawat penghantar pada (3) dua buah elektroda (katoda dan anoda), kedua ujung elektroda dicelupkan dalam
bejana yang berisi (4) cairan elektrolit. Elektroda yang dihubungkan dengan kutub positif berfungsi sebagai
anoda, sedangkan katoda adalah elektroda yang dihubungkan dengan kutub negatif.
Elektroda yang digunakan dalam sel elektrolisis terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Elektroda inert
Elektroda inert adalah elektroda yang tidak ikut bereaksi baik sebagai katoda maupun anoda, sehingga
dalam sel elektrolisis yang mengalami reaksi redoks adalah elektrolit sebagai zat terlarut dan atau air
sebagai pelarut. Elektroda inert contohnya adalah karbon (C) dan platina (Pt).
2. Elektroda tidak inert atau elektroda aktif
Elektroda tidak inert atau elektroda aktif yaitu elektroda yang ikut bereaksi, terutama jika digunakan sebagai
anoda, dapat mengalami reaksi oksidasi. Contohnya adalah: Fe, Al, Cu, Zn, Ag, dan Au.

Penggunaan jenis elektroda sangat menentukan reaksi yang terjadi pada sel elektrolisis. Elektrolisis larutan
dengan elektroda inert, reaksi yang terjadi di anoda dan katoda adalah sebagai berikut:
1. Reaksi di katoda
a. Kation logam dari golongan IA, IIA, IIIA, Aluminium, dan Mn tidak dapat tereduksi dalam pelarut air,
sehingga air yang mengalami reaksi reduksi sebagai berikut:
20 Elektrokimia dan Aplikasinya

2H2O + 2e–  H2 + 2OH–


Kation H+ dan logam selain golongan IA, IIA, IIIA, Aluminium (Al), dan Mangan (Mn) dapat tereduksi
sebagai berikut:
2H+ + 2e–  H2
Fe2+ + 2e–  Fe
2. Reaksi di anoda
Anion sisa asam oksi (SO42–, NO3–, PO43–, ClO4–) tidak dapat teroksidasi dalam pelarut air, sebagai
gantinya air yang mengalami oksidasi sebagai berikut:
2H2O  4H+ + O2 + 4e–
Anion lain (OH–, Cl–, S2–, Br–) mengalami oksidasi:
2OH–  2H+ + O2 + 2e–
2Cl–  Cl2 + 2e–
S2–  S + 2e–
2Br–  Br2 + 2e–
Reaksi yang terjadi pada sel elektrolisis dengan elektroda aktif biasanya terjadi pada anoda. Anoda
mengalami reaksi oksidasi dan diikuti oleh reaksi reduksi di katoda (logam terdeposisi di katoda). Elektrolisis
dengan elektroda aktif biasanya menggunakan elektrolit garam, basa, atau oksida dari anoda. Katoda yang
digunakan disesuaikan dengan tujuan elektrolisis. Misalkan elektrolisis untuk melapisi logam Au, maka anoda
yang digunakan adalah Au dan elektrolitnya adalah AuCl3. Elektrolisis demikian dapat digunakan untuk
pemurnian logam atau pelapisan logam.
Sel elektrolisis banyak digunakan untuk memisahkan beberapa logam seperti Na, Cu, Au, Ag, Ni, dan
lain–lain. Ciri–ciri khusus dari sel elektrolisis ialah:
Reaksi redoks tidak spontan
Reaksi dijalankan dengan tambahan energi
ΔG > 0, Esel adalah negatif

Contoh penggunaan sel elektrolisis adalah:


1. Produksi gas hidrogen dari air
Salah satu cantoh penggunaan sel elektrolisis adalah pemecahan air menjadi gas hidrogen dan oksigen.
Gas oksigen yang dapat digunakan untuk menjalankan reaksi pada sel bahan bakar. Reaksi oksidasi dan reduksi
air ditunjukkan seperti berikut:

Katoda : Eored = –0,828 V


2H2O(l)+2e− H2(g)+2OH−(aq
Anoda : Eooks = –0,401 V
4OH−(aq) O2(g)+2H2O(l)+4e− 

Reaksi oksidasi di anoda akan menghasilkan gas oksigen, sedangkan reaksi reduksi di katoda akan
menghasilkan gas hidrogen. Potensial (Eosel) dari keseluruhan reaksi adalah –1,23 V. Hasil perhitungan di atas
dapat juga ditunjukkan dengan menggunakan persamaan:
Dasar-Dasar Elektrokimia 21

Eosel = Eo (katoda) – Eo (anoda)


= –0,828 – (+ 0,401) V
= –1,23 V

Eo O2/OH– = + 0,401 V (oksidasi)


Eo H2O/H2 = – 0,828 V (reduksi)
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai Eosel dari reaksi elektrolisis air adalah sebesar 1,23 V.
Tanda negatif pada Eosel menunjukkan bahwa reaksi berlangsung secara tidak spontan. Oleh karena itu, untuk
menghasilkan gas hidrogen dan oksigen dari air secara teori diperlukan potensial –1,23 V.

2. Produksi MnO2 murni dari MnSO4


Produksi MnO2 dari MnSO4 dapat menggunakan teknik elektrolisis. Sel elektrolisis menggunakan anoda
C dan katoda Pt. Larutan yang digunakan adalah MnSO4 dengan elektrolit H2SO4. Sel elektrolisis ditunjukkan
dalam Gambar 1.10 seperti berikut:

Gambar 1.10 Sintesis MnO2 murni dari MnSO4

Reaksi oksidasi adalah:

Mn2+(aq) + 2H2O (l) MnO2 (s) + 4H+(aq) + 2e–


Reaksi keseluruhan adalah:

Mn2+(aq) + 2H2O (l) MnO2 (s) + 2H+(aq) + H2 (g)


22 Elektrokimia dan Aplikasinya

Contoh soal:
Sintesis MnO2 murni dari MnSO4 murni, diketahui data sebagai berikut:
Eo MnO2/Mn2+ = + 1,280 V
Eo H+/H2 = 0 V
Tentukan:
a) Eosel
b) ΔG
c) Apakah reaksi berlangsung secara spontan atau tidak spontan?

3. Produksi Ti murni dari TiO2


Produksi titanium dari TiO2 menggunakan teknik FFC (Fray–Farthing–Chen). Teknik ini merupakan
teknik pada suhu tinggi dengan menggunakan lelehan garam sebagai elektrolit. Teknik ini dapat digunakan
untuk memisahkan Ti, Si, Ge, Zr, Hf, Sm, U, Al, Nd, Mo, Cr, Nb atau aloinya (Mohandas and Fray 2004). TiO2
digunakan sebagai katoda, grafit sebagai anoda dan lelehan kalsium klorida (titik leleh 762oC). Sel dijalankan
pada suhu 950oC. Reaksi redoks ditunjukkan seperti berikut:

Katoda :
TiO2 + 4e– Ti + 2O2–
Anoda :
C + 2O2– CO2 + 4e–
Total :
TiO2 + C Ti + CO2

4. Sintesis Asam Asetat dari Etanol


Reaksi oksidasi etanol keseluruhan yang terjadi di anoda dan katoda dapat dituliskan seperti berikut:

Anoda : Eo = 0,788 V
CH3CH2OH+4OH– CH3COOH+3H2O + 4e–
Katoda : Eo = –0,828 V
4H2O + 4e– 4OH– + 2H2(g)
Total : Eosel = –0,039 V
CH3CH2OH(l)+ H2O(l) CH3COOH(l) + 2H2(g)

Hasil perhitungan di atas dapat pula ditunjukkan dengan menggunakan persamaan:

Eosel = Eo (katoda) – Eo (anoda)


= –0,828 – (–0,788) V
= –0,039 V

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai Esel pada reaksi oksidasi etanol dalam larutan alkali ialah
–0,039 V. Tanda negatif pada Esel menunjukkan bahwa reaksi berlangsung secara tidak spontan. Oleh karena
itu, untuk menghasilkan asam asetat dari etanol dalam larutan alkali secara teori diperlukan potensial sebesar
0,039 V. Reaksi oksidasi etanol menjadi asam asetat dalam larutan asam adalah:
Dasar-Dasar Elektrokimia 23

CH3CH2OH + H2O CH3COOH + 4H+ + 4e–

Hasil perhitungan dari data–data ∆Gof didapatkan nilai ∆Go ialah 15,40 kJmol–1 dan nilai Eo = –0,080 V.
Reaksi oksidasi elektrokimia etanol menjadi asam asetat dalam larutan asam adalah:

Anoda Eo = +0,080 V
CH3CH2OH+H2O CH3COOH+4H+ + 4e–
Katoda Eo = –0,828 V
4H2O + 4e– 4OH– + 2H2(g)
Total Eosel = –0,748 V
CH3CH2OH(l)+H2O(l) CH3COOH(l)+2H2(g)

Iwasita (2002) telah menyampaikan data potensial untuk menghasilkan gas karbon dioksida (CO2) dari
etanol dengan tujuan pembuatan sel bahan bakar seperti berikut:

An- C2H5OH+3H2O 2CO2 + 12 H+ + 12e– Eo =


oda +0,085 V
Ka- 3O2 + 12H+ + 12e– 6H2O Eo =
toda 1,230 V
Total C2H5OH + 3O2 2CO2 + 3H2O Eosel =
1,315 V

5. Oksidasi Elektrokimia Gliserol


Salah satu kasus yang sangat penting untuk didiskusikan ialah sintesis senyawa organik dengan teknik
elektrokimia. Satu kasus yang mempunyai nilai komersial tinggi adalah sintesis hydroxypyruvic acid (HPA)
dari gliserol. Gliserol merupakan hasil sampingan dari industri biodiesel yaitu 10% wt/wt. Berdasarkan reaksi
tersebut gliserol dapat mengalami oksidasi menjadi HPA pada potensial 1,1 volt dengan elektrolit tertentu pada
pH 9,1 sesuai reaksi pada Gambar 1.11.
Reaksi–reaksi oksidasi dalam industri berperan sangat penting dalam sintesis senyawa kimia, karena
itu kebanyakan industri selama ini menggunakan bahan–bahan oksidator (seperti permanganat) atau proses
bioteknologi. Proses-proses tersebut tidak efisien karena menghasilkan limbah dan sisa bahan serta hasil samping
yang tinggi. Proses sintesis dengan katalis heterogen melalui teknik elektrosintesis perlu untuk dikembangkan.
Beberapa kemungkinan reaksi elektrooksidasi gliserol dan hasil reaksi ditunjukkan pada Gambar 1.12.
24 Elektrokimia dan Aplikasinya

E = 1,1 V vs Ag/AgCl

pH = 9,1
1,3 d
dihidroksi aseton
a
Gliserol

Asam hidroksi piiruvat


Gambar 1.11 Reaksi elektrooksidasi gliserol
ar 1.11
Gamba Re
eaksi elektrrooksidasi gliserol
Sumber: Ciriminna et al. (2006)
S
Sumber: C
Ciriminna et
e al. (2006 6)

Gamba
ar 1.12 Berrbagai kemmungkinan hasil elekttrooksidasii gliserol
Gambar 1.12 Berbagai
Sumkemungkinan
ber: Demirhasil
iral etelektrooksidasi
2007) gliserol
al. (2
Sumber: Demiral et al. (2007)

1.5 AIR
R SEBAGA
AI SUMBE
ER ENERG
GI

Air merupa akan salahh satu senyyawa kimia


a dengan rumus
r molekul H2O. Jika air
dipana
askan akan n berubah bentuk menjadi
m p air atau gas dengan simbul H2O(g).
uap
Jika air dipecah
h dengan mengguna akan enerrgi yang sesuai,
s maka akan terurai
menjaddi gas H2(gg) dan gas O2(g). Gass yang kelluar ketika
a air dipana
askan buk
kan gas
Dasar-Dasar Elektrokimia 25

1.5 AIR SEBAGAI SUMBER ENERGI


Air merupakan salah satu senyawa kimia dengan rumus molekul H2O. Jika air dipanaskan akan berubah
bentuk menjadi uap air atau gas dengan simbul H2O(g). Jika air dipecah dengan menggunakan energi yang sesuai,
maka akan terurai menjadi gas H2(g) dan gas O2(g). Gas yang keluar ketika air dipanaskan bukan gas hidrogen.
Banyak orang berkata, jika air dipanaskan sampai mendidih akan menghasilkan gas hidrogen, pendapat itu
salah. Air hanya dapat dipecah menjadi gas hidrogen dan gas oksigen (sebagai bahan penyusunnya) dengan
teknik tertentu. Banyak teknik untuk memecah air menjadi gas H2(g) dan gas O2(g) seperti dengan menggunakan
energi nuklir dan elektrolisis. Cara elektrolisis ini sangat mungkin dilakukan, karena selain aman, cara ini juga
mudah untuk dilakukan. Elektrolisis yaitu proses yang memerlukan energi listrik untuk terjadinya reaksi kimia,
seperti penguraian air menjadi gas hidrogen dan gas oksigen. Reaksi kimia penguraian air menjadi gas hidrogen
dan oksigen adalah sebagai berikut:
2H2O(l)  2H2(g) + O2(g)
Satu mol air apabila diuraikan akan menjadi satu mol gas hidrogen dan setengah mol gas oksigen. Gas
oksigen banyak tersedia di udara sehingga bukan menjadi masalah untuk pemanfaatan air sebagai bahan bakar
alternatif. Fokus penelitian pemanfaatan air sebagai bahan bakar alternatif adalah proses untuk mendapatkan
gas hidrogen dari air. Secara kimia air sangat mungkin diuraikan untuk mendapatkan gas hidrogen. Namun cara
ini memerlukan penelitian yang serius dan pengetahuan yang mendalam tentang elektrolisis. Proses elektrolisis
air menjadi gas hidrogen memerlukan energi dari luar berupa energi listrik karena prosesnya tidak spontan.
Energi yang diberikan kepada sel elektrolisis akan digunakan untuk menguraikan air sehingga terjadi reaksi
reduksi di katoda membentuk gas hidrogen dan reaksi oksidasi di anoda membentuk gas oksigen.
Reaksi di katoda (reduksi): 2H2O(l)+ 2e−  H2(g) + 2OH−(aq)
Reaksi di anoda (oksidasi): 4OH−(aq) O2(g) + 2H2O(l) + 4e−  

Gas H2 Gas O2

Lempeng-lempeng Lempeng-lempeng
Platinum (katoda) Platinum(anoda)

H 2O H 2O

Gambar 1.13 Sel elektrolisis untuk produksi gas hidrogen

Sampai sekarang ini banyak peneliti di dunia belum berhasil mendapatkan gas hidrogen secara ekonomis,
karena dalam sel elektrolisis diperlukan energi listrik, katalis atau elektroda yang sesuai dan elektrolit sebagai
bahan campuran air. Jika air saja langsung dielektrolisis maka prosesnya sangat lambat. Untuk mempercepat
26 Elektrokimia dan Aplikasinya

terurainya air menjadi gas hidrogen diperlukan larutan asam, basa atau garam, untuk meningkatkan sifat
konduktor air. Proses ini sangat penting dalam pemanfaatan air sebagai bahan bakar alternatif. Karena itu
banyak peneliti belum berhasil dalam tahap ini.
Pemanfaatan air sebagai bahan bakar alternatif tidak berhenti sampai disini. Setelah terbentuk gas
hidrogen, maka langkah selanjutnya adalah memasukkan gas hidrogen dan gas oksigen dalam sel yang dikenal
dengan sel bahan bakar (fuel cell). Proses ini sama dengan proses yang terjadi pada baterai. Pertemuan antara
gas hidrogen dan gas oksigen akan menghasilkan energi dan air (reaksinya spontan) dengan reaksi kimia:
2H2(g) + O2(g)  2H2O(l)
Energi yang dihasilkan dapat dikonversi dalam bentuk energi listrik dan energi lain sesuai dengan
keperluan. Proses ini tidak menghasilkan bahan pencemar dan gas buang, karena hanya menghasilkan air
yang aman dan dapat digunakan kembali untuk proses awal. Oleh karena itu, proses ini dikenal dengan blue
energy. Banyak negara yang sudah menggunakan gas hidrogen sebagai bahan bakar mobil, tetapi gas hidrogen
tidak diperoleh dari air, melainkan dari minyak bumi. Aplikasi sel elektrolisis untuk kehidupan manusia
seperti elektroanalisis, elektroindustri, elektrodeposisi/elektroplating, elektrosintesis dan elektrodegradasi akan
dijelaskan dalam bab–bab berikutnya dalam buku ini.
10 Oksidasi dan Reduksi
Pentingnya reaksi oksidasi-reduksi dikenali sejak awal kimia. Dalam oksidasi-
reduksi, suatu entitas diambil atau diberikan dari dua zat yang bereaksi.
Situasinya mirip dengan reaksi asam basa. Singkatnya, reaksi oksidasi-
reduksi dan asam basa merupakan pasangan sistem dalam kimia. Reaksi
oksidasi reduksi dan asam basa memiliki nasib yang sama, dalam hal
keduanya digunakan dalam banyak praktek kimia sebelum reaksi ini
dipahami. Konsep penting secara perlahan dikembangkan: misalnya, bilangan
oksidasi, oksidan (bahan pengoksidasi), reduktan (bahan pereduksi), dan
gaya gerak listrik, persamaan Nernst, hukum Faraday tentang induksi
elektromegnet dan elektrolisis. Perkembangan sel elektrik juga sangat
penting. Penyusunan komponen reaksi oksidasi-reduksi merupakan praktek
yang penting dan memuaskan secara intelektual. Sel dan elektrolisis adalah
dua contoh penting, keduanya sangat erat dengan kehidupan sehari-hari dan
dalam industri kimia.

10.1 Konsep oksidasi-reduksi


a Penemuan oksigen

Karena udara mengandung oksigen dalam jumlah yang besar, kombinasi antara zat dan oksigen,
yakni oksidasi, paling sering berlangsung di alam. Pembakaran dan perkaratan logam pasti telah
menatik perhatian orang sejak dulu.

Namun, baru di akhir abad ke- 18 kimiawan dapat memahami pembakaran dengan sebenarnya.
Pembakaran dapat dipahami hanya ketika oksigen dipahami. Sampai doktrin Aristoteles bahwa
udara adalah unsur dan satu-satunya gas ditolak, mekanisme oksidasi belum dipahami dengan
benar.

Kemungkinan adanya gas selain udara dikenali oleh Helmont sejak awal abad ke-17. Metoda
untuk memisahkan gas tak terkontaminasi dengan uap menggunakan pompa pneumatik dilaporkan
oleh Hales di sekitar waktu itu. Namun, walau telah ada kemajuan ini, masih ada satu miskonsepsi
yang menghambat pemahaman peran oksigen dalam pembakaran. Miskonsepsi ini adalah teori
flogiston yang telah disebutkan di Bab 1.

Teori ini dinyatakan oleh dua kimiawan Jerman, Georg Ernst Stahl (1660-1734) dan Johann
Joachim Becher. Menurut teori ini, pembakaran adalah proses pelepasan flogiston dari zat yang
terbakar. Asap yang muncul dari kayu terbakar dianggap bukti yang baik teori ini. Massa abu

183
setelah pembakaran lebih ringan dari massa kayu dan ini juga konsisten dengan teori flogiston.
Namun, ada kelemahan utama dalam teori ini. Residu (oksida logam) setelah pembakaran logam
lebih berat dari logamnya.

Priestley dan Scheele, yang menemukan oksigen di akhir abad ke-18, adalah penganut teori
flogiston . Jadi mereka gagal menghayati peran oksigen dalam pembakaran. Sebaliknya, Lavoiseur,
yang tidak terlalu mengenali teori ini, dengan benar memahamo peran oksigen dan mengusulkan
teori pembakaran baru yakni oksidasi atau kombinasi zat terbakar dengan oksigen.

Ia mendukung teroinya dengan percobaan yang akurat dan kuantitatif yang jauh lebih baik dari
standar waktu itu. Ia menyadari bahwa penting untuk memperhatikan kuantitas gas yang terlibat
dalam reaksi untuk memahami reaksi kimia dengan cara kuantitatif. Jadi ia melakukan reaksinya
dalam wadah tertutup. Peran oksigen dalam pembakaran dikenali Lavoiseur; oksidasi-reduksi
didefinisikan sebagai beriku.

Oksidasi-reduksi dan oksigen


Oksidasi: menerima oksigen
Reduksi: mendonorkan oksigen

b Peran hidrogen

Ternyata tidak semua reaksi oksidasi dengan senyawa organik dapat dijelaskan dengan pemberian
dan penerimaan oksigen. Misalnya, walaupun reaksi untuk mensintesis anilin dengan mereaksikan
nitrobenzen dan besi dengan kehadiran HCl adalah reaksi oksidasi reduksi dalam kerangka
pemberian dan penerimaan oksigen, pembentukan CH3CH3 dengan penambahan hidrogen pada
CH2=CH2, tidak melibatkan pemberian dan penerimaan oksigen. Namun, penambahan hidrogen
berefek sama dengan pemberian oksigen. Jadi, etena direduksi dalam reaksi ini. Dengan kata lain,
juga penting mendefinisikan oksidasi-reduksi dalam kerangka pemberian dan penerimaan
hidrogen.

Oksidasi-reduksi dan hidrogen


Oksidasi: mendonorkan hidrogen
Reduksi: menerima hidrogen

184
c Peran elektron

Pembakaran magnesium jelas juga reaksi oksidasi-reduksi yang jelas melibatkan pemberian dan
penerimaan oksigen.

2Mg + O2 → 2MgO (10.1)

Reaksi antara magnesium dan khlorin tidak diikuti dengan pemberian dan penerimaan oksigen.

Mg + Cl2 → MgCl2 (10.2)

Namun, mempertimbangkan valensi magnesium, merupakan hal yang logis untuk menganggap
kedua reaksi dalam kategori yang sama. Memang, perubahan magnesium, Mg → Mg2++ 2e–,
umum untuk kedua reaksi, dan dalam kedua reaksi magnesium dioksidasi. Dalam kerangka ini,
keberlakuan yang lebih umum akan dicapai bila oksidasi-reduksi didefinisikan dalam kerangka
pemberian dan penerimaan elektron.

Oksidasi-reduksi dan elektron


Oksidasi: mendonorkan elektron
Reduksi: menerima elektron

Bila kita menggunakan definisi ini, reaksi oksidasi-reduksi dapat dibagi menjadi dua, satu adalah
reaksi oksidasi, dan satunya reaksi reduksi. Jadi,

Mg → Mg2+ + 2 e- (mendonorkan elektron → dioksidasi) (10.3)

Cl2 + 2e- → 2Cl– (menerima elektron → direduksi) (10.4)

Masing-masing reaksi tadi disebut setengah reaksi. Akan ditunjukkan bahwa reaksi oksidasi
reduksi biasanya paling mudah dinyatakan dengan setengah reaksi (satu untuk oksidan dan satu
untuk reduktan).

Contoh soal 10.1 Konstruksi persamaan reaksi oksidasi-reduksi

185
Tuliskan reaksi oksidasi asam oksalat (COOH)2 menghasilkan CO2 dan air dengan tiga cara; serah
terima oksigen, hidrogen dan elektron. Isilah titik-titik dengan rumus kimia dan koefisien yang
tepat.

(1) oksigen: (COOH)2+(O) → ....+....

(2) hidrogen: (COOH)2 → 2H + ......

(3) elektron: (COOH)2→ 2e- + .....+ .......

Jawab

(1) oksigen: H2O terbentuk dari dua H dari asam oksalat dan satu O dari oksidan

(COOH)2+(O) → 2 CO2 + H2O

(2) hidrogen: secara formal asam oksalat memberikan dua hidrogen dan CO2

(COOH)2 →2H + 2CO2

(3) elektron: metoda untuk menyusun reaksi jenis ini akan dibahas selanjutnya

(COOH)2→2e- + 2CO2 + 2H+

d Oksidan dan reduktan (bahan pengoksidasi dan pereduksi)

Oksidasi reduksi seperti dua sisi dari selembar kertas, jadi tidak mungkin oksidasi atau reduksi
berlangsung tanpa disertai lawannya. Bila zat menerima elektron, maka harus ada yang
mendonorkan elektron tersebut.

Dalam oksidasi reduksi, senyawa yang menerima elektron dari lawannya disebut oksidan (bahan
pengoksidasi sebab lawannya akan teroksidasi. Lawan oksidan, yang mendonorkan elektron pada
oksidan, disebut dengan reduktan (bahan pereduksi) karena lawannya (oksidan tadi tereduksi.

Di antara contoh di atas, magnesium, yang memberikan elektron pada khlorin, adalah reduktan,
dan khlorin, yang menerima elektron dari magnesium, adalah reduktan. Umumnya, unsur

186
elektropositif seperti logam alkali dan alkali tanah adalah reduktan kuat; sementara unsur
elektronegatif seperti khlorin adalah oksidan yang baik.

Suatu senyawa dapat berlaku sebagai oksidan dan juga reduktan. Bila senyawa itu mudah
mendonorkan elektron pada lawannya, senyawa ini dapat menjadi reduktan. Sebaliknya bila
senyawa ini mudah menerima elektron, senyawa itu adalaj oksidan. Tabel 10.1, mendaftarkan
setengah reaksi oksidan dan reduktan yang umum.

Tabel 10.1 Beberapa oksidan dan reduktan

Oksidan
I2(aq) + 2 e– → 2I–(aq)
Br2(aq) + 2e– → 2Br–(aq)
Cr2O72–(aq) + 14H+(aq) + 6e– → 2Cr3+(aq) + 7H2O(l)
Cl2(aq) + 2e– → 2Cl–(aq)
MnO4–(aq) + 8H+(aq) + 5e– → Mn2+(aq) + 4H2O(l)
S2O82–(aq) + 2e– → 2SO42–(aq)
Reduktan
Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e–
H2(g) → 2H+(aq) + 2e–
H2S(aq) → 2H+(aq) + S(s) + 2e–
Sn2+(aq) → Sn4+(aq) + 2e–
Fe2+(aq) → Fe3+(aq) + e–

e Bilangan oksidasi

Besi adalah reduktan yang baik dan besi menjadi Fe2+ atau Fe3+ bergantung kondisi reaksi.

Fe → Fe2+ +2e– (10.5)

Fe → Fe3+ +3e– (10.6)

Jadi, penting untuk menyatakan dengan jelas jumlah elektron yang diserahkan atau diterima.
Untuk keperluan ini, suatu parameter, bilangan oksidasi didefinisikan. Bilangan oksidasi untuk
unsur monoatomik adalah muatan atom tersebut. Bilangan oksidasi Fe, Fe2+ dan Fe3+ adalah 0, +2
dan +3.

Untuk memperluas konsep bilangan oksidasi pada molekul poliatomik, penting untuk mengetahui
distribusi elektron dalam molekul dengan akurat. Karena hal ini sukar, diputuskan bahwa muatan

187
formal diberikan pada tiap atom dengan menggunakan aturan tertentu, dan bilangan oksidasi
didefinisikan berdasarkan muatan formal. Ringkasan definisinya diberikan sebagai berikut.

Definsi bilangan oksidasi


1) bilangan oksidasi unsur (termasuk alotrop) selalu 0.
2) bilangan oksidasi oksigen adalah -2 kecuali dalam peroksida, -1.
3) bilangan oksidasi hidrogen adalah +1 kecuali dalam hidrida logam -1.
4) bilangan oksidasi logam alkali +1 dan logam alkali tanah +2.
5) Untuk ion dan molekul poliatomik, bilangan oksidasi setiap atom didefinisikan sehingga
jumlahnya sama dengan muatannya.

Contoh soal 10.2 penentuan bilangan oksidasi

Dalam peleburan timbal dari bijihnya (timbal sulfida) reaksi reduksi oksidasi dua tahap berikut
terjadi. Tunjukkan oksidan dan reduktan dalam reaksi ini dan tentukan bilangan oksidasi masing-
masing atomnya.

Jawab

Bilangan oksidasi masing-masing atom ditandai di bawah simbol atomnya.

2PbS(s) + 3O2(g) → 2PbO(s) + 2SO2(g)


+2 -2 0 +2 -2 +4 -2

PbO(s) + CO(g) → Pb(s) + CO2(g)


+2 -2 +2 -2 0 +4 -2

Tahap pertama reaksi, bilangan oksidasi S berubah dari -2 ke +4, dengan demikian S dioksidasi.
Jadi PbS adalah reduktan. Bilangan oksidasi O turun dari 0 ke -2. Jadi oksigen adalah oksidan. Di
tahap kedua, bilangan oksidasi C berubah dari +2 ke +4, dan dengan demikian C dioksidasi. Jadi
CO adalah reduktan. Bilangan oksidasi Pb turun dari +2 ke 0. Jadi PbO adalah oksidan. Dalam
peleburan logam semacam besi, CO sering menjadi reduktan.

f Penyusunan persamaan reduksi oksidasi

Persamaan oksidasi reduksi seperti dalam Tabel 10.1 dapat dengan mudah dibuat dengan
prosedur berikut.

188
Penyusunan setengah reaksi oksidasi reduksi
(1) Tuliskan persamaan perubahan oksida dan reduktan.
(2) Setarakan jumlah oksigen di kedua sisi persamaan dengan menambahkan sejumlah tepat H2O.
(3) Setarakan jumlah hidrogen di kedua sisi persamaan dengan penambahan jumlah H+ yang tepat.
(4)Setarakan muatannya dengan menambahkan sejumlah elektron.

Sekali setengah reaksi telah disusun, mudah untuk menyusun persamaan reduksi oksidasi
keseluruhan. Dalam oksidasi reduksi, penurunan bilangan oksidasi oksidan dan kenaikan bilangan
oksidasi reduktan harus sama. Hal ini sama dengan hubungan ekivalen dalam reaksi asam basa.

Penyusunan reaksi oksidasi reduksi total


(1) Pilihlah persamaan untuk oksidan dan reduktan yang terlibat dalam reaksi, kalikan sehingga
jumlah elektron yang terlibat sama.
(2) Jumlahkan kedua reaksi (elektronnya akan saling meniadaka).
(3) Ion lawan yang mungkin muncul dalam persamaan harus ditambahkan di kedua sisi persamaan
sehingga kesetaraan bahan tetap dipertahankan

Sebagai contoh, reaksi oksidasi iodin dengan kalium permanganat KMnO4 adalah sebagai berikut.

(1) persamaan untuk oksidan

a) MnO4– → Mn2+

b) MnO4– → Mn2+ + 4H2O

c) MnO4– +8H+→ Mn2+ + 4H2O

d) MnO4– +8H+ + 5e–→ Mn2+ + 4H2O (setengah reaksi) (10.5)

(2) persamaan untuk reduktan

e) I– → 1/2 I2

f) I– → 1/2 I2 + e–

2I– → I2 + 2e– (setengah reaksi) (10.6)

Catat bahwa reaksi kedua ini dikalikan dua untuk menghindari pecahan.

189
(3) Jumlah reaksi oksidan dan reduktan

g) 2MnO4– + 16H+ +10e– → 2Mn2+ + 8H2O

10I– → 5I2 + 10e–

h) 2MnO4– + 16H+ + 10I– → 2Mn2+ + 5I2 + 8H2O (reaksi keseluruhan) (10.7)

Lihat jumlah elektronnya akan saling meniadakan.

i) 2KMnO4 + 8H2SO4+ 10KI → 2MnSO4+ 5I2 + 8H2O + 6K2SO4 (10.8)

Persamaan di atas didapatkan dengan menambahkan sejumlah ion lawan ke kedua sisi persamaan
sehingga semua ion yang terlibat akan melengkapi persamaan okisdasi reduksi ini.

Contoh soal 10.3 Oksidasi toluen

C6H5CH3 dioksidasi menjadi asam benzoat C6H5COOH dengan KMnO4 dalam H2SO4. Tuliskan
persamaan oksidasi reduksinya.

Jawab

Persamaan untuk oksidannya telah diberikan di atas. Persamaan bagi reduktan (toluen) diperoleh
sebagai berikut.

a) C6H5CH3 + 2H2O → C6H5COOH

b) C6H5CH3 + 2H2O → C6H5COOH + 6H+

c) C6H5CH3 + 2H2O → C6H5COOH + 6H++6e–

d) persamaan untuk oksidan ini dikalikan 6, dan untuk reduktan dikalikan 5 sehingga jumlah
elektron yang terlibat di kedua reaksi identik (= 30).

f) Jumlah dua reaksi (elektron akan saling meniadakan)

6MnO4– + 48 H+ +30e– → 6Mn2+ + 24H2O

190
5C6H5CH3 + 10H2O → 5C6H5COOH + 30H++30e–

5C6H5CH3 +6MnO4– + 18 H+→ 5C6H5COOH + 6Mn+2

g) 6 K+ + 9 SO4–2 ditambahkan kedua sisi untuk melengkapi reaksi.

5C6H5CH3 + 6KMnO4 + 9H2SO4 → 5C6H5COOH + 6Mn SO4 + 3K2SO4+ 14H2O

Stoikiometri oksidasi reduksi

Jumlah kuantitatif oksidan dan reduktan sehingga reaksi oksidasi reduksi oksidasi lengkap mirip
dengan stoikiometri asam basa.

Stoikiometri oksidasi reduksi


noMoVo = nRMRVR
jumlah mol elektron yang diterima = jumlah mol elektron yang diserahkan
subskrip O dan R adalah oksidan dan reduktan, n adalah perubahan bilangan oksidasi, M
konsentrasi molar dan V volume oksidan dan reduktan.

Prinsio yang terlibat dalam titrasi oksidasi reduksi secara prinsip identik dengan dalam titrasi asam
basa. Dalam titrasi reduksi oksidasi, pilihan indikatornya untuk menunjukkan titik akhir terbatas.
Kadang hantaran larutan digunakan sebagai indikator.

Contoh soal 10.4 Konsentrasi hidrogen peroksida

Larutan hidrogen peroksida komersial H2O2 diencerkan 150 kali. 25,0 cm3 sampel larutan dititrasi
dengan larutan KMnO4 0,02 mol dm–3, dan 26,3 cm3 diperlukan untuk mencapai titik akhir.
Hitung konsentrasi molar (mol dm–3) H2O2.

Jawab

Hidrogen peroksida berperan sebagai reduktan dalam reaksi ini, setengah reaksinya adalah

H2O2 → O2 + 2H+ + 2e–

Ini berarti 5 mol H2O2 dan 2 mol KMnO4 ekivalen satu sama lain. Konsentrasi molar MR
hidrogen peroksida dihitung sebagai berikut.

191
5 x 0,02 (mol dm–3) x 26,3 x 10–3 (dm3)= [2 x MR (mol dm–3) x 25,0 x 10–3 (dm3)]/150

MR = 7,89 (mol dm–3)

10.2 Sel Galvani(Elektrik)


Alat untuk mendapat arus listrik dengan bantuan reaksi kimia disebut dengan sel galvani (elektrik).
Dalam sel, oksidasi terjadi di salah satu elektroda, dan reduksi berlangsung di elektroda lainnya.
Elektron akan bermigrasi dari satu elektroda ke elektroda lainnya.

a Struktur sel

Bila Anda celupkan dua logam dengan kecenderungan ionisasi yang berbeda dalam larutan
elektrolit (larutan elektrolit), dan menghubungkan kedua elektroda dengan kawat, sebuah sel akan
tersusun (Gambar 10.1). Pertama, logam dengan kecenderungan lebih besar terionisasi akan
teroksidasi, menghasilkan kation, dan terlarut dalam larutan elektrolit. Kemudian elektron yang
dihasilkan akan bermigrasi ke logam dengan kecenderungan ionisasi lebih rendah melalui kawat.
Pada logam dengan kecenderungan ionisasi lebih rendah, kation akan direduksi dengan menerima
elektron yang mengalir ke elektroda.

Gambar 10.1 Diagram skematik sel. Logam dengan kecenderungan ionisasi lebih besar disebut elektroda
negatif dan elektroda dengan kecenderungan ionisasi rendah disebut elektroda positif.

Di abad ke-18, arah arus listrik ditentukan sembarang sehingga arus mengalir dari logam dengan
kecenderungan ionisasi rendah ke yang kecenderungan ionisasinya lebih tinggi. Harus diakui, di
waktu itu, siafat arus listrik sebenarnya, yakni aliran elektron, belum diketahui. Sebenarnya arus

192
adalah kebalikan dari arah aliran elektron. Elektroda tujuan arus disebut dengan elektroda negatif
dan asal arus disebut elektroda positif.

(b) Sel Daniell

Gambar 10.2 menunjukkan mekanisme sel yang paling populer, sel Daniell, yang ditemukan oleh
kimiawan Inggris John Frederic Daniell (1790-1845).

Gambar 10.2 Sel Daniell cell. Elektrode negatif terdiri atas zink/zink sulfat dan elektroda positifnya adalah
elektroda tembaga/tembaga sulfat.

Dalam sel Daniell, dua elektroda logam dicelupkan dalam larutan logam sulfatnya. Elektroda
negatif terdiri atas zink dan larutan zink sulfat dalam air, dan elektroda positifnya terdiri atas
tembaga dan larutan tembaga sulfat dalam air. Kedua elektroda ini biasanya ditandai sebagai
Zn/ZnSO4(aq) dan Cu/CuSO4(aq). Kadang simbol lebih sederhana,yakni Zn/Zn2+, juga
digunakan.

Pelat berpori atau material yang mirip digunakan untuk memisahkan kedua larutan dan pada saat
yang sama memungkinkan kation bermigrasi dari elektroda negatif ke elektroda positif.

Pada elektroda zink, reaksi berikut berlangsung.

Zn → Zn2+(aq) + 2e– (10.9)

193
Di sini zink dioksidasi, dan dengan demikian elektroda zink adalah elektroda negatif. Pada
elektroda tembaga, reaksi berikut berlangsung.

2e– + Cu2+(aq) → Cu (10.10)

Di sini tembaga direduksi dan dengan demikian tembaga adalah elektroda positif.. Reaksi total
adalah sebagai berikut.

Zn + Cu2+(aq) → Zn2+(aq) + Cu (10.11)

atau

Zn + CuSO4 → ZnSO4 + Cu (10.12)

10.3 Potensial (gaya gerak listrik) sel


Andaikan kita mengukur perbedaan potensial ∆V antara dua elektroda dengan menggunakan
potensiometer ketika arus listrik yang dihasilkan mengalir. Nilai limit atau perbedaan potensial bila
arus listriknya nol disebut dengan gaya gerak listrik (potensial) sel.

Perbedaan potensial yang diamati bervariasi dengan jenis bahan elektroda dan konsentrasi serta
temperatir larutan elektrolit. Untuk sel Daniell, potensial pada 25 C° adalah 1,10 V ketika
konsentrasi ion Zn2+ dan Cu2+ sama.

a Standarisasi potensial

Bila elektroda Cu/CuSO4 dalam sel Daniell diganti dengan elektroda Ag/AgNO3, potensial sel
adalah 1,56 V, yang lebih besar dari potensial sel Daniell. Jadi potensial sel bervariasi dengan
cukup besar bergantung jenis bahan elektroda. Jadi, metoda berikut digunakan untuk
membandingkan potensial berbagai jenis sel.

Standardisasi potensial
(1) Kosentrasi dan temperatur larutan elektrolit dipertahankan pada konsisi tetap, yakni 1 molar
dan 25 C (S.T.P). Nilai percobaan diekstrapolasikan ke nilai standar ini.
(2) Sebuah sel disusun dengan elektroda umum yang berperan sebagai elektroda standar.
(3) Potensial sel ditentukan termasuk tandanya (yakni elektroda mana yang akan berperan sebagai
elektroda positif ditentukan).
(4) Berdasarkan definisi, kontribusi elektroda standar pada potensial sel adalah nol. Maka
perbedaan potensial adalah nilai khas elektroda tersebut. Nilai ini yang disebut dengan potensial

194
elektroda normal elektroda tersebut.
(5) Potensial sel sama dengan jumlah potensial standar elektrodanya.

Dalam elektroda hidrogen normal, yang terdiri atas hidrogen dan asam khlorida, H2 (g,1 atm)/H+
(HCl, 1 mol dm–3), digunakan sebagai elektroda standar. Dalam elektroda ini, gas hidrogen
berkontak dengan larutan yang mengandung proton (biasanya asam khlorida). Karena hidrogen
bukan konduktor, pelat platina teraktivasi digunakan sebagai pelat elektroda. Reaaksi elektrodanya
adalah

1/2 H2 ⇄ H+ + e– (10.13)

Diasumsikan bahwa platina akan mengkatalisis pemecahan molekul hidrogen menjadi atom
hodrogen. Kemudian sangat besar kemungkinannya atom hidrogen ini akan terlibat dalam reaksi
elektroda.

b Potensial elektroda normal

Potensial sel yang terdiri atas pasangan elektroda hidrogen normal (H/H+) dan elektroda
Zn/ZnSO4 dinormalkan (Gambar 10.3) adalah -0,763 V. Catat bahwa reaksi elektroda yang terjadi
adalah

1/2 H2 + 1/2 Zn2+→ H++ 1/2 Zn (10.14)

Bukan.

H++ 1/2 Zn → 1/2 H2 + 1/2 Zn2+ (10.15)

Namun, dengan memperhatikan kecenderungan ionisasi, yang bawah yang lebih mungkin terjadi.
Nilai negatif potensial menunjukkan bahwa kesukaran terjadinya reaksi pertama.

195
Gambar 10.3 Potensial elektroda standar. Dari percobaan ini, potensial elektroda reaksi
1/2 H2 + 1/2 Zn2+→ H+ + 1/2 Zn dapat diperoleh. Potensial elektroda hidrogen didefinisikan nol.

Sel yang dibuat dengan pasangan Cu/CuSO4 dan elektroda hidrogen normal berpotensial +0,337
V. Reaksi total selnya adalah.

1/2 H2 + 1/2 Cu2+→ H+ + 1/2 Cu (10.16)

Dari sudut pandang kemudahan ionisasi, reaksi lebih mungkin dalam arah sebaliknya. Nilai positif
potensial terukur menunjukkan hal ini. Nilai terukur potensial sel Daniell, 1,1 V, berkaitan dengan
perbedaan potensial elektroda normal dua elektroda. Jadi,

+0,337 - (-0,763) = +1,100 (V) (10.17)

Potensial elektroda normal elektroda-elektroda penting diberikan di Tabel 10.2.

196
Tabel 10.2 Potensial elektroda normal, V (sebagai larutan dalam air, 25°C)

197
Berdasarkan conth di atas, diharapkan bahwa elektroda yang terbuat dari logam dengan
kecenderungan ionisasi besar akan memiliki potensial elektroda normal negatif besar dan
elektroda yang terbuta dari halogen dengan keelektronegativan besar akan memiliki potensial
elektroda positiif. Dan faktanya memang potensial elektroda berikut

Li+ + e– ⇄ Li (10.18)

F2(g) + 2e– ⇄ 2F– (10.19)

Beturut-turut adalah -3,045 V dan +2,87 V. Anda dapat memahami strategi untuk membuat sel
dengan potensial tinggi. Kombinasi elektroda Li dan elektroda fluorin adalah salah satu
kemungkinan untuk mencapai tujuan ini. Jelas diperlukan kehati-hatian untuk memastikan sel
seperti ini aman. Elektroda logam alkali/alkali tanah digunakan dalam sel alkali, yang digunakan
dengan meluas.

Contoh soal 10.5 Potensial sel

Hiting potensial sel (25 °C)dari nilai di Tabel 10.2.

(1) Sn + Pb2+ → Sn2+ + Pb

(2) 2Fe3+ + Sn2+→ 2Fe2+ + Sn4+

(3) 5Fe2+ + MnO4– + 8H+ → 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O

Jawab:

(1) 0,009 V (2) 0,617 V (3) 0,739 V

c Persamaan Nernst

Kebergantungan potensial elektroda pada konsentrasi telah dibahas. Untuk persamaan sel umum,

aA +bB ⇄ xX + yY (10.20)

potensial sel diberikan oleh persamaan Nernst.

198
E = Eθ - (RT/nF) ln([X]x[Y]y)/([A]a[B]b) (10.21)

Eθ adalah potensial elektroda normal (potensial elektroda semua zat dalam reaksi sel dalam
keadaan standar), n jumlah elektro yang terlibat dalam reaksi, F adalah tetapan Faraday, [A]. dsb,
adalah konsentrasi molar masing-masing ion yang terlibat.14

Contoh soal 10.6 persamaan Nernst

K2Cr2O7/ H2SO4 adalah oksidan yang dikenal baik, dan reaksi elektrodanya adalah

Cr2O72– + 14H+ + 6e– → 2Cr3+ + 7H2O (Eθ = 1,29 V)

Hitung potensial elektroda ini pada kondisi berikut. (gunakan nilai ini lnx = 2,303 logx,
2,303RT/F = 0,0592 V pada 25°C).

(1) [Cr2O72–] = [Cr3+] = [H+] = 1,0 mol dm–3

(2) [Cr2O72–] = [Cr3+] = 1,0 mol dm–3, [H+] = 10–7 mol dm–3

Jelaskan apa yang Anda ketahui dari hasil ini.

Jawab

(1) Dengan mensubstitusi nilai yang tepat pada persamaan Nernst, Anda akan mendapat nilai
berikut E = Eθ + (0,0592/6) log([Cr2O72–] [H+]14/[ Cr3+]2) = Eθ = 1,26 V.

Dalam kasus ini potensial sel adalah potensial elektroda normal.

(2) E = 1,29 + (0,0592/6) log[1,0 x (10–7)14]/1,02 = 0,33 V.

Ini berarti bahwa potensial sel, dan dengan demikian kekuatan oksidan, secara substansial
menurun pada kondisi netral.

Bila reaksi sel dalam keadaan kesetimbangan, maka E = 0. Akibatnya,

E = Eθ - (RT/nF) lnK (10.22)

14 Harus digunakan aktivitas sebagai ganti molar untuk perhitungan dengan keakuratan yang tinggi.

199
K adalah konstanta kesetimbangan untuk persamaan berikut.

K = ([X]x[Y]y/[A]a[B]b)eq (10.23)

subskrip eq menunjukkan konsentrasi molar pada nilai keadaan setimbang.

Jelas bahwa konstanta kesetimbangan dapat ditentukan dengan pengukuran potensial dengan
bantuan persamaan Nernst. Lebih lanjut, bila konsentrasi larutan elektrolit berbeda, potensial tetap
akan dihasilkan walaupun dua elektroda yang sama digunakan. Reaksi yang berlangsung dalam sel
konsentrasi dalam arah yang akan menyamakan perbedaan dalam konsentrasi dalam dua
elektroda. Arah ini cocok dengan prinsip Le Chatelier.

Selingan- Sel dan Mobil

Persediaan bahan bakar fosil terbatas. Sel jelas merupakan kandidat sebagai
pengganti mesin bakar. Kini berbagai jenis mobil digerakkan oleh sel. Sel semacam
ini adalah sel natrium-sulfur, di dalamnya natrium sebagai reuktan dan sulfur sebagai
oksidan, dan keduanya digunakan dalam keadaan lelehnya. Elektrolitnya disebut β–
alumina. Bahan ini adalah keramik yang tersusun dari natrium, aluminum, litium dan
magnesium oksida di dalamnya ion dapat bermigrasi. Keramik ini harus disimpan
pada suhu tinggi sekitar 350 °C untuk mempertahankan elektrolit dalam keadaan
leleh, tetapi efisiensi per satuan massa empat kali baterai timbal. Bila sel ini
digunakan dalam praktis, mobil yang dimuati dengan lelehan natrium dalam
pandangan kimiawan agak mengerikan.

10.4 Sel-sel yang digunakan dalam praktek


a Baterai timbal

Nilai sel terletak pada kegunaannya. Di anara berbagai sel, sel timbal (aki) telah digunakan sejak
1915. Berkat baterai ini, mobil dapat mencapai mobilitasnya, dan akibatnya menjadi alat
transportasi terpenting saat ini. Baterai timbal dapat bertahan kondisi yang ekstrim (temperatur
yang bervariasi, shock mekanik akibat jalan yang rusak, dsb) dan dapat digunakan secara kontinyu
beberapa tahun.

Dalam baterai timbal, elektroda negatif adalah logam timbal dan elektroda positifnya adala timbal
yang dilapisi timbal oksida, dan kedua elektroda dicelupkan dalam asam sulfat, larutan
elektrolitnya. Reaksi elektrodanya adalah sebagai berikut:

200
Reaksi electroda baterai timbal
Elektroda negatif: Pb + HSO → PbSO4 + H+ +2e–
4

(10.24)
Elektroda positif: PbO2 + HSO4– + 3H+ +2e– → PbSO4 + 2H2O (10.25)
Reaksi total: Pb(s) + PbO2(s) + 2H+(aq) + 2HSO4–(aq) → 2PbSO4(s) + 2H2O(l) (10.26)

Potensial satu sel sekitar 2 V, dan dalam praktek, enam sel dihubungkan dengan seri untuk
mendapatkan potensial 12 V. Saat discas, asam sulfat akan dikonsumsi dan kerapatannya akan
berkurang dari nilai awal 1,28 g cm–3. Jadi, dengan mengukur kerapatan larutan elektrolit, kondisi
sel dapat dimonitor.

Dalam prakteknya, sebelum penurunan kerapatan larutan elektrolitnya terlalu besar, arus listrik
diberikan yang akan membalik arah reaksi. Proses ini disebut mencas. Sel yang dapat dicas disebut
sel reversibel dan yang tidak dapat dicas (seperti sel kering) disebut sel ireversibel.

Selama dicas, timbal sulfat akan terdekomposisi menjadi timbal dan timbal oksida, dan asam sulfat
yang dikonsumsi akan dihasilkan kembali. Air yang terbentuk akan digunakan kembali. Namun,
air cenderung menguap, dan reaksi samping, elektrolisis air, yang pasti menyertai, dan dengan
demikian penting untuk menambahkan air terdistilasi ke dalam baterai timbal. Baru-baru ini jenis
baru elektroda yang terbuta dari paduan timbal dan kalsium, yang dapat mencegah elektrolisis air
telah dikembangkan. Baterai modern dengan jenis elektroda ini adalah sistem tertutup dan disebut
dengan baterai penyimpan tertutup yang tidak memerlukan penambahan air.

b Sel lain

Sel Leclanché ditemukan oleh insinyur Perancis Georges Leclanché (1839-1882) lebih dari seratus
tahun yang lalu. Berbagai usaha peningkatan telah dilakukan sejak itu, tetapi, yang mengejutkan
adalah desain awal tetap dipertahankan, yakni sel kering mangan.

Sel kering mangan terdiri dari bungkus dalam zink sebagai elektroda negatif, batang karbon (grafit)
sebagai elektroda positif dan pasta MnO2 dan NH4Cl yang berperan sebagai larutan elektrolit
(Gambar 10.4).

201
Gambar 10.4 Struktur sel kering mangan. Walupun digunakan paling meluas, detail reaksi elektrodanya
sampai saat ini belum jelas.

Walaupun faktanya rumit, reaksi elektroda sel kering mangan dapat dirangkumkan dengan
sederhana sebagai berikut.

Elektroda negatif: Zn → Zn2+ + 2e– (10.27)

Elektroda positif: 2MnO2 + H2O + 2e– → Mn2O3 + 2OH– (10.28)

Potensial sel kering mangan sekitar 1,5 V. Dalam sel kering alkali, padatan KOH atau NaOH
digunakan sebagai ganti NH4Cl. Reaksi elektrodanya adalah.

Elektroda negatif: Zn + 2OH–→ ZnO + H2O + 2e– (10.29)

Elektroda positif: 2MnO2 + H2O + 2e– → Mn2O3 + 2OH– (10.30)

Umur sel kering mangan diperpendek oleh korosi zink akibat keasaman NH4Cl. Sel kering alkali
bebas masalah ini karena di dalamnya bersifat basa. Jadi umur sel kering alkali lebih panjang.

Mirip dengan baterai timbal, sel nikel-kadmium juga reversibel. Lebih lanjut, dimungkinkan untuk
membuat sel nikel-kadmium lebih kecil dan lebih ringan daripada sel timbal. Jadi sel ini digunakan
sebagai catu daya alat-alat portabel. Reaksi elektrodanya adalah

202
Elektroda negatif: Cd + 2OH–→ Cd(OH)2 + 2e– (10.31)

Elektroda positif: NiO2 + 2H2O + 2e– → Ni(OH)2 + 2OH– (10.32)

c Sel Bahan Bakar

Desaian sel bahan bakar sedemikian sehingga reaktannya secara kontinyu diberikan ke sel. Sel
bahan bakar digunakan dalam proyek Apollo menggunakan kalor pembentukan air dari hidrogen
dan oksigen. Biasanya kalor pembentukan dibuang sebagai panas. Dalam sel bahan bakr energi
termal diubah menjadi energi listrik. Reaksi elektrodanya adalah:

Elektroda negatif: 2H2 + 4OH–→ 4H2O + 4e– (10.33)

Elektroda positif: O2 + 2H2O + 4e– → 4OH– (10.34)

Reaksi total: 2H2 + O2 → 2H2O (10.35)

Struktur sel bahan bakar ditunjukkan di Gambar 10.5.

Gambar 10.5 Struktur sel bahan bakar. Kalor pembakaran yang dihasilkan dari reaksi oksigen dan hidrogen
diubah menjadi energi listrik.

Walaupun sejumlah besar tenaga dan dana telah dipompakan ke proyek ini, sampai saat ini el
bahan bakar yang ekonomis belum dapat dibuat. Namun, di masa depan, besar kemungkinan sel
bahan bakar akan digunakan praktis bila dan hanya bila persediaan hidrogen yang stabil dan
murah dapat direalisasikan. Studi di arah ini kini sedang digalakkan.

203
10.5 Elektrolisis
a Sel dan elektrolisis

Dalam sel, reaksi oksidasi reduksi berlangsung dengan spontan, dan energi kimia yang menyertai
reaksi kimia diubah menjadi energi listrik. Bila potensial diberikan pada sel dalam arah kebalikan
dengan arah potensial sel, reaksi sel yang berkaitan dengan negatif potensial sel akan diinduksi.
Dengan kata lain, reaksi yang tidak berlangsung spontan kini diinduksi dengan energi listrik.
Proses ini disebut elektrolisis. Pengecasan baterai timbal adalah contoh elektrolisis.

Reaksi total sel Daniell adalah

Zn + Cu2+(aq) → Zn2+(aq) + Cu (10.36)

Andaikan potensial lebih tinggi dari 1,1 V diberikan pada sel dengan arah kebalikan dari potensial
yang dihasilkan sel, reaksi sebaliknya akan berlangsung. Jadi, zink akan mengendap dan tembaga
akan mulai larut.

Zn2+(aq) + Cu → Zn + Cu2+(aq) (10.37)

Gambar 10.6 menunjukkan representasi skematik reaksi kimia yang terjadi bila potensial balik
diberikan pada sel Daniell. Bandingkan dengan Gambar 10.2.

Gambar 10.6 Electrolisis. Reaksi kebalikan dengan yang terjadi pada sel Daniell akan berlangsung. Zink
mengendap sementara tembaga akan melarut.

204
b Hukum elektrolisis Faraday

Di awal abad ke-19, Faraday menyelidiki hubungan antara jumlah listrik yang mengalir dalam sel
dan kuantitas kimia yang berubah di elektroda saat elektrolisis. Ia merangkumkan hasil
pengamatannya dalam dua hukum di tahun 1833.

Hukum elektrolisis Faraday


(1) Jumlah zat yang dihasilkan di elektroda sebanding dengan jumlah arus listrik yang melalui sel.
(2) Bila sejumlah tertentu arus listrik melalui sel, jumlah mol zat yang berubah di elektroda adalah
konstan tidak bergantung jenis zat. Misalnya, kuantitas listrik yang diperlukan untuk
mengendapkan 1 mol logam monovalen adalah 96 485 C(Coulomb) tidak bergantung pada jenis
logamnya.
C (Coulomb) adalah satuan muatan listrik, dan 1 C adalah muatan yang dihasilkan bila arus 1 A
(Ampere) mengalir selama 1 s. Tetapan fundamental listrik adalah konstanta Faraday F, 9,65 x104
C, yang didefinisikan sebgai kuantitas listrik yang dibawa oleh 1 mol elektron. Dimungkinkan
untuk menghitung kuantitas mol perubahan kimia yang disebabkan oleh aliran arus listrik yang
tetap mengalir untuk rentang waktu tertentu.

Contoh soal 10.7 hukum elektrolisis Faraday

Arus sebesar 0,200 A mengalir melalui potensiometer yang dihubungkan secara seri selama 20
menit. Satu potensiometer memiliki elektrode Cu/CuSO4 dan satunya adalah elektrode Pt/ H2SO4
encer. Anggap Ar Cu = 63,5. Tentukan

(1) jumlah Cu yang mengendap di potensiometer pertama.

(2) Volume hidrogen pada S. T. P. yang dihasilkan di potensiometer kedua.

Jawab

Jumlah muatan listrik yang lewat adalah 0,200 x 20 x 60 = 240, 0 C.

(1) Reaksi yang terlibat adalah Cu2+ + 2e–→ Cu, maka massa (w) Cu yang diendapkan adalah.

w (g) = [63,5 (g mol–1)/2] x [240,0 (C)/96500(C mol–1)] = 0,079 g

(2) Karena reaksinya 2H+ + 2e–→ H2, volume hidrogen yang dihasilkan v (cm3) adalah below.

v (cm3) = [22400 (cm3mol–1)/2] x [240,0(C)/96500(C mol–1)] = 27,85 cm3

205
c Elektrolisis penting di industri

Elektrolisis yang pertama dicoba adalah elektrolisis air (1800). Davy segera mengikuti dan dengan
sukses mengisolasi logam alkali dan alkali tanah. Bahkan hingga kini elektrolisis digunakan untuk
menghasilkan berbagai logam. Elektrolisis khususnya bermanfaat untuk produksi logam dengan
kecenderungan ionisasi tinggi (misalnya aluminum). Produksi aluminum di industri dengan
elektrolisis dicapai tahun 1886 secara independen oleh penemu Amerika Charles Martin Hall
(1863-1914) dan penemu Perancis Paul Louis Toussaint Héroult (1863-1914) pada waktu yang
sama. Sukses elektrolisis ini karena penggunaan lelehan Na3AlF6 sebagai pelarut bijih (aluminum
oksida; alumina Al2O3).

Sebagai syarat berlangsungnya elektrolisis, ion harus dapat bermigrasi ke elektroda. Salah satu cara
yang paling jelas agar ion mempunyai mobilitas adalah dengan menggunakan larutan dalam air.
Namun, dalam kasus elektrolisis alumina, larutan dalam air jelas tidak tepat sebab air lebih mudah
direduksi daripada ion aluminum sebagaimana ditunjukkan di bawah ini.

Al3+ + 3e–→ Al potensial elektroda normal = -1,662 V (10.38)

2H2O +2e– → H2 + 2OH– potensial elektroda normal = -0,828 V (10.39)

Metoda lain adalah dengan menggunakan lelehan garam. Masalahnya Al2O3 meleleh pada suhu
sangat tinggi 2050 °C, dan elektrolisis pada suhu setinggi ini jelas tidak realistik. Namun, titik leleh
campuran Al2O3 dan Na3AlF6 adalah sekitar 1000 °C, dan suhu ini mudah dicapai. Prosedur
detailnya adalah: bijih aluminum, bauksit mengandung berbagai oksida logam sebagai pengotor.
Bijih ini diolah dengan alkali, dan hanya oksida aluminum yang amfoter yang larut. Bahan yang tak
larut disaring, dan karbon dioksida dialirkan ke filtratnya untuk menghasilkan hidrolisis garamnya.
Alumina akan diendapkan.

Al2O3(s) + 2OH–(aq)→ 2AlO2– (aq) + H2O(l) (10.40)

2CO2 + 2AlO2–(aq) + (n+1)H2O(l) → 2HCO3– (aq) + Al2O3·nH2O(s) (10.41)

Alumina yang didapatkan dicampur dengan Na3AlF6 dan kemudian garam lelehnya dielektrolisis.
Reaksi dalam sel elektrolisi rumit. Kemungkinan besar awalnya alumina bereaksi dengan Na3AlF6
dan kemudian reaksi elektrolisis berlangsung.

206
Al2O3 + 4AlF63– → 3Al2OF62– + 6F– (10.42)

Reaksi elektrodanya adalah sebagai berikut.

Elektroda negatif: 2Al2OF62– + 12F– + C → 4AlF63– + CO2 + 4e– (10.43)

Elektroda positif: AlF63– + 3e– → Al + 6F– (10.44)

Reaksi total: 2Al2O3 + 3C → 4Al + 3CO2 (10.45)

Kemurnian aluminum yang didapatkan dengan prosedur ini kira-kira 99,55 %. Aluminum
digunakan dalam kemurnian ini atau sebagai paduan dengan logam lain. Sifat aluminum sangat
baik dan, selain itu, harganya juga tidak terlalu mahal. Namun, harus diingat bahwa produksi
aluminum membutuhkan listrik dalam jumlah sangat besar.

Latihan

10.1 Bilangan oksidasi

Tentukan bilangan oksidasi setiap unsur yang ditandai dengan hurugf tebal dalam senyawa berikut.

(a) HBr (b) LiH (c) CCl4 (d) CO (e) ClO–

(f) Cl2O7 (g) H2O2 (h) CrO3 (i) CrO42– (j) Cr2O72–

10.1 Jawab

(a) +1 (b) -1 (c) +4 (d) +2 (e) +1

(f) +7 (g) -1 (h) +6 (i) +6 (j) +6

10.2 Reaksi oksidasi reduksi

Untuk tiap reaksi berikut, tentukan bilangan oksidasi atom berhuruf tebal. Tentukan oksidan dan
reduktan dan tentukan perubahan bilangan oksidasinya.

(a) PbO2 + 4H+ + Sn2+ → Pb2+ + Sn4+ + 2H2O

207
(b) 5As2O3 + 4MnO4– + 12H+ → 5As2O5 + 4Mn2+ + 6H2O

10.2 Jawab

(a) Pb: +4 → +2 direduksi. Sn: +2 → +4 dioksidasi

(b) As: +3 → +5 dioksidasi. Mn: +7 → +2 direduksi

10.3 Titrasi oksidasi reduksi

0,2756 g kawat besi dilarutkan dalam asam sedemikian sehingga Fe3+ direduksi menjadi Fe2+.
Larutan kemudian dititrasi dengan K2Cr2O7 0,0200 mol.dm–3 dan diperlukan 40,8 cm3 larutan
oksidan untuk mencapai titik akhir. Tentukan kemurnian (%) besinya.

10.3 Jawab

99,5 %

10.4 Potensial sel

Tentukan potensial sel (pada 25°C) yang reaksi totalnya diberikan dalam persamaan berikut.
Manakah yang akan merupakan sel yang efektif?

(a) Mg + 2H+ → Mg2+ + H2

(b) Cu2+ + 2Ag → Cu + 2Ag+

(c) 2Zn2+ + 4OH– → 2Zn + O2 + 2H2O

10.4 Jawab

(a) Mg → Mg2+ +2e–, +2,37 V. 2H+ + 2e–→ H2, 0,00 V; potensial sel: +2,37 V,efektif.

(b) Cu2+ + 2e–→ Cu, 0,337 V. Ag→ Ag+ + e–, -0,799 V, potensial sel: -0,46 V,tidak efektif.

(c) Zn2+ + 2e–→ Zn, -0,763 V. 4OH– → 4e– + O2 + 2H2O, -0.401 V potensial sel: -1,16 V,
tidak efektif.

208
10.5 Persamaan Nernst

Hitung potensial sel (pada 25°C) yang reaksi selnya diberikan di bawah ini.

Cd + Pb2+ → Cd2+ + Pb

[Cd2+] = 0,010 mol dm–3; [Pb2+] = 0,100 mol dm–3

10.5 Jawab

0,30 V

10.6 Hukum Faraday

Bismut dihasilkan dengan elektrolisis bijih sesuai dengan persamaan berikut. 5,60 A arus listrik
dialirkan selama 28,3 menit dalam larutan yang mengandung BiO+. Hitung massa bismut yang
didapatkan.

BiO+ + 2H+ + 3e– → Bi + H2O

10.6 Jawab

6,86 g

209
Kimia Dasar

Topik 1
Elektrokimia

A. SEL ELEKTROKIMIA

Semua reaksi kimia yang disebabkan oleh energi listrik serta reaksi kimia yang
menghasilkan energi listrik dipelajari dalam bidang elektrokimia. Manusia baru mampu
menggunakan kelistrikan sejak Luigi Galvani pada tahun 1791 menemukan bahwa paha
kodok yang segar dapat bergetar jika dihubungkan dengan dua macam logam bersambungan
dan sejak Alessandro Volta berhasil membuat batere pertama dengan menyusun kepingan
perak dan kepingan seng serta kertas yang dibasahi dengan larutan asam. Pada tahun 1807
Sir Humphry Davy berhasil memisahkan logam kalium dari senyawanya. Ia mengalirkan listrik
melalui leburan Kalium hidroksida. sejak waktu itu prinsip elektrokimia diterapkan dalam
bebagai hal. Prinsip penerapan ini berkaitan dengan sel elektrokimia.
Sel galvani terdiri atas dua elektroda dan elektrolit. Elektroda dihubungkan oleh
penghantar luar yang mengangkut elektron ke dalam sel atau ke sel luar sel.
Elektroda dapat juga atau tidak berperan serta dalam reaksi sel. Setiap elektroda dan
elektrolit di sekitarnya memmbentuk setengah sel. Reaksi elektroda adalah setengah reaksi
yang berlangsung dalam setengah sel. Kedua setengah sel dihubungkan dengan jembatan
garam. Sel galvani atau sel volta dapat menghasilkan energi listrik sebagai hasil reaksi kimia
yang berlangsung spontan.
Dalam sel elektrolisis arus listrik dari luar sel melangsungkan reaksi kimia yang tidak
spontan.
Istilah di bawah ini biasanya digunakan untuk sel galvani atau sel Volta.
1. Elektroda adalah penghantar listrik dan reaksi berlangsung di permukaan elektroda.
2. Anoda adalah elektroda dimana terjadi reaksi oksidasi.
3. Dalam beberapa sel anoda mengalami oksidasi. Katoda adalah elektroda dimana
terjadi reaksi reduksi.
4. Elektrolit adalah larutan yang dapat menghantar listrik. Muatan listrik diangkut oleh
ion yang bergerak.

B. KONTRUKSI SEL VOLTA

Suatu sel volta terdiri dari dua setengah-reaksi yang dipisahkan secara fisik. Misalnya,
setengah sel yang dibuat dari lempeng logam yang dicelupkan ke dalam larutan dari ion
logamnya. Contoh setengah Sel ; Zn- Zn2+ (biasa disebut elektroda Zn), terdiri dari lempeng
logam Zn yang dicelupkan ke dalam larutan garam seng. Setengah sel lainya terdiri dari
lempeng logam tembaga yang dicelupkan ke dalam larutan garam tembaga ( elektroda Cu).
Pada sel volta, dua setengah sel dihubungkan secara ekternal untuk mengalirkan
elektron hasil oksidasi dari satu elektroda anoda) ke elektroda lain (katoda), sedangkan

201
Kimia Dasar

untuk menetralkan kelebihan ion-ion pada masing-masing larutan setengah sel digunakan
jembatan garam yang dihubungkan secara internal.
Misalnya sel Volta tersusun dari dari elektroda seng dan elektroda tembaga. Oleh
karena seng cenderung melepaskan elektron lebih dominan dari pada tembaga, maka
elektroda seng menjadi bermuatan negatif dari pada elektroda tembaga. Jika kedua
elektroda dihubungkan melalui kawat penghantar, elektron mengalir dari seng melalui
rangkaian ekternal menuju tembaga, berikut setengah reaksi yang terjadi:
Zn(s) Zn2+(aq) + 2 e-
Cu (aq) + 2 e-
2+
Cu(s)
Setengah reaksi pertama menggambarkan logam seng membentuk ion seng yang
belangsung dalam larutan. Elektron dari setengah reaksi ini mengalir melalui penghantar luar
menuju elektroda tembaga. Pada permukaan tembaga, elektron –elektron ini menyerang ion
–ion tembaga dalam larutan sehingga terjadi reaksi membentuk endapan logam tembaga
pada permukaan elektroda tembaga.
Ketika reaksi redok berlangsung dalam larutan seng terjadi kelebihan ion Zn2+ dan
dalam larutan tembaga terjadi kelebihan ion SO42-. Agar reaksi redok berlangsung secara
terus menerus, maka kelebihan ion-ion tersebut perlu dinetralkan dengan cara mengalirkan
ion-ion yang berlawanan muatan ke dalam masing- masing setengah sel reaksi tanpa harus
mencampurkan kedua larutan. Hal ini dapat dilakukan dengan menghubungkan ke dua sel
tadi secara internal yaitu dengan memasang jembatan garam. Jembatan garam adalah alat
penghubung ke dua sel elektrokimia yang mengandung garam guna menetralkan kelebihan
ion dalam kedua sel setengah reaksi.

Gambar 5.1
sel Volta

Menunjukan dua setengah sel dari volta yang dihubungkan dengan jembatan garam
dan sirkuit ekternal. Jembatan garam yang digunakan adalah tabung elektrolit dalam bentuk
sel yang menghubungkan kedua setengah sel dari sel volta.
Dua setengah reaksi untuk sel volta tersebut adalah:
Zn(s) Zn2+(aq) + 2 e- ( setengah –reaksi oksidasi)
Cu2+(aq) + 2 e- Cu(s) ( setengah reaksi reduksi)

202
Kimia Dasar

Contoh
Suatu sel volta dikontruksi dari setengah sel dengan logam Cd dan dicelupkan dalam larutan
Cd(NO3)2 dan setengah sel yang lain adalah logam Ag yang dicelupkan kedalam larutan
AgNO3. Kedua setengah sel dihubungkan oleh jembatan garam. Ion perak direduksi selama
operasi sel ini. a) gambarkan diagram sel b) tandai anoda dan katoda c) tunjukan aliran
elektron pada rangkaian ekternal, d) tandai muatan elektroda dan arah migrasi kation dalam
setengah sel.

Penyelesaian
Karena ion perak direduksi pada elektroda perak, maka elektroda perak adalah katoda
setengah reaksinya adalah:
Ag+(aq) + e- Ag(s)
Elektroda cadmium tentu suatu anoda (terjadi oksidasi) setengah reaksinya adalah;
Cd(s) Cd2+(aq) + 2 e-
Selanjutnya tandai elektroda, elektron mengalir dalam rangkaian eksternal dari elektroda Cd
(anoda) menuju elektroda perak (katoda). Ion positif akan mengalir dari larutan yang
berlawanan dengan arah aliran elektron Diagram sel tersebut ditunjukan dalam gambar di
bawah.

C. NOTASI SEL VOLTA.

Suatu sel elektrokimia dapat dinyatakan dengan notasi tertentu. Misalnya sel tersusun
dari setengah sel antara logam seng–ion seng dan setengah sel antara logam tembaga- ion
tembaga. Sel tersebut dapat dinyatakan dengan notasi sebagai berikut;
Zn(s) │Zn2+(aq)║Cu2+(aq) │Cu(s)
Pada notasi itu anoda atau setengah sel oksidasi selalu dituliskan pada sisis kiri ; katoda
atau setengah sel reduksi dituliskan pada sisi kanan. Kedua elektroda dihubungkan secara
listrik melalui jembatan garam yang ditandai dengan dua garis vertikal.
Zn(s) │Zn2+(aq)║Cu2+(aq) │Cu(s)
Anoda jembatan garam katoda
Terminal sel ditempatkan di ujung–ujung dalam notasi sel, dan tanda garis vertikal
tunggal menunjukan batas fase, yaitu antara padatan (elektroda) dan larutan elektrolit.
Untuk elektroda anoda dapat ditulis sebagai berikut
Zn(s) │ Zn2+(aq
Terminal Batas fase elektrolit

Jika setengah sel melibatkan gas, bahan innert seperti platina berperan sebagai
terminal, yakni sebagai permukaan elektroda dimana setengah- reaksi berlangsung. Platina
mengkatalisis setengah reaksi tetapi tidak terlibat didalamnya. Menunjukan diagram dari
elektroda hidrogen. Gelembung gas hidrogen melalui permukaan platina yang dicelupkan ke
dalam larutan asam. setengah reaksi dikatoda adalah;

203
Kimia Dasar

2 H+(aq) + 2 e- H2 (g).
Notasi sel elektroda hidrogen untuk reaksi di katoda dapat ditulis sebagai berikut:
H+(aq) │H2(g)│Pt.
Dan notasi sel untuk reaksi di anoda merupakan kebalikandari notasi di atas yaitu;
│Pt.│ H2(g) │ H+(aq)

Contoh
a) Tuliskan reaksi sel untuk sel volta berikut:
Ti(s) │Ti+(aq)║Sn2+(aq)│Sn(S).
b) Tuliskan reaksi sel untuk sel volta berikut
Zn(s) │Zn2+(aq)║Fe3+(aq) Fe2+(aq).│Pt
Penyelesaian
a) Reaksi setengah selnya adalah:
Ti (s) Ti+(aq) + e- ( anoda)
2+
Sn (aq) Sn(s) ( katoda)
Kalikan reaksi pada anoda dengan bilangan 2 , selanjutnya jumlahkan reaksi setengah
sel maka diperoleh persamaan berikut;
2 Ti(s) + Sn2+(aq) 2 Ti+(aq) + Sn(s).
b) Reaksi setengah sel nya adalah;
Zn(s) Zn2+(aq) + 2 e- ( anoda).
3+ - 2+
Fe (aq) + e Fe (aq)( katoda)
Kalikan reaksi pada katoda dengan bilangan 2, selanjutnya jumlahkan reaksi setengah
sel hingga diperoleh persamaan berikut:
Zn(s) + 2 Fe3+ (aq) Zn2+(aq) + 2 Fe2+(aq).

D. PENGUKURAN DGL (DAYA GERAK LISTRIK)

Untuk menggerakan elektron agar mengalir melalui rangkaian luar menghasilkan aliran
listrik atau menggerakan ion-ion di dalam larutan menuju elektroda diperlukan kerja. Suatu
muatan listrik bergerak dari potensial listrik tinggi ke potensial rendah. Kerja yang diperlukan
untuk mengerakan muatan listrik melalui penghantar bergantung pada muatan total yang
dipindahkan dan perbedaan potensial adalh perbedaan dalam tekanan listrik antara dua
titik. Besaran untuk beda potensial listrik adalah volt. Volt (disingkat V0) adalah satuan
perbedaan potensial dalam sistem SI.
Besanya kerja listrik yang diperlukan untuk mengerakan muatan agar mengalir melalui
penghantar adalah:
Kerja Listrik = Muatan x Perbedaan potensial atau
W listrik = - Q x ∆E.
Dalam satuan SI persamaan ini sama dengan Jole = coulomb x volt

204
Kimia Dasar

Tanda minus muncul pada persamaan sesuai dengan perjanjian dalam termodinamika
yaitu kerja yang dilakukan oleh sistem (dalam hal ini sel elektrokimia) mempunyai tanda
negatif. Oleh karena kerja diukur dalam joule dan muatan dalam Coulomb maka ∆ E
mempunyai satuan joule per coloumb. Selain itu, muatan total Q adalah arus listrik (l) yang
dikalikan dengan satuan waktu (t) dalam detik selama arus listrik mengalir, maka persamaan
kerja listrik dapat ditulis
Wlistrik = - l x t x ∆ E.

Contoh
Enam buah baterai mengalirkan arus satu ampere dalam waktu satu jam. Hitung kerja listrik
teoritis yang dihasilkan dan muatan total Q dalam satuan coloumb yang dilewatkan melalui
rangkaian.
Penyelesaian
Wlistrik = -l x t x ∆ E.
Wlistrik = - (1 ,00A) ( 3600 s) ( 6,0V) = - 21,600 J.
Muatan total adalah Q = l x t =3600 C.

Muatan Faraday,
Dalam sel volta ataupun sel elektrolisis elektron yang dibebaskan pada anoda hasil
oksidasi dilewatkan melalui rangkaian eksternal dan digunakan pada katoda untuk
melangsungkan reaksi reduksi. Terdapat hubungan kuantitatif antara jumlah zat yang
bereaksi dalam kedua sel dan muatan listrik total yang dilewatkan melalui penghantar.
Hubungan ini merupakan prinsip dari hukum Faraday yang dapat diungkapkan sebagai
berikut:
1. Dalam setia sel, massa zat yang diendapkan atau dikonsumsi pada suatu elektroda
proporsional dengan besarnya muatan listrik yang dilewatkan melalui sel.
2. Berat equivalen dari zat yang diendapkan atau dikonsumsi pada elektroda berbeda jika
muatan listrik yang dilewatkan melalui sel tidak sama.

Oleh karena besarnya muatan electron e = 1,60218 x 10-19 C, maka besarnya muatan
listrik untuk satu mol electron adalah
Q = (6,0221 x 1023 mol-1)( 1,60218 x 10-19C) = 96.485 C mol-1.
Muatan listrik sebesar 96.485 C mol-1. Ditetapkan sebagai satu Faraday yang
dilambangkan dengan F atau F = 96.485 C mol-1.
Berdasarkan persamaan faraday, jumlah mol zat yang bereaksi pada elektroda dapat
dihitung. Misalnya reaksi pada anoda:
Zn(S) Zn2+ (aq) + 2 e-
Dan pada katoda Ag+(aq) + e- Ag(s).
Setiap mol elektron (satu Faraday) yang mengalir melaui sel berhubungan dengan
oksidasi 1/2 mol Zn(s) (sebab dua electron dilepaskan oleh setiap atom Zn) dan akan

205
Kimia Dasar

mereduksi satu mol ion perak. Dari massa atom perak dan seng diketahui bahwa 32,69 gr
seng dilarutkan pada anoda dan 107,87 gr perak diendapkan pada katoda.

E. DGL SEL DAN POTENSIAL ELEKTRODA STANDART.

DGL sel adalah ukuran gaya dorong reaksi kimia dalam sel. Reaksi ini terjadi akibat
pemisahan reaksi redok menjadi setengah reaksi yang terpisah yaitu setengah reaksi reduksi
da setengah reaksi oksidasi. Bentuk umum reaksi ini
Spesi tereduksi Spesi teroksidasi + ne
Spesi teroksidasi + ne Spesi tereduksi
Nilai DGL sel merupakan sumbangan dari elektroda anoda yang harganya bergantung
pada kemampuan setengah reaksi reaksi oksidasi untuk melepaskan electron dan elektroda
katoda yang harganya bergantung pada kemepuan setengah reaksi reaksi reduksi untuk
menangkap electron. Nilai sumbangan ini dinamakan potensial oksidasi dan potensial
reduksi, sehingga nilai potensial suatu sel elektrokimia merupakan gabungan keduanya atau
∆Esel = potensial oksidasi + potensial reduksi.
Potensial reduksi adalah ukuran kecenderungan dari suatu zat untuk menangkap
elektron dalam setengah reaksi reduksi. Serupa dengan itu, potensial oksidasi sama dengan
negatif dari potensial reduksi untuk setengah reaksi kebalikannya.
Potensial oksidasi = - potensial reduksi (reaksi kebalikanya)
Ini artinya hanya diperlukan nilai potensial oksidasi. Berdasarkan kesepakatan nilai
potensial yang diukur melalui percobaan laboratorium adalah potensial reduksi, yang
dilambangkan dengan E.
Perhatikan sel seng-tembaga seperti telah dibahas diatas.
Zn(s) │Zn2+(aq)║Cu2+(aq) │Cu(s)
Setenah reaksinya adalah;
Zn(s) Zn2+(aq) + 2 e-
Cu2+(aq) + 2 e- Cu(s)
Potensial elektroda seng (EZn) yang berhubungan dengan setengah reaksi oksidasi
berikut : Zn(s) Zn2+(aq) + 2 e- adalah E = EZn maka nilai – EZn merupakan potensial
kebalikanya, yaitu potensial setengah – reaksi reduksi : Zn(s) Zn2+(aq) + 2 e-. Demikian
pula untuk potensial elektroda tembaga.
DGL merupakan jumlah potensial dari setengah reaksi reduksi dan setengah reaksi
oksidasi. Untuk sel system Zn-Cu jumlah potensial reduksi (elektroda tembaga) dan potensial
oksidasi (elektroda seng) ditulis sebagai:
Esel = ECu+ (- EZn) = ECu – EZn.
Dengan kata lain DGL , sel sama dengan selisih kedua potensial elektroda.
Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa potensial elektroda merupakan
potensial listrik pada elektroda, dan DGL merupakan selisih potensial kedua elektrodanya,
yaitu potensial katoda dikurangi potensial anoda.
Esel = Ekatoda – E anoda.

206
Kimia Dasar

Potensial elektroda merupakan sifat intensif artinya nilai potensial elektroda tidak
bergantung pada kuantitas spesi yang terlibat dalam reaksi. Jadi potensial elektroda reduksi
untuk dua mol tembaga sama dengan potensial reduksi untuk satu mol tembaga;
2 Cu2+(aq) + 4 e- 2 Cu(s) sama dengan Cu2+( aq) + 2 e- Cu(s).

1. Potensial Elektroda Standar


DGL sel bergantung pada suhu reaksi dalam sel. Artinya jika suhu berubah maka nilai
DGL juga ikut berubah, oleh karena itu untuk memperoleh nilai potensial elektroda yang
baku perlu ditetapkan kondisi standar, yaitu nilai potensial sel yang diukur pada suhu 250C.
Jika melibatkan gas maka keadaan standar ditetapkan pada 1 atm dan konsentrasi
larutannya 1,0 M. selain itu reaksi oksidasi selalu melibatkan reaksi reduksi sehingga tidak
mungkin mengukur potensial elektroda tunggal (potensial reduksi saja atau oksidasi saja)
akibatnya nilai mutlak potensial suatu elektroda tidak dapat diukur. Oleh karena itu nilai
potensial elektroda standar yang dapat diukur adalah nilai nilai potensial elektroda relatif,
yakni dibandingkan denga suatu potensial elektroda yang ditetapkan sebagai standar atau
rujukan dan diukur pada kondisi standar.
Untuk mengukur potensial elektroda standar dilakukan dengan cara menetapkan
salah satu elektroda sebagai standard dan diukur pada kondisi standar. Pekerjaan ini
dilakukan dengan cara mengukur DGL sel yang disusun dari suatu elektroda rujukan yang
disepakati yaitu potensial elektroda hydrogen, dan nilai potensialnya ditetapkan sama
dengan nol.
Potensial elektroda hidrogen dinyatakan standar jika konsentrasi H+ 1M dan tekanan
gas H2 1 atm yang dioperasikan pada suhu 250C.
Contoh
Misalnya potensial elektroda seng. Elektroda seng (logam seng dicelupkan kedalam larutan
larutan Zn2+ 1,0 M) dihubungkan dengan dengan elektroda hidrogen standar dan
dioperasikan pada 250C, kemudian DGL sel diukur dengan volt meter. Nilai DGL sel terukur
misalnya 0,76 V.Nilai tersebut merupakan nilai gabungan potensial reduksi dan potensial
oksidasi yakni
Esel = Ekatoda – Eanoda = 0,76 V.
Oleh karena seng lebih mudah dioksidasi dibandingkan gas H2,maka dalam sel tersebut
terjadi oksidasi Zn dan reduksi ion H+, Kedua setengah reaksi sel dapat ditulis sebagai berikut;
Zn(s) Zn2+(aq) + 2 e- -EOZn
+ - O
2 H (aq) + 2 e H2(g) -E H2
Reaksi oksidasi Zn berlangsung di anoda dan reduksi H+ di katoda. Dengan demikian,
nilai potensial sel dapat ditulis sebagai berikut.
-EOsel = -EOH2 - EOZn
Dengan memasukan nilai 0,76 V untuk DGL sel dan 0,0 untuk potensial elektroda
hydrogen standar, maka diperoleh nilai -EOZn = -076V.

207
Kimia Dasar

Dengan prosedur seperti itu akan diperoleh nilai potensial elektroda standar berbagai
zat.Hasil pengukuran potensial elektroda standar disajikan pada tabel yang menunjukan
data potensial reduksi standar berbagai zat pada 250C.
Setengah reaksi reduksi ( katoda ) Potensial Standar

EOsel ( volt)
Li+(aq) + e- Li(s) -3,045

K+(aq) + e- K(s) -2,925

Ba2+(aq) + 2 e- Ba(s) -2,906

Sr2+(aq) + 2 e- Sr(s) -2,888

Ca2+(aq) + 2 e- Ca(s) -2,866

Na+(aq) + e- Na(s) -2,714

Mg2+(aq) + 2 e- Mg(s) -2,363

H2(g) + 2 e- 2H- -2,25

Al3+(aq) + 3 e- Al(s) -1,662

Mn2+(aq) + 2 e- Mn(s) -1,185

Zn2+(aq) + 2 e- Zn(s) -0,763

Cr3+(aq) + 3 e- Cr(s) -0,744

Fe2+(aq) + 2 e- Fe(s) -0,440

Cr3+(aq) + e- Cr2+(s) -0,408

Cd2+(aq) + 2 e- Cd(s) -0,403

Ni2+(aq) + 2 e- Ni(s) -0,250

Sn2+(aq) + 2 e- Sn(s) -0,136

Pb2+(aq) + 2 e- Pb(s) -0,126

208
Kimia Dasar

Setengah reaksi reduksi ( katoda ) Potensial Standar

EOsel ( volt)
2 H + + 2 e- H2(g) 0,000

Setengah reaksi reduksi ( katoda ) Potensial Standar

EOsel ( volt)
Sn4+(aq) + 2e- Sn2+(aq) 0,15

Cu2+(aq) + e- Cu(aq) 0,153

Fe3+(aq) + 1 e- Fe2+(aq) 0,771

Hg2 2+(aq) + 2 e- 2 Hg(aq) 0,788

Ag+(aq) + e- Ag(s) 0,799

Pd2+(aq) + 2 e- Pd(s) 0,987

PbSO4(s) + 2 e- Pb(s) + SO42- -0,359

PbCl 2(s) + 3 e- Pb(s) +2 Cl- -0,268

S(s) + 2H+ + 2 e- H2S(aq) 0,142

Sb2O3(s) + 6 H++ 6 e- 2 Sb(s)+ 3H2O(aq) 0,152

SO4 2-(aq) + 4 H+ H2SO3 (aq) + H2O(aq) 0,172

AgCl(s) + e- Ag(s) +Cl- 0,222

SO4 2-(aq) + 8H++ 6e- S (s) +4 H2O(aq) 0,357

H2SO3(aq) + 4H+ + 4 e- S(s) + 3 H2O(aq) 0,450

I2 (s) + 2 e- 2 I- (s) 0,536

MnO-(aq) + e- MnO42- 0,564

209
Kimia Dasar

Setengah reaksi reduksi ( katoda ) Potensial Standar

EOsel ( volt)
O2(g) + 2 H+ +2e- H2O2(aq) 0,682

2 NO3- + 4 H+ + 2 e- N2O4(g) + H2O(aq) 0,803

NO3- + 3 H+ + 2 e- HNO2(g) + H2O(aq) 0,94

NO3- + 4 H+ + 3 e- NO(g) + 2 H2O(aq) 0,96

Br2 (aq) + 2 e- 2 Br- 1,065

ClO4- + 2 H+ + 2 e- ClO3(g) + H2O(aq) 1,19

Cl2(g) + 2 e- 2Cl- 1,36

2IO3- + 12 H+ + 10 e- I2(s) + H2O(aq) 1,195

F2(g) + 2 e- 2 F-(aq) 2,87

Contoh
a) Urutkan oksidator berikut menurut kekuatanya pada keadaan standar Cl2(g), F2(g),
Fe3+(aq).
b) Urutkan reduktor berikut menurut kekuatanya pada keadaan standar H2(g),Al(s)Cu(s).

Penyelesaian
a) Prosedur sederhana adalah membaca tabel potensial elektroda,urutkan dari bawah ke
atas. Fe3+(aq) + 1 e- Fe2+(aq) EO 0,771V
Cl2(g) + 2 e- 2Cl- EO1,36 V
F2(g) + 2 e- 2 F-(aq) EO2,87 V
b) Sama seperti di atas baca dari tabel
Al3+(aq) + 3 e- Al(s) EO -1,66 V
2 H+(aq) + 2 e- H2(g) EO 0,000V
Cu2+(aq) + 2 e- Cu(s) EO 0,34 V

210
Kimia Dasar

2. Manfaat potensial Elektroda.


a. Membandingkan kekuatan relative oksidator dan reduktor sepert contoh diatas.
b. Menghitung DGL
DGL selisih aljabar antara dua potensial elektroda
DGL standar suatu sel= potensial elektroda standar dari elektroda kanan ( elektroda
positif = katoda) kurang potensial elektroda standar dari elektroda kiri ( elektroda
negatif = anoda )
Contoh,
Zn(s) │Zn2+(aq)║Cu2+(aq) │Cu+(s)
EO sel = EO Cu2+/Cu - EO Zn2+/ zn
= EOkanan - EO kiri
= EOkatoda - EO anoda.
= EO + - EO –
= 0,34- (-0,76 0 = 1,10 V
c. Meramalkan apakah suatu reaksi berlangsung atau tidak
∆ G = -nFE
Suatu reaksi berlangsung spontan jika ∆G < 0 atau E >0
Contoh.
MnO4- + 8 H+ + 5 e- Mn2+ + 4 H2O EO = +1,52 V.
Fe3+(aq) + 1 e- Fe2+(aq) EO = +0,77 V.
- +
MnO4 + 8 H + 5Fe Mn + 5 Fe2+ + 4 H2O
2+

EO = +1,52 V- (+ 0,77) = + 0,75 V


Oleh karena harga EO positif reaksi berlangsung spontan.

3. Pengaruh Konsentrasi dan suhu pada Nilai Potensial.


a. konsentrasi
Mn+ (aq) + ne M(s)
n+
Jika konsentrasi M bertambah kesetimbangan akan bergeser ke kiri. Oleh karena itu
potensial elektroda menjadi makin positif(berkurang negatif). Jika konsentrasi ion logam
berkurang, potensial elektroda berkurang positif.

b. Suhu
Potensial elektroda makin positif, jika suhu bertambah dan sebaliknya.
Pengaruh konsentrasi dan suhu pada potensial elektroda ditunjukan oleh Persamaan
Nernst.
Oksidant + n e Reduktant
Oksidant
E = EO - ln
Re duk tan t
Dengan E = potensial elektroda dalam V.
O
E = potensial elektroda standar dalam V.
R = tetapan gas (8,314 JK-1 mol-1).

211
Kimia Dasar

T = suhu dalam K.
F = tetapan Faraday (96500 coloumb).
Misalnya untuk sel dengan reaksi
Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+ (aq) + Cu(s).
 Zn 2+ 
E = EO - ln  2+ 
Cu 
Kadang-kadang ditulis
Oksidant
E = EO + ln
Re duk tan t

F. DGL SEL DAN PERSAMAAN NERNST.

DGL standar untuk suatu sel sama dengan potensial elektroda standar elektroda kanan
dikurangi dengan potensial elektroda standar elektroda kiri.
EO sel = EO elektroda kanan - EO elektroda kiri
Contoh
Co2+ + 2 e- Co -2,777V.
2+ -
Ni + 2 e Ni -0,250V.
Co│ Co2+( 1M) ║ Ni2+(1 M) │ Ni.
Co + Ni2+ Co2+ + Ni
EO = EO Ni2+/ Ni - EO Co2+ / Co
= -0,250 + 0,277
= + 0,027 V.
Persamaan Nernst
Untuk reaksi redoks dengan persamaan umum.
aA + bB cC + dD.
Persamaan Nernst
O RT
C c   D d 
Esel = E - ln
nF  Aa   B b 

O 2, 303RT
C c   D d 
Esel = E - log a
F  A   Bb 

Pada 298 K

2,303RT
= 2,303 x 8,314 x 298 = 0,0591 V.
F
96500

212
Kimia Dasar

Esel = EO - log

Contoh.
Hitung DGL sel dibawah ini pada suhu 250C
Pt, H2 │ HCl║ AgCl│Ag+
Jika tekanan gas hidrogen 1 atm dan konsentrasi HCl a) 0,1M. b) 0,01 M dan c) 0,001M
Penyelesaian

Esel = EO -
2,303RT
log
[ HCl ]
F  PH 2 0.5 
E = 0,223 – 0,059 log [HCl]
Konsentrasi [ HCl] EO
0,1M 0,282
0,01M 0,341.
0,001M 0, 400
Contoh
Diketahui Mg2+ + 2e - Mg EO = -2,36 V.
Cu2+ + 2 e- Cu EO = +0,34
Hitung DGL sel pada 250C jika [Mg2+] = 10-2M dan [Cu2+] = 10-3M
Penyelesaian
Esel = EOkanan - EO kiri
= +0,34-(-2,36 0 = + 2,70 V.
Reaksi Sel
Mg + Cu2+ Mg2+ + Cu.
 Mg 2+ 
log  2+ 
0, 0591
Esel = EO -
2 Cu 

0, 0591 10 −2 
Esel = +2,70 - log
2 10 −3 

= +2,70 - log 10
= + 2,70 -0,03 = + 2,67 V.
Dengan cara menghitung potensial dari masing masing elektroda kemudian
menggunakan rumus Esel = EOkanan - EO kiri

G. PENGUKURAN PH

Salah satu penggunaan terpenting dari sel volta adalah penentuan pH larutan,
meskipun elektroda standar untuk pengukuran pH adalah elektroda hidrogen, namun

213
Kimia Dasar

elektroda ini tidak praktis. Pada umunya orang menggunakan elektroda kaca. Elektroda kaca
ini terdiri dari kaca berbentuk bola yang mengandung HCl 0,1 M dan didalamnya terdapat
elektroda perak/ perak klorida.
Gambar
Elektroda ini dicelupkan kedalam larutan yang akan diukur pH nya . Jika dihubungkan
dengan elektroda kalomel maka akan diperoleh diagram berikut
Ag , AgCl│HCl ( 0,1M) │ gelas │larutan ║Elektroda+kalomel.
Potensial dari elektroda gelas bergantung pada pH larutan
Egelas = EOgelas + 2,303/ F pH
Elektroda Hidrogen.
Potensial elektroda bergantung pada pH larutan. Jika larutan sel konsentrasi
menggunakan salah astu elektroda adalah elektroda standard an yang lainya bukan standar,
sedang elektroda standard adalah katoda maka
Anoda : 1/2 H2(g) H+ ? + e
+
Katoda: H Standar + e 1/2 H2 (g)
Reaksi Sel: 1/2 H2(g) + H+standar H+? + 1/2 H2(g)
Menurut Persamaan Nernst pada 250 C nilai potensialnya EOsel – 0,059 log [H+]
E
Esel = 0,059 pH atau pH = sel
pH

Contoh
Suatu elektroda elektroda hydrogen dengan P (H2) = 1 atm dihubungkan dengan elektroda
kalomel standart yang setengah reaksinya.
Hg2Cl2(s) + 2 e 2 Hg( aq) + 2 Cl- + 2 H+
Jika DGL sel 0,800 V hitung pH larutan
EO sel = 0,242 V.
Esel = EO sel + 0,059 pH
0,800 = 0,242 + 0,059 pH.
pH = 0,800 -0,242 = 9,5.
0,059

Ringkasan
Mata kuliah ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman tentang
Elektrokimia dan Termodinamika:
1. Semua reaksi kimia yang disebabkan oleh energi listrik serta reaksi kimia yang
menghasilkan energi listrik dipelajari dalam bidang elektrokimia
2. Suatu sel volta terdiri dari dua setengah-reaksi yang dipisahkan secara fisik
3. Suatu sel elektrokimia dapat dinyatakan dengan notasi tertentu (notasi sel Volta)
4. Untuk menggerakan elektron agar mengalir melalui rangkaian luar menghasilkan aliran
listrik atau menggerakan ion-ion di dalam larutan menuju elektroda diperlukan kerja
5. Daya Gerak Listrik (DGL) sel adalah ukuran gaya dorong reaksi kimia dalam sel

214
Kimia Dasar

6. DGL standar untuk suatu sel sama dengan potensial elektroda standar elektroda kanan
dikurangi dengan potensial elektroda standar elektroda kiri.
7. Salah satu penggunaan terpenting dari sel volta adalah untuk penentuan pH larutan

Tes 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Dari data dibawah ini
Mn2+ + 2 e- Mn. EO = -1,18 V
- + - 2+
MnO4 + 8 H + 5 e Mn + 4 H2O EO = +1,51 V.
Maka harga EO = dari reaksi MnO4- + 8 H+ + 7 e- Mn + 4 H2O
A. -0,33 Volt.
B. – 0,20 Volt.
C. + 0,33 Volt
D. +0,74 Volt
E. -0,74 Volt.

2) DGL dari sel manakah yang mempunyai harga – 1,59 V pada suhu 250C apabila
diketahui Ag+ + e = Ag EO = + 0,80 V
Zn2+ 2 e = Zn EO = -0,76 V
Adalah
A. Zn│Zn2+ ( a= 1) ║Ag+ (a= 1)│ 1Ag
B. Zn│Zn2+ ( a= 0) ║Ag+ (a= 0,1)│ 1Ag
C. Ag│Ag+ (a= 0,1)│Zn2+ (a= 1)│Zn.
D. Ag│Ag+ (a= 0,1) ║Zn2+ (a= 0,1)│Zn.
E. Ag│Ag+ (a= 1) ║Zn2+ (a= 0,1)│Zn.

3) Berdasarkan data:
Ni2+ + 2e = Ni EO = - 0,25 V
Cu2+ 2 e = Cu EO = +0,34 V
Maka, reaksi spontan apabila memiliki susunan sel sebagai berikut:
A. Ni │ Ni2+ (a= 1) ║Cu2+(a= 1)│Cu.
B. Cu │Ni2+ (a= 1) ║ Cu2+ (a= 1)│Ni.
C. Cu │Cu2+ (a= 1) ║ Ni2+ (a= 1)│Ni.
D. Ni │ Ni2+ (a= 1) ║Cu2+ │(a= 1)
E. Ni │ Cu2+ (a= 1) ║Ni2+(a= 1)│Cu.

4) Potensial elektroda dari setengah sel yang terdiri dari kawat tembaga dan elektrolit
CuSO4 10-4M pada suhu 250C adalah:
A. -0,22 volt.
B. + 0,22 volt.

215
Kimia Dasar

C. 0,46 volt.
D. -0,46 volt
E. 0,34volt.

5) Jika notasi (simbol) suatu sel dapat dilukiskan sebagai berikut:


Hg│Hg2Cl2│KCl(1M)║ Fe3+ (1M) │Fe2+( 1M) │Pt.
Maka persamaan reaksi dari sel tersebut adalah;
A. Hg + Fe2+ 1/2 HgCl2 + Fe3+.
- 3+
B. Hg + Cl + Fe 1/2 Hg2Cl2 + Fe2+
C. Hg + 2 Cl- + Fe2+ HgCl2 + 2 Fe3+.
D. 1/2 Hg2Cl2 + Fe3+ Hg + Cl- + Fe2+.
E. HgCl2 + 2Fe3+ Hg + 2Cl- + Fe2+.

6) Diketahui : Mg2+ + 2 e Mg EO = - 0,236 V


Cu2+ 2 e Cu EO = +0,34 V
Hitung DGL sel volta/ galvani pada suhu 250C yang terdiri dari elektroda
Mg│Mg2+ dan Cu│Cu2+ dengan [ Mg2+] = 1x 10-3M dan [Cu2+] 0,1 M
A. 2,76 V
B. 2,73 V.
C. 2,70 V
D. 2,67 V.
E. 2,64 V.

7) Dari data di bawah ini


I2 + 2 e 2 I-. EO = +0,535 V
Mn2+2e Mn EO = - 0,1,029 V
MnO4- 8 H+ + 5 e Mn2+ + 4 H2O EO = +1,49 V
Maka EO untuk reaksi: MnO4- + 14 I- +16 H+ Mn + 7 I2 +8 H2O adalah
A. 1,985 V.
B. 1,564.
C. 0,956 V.
D. 0,236V.
E. 0,073V.

8) Jika satu mol Cl2 dioksidasi menjadi ClO3-, maka jumlah Faraday yang diperlukan pada
proses ini adalah:
A. 1.
B. 3.
C. 5.

216
Kimia Dasar

D. 7.
E. 10.

9) Untuk sel volta Mg │Mg2+║Ag+│Ag EO Mg2+│Mg = -2,87V


Jika Mg yang habis bereaksi = 2,4 gr (Ar Mg = 24) EO Ag+│Ag = + 0,80V
Maka ∆GO yang didapatkan dari reaksi tersebut adalah
A. 70,831 joule
B. 141,662 joule
C. 282,324 joule
D. 354,155 joule
E. 423,986 joule

10) pH suatu larutan diukur dengan menggunakan elektroda standart hidrogen dan
elektroda kalomel jenuh dengan susunan sebagai berikut:
Pt │H2( 1 atm) │H+ ( ? ) ║ Cl-(jenuh)│Hg2Cl2│Hg. Jika DGL sel ini pada 250C = 0,48 dan EO
kalomel = 0,24 V maka pH larutan adalah:
A. 7,04.
B. 4,07.
C. 3,84.
D. 2,02.
E. 1,54.

11) Diketahui : Cu2+


Cu2+ + 2 e Cu EO = +0,535 V
+
Ag + e Ag EO = +0,535 V
+
Reaksi : 2 Ag + Cu 2 Ag + Cu2+
A. 219 kJ
B. 89, 17.
C. + 89 kJ.
D. + 219 kJ.
E. + 44580 kJ.

12) Pada 250C, potensial elektroda hydrogen dengan tekanan gas H2= 1atm, dan larutan
asamnya mempunyai pH = 3, 0 adalah.
A. 0,00V.
B. -0,177.
C. -0,001V.
D. 0,001V.
E. 0,177 V.

217
Kimia Dasar

13) Berapa Faraday yang diperlukan untuk mengubah 1 mol PbSO4 menjadi PbO2 dalam
suatu aki.
A. 1/14 F.
B. 1/2 F.
C. 1F.
D. 2 F.
E. 4F.

14) Sel Volta ( galvani) adalah sel yang terdiri atas dua buah setengah sel. Di bawah ini
diberikan lima buah setengah reaksi, masing-masing dengan potensial standarnya,
yang dapat dikombinasikan menjadi sel volta setengah sel yang tidak mungkin
berfungsi sebagai katoda adalah:
A. Li+ + e = Li EO = -3,04 V
B. F2 +2 e = 2 F- EO = +2,87 V
C. HO2- + H2O+ 2e = 2 OH- EO = +0,88 V
D. Fe(OH)2 +2 e = Fe + 2 OH- EO = -0,88 V
+
E. 2H3O + 2e = H2 + 2H2O EO = 0,00 V

15) Suatu sel volta terdiri atas elektroda Zn│Zn2+ (a=1) dan elektroda Cr│Cr3+ ( a = 10-4), EO
Zn2+│Zn = -0,76 V , EO Cr2+│Cr = -0,74 V
Maka
A. Reaksi sel adalah 3 Zn2+ + 2 Cr 2 Cr3+ + 3 Zn.
B. Reaksi sel adalah 2 Cr3+ + 3 Zn 2Cr +3 Zn2+
C. Elektroda Zn adalah anoda.
D. DGL sel adalah -0,02V.
E. DGL sel adalah + 0,02V.

16) Potensial elektroda hydrogen dalam air murni pada 250C ( Kw air = 10-14) dengan
tekanan hydrogen 1 atm adalah.
A. -0,84 volt.
B. -0,42 volt.
C. -0,21 volt.
D. 0,00 volt.
E. + 0,42 volt.

17) Daya Gerak Listrik dari sel manakah yang mempunyai harga – 1,50V pada temperatur
250C.
A. Zn│Zn2+( a= 1) ║Ag+ (a= 1) │Ag.
B. Zn│Zn2+( a=0, 1) ║Ag+ (a=0, 1) │Ag.
C. Zn│Zn2+( a= 1) ║Ag+ (a= 0,1) │Ag.

218
Kimia Dasar

D. Ag│Ag+( a= 0,1) ║Zn 2+ (a= 1) │Zn.


E. Ag│Ag+( a= 1) ║Zn2+ (a= 1) │Zn.

18) Pada reaksi redoks


Setengah –reaksi oksidasi ialah.
FeCl2 + K2Cr2O7 + HCl FeCl3 + CrCl3 + KCl + H2O.
Setelah-reaksi oksidasi ialah
A. Fe2+ Fe+ + e.
-
B. Cl 1/2 + e
C. 2 Cr3+ + 7 H2O Cr2O72- + 14 H+ + 6e.
D. Cr2O72- + 14 H+ 6 e + 2 Cr3+ + 7 H2O.
E. Fe3+ + e Fe2+

19) Tetapan kesetimbangan K dari reaksi ion.


Dapat dihitung dengan ungkapan RT ln K = nFE, dimana untuk reaksi di atas harga n
adalah;
A. 1.
B. 2.
C. 3.
D. 4.
E. 5.

20) Dalam reduksi sempurna dari 3 mol Cu2+ dan 2 mol Al, berdasarkan reaksi
2 Al + 3 Cu2+ 3 Cu + 2 Al3+
Energi bebas yang dilepaskan, pada keadaan standard, adalah:1158 kJ. Berdasarkan ini
maka EO dari sel: Al│Al3+ (a =1) ║Cu2+( a= 1) │Cu. Adalah
A. -1,00V.
B. + 1,00 V.
C. + 4,00 V.
D. + 2,00 V.
E. + 3,00V

219

Anda mungkin juga menyukai