Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 DEFENISI IKATAN KIMIA


Ikatan kimia merupakan sebuah proses fisika yang bertanggung jawab
dalam gaya interaksi tarik-menarik antara dua atom atau molekul yang
menyebabkan suatu senyawa diatomic atau poliatomik menjadi stabil. Ikatan
kimia pada prinsipnya berasal dari interaksi antar electron-elektron yang ada pada
orbit luar, atau orbit yang terisi sebagian atau orbit bebas dalam atom lainnya.
Ikatan kimia terbagi atas :
a. Ikatan antar atom :
1. Ikatan Ionik : ialah ikatan yang terbentuk antara unsur logam dan non-
logam dengan perbedaan keelektronegatifan yang sangat besar membentuk
kation dan anion melalui gaya elektrostatik.
2. Ikatan Kovalen : ialah ikatan kimia diantara dua atom atau lebih unsur
non-logam dengan non-logam melalui penggunaan bersama pasangan
elektron.
3. Ikatan Logam : ialah ikatan yang terbentuk akibat adanya gaya tarik-
menarik antara muatan positif dari ion-ion logam dengan muatan negative
dari electron-elektron yang bebas bergerak dalam logam tersebut.
b. Ikatan antar molekul :
Gaya antarmolekul adalah gaya elektromagnetik yang terjadi antara
molekul atau antara bagian yang terpisah jauh dari suatu makromolekul.
Gaya-gaya ini dapat berupa kohesi antara molekul serupa, seperti contohnya
pada tegangan permukaan, atau adhesi antara molekul tak serupa, contohnya
pada kapilaritas.
1. Ikatan Hidrogen : ialah gaya tarik menarik antara atom H dengan atom lain
yang mempunyai keelektronegatifan besar pada satu molekul dari senyawa
yang sama. Kekuatan ikatan hidrogen ini dipengaruhi oleh beda
keelektronegatifan dari atom-atom penyusunnya. Semakin besar
perbedaannya semakin besar pula ikatan hidrogen yang dibentuknya.
Kekuatan ikatan hidrogen ini akan mempengaruhi titik didih dari senyawa
tersebut. Semakin besar perbedaan keelektronegatifannya maka akan
semakin besar titik didih dari senyawa tersebut. Namun, terdapat

1
pengecualian untuk H2O yang memiliki dua ikatan hidrogen tiap
molekulnya. Akibatnya, titik didihnya paling besar dibanding senyawa
dengan ikatan hidrogen lain, bahkan lebih tinggi dari HF yang memiliki
beda keelektronegatifan terbesar.
2. Ikatan Van der Waals : ialah gaya tarik-menarik antara atom atau molekul,
dimana gaya ini relatif jauh lebih lemah dibandingkan gaya yang timbul
karena ikatan valensi dan besarnya gaya ini ialah 10-7 kali jarak antara
atom-atom atau molekul-molekul.

1.2 LATAR BELAKANG VAN DER WAALS


Van Der Waals lahir di Leiden, Belanda, sebagai putera Jacobus Van Der
Waals dan Elisabeth Van Den Burg. Ia menjadi guru sekolah, dan kemudian
diizinkan belajar di universitas, karena kurangnya pendidikan dalam bahasa-
bahasa klasik. Ia belajar dari 1862 hingga 1865, mendapat gelar dalam
matematika dan fisika. Ia menikah dengan Anna Magdalena Smit dan memiliki 3
putri dan 1 putra.
Pada 1866, ia menjadi direktur sekolah dasar di den Haag. Pada 1873, ia
mendapatkan gelar doktor di bawah Pieter Rijke atas tesisnya yang berjudul
Over de Continuteit van den Gas- en Vloeistoftoestand (Pada Kontinuitas
Keadaan Gas dan Cair). Pada 1876, ia diangkat sebagai profesor pertama di
Universitas Amsterdam. Van Der Waals meninggal di Amsterdam pada 1923.

2
BAB II
ISI

2.1 Definisi Ikatan Van Der Waals


Johannes Diderik van der Waals (23 November 1837 8 Maret 1923) ialah
ilmuwan Belanda yang terkenal atas karyanya pada persamaan gas cairan,
sehingga ia memenangkan Penghargaan Nobel dalam Fisika pada 1910. Van der
Waals adalah yang pertama menyadari perlunya mengingat akan volume molekul
dan gaya antarmolekul (kini disebut gaya van der Waals) dalam mendirikan
hubungan antara tekanan, volume, dan suhu gas dan cairan.
Gaya van der Waals dalam ilmu kimia merujuk pada jenis tertentu gaya
antar molekul. Istilah ini pada awalnya merujuk pada semua jenis gaya antar
molekul, dan hingga saat ini masih kadang digunakan dalam pengertian tersebut,
tetapi saat ini lebih umum merujuk pada gaya-gaya yang timbul dari polarisasi
molekul menjadi dipol.
Gaya Van Der Waals terjadi akibat interaksi antara molekul-molekul non
polar (Gaya London), antara molekul-molekul polar (Gaya dipol-dipol) atau
antara molekul non polar dengan molekul polar (Gaya dipol-dipol terinduksi).
Ikatan Van Der Waals terdapat antar molekul zat cair atau padat dan sangat lemah.
Gaya Van Der Waals dahulu dipakai untuk menunjukkan semua jenis gaya tarik-
menarik antar molekul. Namun kini merujuk pada pada gaya-gaya yang timbul
dari polarisasi molekul yang terlemah menjadi dipol seketika. Pada saat tertentu,
molekul-molekul dapat berada dalam fase dipol seketika ketika salah satu muatan
negatif berada di sisi tertentu. Dalam keadaan dipol ini, molekul dapat menarik
atau menolak elektron lain dan menyebabkan atom lain menjadi dipol. Gaya tarik
menarik yang muncul sesaat ini merupakan gaya Van Der Waals.
Karena gaya ini sangat lemah maka zat yang mempunyai ikatan van der
waals akan mempunyai titik didih yang sangat rendah. Meskipun demikian gaya
van der waals bersifat permanen dan lebih kuat dari gaya london. Contoh gaya
van der waals terdapat pada senyawa hidrokarbon. Misalnya pada senyawa CH 4.
Perbedaan keelektronegatifan C (2,5) dengan H (2,1) sangat kecil, yaitu sebesar
0,4.

3
Senyawa-senyawa yang mempunyai ikatan van der waals akan mempunyai titik
didih sangat rendah, tetapi dengan bertambahnya Mr Ikatan akan makin kuat
sehingga titik didih lebih tinggi. Contohnya, titik didih C4H10>C3H8>C2H6>CH4.
Contoh lainnya terdapat pada Br2 dan I2. Br2 berwujud cair tetapi mudah menguap
dan I2 berwujud gas tetapi mudah menyublim. Hal ini disebabkan karena ikatan
antara molekul Br2 dan I2 adalah ikatan van der waals.
Dalam bentuk gas (seperti N2, O2, Cl2) dan hampir semua zat organik

berupa molekul-molekul tunggal dengan ikatan kovalen. Gaya tarik antara


molekul-molekul ini sangat lemah. Hal ini terbukti dari kenyataan bahwa gas-gas
nyata tidak mengikuti hukum gas ideal :
PV = nRT
Gaya antar molekul ini disebut gaya Van Der Waals. Dengan adanya gaya-gaya ini
memberikan koreksi pada persamaan ideal untuk gaya sejati.
Dimana :
P = Tekanan Gas
V = Volume gas
T = Temperatur (K)
a dan b = tetapan
R = Tetapan Gas Umum
Dalam keadaan cair dan keadaan padat, gaya-gaya ini lebih besar. Seperti
telah dijelaskan, zat-zat di atas membentuk Kristal molekuler. Satuan-satuan
dalam Kristal molekuler seperti chlor, benzene, dsb. Untuk atom atau molekul-
molekul kecil, struktur kristalnya biasanya tersusun rapat (close packed) karena
gaya Van Der Waals tidak mempunyai arah dalam ruang. Struktur ini terdapat
pada gas-gas mulia, Halogen, H2, N2, O2, CO2, HCl, HBr, CH4, C2H6, NH3, PH3,
dan H2S.
Ikatan van der walls adalah gaya tarik menarik antarmolekul (antar kutub)
dalam senyawa yang berikatan kovalen. Gaya ini merupakan gaya antarmolekul
yang sangat lemah Mencakup interaksi dipole dipole (pada senyawa polar) dan
interaksi dipole terimbas/terinduksi (pada senyawa polar dan non polar).
Sedangkan interaksi dipol sementara (pada senyawa non polar) biasa disebut
dengan gaya dispersi London.

4
Semakin besar Mr suatu senyawa (semakin banyak jumlah partikel yang saling
tarik) ikatan van der walls akan semakin kuat, sehingga energi yang dibutuhkan
untuk memutuskan ikatan antarmolekul semakin besar. Akibatnya titik leleh dan
titik didih senyawa tersebut akan semakin besar.

2.2 ASAL MULA GAYA DISPERSI VAN DER WAALS


a. Dipol-Dipol Yang Berubah-Ubah Sementara
Daya tarik yang ada di alam bersifat elektrik. Pada molekul yang simetris
seperti hidrogen, bagaimanapun, tidak terlihat mengalami distorsi secara
elektrik untuk menghasilkan bagian positif atau bagian negatif. Akan tetapi
hanya dalam bentuk rata-rata.

Diagram dalam bentuk lonjong (the lozenge-shaped) menggambarkan


molekul kecil yang simetris H2, boleh jadi, atau Br2. Tanda arsir
menunjukkan tidak adanya distorsi secara elektrik. Akan tetapi elektron
terus bergerak, serta merta dan pada suatu waktu elektron tersebut
mungkin akan ditemukan di bagian ujung molekul, membentuk ujung
-Pada ujung yang lain sementara akan kekurangan elektron dan menjadi +.

Kondisi yang terakhir elektron dapat bergerak ke ujung yang lain,


membalikkan polaritas molekul.

Selubung lingkarang yang konstan dari elektron pada molekul


menyebabkan fluktuasi dipol yang cepat pada molekul yang paling
simetris. Hal ini terjadi pada molekul monoatomik molekul gas mulia,
seperti helium, yang terdiri dari atom tunggal. Jika kedua elektron helium
berada pada salah satu sisi secara bersamaan, inti tidak terlindungi oleh
elektron sebagaimana mestinya untuk saat itu.

5
b. Dipol-Dipol Sementara Yang Memberikan Kenaikan Daya Tarik
Antarmolekul
Bayangkan sebuah molekul yang memiliki polaritas sementara yang
didekati oleh salah satu yang terjadi menjadi termasuk non-polar hanya
saat itu saja. (kejadian yang tidak disukai, tetapi hal ini menjadikan
diagram lebih mudah digambarkan! Pada kenyataannya, satu molekul
lebih menyukai memiliki polaritas yang lebih besar dibandingkan yang
lain pada saat seperti itu dan karena itu akan menjadi yang paling
dominan).

Seperti molekul yang ditemukan pada bagian kanan, elektronnya akan


cenderung untuk ditarik oleh ujung yang agak positif pada bagian sebelah
kiri. Hal ini menghasilkan dipol terinduksi pada penerimaan molekul, yang
berorientasi pada satu cara yang mana ujung + ditarik ke arah ujung
yang lain.

Pada kondisi yang terakhir elektron pada bagian kiri molekul dapat
bergerak ke ujung yg lain. Pada saat terjadi hal ini, meraka akan menolak
elektron pada bagian kanan yang satunya.

Polaritas kedua molekul adalah berkebalikan, tetapi kamu masih memiliki


yang + tertarik -. Selama molekul saling menutup satu sama lain polaritas
akan terus berfluktuasi pada kondisi yang selaras karena itu dayatarik akan
selalu terpelihara.

6
Tidak ada alasan kenapa hal ini dibatasi pada dua molekul. Selama
molekul saling mendekat pergerakan elektron yang selaras dapat terjadi
pada molekul yang berjumlah sangat banyak.

Diagram ini menunjukkan bagaimana cacat secara keseluruhan dari


molekul yang berikatan secara bersamaan pada suatu padatan dengan
menggunakan gaya van der Waals. Pada kondisi yang terakhir, tentunya,
kamu akan menggambarkan susunan yang sedikit berbeda selama meraka
terus berubah tetapi tetap selaras.

c. Dayatarik Antarmolekul
Dayatarik antarmolekul adalah dayatarik yang terjadi antara suatu molekul
dan molekul tetangganya. Gaya tarik yang mengikat molekul secara
tersendiri (sebagai contoh, ikatan kovalen) dikenal dengan dayatarik
intramolekul. Dua kata tersebut membingungkan yang mana untuk lebih
amannya membuang salah satu diantaranya dan tidak digunakan lagi.
Istilah intramolekul tidak akan digunakan lagi pada bagian ini.
Semua molekul mengalami dayatarik antarmolekul, meskipun pada
beberapa kasus dayatarik yang terjadi sangatlah lemah. Pada gas seperti
hidrogen, H2. Jika kamu memperlambat gerak molekul melalui
pendinginan, dayatarik cukup besar bagi molekul untuk tetap bersama
sampai pada akhirnya membentuk cairan dan kemudian padatan.
Pada kasus hidrogen dayatarik sangat lemah yang mana molekul
membutuhkan pendinginan sampai 21 K (-252C) sebelum dayatarik
cukup kuat untuk mengkondensasi hidrogen menjadi cairan. Dayatarik
antarmolekul yang dimiliki oleh helium lebih lemah molekul tidak ingin
tetap bersama untuk membentuk cairan sampai temperatur menurun
sampai 4 K (-269C).

2.3 Gaya London

7
Gaya London ditemukan oleh Fisikawan Jerman yang bernama Fritz
London. Gaya London (gaya dispersi) merupakan gaya tarik menarik antar
molekul nonpolar akibat adanya dipol terimbas yang ditimbulkan oleh
perpindahan elektron dari satu orbital ke orbital lain membentuk dipol sesaat.
Gaya London mengakibatkan molekul nonpolar bersifat agak polar.
Kemudahan suatu molekul menghasilkan dipol sesaat yang dapat
mengimbas ke molekul sekitarnya disebut polarisabilitas. Polariabilitas berkaitan
dengan massa molekul relatif (Mr) dan bentuk molekul. Jika massa molekul relatif
semakin besar maka molekul semakin mudah mengalami polarisasi sehingga gaya
London semakin kuat. Dengan massa molekul relatif yang sama besar molekul
yang bentuknya panjang lebih mudah mengalami polarisasi dibandingkan dengan
molekul yang kecil, kompak dan simetris. Semakin mudah molekul mengalami
polarisasi semakin tinggi titik didih dan titik lelehnya. Oleh karena itu jika massa
molekul relatif zat semakin besar maka titik didih dan titik lelehnya semakin
tinggi.
Namun gaya London relatif lemah sehingga apabila suatu zat yang
molekulnya hanya mengalami tarik menarik berdasarkan gaya London saja maka
titik didih dan titik lelehnya lebih rendah dibandingkan zat lain yang mengalami
tarik-menarik tidak hanya berdasarkan gaya London saja (Mr hampir sama).
Gaya tarik-menarik dipol sesaat-dipol terimbas adalah gaya tarik-menarik
antar molekul dalam zat polar. Fakta menunjukkan bahwa zat dengan molekul non
polar dapat dicairkan. Proses pengembunan hanya dapat terjadi jika gaya
antarmolekul mampu menyatukan molekul-molekul dalam gas menjadi fase cair.
Elektron senantiasa bergerak dalam orbital. Perpindahan electron dari
suatu daerah ke daerah lainnya menyebabkan suatu molekul yang secara normal
bersifat nonpolar menjadi polar sesaat, sehingga terbentuk suatu dipole sesaat.
Dipole yang terbentuk dengan cara ini disebut dipole sesaat karena dipole itu
dapat merubah milyaran kali dalam satu detik. Pada saat berikutnya, dipole ini
dapat hilang atau bahkan berbalik arahnya. Hasilnya adalah suatu gaya tarik-
menarik antarmolekul yang lemah.
Kemudian suatu molekul untuk membentuk dipole sesaat atau untuk
mengimbas suatu dipole disebut polarisabilitas. Selain efek polarisasi, gaya tarik
antar molekul juga dipengaruhi oleh area kontak antarmolekul.

8
Interaksi dipol terinduksi dan interaksi dipole sesaat-dipol terinduksi
termasuk dalam gaya London. Dimana, gaya London itu sendiri merupakan gaya
tarik-menarik yang lemah antar molekul nonpolar akibat terbentuknta dipole
sesaat. Kekuatan gaya London bergantung pada massa molekul relatif (Mr), dan
bentuk molekul. Semakin besar Mr zat dan semakin panjang dan lurus bentuk
molekul, semakin kuat gaya London, dan semakin besar titik leleh dan titik
didihnya.

2.4 Gaya Tarik Dipol


Gaya Tarik Dipol adalah suatu molekul molekul polar yang cenderung
menyusun diri dengan cara saling mendekati kutub positif dari suatu molekul
dengan kutub negatif molekul yang lain. Semakin besar momen dipol yang
dimiliki oleh suatu senyawa, semakin besar gaya tarik menarik dipol yang
dihasilkan. Gaya ini lebih kuat dibandingkan dengan gaya London. Oleh karena
itu, molekul yang mengalami gaya tarik dipol memiliki titik didih dan titik leleh
yang lebih tinggi daripada molekul yang mengalami gaya London (Mr hampir
sama).

Menurut kepolarannya gaya van der waals dapat dibagi menjadi beberapa
interaksi, yaitu :

1. Interaksi dipol - dipol


Interaksi dipol - dipol merupakan interaksi antara sesama molekul
polar (dipol). Interaksi ini terjadi antara ekor dan kepala dimana jika
berlawanan kutub maka akan tarik-menarik dan sebaliknya.

9
Tanda "+" menunjukkan dipol positif, tanda "-" menunjukkan dipol negatif
Molekul seperti HCl memiliki dipol permanen karena klor lebih
elektronegatif dibandingkan hidrogen. Kondisi permanen ini, pada saat
pembentukan dipol akan menyebabkan molekul saling tarik menarik satu
sama lain. Molekul yang memiliki dipol permanen akan memiliki titik
didih yang lebih tinggi dibandingkan dengan molekul yang hanya
memiliki dipol yang berubah-ubah secara sementara.

Agak mengherankan dayatarik dipol-dipol agak sedikit


dibandingkan dengan gaya dispersi, dan pengaruhnya hanya dapat dilihat
jika kamu membandingkan dua atom dengan jumlah elektron yang sama
dan ukuran yang sama pula. Sebagai contoh, titik didih etana (CH3CH3)
dan fluorometana (CH3F) :

Keduanya memiliki jumlah elektron yang identik, dan ukurannya


hampir sama seperti yang terlihat pada diagram. Hal ini berarti bahwa
gaya dispersi kedua molekul adalah sama. Titik didih fluorometana yang
lebih tinggi berdasarkan pada dipol permanen yang besar yang terjadi pada
molekul karena elektronegatifitas fluor yang tinggi. Akan tetapi, walaupun
memberikan polaritas permanen yang besar pada molekul, titik didih
hanya meningkat kira-kira 10.

10
Berikut ini contoh yang lain yang menunjukkan dominannya gaya
dispersi. Triklorometan, CHCl3, merupakan molekul dengan gaya dispersi
yang tinggi karena elektronegatifitas tiga klor. Hal itu menyebabkan
dayatarik dipol-dipol lebih kuat antara satu molekul dengan tetangganya.

Dilain pihak, tetraklorometan, CCl4, adalah non polar. Bagian luar


molekul tidak seragam - in pada semua arah. CCl 4 hanya bergantung pada
gaya disperse. CCl4 memiliki titik didih yang lebih tinggi, karena CCl4
molekulnya lebih besar dengan lebih banyak elektron. Kenaikan gaya
dispersi lebih dari sekedar menggantikan untuk kehilangan interaksi dipol-
dipol.

2. Interaksi dipol - dipol terinduksi (gaya imbas)


Suatu molekul polar yang berdekatan dengan molekul nonpolar,
akan dapat menginduksi molekul nonpolar. Akibatnya. Molekul nonpolar
memiliki dipol terinduksi.

11
Dipol dari molekul polar akan saling tarik-menarik dengan dipol
terinduksi dari molekul nonpolar. Contohnya terjadi pada interaksi antara
HCl (molekul polar) dengan Cl2 (molekul nonpolar).

Contoh gaya dipol-dipol terinduksi terjadi pada interaksi antara air


(H2O) dan gas oksigen (O2).

3. Gaya ion dipol


Gaya antarmolekul ini terjadi antara ion dan senyawa kovalen
polar. Ketika dilarutkan dalam senyawa kovalen polar, senyawa ion akan
terionisasi menjadi ion positif dan ion negatif. Ion positif akan tarik
menarik dengan dipol negatif, dan sebaliknya. Selain gaya ion-dipol, juga
dikenal gaya ion-dipol sesaat, dimana terjadi dari interaksi antar gaya
dipol-dipol terinduksi dengan gaya ion-dipol. Jika ion dari senyawa ion
berdekatan dengan molekul nonpolar, ion tersebut dapat menginduksi
dipol molekul nonpolar. Dipol terinduksi molekul nonpolar yang
dihasilkan akan berikatan dengan ion.

12
Interaksi ion - dipol merupakan interaksi (berikatan) / tarik
menarik antara ion dengan molekul polar (dipol). Interaksi ini termasuk
jenis interaksi yang relatif cukup kuat.
Contoh : H+ + H2O H3O+
Ag+ + NH3 Ag(NH3)+
Sebagai contoh, NaCl (senyawa ion) dapat larut dalam air (pelarut
polar) dan AgBr (senyawa ion) dapat larut dalam NH3 (pelarut polar).

4. Gaya ion - dipol terinduksi


Interaksi ion - dipol terinduksi merupakan interaksi antara aksi ion
dengan dipol terinduksi. Dipol terinduksi merupakan molekul netral yang
menjadi dipol akibat induksi partikel bermuatan yang berada didekatnya.
Partikel penginduksi tersebut dapat berupa ion atau dipol lain dimana
kemampuan menginduksi ion lebih besar daripada kemampuan
menginduksi dipol karena muatan ion yang juga jauh lebih besar. Interaksi
ini relatif lemah karena kepolaran molekul terinduksi relatif kecil daripada
dipol permanen.
Contoh : I- + I2 I3

2.4 Fakta Yang Menunjukkan Adanya Gaya Van der Waals


Banyak bukti menunjukkan bahwa ada gaya tarik antara
molekul,contohnya Cl2.

Cl Cl . . . . . . . . Cl Cl

Gaya van der waals

13
Gaya ini disebut gaya van der waals dan sangat lemah dibandingkan ikatan
ion dan kovalen. Dalam molekul Cl2 terdapat ikatan kovalen dengan energi ikatan
240 kj/mol,dan antara molekul Cl2 terdapat gaya van der waals sebesar 21 kj/mol.
Gaya van der waals dapat terjadi antara partikel yang sama atau berbeda. Sama
halnya dengan gaya kohesi (gaya antara partikel partikel zat yang sama ). Gaya
ini terjadi karena adanya sifat kepolaran partikel tersebut. Makin kecil kepolaran
makin kecil pula gaya van der waals-nya

2.5 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Ikatan Van Der Waals


Gaya London ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
1. Jumlah electron dalam atom atau molekul
Makin besar ukuran atom atau molekul, makin besar jumlah elektron
sehingga makin jauh pula elektron terluar dari inti dan makin mudah awan
elektron terpolarisasi, serta makin besar gaya dispersi.
2. Bentuk molekul
Molekul yang panjang kurus dapat menghasilkan dipol sementara
yang lebih besar berdasarkan pada pergerakan elektronnya dibandingkan
molekul pendek gemuk yang mengandung jumlah elektron yang sama.
Molekul yang panjang kurus juga dapat lebih dekat satu sama lain
dayatarik mereka lebih efektif jika molekul-molekulnya benar-benar
tertutup. Molekul yang memanjang/tidak bulat, lebih mudah menjadi
dipole dibandingkan dengan molekul yang bulat sehingga gaya disperse
londonnya akan semakin besar.
Sebagai contoh, molekul hidrokarbon butana dan 2-metilpropan
keduanya memiliki rumus molekul C4H10, tetapi atom-atom disusun
berbeda. Pada butana atom karbon disusun pada rantai tunggal, tetapi 2-
metilpropan memiliki rantai yang lebih pendek dengan sebuah cabang.

14
Butana memiliki titik didih yang lebih tinggi karena gaya
dispersinya lebih besar. Molekul yang lebih panjang (dan juga
menghasilkan dipol sementara yang lebih besar) dapat lebih berdekatan
dibandingkan molekul yang lebih pendek dan lebih gemuk 2-metilpropan.

3. Kepolaran molekul
Karena Ikatan Van Der Waals muncul akibat adanya kepolaran, maka
semakin kecil kepolaran molekulnya maka gaya Van Der Waalsnya juga
akan makin kecil.
4. Titik didih gas mulia adalah

helium -269C
neon -246C
argon -186C
kripton -152C
xenon -108C
radon -62C
Semua unsur tersebut berada pada molekul monoatomik.

Alasan yang mendasari bahwa titik didih meningkat sejalan dengan


menurunnya posisi unsur pada golongan adalah kenaikan jumlah elektron,
dan juga tentunya jari-jari atom. Lebih banyak elektron yang dimiliki, dan
lebih menjauh sejauh mungkin, yang paling besar memungkinkan dipol
sementara terbesar dan karena itu gaya dispersi paling besar.

Karena dipol sementara lebih besar, molekul xenon lebih melekat


(stickier) dibandingkan dengan molekul neon. Molekul neon akan berpisah
satu sama lain pada temperatur yang lebih rendah dibandingkan molekul
xenon karena itu neon memiliki titik didih yang lebih rendah.

Hal ini adalah suatu alasan (semua yang lainnya sebanding)


molekul yang lebih besar memiliki lebih banyak elektron dan lebih

15
menjauh dari dipol sementara yang dapat dihasilkan dan karena itu
molekul yang lebih besar lebih melekat.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

16
1. Gaya Van Der Waals merupakan gaya tarik-menarik antara molekul,
dimana gaya ini relatif jauh lebih lemah dibandingkan gaya yang
timbul karena ikatan valensi.
2. Gaya van der waals mencakup gaya London dan gaya dipol
3. Ada empat interaksi van der waals menurut kepolannya :
a. Interaksi dipole-dipol
b. Interaksi dipole-dipol terinduksi
c. Interaksi ion-dipol
d. Interaksi ion-dipol terinduksi
4. Faktor yang mempengaruhi gaya Van Der Waals ialah :
a. Jumlah Elektron dalam atom atau moleku
b. Bentuk Molekul
c. Kepolaran Molekul
d. Titik Didih

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S., & Yulianti, E. (2010). Penurunan angka peroksida dan asam lemak
bebas (FFA) pada proses bleaching minyak goreng bekas oleh karbon aktif
polong buah kelor dengan aktivasi nacl. alchemy , 53-103.

Riapanitra, A., Setyaningtias, T., & Riyani, K. (2013). Penentuan waktu kontak
dan pH optimum penyerapan metilen biru menggunakan abu sekam padi.
ikatan kimia , 41-44.

Sukardjo.1985.Ikatan Kimia.Yogyakarta : Rineka Cipta

17
Sugiyarto, Kristian dan Retno.2010.Kimia Anorganik Logam. Medan : Universitas
Negeri Medan

Syukri S.1999.Kimia Dasar Jilid I.Bandung : ITB

http://kimia.upi.edu/staf/nurul/Web%202011/0800643/iondipol.html

http://www.chem-is-try.org/materi
kimia/struktur_atom_dan_ikatan/ikatan_antarmolekul_gaya_van_der_waals/

http://yunanchemistry.blogspot.com/2012/07/bab-i-pendahuluan.html

http://web.unair.ac.id/efinda putri normasari


Wuntu, A. D., & Kamu, V. S. (2011). Adsorpsi aseton pada arang
aktif biji asam jawa. jurnal ilmiah sains , 174-177.

18

Anda mungkin juga menyukai