Kristal Molekul
Dalam bentuk gas (seperti N2, O2, CL2) dan hampir semua zat organic berupa molekul-molekul
tunggal dengan ikatan kovalen. Gaya tarik antara molekul-molekul ino sangat lemah. Hal ini
terbukti dari kenyataan bahwa gas-gas nyata tidak mengikuti hokum gas ideal :
PV = nRT
Gaya antar molekul ini disebut gaya Van Der Waals. Dengan adanya gaya-gaya ini memberikan
koreksi pada persamaan ideal untuk gaya sejati.
Dimana :
P = Tekanan Gas
V = Volume gas
T = Temperatur (K)
a dan b = tetapan
R = Tetapan Gas Umum
Dalam keadaan cair dan keadaan padat, gaya-gaya ini lebih besar. Seperti telah
dijelaskan, zat-zat di atas membentuk Kristal molekuler. Satuan-satuan dalam Kristal molekuler
seperti chlor, benzene, dsb. Untuk atom atau molekul-molekul kecil, struktur kristalnya biasanya
tersusun rapat (close packed) karena gaya Van Der Waals tidak mempunyai arah dalam ruang.
Struktur ini terdapat pada gas-gas mulia, Halogen, H 2, N2, 02, CO2, HCl, HBr, CH4, C2H6, NH3,
PH3, dan H2S.
Dilain pihak, tetraklorometan, CCl4, adalah non polar. Bagian luar molekul tidak
seragam - in pada semua arah. CCl4 hanya bergantung pada gaya disperse.
3. Interaksi ion - dipol terinduksi
Interaksi ion - dipol terinduksi merupakan interaksi antara aksi ion dengan dipol
terinduksi. Dipol terinduksi merupakan molekul netral yang menjadi dipol akibat induksi
partikel bermuatan yang berada didekatnya. Partikel penginduksi tersebut dapat berupa
ion atau dipol lain dimana kemampuan menginduksi ion lebih besar daripada kemampuan
menginduksi dipol karena muatan ion yang juga jauh lebih besar. Interaksi ini relatif
lemah karena kepolaran molekul terinduksi relatif kecil daripada dipol permanen.
Contoh : I- + I2 I3
4. Interaksi dipol - dipol terinduksi
Suatu molekul polar yang berdekatan dengan molekul nonpolar, akan dapat
menginduksi molekul nonpolar. Akibatnya. Molekul nonpolar memiliki dipol terinduksi.
Dipol dari molekul polar akan saling tarik-menarik dengan dipol terinduksi dari
molekul nonpolar. Contohnya terjadi pada interaksi antara HCl (molekul polar) dengan
Cl2 (molekul nonpolar).
5. Interaksi dipol terinduksi - dipol terinduksi
Mekamisme terjadinya interaksi dipol terinduksi - dipol terinduksi :
Pasangan elektron suatu molekul, baik yang bebas maupun yang terikat selalu
bergerak mengelilingi inti elektron yang bergerak dapat mengimbas atau menginduksi
sesaat pada tetangga sehingga molekul tetangga menjadi polar terinduksi sesaat molekul
ini pula dapat menginduksi molekul tetangga lainnya sehingga terbentuk molekul-
molekul dipol sesaat.
helium -269C
neon -246C
argon -186C
kripton -152C
xenon -108C
radon -62C
Semua unsur tersebut berada pada molekul monoatomik.
Alasan yang mendasari bahwa titik didih meningkat sejalan dengan menurunnya
posisi unsur pada golongan adalah kenaikan jumlah elektron, dan juga tentunya jari-jari
atom. Lebih banyak elektron yang dimiliki, dan lebih menjauh sejauh mungkin, yang
paling besar memungkinkan dipol sementara terbesar dan karena itu gaya dispersi paling
besar.
Karena dipol sementara lebih besar, molekul xenon lebih melekat (stickier)
dibandingkan dengan molekul neon. Molekul neon akan berpisah satu sama lain pada
temperatur yang lebih rendah dibandingkan molekul xenon karena itu neon memiliki
titik didih yang lebih rendah.