Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH IKATAN KIMIA

GAYA ANTAR MOLEKUL

Oleh:

Indah Lestari (06101181621060)

Dosen Pengampuh :Dr. Effendi. M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN KEGURUAN DAN ILMU


PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
1.1 Pengertian Gaya Antar Molekul
Gaya antarmolekul adalah gaya elektromagnetik yang terjadi antara molekul-
molekul atau antara bagian yang terpisah jauh dari suatu makromolekul. Gaya tersebut
dapat berupa kohesi antara molekul serupa, seperti contohnya pada tegangan
permukaan, atau adhesi antara molekul tak serupa, contohnya pada kapilaritas.

Gaya antarmolekul ini memiliki sifat tarik menarik dan juga tolak-menolak antar
molekul. Ketika dua molekulnya berdekatan, gaya tolak antara muatan yang sama
akan timbul dan semakin tinggi energi tolaknya. Oleh karena itu akan dibutuhkan
energi yang lebih tinggi pula untuk memampatkan suatu molekul.

Penelitian gaya antarmolekul bermula dari pengamatan makroskopik yang


menunjukkan adanya aksi gaya-gaya pada tingkat molekul atau mikroskopik.
Pengamatan ini meliputi sikap termodinamik gas non-ideal yang dicerminkan oleh
koefisien virial, tekanan uap, viskositas, tegangan permukaan dan data adsorpsi.

Rujukan pertama mengenai gaya-gaya mikroskopik didapati pada tulisan Alexis


Clairaut yang berjudul "Theorie de la Figure de la Terre".[1] Sejumlah sarjana yang
berkontribusi terhadap penelitian gaya-gaya mikroskopik antara lain adalah: Laplace,
Gauss, Maxwell and Boltzmann.

1.2 Gaya Dipol-Dipol


Molekul polar memiliki distribusi atau kerapatan elektron yang tidak merata
dikarenakan pada molekul polar memiliki perbedaan keelektronegatifan yang besar.
Perbedaaan keelektronegatifan ini menyebabkan suatu atom terbagi menjadi dua
muatan (dipol), satu ujung memiliki muatan positif dan ujung lainnya bermuatan
negatif. Terdapat kecenderungan bahwa ujung positif akan berdekatan dengan ujung
negatif atom lain yang berada di dekatnya.2 Keadaan ini disebabkan adanya gaya
tarik-menarik yang disebut dengan gaya tarik dipol – dipol.

Hubungan gaya dipol – dipol dengan sifat fisik suatu senyawa. Semakin rendah gaya
tarik dipol-dipol antar molekul , maka titik didih maupun titik leleh senyawa tersebut
akan semakin tinggi. Kenyataan ini menyatakan bahwa gaya tarik dipol-dipol bukan
merupakan faktor utama penentu besarnya titik leleh maupun titik didih suatu
senyawa. Gaya dipol-dipol merupakan gaya yang bekerja antara molekul – molekul
polar, yaitu antara molekul yang memiliki momen dipol. Semakin besar momen
dipolnya, maka semakin kuat gayanya.

Adanya sifat dipol permanen ada suatu molekul misalnya CO dan HCl, tentu akan
menaikkan kekuatan gaya intermolekular. Karbon monoksida mempunyai titik leleh
82 K, masing-masing lebih tinggi daripada titik leleh (63K) dan titik didih (77K)
dinitrogen, meskipun keduanya isoelektronik yang mempunyai jumlah elektron yang
sama. Dalam hal ini dapat dikaitkan dengan adanya kontribusi sifat dipol permanen
dalam molekul CO.

Suatu contoh interaksi dipol-dipol dapat dilihat pada asam klorida (HCl): ujung positif
suatu molekul polar akan saling menarik dengan ujung negatif molekul lain dan
mempengaruhi posisinya. Molekul polar mempunyai gaya tarik resultan. Contoh-
contoh molekul polar adalah asam klorida (HCl) dan kloroform (CHCl3).

1.3 Ikatan Hidrogen


Ikatan hidrogen (hydrogen bond) adalah gaya tarik menarik antara suatu
pasangan dari sebuah atom elektronegatif dan sebuah atom hidrogen yang terikat
dengan nitrogen, oksigen, atau fluorin.[2] Ikatan hidrogen sering digambarkan sebagai
suatu interaksi dipol-dipol elektrostatik yang kuat. Namun, juga memiliki sejumlah
ciri ikatan kovalen: mempunyai arah, lebih kuat dari interaksi van der Waals,
menghasilkan jarak antaratom yang lebih pendek dari jumlah jari-jari van der Waals,
dan umumnya melibatkan pasangan dalam jumlah terbatas, yang dapat ditafsirkan
sebagai sejenis valensi.

Ikatan hidrogen sebenarnya merupakan gaya dipol-dipol yang terjadi antara molekul-
molekul polar. Namun, ikatan ini dibedakan secara khusus karena kekuatan gaya
interaksinya relatif lebih kuat dibanding gaya dipol-dipol umumnya. Hal ini
dikarenakan atom hidrogen tidak memiliki elektron inti yang dapat melindungi
(shielding) inti atom dan ukurannya cukup kecil sehingga dapat lebih didekati oleh
molekul-molekul lain dan jarak antara hidrogen dan muatan parsial negatif pasangan
elektron bebas menjadi sangat dekat. Akibatnya, energi interaksi dipol-dipol antara
hidrogen dan pasangan elektron bebas pada atom elektronegatif menjadi lebih besar
dari energi interaksi dipol-dipol lainnya.

Sifat fisis seperti titik lebur dan titik didih sangat dipengaruhi oleh gaya interaksi
antar-molekul. Adanya ikatan hidrogen sebagai gaya interaksi antar-molekul yang
paling kuat memberikan pengaruh yang signifikan pada titik didih beberapa senyawa
hidrida biner dari unsur-unsur golongan IVA hingga VIIA. Berikut grafik yang
menunjukkan titik didih dari senyawa-senyawa biner hidrogen dan unsur golongan
IVA hingga VIIA.

Titik didih dari senyawa hidrida unsur golongan IVA (CH4, SiH4, GeH4, dan SnH4,
seluruhnya nonpolar) meningkat dari atas ke bawah golongan (dari C ke Sn). Hal ini
dapat dimengerti sebagai akibat dari adanya polarisabilitas dan gaya dispersi London
secara umum meningkat seiring dengan bertambahnya massa molekul. Senyawa-
senyawa hidrida dari golongan VA, VIA, dan VIIA secara umum juga mengikuti pola
kenaikan titik didih yang sama, namun khusus untuk senyawa NH3, H2O, dan HF
titik didihnya jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan.
Faktanya, ketiga senyawa ini juga memiliki sifat-sifat yang membedakannya dari
senyawa-senyawa lain dengan massa molekul dan polaritas yang bermiripan. Sebagai
contoh, air (H2O) memiliki titik leleh yang tinggi, kalor jenis yang tinggi, dan kalor
penguapan yang tinggi. Sifat-sifat ini menunjukkan bahwa adanya gaya antar-molekul
tak lazim yang kuat pada molekul-molekul ketiga senyawa tersebut, yakni ikatan
hidrogen.

Pada air, satu molekul air dapat berikatan hidrogen dengan empat molekul air lain di
sekitarnya dalam susunan tetrahedral seperti terlihat dalam gambar (a) di bawah. Pada
es, molekul-molekul air berikatan hidrogen dalam struktur susunan yang kaku namun
lebih terbuka. Struktur yang lebih terbuka (berongga) pada es seperti terlihat pada
gambar (b) mengakibatkan es memiliki densitas (massa jenis) yang lebih kecil. Ketika
es melebur, sebagian ikatan hidrogen putus. Hal ini menyebabkan molekul-molekul
air dapat tersusun lebih rapat sehingga densitasnya meningkat seperti terlihat pada
gambar (c). Dengan kata lain, jumlah molekul H2O per satuan volum dalam wujud
cair lebih banyak dibanding dalam wujud padat.

Seiring air es dipanaskan di atas titik lebur, pemutusan ikatan hidrogen terus berlanjut
sehingga molekul-molekul air menjadi semakin tersusun rapat dan densitas air
semakin meningkat. Air dalam wujud cair akan mencapai densitas maksimum pada
suhu 3,98°C. Di atas suhu tersebut, air berperilaku “normal” seperti zat-zat lain pada
umumnya sebagaimana densitas menurun seiring dengan kenaikan suhu.

Sifat anomali air ini berperan dalam beberapa fenomena-fenomena yang terjadi di
bumi, seperti misalnya gunung es yang mengapung di atas perairan dan meledaknya
pipa air pada musim salju. Ledakan pipa air dapat terjadi jika pendinginan terjadi
secara mendadak sebagaimana air yang membeku menjadi es mengalami pemuaian.
Dalam peristiwa es yang mengapung pada perairan yang membeku di musim salju,
mengapungnya bongkahan es akan menghambat terjadinya pembekuan air lebih lanjut
sehingga makhluk hidup yang berada di dalam perairan dapat bertahan hidup. Tanpa
adanya sifat anomali air oleh karena keberadaan ikatan hidrogen ini, perairan akan
membeku dari dasar hingga ke permukaan. Hal ini tentunya akan mengakibatkan
makhluk hidup di perairan tersebut terancam tidak dapat bertahan hidup selama
musim salju.

1.4 Gaya Van Der Waals


Gaya ini dikemukakan pertama kali oleh Johannes van der Waals (1837-
1923). Gaya Van der Waals merupakan gaya tarik menarik listrik yang relatif lemah
akibat kepolaran molekul yang permanen atau terinduksi. Kepolaran permanen terjadi
akibat kepolaran di dalam molekul, sedangkan kepolaran tidak permanen terjadi
akibat molekul terinduksi oleh partikel lain yang bermuatan sehingga molekul bersifat
polar sesaat secara spontan.

Konsep gaya tarik menarik antar molekul ini digunakan untuk menurunkan persamaan
zat-zat yang berada dalam fase gas. Gaya ini terjadi karena adanya gaya tarik menarik
antara inti atom dengan elektron atom lain yang disebut gaya tarik menarik
elektrostatis (gaya coulomb) yang umumnya terdapat pada senyawa polar. Pada
molekul non polar gaya Van Der Waals timbul karena adanya dipol-dipol sesaat atau
gaya London.

Gaya ini relatif lebih lemah dibandingkan ikatan kovalen. Namun demikian tetap
memiliki peranan yang besar dalam kimia supramolekul, biologi struktural, polimer,
nanoteknologi, kimia permukaan, dan fisika bahan padat. Gaya van der waals juga
mempunyai pengaruh terhadap senyawa organik, termasuk kelarutan pada media polar
dan non polar.

Gaya intermolekuler mempunyai empat peranan besar:

 Komponen repulsif yang dihasilkan dari prinsip pengecualian Pauli yang


mencegah runtuhnya molekul.
 Gaya elektrostatik tarik menarik dan tolak menolak antara gaya permanen
(dalam hal ion molekuler), dipol (dalam hal molekul tanpa titik inversi),
quadrupol, dan umumnya antara multipolar permanen. Interaksi elektrostatik
sering disebut sebagai interaksi keesom.
 Induksi (yang disebut sebagai polarisasi), yang mana merupakan interaksi
antara multipolar pada satu molekul dengan multipolar induksi lainnya,
interaksi ini seringkali disebut gaya Debye.
 Dispersi (sering dinamai gaya Fritz), yang mana interaksi tarik-menarik antara
molekul berpasangan, termasuk atom non polar, yang muncul dari interaksi
multipolar sementara.

Berdasarkan kepolaran partikelnya gaya Van Der Waals dibagi menjadi :

 Interaksi ion-dipol (molekul polar)


Terjadi interaksi/tarik menarik antara ion dengan molekul polar (dipol) yang
relative cukup kuat.
 Interaksi dipol-dipol
Merupakan interaksi antara sesama molekul polar (dipol) yang terjadi antara ekor
dan kepala dari molekul itu sendiri.
 Interaksi ion-dipol terinduksi
Merupakan interaksi ion dengan dipol terinduksi. Dipol terinduksi merupakan
molekul netral dan menjadi dipol akibat induksi partikel bermuatan yang berada
di dekatnya. Ikatan ini relatif lemah karena kepolaran molekul terinduksi relatif
kecil daripada dipol permanen.
 Interaksi dipol-dipol terinduksi
Molekul dipol dapat membuat molekul netral lain yang bersifat dipol terinduksi
sehingga terjadi interaksi dipol-dipol terinduksi dan ikatannya relatif lemah
sehingga prosesnya berlangsung secara lambat.Antar aksi dipol terinduksi-dipol
terinduksi (gaya london)
Gaya Van der Waals bersifat permanen sehingga lebih kuat dari gaya london.
Gaya Van Der Waals terdapat pada senyawa Hidrokarbon seperti CH4.
Perbedaan keelektronegatifan C(2,5) dengan H(2,1) sangat kecil, yaitu 0,4.
Senyawa-senyawa yang memiliki ikatan Van Der Waals akan mempunyai titik
didih yng sangat rendah, tetapi akan semakin tinggi apabila Mr bertambah karena
ikatan akan semakin kuat (C4H10 > C3H8 > C2 H6> CH4).

1.5 Gaya London


Gaya London pertama kali ditemukan oleh seorang ahli fisika dari Jerman,
Fritz London, pada tahun 1930. Gaya London adalah gaya tarikan lemah yang
disebabkan oleh dipol imbasan sekejap atau sesaat yang terjadi karena adanya
pergerakan elektron dalam suatu orbital. Pergerakan tersebut dapat mengakibatkan
tidak meratanya kepadatan elektron pada atom, sehingga atom tersebut mempunyai
satu sisi dipol dengan muatan lebih negatif dibandingkan sisi yang lain. Mudahnya
suatu atom untuk membentuk dipol sesaat disebut dengan polarisabilitas. Dipol –
dipol ini dikatakan sesaat karena pergerakan elektronnya milyaran kali dalam satu
detik.

Dipol sesaat pada suatu atom dapat mengimbas (menginduksi) atom yang berada di
sekitarnya sehingga terjadi dipol terimbas. Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya
gaya tarik-menarik antara dipol sesaat dengan dipol terimbas.

Pergerakan elektron yang mengakibatkan dipol sesaat dalam suatu molekul akan
bertambah besar apabila molekul tersebut memiliki jumlah elektron yang semakin
besar pula. Jumlah elektron yang besar berkaitan dengan massa molekul relatif (Mr)
molekul tersebut, sehingga semakin besar Mr suatu molekul, maka semakin besar
polarisabilitasnya dan semakin besar pula Gaya Londonnya.Molekul dengan struktur
panjang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mengalami dipol sesaat atau
polarisabilitas. Hal ini dikarenakan molekul dengan struktur panjang mempunyai
bidang yang lebih luas bila dibandingkan dengan molekul yang memiliki struktur
lebih rapat dan kecil.
Kekuatan gaya London bergantung pada beberapa faktor, antara lain kerumitan
molekul dan ukuran molekul.

a) Ukuran Molekul
Gaya London terjadi pada semua ukuran molekul, baik untuk senyawa polar
maupun non polar
 Semakin berat dan luas suatu atom dan molekul akan membentuk gaya
dispersi yang semakin kuat
 Semakin luas suatu atom atau molekul, rata-rata elektron valensi semakin
jauh dari inti. Elektron valensi tersebut akan tertahan lebih kuat dan
semakin mudah dapat membentuk dipol sementara
 Distribusi elektron yang mudah di sekeliling atom atau molekul dapat
berdistorsi yang disebut dengan polarisabilitas
Gaya dispersi London cenderung lebih kuat antara molekul yang
terpolarisasi lebih mudah, dan sebaliknya.
b) Bentuk Molekul
 Pada suhu ruang, neopentana (C5H12) berwujud gas, sementara n-
pentana (C5H12) berwujud cair.
 Gaya dispersi London antara molekul n-pentana lebih kuat darpada
molekul neopentana.
 Bentuk silindris dari molekul n-pentana membuat dapat berkontak satu
sama lain daripada bentuk sferis dari molekul neopentana.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.studiobelajar.com/ikatan-hidrogen/ (Diakses pada tanggal 25 November 2018)

http://aayinul.blogspot.com/2013/04/gaya-antar-molekul.html (Diakses pada tanggal 25


November 2018)

file:///C:/Users/f/Downloads/Chapter%205%20Gaya%20Antarmolekul.pdf (Diakses pada


tanggal 25 November 2018)

Anda mungkin juga menyukai