NPM : 1813023030
Mata Kuliah : Senyawa Kompleks
LKM 4 Sifat Magnetik Senyawa Kompleks
↑↓ ↑↓ ↑↓
2. Jelaskan perbedaan senyawa kompleks dengan spin tinggi dan spin rendah, lengkap
dengan cotohnya.
Jawab:
Hibridisasi [Fe(NO2)6]3-
3d 4s 4p
Ion Fe3+ (keadaan dasar) : [Ar] ↑ ↑ ↑ ↑ ↑
(Hibridisasi d2sp3)
Ion Fe3+ dalam : [Ar] ↑↓ ↑↓ ↑ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓
[Fe(NO2)6]3-
6 PEB dari Ligan NO2
3-
Hibridisasi [Fe(Br)6]
3d 4s 4p 4d
Ion Fe3+ (keadaan dasar) : ↑ ↑ ↑ ↑ ↑
[Ar]
Ion Fe3+ (hibridisasi) : ↑ ↑ ↑ ↑ ↑
[Ar]
(Hibridisasi sp3d2)
Ion Fe3+ dalam : ↑ ↑ ↑ ↑ ↑ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓
[Ar]
[Fe(Br)6]3-
6 PEB dari Ligan Br-
Kedua contoh diatas menunjukkan bahwa teori ikatan valensi dengan konsep
hibridisasinya cukup baik dalam menjelaskan bentuk struktur suatu kompleks dan
sifat kemagnetannya. Selain itu, TIV jufa dapat menunjukkan adanya “spin
berpasangan” (spin paired) sehingga menghasilkan “spin rendah” (low spin, LS)
dan spin bebas “spin free” sehingga menghasilkan “spin tinggi” (high spin, HS).
Maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara spin tinggi dan spin rendah berada
pada keberadaan elektron di orbital d jika terdapat elektron yang tidak berpasangan
maka merupakan spin tinggi sedangkan jika semua elektron berpasang maka
merupakan spin rendah. Hal ini dikarenakan ketika terdapat elektron yang tidak
berpasangan maka menghasilkan spin bebas yang menghasilkan spin tinggi, berbeda
dengan elektron yang berpasangan menghasilkan spin bebas.
3. Gambarkan cara menentukan sifat magnetik senyawa kompleks secara eksperimen.
Jelaskan cara menghitung momen magnetik suatu senyawa kompleks lengkap
dengan contohnya.
Jawab:
Louis Georges Guoy, seorang fisikawan Perancis, yang mempunyai gagasan untuk
mengukur momen magnetik suatu zat. Menurut Gouy, dalam suatu medan magnet
eksternal (Dalal, 2018). Secara eksperimen, momen magnetik suatu zat dapat diukur
dengan menggunakan neraca magnetik Guoy, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar di bawah ini:
Gambar neraca magnetik Gouy (a) dalam keadaan tidak aktif; (b) sampel bersifat
paramagnetik;(c) sampel bersifat diamagnetik
Gambar (a) mengilustrasikan neraca magnetik Guoy dalam keadaan tidak aktif.
Sampel yang akan diukur momen magnetiknya dimasukkan dalam tabung Guoy.
Apabila sampel tertarik ke medan magnet seperti yang diilustrasikan Gambar (b),
maka sampel tersebut dikatakan bersifat paramagnetik. Sampel yang bersifat
paramagnetik memiliki harga momen magnetik lebih besar dari nol. Apabila sampel
ditolak medan magnet seperti yang diilustrasikan Gambar (c), maka sampel tersebut
dikatakan bersifat diamagnetik. Sampel yang bersifat diamagnetik bersifat memiliki
harga momen magnetik sama dengan nol.
Pada suatu senyawa kompleks, harga momen magnetik juga dapat diprediksikan
dari banyaknya elektron yang tidak berpasangan yang terdapat pada logam pusat.
Harga momen magnetik dapat dihitung berdasarkan persamaan:
2
dimana n merupakan banyaknya elektron yang tidak berpasangan yang terdapat
pada logam pusat. Harga momen magnetik dinyatakan dalam satuan Bohr
Magnetons (BM).
Berdasarkan persamaan tersebut, apabila semua elektron yang terdapat pada logam
pusat suatu kompleks semuanya telah berpasangan, maka harga momen magnetik
spinnya sama dengan nol sehingga dikatakan senyawa kompleks tersebut dianggap
bersifat diamagnetik. Sebaliknya, apabila pada ion logam pusat suatu senyawa
kompleks ada elektron yang tidak berpasangan, maka harga momen magnetik
spinnya lebih besar dari nol sehingga senyawa kompleks dianggat bersifat
paramagnetik. Semakin banyak elektron yang tidak berpasangan, harga momen
magnetik spinnya akan semakin besar.
Berdasarkan gambar diatas [Fe(NH3)6]2+ Termasuk kompleks orbital dalam. Hal ini
dikarenakan proses hibridisasi d2sp3 menggunakan dua orbital 3d. Berdasarkan
literatur pada buku senyawa kompleks tabel 6.1 suatu kompleks dengan hibridisasi
d2sp3 memiliki struktur oktahedral.
5. Ion kompleks [Fe(Cl)6]3- bersifat paramagnetik, dengan momen magnet sebesar 5,9
BM. Jelaskan lengkap dengan hibridisasinya! Termasuk kompleks orbital dalam
atau luarkah kompleks tersebut? Gambarkan strukturnya.
Jawab:
Berikut ini konfigurasi elektron ion Fe3+
Sehingga ion Fe3+ dengan satu orbital 4s, tiga orbital 4p dan dua orbital 4d
berhibridisasi membentuk 6 orbital hibrid sp3d2 yang belum terisi oleh elektron. 6
orbital hibrida sp3d2 dapat berikatan dengan 6 Cl melalui ikatan kovalen koordinasi
dan PEB dari Cl membentuk ion kompleks
[Fe(Cl)6]3- dimana.......
6. Apa saja yang dapat dijelaskan oleh teori ikatan valensi, mengenai senyawa
kompleks?Dapatkah teori tersebut menjelaskan: “Mengapa senyawa kompleks pada
umumnya ber-warna? Teori apa yang dapat menjelaskannya?
Jawab :
Berikut adalah hal-hal yang dapat dijelaskan oleh Teori Ikatan Valensi:
2. Kompleks dengan Orbital Luar dan Orbital Dalam TIV dapat menunjukkan
adanya “spin terpasang” (spin paired) sehingga menghasilkan “spin rendah” (low
spin, LS) dan “spin bebas” (spin free) sehingga menghasilkan “spin tinggi” (high
spin, HS).Lebih lanjut, Pauling mengidentifikasi adanya kompleks dengan
kompleks dengan orbital luar (outer orbital complex) dan orbital dalam (inner
orbital complex).
3. Sifat Magnetik Senyawa Kompleks Momen magnetic yang terukur yang dimiliki
oleh suatu senyawa kompleks disebut momen magnet efektif (μe). Momen magnetic
efektif yang dimiliki oleh suatu senyawa kompleks merupakan hasil interaksi dari
momen magnetic yang ditimbulkan akibat rotasi elektron-elektron disekitar sumbu
rotasinya.