Anda di halaman 1dari 26

GAYA VAN DER WAALS

Johannes Diderik van der Waals (23 November 1837 – 8 Maret 1923)
ialah ilmuwan Belanda yang terkenal “atas karyanya pada persamaan gas
cairan”, sehingga ia memenangkan Penghargaan Nobel dalam Fisika pada
1910. van der Waals adalah yang pertama menyadari perlunya mengingat
akan volume molekul dan gaya antarmolekul (kini disebut “gaya van der
Waals”) dalam mendirikan hubungan antara tekanan, volume, dan suhu gas
dan cairan. Gaya van der Waals dalam ilmu kimia merujuk pada jenis tertentu
gaya antar molekul.
Gaya Van Der Waals terjadi akibat interaksi antara molekul-molekul non
polar (Gaya London), antara molekul-molekul polar (Gaya dipole-dipol) atau
antara molekul non polar dengan molekul polar (Gaya dipole-dipol terinduksi).
Gaya Dispersi London
Gaya dispersi juga dianggap sebagai jenis van der Waals dan yang paling
lemah dari semua gaya antarmolekul. Mereka sering disebut Gaya London
setelah Fritz London (1900-1954), yang pertama kali mengajukan keberadaan
mereka pada tahun 1930. Gaya dispersi London adalah gaya antarmolekul
yang terjadi antara atom dan antara molekul nonpolar akibat gerakan
elektron.

Gaya dipol-dipol adalah hasil dari daya tarik ujung positif dipol yang
satu ke ujung negatif dari dipol tetangga.
Awan elektron dari atom helium berisi dua elektron, yang biasanya
diperkirakan akan merata secara spasial di sekitar inti. Namun, pada saat
tertentu distribusi elektron mungkin tidak merata, sehingga timbul dipol
sesaat. Dipol lemah dan sementara ini kemudian mempengaruhi atom
tetangga helium melalui tarik dan tolakan elektrostatik. Ini akan menginduksi
dipol atom helium terdekat, perhatikan Gambar di bawah.

Sebuah dipol singkat atau seketika dalam sebuah atom helium.


Dipol sesaat dan akan menginduksi secara lemah tertarik satu sama
lain. Gaya dispersi meningkat seiring jumlah elektron dalam atom atau
molekul nonpolar yang meningkat. Kelompok halogen terdiri dari empat unsur
yang semua mengambil bentuk molekul diatomik nonpolar.
Gaya dispersi yang kuat untuk molekul yodium karena mereka memiliki
jumlah terbesar dari elektron. Gaya yang relatif kuat menghasilkan titik leleh
dan titik didih yang tertinggi dari kelompok halogen.
Gaya ini cukup kuat untuk menahan molekul yodium berdekatan dalam
keadaan padat pada suhu kamar. Gaya dispersi yang semakin lemah untuk
brom, klorin, dan fluorin dan ini diilustrasikan dalam titik leleh dan titik didih
yang lebih rendah pada mereka. Brom ada dalam bentuk cair pada suhu
kamar, sedangkan klorin dan fluor adalah gas, dengan molekul yang lebih
jauh terpisah dari satu sama lain. Gaya antarmolekul hampir tidak ada dalam
keadaan gas, sehingga gaya dispersi dalam klorin dan fluor hanya menjadi
terukur saat suhu menurun dan mereka mengembun menjadi keadaan cair.
Gaya Dipol-Dipol
Gaya dipol-dipol adalah gaya tarik menarik yang terjadi antara molekul
polar. Sebuah molekul hidrogen klorida memiliki atom hidrogen sebagian
positif dan atom klor sebagian negatif. Dalam kumpulan banyak molekul
hidrogen klorida, mereka akan mensejajarkan diri agar daerah bermuatan
sebaliknya dari molekul tetangga berdekatan satu sama lain. Gaya dipol-dipol
di alam berbentuk serupa, tetapi jauh lebih lemah dari ikatan ionik.
Ikatan Van Der Waals terdapat antar molekul zat cair atau padat dan
sangat lemah. Gaya Van Der Waals dahulu dipakai untuk menunjukkan
semua jenis gaya tarik-menarik antar molekul. Namun kini merujuk pada
pada gaya-gaya yang timbul dari polarisasi molekul yang terlemah menjadi
dipole seketika. Pada saat tertentu, moleku-molekul dapat berada dalam fase
dipole seketika ketika salah satu muatan negative berada di sisi tertentu.
Dalam keadaan dipol ini, molekul dapat menarik atau menolak electron lain
dan menyebabkan atom lain menjadi dipole. Gaya tarik menarik yang muncul
sesaat ini merupakan gaya Van Der Waals.
Karena gaya ini sangat lemah maka zat yang mempunyai ikatan van der
waals akan mempunyai titik didih yang sangat rendah. Meskipun demikian
gaya van der waals bersifat permanen dan lebih kuat dari gaya london. Contoh
gaya van der waals terdapat pada senyawa hidrokarbon. Misalnya pada
senyawa CH4. Perbedaan keelektronegatifan C (2,5) dengan H (2,1) sangat
kecil, yaitu sebesar 0,4.
Senyawa-senyawa yang mempunyai ikatan van der waals akan
mempunyai titik didih sangat rendah, tetapi dengan bertambahnya Mr Ikatan
akan makin kuat sehingga titik didih lebih tinggi. Contohnya, titik didih
C4H10>C3H8>C2H6>CH4. Contoh lainnya terdapat pada Br2 dan I2. Br2 berwujud
cair tetapi mudah menguap dan I2 berwujud gas tetapi mudah menyublim. Hal
ini disebabkan karena ikatan antara molekul Br2 dan I2 adalah ikatan van der
waals.

Klasifikasi Gaya Van der Waals


Gaya Van Der Walls dapat dibagi berdasarkan jenis kepolaran molekulnya,
yaitu :
1. Interaksi ion – dipole
Gaya antarmolekul ini terjadi antara ion dan senyawa kovalen polar. Ketika
dilarutkan dalam senyawa kovalen polar, senyawa ion akan terionisasi menjadi
ion positif dan ion negatif. Ion positif akan tarik menarik dengan dipol negatif,
dan sebaliknya.
Selain gaya ion-dipol, juga dikenal gaya ion-dipol sesaat, dimana terjadi dari
interaksi antar gaya dipol-dipol terinduksi dengan gaya ion-dipol. Jika ion dari
senyawa ion berdekatan dengan molekul nonpolar, ion tersebut dapat
menginduksi dipol molekul nonpolar. Dipol terinduksi molekul nonpolar yang
dihasilkan akan berikatan dengan ion.
Gaya Ion-dipol
Interaksi ion – dipol merupakan interaksi (berikatan) / tarik menarik antara
ion dengan molekul polar (dipol). Interaksi ini termasuk jenis interaksi yang
relatif cukup kuat.
Contoh : H+ + H2O → H3O+
Ag+ + NH3 → Ag(NH3)+
Sebagai contoh, NaCl (senyawa ion) dapat larut dalam air (pelarut polar)
dan AgBr (senyawa ion) dapat larut dalam NH3 (pelarut polar).
2. Interaksi dipol – dipol
Interaksi dipol – dipol merupakan interaksi antara sesama molekul polar
(dipol). Interaksi ini terjadi antara ekor dan kepala dimana jika berlawanan
kutub maka akan tarik-menarik dan sebaliknya.
Tanda “+” menunjukkan dipol positif, tanda “-” menunjukkan dipol negatif
Molekul seperti HCl memiliki dipol permanen karena klor lebih
elektronegatif dibandingkan hidrogen. Kondisi permanen ini, pada saat
pembentukan dipol akan menyebabkan molekul saling tarik menarik satu
sama lain. Molekul yang memiliki dipol permanen akan memiliki titik didih
yang lebih tinggi dibandingkan dengan molekul yang hanya memiliki dipol
yang berubah-ubah secara sementara.
Agak mengherankan dayatarik dipol-dipol agak sedikit dibandingkan
dengan gaya dispersi, dan pengaruhnya hanya dapat dilihat jika kamu
membandingkan dua atom dengan jumlah elektron yang sama dan ukuran
yang sama pula. Sebagai contoh, titik didih etana, CH3CH3, dan fluorometana,
CH3F adalah:
Keduanya memiliki jumlah elektron yang identik, dan ukurannya hampir sama
– seperti yang terlihat pada diagram. Hal ini berarti bahwa gaya dispersi kedua
molekul adalah sama. Titik didih fluorometana yang lebih tinggi berdasarkan
pada dipol permanen yang besar yang terjadi pada molekul karena
elektronegatifitas fluor yang tinggi.
Akan tetapi, walaupun memberikan polaritas permanen yang besar pada
molekul, titik didih hanya meningkat kira-kira 10°.

Berikut ini contoh yang lain yang menunjukkan dominannya gaya


dispersi. Triklorometan, CHCl3, merupakan molekul dengan gaya dispersi yang
tinggi karena elektronegatifitas tiga klor. Hal itu menyebabkan dayatarik dipol-
dipol lebih kuat antara satu molekul dengan tetangganya.
Dilain pihak, tetraklorometan, CCl4, adalah non polar. Bagian luar
molekul tidak seragam – in pada semua arah. CCl4 hanya bergantung pada
gaya disperse.
3. Interaksi ion – dipol terinduksi
Interaksi ion – dipol terinduksi merupakan interaksi antara aksi ion dengan
dipol terinduksi. Dipol terinduksi merupakan molekul netral yang menjadi
dipol akibat induksi partikel bermuatan yang berada didekatnya. Partikel
penginduksi tersebut dapat berupa ion atau dipol lain dimana kemampuan
menginduksi ion lebih besar daripada kemampuan menginduksi dipol karena
muatan ion yang juga jauh lebih besar. Interaksi ini relatif lemah karena
kepolaran molekul terinduksi relatif kecil daripada dipol permanen.
Contoh : I– + I2 → I3
4. Interaksi dipol – dipol terinduksi
Suatu molekul polar yang berdekatan dengan molekul nonpolar, akan
dapat menginduksi molekul nonpolar. Akibatnya. Molekul nonpolar memiliki
dipol terinduksi.
Dipol dari molekul polar akan saling tarik-menarik dengan dipol terinduksi
dari molekul nonpolar. Contohnya terjadi pada interaksi antara HCl (molekul
polar) dengan Cl2 (molekul nonpolar).
5. Interaksi dipol terinduksi – dipol terinduksi
Mekanisme terjadinya interaksi dipol terinduksi – dipol terinduksi :
Pasangan elektron suatu molekul, baik yang bebas maupun yang terikat selalu
bergerak mengelilingi inti elektron yang bergerak dapat mengimbas atau
menginduksi sesaat pada tetangga sehingga molekul tetangga menjadi polar
terinduksi sesaat molekul ini pula dapat menginduksi molekul tetangga
lainnya sehingga terbentuk molekul-molekul dipol sesaat.

Contoh gaya van der waals dalam kehidupan sehari-hari misalnya, gula
larut dalam air karena molekul-molekul gula tercampur merata dengan
molekul air; pakaian basah jika dijemur menjadi kering karena
molekulmolekul air pada pakaian itu menguap menjadi molekul uap air dan
terlepas dari pakaian.

UNIT PENGADAAN UAP

Uap (Steam) sangat berperan penting dalam proses untuk menggerakkan mesin-mesin
bertenaga uap dan pemanas awal. Sebuah ketel uap (boiler) digunakan untuk mengubah air
menjadi uap dengan pertolongan panas. Ditinjau dari tenaga termis (panas) yang didapat dengan
pembakaran bahan bakar, ketel uap termasuk External Combustion Engine, yaitu pesawat tenaga
dimana pembakaran bahan bakar dilakukan di luar pesawat (mesin uap) itu sendiri.

Uap yang dihasilkan mempunyai tenaga termis, tenaga potensial dan tenaga kinetis yang
dimanfaatkan sebagai berikut:
a. Tenaga termis yang dikandung uap dapat langsung digunakan sebagai bahan pemanas pada
proses industri.
b. Tenaga potensial dari uap diubah menjadi tenaga mekanik dengan mesin uap untuk
selanjutnya diperoleh tenaga mekanik.
c. Tenaga kinetis dari uap diubah menjadi tenaga putar dengan suatu turbin uap. Selanjutnya
dapat digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik.

A. Ketel Uap
ketel uap adalah suatu pesawat yang digunakan untuk mengubah air yang ada di
dalamnya menjadi uap dengan cara dipanaskan. Dengan adanya bahan perantara air tersebut,
maka di dalam ketel uap harus ada ruang atau tempat air. Uap yang dibentuk di dalam ketel
mempunyai tekanan yang lebih besar dari pada tekanan udara luar, maka ketel harus mampu
menahan tekanan uap tersebut. Kekuatan ketel uap tergantung dari bentuk dan bahannya. Bentuk
yang lebih kuat untuk menahan tekanan yang lebih besar dari dalam adalah bentuk bulat
cembung dan silinder sebab dengan bentuk semacam itu sukar berubah bentuknya yang
disebabkan oleh tekanan dari dalam. Tetapi bentuk bulat cembung ini tidak digunakan untuk
ketel uap karena konstruksinya yang sulit unruk dikerjakan. Oleh karena itu pada umumnya ketel
uap dibuat dalam bentuk silinder. Bahan untuk ketel uap harus baik karena disamping harus
menahan tekanan yang tinggi juga harus tahan pada suhu yang tinggi. Biasanya digunakan baja
Siemens-Martin yang liat dan mudah dikerjakan.

Gambar 5-8. Skema proses pada Ketel Uap (Boiler)

Air Pengisi Ketel

A. Sumber-sumber air pengisi ketel

Macam-macam air yang dapat digunakan sebagai air pengisi ketel adalah air sumur dan
air kondensat. Air kondensat sudah murni sehingga tidak perlu mengalami pengolahan yang
khusus, sedangkan untuk air yang berasal dari sumur perlu mendapat pengolahan-pengolahan
lebih dahulu.

B. Syarat Air Pengisi Ketel

Pada dasarnya air yang akan digunakan, terutama yang digunakan sebagai air pengisi
ketel, harus memenuhi syarat. Air yang berasal dari alam (sungai dan tanah) tidak ada yang
dalam keadaan murni, biasanya terdapat pengotor-pengotor, antara lain :
1. Zat tersuspensi, seperti lumpur dan tanah liat. Biasanya dihilangkan dengan penyaringan.
2. Zat terlarut, seperti garam-garam mineral (garam magnesium, kalsium dan lain-lain).
Tabel 5-1. Syarat air pengisi ketel dan air ketel

Spesifikasi Air pengisi ketel Air ketel

Kesadahan < 0,1 OD <0,1 OD


Ph 7,5-8,0 10,0-10,8

TDS Tidak nyata max 1500

PAlkali 50 ppm 300 ppm

M Alkali 100 ppm 500 ppm A. Persyaratan air umpan


boiler :
Chlorine Tidak nyata max 70 ppm
Boiler atau ketel uap
Sulfit 30 ppm max 60 ppm
merupakan sebuah alat untuk
pembangkit uap dimana uap ini
Oksigen Tidak nyata -
berfungsi sebagaizat pemindah
tenaga kaloris. Tenaga kalor
Silikat Tidak nyata - yang dikandung dalam uap
dinyatakan dengan entalpi
Fe Tidak nyata panas.
P205 Max 30 ppm
Hal-hal yang
mempengaruhi efisiensi boiler
adalah bahan bakar dan kualitas air umpan boiler.Parameter-parameter yang mempengaruhi
kualitas air umpan boiler antara lain:
1. Oksigen terlarut, dalam jumlah yang tinggi dapat menyebabkan korosi pada peralatan boiler.
2. Kekeruhan, dapat mengenda pada perpipaan dan peralatan proses serta mengganggu proses.
3. PH. Bila tidak sesuai dengan standar kualitas air umpan boiler dapat menyebabkan korosi pada
peralatan
4. Kesadahan, merupakan kandungan ion Ca dan Mg yang dapat menyebabkan kerak pada
peralatan serta perpipaan boiler sehingga menimbulkan local overheating
5. Fe, dapat menyebabkan air bewarna dan mengendap disaluran air dan boiler bila teroksidasi
oleh oksigen

Secara umum air yang akan digunakan sebagai umpan boiler adalah air yang tidak
mengandung unsur yang dapat menyebabkan terjadinya endapan yang dapat membentuk kerak
pada boiler dan air yang tidak mengandung unsur yang dapat menyebabkan korosi boiler.

Berikut ini merupakan persyaratan bakumutu air umpan boiler :


Tabel baku mutu air umpan boiler

Parameter Satuan Ukuran


PH unit 10,5-11,5
Conductivity Ymhos/cm 5000, max
TDS Ppm 3500, max
P-Alkalinity ppm -
M- Alkalinity Ppm 800 , max
O – Alkalinity Ppm 2,5 x SiO2 , min
T - Hardness Ppm -
Silica Ppm 150, max
Besi Ppm 2, max
PHospat residual Ppm -
SulpHite residual Ppm 20,50
PH Condensate Unit 8,0 – 9,0

Harga PH pada air umpan boiler dan air pendingin penting untuk diperhatikan untuk
mencegah terjadinya korosi. Terdapat hubungan antara PH dan laju terjadinya korosi pada bahan
kontruksi dari logam mid steel yang menunjukkan adanya kecenderungan menurunnya korosi
dengan naiknya harga pH . Namun pada bahan kontruksi dari logam Cu terjadi sebaliknya, yaitu
kecenderungan laju korosi menaik dengan menaiknya harga pH diatas 9.

A. Karakteristik air boiler :

1. PH
Merupakan indikasi untuk keasaman suatu zat . PH (Pondus hidrogenium) ditentukan
oleh jumlah hydrogen bebas (H+) dalam suatu zat. PH adalah factor logaritmik, ketika sebuah
larutan menjadi 10x lebih asam, PH akan jatuh oleh satu unit.
2. Daya hantar listrik/konduktivitas
Daya hantar listrik adalah kemampuan dari larutan untuk menghantarkan arus listrik yang
dinyatakan dalam pmhos/cm. Harga daya hantar listrik dari umpan air boiler di[erhatikan untuk
mencegah terjadinya endapan kerak pada bagian permukaan perpidahan panas dan untuk
menjaga kemurnian steam.
3. Alkalinitas
Didefinisikan sebagai jumlah anion dalam air yang akan bereaksi untuk menetralkan ion
+
H . Harga alkalinitas tinggi tidak dikehendaki untuk umpan air boiler karena dapat
menimbulkan pembusaan dan carryover.
4. Kesadahan, karbonat dan non karbonat
5. Silica
6. Besi
7. Phospat
8. Turbiditas, sifat optic dari suatu larutan yang menyebabka cahaya yang melaluinya
terabsorsi.
9. TTS ( Total Suspendied Solid)
E. Pengolahan Eksternal Air Umpan Boiler
Pengolahan eksternal digunakan untuk membuang padatan tersuspensi, padatan
telarut (terutama ion kalsium dan magnesium yang merupakan penyebab utama
pembentukan kerak) dan gas- gas terlarut (oksigen dan karbon dioksida).
Proses perlakuan eksternal yang ada adalah:
1. Koagulasi dan Flokulasi
2. Sedimentasi
3. Filtrasi
4. Demineralisasi
5. Softening
6. Deaerasi
Metode pengolahan awal adalah sedimentasi sederhana dalam tangki
pengendapan ataupengendapan dalam clarifiers dengan bantuan koagulan dan flokulan.
Penyaring pasirbertekanan, dengan aerasi untuk menghilangkan karbon dioksida dan besi.

E.1 Koagulasi dan Flokulasi


Koagulasi dan flokulasi yaitu proses pemberian bahan-bahan koagulan dan
flokulan kedalam air umpan boiler dengan cara penginjeksian. Koagulasi merupakan
proses netralisasi muatan sehingga partikel-partikel dapat saling berdekatan satu dengan
yang lainnya. Flokulasi merupakan proses penyatuan antar partikel-partikel yang sudah saling
berdekatan satu dengan yang lain sehingga partikel-partikel akan saling menarik dan membentuk
flok. Untuk menurunkan turbidity pada inlet clarifier diinjeksikan bahan kimia, yaitu :
a. Aluminium Sulfat (Al2(SO4)3 . 18 H2O)
b. Natrium Hidroksida (NaOH)
c. Klorin (Cl2)
d. Coagulant Aid (Polymer)

E.2 Sedimentasi
Tujuan sedimentasi adalah memberikan kesempatan kepada partikel-partikel
besar untuk mengendap dan partikel yang lebih halus akan membutuhkan waktu endap
yang lebih lama.

E.3 Filtrasi
Pengolahan dengan cara filtrasi dapat dilakukan dengan cara penyaringan zat
padat tersuspensi didalam air sebelum air diisikan kedalam boiler. Efisiensi saringan
paling baik bila unit beroperasi pada kecepatan aliran terkecil, padatan akan melalui
media membawa padatan bersamanya. Demikian pada tekanan yang tinggi dapat memecahkan
media akan keluar pada saat dilakukan backwash.

E. 4 Demineralisasi
Demineralisasi berfungsi untuk membebaskan air dari unsur-unsur silika,
sulfat, chloride (klorida) dan karbonat dengan menggunakan resin. Diagram Alir proses seperti
gambar dibawah ini:
Gambar 2.4 Diagram Alir Demineralizer
a. Cation exchenger
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan unsur-unsur logam yang berupa ion- ion
positif yang terdapat dalam air dengan menggunakan resin kation R-SO3H (type Dowex Upcore
Mono A-500). Proses ini dilakukan dengan melewatkan air melalui bagian bawah, dimana akan
terjadi pengikatan logam-logam tersebut oleh resin. Resin R-SO3H ini bersifat asam kuat,
karena itu disebut asam kuat cation exchanger resin.

Proses ini menghasilkan asam seperti asam seperti HCl, H2SO4 dan asam-asam lain.
Keasaman berkisar antara Ph 2,8 – 3,5. untuk memperoleh resin aktif kembali, dilakukan
regenerasi dengan menambahkan H2SO4 pada resin tersebut.

b. Degasifier

Dari cation tower air dilewatkan ke degasifier yang berfungsi untuk menghilangkan
gas CO2 yang terbentuk dari asam karbonat pada proses sebelumnya.

Reaksi yang terjadi adalah :


H2CO3 -----> H2O + CO2

Proses di degasifier ini berlangsung pada tekanan vakum 740 mmHg


dengan menggunakan steam ejektor, di dalam tangki ini terdapat netting ring sebagai media
untuk memperluas bidang kontak sehingga air yang masuk terlebih dahulu diinjeksikan
dengan steam.. Sedangkan keluaran steam ejektor dikondensasikan dengan menginjeksi air dari
bagian atas dan selanjutnya ditampung dalam seal pot sebagai umpan recovery tank, maka CO2
akan terlepas sebagai fraksi ringan dan air akan turun ke bawah sebagai fraksi berat.

c. Anion Tower

Berfungsi untuk menyerap atau mengikat ion-ion negatif yang terdapat dalam kandungan
air yang keluar dari degasifier. Resin pada anion exchanger adalah R = NOH (Tipe Dowex
Upcore Mono C-600). Reaksi ini menghasilkan H2O, oleh karena itu air demin selalu bersifat
netral.Selanjutnya air outlet anion tower masuk ke mix bed polisher dari bagian atas. Air keluar
tangki ini memiliki pH = 7,5 – 8,5. Untuk memperoleh resin aktif kembali, dilakukan
regenerasi dengan menambahkan NaOH pada resin tersebut.

d. Mix Bed Polisher

Berfungsi untuk menghilangkan sisa-sisa logam atau asam dari proses sebelumnya,
sehingga diharapkan air yang keluar dari mix bed polisher telah bersihdari kation dan anion. Di
dalam mix bed polisher digunakan dua macam resin yaitu resin kation dan resin anion yang
sekaligus keduanya berfungsi untuk menghilangkan sisa kation dan anion, terutama natrium dan
sisa asam sebagai senyawa silika, dengan reaksi sebagai berikut :
Reaksi Kation :

Na2SiO3 + 2 R – SO3H ----> 2 RSO3Na + H2SiO3


Reaksi Anion :
H2SiO3 + 2 R = N – OH ----> 2 R=N-SiO3 + H2O

Air yang telah bebas mineral tersebut dimasukkan ke polish water tank dandigunakan untuk air
umpan boiler. Air yang keluar dari mix bed polisher ini memiliki pH antara 6 – 7. ( Anonymous.
1994 )

E.5 Deaerasi

Dalam deaerasi, gas terlarut, seperti oksigen dan karbon dioksida, dibuang
dengan pemanasan awal air umpan sebelum masuk ke boiler. Seluruh air alam mengandung gas
terlarut dalam larutannya. Gas-gas tertentu seperti karbon dioksida dan oksigen, sangat
meningkatkan korosi. Bila dipanaskan dalam sistim boiler, karbon dioksida(CO2) dan oksigen
(O2) dilepaskan sebagai gas dan bergabung dengan air (H2O) membentuk asam karbonat
(H2CO3).

Penghilangan oksigen, karbon dioksida dan gas lain yang tidak dapat terembunkan dari air
umpan boiler sangat penting bagi umur peralatan boiler dan juga keamanan operasi. Asam
karbonat mengkorosi logam menurunkan umur peralatan dan pemipaan. Asam ini juga
melarutkan besi (Fe) yang jika kembali ke boiler akan mengalami pengendapan dan
meyebabkan terjadinya pembentukan kerak pada boiler dan pipa. Kerak ini tidak hanya berperan
dalam penurunan umur peralatan tapi juga meningkatkan jumlah energi yang diperlukan untuk
mencapai perpindahan panas.

Steam merupakan gas ideal yang tidak terlihat yang dihasilkan dengan penambahan panas dalam
air (penguapan). Steam memiliki kandungan panas kondensasi yang besar dan banyak digunakan
dalam pabrik kimia (Woodruff dkk,2005).

Steam dapat diidentifikasi dengan mengetahui tekanan dan temperaturnya. Umpan yang akan
dirubah menjadi steam berupa air, untuk mengubahnya diperlukan panas sebagai berikut
(Woodruff dkk,2005):

 Panas sensibel cairan, yaitu sejumlah panas yang diperlukan untuk memanaskan air
tersebut dari 0°C ke temperatur didih.
 Panas penguapan, yaitu sejumlah panas yang diperlukan untuk menguapkan air tersebut
pada temperatur didih tanpa terjadi kenaikan temperatur.
 Panas steam lanjut, yaitu panas yang diperlukan untuk pemanasan saturated steam
sehingga menjadi superheated steam.

Steam banyak dimanfaatkan dalam industri kimia diantaranya sebagai berikut (Woodruff,2005):

 Steam sebagai pemanas secara langsung atau tidak langsung dalam alat-alat industri
seperti heat exchanger, menara distilasi, evaporator, dan lain-lain.
 Steam digunakan dalam pembakaran bahan bakar minyak (oil refinery)
 Steam digunakan sebagai pengering (drying)
 Steam digunakan sebagai penghasil tenaga dalam turbin steam.

Contoh industri yang menggunakan steam diantaranya industri kertas, karet, gula, dan oil
refinery. Suatu proses yang menggunakan steam memiliki beberapa kelebihan diantaranya
(Woodruff,2005):

 Pengontrolan suhu relatif rendah


 Memiliki range yang besar untuk suhu operasi
 Tidak beracun dan kehilangan energi yang terjadi bisa digantikan
 Tidak membutuhkan material yang mahal
 Konstruksi yang digunakan relatif murah.

Macam-Macam Steam
Steam dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut (Kusumadewi,2015):

1. Saturated steam yaitu uap air yang terbentuk pada suhu didih dan tidak
mengandung titik-titik air maupun gas asing.
2. Wet steam yaitu campuran dari saturated steam dan titik-titik air yang terdistribusi
merata. Steam ini terbentuk misalnya pada waktu air mendidih dengan sangat kuat atau
karena kondensasi sebagian dari uap jenuh.
3. Superheated steam yaitu uap yang dipanaskan melebihi temperatur didihnya.
Pada tekanan yang sama steam ini memiliki kerapatan lebih rendah daripada saturated
steam

Alat Pembuat Steam


Steam dibuat dari bahan air segar menggunakan sebuah alat yang disebut boiler. Boiler
merupakan alat yang digunakan untuk menghasilkan uap atau steam untuk berbagai keperluan.
Sebelum diuapkan, air umpan yang digunakan harus melalui proses demineralisasi untuk
mensterilkan air dari mineral-mineral yang menghambat kerja boiler. Apabila tidak dilakukan
proses tersebut maka efisiensi boiler berkurang dan steam yang dihasilkan kualitasnya kurang
maksimal. Untuk meningkatkan efisiensi kerja boiler bisa menggunakan economizer. (Payne dan
Richard, 1996).

Berikut ini adalah macam-macam boiler yang menyesuaikan kebutuhan masing-masing


pengguna:

1. Macam-macam boiler berdasarkan bahan isian yang melalui tube-tubenya


dibedakan menjadi dua jenis (Djokosetyardjo,1990):
Fire Tube Boiler
Terdiri dari tangki air yang dilubangi dan dilalui pipa-pipa, dimana gas panas yang mengalir
pada tangki tersebut melalui tube-tube digunakan untuk memanaskan air di dalam tangki. Fire
tube boilers pada umumnya dipakai untuk kapasitas steam yang cukup kecil dengan tekanan
steam dari rendah sampai sedang. Fire tube boilers cocok digunakan untuk kapasitas antara
15000-20000 pon/jam (lb/hr) dengan tekanan 7-10 atm. Fire tube boilers dapat memakai bahan
bakar minyak atau gas.

Water Tube BoilerPrinsip kerja water tube boiler merupakan kebalikan dari fire tube boiler. Air
mengalir melalui tube-tube yang terletak di dalam gas panas yang dihasilkan dari pembakaran.
Ketika air dalam tube-tube mendapat pemanasan, air dalam pipa mendidih sehingga air
mengandung uap dan berat jenis air berkurang, air dan uap mengalir ke atas. Air yang
densitasnya lebih besar akan ke bawah dan menggantikan air yang menuju ke atas. Pada drum
atas, air dan uap berpisah menjadi uap jenuh, kemudian uap jenuh disalurkan ke superheater
untuk diubah menjadi uap panas lanjut. Uap panas lanjut yang keluar dari superheater inilah
yang akan dimanfaatkan sebagai penggerak mesin uap. Bahan bakar yang digunakan bisa gas
atau padatan fuel. Water tube boiler juga tersedia dalam berbagai variasi model.

Karakteristik water tube boiler sebagai berikut:

 Forced, induced dan balanced draft membantu untuk meningkatkan efisiensi


pembakaran, sehingga efisiensi tinggi.
 Kurang direkomendasikan terhadap kualitas air yang dihasilkan dari unit pengolahan
air.
 Memungkinkan untuk tingkat efisiensi panas yang lebih tinggi.

Macam-macam Boiler
Macam-macam boiler berdasarkan tekanannya dibedakan menjadi 2 sebagai berikut
(Djokosetyardjo,1990):
Boiler Bertekanan Rendah
Tipe ini memiliki steam operasi kurang dari 1 atm, menghasilkan air dengan tekanan di bawah
11 atm dan temperature di bawah 121°C.
Boiler Bertekanan Tinggi
Tipe ini memiliki steam operasi lebih dari 1 atm, menghasilkan air dengan tekanan di atas 11 atm
dan temperature di atas 121°C.

Macam-macam boiler berdasarkan bahan bakar yang digunakan dibedakan menjadi 4 macam
sebagai berikut (Djokosetyardjo,1990):
Solid Fuel
Pemanasan pada boiler akibat pembakaran antara bahan bakar padat (batu bara, sampah kota,
kayu) dengan oksigen dan sumber panas.
Oil Fuel
Pemanasan pada boiler akibat pembakaran antara bahan bakar minyak dengan oksigen dan
sumber panas.
Gaseous Fuel
Pemanasan pada boiler akibat pembakaran antara LNG (Liquid Natural Gas) dengan oksigen dan
sumber panas. Harga bahan baku pembakarannya lebih murah diantara semua boiler yang lain.
Electric
Pemanasan pada boiler akibat sumber listrik yang menyuplai sumber panas.

Macam-macam boiler berdasarkan kegunaannya dibedakan menjadi 5 macam yaitu sebagai


berikut (Djokosetyardjo,1990):
Power Boiler
Steam yang digunakan pada power boiler ini berasal dari tipe water tube boiler. Steam yang
dihasilkan mempunyai tekanan dan kapasitas besar, sehingga mampu menggerakan turbin dan
menghasilkan listrik dari generator. Kegunaan yaitu sebagai penghasil steam untuk
menghasilkan listrik dari generator.
Industrial Boiler
Steam yang digunakan pada idustrial boiler ini berasal dari tipe water tube boiler atau fire tube
boiler. Kegunaannya untuk menjalankan proses industri dan sebagai tambahan panas. Steam
memiliki tekanan yang sedang dan kapasitas yang besar.
Commercial Boiler
Steam yang digunakan pada commercial boiler ini berasal dari tipe water tube boiler atau fire
tube boiler. Kegunaannya untuk menjalankan proses operasi komersial. Tekanan yang dimiliki
steam rendah.
Residential Boiler
Steam yang digunakan pada residential boiler ini berasal dari tipe fire tube boiler. Boiler ini
memiliki tekanan dan kapasitas yang rendah, biasanya digunakan pada perumahan.
Heat Recovery Boiler

Steam yang digunakan pada heat recovery boiler ini berasal dari tipe water tube boiler atau fire
tube boiler. Steam yang dihasilkan mempunyai kapasitas dan tekanan besar, kegunaannya
sebagai penghasil steam dari uap panas yang tidak terpakai. Hasil steam ini digunakan untuk
menjalankan proses industri.
Ikatan Kimia didefenisikan sebagai gaya tarik menarik (attraction force) antara dua
atom. Dalam pembentukan ikatan kimia, yang berperan adalah elektron valensi, yaitu
elektron yang berada pada kulit terluar. Untuk memudahkan penggambaran elektron
valensi pada atom suatu unsur dan ikatan yang terbentuk dapat digunakan simbol
Lewis (simbol titik-elektron Lewis). Simbol Lewis dari suatu unsur terdiri dari simbol
unsur tersebut dan satu titik untuk setiap satu elektron valensi yang dimilikinya. Sebagai
contoh, perhatikan simbol Lewis untuk unsur-unsur berikut.

Atom unsur-unsur golongan gas mulia (golongan 18) dengan 8 elektron valensi memiliki
sifat sangat stabil (tidak reaktif), energi ionisasi tinggi, dan afinitas elektron rendah.
Pada umumnya semua atom berusaha untuk menerima, atau melepas, ataupun saling
berbagi elektron agar memiliki jumlah elektron yang sama dengan atom gas mulia
dengan nomor atom yang terdekat. Hal ini serupa dengan kehidupan manusia, di mana
pada umumnya manusia berusaha untuk mencapai kesejahteraan sebagaimana
golongan gas mulia. Hasil observasi ini mengacu pada rumusan teori: aturan oktet,
yang menyatakan bahwa atom-atom cenderung akan menerima, atau melepas,
ataupun saling berbagi (sharing) elektron sehingga memiliki 8 elektron valensi.

Atom-atom cenderung ingin berikatan karena dengan adanya ikatan, energi


potensial antara partikel positif dan partikel negatif— entah antar ion dengan muatan
yang berlawanan ataupun antar inti dengan elektron-elektron di antaranya — akan lebih
rendah. Ikatan kimia dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan 3 cara kombinasi dari unsur
logam dan unsur nonlogam, yakni logam dengan non logam (ikatan ionik), non logam
dengan non logam (ikatan kovalen), dan logam dengan logam (ikatan logam).

Ikatan ionik (ikatan elektrovalen): “transfer elektron”

Atom logam (energi ionisasi rendah) cenderung melepaskan elektronnya, lalu diterima
oleh atom nonlogam (afinitas elektron besar). Dari proses transfer elektron dari atom
logam ke atom nonlogam ini akan terbentuk ion positif dan ion negatif dengan
konfigurasi elektron gas mulia yang saling tarik menarik dengan gaya elektrostatis yang
disebut ikatan ionik. Contohnya NaCl, FeCl3, MgO, dan lain-lain. Dalam pembentukan
senyawa ionik NaCl terjadi transfer elektron dari atom Na ke atom Cl.
Ikatan kovalen: “sharing elektron”

Atom-atom nonlogam cenderung tidak ingin melepaskan elektronnya (energi ionisasi


tinggi) dan ingin menarik elektron-elektron dari atom lainnya (afinitas elektron besar)
sehingga terdapat satu atau lebih pasangan elektron yang dipakai untuk berbagi
bersama. Ikatan kimia yang terbentuk dari sharing elektron terlokalisasi antara atom ini
disebut ikatan kovalen. Sebagai contoh, 2 atom H berikatan kovalen membentuk
molekul H2 dan 2 atom Cl berikatan kovalen membentuk molekul Cl2.

Struktur Lewis untuk senyawa kovalen dapat digambarkan dengan setiap pasangan
elektron ikatan (PEI) digambarkan sebagai satu garis dan pasangan elektron bebas
(PEB) digambarkan sebagai titik-titik. Berikut struktur Lewis untuk beberapa senyawa
kovalen.

Ikatan kovalen dengan berbagi satu pasangan elektron disebut sebagai ikatan kovalen
tunggal (ikatan tunggal), contohnya adalah NH3, H2O. Ikatan kovalen dengan berbagi
dua pasangan elektron disebut ikatan rangkap dua, contohnya O 2, CO2. Ikatan kovalen
dengan berbagi tiga pasangan elektron disebut ikatan rangkap tiga, contohnya N 2.

Pengecualian Aturan Oktet


Senyawa Kovalen Polar

Senyawa kovalen dikatakan polar jika senyawa tersebut memiliki perbedaan


keelektronegatifan. Dengan demikian, pada senyawa yang berikatan kovalen terjadi
pengutuban muatan. Ikatan kovalen tersebut dinamakan ikatan kovalen polar. Dalam
pembentukan molekul HCl, kedua elektron dalam ikatan kovalen digunakan tidak
seimbang oleh inti atom H dan inti atom Cl sehingga terjadi pengutuban atau polarisasi
muatan.

Senyawa-senyawa yang bersifat kovalen polar dan memiliki perbedaan


keelektronegatifan dapat dilihat pada tabel berikut.

Senyawa Kovalen Nonpolar

Jika dua atom nonlogam sejenis (diatomik) membentuk suatu senyawa kovalen,
misalkan H2, N2, Br2, dan I2 maka ikatan kovalen yang terbentuk memiliki
keelektronegatifan yang sama atau tidak memiliki perbedaan keelektronegatifan. Ikatan
kovalen tersebut dinamakan ikatan kovalen nonpolar. Dalam pembentukan molekul H 2,
kedua elektron dalam ikatan kovalen digunakan secara seimbang oleh kedua inti atom
hidrogen tersebut. Oleh karena itu, tidak akan terbentuk muatan (tidak terjadi
pengutuban atau polarisasi muatan).

Ikatan Kovalen Koordinasi

Ikatan kovalen koordinasi (ikatan dativ) adalah ikatan kovalen di mana salah satu
atomnya mendonasikan pasangan elektron yang dimilikinya. Pada ikatan kovalen
koordinasi, pasangan elektron ikatannya hanya berasal dari satu atom, bukan dari
kontribusi bersama kedua atom yang berikatan. Contoh: HNO3, H2SO4, SO2, SO3.

Ikatan logam: “lautan elektron”

Atom-atom logam cenderung mudah melepaskan elektronnya (energi ionisasi rendah)


dan susah menangkap elektron (afinitas elektron kecil) sehingga elektron-elektron
valensi terdelokalisasi dan tersebar merata menjadi lautan elektron di antara kation-
kation logam. Elektron-elektron “mengalir” di antara dan sekeliling kation logam dan
mengikat kation-kation logam tersebut.

Terdapat beberapa teori yang menerangkan ikatan pada logam. Teori untuk ikatan
logam harus dapat menjelaskan sifat-sifat logam yang ada. Salah satu teori yang dapat
menjelaskan ikatan logam adalah teori lautan elektron yang ditemukan oleh Drude dan
Lorentz. Menurut teori ini, kristal logam tersusun atas kation-kation logam yang terpateri
di tempat (tidak bergerak) dikelilingi oleh lautan elektron valensi yang bergerak bebas
dalam kisi kristal. Ikatan logam terbentuk akibat adanya gaya tarik menarik antara
muatan positif dari inti atom logam dan muatan negatif dari elektron valensi yang bebas
bergerak dalam kisi kristal.
Elektron-elektron valensi logam bergerak bebas dan mengisi ruang-ruang di antara kisi-
kisi kation logam yang bermuatan positif. Oleh karena bergerak bebas, elektron-
elektron valensi dapat berpindah jika dipengaruhi oleh medan listrik atau panas.
Kekuatan ikatan logam ditentukan oleh besarnya gaya tarik-menarik antara ion-ion
positif dan elektron-elektron bebas.

Proses Pembentukan Ikatan Logam

Pada ikatan logam terjadi proses saling meminjamkan elektron, hanya saja jumlah atom
yang saling meminjamkan elektron valensinya (elektron yang berada pada kulit terluar)
ini tidak hanya antara dua atom melainkan beberapa atom (dalam jumlah yang tidak
terbatas). Setiap atom menyerahkan elektron valensi untuk digunakan bersama,
dengan demikian akan ada ikatan tarik menarik antara atom-atom yang saling
berdekatan.

Jarak antar atom ini akan tetap sama, maksudnya seandainya ada atom yang bergerak
menjauh maka gaya tarik menarik akan menariknya kembali ke posisi semula dan bila
bergerak terlalu mendekat maka akan timbul gaya tolak menolak karena inti-inti atom
berjarak terlalu dekat padahal muatan listriknya sama sehingga kedudukan atom relatif
terhadap atom lain akan tetap.

Pada ikatan logam, inti-inti atom berjarak tertentu dan terletak beraturan sedangkan
elektron yang saling dipinjamkan seolah-olah membentuk kabut elektron. Dalam logam,
orbital atom terluar yang terisi elektron menyatu menjadi suatu sistem terdelokalisasi
yang merupakan dasar pembentukan ikatan logam. Delokalisasi yaitu suatu keadaan
dimana elektron valensi tidak tetap posisinya pada 1 atom, tetapi senantiasa berpindah-
pindah dari satu atom ke atom lain.
Bentuk Molekul

Setiap molekul yang tersusun dari atom unsur tertentu dengan jumlah yang tertentu
pula akan mempunyai bentuk molekul tertentu. Bentuk molekul merupakan bentuk
geometris yang terjadi jika inti atom unsur yang saling berikatan dalam suatu molekul
dihubungkan dengan suatu garis lurus. Bentuk molekul senyawa kovalen ditentukan
oleh susunan ruang pasangan elektron di sekitar atom pusat. Bentuk molekul senyawa
kovalen diuraikan berdasarkan dua teori yaitu teori domain elektron (VSEPR) dan teori
hibridisasi.

Teori Domain Elektron

Domain elektron adalah suatu area dalam molekul yang ditempati oleh elektron. Teori
domain elektron menyatakan bahwa pasangan elektron ikatan dan pasangan elektron
bebas tolak-menolak sehingga tiap-tiap pasangan elektron cenderung berjauhan satu
sama lain untuk meminimalkan gaya tolakan tersebut. Jadi, bentuk molekul dipengaruhi
oleh susunan ruang pasangan elektron ikatan (PEI) dan pasangan elektron bebas
(PEB) pada atom pusat suatu molekul. Teori ini juga dikenal dengan teori VSEPR
(Valence Shell Electron Pair Repulsion) atau teori Tolakan Pasangan Elektron Valensi.
Teori VSEPR pertama kali dikembangkan oleh ahli kimia Kanada, R.J. Gillespie pada
tahun 1957 berdasarkan ide ahli kimia Inggris, N. Sigewick dan H. Powel.

Teori domain elektron merupakan penyempurnaan dari teori VSEPR. Domain elektron
berarti kedudukan elektron atau daerah keberadaan elektron dengan jumlah domain
sebagai berikut.

 Setiap elektron ikatan, baik ikatan tunggal, rangkap dua, atau rangkap tiga. merupakan
1 domain.
 Setiap pasangan elektron bebas merupakan 1 domain.

Bentuk molekul hanya ditentukan oleh pasangan elektron terikat. Terdapat lima macam
bentuk dasar molekul kovalen sebagai berikut.

 Linear: bentuk molekul yang disusun oleh tiga atom yang berikatan dalam satu garis
lurus dan sebuah atom merupakan pusatnya. Sudut ikat pada dua pasang elektron
ikatan sebesar 180°. Contoh senyawa linear di antaranya HgBr2, CdCI2, dan BeH2
 Segitiga datar: bentuk molekul segitiga sama sisi yang disusun oleh empat buah atom.
Sebuah atom sebagai pusatnya berikatan dengan tiga atom lainnya dengan sudut ikat
120°. Contoh senyawa segitiga datar yaitu BCI3, BF3, dan Gal3
 Tetrahedral: bentuk molekul yang tersusun dari lima atom berikatan. Sebuah atom
sebagai pusat yang berikatan dengan empat atom lainnya dengan sudut ikat 109,5°.
Contoh senyawa tetrahedral yaitu CCI4, CH4, dan SnCI4
 Trigonal bipiramida: bentuk molekul terdiri atas dua bentuk piramida yang bergabung
dalam salah satu bidang. Atom pusatnya dikelilingi oleh lima atom lain dengan sudut ikat
ekuatorial 120°, dan sudut aksial 90°. Contoh senyawa trigonal bipiramida yaitu PF5,
SbCI5, dan PCI5
 Oktahedral: bentuk molekul terdiri atas delapan bidang yang merupakan segitiga sama
sisi dengan sudut ikat 90°. Contoh senyawa oktahedral adalah SF6, TeF6, dan SeF6

Bentuk Molekul Teori Domain Elektron

Metode yang dapat digunakan untuk meramalkan bentuk molekul adalah model rumus
titik elektron yang diperluas menjadi teori domain elektron atau teori tolakan pasangan
elektron kulit valensi (VSEPR, Valence Shell Electron Pair Repulsion). Seperangkat
aturan dikemas ke dalam teori domain elektron yang memungkinkan Anda dapat
meramalkan bentuk molekul secaratepat. Teori ini didasarkan pada jumlah pasangan
elektron ikatan dan pasangan elektron bebas dalam kulit valensi atom pusat suatu
molekul. Teori ini menyatakan bahwa bentuk molekul dapat ditentukan berdasarkan
tolakan pasangan elektron dalam kulit valensi atom pusat. Oleh karena itu, teori ini
disebut domain elektron atau VSEPR. Bagaimana teori ini dapat diterapkan untuk
memprediksi bentuk suatu molekul? Untuk mempermudah mempelajarinya, molekul-
molekul dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu molekul-molekul yang memiliki
atom pusat:

1. Berikatan kovalen tunggal yang jenuh;


2. Berikatan kovalen tunggal yang tidak jenuh (memiliki elektron bebas);
3. Berikatan kovalen rangkap.

Dalam teori VSEPR, gaya tolakan yang dihasilkan PEB juga mempengaruhi bentuk
molekul. Notasi VSEPR yang menunjukan jumlah PEI dan PEb sebagai berikut:

Hubungan antara PEI dan PEB pada atom pusat terhadap bentu molekul disajikan
dalam tabel berikut ini.
Teori Hibridilasi

Teori hibridilasi dijelaskan berdasarkan proses penggabungan orbital-orbital atom yang


digunakan oleh elektron-elektron yang saling berikata. Teori ini disebut juga teori ikatan
valensi.

1. Orbital Hibrida sp
2. Orbital sp2
3. Orbital sp3
4. Orbital sp3d dan sp3d2

Secara ringkas berbagai tipe hibridasi digambarkan seperti tabel dibawah ini.

Interaksi
AntarMolekul
Kepolaran suatu senyawa dapat dipengaruhi oleh adanya perbedaan
keelektronegatifan antar atom-atom yang berkaitan dengan bentuk molekul. Senyawa
dikatakan bersifat polar apabila selisih keelektronegatifan antaratom penyusunnya
semakin besar. Dan selain itu ketidaksimetrisan bentuk molekul juga mengakibatkan
senyawa bersifat polar. Dengan adanya muatan electron yang tidak seimbang
antaratom yang tidak seimbang antaratom dalam senyawa polar mengakibatkan
terjadinya suatu kutub (dipole). Maka dari itu pasangan electron yang digunakan untuk
membentuk ikatan kovalen polar lebih kuat tertarik pada salah satu atom.

Namun sebaliknya, senyawa dikatakan bersifat nonpolar apabila terbentuk dari atom
sejenis atau senyawa yang distribusi muatannya simetris, contohnya H 2 atau CH4.
Harga electronegativitas atom-atom dalam molekul nonpolar sama sehingga muatan
electronnya terdistribusi merata. Oleh Karena itu, molekul nonpolar tidak membentuk
kutub. Pasangan senyawa nonpolar mengakibatkan bentuk molekul simetris sehingga
dipol-dipol ikatannya saling meniadakan.

Intraksi antar atom-atom daalam senyawa atau kumpulan molekul dalam senyawa yang
mengalami tarik-menarik tersebut diesebut dengan gaya antarmolekul. Dan gaya ini
berkaitan erat dengan sifat fisik zat yang bersangkutan. Kuat lemahnya gaya tarik-
menarik antarmolekul akan sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya titik didih
suatu zat. Dan gaya antarmlekul berdasarkan kekuatan dari yang terlemah hingga yang
terkuat adalah sebagai berikut.
Gaya Van der Waals
Gaya ini adalah merupakan gaya antarmolekul yang sangat lemah. Gaya Van der
Waals pada awal abad XX, dikemukakan oleh Jhonnes Diderik Van der Waals. dan
gaya ini dibagi menjadi dua yakni gaya London dan gaya tarik dipole.

A. Gaya London
Gaya London ditemukan oleh fisikawan asal Jerman yang bernama Fritz London pada
tahun 1928. Gaya London ini adalah merupakan gaya tarik-menarik antarmolekul
nonpolar akibat adanya dipol terimbas yang ditimbulkan oleh perpindahan electron dari
satu orbital yang lain membentuk dipol sesaat. Gaya London ini mengakibatkan molekul
nonpolar yang bersifat agak polar.

Kemudahan suatu molekul menghasilkan dipol sesaat yang dapat mengimbas ke


molekul disekitarnya yang disebut dengan Polarisabilitas. Polarisabilitas ini berkaitan
dengan massa molekul relative (Mr) dan bentuk molekul. Apabila massa molekul
relative semakin besar, molekul semakin mudah mengalami polaritas sehingga Gaya
London semakin kuat. Dengan massa molekul relative yang sama besar, molekul yang
bentuknya panjang akan lebih mudah mengalami polarisasi dibandingkan dengan
molekul yang kecil, kompak, dan simetris. Maka semakin mudah molekul mengalami
polarisasi, maka semakin tinggi pula titik didih dan titik lelehnya. Maka dari itu, apabila
massa molekul relative zat semakin besar maka titik didih lelehnya semakin tinggi.

Jenis gaya tarik yang sangat lemah ini pada umumnya terjadi diantara molekul-molekul
kovalen nonpolar, seperti N2, H2, atau CH4. Gaya tarik ini dihasilkan oleh menyurut dan
mengalirnya orbital-orbital electron sehingga memberikan pemisahan muatan yang
sangat lemah dan sangat singkat disekitar katan. Gaya London ini meningkat seiring
dengan bertambahnya jumlah electron. Dan gaya London juga akan meningkat seiring
dengan bertambahnya massa molar zat, pasalnya mlekul yang memiliki massa molar
besar cenderung memiliki lebih banyak electron. Adanya percabangan akan
menurunkan kekuatan gaya London sebab adanya percabangan akan memperkecil
area kontak antarmolekul. Dan titik didih senyawa sebanding sekaligus mencerminkan
kekuatan gaya London.

B. Gaya Tarik Dipol


Molekul-molekul polar cenderung menyusun diri dengan cara saling mendekati kutub
positif sari suatu molekul dengan kutub negative molekul yang lain. Dan gaya tarik-
menarik ini disebut dengan gaya tarik dipol. Semakin besar momen dipole yang dimiliki
oleh suatu senyawa, semakin besar gaya tarik dipole yang dihasilkan. Dan gaya ini
lebih kuat dari pada gaya London. Maka dari itu, molekul yang mengalami gaya tarik
dipol memiliki titik didih dan titik leleh yang lebih tinggi dibandingkan dengan molekul
yang mengalami gaya London. Ada tiga gaya tarik dipol, dan berikut penjelasan dari
ketiga gaya tarik dipol tersebut :

 Intraksi Dipol Terimbas (Dipol Terinduksi)

Gaya antarmolekul ini terjadi saat molekul polar mengimbas (menginduksi) molekul
nonpolar. Sebagi contoh, molekul air (H2O) yang bersifat polar dapat menginduksi
molekul oksigen (O2) yang bersifat nonpolar. Dipol terimbas inilah yang mengakibatkan
gas oksigen larut dalam air.

 Intraksi Ion-Dipol

Gaya antarmolekul ini terjadi saat ion (kation maupun anion) berintraksi dengan molekul
polar. Kekuatan interaksi ini bergantungan pada muatan dan ukuran ion serta kepolaran
dan ukuran molekul polar. Dan kation ini memiliki interaksi yang lebih kuat dengan
molekul polar dibandingkan denga anion. Dan salah satu contoh interaksi ini adalah
hidrasi senyawa NaCl dalam air (proses ion dikelilingi oleh molekul air).

 Interaksi Dipol-Dipol

Gaya antarmolekul ini terjadi jika ujung positif dari salah satu molekul dipol ditarik
keujung negative dari dipol molekul lainnya. Dan gaya ini lebih kuat dari gaya London,
namun tetap sangat lemah. Dan interaksi ini terjadi pada senyawa kovalen polar,
seperti HCI dan HBr atau HCl dengan HCl.

Ikatan Hidrogen
Ikatan Hidrogen adalah merupakan ikatan antarmolekul yang terjadi pada molekul-
molekul yang sangat polar dan mengandung atom hydrogen. Ikatan hydrogen ini
disebabkan oleh gaya tarik-menarik antaratom hydrogen dari molekul yang satu dengan
atom molekul lain yang sangat elektronegatif (F,O, atau N). contohnya senyawa yang
mempunya ikatan hydrogen yakni HF, H2O, dan NH3. Dalam molekul air, atom O
bersifat sangat elektronegatif sehingga pasangan electron antar atom O dan H lebih
tertari ke arah atom O. dalam keadaan cair, atom hydrogen dalam molekul air yang
persial positif ditarik oleh pasangan electron atomO molekul lain yang elektronegatif
sehingga terbentuk ikatan hydrogen. Dan akibatnya atom H dari salah satu molekul
terikat kuat pada atom unsur yang sangat elektronegatif (F, Oatau N) dari molekul
tetangganya melalui pasangan electron bebas pada atom unsur yang memiliki
elektronegatif besar tersebut.
Ikatan hidrogen jau lebih kuat dibandingkan dengan gaya-gaya Van det Waals. zat yang
memiliki ikatan hydrogen memerlukan energy yang besar untuk memutuskannya. Oleh
karan itu titik didih dan titik lelehnya sangat tinggi.

Senyawa-senyawa yang memiliki Mr besar seharunya memiliki titik didih dan titik leleh
yang tinggi. Namun dengan adanya ikatan hydrogen dalam senyawa yang mengandung
hydrogen menimbulkan penyimpangan sifat umum beberapa senyawa dari unsur-unsur
segolongannya. Contohnya deretan H2O, H2S, H2Se, dan H2Te. Meningkatnya titik didih
H2S, H2Se, H2Te disebabkan oleh naiknya Mr molekul sehingga gaya Van der Waals
semakin kuat. Penyimpangan terjadi pada titik didih H2O Karena adanya ikatan
hydrogen. Hal ini terjadi Karena ikatan hidrogen antar molekul-molekul H2O lebih kuat
dari pada ikatan pada molekul-molekul yang lain. Perbedaan keelektronegatifan dalam
molekul H2O lebih besar Karena unsur O paling elektronegatif dibandingkan dengan
unsur S, Se, dan Te. Dan energy yang diperlukan untuk memutuskan ikatan dalam
molekul H2O sangat besar. Maka dari itu titik didih H2O paling tinggi.

Anda mungkin juga menyukai