Anda di halaman 1dari 6

VAN DER WAALS

Sejarah
van der Waals dalam ilmu kimia merujuk pada jenis gaya
antara molekul. Istilah ini pada awalnya merujuk pada jenis gaya
antarmolekul, dan hingga saat ini masih digunakan dalam pengertian
tersebut, tetapi saat ini lebih umum merujuk pada gaya-gaya yang timbul
dari polarisasi molekul menjadi dipol.
Hal ini mencakup gaya yang timbul dari dipol tetap (gaya Keesom),
dipol rotasi atau bebas (gaya Debye) serta pergeseran distribusi
awan elektron (gaya London).
Gaya ini dikemukakan pertama kali oleh Johannes van der Waals (1837-1923). van der Waals
lahir di Leiden, Belanda, sebagai putera Jacobus van der Waals dan Elisabeth van den Burg.
Ia menjadi guru sekolah, dan kemuian diizinkan belajar di universitas, karena kurangnya
pendidikan dalam bahasa-bahasa klasik. Ia belajar dari 1862 hingga 1865, mendapat gelar
dalam matematika dan fisika. Ia menikah dengan Anna Magdalena Smit dan memiliki 3 putri
dan 1 putra.
Pada 1866, ia menjadi direktur sekolah dasar di den Haag. Pada 1873, ia mendapatkan
gelar doktor di bawah Pieter Rijke atas tesisnya yang berjudul "Over de Continuïteit van den
Gas- en Vloeistoftoestand" (Pada Kontinuitas Keadaan Gas dan Cair). Pada 1876, ia diangkat
sebagai profesor pertama di Universitas Amsterdam.van der Waals meninggal
di Amsterdam pada 1923.

IKATAN VAN DER WAALS

Ikatan van der Waals dalam ilmu kimia merujuk pada jenis tertentu gaya antar
molekul. Istilah ini pada awalnya merujuk pada semua jenis gaya antar molekul, dan hingga
saat ini masih kadang digunakan dalam pengertian tersebut, tetapi saat ini lebih umum
merujuk pada gaya-gaya yang timbul dari polarisasi molekul menjadi dipol.

Ikatan Van Der Waals terjadi akibat interaksi antara molekul-molekul non polar
(Gaya London), antara molekul-molekul polar (Gaya dipole-dipol) atau antara molekul non
polar dengan molekul polar (Gaya dipole-dipol terinduksi). Ikatan Van Der Waals terdapat
antar molekul zat cair atau padat dan sangat lemah. Gaya Van Der Waals dahulu dipakai
untuk menunjukkan semua jenis gaya tarik-menarik antar molekul. Namun kini merujuk pada
pada gaya-gaya yang timbul dari polarisasi molekul yang terlemah menjadi dipole seketika.
Pada saat tertentu, moleku-molekul dapat berada dalam fase dipole seketika ketika salah satu
muatan negative berada di sisi tertentu. Dalam keadaan dipol ini, molekul dapat menarik atau
menolak electron lain dan menyebabkan atom lain menjadi dipole. Gaya tarik menarik yang
muncul sesaat ini merupakan gaya Van Der Waals.

Ikatan van der walls adalah gaya tarik menarik antarmolekul (antar kutub) dalam
senyawa yang berikatan kovalen. Gaya ini merupakan gaya antarmolekul yang sangat lemah
Mencakup interaksi dipole – dipole (pada senyawa polar) dan interaksi dipole
terimbas/terinduksi (pada senyawa polar dan non polar). Sedangkan interaksi dipole
sementara (pada senyawa non polar) biasa disebut dengan gaya dispersi London.
Semakin besar Mr suatu senyawa (semakin banyak jumlah partikel yang saling tarik)
ikatan van der walls akan semakin kuat, sehingga energy yang dibutuhkan untuk memutuskan
ikatan antarmolekul semakin besar. Akibatnya titik leleh dan titik didih senyawa tersebut
akan semakin besar.
Pada ikatan Van der walls dibagi menjadi 2 bagian yaitu gaya London dan gaya tarik dipol

1. Gaya London

Gaya London ditemukan oleh Fisikawan Jerman yang bernama Fritz London. Gaya London
(gaya dispersi) merupakan gaya tarik menarik antar molekul nonpolar akibat adanya dipol
terimbas yang ditimbulkan oleh perpindahan elektron dari satu orbital ke orbital lain
membentuk dipol sesaat. Gaya London mengakibatkan molekul nonpolar bersifat agak polar.
Kemudahan suatu molekul menghasilkan dipol sesaat yang dapat mengimbas ke molekul
sekitarnya disebut polarisabilitas. Polariabilitas berkaitan dengan massa molekul relatif
(Mr) dan bentuk molekul. Jika massa molekul relatif semakin besar maka molekul semakin
mudah mengalami polarisasi sehingga gaya London semakin kuat. Dengan massa molekul
relatif yang sama besar molekul yang bentuknya panjang lebih mudah mengalami polarisasi
dibandingkan dengan molekul yang kecil, kompak dan simetris. Semakin mudah mudah
molekul mengalami polarisasi semakin tinggi titik didih dan titik lelehnya. Oleh karena itu
jika masa molekul relatif zat semakin besar maka titik didih dan titik lelehnya semakin tinggi.
Namun gaya London relatif lemah sehingga apabila suatu zat yang molekulnya hanya
mengalami tarik menarik berdasarkan gaya London saja maka titik didih dan titik lelehnya
lebih rendah dibandingkan zat lain yang mengalami tarik-menarik tidak hanya berdasarkan
gaya London saja (Mr hampir sama).

2. Gaya Tarik Dipol

Gaya Tarik Dipol adalah suatu molekul – molekul polar yang cenderung menyusun
diri dengan cara saling mendekati kutub positif dari suatu molekul dengan kutub negatif
molekul yang lain.
Semakin besar momen dipol yang dimiliki oleh suatu senyawa, semakin besar gaya tarik
menarik dipol yang dihasilkan. Gaya ini lebih kuat dibandingkan dengan gaya London. Oleh
karena itu, molekul yang mengalami gaya tarik dipol memiliki titik didih dan titik leleh yang
lebih tinggi daripada molekul yang mengalami gaya London (Mr hampir sama).
Gaya Tarik dipol terdiri atas 5 jenis yang berbeda antara lain :

1. Interaksi ion – dipole.

Gaya antarmolekul ini terjadi antara ion dan senyawa kovalen polar. Ketika dilarutkan
dalam senyawa kovalen polar, senyawa ion akan terionisasi menjadi ion positif dan ion
negatif. Ion positif akan tarik menarik dengan dipol negatif, dan sebaliknya.
Selain gaya ion-dipol, juga dikenal gaya ion-dipol sesaat, dimana terjadi dari interaksi antar
gaya dipol-dipol terinduksi dengan gaya ion-dipol. Jika ion dari senyawa ion berdekatan
dengan molekul nonpolar, ion tersebut dapat menginduksi dipol molekul nonpolar. Dipol
terinduksi molekul nonpolar yang dihasilkan akan berikatan dengan ion.
Gaya Ion-dipol
Interaksi ion – dipol merupakan interaksi (berikatan) / tarik menarik antara ion dengan
molekul polar (dipol). Interaksi ini termasuk jenis interaksi yang relatif cukup kuat.
Contoh : H+ + H2O → H3O+
Ag+ + NH3 → Ag(NH3)+
Sebagai contoh, NaCl (senyawa ion) dapat larut dalam air (pelarut polar) dan AgBr (senyawa
ion) dapat larut dalam NH3 (pelarut polar).

2. Interaksi dipol – dipol

Interaksi dipol – dipol merupakan interaksi antara sesama molekul polar (dipol). Interaksi
ini terjadi antara ekor dan kepala dimana jika berlawanan kutub maka akan tarik-menarik dan
sebaliknya.Tanda “+” menunjukkan dipol positif, tanda “-” menunjukkan dipol negatif
Molekul seperti HCl memiliki dipol permanen karena klor lebih elektronegatif
dibandingkan hidrogen. Kondisi permanen ini, pada saat pembentukan dipol akan
menyebabkan molekul saling tarik menarik satu sama lain. Molekul yang memiliki dipol
permanen akan memiliki titik didih yang lebih tinggi dibandingkan dengan molekul yang
hanya memiliki dipol yang berubah-ubah secara sementara.
Agak mengherankan dayatarik dipol-dipol agak sedikit dibandingkan dengan gaya
dispersi, dan pengaruhnya hanya dapat dilihat jika kamu membandingkan dua atom dengan
jumlah elektron yang sama dan ukuran yang sama pula. Sebagai contoh, titik didih etana,
CH3CH3, dan fluorometana, CH3F adalah:
Keduanya memiliki jumlah elektron yang identik, dan ukurannya hampir sama – seperti
yang terlihat pada diagram. Hal ini berarti bahwa gaya dispersi kedua molekul adalah sama.
Titik didih fluorometana yang lebih tinggi berdasarkan pada dipol permanen yang besar yang
terjadi pada molekul karena elektronegatifitas fluor yang tinggi.
Akan tetapi, walaupun memberikan polaritas permanen yang besar pada molekul, titik didih
hanya meningkat kira-kira 10°.
Berikut ini contoh yang lain yang menunjukkan dominannya gaya dispersi.
Triklorometan, CHCl3, merupakan molekul dengan gaya dispersi yang tinggi karena
elektronegatifitas tiga klor. Hal itu menyebabkan dayatarik dipol-dipol lebih kuat antara satu
molekul dengan tetangganya.
Dilain pihak, tetraklorometan, CCl4, adalah non polar. Bagian luar molekul tidak seragam –
in pada semua arah. CCl4 hanya bergantung pada gaya disperse.

3. Interaksi ion – dipol terinduksi.

Interaksi ion – dipol terinduksi merupakan interaksi antara aksi ion dengan dipol
terinduksi. Dipol terinduksi merupakan molekul netral yang menjadi dipol akibat induksi
partikel bermuatan yang berada didekatnya. Partikel penginduksi tersebut dapat berupa ion
atau dipol lain dimana kemampuan menginduksi ion lebih besar daripada kemampuan
menginduksi dipol karena muatan ion yang juga jauh lebih besar. Interaksi ini relatif lemah
karena kepolaran molekul terinduksi relatif kecil daripada dipol permanen.
Contoh : I– + I2 → I3

4. Interaksi dipol – dipol terinduksi

Suatu molekul polar yang berdekatan dengan molekul nonpolar, akan dapat menginduksi
molekul nonpolar. Akibatnya. Molekul nonpolar memiliki dipol terinduksi.
Dipol dari molekul polar akan saling tarik-menarik dengan dipol terinduksi dari molekul
nonpolar. Contohnya terjadi pada interaksi antara HCl (molekul polar) dengan Cl2 (molekul
nonpolar).

5. Interaksi dipol terinduksi – dipol terinduksi

Mekamisme terjadinya interaksi dipol terinduksi – dipol terinduksi :


Pasangan elektron suatu molekul, baik yang bebas maupun yang terikat selalu bergerak
mengelilingi inti elektron yang bergerak dapat mengimbas atau menginduksi sesaat pada
tetangga sehingga molekul tetangga menjadi polar terinduksi sesaat molekul ini pula dapat
menginduksi molekul tetangga lainnya sehingga terbentuk molekul-molekul dipol sesaat.
Fakta Yang Menunjukkan Adanya Gaya Van der Waal

Banyak bukti menunjukkan bahwa ada gaya tarik antara molekul,contohnya Cl2.
Cl Cl . . . . . . . . Cl Cl

Gaya ini disebut gaya van der waals dan sangat lemah dibandingkan ikatan ion dan
kovalen.Dalam molekul Cl2 terdapat ikatn kovalen dengan energi ikatan 240 kj/mol,dan
antara molekul Cl2 terdapat gaya van der waals sebesar 21 kj/mol.
Gaya van der waals dapat terjadi antara partikel yang sama atau berbeda .sama halnya dengan
gaya kohesi (gaya antara partikel – partikel zat yang sama ) yang di pelajari disekolah
lanjutan. Gaya ini terjadi karena adanya sifat kepolaran partikel tersebut. Makin kecil
kepolaran makin kecil pula gaya van der waals-nya.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Ikatan


Van Der Waals
Gaya London ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:

1. Jumlah electron dalam atom atau molekul


Makin besar ukuran atom atau molekul, makin besar jumlah elektron sehingga makin
jauh pula elektron terluar dari inti dan makin mudah awan elektron terpolarisasi, serta makin
besar gaya dispersi.

2.molekul

Molekul yang memanjang/tidak bulat, lebih mudah menjadi dipole dibandingkan


dengan molekul yang bulat sehingga gaya disperse londonnya akan semakin besar.
Ikatan Van der Waals juga ditemukan pada polymer dan plastik. Senyawa ini dibangun oleh
satu rantai molekul yang memiliki atom karbon, berikatan secara kovalen dengan berbagai
atom seperti hidrogen, oksigen, nitrogen, dan atom lainnya. Interaksi dari setiap untaian
rantai merupakan ikatan Van der Waals. Hal ini diketahui dari pengamatan terhadap
polietilen, polietilen memiliki pola yang sama dengan gas mulia, etilen berbentuk bentuk gas
menjadi cairan dan mengkristal atau memadat sesuai dengan pertambahan jumlah atom atau
rantai molekulnya. Dispersi muatan terjadi dari sebuah molekul etilen, C2H4, yang
menyebabkan terjadinya dipol temporer serta terjadi interaksi Van der Waals. Dalam kasus
ini molekul H2C=CH2, selanjutnya melepaskan satu pasangan elektronnya dan terjadi ikatan
yang membentuk rantai panjang atau polietilen. Pembentukan rantai yang panjang dari
molekul sederhana dikenal dengan istilah polimerisasi.
3. Kepolaran molekul

Karena Ikatan Van Der Waals muncul akibat adanya kepolaran, maka semakin kecil
kepolaran molekulnya maka gaya Van Der Waalsnya juga akan makin kecil.
1. Titik didih gas mulia adalah
helium -
269°
C
neon -
246°
C
argon -
186°
C
kripton -
152°
C
xenon -
108°
C
radon -62°C
Semua unsur tersebut berada pada molekul monoatomik.
Alasan yang mendasari bahwa titik didih meningkat sejalan dengan menurunnya
posisi unsur pada golongan adalah kenaikan jumlah elektron, dan juga tentunya jari-jari atom.
Lebih banyak elektron yang dimiliki, dan lebih menjauh sejauh mungkin, yang paling besar
memungkinkan dipol sementara terbesar dan karena itu gaya dispersi paling besar.
Karena dipol sementara lebih besar, molekul xenon lebih melekat (stickier) dibandingkan
dengan molekul neon. Molekul neon akan berpisah satu sama lain pada temperatur yang lebih
rendah dibandingkan molekul xenon – karena itu neon memiliki titik didih yang lebih rendah.

Contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari:


1. Gula larut dalam air, karena molekul-molekul gula tercampur merata dengan molekul
air.
2. Pakaian basah jika dijemur menjadi kering karena molekul-molekul air pada pakaian
itu menguap menjadi molekul uap air dan terlepas dari pakaian.

Anda mungkin juga menyukai