Anda di halaman 1dari 4

1) Hukum Raoult

Hukum Raoult adalah hukum yang dicetuskan oleh Francois M. van Raoult (1830-1901)
untuk mempelajari sifat-sifat tekanan uap larutan yang mengandung zat pelarut yang bersifat
non-volatil. Bunyi dari hukum Raoult adalah: “tekanan uap larutan ideal dipengaruhi oleh
tekanan uap pelarut dan fraksi mol zat terlarut yang terkandung dalam larutan tersebut”.
Raoult merupakan seorang ahli kimia Prancis, ia mengamati bahwa pada larutan ideal yang
dalam keadaan setimbang antara larutan dan uapnya, maka perbandingan antara tekanan uap
salah satu komponennya misal (A) PA/PA* sebanding dengan fraksi mol komponen (XA) yang
menguap dalam larutan pada suhu yang sama.
Secara matematis, misalkan suatu larutan yang terdiri dari komponen A dan B menguap,
maka hukum Raoult menyatakan untuk tekanan uap satu komponen dalam larutan ideal (misal
pA) ditulis sebagai :
pA = pA* xi
Dengan : Pi = tekanan uap parsial komponen A pada campuran gas,
Pi* = tekanan uap komponen murni A
Xi = fraksi mol komponen A dalam campuran
Larutan yang memenuhi hukum ini disebut sebagai larutan ideal. Pada kondisi ini, maka
tekanan uap total (P) akan bernilai :
P = pA + pB = XA.PA* + XB.PB*

1.1 Larutan Ideal


Suatu larutan dianggap bersifat ideal, karena didasarkan pada kekuatan relative dari gaya
tarik menarik antar molekul solute dengan solvent nya. Larutan ideal adalah larutan yang gaya
tarik menarik antara molekul – molekul sama dengan gaya tarik menarik molekul – molekul dari
solute dan solvent nya masing – masing .
Suatu larutan dikatakan ideal, jika mempunyai ciri ciri sebagai berikut :
a) Homogen pada seluruh kisaran komposisi dari sistem. Mulai dari fraksi mol nol sampai
dengan fraksi mol satu (0<x<1)
b) Tidak adanya pembentukan Entalpi ( ΔH campuran = 0 ), dimana panas larutan sebelum
dan setelah pencampuran adalah sama
c) Perubahan volume campuran adalah sama dengan nol (V campuran = 0), artinya jumlah
volume larutan sebelum dan sesudah pencampuran adalah sama
d) Memenuhi Hukum Raoult

1.1 Aplikasi Hukum Raoult


Dari penjelasan hukum raoult dan penjelasan larutan ideal diatas, Hukum Raoult hanya
dapat diaplikasikan pada campuran ideal, diamana persamaan untuk campuran dari larutan A
dan B, akan menjadi seperti berikut :

PA = XA . PoA

PB = XB . PoB

Dimana : Po = Tekanan uap dari A atau B apabila keduanya dalam keadaan terpisah
(Larutan murni)

Pada persamaan ini PA dan PB adalah tekanan uap parsial dari komponen A dan B. Dalam
suatu campuran gas, tiap gas mempunyai tekanan uapnya sendiri, dan ini disebut dengan
tekanan parsial yang independent. Bahkan jika kita memisahkan semua gas gas lain yang ada,
satu satunya gas yang tersisa masih akan mempunyai tekanan parsialnya.

Tekanan uap total dari sebuah campuran adalah sama dengan jumlah dari tekanan parsial
individu tiap gas.

Total Tekanan Uap = PA + PB

Untuk lebih memahami aplikasinya dapat dimisalkan ada sebuah larutan ideal A dan B ,
kedua larutan ini tentunya memberikan “sumbangan”-nya masing masing pada tekanan uap
keseluruhan pada campuran.

Misal kita melipat dua kan fraksi mol larutan A , menurut hukum Raoult tekanan uapnya
juga akan terlipat duakan. Apabila di lipat-tiga-kan maka tekanan uap nya juga akan terlipat
tiga, dan seterusnya yang berarti tekanan uap parsial A pada suhu tertentu berbanding lurus
dengan fraksi mol nya. Jika digambarkan grafik tekanan uap parsial terhadap fraksi mol-nya ,
akan diperoleh garis lurus :
Tekanan Uap Tekanan Uap

Tekanan Uap A murni

Fraksi mol
0A 1A

Selanjutnya, dengan membuat grafik yang sama untuk B pada sumbu yang sama fraksi
mol B mengecil dengan meningkatnya fraksi mol A sehingga garis grafik B akan
berkebalikan dari garis A dengan semakin berkurangnya fraksi mol B, tekanan parsialnya juga
berkurang dengan kecepatan yang sama. Digambarkan seperti berikut :

Tekanan Uap Tekanan Uap

Tekanan Uap B Murni

Tekanan Uap A murni

Fraksi mol
0A 1A
1B 0B

Terlihat dari grafik titik Tekanan uap murni larutan B lebih tinggi dari larutan A murni.
Hal ini menunjukkan bahwa molekul-molekul pada permukaan larutan B lebih mudah
melepaskan diri daripada molekul molekul pada larutan A dengan kata lain larutan B lebih
mudah menguap dibandingkan A.
Kemudian untuk memperoleh tekanan uap total dari sebuah campuran , kita harus
menjumlahkan tekanan parsial A dan B pada tiap komposisi dengan demikian kita akan
memperoleh garis lurus seperti grafik ketiga dibawah ini :
Tekanan Uap Tekanan Uap
Tekanan uap
Tekanan Uap B Murni total campuran

Tekanan Uap A murni

Fraksi mol
0A 1A
1B 0B

Pada campuran yang non-ideal, garis lurus tersebut akan membentuk kurva. Untuk
campuran yang mendekati ideal garisnya akan menyerupai garis lurus. Semakin kurang
idealnya suatu campuran, maka akan semakin ber kurva garis yang terbentuk. Dari sinilah
kemudian dikembangkan lagi menjadi grafik komposisi ( Diagram fasa ), dan grafik
campuran yang kemudian dapat diaplikasikan pada distilasi fraksionasi.
Dimana distilasi fraksionasi sendiri merupakan sebuah proses pemisahan campuran
larutan menjadi fraksi fraksinya dengan memanfaatkan perbedaan titik didih dari komponen
komponen yang terkandung didalam campuran tersebut ( jika didalam industry minyak maka
dari crude oil akan dipecah menjadi komponen komponen seperti avtur, nafta, solar, bensin,
dll)

Tekanan Uap Tekanan Uap

Komposisi uap Titik didih A murni

Komposisi cairan
Titik didih B murni
Fraksi mol
0A 1A
1B 0B

▲ Diagram Fasa

Anda mungkin juga menyukai