Anda di halaman 1dari 5

2.

1 Defenisi Ikatan Van Der Waals


Johannes Diderik van der Waals (23 November 1837 8 Maret 1923) ialah ilmuwan
Belanda yang terkenal atas karyanya pada persamaan gas cairan, sehingga ia memenangkan
Penghargaan Nobel dalam Fisika pada 1910. van der Waals adalah yang pertama menyadari
perlunya mengingat akan volume molekul dan gaya antarmolekul (kini disebut gaya van der
Waals) dalam mendirikan hubungan antara tekanan, volume, dan suhu gas dan cairan.
Gaya van der Waals dalam ilmu kimia merujuk pada jenis tertentu gaya antar molekul.
Istilah ini pada awalnya merujuk pada semua jenis gaya antar molekul, dan hingga saat ini masih
kadang digunakan dalam pengertian tersebut, tetapi saat ini lebih umum merujuk pada gaya-gaya
yang timbul dari polarisasi molekul menjadi dipol.
Gaya Van Der Waals terjadi akibat interaksi antara molekul-molekul non polar (Gaya
London), antara molekul-molekul polar (Gaya dipole-dipol) atau antara molekul non polar
dengan molekul polar (Gaya dipole-dipol terinduksi). Ikatan Van Der Waals terdapat antar
molekul zat cair atau padat dan sangat lemah. Gaya Van Der Waals dahulu dipakai untuk
menunjukkan semua jenis gaya tarik-menarik antar molekul. Namun kini merujuk pada pada
gaya-gaya yang timbul dari polarisasi molekul yang terlemah menjadi dipole seketika. Pada saat
tertentu, moleku-molekul dapat berada dalam fase dipole seketika ketika salah satu muatan
negative berada di sisi tertentu. Dalam keadaan dipol ini, molekul dapat menarik atau menolak
electron lain dan menyebabkan atom lain menjadi dipole. Gaya tarik menarik yang muncul sesaat
ini merupakan gaya Van Der Waals.
Karena gaya ini sangat lemah maka zat yang mempunyai ikatan van der waals akan
mempunyai titik didih yang sangat rendah. Meskipun demikian gaya van der waals bersifat
permanen dan lebih kuat dari gaya london. Contoh gaya van der waals terdapat pada senyawa
hidrokarbon. Misalnya pada senyawa CH4. Perbedaan keelektronegatifan C (2,5) dengan H (2,1)
sangat kecil, yaitu sebesar 0,4.
Senyawa-senyawa yang mempunyai ikatan van der waals akan mempunyai titik didih sangat
rendah, tetapi dengan bertambahnya Mr Ikatan akan makin kuat sehingga titik didih lebih tinggi.
Contohnya, titik didih C4H10>C3H8>C2H6>CH4. Contoh lainnya terdapat pada Br2 dan I2. Br2
berwujud cair tetapi mudah menguap dan I2 berwujud gas tetapi mudah menyublim. Hal ini
disebabkan karena ikatan antara molekul Br2 dan I2 adalah ikatan van der waals.

Kristal Molekul
Dalam bentuk gas (seperti N2, O2, CL2) dan hampir semua zat organic berupa molekul-molekul
tunggal dengan ikatan kovalen. Gaya tarik antara molekul-molekul ino sangat lemah. Hal ini
terbukti dari kenyataan bahwa gas-gas nyata tidak mengikuti hokum gas ideal :
PV = nRT
Gaya antar molekul ini disebut gaya Van Der Waals. Dengan adanya gaya-gaya ini memberikan
koreksi pada persamaan ideal untuk gaya sejati.
Dimana :
P = Tekanan Gas
V = Volume gas
T = Temperatur (K)
a dan b = tetapan
R = Tetapan Gas Umum
Dalam keadaan cair dan keadaan padat, gaya-gaya ini lebih besar. Seperti telah
dijelaskan, zat-zat di atas membentuk Kristal molekuler. Satuan-satuan dalam Kristal molekuler
seperti chlor, benzene, dsb. Untuk atom atau molekul-molekul kecil, struktur kristalnya biasanya
tersusun rapat (close packed) karena gaya Van Der Waals tidak mempunyai arah dalam ruang.
Struktur ini terdapat pada gas-gas mulia, Halogen, H 2, N2, 02, CO2, HCl, HBr, CH4, C2H6, NH3,
PH3, dan H2S.

2.2 Klasifikasi Gaya Van der Waals


Gaya Van Der Walls dapat dibagi berdasarkan jenis kepolaran molekulnya, yaitu :
1. Interaksi ion dipole
Gaya antarmolekul ini terjadi antara ion dan senyawa kovalen polar. Ketika
dilarutkan dalam senyawa kovalen polar, senyawa ion akan terionisasi menjadi ion positif
dan ion negatif. Ion positif akan tarik menarik dengan dipol negatif, dan sebaliknya.
Selain gaya ion-dipol, juga dikenal gaya ion-dipol sesaat, dimana terjadi dari interaksi
antar gaya dipol-dipol terinduksi dengan gaya ion-dipol. Jika ion dari senyawa ion
berdekatan dengan molekul nonpolar, ion tersebut dapat menginduksi dipol molekul
nonpolar. Dipol terinduksi molekul nonpolar yang dihasilkan akan berikatan dengan ion.
Interaksi ion - dipol merupakan interaksi (berikatan) / tarik menarik antara ion
dengan molekul polar (dipol). Interaksi ini termasuk jenis interaksi yang relatif cukup
kuat.
Contoh : H+ + H2O H3O+
Ag+ + NH3 Ag(NH3)+
Sebagai contoh, NaCl (senyawa ion) dapat larut dalam air (pelarut polar) dan
AgBr (senyawa ion) dapat larut dalam NH3 (pelarut polar).

2. Interaksi dipol - dipol


Interaksi dipol - dipol merupakan interaksi antara sesama molekul polar (dipol).
Interaksi ini terjadi antara ekor dan kepala dimana jika berlawanan kutub maka akan
tarik-menarik dan sebaliknya.
Tanda "+" menunjukkan dipol positif, tanda "-" menunjukkan dipol negatif
Molekul seperti HCl memiliki dipol permanen karena klor lebih elektronegatif
dibandingkan hidrogen. Kondisi permanen ini, pada saat pembentukan dipol akan
menyebabkan molekul saling tarik menarik satu sama lain. Molekul yang memiliki dipol
permanen akan memiliki titik didih yang lebih tinggi dibandingkan dengan molekul yang
hanya memiliki dipol yang berubah-ubah secara sementara.
Agak mengherankan dayatarik dipol-dipol agak sedikit dibandingkan dengan gaya
dispersi, dan pengaruhnya hanya dapat dilihat jika kamu membandingkan dua atom
dengan jumlah elektron yang sama dan ukuran yang sama pula. Sebagai contoh, titik
didih etana, CH3CH3, dan fluorometana, CH3F adalah:
Keduanya memiliki jumlah elektron yang identik, dan ukurannya hampir sama
seperti yang terlihat pada diagram. Hal ini berarti bahwa gaya dispersi kedua molekul
adalah sama. Titik didih fluorometana yang lebih tinggi berdasarkan pada dipol permanen
yang besar yang terjadi pada molekul karena elektronegatifitas fluor yang tinggi.
Akan tetapi, walaupun memberikan polaritas permanen yang besar pada molekul,
titik didih hanya meningkat kira-kira 10.
Berikut ini contoh yang lain yang menunjukkan dominannya gaya dispersi.
Triklorometan, CHCl3, merupakan molekul dengan gaya dispersi yang tinggi karena
elektronegatifitas tiga klor. Hal itu menyebabkan dayatarik dipol-dipol lebih kuat antara
satu molekul dengan tetangganya.

Dilain pihak, tetraklorometan, CCl4, adalah non polar. Bagian luar molekul tidak
seragam - in pada semua arah. CCl4 hanya bergantung pada gaya disperse.
3. Interaksi ion - dipol terinduksi
Interaksi ion - dipol terinduksi merupakan interaksi antara aksi ion dengan dipol
terinduksi. Dipol terinduksi merupakan molekul netral yang menjadi dipol akibat induksi
partikel bermuatan yang berada didekatnya. Partikel penginduksi tersebut dapat berupa
ion atau dipol lain dimana kemampuan menginduksi ion lebih besar daripada kemampuan
menginduksi dipol karena muatan ion yang juga jauh lebih besar. Interaksi ini relatif
lemah karena kepolaran molekul terinduksi relatif kecil daripada dipol permanen.
Contoh : I- + I2 I3
4. Interaksi dipol - dipol terinduksi
Suatu molekul polar yang berdekatan dengan molekul nonpolar, akan dapat
menginduksi molekul nonpolar. Akibatnya. Molekul nonpolar memiliki dipol terinduksi.
Dipol dari molekul polar akan saling tarik-menarik dengan dipol terinduksi dari
molekul nonpolar. Contohnya terjadi pada interaksi antara HCl (molekul polar) dengan
Cl2 (molekul nonpolar).
5. Interaksi dipol terinduksi - dipol terinduksi
Mekamisme terjadinya interaksi dipol terinduksi - dipol terinduksi :
Pasangan elektron suatu molekul, baik yang bebas maupun yang terikat selalu
bergerak mengelilingi inti elektron yang bergerak dapat mengimbas atau menginduksi
sesaat pada tetangga sehingga molekul tetangga menjadi polar terinduksi sesaat molekul
ini pula dapat menginduksi molekul tetangga lainnya sehingga terbentuk molekul-
molekul dipol sesaat.

2.3 Fakta Yang Menunjukkan Adanya Gaya Van der Waal


Banyak bukti menunjukkan bahwa ada gaya tarik antara molekul,contohnya Cl2.
Cl Cl . . . . . . . . Cl Cl
Gaya van der waals
Gaya ini disebut gaya van der waals dan sangat lemah dibandingkan ikatan ion
dan kovalen.Dalam molekul Cl2 terdapat ikatn kovalen dengan energi ikatan 240
kj/mol,dan antara molekul Cl2 terdapat gaya van der waals sebesar 21 kj/mol.
Gaya van der waals dapat terjadi antara partikel yang sama atau berbeda .sama
halnya dengan gaya kohesi (gaya antara partikel partikel zat yang sama ) yang di
pelajari disekolah lanjutan. Gaya ini terjadi karena adanya sifat kepolaran partikel
tersebut. Makin kecil kepolaran makin kecil pula gaya van der waals-nya

2.4 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Ikatan Van Der Waals


Gaya London ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
1. Jumlah electron dalam atom atau molekul
Makin besar ukuran atom atau molekul, makin besar jumlah elektron sehingga
makin jauh pula elektron terluar dari inti dan makin mudah awan elektron terpolarisasi,
serta makin besar gaya dispersi.
2. Bentuk molekul
Molekul yang memanjang/tidak bulat, lebih mudah menjadi dipole dibandingkan
dengan molekul yang bulat sehingga gaya disperse londonnya akan semakin besar.
Ikatan Van der Waals juga ditemukan pada polymer dan plastik. Senyawa ini
dibangun oleh satu rantai molekul yang memiliki atom karbon, berikatan secara kovalen
dengan berbagai atom seperti hidrogen, oksigen, nitrogen, dan atom lainnya. Interaksi
dari setiap untaian rantai merupakan ikatan Van der Waals. Hal ini diketahui dari
pengamatan terhadap polietilen, polietilen memiliki pola yang sama dengan gas mulia,
etilen berbentuk bentuk gas menjadi cairan dan mengkristal atau memadat sesuai dengan
pertambahan jumlah atom atau rantai molekulnya. Dispersi muatan terjadi dari sebuah
molekul etilen, C2H4, yang menyebabkan terjadinya dipol temporer serta terjadi interaksi
Van der Waals. Dalam kasus ini molekul H 2C=CH2, selanjutnya melepaskan satu
pasangan elektronnya dan terjadi ikatan yang membentuk rantai panjang atau polietilen.
Pembentukan rantai yang panjang dari molekul sederhana dikenal dengan istilah
polimerisasi.
3. Kepolaran molekul
Karena Ikatan Van Der Waals muncul akibat adanya kepolaran, maka semakin
kecil kepolaran molekulnya maka gaya Van Der Waalsnya juga akan makin kecil.
1. Titik didih gas mulia adalah

helium -269C
neon -246C
argon -186C
kripton -152C
xenon -108C
radon -62C
Semua unsur tersebut berada pada molekul monoatomik.
Alasan yang mendasari bahwa titik didih meningkat sejalan dengan menurunnya
posisi unsur pada golongan adalah kenaikan jumlah elektron, dan juga tentunya jari-jari
atom. Lebih banyak elektron yang dimiliki, dan lebih menjauh sejauh mungkin, yang
paling besar memungkinkan dipol sementara terbesar dan karena itu gaya dispersi paling
besar.
Karena dipol sementara lebih besar, molekul xenon lebih melekat (stickier)
dibandingkan dengan molekul neon. Molekul neon akan berpisah satu sama lain pada
temperatur yang lebih rendah dibandingkan molekul xenon karena itu neon memiliki
titik didih yang lebih rendah.

Anda mungkin juga menyukai