Anda di halaman 1dari 9

Nama : Astria Munitasari

NPM : 1813023030
Mata Kuliah : Senyawa Kompleks
LKM 4 Sifat Magnetik Senyawa Kompleks

1. Pauling mengidentifikasi adanya kompleks dengan orbital luar (outer orbital


complex) dan orbital dalam (inner orbital complex). Jelaskan perbedaan dari
keduanya lengkap dengan contohnya.
Jawab:
Kompleks orbital luar adalah senyawa koordinasi yang terdiri dari atom logam
pusat yang memiliki hibridisasi orbital atom termasuk orbital s, p dan d dari kulit
terluar. Sedangkan kompleks orbital dalam adalah senyawa koordinasi yang
memiliki atom logam pusat yang mengalami hibridisasi orbital atom termasuk
orbital d bagian dalam. Perbedaan utama antara kompleks orbital luar dan kompleks
orbital dalam adalah bahwa hibridisasi orbital atom-atom logam pusat kompleks
orbital luar melibatkan orbital kulit terluar sedangkan hibridisasi orbital atom-atom
logam pusat kompleks orbital dalam melibatkan orbital kulit dalam d. Contoh
senyawa kompleks dengan orbital luar yaitu senyawa kompleks [CoF6]3- dan orbital
dalam yaitu senyawa kompleks Co(CN)6]3-

Pada senyawa kompleks [CoF6]3- :


Proses hibridisasi pembentukan kompleks [CoF6]3-
Konfigurasi elektron:
Ion Co3+ (keadaan dasar) : [Ar] 3d 4s 4p 4d
↑↓ ↑ ↑ ↑ ↑
Ion Co3+ (hibridisasi) : [Ar]
↑↓ ↑ ↑ ↑ ↑
Hibridisasi sp3 d2
Ion Co3+ dalam : [Ar]
[CoF6]3-
↑↓ ↑ ↑ ↑ ↑ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓
6 PEB dari 6 ligan F-

Proses hibridisasi pembentukan kompleks [Co(CN)6]3-


Konfigurasi elektron:
Ion Co3+ (keadaan dasar) : [Ar] 3d 4s 4p
↑↓ ↑ ↑ ↑ ↑
Ion Co3+ (tereksitasi) : [Ar]

↑↓ ↑↓ ↑↓

Ion Co3+ (hibridisasi) : [Ar]


↑↓ ↑↓ ↑↓
Hibridisasi d2sp3
Ion Co3+ dalam : [Ar]
[Co(CN)6]3-
↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓
6 PEB dari 6 ligan CN-

Berdasarkan konfigurasi elektron di atas, senyawa kompleks [CoF6]3- terbentuk


melalui proses hibridisasi sp3d2 dimana menggunakan 2 orbital 4d yyang terletak
setelah atau “di luar” orbital 3d, sehingga senyawa kompleks [CoF6]3- termasuk
dengan kompleks orbital luar. Pada senyawa kompleks [CoF6]3- terdapat 4 elektron
yang tidak berpasangan. Hal ini dapat dikatakan bahwa senyawa kompleks [CoF6]3-
memiliki spin bebas lebih banyak dibandingkan senyawa kompleks [Co(CN)6]3- dan
kemagnetan senyawa kompleks [CoF6]3- lebih tinggi dibanding senyawa kompleks
[Co(CN)6]3-. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa senyawa kompleks [CoF6]3-
merupakan kompleks dengan spin tinggi dan kompleks orbital luar.
Pada senyawa kompleks [Co(CN)6]3- :
Berdasarkan konfigurasi elektron di atas, senyawa kompleks [Co(CN)6]3- terbentuk
melalui proses hibridisasi d2sp3 dimana menggunakan dua orbital 3d, sehingga
senyawa kompleks [Co(CN)6]3- termasuk kompleks dengan orbital dalam. Pada
senyawa kompleks [Co(CN)6]3- tidak terdapat elektron yang tidak berpasangan. Hal
ini dikarenakan senyawa kompleks [Co(CN)6]3- memiliki spin bebas lebih sedikit
daripada senyawa kompleks [CoF6]3-. Dengan demikian, senyawa kompleks
[Co(CN)6]3- merupakan kompleks dengan spin rendah dan termasuk senyawa
kompleks dengan orbital dalam.

2. Jelaskan perbedaan senyawa kompleks dengan spin tinggi dan spin rendah, lengkap
dengan cotohnya.
Jawab:
Hibridisasi [Fe(NO2)6]3-
3d 4s 4p
Ion Fe3+ (keadaan dasar) : [Ar] ↑ ↑ ↑ ↑ ↑

Ion Fe3+ (tereksitasi) :[Ar] ↑↓ ↑↓ ↑

Ion Fe3+ (hibridisasi) : [Ar] ↑↓ ↑↓ ↑

(Hibridisasi d2sp3)
Ion Fe3+ dalam : [Ar] ↑↓ ↑↓ ↑ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓
[Fe(NO2)6]3-
6 PEB dari Ligan NO2
3-
Hibridisasi [Fe(Br)6]

3d 4s 4p 4d
Ion Fe3+ (keadaan dasar) : ↑ ↑ ↑ ↑ ↑
[Ar]
Ion Fe3+ (hibridisasi) : ↑ ↑ ↑ ↑ ↑
[Ar]
(Hibridisasi sp3d2)
Ion Fe3+ dalam : ↑ ↑ ↑ ↑ ↑ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓
[Ar]
[Fe(Br)6]3-
6 PEB dari Ligan Br-

Kedua contoh diatas menunjukkan bahwa teori ikatan valensi dengan konsep
hibridisasinya cukup baik dalam menjelaskan bentuk struktur suatu kompleks dan
sifat kemagnetannya. Selain itu, TIV jufa dapat menunjukkan adanya “spin
berpasangan” (spin paired) sehingga menghasilkan “spin rendah” (low spin, LS)
dan spin bebas “spin free” sehingga menghasilkan “spin tinggi” (high spin, HS).

Pada senyawa kompleks [Fe(Br)6]3- terdapat 5 elektron yang tidak berpasangan,


sedangkan pada senyawa kompleks [Fe(NO2)6]3- terdapat 2 elektron yang tidak
berpasangan. Hal ini dapat dilihat bahwa senyawa kompleks [Fe(Br)6]3- memiliki
spin bebas lebih banyak dibandingkan senyawa kompleks [Fe(NO2)6]3- sehingga
[Fe(Br)6]3- menghasilkan spin tinggi yang lebih banyak pula dibandingkan senyawa
kompleks [Fe(NO2)6]3-. Dapat dikatakan bahwa senyawa kompleks [Fe(Br)6]3-
merupakan senyawa kompleks dengan spin tinggi dan senyawa kompleks
[Fe(NO2)6]3-merupakan kompleks dengan spin rendah.

Maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara spin tinggi dan spin rendah berada
pada keberadaan elektron di orbital d jika terdapat elektron yang tidak berpasangan
maka merupakan spin tinggi sedangkan jika semua elektron berpasang maka
merupakan spin rendah. Hal ini dikarenakan ketika terdapat elektron yang tidak
berpasangan maka menghasilkan spin bebas yang menghasilkan spin tinggi, berbeda
dengan elektron yang berpasangan menghasilkan spin bebas.
3. Gambarkan cara menentukan sifat magnetik senyawa kompleks secara eksperimen.
Jelaskan cara menghitung momen magnetik suatu senyawa kompleks lengkap
dengan contohnya.
Jawab:
Louis Georges Guoy, seorang fisikawan Perancis, yang mempunyai gagasan untuk
mengukur momen magnetik suatu zat. Menurut Gouy, dalam suatu medan magnet
eksternal (Dalal, 2018). Secara eksperimen, momen magnetik suatu zat dapat diukur
dengan menggunakan neraca magnetik Guoy, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar di bawah ini:

Gambar neraca magnetik Gouy (a) dalam keadaan tidak aktif; (b) sampel bersifat
paramagnetik;(c) sampel bersifat diamagnetik

Gambar (a) mengilustrasikan neraca magnetik Guoy dalam keadaan tidak aktif.
Sampel yang akan diukur momen magnetiknya dimasukkan dalam tabung Guoy.
Apabila sampel tertarik ke medan magnet seperti yang diilustrasikan Gambar (b),
maka sampel tersebut dikatakan bersifat paramagnetik. Sampel yang bersifat
paramagnetik memiliki harga momen magnetik lebih besar dari nol. Apabila sampel
ditolak medan magnet seperti yang diilustrasikan Gambar (c), maka sampel tersebut
dikatakan bersifat diamagnetik. Sampel yang bersifat diamagnetik bersifat memiliki
harga momen magnetik sama dengan nol.
Pada suatu senyawa kompleks, harga momen magnetik juga dapat diprediksikan
dari banyaknya elektron yang tidak berpasangan yang terdapat pada logam pusat.
Harga momen magnetik dapat dihitung berdasarkan persamaan:
2
dimana n merupakan banyaknya elektron yang tidak berpasangan yang terdapat
pada logam pusat. Harga momen magnetik dinyatakan dalam satuan Bohr
Magnetons (BM).

Berdasarkan persamaan tersebut, apabila semua elektron yang terdapat pada logam
pusat suatu kompleks semuanya telah berpasangan, maka harga momen magnetik
spinnya sama dengan nol sehingga dikatakan senyawa kompleks tersebut dianggap
bersifat diamagnetik. Sebaliknya, apabila pada ion logam pusat suatu senyawa
kompleks ada elektron yang tidak berpasangan, maka harga momen magnetik
spinnya lebih besar dari nol sehingga senyawa kompleks dianggat bersifat
paramagnetik. Semakin banyak elektron yang tidak berpasangan, harga momen
magnetik spinnya akan semakin besar.

4. Ion kompleks [Fe(NH3)6]2+ bersifat diamagnetik. Jelaskan dengan Teori Ikatan


Valensi lengkap dengan hibridisasinya! Termasuk kompleks orbital dalam atau
luarkah kompleks tersebut? Gambarkan strukturnya.
Jawab:
Berikut ini konfigurasi elektron ion Fe2+
Berdasarkan konfigurasi diatas, terlihat bahwa pemebentukan kompleks
2+ 2 3
[Fe(NH3)6] melibatkan hibridisasi d sp . Pada gambar konfigurasi tersebut semua
elektron berpasangan. Hal ini yang mengindikasikan kompleks yang terbentuk
bersifat diamagnetik.
Berikut ini merupakan gambar struktur dari [Fe(NH3)6]2+

Berdasarkan gambar diatas [Fe(NH3)6]2+ Termasuk kompleks orbital dalam. Hal ini
dikarenakan proses hibridisasi d2sp3 menggunakan dua orbital 3d. Berdasarkan
literatur pada buku senyawa kompleks tabel 6.1 suatu kompleks dengan hibridisasi
d2sp3 memiliki struktur oktahedral.

5. Ion kompleks [Fe(Cl)6]3- bersifat paramagnetik, dengan momen magnet sebesar 5,9
BM. Jelaskan lengkap dengan hibridisasinya! Termasuk kompleks orbital dalam
atau luarkah kompleks tersebut? Gambarkan strukturnya.
Jawab:
Berikut ini konfigurasi elektron ion Fe3+
Sehingga ion Fe3+ dengan satu orbital 4s, tiga orbital 4p dan dua orbital 4d
berhibridisasi membentuk 6 orbital hibrid sp3d2 yang belum terisi oleh elektron. 6
orbital hibrida sp3d2 dapat berikatan dengan 6 Cl melalui ikatan kovalen koordinasi
dan PEB dari Cl membentuk ion kompleks
[Fe(Cl)6]3- dimana.......

Senyawa yang terbentuk merupakan kompleks orbital luar, karena senyawa


kompleks [Fe(Cl)6]3- Tersebut terbentuk melalui proses hibridisasi sp3d2 di mana
menggunakan dua orbital 4d, sehingga senyawa kompleks [Fe(Cl)6]3- Termasuk
kompleks dengan orbital luar. Pada senyawa tersebut terdapat elektron yang tidak
berpasangan sehingga senyawa kompleks ini termasuk kompleks-kompleks dengan
spin besar. dengan demikian senyawa kompleks [Fe(Cl)6]3- Bersifat paramagnetik
Berikut ini adalah bentuk struktur dari kompleks [Fe(Cl)6]3-

6. Apa saja yang dapat dijelaskan oleh teori ikatan valensi, mengenai senyawa
kompleks?Dapatkah teori tersebut menjelaskan: “Mengapa senyawa kompleks pada
umumnya ber-warna? Teori apa yang dapat menjelaskannya?
Jawab :
Berikut adalah hal-hal yang dapat dijelaskan oleh Teori Ikatan Valensi:

1. Pembentukan senyawa kompleks Teori ikatan valensi (TIV) dapat menjelaskan


ikatan pada senyawa kompleks. Berdasarkan teori ikatan valensi senyawa kompleks
dianggap terbentuk dari reaksi anatara asam lewis ( logam pusat ) dengan basa basa
lewis (ligam) melalui ikatan kovalen koordinasi antara keduanya. Ikatan kovalen
koordinasi yang terbentuk merupakan hasil tumpang tindih ( overlap) antara yang
berisi pasangan elelktron bebas dan orbital logam pusat yang kosong didalam
senyawa kompleks,logam psat memiliki bilangan koordinasi tertentu dengan
demikian pada proses terbentuknya senyawa kompleks logam pusat menyiapkan
sejumlah orbital kosong yang sesuai disertai dengan proses hybridisasi. Jumlah
orbital hibrida yang terbentuk dari proses hibridisasi sama dengan julah arbital
orbital atom yang terlibat di dalam hibridisasi.

2. Kompleks dengan Orbital Luar dan Orbital Dalam TIV dapat menunjukkan
adanya “spin terpasang” (spin paired) sehingga menghasilkan “spin rendah” (low
spin, LS) dan “spin bebas” (spin free) sehingga menghasilkan “spin tinggi” (high
spin, HS).Lebih lanjut, Pauling mengidentifikasi adanya kompleks dengan
kompleks dengan orbital luar (outer orbital complex) dan orbital dalam (inner
orbital complex).

3. Sifat Magnetik Senyawa Kompleks Momen magnetic yang terukur yang dimiliki
oleh suatu senyawa kompleks disebut momen magnet efektif (μe). Momen magnetic
efektif yang dimiliki oleh suatu senyawa kompleks merupakan hasil interaksi dari
momen magnetic yang ditimbulkan akibat rotasi elektron-elektron disekitar sumbu
rotasinya.

Teori Ikatan Valensi tidak menjelaskan mengapa senyawa kompleks umumya


berwarna. Teori yang dapat menjelaskan tentang mengapa senyawa kompleks
umumya berwarna adalah teori medan Kristal.

Anda mungkin juga menyukai