Anda di halaman 1dari 4

Gaya antarmolekul

Gaya antarmolekul adalah gaya elektromagnetik yang terjadi antara molekul-molekul


atau antara bagian yang terpisah jauh dari suatu makromolekul. Gaya tersebut dapat berupa
kohesi antara molekul serupa, seperti contohnya pada tegangan permukaan, atau adhesi
antara molekul tak serupa, contohnya pada kapilaritas.
Gaya antarmolekul ini memiliki sifat tarik menarik dan juga tolak-menolak antar
molekul. Ketika dua molekulnya berdekatan, gaya tolak antara muatan yang sama akan
timbul dan semakin tinggi energi tolaknya. Oleh karena itu akan dibutuhkan energi yang
lebih tinggi pula untuk memampatkan suatu molekul.
Penelitian gaya antarmolekul bermula dari pengamatan makroskopik yang
menunjukkan adanya aksi gaya-gaya pada tingkat molekul atau mikroskopik. Pengamatan ini
meliputi sikap termodinamik gas non-ideal yang dicerminkan oleh koefisien virial, tekanan
uap, viskositas, tegangan permukaan dan data adsorpsi.
Gaya Van der Waals terdiri dari tiga macam, yaitu:
1. Gaya Keesom/Gaya elektrostatis, meliputi interaksi antara:
a) molekul ionik dengan molekul ionic
b) dipol permanen dengan dipol permanen
2. Gaya Debye (interaksi antara dipol permanen dengan dipol terinduksi)
3. Gaya London/Gaya Dispersi (interaksi antara dipol sementara dengan dipol
terinduksi)

Gaya dipol–dipol
Molekul polar memiliki distribusi atau kerapatan elektron yang tidak merata
dikarenakan pada molekul polar memiliki perbedaan keelektronegatifan yang besar.
Perbedaaan keelektronegatifan ini menyebabkan suatu atom terbagi menjadi dua muatan
(dipol), satu ujung memiliki muatan positif dan ujung lainnya bermuatan negatif. Terdapat
kecenderungan bahwa ujung positif akan berdekatan dengan ujung negatif atom lain yang
berada di dekatnya.2 Keadaan ini disebabkan adanya gaya tarik-menarik yang disebut dengan
gaya tarik dipol–dipol.
Hubungan gaya dipol – dipol dengan sifat fisik suatu senyawa. Semakin rendah gaya
tarik dipol-dipol antar molekul, maka titik didih maupun titik leleh senyawa tersebut akan
semakin tinggi. Kenyataan ini menyatakan bahwa gaya tarik dipol-dipol bukan merupakan
faktor utama penentu besarnya titik leleh maupun titik didih suatu senyawa. Gaya dipol-dipol
merupakan gaya yang bekerja antara molekul-molekul polar, yaitu antara molekul yang
memiliki momen dipol. Semakin besar momen dipolnya, maka semakin kuat gayanya.

Suatu contoh interaksi dipol-dipol dapat dilihat pada asam klorida (HCl): ujung positif
suatu molekul polar akan saling menarik dengan ujung negatif molekul lain dan mempengaruhi
posisinya. Molekul polar mempunyai gaya tarik resultan. Contoh-contoh molekul polar adalah
asam klorida (HCl) dan kloroform (CHCl3).
Ikatan hidrogen
Ikatan hidrogen (hydrogen bond) adalah gaya tarik menarik antara suatu pasangan
dari sebuah atom elektronegatif dan sebuah atom hidrogen yang terikat dengan nitrogen,
oksigen, atau fluorin. Ikatan hidrogen sering digambarkan sebagai suatu interaksi dipol-dipol
elektrostatik yang kuat. Namun, juga memiliki sejumlah ciri ikatan kovalen: mempunyai
arah, lebih kuat dari interaksi van der Waals, menghasilkan jarak antaratom yang lebih
pendek dari jumlah jari-jari van der Waals, dan umumnya melibatkan pasangan dalam jumlah
terbatas, yang dapat ditafsirkan sebagai sejenis valensi.

Ikatan hidrogen antarmolekul menyebabkan tingginya titik didih air (100 °C)
dibanding hidrida golongan 16 lain, yang tidak mempunyai ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen
antarmolekul juga turut menyebabkan struktur sekunder, tersier, dan kuarterner dari protein
dan asam nukleat. Ikatan ini juga berperan penting pada struktur polimer, baik sintetik
maupun alamiah.
Gaya van der Waals
Gaya ini dikemukakan pertama kali oleh Johannes van der Waals (1837-1923). Gaya
van der Waals merupakan gaya tarik menarik listrik yang relatif lemah akibat kepolaran
molekul yang permanen atau terinduksi. Kepolaran permanen terjadi akibat kepolaran di
dalam molekul, sedangkan kepolaran tidak permanen terjadi akibat molekul terinduksi oleh
partikel lain yang bermuatan sehingga molekul bersifat polar sesaat secara spontan.
Konsep gaya tarik menarik antar molekul ini digunakan untuk menurunkan persamaan
zat-zat yang berada dalam fase gas. Gaya ini terjadi karena adanya gaya tarik menarik antara
inti atom dengan elektron atom lain yang disebut gaya tarik menarik elektrostatis (gaya
coulomb) yang umumnya terdapat pada senyawa polar. Pada molekul non polar gaya van der
Waals timbul karena adanya dipol-dipol sesaat atau gaya London.
Berdasarkan kepolaran partikelnya gaya van der Waals dibagi menjadi:
1. Interaksi ion-dipol (molekul polar)
2. Interaksi dipol-dipol
3. Interaksi ion-dipol terinduksi
4. Interaksi dipol-dipol terinduksi
Interaksi ion-dipol (molekul polar)
Terjadi interaksi/tarik menarik antara ion dengan molekul polar (dipol) yang relatif
cukup kuat.
Interaksi dipol-dipol
Merupakan interaksi antara sesama molekul polar (dipol) yang terjadi antara ekor dan
kepala dari molekul itu sendiri.
Interaksi ion-dipol terinduksi
Merupakan interaksi ion dengan dipol terinduksi. Dipol terinduksi merupakan
molekul netral dan menjadi dipol akibat induksi partikel bermuatan yang berada di dekatnya.
Ikatan ini relatif lemah karena kepolaran molekul terinduksi relatif kecil daripada dipol
permanen.
Interaksi dipol-dipol terinduksi
Molekul dipol dapat membuat molekul netral lain yang bersifat dipol terinduksi
sehingga terjadi interaksi dipol-dipol terinduksi dan ikatannya relatif lemah sehingga
prosesnya berlangsung secara lambat. Antar aksi dipol terinduksi-dipol terinduksi (gaya
london)
Gaya van der Waals bersifat permanen sehingga lebih kuat dari gaya london. Gaya
van der Waals terdapat pada senyawa hidrokarbon seperti CH4. Perbedaan keelektronegatifan
C(2,5) dengan H(2,1) sangat kecil, yaitu 0,4. Senyawa-senyawa yang memiliki ikatan van der
Waals akan mempunyai titik didih yang sangat rendah, tetapi akan semakin tinggi apabila
massa molekul relatif (Mr) bertambah karena ikatan akan semakin kuat (C4H10 > C3H8 >
C2 H6> CH4).
Gaya London
Gaya London pertama kali ditemukan oleh seorang ahli fisika dari Jerman, Fritz
London, pada tahun 1930. Gaya London adalah gaya tarikan lemah yang disebabkan oleh
dipol imbasan sekejap atau sesaat yang terjadi karena adanya pergerakan elektron dalam
suatu orbital. Pergerakan tersebut dapat mengakibatkan tidak meratanya kerapatan elektron
pada atom, sehingga atom tersebut mempunyai satu sisi dipol dengan muatan lebih negatif
dibandingkan sisi yang lain. Mudahnya suatu atom untuk membentuk dipol sesaat disebut
dengan polarisabilitas. Dipol–dipol ini dikatakan sesaat karena pergerakan elektronnya
milyaran kali dalam satu detik.
Dipol sesaat pada suatu atom dapat mengimbas (menginduksi) atom yang berada di
sekitarnya sehingga terjadi dipol terimbas. Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya gaya
tarik-menarik antara dipol sesaat dengan dipol terimbas.
Pergerakan elektron yang mengakibatkan dipol sesaat dalam suatu molekul akan
bertambah besar apabila molekul tersebut memiliki jumlah elektron yang semakin besar pula.
Jumlah elektron yang besar berkaitan dengan massa molekul relatif (Mr) molekul tersebut,
sehingga semakin besar Mr suatu molekul, maka semakin besar polarisabilitasnya dan
semakin besar pula Gaya Londonnya. Molekul dengan struktur panjang mempunyai
kemungkinan lebih besar untuk mengalami dipol sesaat atau polarisabilitas. Hal ini
dikarenakan molekul dengan struktur panjang mempunyai bidang yang lebih luas bila
dibandingkan dengan molekul yang memiliki struktur lebih rapat dan kecil.
Kekuatan gaya London bergantung pada beberapa faktor, antara lain kerumitan
molekul dan ukuran molekul.
Kerumitan molekul
Lebih banyak terdapat interaksi pada molekul kompleks dari molekul sederhana,
sehingga gaya London lebih besar dibandingkan molekul sederhana. Semakin besar Mr
semakin kuat gaya London.
Ukuran molekul
Molekul yang lebih besar mempunyai tarikan lebih besar daripada molekul berukuran
kecil, sehingga mudah terjadi kutub listrik sesaat yang menimbulkan gaya London besar.
Dalam satu golongan dari atas ke bawah, ukurannya bertambah besar, sehingga gaya
Londonnya juga semakin besar.
Gaya London biasanya terjadi pada gas mulia yang mempunyai keelektronegatifan
nol (stabil). Contohnya pada Neon, dimana gas Neon bisa dicairkan pada suhu yang tinggi
atau rendah. Pada suhu yang sangat rendah atom-atom Neon akan saling berdekatan sehingga
kestabilan elektronnya akan terganggu. Hal ini menyebabkan dalam atom Neon terbentuk dua
kutub (dipol) antara molekul yang sama. Dipol ini membentuk ikatan sehingga Neon berubah
menjadi cair. Dipol ini bersifat sementara, karena elektron selalu bergerak dalam orbital
sehingga pada saat berikutnya dipol itu hilang.

Gaya Intermolekul Pada Aspal


Aspal adalah campuran kompleks hidrokarbon yang terdiri dari berbagai molekul organik,
terutama hidrokarbon alifatik dan aromatik. Gaya antar molekul dalam aspal adalah gaya Van
der Waals. Gaya ini terjadi karena perbedaan sementara dalam distribusi elektron di molekul
aspal, yang menyebabkan adanya momen dipol sementara dalam molekul tersebut. Ini
menciptakan gaya tarik-tarik antara molekul-molekul aspal yang berdekatan.
Gaya Van der Waals terdiri dari tiga komponen utama:
 Gaya dispersi (London dispersion forces): Ini adalah gaya tarik-tarik sementara yang
terjadi karena fluktuasi dalam distribusi elektron di molekul. Semua molekul mengalami
gaya dispersi ini.
 Gaya dipol-dipol: Ini terjadi ketika molekul aspal memiliki momen dipol permanen
karena perbedaan elektronegativitas antara atom-atomnya. Gaya ini lebih kuat daripada
gaya dispersi.
 Gaya ion-dipol: Jika dalam aspal terdapat ion-ion bermuatan (seperti ion logam), mereka
dapat berinteraksi dengan molekul-molekul aspal yang memiliki momen dipol,
menciptakan gaya ion-dipol.
Ketiga jenis gaya ini bekerja bersama-sama untuk menjaga molekul-molekul aspal tetap
bersama dalam bentuk cair atau padat. Gaya-gaya ini berperan dalam sifat fisik aspal, seperti
viskositas (ketebalan), titik leleh, dan sifat aliran.

Anda mungkin juga menyukai