BAB 1
DASAR-DASAR ELEKTROKIMIA
1.1 PENDAHULUAN
Elektrokimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari hubungan antara reaksi kimia dengan
arus listrik. Elektrokimia dapat diaplikasikan dalam berbagai keperluan manusia, seperti keperluan sehari–hari
dalam skala rumah tangga dan industri–industri besar seperti industri yang memproduksi bahan–bahan kimia
baik organik maupun anorganik, farmasi, polimer, otomotiv, perhiasan, pertambangan, pengolahan limbah
dan bidang analisis. Pengunaan elektrokimia diantaranya adalah:
Sel galvani yaitu sel yang didasarkan pada reaksi kimia yang dapat menghasilkan arus listrik, seperti
baterai, aki dan sel bahan bakar (fuel cell).
Sel elektrolisis, yaitu sel yang didasarkan pada reaksi kimia yang memerlukan arus listrik. Contoh
penggunaan sel elektrolisis yaitu:
Elektrodeposisi adalah pengendapan logam dipermukaan elektroda. Teknik ini digunakan untuk
pembuatan bahan nanoteknologi, elektroplating, pencegah korosi, perhiasan dan asesoris mobil.
Elektroanalisis adalah aplikasi elektrolisis untuk analisis, seperti: polarografi, voltametri, potensiometri,
Linear Sweep Voltammetry (LSV), Cyclic Voltammetry (CV), Differential Pulse Voltammetry (DPV), Normal
Pulse Voltammetry (NPV), Differential Normal Pulse Voltammetry (DNPV), Square Wave Voltammetry (SWV),
Anodic stripping voltammetry (ASV), Cathodic stripping voltammetry (CSV) dan Voltametri stripping adsorptif
(AdSV).
Elektrosintesis adalah sintesis senyawa organik dan anorganik dengan cara elektrolisis. Teknik ini dapat
mengatasi beberapa kelemahan sintesis dengan cara biasa. Beberapa senyawa organik dapat disintesis dengan
cara elektrosintesis antara lain asam asetat, adiponitril, tetra alkil plumbum dan tetrafluoro–p–xylen, sedangkan
sintesis senyawa anorganik antara lain Ti, Al, Na, MnO2 dan Cl2.
Elektrodegradasi adalah penguraian limbah organik dan anorganik. Penguraian limbah dengan teknik ini
lebih efisien dan hemat energi. Hasil akhir dari penguraian limbah organik adalah air dan gas CO2, sedangkan
limbah anorganik seperti logam–logam akan terendapkan di katoda. Logam yang sudah terendapkan di katoda,
dapat dipisahkan dengan melarutkan logam tersebut dalam asam kuat, kemudian dipisahkan menjadi logam
murni melalui pengendapan.
2 Elektrokimia dan Aplikasinya
Peralatan elektrokimia minimal terdiri dari tiga komponen penting yaitu anoda, katoda dan elektrolit.
Anoda adalah elektroda tempat berlangsungnya reaksi oksidasi, elektroda adalah konduktor yang digunakan
untuk bersentuhan dengan bagian atau media non–logam dari sebuah sirkuit (misal semikonduktor,
elektrolit). Anoda berupa logam penghantar listrik, pada sel elektrokimia anoda akan terpolarisasi jika arus listrik
mengalir ke dalamnya. Arus listrik mengalir berlawanan dengan arah pergerakan elektron. Pada sel galvani
(baterai) maupun sel elektrolisis, anoda merupakan tempat berlangsung reaksi oksidasi. Katoda merupakan
elektroda yang terpolarisasi jika arus listrik mengalir keluar darinya. Pada baterai biasa (baterai karbon–seng),
yang menjadi katoda adalah seng, yang juga menjadi pembungkus baterai. Sedangkan, pada baterai alkalin,
yang menjadi katoda adalah mangan dioksida (MnO2).
Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion–ionnya. Zat yang jumlahnya lebih
sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada
zat–zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan
dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk
larutan disebut pelarutan atau solvasi. Larutan terdiri dari larutan non elektrolit dan larutan elektrolit. Larutan
non elektrolit adalah larutan yang tidak menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan elektrolit adalah larutan
yang dapat menghantarkan arus listrik dengan mudah. Ion–ion merupakan atom–atom bermuatan elektrik.
Elektrolit dapat berupa senyawa garam, asam, atau amfoter. Beberapa gas tertentu dapat berfungsi sebagai
elektrolit, hal ini terjadi pada kondisi tertentu misalnya pada suhu tinggi atau tekanan rendah. Elektrolit kuat
identik dengan asam, basa, dan garam. Elektrolit merupakan senyawa yang berikatan ion dan kovalen polar.
Sebagian besar senyawa yang berikatan ion merupakan elektrolit sebagai contoh adalah garam dapur atau
NaCl. NaCl dapat menjadi elektrolit dalam bentuk larutan dalam sistem aqueous dan lelehan, sedangkan
dalam bentuk padatan senyawa ion tidak dapat berfungsi sebagai elektrolit.
Reaksi elektrokimia melibatkan perpindahan elektron–elektron bebas dari suatu logam kepada komponen
di dalam larutan. Kesetimbangan reaksi elektrokimia sangat penting dalam sel galvani (sel yang menghasilkan
arus listrik) dan sel elektrolisis (sel yang menggunakan/memerlukan arus listrik). Dalam bidang elektrokimia
antara sel galvani dan sel elektrolisis terdapat perbedaan yang nyata. Perbedaannya yaitu berhubungan dengan
reaksi spontan dan tidak spontan. Sel galvani secara umum terjadi reaksi spontan, sedangkan sel elektrolisis
terjadi reaksi tidak spontan. Reaksi spontan artinya reaksi elektrokimia tidak menggunakan energi atau listrik
dari luar, sedangkan reaksi tidak spontan yaitu reaksi yang memerlukan energi atau listrik. Beberapa parameter
untuk mengetahui reaksi spontan atau tidak spontan adalah parameter ΔGo, K dan Eosel seperti ditunjukkan
dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Hubungan antara ΔGo, K dan Eosel
ΔGo K Eosel Keadaan reaksi Aplikasi
Negatif >1 Positif Spontan Sel Galvani, baterai, aki
dan fuel sel
0 =1 0 Kesetimbangan –
Positif <1 Negatif Tidak spontan Elektroplating,
elektrodeposisi
elektrodegradasi,
elektroanalisis,
elektrosintesis,
nilai potensial elektroda standar dari elektroda yang mengalami oksidasi. Elektroda yang memiliki potensial
reduksi lebih kecil akan mengalami oksidasi, sebaliknya elektroda yang potensial reduksinya lebih besar akan
mengalami reduksi. Berdasarkan data potensial reduksi untuk Cu2+ dan Zn2+ masing–masing adalah 0,34 volt
dan –0,76 volt, sehingga reaksi yang terjadi pada sel di atas adalah:
Suatu sel elektrokimia dapat terjadi secara spontan atau tidak spontan, dapat diperkirakan dari nilai
potensial sel atau Eosel. Jika potensial sel berharga positif, maka reaksi redoks berlangsung spontan. Sebaliknya
jika potensial sel berharga negatif maka reaksi tidak berlangsung spontan. Karena nilai Eosel bernilai positif yaitu
(+1,10) maka reaksi berlangsung spontan.
Contoh Soal:
Hitung Eosel pada 25oC untuk Cd Cd2+ Cu2+ Cu
Jika diketahui data Eo Cu2+/Cu = +0,34 Volt dan Eo Cd2+/Cd = –0,40 Volt
Nilai Eosel dapat digunakan untuk menentukan nilai ΔGo dan K dengan persamaan Nernst.
Persamaan Nernst
Beda potensial antara elektroda kanan (reduksi) dan elektroda kiri (oksidasi) ditentukan dengan
perhitungan (Esel). Secara umum dapat dituliskan rumus berikut:
ΔG= –nFEsel dan ΔGo= –nFEosel (1.1)
= +0,80 volt dan E Cu /Cu = +0,34 Volt, berdasarkan data hitunglah E sel?
Nilai Eosel dapat digunakan untuk menentukan nilai ΔGo dan K dengan persamaan
Nernst.
Persamaan
4 Nernst Elektrokimia dan Aplikasinya
Beda potensial antara elektroda kanan (reduksi) dan elektroda kiri (oksidasi)
ditentukan dengan perhitungan (Esel). Secara umum dapat dituliskan rumus berikut:
Bila
ΔG=nilai–nFE DGL seldanpositif,
ΔGmaka
o ΔG negatif
= –nFE o dan reaksi berlangsung secara spontan. Sedangkan
(1.1) bila DGL
sel sel
sel negatif, ΔG positif dan reaksi berlangsung tidak spontan. Menurut kesetimbangan kimia,
Bila nilai DGL sel positif, maka ΔG negatif dan reaksi berlangsung secara spontan.
Sedangkan
ΔG=bila ΔGoDGL+ RT ln selQ negatif,
ΔG positif dan reaksi (1.2)berlangsung tidak spontan.
Menurut Bilakesetimbangan
perubahan energikimia, Gibbs dinyatakan sebagai potensial kimia, maka persamaan 1.2 dapat ditulis
menjadiΔG= ΔGo + RT ln Q (1.2)
Bila perubahan
µi = µio +energi RT ln aiGibbs
dinyatakan sebagai
potensial(1.3) kimia, maka persamaan
1.2 dapat ditulis menjadi
Jika nilai μ disubstitusi dengan persamaan 1.3, maka
µi = µio + iRT ln ai (1.3)
–nFE
Jika nilai μi disubstitusi
sel
=–nFE o
+ RT ln
sel dengan persamaan 1.3, maka
K (1.4)
–nFEsel =–nFEosel + RT ln K (1.4)
o RT
E sel = E sel − ln K (1.5) (1.5)
nF
Hubungan antara Esel dan Eosel ini disebut persamaan Nernst, dimana K adalah tetapan kesetimbangan
yang nilainya sama dengan perbandingan
o aktifitas spesi teroksidasi terhadap spesi tereduksi.
Hubungan antara Esel dan E sel ini disebut persamaan Nernst, dimana K adalah 3
tetapan kesetimbangan yang nilainya sama dengan perbandingan aktifitas spesi
teroksidasi terhadap
[a ] spesi tereduksi.
K = oksidasi (1.6)
[ a oksidasi
[ a ] ]
K= reduksi (1.6)
[ a reduksi ]
Pada kesetimbangan,
Pada kesetimbangan, nilaiEEsel adalah
nilai nol sehingga
sel adalah nol sehingga
o RT
E sel = ln K (1.7)
nF (1.7)
o
nFE sel
K =e RT
(1.8)
o
nFE sel
Dengan Kmenggunakan
= e RT persamaan
1.8, nilai K (1.8)
pada kesetimbangan dapat
ditentukan.
Dengan menggunakan persamaan 1.8, nilai K pada kesetimbangan dapat ditentukan.
Contoh Soal 1
o o
Dalam Contoh
sel berikut,
Soal 1 tentukan E sel dan ΔG . Apakah reaksi terjadi secara spontan
atau tidak spontan?
2Au (s) + 3Ca2+ (1M) 2Au3+ (1M) + 3Ca(s)
Dalam sel berikut, tentukan Eosel dan ΔGo. Apakah reaksi terjadi secara spontan atau tidak spontan?
Jawab:
Oksidasi
2Au(anoda) : 2Au (s)2Au3+ (1M)
(s) + 3Ca2+ (1M) 2Au+3+3Ca(s)
(1M) + 6e–
Reduksi (katoda) : 3Ca2+ (1M) + 6e–
Jawab: 3Ca(s)
Eo Au3+/Au = 1,5 V dan Eo Ca2+/Ca = –2,87 V, nilai ini dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Oksidasi
Eosel (anoda) : 2Au (s)
= Eo(katoda) 2Au3+ (1M) + 6e–
– Eo(anoda)
= :–2,87
Reduksi (katoda) 3Ca2+V(1M)
– 1,5 V–
+ 6e 3Ca(s)
= –4,37 V
Eo Au3+/Au = 1,5 V dan Eo Ca2+/Ca = –2,87 V, nilai ini dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Dari nilai Eosel = –4,37 V (negatif) dan ΔGo = 2,53 x 103 kJ/mol (positif), maka reaksi terjadi secara
tidak spontan.
Contoh Soal 2
Diketahui harga potensial reduksi standar logam Ag dan Cu sebagai berikut:
Ag+/Ag = +0,80 Volt
Cu2+/Cu = +0,34 Volt
Tentukan Eosel, ΔGo dan K dari reaksi berikut ini, apakah berlangsung spontan atau tidak spontan.
Jawab:
Jika dilihat dari nilai Eo (Tabel 1.2), maka dapat disimpulkan bahwa dari arah atas ke bawah senyawa atau
unsur semakin mudah mengalami oksidasi, sedangkan dari arah bawah ke atas senyawa atau unsur semakin
mudah mengalami reduksi.
Contohnya:
Campuran senyawa Br2/2Br– dengan Eo = 1,07 V dengan I2/2I– dengan Eo = 0,53 V, tentukan nilai Eosel?
Dari nilai Eo dapat dilihat senyawa yang mengalami oksidasi dan reduksi. Semakin basar nilai Eo atau
semakin positif maka senyawa tersebut semakin mudah mengalami reduksi. Artinya Br2 lebih mudah mengalami
reduksi dibandingkan dengan I2. Reaksi yang terjadi adalah:
Reduksi : Eo = +1,07 V
Br2(l) + 2e– 2Br– (aq)
Oksidasi : Eo = –0,53 V
2I– (aq) I2(s) + 2e–
Total : Eosel = +0,54 V
2I– (aq) + Br2(l) I2(s) + 2Br– (aq)
8 Elektrokimia dan Aplikasinya
Contoh Soal
Sel galvani menggunakan elektroda Mg dalam larutan 1,0 M Mg(NO3)2 dan elektroda Ag dalam larutan 1,0 M
AgNO3. Tentukan Esel pada suhu 25oC?
Berdasarkan Tabel 1.2, reaksi dan nilai Eosel adalah:
Eo = +0,80 V
Ag+(aq) + e– Ag(s)
Eo = –2,37 V
Mg2+(aq) + 2e– Mg(s)
Jawab:
Dari nilai Eo dapat dilihat bahwa logam Ag lebih mudah mengalami reduksi dibanding logam Mg.
Reduksi : Eo = +0,80 V
Ag+(aq) + e– Ag(s)
Oksidasi : Eo = +2,37 V
Mg(s) + 2e– Mg2+(aq)
Total : Eosel = +3,17 V
Mg(s) + 2Ag+(aq) Mg2+(aq) + Ag(s)
Atau:
Gambar 1.3 Perbedaan sel galvani dan sel elektrolisis, Va adalah potensial yang dihasilkan
dan Vb potensial yang diperlukan
10 Elektrokimia dan Aplikasinya
Baterai
Baterai adalah suatu sel listrik yaitu suatu alat yang dapat menghasilkan listrik dari reaksi kimia. Pada
hakekatnya, suatu baterai terdiri dari dua atau lebih sel yang dihubungkan secara urut atau paralel, tetapi
biasanya istilah yang digunakan untuk sel tunggal. Suatu sel terdiri dari suatu elektroda negatif, elektrolit untuk
menghantarkan ion, suatu pemisah, juga suatu ion penghantar dan elektroda positif. Elektrolit adalah berupa
cairan (terdiri dari air) atau nonaqueous (tidak terdiri dari air), cairan, pasta, atau bentuk padat. Ketika sel
dihubungkan dengan suatu beban eksternal atau alat berenergi mesin, elektroda negatif memberikan arus
elektron dan diterima oleh elektroda positif. Ketika beban eksternal dipindahkan maka reaksi akan berhenti.
Grafit (katoda)
Jika diketahui, sistem sel Zn/Zn2+//NH4+/MnO2/Mn2O3//C, tentukan apakah sistem tersebut termasuk sel
galvani atau sel elektrolisis?
Eo Zn2+/Zn = –0,763 V
Eo MnO2/Mn2O3 = + 0,800 V
Tentukan nilai:
Dasar-Dasar Elektrokimia 11
a) Esel
b) ΔG
c) Apakah reaksi terjadi secara spontan atau tidak spontan
Jawab:
Karena nilai Eosel positif, maka reaksi terjadi secara spontan, sehingga baterai termasuk sel galvani.
a. Baterai Primer
Baterai primer adalah baterai yang dapat mengkonversi bahan kimia menjadi listrik hanya sekali dan
kemudian dibuang, sedangkan baterai sekunder mengandung elektroda yang dapat diisi ulang dengan listrik
sehingga dapat menyimpan listrik dan dapat digunakan kembali beberapa kali. Salah satu contoh baterai sekunder
yaitu baterai perak–seng, yang mana mendominasi industri baterai sejak tahun 1960. Baterai mempunyai daya
jenis dan energi sangat tinggi, tetapi harganya mahal, karena menggunakan logam perak. Baterai ini masih
digunakan di dalam sarana (angkut) peluncuran roket dan torpedo. Mars Pathfinder juga menggunakan baterai
perak–seng, tetapi dirancang untuk dapat diisi ulang. Reaksi elektrokimia dituliskan seperti berikut:
b. Baterai Alkalin
Sebagian basar baterai yang tidak dapat diisi ulang adalah baterai alkalin. Lebih dari 1010 baterai alkalin
dihasilkan setiap tahun. Anoda baterai ini mengandung serbuk seng yang diimobilisasi dalam bentuk gel yang
kontak dengan larutan KOH (kerena itu dinamakan baterai alkalin). Katoda merupakan campuran antara MnO2
dengan grafit yang dipisahkan dengan anoda dengan menggunakan bahan berpori. Reaksi dalam sel sangat
komplek, merujuk pada reaksi yang tertera pada baterai primer.
12 Elektrokimia dan Aplikasinya
c. Baterai Nikel–Kadmium
Baterai nikel–kadmium merupakan baterai yang paling umum sejak tahun 1970. Baterai ini banyak
digunakan dalam semua satelit komunikasi komersil dan dalam beberapa roket untuk keperluan penelitian,
biasanya dibungkus secara efisien. Baterai ini dapat disimpan pada kendaraan angkasa luar dengan sangat
sederhana untuk mengurangi keperluan tempat. Sampai sekarang masih digunakan dalam satelit untuk misi
menghadapi radiasi terhadap lingkungan.
Baterai ini menggunakan nikel oksida sebagai elektroda positif (katoda), senyawa kadmium sebagai
elektroda negatif (anoda), dan larutan kalium hidroksida sebagai elektrolit. Baterai nikel–kadmium adalah
baterai yang dapat diisi ulang dan dapat digunakan berulang–ulang. Baterai nikel–kadmium mengubah energi
kimia menjadi energi listrik dan ketika digunakan mengubah energi listrik menjadi energi kimia melalui isi
ulang. Dalam keadaan penuh baterai Ni–Cd, katoda mengandung nikel hidroksida [Ni(OH)2] dan kadmium
hidroksida [Cd(OH)2] dalam anoda. Sedangkan baterai dalam keadaan diisi ulang, komposisi kimia di katoda
dipindahkan dan nikel hidroksida diubah menjadi nikel oksihidroksida [NiOOH]. Dalam anoda, kadmium
hidroksida diubah menjadi logam kadmium. Ketika baterai digunakan, prosesnya dibalik, seperti ditunjukkan
dalam reaksi berikut:
Katoda (+) :
2NiOOH(s) + 2H2O (l) + 2e– 2Ni(OH)2 + 2OH– (aq)
Anoda (–) :
Cd(s)+ 2OH– (aq) Cd(OH)2 + 2e–
Total :
Cd + 2H2O + 2NiOOH 2Ni(OH)2 + Cd(OH)2
d. Baterai Nikel–Hidrogen
Baterai nikel–hidrogen merupakan baterai yang paling popular digunakan. Baterai ini merupakan
gabungan antara baterai nikel–kadmium dengan sel bahan bakar. Elektroda kadmium digantikan dengan gas
hidrogen. Secara bentuknya baterai ini berbeda dengan baterai nikel–kadmium, karena dilengkapi dengan
tekanan gas hidrogen. Baterai nikel–hidrogen lebih baik dibanding nikel–kadmium, tetapi lebih sulit dalam
desainnya.
Baterai nikel–hidrogen sering dibingungkan dengan baterai nikel–logam hidrida yaitu baterai yang
digunakan dalam telepon genggam dan laptop. Baterai nikel–hidrogen sama dengan baterai nikel–kadmium,
menggunakan elektrolit yang sama yaitu larutan kalium hidroksida.
e. Baterai Litium
Sistem baterai ini berbeda dengan baterai lain, karena tidak menggunakan air sebagai elektrolit. Baterai
ini menggunakan elektrolit bukan air, yaitu larutan organik dan garam litium yang sangat baik konduktifitasnya.
Sistem ini menghasilkan potensial sel yang lebih tinggi dibanding dengan elektrolit air. Tanpa air, evolusi
gas hidrogen dan oksigen dapat dikurangi dan sel dapat dijalankan pada potensial yang tinggi. Baterai ini
dikembangkan dengan menggunakan logam litium sebagai anoda. Katoda dibuat dari bahan seperti karbon
monofluorida, tembaga oksida atau vanadium pentoksida.
Untuk memperoleh kecepatan isi ulang yang tinggi, dikembangkan katoda cair. Beberapa contoh seperti
litium–thionil klorida dan litium–sulfur dioksida. Baterai jenis ini banyak digunakan dalam peralatan militer.
Dasar-Dasar Elektrokimia 13
Baterai ini merupakan gabungan antara baterai Ni–Cd dan NiH2. Baterai ini tidak tersedia
secara komersial karena penggunaan gas hidrogen sehingga sulit dalam desainnya. Dalam perkembangannya
baterai Ni–MH, anoda terbuat dari logam aloi seperti V, Ti, Zr, Ni, Cr, Co, dan Fe.
Anoda : Nikel alloi dengan beberapa logam
Katoda : Nikel oksihidroksida
Elektrolit : Kalium hidroksida
Potensial yang dihasilkan adalah 1,35 Volt dengan reaksi seperti berikut:
Katoda : Eo = 0,83 V
MH + OH– M + H 2O + e –
Anoda : Eo = 0,52 V
NiOOH + H2O + e– Ni(OH)2 +OH–
Total :
NiOOH + MH Ni(OH)2 + M Eosel = 1,35 V
Baterai nikel/logam hidrida menggunakan pasta KOH sebagai elektrolit. Elektrolit KOH dapat
memindahkan ion OH– dan menyeimbangkan muatan. Pengembangan khusus elektroda hidrida mengikuti
ciri–ciri seperti berikut: (1) waktu hidup yang panjang (2) kapasitas tinggi, (3) kecepatan isi ulang dan pemakaian
pada potensial tetap.
Contoh-contoh produk baterai yang sedang berkembang dan dipakai ditunjukkan pada Gambar 1.5.
g. Baterai Pb Asam
Jenis baterai ini banyak digunakan dalam perlengkapan kendaraan bermotor. Baterai ini dapat diisi ulang
dan digunakan berkali–kali. Baterai ini dibuat dari anoda logam Pb dan katoda dari PbO2 dengan elektrolit
asam sulfat encer.
Katoda :
PbO2(s)+HSO4(aq)+3H+(aq) + 2e– PbSO4(s) + 2H2O(l)
Anoda :
Pb (s) + HSO4 (aq) PbSO4 (s) + H+(aq) + 2e–
Total :
PbO2(s)+Pb(s)+2HSO4(aq)+2H+(aq) 2PbSO4(s)+2H2O(l)
Baterai Pb asam dapat diisi ulang, dengan memberikan arus listrik, sehingga terjadi reaksi kimia kebalikan
dari reaksi kimia di atas. Eosel pada baterai Pb asam adalah:
Eosel = Eoreduksi (katoda) – Eooksidasi (anoda)
= (+1,685 V) – (–0,356 V) = 2,041 V
sel bahan bakar. Secara jelas dikatakan bahwa sel bahan bakar bukan baterai karena tidak berada pada satu
sistem (self contained system).
Sel bahan bakar melibatkan reaksi antara gas H2 dengan O2, membentuk air yang merupakan satu–
satunya bahan kimia hasil reaksi. Sel ini dapat menghasilkan listrik dua kali lebih efisien sebagai alat terbaik
untuk bahan bakar mesin.
Sel bahan bakar banyak digunakan untuk kendaraan bermotor yang tidak menghasilkan gas buangan (no
emission). Seperti ditunjukkan pada Gambar 1.7.
Contoh soal
Suatu sel bahan bakar dengan data sebagai berikut:
Eo O2/OH– = + 0,40 V (reduksi)
E H2O/H2
o
= – 0,83 V (oksidasi)
Tentukan:
Eosel
ΔGo
Spontan atau tidak spontan
Dasar-Dasar Elektrokimia 17
Jawab:
Anoda : Eo = 0,83 V
2H2(g) + 4OH−(aq) 4H2O(l) + 4e−
Katoda Eo = 0,40 V
O2(g) + 2H2O(l) + 4e− 4OH−(aq)
:
Total :
2H2(g) + O2(g) 2H2O(l)
Eosel = 1,23 V
Eosel yang bernilai positif menunjukkan reaksi terjadi secara spontan. Oleh karena itu, jika gas hidrogen
dan gas oksigen direaksikan secara elektrokimia akan dihasilkan energi dan air.
Secara umum ada dua sistem sel bahan bakar H2–O2 yaitu dalam keadaan basa dan asam. Dalam
keadaan asam reaksi dapat dituliskan seperti berikut:
Katoda :
O2(g) + 4H+ + 4e− 2H2O (l)
Anoda :
2H2(g) 4H+ + 4e−
Total :
2H2(g) + O2(g) 2H2O(l)
Katoda :
O2(g) + 2H2O(l) + 4e− 4OH−(aq)
Anoda :
2H2(g) + 4OH−(aq) 4H2O(l) + 4e−
Total :
2H2(g) + O2(g) 2H2O(l)
Sel bahan bakar ini dikenal dengan nama sel PEM atau proton exchange membrane, dimana anoda
dan katoda dipisahkan dengan membran polimer yang tipis, membran ini permeabel untuk proton tetapi tidak
untuk elektron. Membran polimer hampir sama fungsinya dengan jembatan garam (salt bridge). Sel ini dapat
dijalankan pada suhu 80oC. Pada suhu rendah atau temperatur kamar reaksi terjadi secara perlahan, umumnya
menggunakan katalis platinum. NASA menggunakan sel bahan bakar dari hidrogen sebagai sumber energi
pada kendaraan ruang angkasa. Cairan hidrogen dan oksigen disimpan sebagai bahan bakar, dan hasil reaksi
akan menghasilkan air sebagai minuman awak pesawat ruang angkasa (Brown et al. 2006).
Katoda :
3/2O2 (g) + 6H+(aq) + 6e– 3H2O (g)
Anoda :
CH3OH (l) + H2O (g) CO2 (g) + 6H+ + 6e–
Total :
CH3OH (g) + 3/2O2 (g) CO2 (g) + 2H2O (g)
Menurut Lamy et al. (2001), reaksi oksidasi elektrokimia etanol di anoda adalah:
= 97,3 kJmol–1
Potensial anoda dapat dihitung seperti berikut:
–ΔG–
E= = 0,084 V vs SHE
12 F
Penggunaan jenis elektroda sangat menentukan reaksi yang terjadi pada sel elektrolisis. Elektrolisis larutan
dengan elektroda inert, reaksi yang terjadi di anoda dan katoda adalah sebagai berikut:
1. Reaksi di katoda
a. Kation logam dari golongan IA, IIA, IIIA, Aluminium, dan Mn tidak dapat tereduksi dalam pelarut air,
sehingga air yang mengalami reaksi reduksi sebagai berikut:
20 Elektrokimia dan Aplikasinya
Reaksi oksidasi di anoda akan menghasilkan gas oksigen, sedangkan reaksi reduksi di katoda akan
menghasilkan gas hidrogen. Potensial (Eosel) dari keseluruhan reaksi adalah –1,23 V. Hasil perhitungan di atas
dapat juga ditunjukkan dengan menggunakan persamaan:
Dasar-Dasar Elektrokimia 21
Contoh soal:
Sintesis MnO2 murni dari MnSO4 murni, diketahui data sebagai berikut:
Eo MnO2/Mn2+ = + 1,280 V
Eo H+/H2 = 0 V
Tentukan:
a) Eosel
b) ΔG
c) Apakah reaksi berlangsung secara spontan atau tidak spontan?
Katoda :
TiO2 + 4e– Ti + 2O2–
Anoda :
C + 2O2– CO2 + 4e–
Total :
TiO2 + C Ti + CO2
Anoda : Eo = 0,788 V
CH3CH2OH+4OH– CH3COOH+3H2O + 4e–
Katoda : Eo = –0,828 V
4H2O + 4e– 4OH– + 2H2(g)
Total : Eosel = –0,039 V
CH3CH2OH(l)+ H2O(l) CH3COOH(l) + 2H2(g)
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai Esel pada reaksi oksidasi etanol dalam larutan alkali ialah
–0,039 V. Tanda negatif pada Esel menunjukkan bahwa reaksi berlangsung secara tidak spontan. Oleh karena
itu, untuk menghasilkan asam asetat dari etanol dalam larutan alkali secara teori diperlukan potensial sebesar
0,039 V. Reaksi oksidasi etanol menjadi asam asetat dalam larutan asam adalah:
Dasar-Dasar Elektrokimia 23
Hasil perhitungan dari data–data ∆Gof didapatkan nilai ∆Go ialah 15,40 kJmol–1 dan nilai Eo = –0,080 V.
Reaksi oksidasi elektrokimia etanol menjadi asam asetat dalam larutan asam adalah:
Anoda Eo = +0,080 V
CH3CH2OH+H2O CH3COOH+4H+ + 4e–
Katoda Eo = –0,828 V
4H2O + 4e– 4OH– + 2H2(g)
Total Eosel = –0,748 V
CH3CH2OH(l)+H2O(l) CH3COOH(l)+2H2(g)
Iwasita (2002) telah menyampaikan data potensial untuk menghasilkan gas karbon dioksida (CO2) dari
etanol dengan tujuan pembuatan sel bahan bakar seperti berikut:
E = 1,1 V vs Ag/AgCl
pH = 9,1
1,3 d
dihidroksi aseton
a
Gliserol
Gamba
ar 1.12 Berrbagai kemmungkinan hasil elekttrooksidasii gliserol
Gambar 1.12 Berbagai
Sumkemungkinan
ber: Demirhasil
iral etelektrooksidasi
2007) gliserol
al. (2
Sumber: Demiral et al. (2007)
1.5 AIR
R SEBAGA
AI SUMBE
ER ENERG
GI
Gas H2 Gas O2
Lempeng-lempeng Lempeng-lempeng
Platinum (katoda) Platinum(anoda)
H 2O H 2O
Sampai sekarang ini banyak peneliti di dunia belum berhasil mendapatkan gas hidrogen secara ekonomis,
karena dalam sel elektrolisis diperlukan energi listrik, katalis atau elektroda yang sesuai dan elektrolit sebagai
bahan campuran air. Jika air saja langsung dielektrolisis maka prosesnya sangat lambat. Untuk mempercepat
26 Elektrokimia dan Aplikasinya
terurainya air menjadi gas hidrogen diperlukan larutan asam, basa atau garam, untuk meningkatkan sifat
konduktor air. Proses ini sangat penting dalam pemanfaatan air sebagai bahan bakar alternatif. Karena itu
banyak peneliti belum berhasil dalam tahap ini.
Pemanfaatan air sebagai bahan bakar alternatif tidak berhenti sampai disini. Setelah terbentuk gas
hidrogen, maka langkah selanjutnya adalah memasukkan gas hidrogen dan gas oksigen dalam sel yang dikenal
dengan sel bahan bakar (fuel cell). Proses ini sama dengan proses yang terjadi pada baterai. Pertemuan antara
gas hidrogen dan gas oksigen akan menghasilkan energi dan air (reaksinya spontan) dengan reaksi kimia:
2H2(g) + O2(g) 2H2O(l)
Energi yang dihasilkan dapat dikonversi dalam bentuk energi listrik dan energi lain sesuai dengan
keperluan. Proses ini tidak menghasilkan bahan pencemar dan gas buang, karena hanya menghasilkan air
yang aman dan dapat digunakan kembali untuk proses awal. Oleh karena itu, proses ini dikenal dengan blue
energy. Banyak negara yang sudah menggunakan gas hidrogen sebagai bahan bakar mobil, tetapi gas hidrogen
tidak diperoleh dari air, melainkan dari minyak bumi. Aplikasi sel elektrolisis untuk kehidupan manusia
seperti elektroanalisis, elektroindustri, elektrodeposisi/elektroplating, elektrosintesis dan elektrodegradasi akan
dijelaskan dalam bab–bab berikutnya dalam buku ini.
10 Oksidasi dan Reduksi
Pentingnya reaksi oksidasi-reduksi dikenali sejak awal kimia. Dalam oksidasi-
reduksi, suatu entitas diambil atau diberikan dari dua zat yang bereaksi.
Situasinya mirip dengan reaksi asam basa. Singkatnya, reaksi oksidasi-
reduksi dan asam basa merupakan pasangan sistem dalam kimia. Reaksi
oksidasi reduksi dan asam basa memiliki nasib yang sama, dalam hal
keduanya digunakan dalam banyak praktek kimia sebelum reaksi ini
dipahami. Konsep penting secara perlahan dikembangkan: misalnya, bilangan
oksidasi, oksidan (bahan pengoksidasi), reduktan (bahan pereduksi), dan
gaya gerak listrik, persamaan Nernst, hukum Faraday tentang induksi
elektromegnet dan elektrolisis. Perkembangan sel elektrik juga sangat
penting. Penyusunan komponen reaksi oksidasi-reduksi merupakan praktek
yang penting dan memuaskan secara intelektual. Sel dan elektrolisis adalah
dua contoh penting, keduanya sangat erat dengan kehidupan sehari-hari dan
dalam industri kimia.
Karena udara mengandung oksigen dalam jumlah yang besar, kombinasi antara zat dan oksigen,
yakni oksidasi, paling sering berlangsung di alam. Pembakaran dan perkaratan logam pasti telah
menatik perhatian orang sejak dulu.
Namun, baru di akhir abad ke- 18 kimiawan dapat memahami pembakaran dengan sebenarnya.
Pembakaran dapat dipahami hanya ketika oksigen dipahami. Sampai doktrin Aristoteles bahwa
udara adalah unsur dan satu-satunya gas ditolak, mekanisme oksidasi belum dipahami dengan
benar.
Kemungkinan adanya gas selain udara dikenali oleh Helmont sejak awal abad ke-17. Metoda
untuk memisahkan gas tak terkontaminasi dengan uap menggunakan pompa pneumatik dilaporkan
oleh Hales di sekitar waktu itu. Namun, walau telah ada kemajuan ini, masih ada satu miskonsepsi
yang menghambat pemahaman peran oksigen dalam pembakaran. Miskonsepsi ini adalah teori
flogiston yang telah disebutkan di Bab 1.
Teori ini dinyatakan oleh dua kimiawan Jerman, Georg Ernst Stahl (1660-1734) dan Johann
Joachim Becher. Menurut teori ini, pembakaran adalah proses pelepasan flogiston dari zat yang
terbakar. Asap yang muncul dari kayu terbakar dianggap bukti yang baik teori ini. Massa abu
183
setelah pembakaran lebih ringan dari massa kayu dan ini juga konsisten dengan teori flogiston.
Namun, ada kelemahan utama dalam teori ini. Residu (oksida logam) setelah pembakaran logam
lebih berat dari logamnya.
Priestley dan Scheele, yang menemukan oksigen di akhir abad ke-18, adalah penganut teori
flogiston . Jadi mereka gagal menghayati peran oksigen dalam pembakaran. Sebaliknya, Lavoiseur,
yang tidak terlalu mengenali teori ini, dengan benar memahamo peran oksigen dan mengusulkan
teori pembakaran baru yakni oksidasi atau kombinasi zat terbakar dengan oksigen.
Ia mendukung teroinya dengan percobaan yang akurat dan kuantitatif yang jauh lebih baik dari
standar waktu itu. Ia menyadari bahwa penting untuk memperhatikan kuantitas gas yang terlibat
dalam reaksi untuk memahami reaksi kimia dengan cara kuantitatif. Jadi ia melakukan reaksinya
dalam wadah tertutup. Peran oksigen dalam pembakaran dikenali Lavoiseur; oksidasi-reduksi
didefinisikan sebagai beriku.
b Peran hidrogen
Ternyata tidak semua reaksi oksidasi dengan senyawa organik dapat dijelaskan dengan pemberian
dan penerimaan oksigen. Misalnya, walaupun reaksi untuk mensintesis anilin dengan mereaksikan
nitrobenzen dan besi dengan kehadiran HCl adalah reaksi oksidasi reduksi dalam kerangka
pemberian dan penerimaan oksigen, pembentukan CH3CH3 dengan penambahan hidrogen pada
CH2=CH2, tidak melibatkan pemberian dan penerimaan oksigen. Namun, penambahan hidrogen
berefek sama dengan pemberian oksigen. Jadi, etena direduksi dalam reaksi ini. Dengan kata lain,
juga penting mendefinisikan oksidasi-reduksi dalam kerangka pemberian dan penerimaan
hidrogen.
184
c Peran elektron
Pembakaran magnesium jelas juga reaksi oksidasi-reduksi yang jelas melibatkan pemberian dan
penerimaan oksigen.
Reaksi antara magnesium dan khlorin tidak diikuti dengan pemberian dan penerimaan oksigen.
Namun, mempertimbangkan valensi magnesium, merupakan hal yang logis untuk menganggap
kedua reaksi dalam kategori yang sama. Memang, perubahan magnesium, Mg → Mg2++ 2e–,
umum untuk kedua reaksi, dan dalam kedua reaksi magnesium dioksidasi. Dalam kerangka ini,
keberlakuan yang lebih umum akan dicapai bila oksidasi-reduksi didefinisikan dalam kerangka
pemberian dan penerimaan elektron.
Bila kita menggunakan definisi ini, reaksi oksidasi-reduksi dapat dibagi menjadi dua, satu adalah
reaksi oksidasi, dan satunya reaksi reduksi. Jadi,
Masing-masing reaksi tadi disebut setengah reaksi. Akan ditunjukkan bahwa reaksi oksidasi
reduksi biasanya paling mudah dinyatakan dengan setengah reaksi (satu untuk oksidan dan satu
untuk reduktan).
185
Tuliskan reaksi oksidasi asam oksalat (COOH)2 menghasilkan CO2 dan air dengan tiga cara; serah
terima oksigen, hidrogen dan elektron. Isilah titik-titik dengan rumus kimia dan koefisien yang
tepat.
Jawab
(1) oksigen: H2O terbentuk dari dua H dari asam oksalat dan satu O dari oksidan
(2) hidrogen: secara formal asam oksalat memberikan dua hidrogen dan CO2
(3) elektron: metoda untuk menyusun reaksi jenis ini akan dibahas selanjutnya
Oksidasi reduksi seperti dua sisi dari selembar kertas, jadi tidak mungkin oksidasi atau reduksi
berlangsung tanpa disertai lawannya. Bila zat menerima elektron, maka harus ada yang
mendonorkan elektron tersebut.
Dalam oksidasi reduksi, senyawa yang menerima elektron dari lawannya disebut oksidan (bahan
pengoksidasi sebab lawannya akan teroksidasi. Lawan oksidan, yang mendonorkan elektron pada
oksidan, disebut dengan reduktan (bahan pereduksi) karena lawannya (oksidan tadi tereduksi.
Di antara contoh di atas, magnesium, yang memberikan elektron pada khlorin, adalah reduktan,
dan khlorin, yang menerima elektron dari magnesium, adalah reduktan. Umumnya, unsur
186
elektropositif seperti logam alkali dan alkali tanah adalah reduktan kuat; sementara unsur
elektronegatif seperti khlorin adalah oksidan yang baik.
Suatu senyawa dapat berlaku sebagai oksidan dan juga reduktan. Bila senyawa itu mudah
mendonorkan elektron pada lawannya, senyawa ini dapat menjadi reduktan. Sebaliknya bila
senyawa ini mudah menerima elektron, senyawa itu adalaj oksidan. Tabel 10.1, mendaftarkan
setengah reaksi oksidan dan reduktan yang umum.
Oksidan
I2(aq) + 2 e– → 2I–(aq)
Br2(aq) + 2e– → 2Br–(aq)
Cr2O72–(aq) + 14H+(aq) + 6e– → 2Cr3+(aq) + 7H2O(l)
Cl2(aq) + 2e– → 2Cl–(aq)
MnO4–(aq) + 8H+(aq) + 5e– → Mn2+(aq) + 4H2O(l)
S2O82–(aq) + 2e– → 2SO42–(aq)
Reduktan
Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e–
H2(g) → 2H+(aq) + 2e–
H2S(aq) → 2H+(aq) + S(s) + 2e–
Sn2+(aq) → Sn4+(aq) + 2e–
Fe2+(aq) → Fe3+(aq) + e–
e Bilangan oksidasi
Besi adalah reduktan yang baik dan besi menjadi Fe2+ atau Fe3+ bergantung kondisi reaksi.
Jadi, penting untuk menyatakan dengan jelas jumlah elektron yang diserahkan atau diterima.
Untuk keperluan ini, suatu parameter, bilangan oksidasi didefinisikan. Bilangan oksidasi untuk
unsur monoatomik adalah muatan atom tersebut. Bilangan oksidasi Fe, Fe2+ dan Fe3+ adalah 0, +2
dan +3.
Untuk memperluas konsep bilangan oksidasi pada molekul poliatomik, penting untuk mengetahui
distribusi elektron dalam molekul dengan akurat. Karena hal ini sukar, diputuskan bahwa muatan
187
formal diberikan pada tiap atom dengan menggunakan aturan tertentu, dan bilangan oksidasi
didefinisikan berdasarkan muatan formal. Ringkasan definisinya diberikan sebagai berikut.
Dalam peleburan timbal dari bijihnya (timbal sulfida) reaksi reduksi oksidasi dua tahap berikut
terjadi. Tunjukkan oksidan dan reduktan dalam reaksi ini dan tentukan bilangan oksidasi masing-
masing atomnya.
Jawab
Tahap pertama reaksi, bilangan oksidasi S berubah dari -2 ke +4, dengan demikian S dioksidasi.
Jadi PbS adalah reduktan. Bilangan oksidasi O turun dari 0 ke -2. Jadi oksigen adalah oksidan. Di
tahap kedua, bilangan oksidasi C berubah dari +2 ke +4, dan dengan demikian C dioksidasi. Jadi
CO adalah reduktan. Bilangan oksidasi Pb turun dari +2 ke 0. Jadi PbO adalah oksidan. Dalam
peleburan logam semacam besi, CO sering menjadi reduktan.
Persamaan oksidasi reduksi seperti dalam Tabel 10.1 dapat dengan mudah dibuat dengan
prosedur berikut.
188
Penyusunan setengah reaksi oksidasi reduksi
(1) Tuliskan persamaan perubahan oksida dan reduktan.
(2) Setarakan jumlah oksigen di kedua sisi persamaan dengan menambahkan sejumlah tepat H2O.
(3) Setarakan jumlah hidrogen di kedua sisi persamaan dengan penambahan jumlah H+ yang tepat.
(4)Setarakan muatannya dengan menambahkan sejumlah elektron.
Sekali setengah reaksi telah disusun, mudah untuk menyusun persamaan reduksi oksidasi
keseluruhan. Dalam oksidasi reduksi, penurunan bilangan oksidasi oksidan dan kenaikan bilangan
oksidasi reduktan harus sama. Hal ini sama dengan hubungan ekivalen dalam reaksi asam basa.
Sebagai contoh, reaksi oksidasi iodin dengan kalium permanganat KMnO4 adalah sebagai berikut.
a) MnO4– → Mn2+
e) I– → 1/2 I2
f) I– → 1/2 I2 + e–
Catat bahwa reaksi kedua ini dikalikan dua untuk menghindari pecahan.
189
(3) Jumlah reaksi oksidan dan reduktan
Persamaan di atas didapatkan dengan menambahkan sejumlah ion lawan ke kedua sisi persamaan
sehingga semua ion yang terlibat akan melengkapi persamaan okisdasi reduksi ini.
C6H5CH3 dioksidasi menjadi asam benzoat C6H5COOH dengan KMnO4 dalam H2SO4. Tuliskan
persamaan oksidasi reduksinya.
Jawab
Persamaan untuk oksidannya telah diberikan di atas. Persamaan bagi reduktan (toluen) diperoleh
sebagai berikut.
d) persamaan untuk oksidan ini dikalikan 6, dan untuk reduktan dikalikan 5 sehingga jumlah
elektron yang terlibat di kedua reaksi identik (= 30).
190
5C6H5CH3 + 10H2O → 5C6H5COOH + 30H++30e–
Jumlah kuantitatif oksidan dan reduktan sehingga reaksi oksidasi reduksi oksidasi lengkap mirip
dengan stoikiometri asam basa.
Prinsio yang terlibat dalam titrasi oksidasi reduksi secara prinsip identik dengan dalam titrasi asam
basa. Dalam titrasi reduksi oksidasi, pilihan indikatornya untuk menunjukkan titik akhir terbatas.
Kadang hantaran larutan digunakan sebagai indikator.
Larutan hidrogen peroksida komersial H2O2 diencerkan 150 kali. 25,0 cm3 sampel larutan dititrasi
dengan larutan KMnO4 0,02 mol dm–3, dan 26,3 cm3 diperlukan untuk mencapai titik akhir.
Hitung konsentrasi molar (mol dm–3) H2O2.
Jawab
Hidrogen peroksida berperan sebagai reduktan dalam reaksi ini, setengah reaksinya adalah
Ini berarti 5 mol H2O2 dan 2 mol KMnO4 ekivalen satu sama lain. Konsentrasi molar MR
hidrogen peroksida dihitung sebagai berikut.
191
5 x 0,02 (mol dm–3) x 26,3 x 10–3 (dm3)= [2 x MR (mol dm–3) x 25,0 x 10–3 (dm3)]/150
a Struktur sel
Bila Anda celupkan dua logam dengan kecenderungan ionisasi yang berbeda dalam larutan
elektrolit (larutan elektrolit), dan menghubungkan kedua elektroda dengan kawat, sebuah sel akan
tersusun (Gambar 10.1). Pertama, logam dengan kecenderungan lebih besar terionisasi akan
teroksidasi, menghasilkan kation, dan terlarut dalam larutan elektrolit. Kemudian elektron yang
dihasilkan akan bermigrasi ke logam dengan kecenderungan ionisasi lebih rendah melalui kawat.
Pada logam dengan kecenderungan ionisasi lebih rendah, kation akan direduksi dengan menerima
elektron yang mengalir ke elektroda.
Gambar 10.1 Diagram skematik sel. Logam dengan kecenderungan ionisasi lebih besar disebut elektroda
negatif dan elektroda dengan kecenderungan ionisasi rendah disebut elektroda positif.
Di abad ke-18, arah arus listrik ditentukan sembarang sehingga arus mengalir dari logam dengan
kecenderungan ionisasi rendah ke yang kecenderungan ionisasinya lebih tinggi. Harus diakui, di
waktu itu, siafat arus listrik sebenarnya, yakni aliran elektron, belum diketahui. Sebenarnya arus
192
adalah kebalikan dari arah aliran elektron. Elektroda tujuan arus disebut dengan elektroda negatif
dan asal arus disebut elektroda positif.
Gambar 10.2 menunjukkan mekanisme sel yang paling populer, sel Daniell, yang ditemukan oleh
kimiawan Inggris John Frederic Daniell (1790-1845).
Gambar 10.2 Sel Daniell cell. Elektrode negatif terdiri atas zink/zink sulfat dan elektroda positifnya adalah
elektroda tembaga/tembaga sulfat.
Dalam sel Daniell, dua elektroda logam dicelupkan dalam larutan logam sulfatnya. Elektroda
negatif terdiri atas zink dan larutan zink sulfat dalam air, dan elektroda positifnya terdiri atas
tembaga dan larutan tembaga sulfat dalam air. Kedua elektroda ini biasanya ditandai sebagai
Zn/ZnSO4(aq) dan Cu/CuSO4(aq). Kadang simbol lebih sederhana,yakni Zn/Zn2+, juga
digunakan.
Pelat berpori atau material yang mirip digunakan untuk memisahkan kedua larutan dan pada saat
yang sama memungkinkan kation bermigrasi dari elektroda negatif ke elektroda positif.
193
Di sini zink dioksidasi, dan dengan demikian elektroda zink adalah elektroda negatif. Pada
elektroda tembaga, reaksi berikut berlangsung.
Di sini tembaga direduksi dan dengan demikian tembaga adalah elektroda positif.. Reaksi total
adalah sebagai berikut.
atau
Perbedaan potensial yang diamati bervariasi dengan jenis bahan elektroda dan konsentrasi serta
temperatir larutan elektrolit. Untuk sel Daniell, potensial pada 25 C° adalah 1,10 V ketika
konsentrasi ion Zn2+ dan Cu2+ sama.
a Standarisasi potensial
Bila elektroda Cu/CuSO4 dalam sel Daniell diganti dengan elektroda Ag/AgNO3, potensial sel
adalah 1,56 V, yang lebih besar dari potensial sel Daniell. Jadi potensial sel bervariasi dengan
cukup besar bergantung jenis bahan elektroda. Jadi, metoda berikut digunakan untuk
membandingkan potensial berbagai jenis sel.
Standardisasi potensial
(1) Kosentrasi dan temperatur larutan elektrolit dipertahankan pada konsisi tetap, yakni 1 molar
dan 25 C (S.T.P). Nilai percobaan diekstrapolasikan ke nilai standar ini.
(2) Sebuah sel disusun dengan elektroda umum yang berperan sebagai elektroda standar.
(3) Potensial sel ditentukan termasuk tandanya (yakni elektroda mana yang akan berperan sebagai
elektroda positif ditentukan).
(4) Berdasarkan definisi, kontribusi elektroda standar pada potensial sel adalah nol. Maka
perbedaan potensial adalah nilai khas elektroda tersebut. Nilai ini yang disebut dengan potensial
194
elektroda normal elektroda tersebut.
(5) Potensial sel sama dengan jumlah potensial standar elektrodanya.
Dalam elektroda hidrogen normal, yang terdiri atas hidrogen dan asam khlorida, H2 (g,1 atm)/H+
(HCl, 1 mol dm–3), digunakan sebagai elektroda standar. Dalam elektroda ini, gas hidrogen
berkontak dengan larutan yang mengandung proton (biasanya asam khlorida). Karena hidrogen
bukan konduktor, pelat platina teraktivasi digunakan sebagai pelat elektroda. Reaaksi elektrodanya
adalah
1/2 H2 ⇄ H+ + e– (10.13)
Diasumsikan bahwa platina akan mengkatalisis pemecahan molekul hidrogen menjadi atom
hodrogen. Kemudian sangat besar kemungkinannya atom hidrogen ini akan terlibat dalam reaksi
elektroda.
Potensial sel yang terdiri atas pasangan elektroda hidrogen normal (H/H+) dan elektroda
Zn/ZnSO4 dinormalkan (Gambar 10.3) adalah -0,763 V. Catat bahwa reaksi elektroda yang terjadi
adalah
Bukan.
Namun, dengan memperhatikan kecenderungan ionisasi, yang bawah yang lebih mungkin terjadi.
Nilai negatif potensial menunjukkan bahwa kesukaran terjadinya reaksi pertama.
195
Gambar 10.3 Potensial elektroda standar. Dari percobaan ini, potensial elektroda reaksi
1/2 H2 + 1/2 Zn2+→ H+ + 1/2 Zn dapat diperoleh. Potensial elektroda hidrogen didefinisikan nol.
Sel yang dibuat dengan pasangan Cu/CuSO4 dan elektroda hidrogen normal berpotensial +0,337
V. Reaksi total selnya adalah.
Dari sudut pandang kemudahan ionisasi, reaksi lebih mungkin dalam arah sebaliknya. Nilai positif
potensial terukur menunjukkan hal ini. Nilai terukur potensial sel Daniell, 1,1 V, berkaitan dengan
perbedaan potensial elektroda normal dua elektroda. Jadi,
196
Tabel 10.2 Potensial elektroda normal, V (sebagai larutan dalam air, 25°C)
197
Berdasarkan conth di atas, diharapkan bahwa elektroda yang terbuat dari logam dengan
kecenderungan ionisasi besar akan memiliki potensial elektroda normal negatif besar dan
elektroda yang terbuta dari halogen dengan keelektronegativan besar akan memiliki potensial
elektroda positiif. Dan faktanya memang potensial elektroda berikut
Li+ + e– ⇄ Li (10.18)
Beturut-turut adalah -3,045 V dan +2,87 V. Anda dapat memahami strategi untuk membuat sel
dengan potensial tinggi. Kombinasi elektroda Li dan elektroda fluorin adalah salah satu
kemungkinan untuk mencapai tujuan ini. Jelas diperlukan kehati-hatian untuk memastikan sel
seperti ini aman. Elektroda logam alkali/alkali tanah digunakan dalam sel alkali, yang digunakan
dengan meluas.
Jawab:
c Persamaan Nernst
Kebergantungan potensial elektroda pada konsentrasi telah dibahas. Untuk persamaan sel umum,
aA +bB ⇄ xX + yY (10.20)
198
E = Eθ - (RT/nF) ln([X]x[Y]y)/([A]a[B]b) (10.21)
Eθ adalah potensial elektroda normal (potensial elektroda semua zat dalam reaksi sel dalam
keadaan standar), n jumlah elektro yang terlibat dalam reaksi, F adalah tetapan Faraday, [A]. dsb,
adalah konsentrasi molar masing-masing ion yang terlibat.14
K2Cr2O7/ H2SO4 adalah oksidan yang dikenal baik, dan reaksi elektrodanya adalah
Hitung potensial elektroda ini pada kondisi berikut. (gunakan nilai ini lnx = 2,303 logx,
2,303RT/F = 0,0592 V pada 25°C).
(2) [Cr2O72–] = [Cr3+] = 1,0 mol dm–3, [H+] = 10–7 mol dm–3
Jawab
(1) Dengan mensubstitusi nilai yang tepat pada persamaan Nernst, Anda akan mendapat nilai
berikut E = Eθ + (0,0592/6) log([Cr2O72–] [H+]14/[ Cr3+]2) = Eθ = 1,26 V.
Ini berarti bahwa potensial sel, dan dengan demikian kekuatan oksidan, secara substansial
menurun pada kondisi netral.
14 Harus digunakan aktivitas sebagai ganti molar untuk perhitungan dengan keakuratan yang tinggi.
199
K adalah konstanta kesetimbangan untuk persamaan berikut.
K = ([X]x[Y]y/[A]a[B]b)eq (10.23)
Jelas bahwa konstanta kesetimbangan dapat ditentukan dengan pengukuran potensial dengan
bantuan persamaan Nernst. Lebih lanjut, bila konsentrasi larutan elektrolit berbeda, potensial tetap
akan dihasilkan walaupun dua elektroda yang sama digunakan. Reaksi yang berlangsung dalam sel
konsentrasi dalam arah yang akan menyamakan perbedaan dalam konsentrasi dalam dua
elektroda. Arah ini cocok dengan prinsip Le Chatelier.
Persediaan bahan bakar fosil terbatas. Sel jelas merupakan kandidat sebagai
pengganti mesin bakar. Kini berbagai jenis mobil digerakkan oleh sel. Sel semacam
ini adalah sel natrium-sulfur, di dalamnya natrium sebagai reuktan dan sulfur sebagai
oksidan, dan keduanya digunakan dalam keadaan lelehnya. Elektrolitnya disebut β–
alumina. Bahan ini adalah keramik yang tersusun dari natrium, aluminum, litium dan
magnesium oksida di dalamnya ion dapat bermigrasi. Keramik ini harus disimpan
pada suhu tinggi sekitar 350 °C untuk mempertahankan elektrolit dalam keadaan
leleh, tetapi efisiensi per satuan massa empat kali baterai timbal. Bila sel ini
digunakan dalam praktis, mobil yang dimuati dengan lelehan natrium dalam
pandangan kimiawan agak mengerikan.
Nilai sel terletak pada kegunaannya. Di anara berbagai sel, sel timbal (aki) telah digunakan sejak
1915. Berkat baterai ini, mobil dapat mencapai mobilitasnya, dan akibatnya menjadi alat
transportasi terpenting saat ini. Baterai timbal dapat bertahan kondisi yang ekstrim (temperatur
yang bervariasi, shock mekanik akibat jalan yang rusak, dsb) dan dapat digunakan secara kontinyu
beberapa tahun.
Dalam baterai timbal, elektroda negatif adalah logam timbal dan elektroda positifnya adala timbal
yang dilapisi timbal oksida, dan kedua elektroda dicelupkan dalam asam sulfat, larutan
elektrolitnya. Reaksi elektrodanya adalah sebagai berikut:
200
Reaksi electroda baterai timbal
Elektroda negatif: Pb + HSO → PbSO4 + H+ +2e–
4
–
(10.24)
Elektroda positif: PbO2 + HSO4– + 3H+ +2e– → PbSO4 + 2H2O (10.25)
Reaksi total: Pb(s) + PbO2(s) + 2H+(aq) + 2HSO4–(aq) → 2PbSO4(s) + 2H2O(l) (10.26)
Potensial satu sel sekitar 2 V, dan dalam praktek, enam sel dihubungkan dengan seri untuk
mendapatkan potensial 12 V. Saat discas, asam sulfat akan dikonsumsi dan kerapatannya akan
berkurang dari nilai awal 1,28 g cm–3. Jadi, dengan mengukur kerapatan larutan elektrolit, kondisi
sel dapat dimonitor.
Dalam prakteknya, sebelum penurunan kerapatan larutan elektrolitnya terlalu besar, arus listrik
diberikan yang akan membalik arah reaksi. Proses ini disebut mencas. Sel yang dapat dicas disebut
sel reversibel dan yang tidak dapat dicas (seperti sel kering) disebut sel ireversibel.
Selama dicas, timbal sulfat akan terdekomposisi menjadi timbal dan timbal oksida, dan asam sulfat
yang dikonsumsi akan dihasilkan kembali. Air yang terbentuk akan digunakan kembali. Namun,
air cenderung menguap, dan reaksi samping, elektrolisis air, yang pasti menyertai, dan dengan
demikian penting untuk menambahkan air terdistilasi ke dalam baterai timbal. Baru-baru ini jenis
baru elektroda yang terbuta dari paduan timbal dan kalsium, yang dapat mencegah elektrolisis air
telah dikembangkan. Baterai modern dengan jenis elektroda ini adalah sistem tertutup dan disebut
dengan baterai penyimpan tertutup yang tidak memerlukan penambahan air.
b Sel lain
Sel Leclanché ditemukan oleh insinyur Perancis Georges Leclanché (1839-1882) lebih dari seratus
tahun yang lalu. Berbagai usaha peningkatan telah dilakukan sejak itu, tetapi, yang mengejutkan
adalah desain awal tetap dipertahankan, yakni sel kering mangan.
Sel kering mangan terdiri dari bungkus dalam zink sebagai elektroda negatif, batang karbon (grafit)
sebagai elektroda positif dan pasta MnO2 dan NH4Cl yang berperan sebagai larutan elektrolit
(Gambar 10.4).
201
Gambar 10.4 Struktur sel kering mangan. Walupun digunakan paling meluas, detail reaksi elektrodanya
sampai saat ini belum jelas.
Walaupun faktanya rumit, reaksi elektroda sel kering mangan dapat dirangkumkan dengan
sederhana sebagai berikut.
Potensial sel kering mangan sekitar 1,5 V. Dalam sel kering alkali, padatan KOH atau NaOH
digunakan sebagai ganti NH4Cl. Reaksi elektrodanya adalah.
Umur sel kering mangan diperpendek oleh korosi zink akibat keasaman NH4Cl. Sel kering alkali
bebas masalah ini karena di dalamnya bersifat basa. Jadi umur sel kering alkali lebih panjang.
Mirip dengan baterai timbal, sel nikel-kadmium juga reversibel. Lebih lanjut, dimungkinkan untuk
membuat sel nikel-kadmium lebih kecil dan lebih ringan daripada sel timbal. Jadi sel ini digunakan
sebagai catu daya alat-alat portabel. Reaksi elektrodanya adalah
202
Elektroda negatif: Cd + 2OH–→ Cd(OH)2 + 2e– (10.31)
Desaian sel bahan bakar sedemikian sehingga reaktannya secara kontinyu diberikan ke sel. Sel
bahan bakar digunakan dalam proyek Apollo menggunakan kalor pembentukan air dari hidrogen
dan oksigen. Biasanya kalor pembentukan dibuang sebagai panas. Dalam sel bahan bakr energi
termal diubah menjadi energi listrik. Reaksi elektrodanya adalah:
Gambar 10.5 Struktur sel bahan bakar. Kalor pembakaran yang dihasilkan dari reaksi oksigen dan hidrogen
diubah menjadi energi listrik.
Walaupun sejumlah besar tenaga dan dana telah dipompakan ke proyek ini, sampai saat ini el
bahan bakar yang ekonomis belum dapat dibuat. Namun, di masa depan, besar kemungkinan sel
bahan bakar akan digunakan praktis bila dan hanya bila persediaan hidrogen yang stabil dan
murah dapat direalisasikan. Studi di arah ini kini sedang digalakkan.
203
10.5 Elektrolisis
a Sel dan elektrolisis
Dalam sel, reaksi oksidasi reduksi berlangsung dengan spontan, dan energi kimia yang menyertai
reaksi kimia diubah menjadi energi listrik. Bila potensial diberikan pada sel dalam arah kebalikan
dengan arah potensial sel, reaksi sel yang berkaitan dengan negatif potensial sel akan diinduksi.
Dengan kata lain, reaksi yang tidak berlangsung spontan kini diinduksi dengan energi listrik.
Proses ini disebut elektrolisis. Pengecasan baterai timbal adalah contoh elektrolisis.
Andaikan potensial lebih tinggi dari 1,1 V diberikan pada sel dengan arah kebalikan dari potensial
yang dihasilkan sel, reaksi sebaliknya akan berlangsung. Jadi, zink akan mengendap dan tembaga
akan mulai larut.
Gambar 10.6 menunjukkan representasi skematik reaksi kimia yang terjadi bila potensial balik
diberikan pada sel Daniell. Bandingkan dengan Gambar 10.2.
Gambar 10.6 Electrolisis. Reaksi kebalikan dengan yang terjadi pada sel Daniell akan berlangsung. Zink
mengendap sementara tembaga akan melarut.
204
b Hukum elektrolisis Faraday
Di awal abad ke-19, Faraday menyelidiki hubungan antara jumlah listrik yang mengalir dalam sel
dan kuantitas kimia yang berubah di elektroda saat elektrolisis. Ia merangkumkan hasil
pengamatannya dalam dua hukum di tahun 1833.
Arus sebesar 0,200 A mengalir melalui potensiometer yang dihubungkan secara seri selama 20
menit. Satu potensiometer memiliki elektrode Cu/CuSO4 dan satunya adalah elektrode Pt/ H2SO4
encer. Anggap Ar Cu = 63,5. Tentukan
Jawab
(1) Reaksi yang terlibat adalah Cu2+ + 2e–→ Cu, maka massa (w) Cu yang diendapkan adalah.
(2) Karena reaksinya 2H+ + 2e–→ H2, volume hidrogen yang dihasilkan v (cm3) adalah below.
205
c Elektrolisis penting di industri
Elektrolisis yang pertama dicoba adalah elektrolisis air (1800). Davy segera mengikuti dan dengan
sukses mengisolasi logam alkali dan alkali tanah. Bahkan hingga kini elektrolisis digunakan untuk
menghasilkan berbagai logam. Elektrolisis khususnya bermanfaat untuk produksi logam dengan
kecenderungan ionisasi tinggi (misalnya aluminum). Produksi aluminum di industri dengan
elektrolisis dicapai tahun 1886 secara independen oleh penemu Amerika Charles Martin Hall
(1863-1914) dan penemu Perancis Paul Louis Toussaint Héroult (1863-1914) pada waktu yang
sama. Sukses elektrolisis ini karena penggunaan lelehan Na3AlF6 sebagai pelarut bijih (aluminum
oksida; alumina Al2O3).
Sebagai syarat berlangsungnya elektrolisis, ion harus dapat bermigrasi ke elektroda. Salah satu cara
yang paling jelas agar ion mempunyai mobilitas adalah dengan menggunakan larutan dalam air.
Namun, dalam kasus elektrolisis alumina, larutan dalam air jelas tidak tepat sebab air lebih mudah
direduksi daripada ion aluminum sebagaimana ditunjukkan di bawah ini.
Metoda lain adalah dengan menggunakan lelehan garam. Masalahnya Al2O3 meleleh pada suhu
sangat tinggi 2050 °C, dan elektrolisis pada suhu setinggi ini jelas tidak realistik. Namun, titik leleh
campuran Al2O3 dan Na3AlF6 adalah sekitar 1000 °C, dan suhu ini mudah dicapai. Prosedur
detailnya adalah: bijih aluminum, bauksit mengandung berbagai oksida logam sebagai pengotor.
Bijih ini diolah dengan alkali, dan hanya oksida aluminum yang amfoter yang larut. Bahan yang tak
larut disaring, dan karbon dioksida dialirkan ke filtratnya untuk menghasilkan hidrolisis garamnya.
Alumina akan diendapkan.
Alumina yang didapatkan dicampur dengan Na3AlF6 dan kemudian garam lelehnya dielektrolisis.
Reaksi dalam sel elektrolisi rumit. Kemungkinan besar awalnya alumina bereaksi dengan Na3AlF6
dan kemudian reaksi elektrolisis berlangsung.
206
Al2O3 + 4AlF63– → 3Al2OF62– + 6F– (10.42)
Kemurnian aluminum yang didapatkan dengan prosedur ini kira-kira 99,55 %. Aluminum
digunakan dalam kemurnian ini atau sebagai paduan dengan logam lain. Sifat aluminum sangat
baik dan, selain itu, harganya juga tidak terlalu mahal. Namun, harus diingat bahwa produksi
aluminum membutuhkan listrik dalam jumlah sangat besar.
Latihan
Tentukan bilangan oksidasi setiap unsur yang ditandai dengan hurugf tebal dalam senyawa berikut.
(f) Cl2O7 (g) H2O2 (h) CrO3 (i) CrO42– (j) Cr2O72–
10.1 Jawab
Untuk tiap reaksi berikut, tentukan bilangan oksidasi atom berhuruf tebal. Tentukan oksidan dan
reduktan dan tentukan perubahan bilangan oksidasinya.
207
(b) 5As2O3 + 4MnO4– + 12H+ → 5As2O5 + 4Mn2+ + 6H2O
10.2 Jawab
0,2756 g kawat besi dilarutkan dalam asam sedemikian sehingga Fe3+ direduksi menjadi Fe2+.
Larutan kemudian dititrasi dengan K2Cr2O7 0,0200 mol.dm–3 dan diperlukan 40,8 cm3 larutan
oksidan untuk mencapai titik akhir. Tentukan kemurnian (%) besinya.
10.3 Jawab
99,5 %
Tentukan potensial sel (pada 25°C) yang reaksi totalnya diberikan dalam persamaan berikut.
Manakah yang akan merupakan sel yang efektif?
10.4 Jawab
(a) Mg → Mg2+ +2e–, +2,37 V. 2H+ + 2e–→ H2, 0,00 V; potensial sel: +2,37 V,efektif.
(b) Cu2+ + 2e–→ Cu, 0,337 V. Ag→ Ag+ + e–, -0,799 V, potensial sel: -0,46 V,tidak efektif.
(c) Zn2+ + 2e–→ Zn, -0,763 V. 4OH– → 4e– + O2 + 2H2O, -0.401 V potensial sel: -1,16 V,
tidak efektif.
208
10.5 Persamaan Nernst
Hitung potensial sel (pada 25°C) yang reaksi selnya diberikan di bawah ini.
Cd + Pb2+ → Cd2+ + Pb
10.5 Jawab
0,30 V
Bismut dihasilkan dengan elektrolisis bijih sesuai dengan persamaan berikut. 5,60 A arus listrik
dialirkan selama 28,3 menit dalam larutan yang mengandung BiO+. Hitung massa bismut yang
didapatkan.
10.6 Jawab
6,86 g
209
Kimia Dasar
Topik 1
Elektrokimia
A. SEL ELEKTROKIMIA
Semua reaksi kimia yang disebabkan oleh energi listrik serta reaksi kimia yang
menghasilkan energi listrik dipelajari dalam bidang elektrokimia. Manusia baru mampu
menggunakan kelistrikan sejak Luigi Galvani pada tahun 1791 menemukan bahwa paha
kodok yang segar dapat bergetar jika dihubungkan dengan dua macam logam bersambungan
dan sejak Alessandro Volta berhasil membuat batere pertama dengan menyusun kepingan
perak dan kepingan seng serta kertas yang dibasahi dengan larutan asam. Pada tahun 1807
Sir Humphry Davy berhasil memisahkan logam kalium dari senyawanya. Ia mengalirkan listrik
melalui leburan Kalium hidroksida. sejak waktu itu prinsip elektrokimia diterapkan dalam
bebagai hal. Prinsip penerapan ini berkaitan dengan sel elektrokimia.
Sel galvani terdiri atas dua elektroda dan elektrolit. Elektroda dihubungkan oleh
penghantar luar yang mengangkut elektron ke dalam sel atau ke sel luar sel.
Elektroda dapat juga atau tidak berperan serta dalam reaksi sel. Setiap elektroda dan
elektrolit di sekitarnya memmbentuk setengah sel. Reaksi elektroda adalah setengah reaksi
yang berlangsung dalam setengah sel. Kedua setengah sel dihubungkan dengan jembatan
garam. Sel galvani atau sel volta dapat menghasilkan energi listrik sebagai hasil reaksi kimia
yang berlangsung spontan.
Dalam sel elektrolisis arus listrik dari luar sel melangsungkan reaksi kimia yang tidak
spontan.
Istilah di bawah ini biasanya digunakan untuk sel galvani atau sel Volta.
1. Elektroda adalah penghantar listrik dan reaksi berlangsung di permukaan elektroda.
2. Anoda adalah elektroda dimana terjadi reaksi oksidasi.
3. Dalam beberapa sel anoda mengalami oksidasi. Katoda adalah elektroda dimana
terjadi reaksi reduksi.
4. Elektrolit adalah larutan yang dapat menghantar listrik. Muatan listrik diangkut oleh
ion yang bergerak.
Suatu sel volta terdiri dari dua setengah-reaksi yang dipisahkan secara fisik. Misalnya,
setengah sel yang dibuat dari lempeng logam yang dicelupkan ke dalam larutan dari ion
logamnya. Contoh setengah Sel ; Zn- Zn2+ (biasa disebut elektroda Zn), terdiri dari lempeng
logam Zn yang dicelupkan ke dalam larutan garam seng. Setengah sel lainya terdiri dari
lempeng logam tembaga yang dicelupkan ke dalam larutan garam tembaga ( elektroda Cu).
Pada sel volta, dua setengah sel dihubungkan secara ekternal untuk mengalirkan
elektron hasil oksidasi dari satu elektroda anoda) ke elektroda lain (katoda), sedangkan
201
Kimia Dasar
untuk menetralkan kelebihan ion-ion pada masing-masing larutan setengah sel digunakan
jembatan garam yang dihubungkan secara internal.
Misalnya sel Volta tersusun dari dari elektroda seng dan elektroda tembaga. Oleh
karena seng cenderung melepaskan elektron lebih dominan dari pada tembaga, maka
elektroda seng menjadi bermuatan negatif dari pada elektroda tembaga. Jika kedua
elektroda dihubungkan melalui kawat penghantar, elektron mengalir dari seng melalui
rangkaian ekternal menuju tembaga, berikut setengah reaksi yang terjadi:
Zn(s) Zn2+(aq) + 2 e-
Cu (aq) + 2 e-
2+
Cu(s)
Setengah reaksi pertama menggambarkan logam seng membentuk ion seng yang
belangsung dalam larutan. Elektron dari setengah reaksi ini mengalir melalui penghantar luar
menuju elektroda tembaga. Pada permukaan tembaga, elektron –elektron ini menyerang ion
–ion tembaga dalam larutan sehingga terjadi reaksi membentuk endapan logam tembaga
pada permukaan elektroda tembaga.
Ketika reaksi redok berlangsung dalam larutan seng terjadi kelebihan ion Zn2+ dan
dalam larutan tembaga terjadi kelebihan ion SO42-. Agar reaksi redok berlangsung secara
terus menerus, maka kelebihan ion-ion tersebut perlu dinetralkan dengan cara mengalirkan
ion-ion yang berlawanan muatan ke dalam masing- masing setengah sel reaksi tanpa harus
mencampurkan kedua larutan. Hal ini dapat dilakukan dengan menghubungkan ke dua sel
tadi secara internal yaitu dengan memasang jembatan garam. Jembatan garam adalah alat
penghubung ke dua sel elektrokimia yang mengandung garam guna menetralkan kelebihan
ion dalam kedua sel setengah reaksi.
Gambar 5.1
sel Volta
Menunjukan dua setengah sel dari volta yang dihubungkan dengan jembatan garam
dan sirkuit ekternal. Jembatan garam yang digunakan adalah tabung elektrolit dalam bentuk
sel yang menghubungkan kedua setengah sel dari sel volta.
Dua setengah reaksi untuk sel volta tersebut adalah:
Zn(s) Zn2+(aq) + 2 e- ( setengah –reaksi oksidasi)
Cu2+(aq) + 2 e- Cu(s) ( setengah reaksi reduksi)
202
Kimia Dasar
Contoh
Suatu sel volta dikontruksi dari setengah sel dengan logam Cd dan dicelupkan dalam larutan
Cd(NO3)2 dan setengah sel yang lain adalah logam Ag yang dicelupkan kedalam larutan
AgNO3. Kedua setengah sel dihubungkan oleh jembatan garam. Ion perak direduksi selama
operasi sel ini. a) gambarkan diagram sel b) tandai anoda dan katoda c) tunjukan aliran
elektron pada rangkaian ekternal, d) tandai muatan elektroda dan arah migrasi kation dalam
setengah sel.
Penyelesaian
Karena ion perak direduksi pada elektroda perak, maka elektroda perak adalah katoda
setengah reaksinya adalah:
Ag+(aq) + e- Ag(s)
Elektroda cadmium tentu suatu anoda (terjadi oksidasi) setengah reaksinya adalah;
Cd(s) Cd2+(aq) + 2 e-
Selanjutnya tandai elektroda, elektron mengalir dalam rangkaian eksternal dari elektroda Cd
(anoda) menuju elektroda perak (katoda). Ion positif akan mengalir dari larutan yang
berlawanan dengan arah aliran elektron Diagram sel tersebut ditunjukan dalam gambar di
bawah.
Suatu sel elektrokimia dapat dinyatakan dengan notasi tertentu. Misalnya sel tersusun
dari setengah sel antara logam seng–ion seng dan setengah sel antara logam tembaga- ion
tembaga. Sel tersebut dapat dinyatakan dengan notasi sebagai berikut;
Zn(s) │Zn2+(aq)║Cu2+(aq) │Cu(s)
Pada notasi itu anoda atau setengah sel oksidasi selalu dituliskan pada sisis kiri ; katoda
atau setengah sel reduksi dituliskan pada sisi kanan. Kedua elektroda dihubungkan secara
listrik melalui jembatan garam yang ditandai dengan dua garis vertikal.
Zn(s) │Zn2+(aq)║Cu2+(aq) │Cu(s)
Anoda jembatan garam katoda
Terminal sel ditempatkan di ujung–ujung dalam notasi sel, dan tanda garis vertikal
tunggal menunjukan batas fase, yaitu antara padatan (elektroda) dan larutan elektrolit.
Untuk elektroda anoda dapat ditulis sebagai berikut
Zn(s) │ Zn2+(aq
Terminal Batas fase elektrolit
Jika setengah sel melibatkan gas, bahan innert seperti platina berperan sebagai
terminal, yakni sebagai permukaan elektroda dimana setengah- reaksi berlangsung. Platina
mengkatalisis setengah reaksi tetapi tidak terlibat didalamnya. Menunjukan diagram dari
elektroda hidrogen. Gelembung gas hidrogen melalui permukaan platina yang dicelupkan ke
dalam larutan asam. setengah reaksi dikatoda adalah;
203
Kimia Dasar
2 H+(aq) + 2 e- H2 (g).
Notasi sel elektroda hidrogen untuk reaksi di katoda dapat ditulis sebagai berikut:
H+(aq) │H2(g)│Pt.
Dan notasi sel untuk reaksi di anoda merupakan kebalikandari notasi di atas yaitu;
│Pt.│ H2(g) │ H+(aq)
Contoh
a) Tuliskan reaksi sel untuk sel volta berikut:
Ti(s) │Ti+(aq)║Sn2+(aq)│Sn(S).
b) Tuliskan reaksi sel untuk sel volta berikut
Zn(s) │Zn2+(aq)║Fe3+(aq) Fe2+(aq).│Pt
Penyelesaian
a) Reaksi setengah selnya adalah:
Ti (s) Ti+(aq) + e- ( anoda)
2+
Sn (aq) Sn(s) ( katoda)
Kalikan reaksi pada anoda dengan bilangan 2 , selanjutnya jumlahkan reaksi setengah
sel maka diperoleh persamaan berikut;
2 Ti(s) + Sn2+(aq) 2 Ti+(aq) + Sn(s).
b) Reaksi setengah sel nya adalah;
Zn(s) Zn2+(aq) + 2 e- ( anoda).
3+ - 2+
Fe (aq) + e Fe (aq)( katoda)
Kalikan reaksi pada katoda dengan bilangan 2, selanjutnya jumlahkan reaksi setengah
sel hingga diperoleh persamaan berikut:
Zn(s) + 2 Fe3+ (aq) Zn2+(aq) + 2 Fe2+(aq).
Untuk menggerakan elektron agar mengalir melalui rangkaian luar menghasilkan aliran
listrik atau menggerakan ion-ion di dalam larutan menuju elektroda diperlukan kerja. Suatu
muatan listrik bergerak dari potensial listrik tinggi ke potensial rendah. Kerja yang diperlukan
untuk mengerakan muatan listrik melalui penghantar bergantung pada muatan total yang
dipindahkan dan perbedaan potensial adalh perbedaan dalam tekanan listrik antara dua
titik. Besaran untuk beda potensial listrik adalah volt. Volt (disingkat V0) adalah satuan
perbedaan potensial dalam sistem SI.
Besanya kerja listrik yang diperlukan untuk mengerakan muatan agar mengalir melalui
penghantar adalah:
Kerja Listrik = Muatan x Perbedaan potensial atau
W listrik = - Q x ∆E.
Dalam satuan SI persamaan ini sama dengan Jole = coulomb x volt
204
Kimia Dasar
Tanda minus muncul pada persamaan sesuai dengan perjanjian dalam termodinamika
yaitu kerja yang dilakukan oleh sistem (dalam hal ini sel elektrokimia) mempunyai tanda
negatif. Oleh karena kerja diukur dalam joule dan muatan dalam Coulomb maka ∆ E
mempunyai satuan joule per coloumb. Selain itu, muatan total Q adalah arus listrik (l) yang
dikalikan dengan satuan waktu (t) dalam detik selama arus listrik mengalir, maka persamaan
kerja listrik dapat ditulis
Wlistrik = - l x t x ∆ E.
Contoh
Enam buah baterai mengalirkan arus satu ampere dalam waktu satu jam. Hitung kerja listrik
teoritis yang dihasilkan dan muatan total Q dalam satuan coloumb yang dilewatkan melalui
rangkaian.
Penyelesaian
Wlistrik = -l x t x ∆ E.
Wlistrik = - (1 ,00A) ( 3600 s) ( 6,0V) = - 21,600 J.
Muatan total adalah Q = l x t =3600 C.
Muatan Faraday,
Dalam sel volta ataupun sel elektrolisis elektron yang dibebaskan pada anoda hasil
oksidasi dilewatkan melalui rangkaian eksternal dan digunakan pada katoda untuk
melangsungkan reaksi reduksi. Terdapat hubungan kuantitatif antara jumlah zat yang
bereaksi dalam kedua sel dan muatan listrik total yang dilewatkan melalui penghantar.
Hubungan ini merupakan prinsip dari hukum Faraday yang dapat diungkapkan sebagai
berikut:
1. Dalam setia sel, massa zat yang diendapkan atau dikonsumsi pada suatu elektroda
proporsional dengan besarnya muatan listrik yang dilewatkan melalui sel.
2. Berat equivalen dari zat yang diendapkan atau dikonsumsi pada elektroda berbeda jika
muatan listrik yang dilewatkan melalui sel tidak sama.
Oleh karena besarnya muatan electron e = 1,60218 x 10-19 C, maka besarnya muatan
listrik untuk satu mol electron adalah
Q = (6,0221 x 1023 mol-1)( 1,60218 x 10-19C) = 96.485 C mol-1.
Muatan listrik sebesar 96.485 C mol-1. Ditetapkan sebagai satu Faraday yang
dilambangkan dengan F atau F = 96.485 C mol-1.
Berdasarkan persamaan faraday, jumlah mol zat yang bereaksi pada elektroda dapat
dihitung. Misalnya reaksi pada anoda:
Zn(S) Zn2+ (aq) + 2 e-
Dan pada katoda Ag+(aq) + e- Ag(s).
Setiap mol elektron (satu Faraday) yang mengalir melaui sel berhubungan dengan
oksidasi 1/2 mol Zn(s) (sebab dua electron dilepaskan oleh setiap atom Zn) dan akan
205
Kimia Dasar
mereduksi satu mol ion perak. Dari massa atom perak dan seng diketahui bahwa 32,69 gr
seng dilarutkan pada anoda dan 107,87 gr perak diendapkan pada katoda.
DGL sel adalah ukuran gaya dorong reaksi kimia dalam sel. Reaksi ini terjadi akibat
pemisahan reaksi redok menjadi setengah reaksi yang terpisah yaitu setengah reaksi reduksi
da setengah reaksi oksidasi. Bentuk umum reaksi ini
Spesi tereduksi Spesi teroksidasi + ne
Spesi teroksidasi + ne Spesi tereduksi
Nilai DGL sel merupakan sumbangan dari elektroda anoda yang harganya bergantung
pada kemampuan setengah reaksi reaksi oksidasi untuk melepaskan electron dan elektroda
katoda yang harganya bergantung pada kemepuan setengah reaksi reaksi reduksi untuk
menangkap electron. Nilai sumbangan ini dinamakan potensial oksidasi dan potensial
reduksi, sehingga nilai potensial suatu sel elektrokimia merupakan gabungan keduanya atau
∆Esel = potensial oksidasi + potensial reduksi.
Potensial reduksi adalah ukuran kecenderungan dari suatu zat untuk menangkap
elektron dalam setengah reaksi reduksi. Serupa dengan itu, potensial oksidasi sama dengan
negatif dari potensial reduksi untuk setengah reaksi kebalikannya.
Potensial oksidasi = - potensial reduksi (reaksi kebalikanya)
Ini artinya hanya diperlukan nilai potensial oksidasi. Berdasarkan kesepakatan nilai
potensial yang diukur melalui percobaan laboratorium adalah potensial reduksi, yang
dilambangkan dengan E.
Perhatikan sel seng-tembaga seperti telah dibahas diatas.
Zn(s) │Zn2+(aq)║Cu2+(aq) │Cu(s)
Setenah reaksinya adalah;
Zn(s) Zn2+(aq) + 2 e-
Cu2+(aq) + 2 e- Cu(s)
Potensial elektroda seng (EZn) yang berhubungan dengan setengah reaksi oksidasi
berikut : Zn(s) Zn2+(aq) + 2 e- adalah E = EZn maka nilai – EZn merupakan potensial
kebalikanya, yaitu potensial setengah – reaksi reduksi : Zn(s) Zn2+(aq) + 2 e-. Demikian
pula untuk potensial elektroda tembaga.
DGL merupakan jumlah potensial dari setengah reaksi reduksi dan setengah reaksi
oksidasi. Untuk sel system Zn-Cu jumlah potensial reduksi (elektroda tembaga) dan potensial
oksidasi (elektroda seng) ditulis sebagai:
Esel = ECu+ (- EZn) = ECu – EZn.
Dengan kata lain DGL , sel sama dengan selisih kedua potensial elektroda.
Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa potensial elektroda merupakan
potensial listrik pada elektroda, dan DGL merupakan selisih potensial kedua elektrodanya,
yaitu potensial katoda dikurangi potensial anoda.
Esel = Ekatoda – E anoda.
206
Kimia Dasar
Potensial elektroda merupakan sifat intensif artinya nilai potensial elektroda tidak
bergantung pada kuantitas spesi yang terlibat dalam reaksi. Jadi potensial elektroda reduksi
untuk dua mol tembaga sama dengan potensial reduksi untuk satu mol tembaga;
2 Cu2+(aq) + 4 e- 2 Cu(s) sama dengan Cu2+( aq) + 2 e- Cu(s).
207
Kimia Dasar
Dengan prosedur seperti itu akan diperoleh nilai potensial elektroda standar berbagai
zat.Hasil pengukuran potensial elektroda standar disajikan pada tabel yang menunjukan
data potensial reduksi standar berbagai zat pada 250C.
Setengah reaksi reduksi ( katoda ) Potensial Standar
EOsel ( volt)
Li+(aq) + e- Li(s) -3,045
208
Kimia Dasar
EOsel ( volt)
2 H + + 2 e- H2(g) 0,000
EOsel ( volt)
Sn4+(aq) + 2e- Sn2+(aq) 0,15
209
Kimia Dasar
EOsel ( volt)
O2(g) + 2 H+ +2e- H2O2(aq) 0,682
Contoh
a) Urutkan oksidator berikut menurut kekuatanya pada keadaan standar Cl2(g), F2(g),
Fe3+(aq).
b) Urutkan reduktor berikut menurut kekuatanya pada keadaan standar H2(g),Al(s)Cu(s).
Penyelesaian
a) Prosedur sederhana adalah membaca tabel potensial elektroda,urutkan dari bawah ke
atas. Fe3+(aq) + 1 e- Fe2+(aq) EO 0,771V
Cl2(g) + 2 e- 2Cl- EO1,36 V
F2(g) + 2 e- 2 F-(aq) EO2,87 V
b) Sama seperti di atas baca dari tabel
Al3+(aq) + 3 e- Al(s) EO -1,66 V
2 H+(aq) + 2 e- H2(g) EO 0,000V
Cu2+(aq) + 2 e- Cu(s) EO 0,34 V
210
Kimia Dasar
b. Suhu
Potensial elektroda makin positif, jika suhu bertambah dan sebaliknya.
Pengaruh konsentrasi dan suhu pada potensial elektroda ditunjukan oleh Persamaan
Nernst.
Oksidant + n e Reduktant
Oksidant
E = EO - ln
Re duk tan t
Dengan E = potensial elektroda dalam V.
O
E = potensial elektroda standar dalam V.
R = tetapan gas (8,314 JK-1 mol-1).
211
Kimia Dasar
T = suhu dalam K.
F = tetapan Faraday (96500 coloumb).
Misalnya untuk sel dengan reaksi
Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+ (aq) + Cu(s).
Zn 2+
E = EO - ln 2+
Cu
Kadang-kadang ditulis
Oksidant
E = EO + ln
Re duk tan t
DGL standar untuk suatu sel sama dengan potensial elektroda standar elektroda kanan
dikurangi dengan potensial elektroda standar elektroda kiri.
EO sel = EO elektroda kanan - EO elektroda kiri
Contoh
Co2+ + 2 e- Co -2,777V.
2+ -
Ni + 2 e Ni -0,250V.
Co│ Co2+( 1M) ║ Ni2+(1 M) │ Ni.
Co + Ni2+ Co2+ + Ni
EO = EO Ni2+/ Ni - EO Co2+ / Co
= -0,250 + 0,277
= + 0,027 V.
Persamaan Nernst
Untuk reaksi redoks dengan persamaan umum.
aA + bB cC + dD.
Persamaan Nernst
O RT
C c D d
Esel = E - ln
nF Aa B b
O 2, 303RT
C c D d
Esel = E - log a
F A Bb
Pada 298 K
2,303RT
= 2,303 x 8,314 x 298 = 0,0591 V.
F
96500
212
Kimia Dasar
Esel = EO - log
Contoh.
Hitung DGL sel dibawah ini pada suhu 250C
Pt, H2 │ HCl║ AgCl│Ag+
Jika tekanan gas hidrogen 1 atm dan konsentrasi HCl a) 0,1M. b) 0,01 M dan c) 0,001M
Penyelesaian
Esel = EO -
2,303RT
log
[ HCl ]
F PH 2 0.5
E = 0,223 – 0,059 log [HCl]
Konsentrasi [ HCl] EO
0,1M 0,282
0,01M 0,341.
0,001M 0, 400
Contoh
Diketahui Mg2+ + 2e - Mg EO = -2,36 V.
Cu2+ + 2 e- Cu EO = +0,34
Hitung DGL sel pada 250C jika [Mg2+] = 10-2M dan [Cu2+] = 10-3M
Penyelesaian
Esel = EOkanan - EO kiri
= +0,34-(-2,36 0 = + 2,70 V.
Reaksi Sel
Mg + Cu2+ Mg2+ + Cu.
Mg 2+
log 2+
0, 0591
Esel = EO -
2 Cu
0, 0591 10 −2
Esel = +2,70 - log
2 10 −3
= +2,70 - log 10
= + 2,70 -0,03 = + 2,67 V.
Dengan cara menghitung potensial dari masing masing elektroda kemudian
menggunakan rumus Esel = EOkanan - EO kiri
G. PENGUKURAN PH
Salah satu penggunaan terpenting dari sel volta adalah penentuan pH larutan,
meskipun elektroda standar untuk pengukuran pH adalah elektroda hidrogen, namun
213
Kimia Dasar
elektroda ini tidak praktis. Pada umunya orang menggunakan elektroda kaca. Elektroda kaca
ini terdiri dari kaca berbentuk bola yang mengandung HCl 0,1 M dan didalamnya terdapat
elektroda perak/ perak klorida.
Gambar
Elektroda ini dicelupkan kedalam larutan yang akan diukur pH nya . Jika dihubungkan
dengan elektroda kalomel maka akan diperoleh diagram berikut
Ag , AgCl│HCl ( 0,1M) │ gelas │larutan ║Elektroda+kalomel.
Potensial dari elektroda gelas bergantung pada pH larutan
Egelas = EOgelas + 2,303/ F pH
Elektroda Hidrogen.
Potensial elektroda bergantung pada pH larutan. Jika larutan sel konsentrasi
menggunakan salah astu elektroda adalah elektroda standard an yang lainya bukan standar,
sedang elektroda standard adalah katoda maka
Anoda : 1/2 H2(g) H+ ? + e
+
Katoda: H Standar + e 1/2 H2 (g)
Reaksi Sel: 1/2 H2(g) + H+standar H+? + 1/2 H2(g)
Menurut Persamaan Nernst pada 250 C nilai potensialnya EOsel – 0,059 log [H+]
E
Esel = 0,059 pH atau pH = sel
pH
Contoh
Suatu elektroda elektroda hydrogen dengan P (H2) = 1 atm dihubungkan dengan elektroda
kalomel standart yang setengah reaksinya.
Hg2Cl2(s) + 2 e 2 Hg( aq) + 2 Cl- + 2 H+
Jika DGL sel 0,800 V hitung pH larutan
EO sel = 0,242 V.
Esel = EO sel + 0,059 pH
0,800 = 0,242 + 0,059 pH.
pH = 0,800 -0,242 = 9,5.
0,059
Ringkasan
Mata kuliah ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman tentang
Elektrokimia dan Termodinamika:
1. Semua reaksi kimia yang disebabkan oleh energi listrik serta reaksi kimia yang
menghasilkan energi listrik dipelajari dalam bidang elektrokimia
2. Suatu sel volta terdiri dari dua setengah-reaksi yang dipisahkan secara fisik
3. Suatu sel elektrokimia dapat dinyatakan dengan notasi tertentu (notasi sel Volta)
4. Untuk menggerakan elektron agar mengalir melalui rangkaian luar menghasilkan aliran
listrik atau menggerakan ion-ion di dalam larutan menuju elektroda diperlukan kerja
5. Daya Gerak Listrik (DGL) sel adalah ukuran gaya dorong reaksi kimia dalam sel
214
Kimia Dasar
6. DGL standar untuk suatu sel sama dengan potensial elektroda standar elektroda kanan
dikurangi dengan potensial elektroda standar elektroda kiri.
7. Salah satu penggunaan terpenting dari sel volta adalah untuk penentuan pH larutan
Tes 1
2) DGL dari sel manakah yang mempunyai harga – 1,59 V pada suhu 250C apabila
diketahui Ag+ + e = Ag EO = + 0,80 V
Zn2+ 2 e = Zn EO = -0,76 V
Adalah
A. Zn│Zn2+ ( a= 1) ║Ag+ (a= 1)│ 1Ag
B. Zn│Zn2+ ( a= 0) ║Ag+ (a= 0,1)│ 1Ag
C. Ag│Ag+ (a= 0,1)│Zn2+ (a= 1)│Zn.
D. Ag│Ag+ (a= 0,1) ║Zn2+ (a= 0,1)│Zn.
E. Ag│Ag+ (a= 1) ║Zn2+ (a= 0,1)│Zn.
3) Berdasarkan data:
Ni2+ + 2e = Ni EO = - 0,25 V
Cu2+ 2 e = Cu EO = +0,34 V
Maka, reaksi spontan apabila memiliki susunan sel sebagai berikut:
A. Ni │ Ni2+ (a= 1) ║Cu2+(a= 1)│Cu.
B. Cu │Ni2+ (a= 1) ║ Cu2+ (a= 1)│Ni.
C. Cu │Cu2+ (a= 1) ║ Ni2+ (a= 1)│Ni.
D. Ni │ Ni2+ (a= 1) ║Cu2+ │(a= 1)
E. Ni │ Cu2+ (a= 1) ║Ni2+(a= 1)│Cu.
4) Potensial elektroda dari setengah sel yang terdiri dari kawat tembaga dan elektrolit
CuSO4 10-4M pada suhu 250C adalah:
A. -0,22 volt.
B. + 0,22 volt.
215
Kimia Dasar
C. 0,46 volt.
D. -0,46 volt
E. 0,34volt.
8) Jika satu mol Cl2 dioksidasi menjadi ClO3-, maka jumlah Faraday yang diperlukan pada
proses ini adalah:
A. 1.
B. 3.
C. 5.
216
Kimia Dasar
D. 7.
E. 10.
10) pH suatu larutan diukur dengan menggunakan elektroda standart hidrogen dan
elektroda kalomel jenuh dengan susunan sebagai berikut:
Pt │H2( 1 atm) │H+ ( ? ) ║ Cl-(jenuh)│Hg2Cl2│Hg. Jika DGL sel ini pada 250C = 0,48 dan EO
kalomel = 0,24 V maka pH larutan adalah:
A. 7,04.
B. 4,07.
C. 3,84.
D. 2,02.
E. 1,54.
12) Pada 250C, potensial elektroda hydrogen dengan tekanan gas H2= 1atm, dan larutan
asamnya mempunyai pH = 3, 0 adalah.
A. 0,00V.
B. -0,177.
C. -0,001V.
D. 0,001V.
E. 0,177 V.
217
Kimia Dasar
13) Berapa Faraday yang diperlukan untuk mengubah 1 mol PbSO4 menjadi PbO2 dalam
suatu aki.
A. 1/14 F.
B. 1/2 F.
C. 1F.
D. 2 F.
E. 4F.
14) Sel Volta ( galvani) adalah sel yang terdiri atas dua buah setengah sel. Di bawah ini
diberikan lima buah setengah reaksi, masing-masing dengan potensial standarnya,
yang dapat dikombinasikan menjadi sel volta setengah sel yang tidak mungkin
berfungsi sebagai katoda adalah:
A. Li+ + e = Li EO = -3,04 V
B. F2 +2 e = 2 F- EO = +2,87 V
C. HO2- + H2O+ 2e = 2 OH- EO = +0,88 V
D. Fe(OH)2 +2 e = Fe + 2 OH- EO = -0,88 V
+
E. 2H3O + 2e = H2 + 2H2O EO = 0,00 V
15) Suatu sel volta terdiri atas elektroda Zn│Zn2+ (a=1) dan elektroda Cr│Cr3+ ( a = 10-4), EO
Zn2+│Zn = -0,76 V , EO Cr2+│Cr = -0,74 V
Maka
A. Reaksi sel adalah 3 Zn2+ + 2 Cr 2 Cr3+ + 3 Zn.
B. Reaksi sel adalah 2 Cr3+ + 3 Zn 2Cr +3 Zn2+
C. Elektroda Zn adalah anoda.
D. DGL sel adalah -0,02V.
E. DGL sel adalah + 0,02V.
16) Potensial elektroda hydrogen dalam air murni pada 250C ( Kw air = 10-14) dengan
tekanan hydrogen 1 atm adalah.
A. -0,84 volt.
B. -0,42 volt.
C. -0,21 volt.
D. 0,00 volt.
E. + 0,42 volt.
17) Daya Gerak Listrik dari sel manakah yang mempunyai harga – 1,50V pada temperatur
250C.
A. Zn│Zn2+( a= 1) ║Ag+ (a= 1) │Ag.
B. Zn│Zn2+( a=0, 1) ║Ag+ (a=0, 1) │Ag.
C. Zn│Zn2+( a= 1) ║Ag+ (a= 0,1) │Ag.
218
Kimia Dasar
20) Dalam reduksi sempurna dari 3 mol Cu2+ dan 2 mol Al, berdasarkan reaksi
2 Al + 3 Cu2+ 3 Cu + 2 Al3+
Energi bebas yang dilepaskan, pada keadaan standard, adalah:1158 kJ. Berdasarkan ini
maka EO dari sel: Al│Al3+ (a =1) ║Cu2+( a= 1) │Cu. Adalah
A. -1,00V.
B. + 1,00 V.
C. + 4,00 V.
D. + 2,00 V.
E. + 3,00V
219