Disusun oleh:
1. Rizka Ayu Melykhatun
2. Widy Alif Putra Said
3. Ria Ayu Maharani
(4301412029)
(4301412095)
(4301412116)
Rombel 1 Kelompok 6
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah serta lindungan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul ikatan van der Waals.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan
dan keterbatasan, namun berkat bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak,
akhirnya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Dalam hal ini kami mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa; dan
2. Dosen Pengampu.
Semoga amal baik dari semua pihak mendapat balasan yang berlipat ganda dari Tuhan
Yang Maha Esa. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, meskipun belum dapat memberikan informasi yang lebih lengkap, kami tetap
berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.
Saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikana manfaat yang baik untuk
pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
2
A. Latar Belakang
Pada tahun 1873, Diderick van der Waals mengenali adanya gaya tarik dan tolak yang
lemah diantara molekul-molekul gas dan menjadikannya alasan adanya penyimpangan pada
rumus PV = nRT. Gas mempunyai sifat bentuk dan volumenya dapat berubah sesuai
tempatnya. Jarak antara molekul-molekul gas relatif jauh dan gaya tarik menariknya sangat
lemah. Pada penurunan suhu, fasa gas dapat berubah menjadi fasa cair atau padat. Pada
keadaan ini jarak antara molekul-molekulnya menjadi lebih dekat dan gaya tarik menariknya
relatif lebih kuat.
Selanjutnya gaya yang relatif lemah yang bekerja (tarik menarik) antarmolekul tersebut
dikenal dengan gaya van der Waals. Gaya ini sangat lemah bila dibandingkan dengan gaya
ikatan antaratom (ikatan ion dan ikatan kovalen). Untuk memutuskan ikatan van der Waals
memerlukan energi 0,4-40 kJ, sedangkan energi untuk memutuskan ikatan kovalen sebesar
400 kJ.
Gaya van der Waals dalam ilmu kimia merujuk pada jenis tertentu gaya antar molekul.
Istilah ini pada awalnya merujuk pada semua jenis gaya antar molekul, dan hingga saat ini
masih kadang digunakan dalam pengertian tersebut, tetapi saat ini lebih umum merujuk pada
gaya-gaya yang timbul dari polarisasi molekul menjadi dipol. Hal ini mencakup gaya yang
timbul dari dipol tetap (gaya Keesom), dipol rotasi atau bebas (gaya Debye) serta pergeseran
distribusi awan elektron (gaya London). Ikatan ini merupakan jenis ikatan antar molekul yang
terlemah, namun sering dijumpai diantara semua zat kimia terutama gas. Nama gaya ini
diambil dari nama kimiawan Belanda, Diderick van der Waals, yang pertama kali mencatat
jenis gaya ini.
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
4
van der Waals juga mengamati ikatan yang terjadi pada molekul yang bersifat polar,
dimana molekul tersebut memiliki momen dipol yang permanen, perbedaan muatan yang
terjadi menyebabkan terjadinya interaksi antar molekul. Gaya yang bekerja disebut juga
dengan gaya tarik dipol-dipol dan jauh lebih kuat dibandingkan dengan interaksi molekul non
polar.
Sebagai contoh, terjadinya interaksi antara molekul HCl dengan ClF. Pada molekul
HCl,atom Cl memiliki muatan yang lebih besar dan memiliki elektronegatifitas yang besar
pula sehingga pasangan elektron ikatan akan tertarik pada atom Cl, dan menyebabkan
pembentukan muatan parsial negatif, sedangkan atom H bermuatan parsial positif. Pada
senyawa ClF, elektronegatifitas atom F lebih besar dibandingkan dengan atom Cl, sehingga
atom Cl bermuatan parsial positif.
Gambar 1. Gaya tarik dipol-dipol yang terjadi pada molekul-molekul yang bersifat polar
B.
molekul polar. Antaraksi antar kutub positif dari satu molekul dengan kutub negatif pada
molekul yang lain akan menimbulkan gaya tarik menarik yang relatif lemah.
Kekuatan gaya orientasi ini akan semakin besar bila molekul-molekul tersebut
mengalami penataan dengan ujung positif suatu molekul mengarah ke ujung negatif dari
molekul yang lain. Misalnya pada molekul-molekul HCl.
Gaya imbas terjadi bila terdapat molekul dengan dipol permanen berantaraksi dengan
molekul dengan dipol sesaat. Adanya molekul-molekul polar dengan dipol permanen akan
menyebabkan imbasan dari kutub molekul polar kepada kutub molekul nonpolar, sehingga
elektron-elektron dari molekul nonpolar tersebut mengumpul pada salah satu sisi molekul
(terdorong atau tertarik), yang menimbulkan terjadinya dipol sesaat pada molekul nonpolar
tersebut.
Terjadinya dipol sesaat akan berakibat adanya gaya tarik menarik antar dipol tersebut
yang menghasilkan gaya imbas. Gaya imbas juga memberikan sumbangan yang kecil
terhadap keseluruhan gaya van der Waals. Contoh gaya imbas, yaitu, gaya antara molekul Cl2
dan H2O.
Gaya dispersi memberikan sumbangan terbesar pada Gaya van der Waals. Gaya van der
Waals tidak memiliki arah yang jelas, hal ini terlihat pada bentuk kristal kovalen yang
bisa berubah pada suhu tertentu. Misalnya, kristal belerang yang bisa berbentuk monoklin
atau rhombis. Hal tersebut berlainan dengan ikatan ion dan ikatan kovalen yang bentuknya
tidak berubah. Contoh molekul yang mengalami gaya london diantaranya: gas hidrogen, gas
nitrogen, metana dan gas-gas mulia.
4. Gaya Tolakan
Gaya yang keempat adalah gaya yang nilainya besar dan tergolong gaya tolak, menjadi
efektif jika awan elektron terisi pada atom atau molekul yang berantaraksi mulai
bertumpangtindih. Hal ini erat kaitannya dengan prinsip pengecualian Pauli dan merupakan
gaya yang sama seperti gaya di dalam kristal ion yang mengimbangkan tarikan elektrostatik
pada jarak kesetimbangan antar ion.
muncul
akibat
adanya
kepolaran
maka
makin
kecil
kepolaran
molekulnya, Gaya van der Waals nya juga akan makin kecil.
Gaya van der Waals dibagi berdasarkan jenis kepolaran partikelnya :
1. Interaksi Ion Dipol (Molekul Polar)
Terjadi interaksi (berikatan) / tarik menarik antara ion dengan molekul polar (dipol).
Contoh : H+ + H2O H3O+
Ag+ + NH3 Ag(NH3)+
Interaksi ini termasuk jenis interaksi yang relatif cukup kuat. Contoh : NaCl (senyawa
ion) dapat larut dalam air (pelarut polar), AgBr (senyawa ion) dapat larut dalam
NH3 (pelarutpolar).
2. Interaksi Dipol Dipol
Merupakan interaksi antara sesama molekul polar (dipol). Interaksi ini terjadi antara
ekor dan kepala.
dipol
dipol
terinduksi. Ikatan
ini
cukup
lemah
sehingga
2. Bentuk Molekul: Molekul yang memanjang / tidak bulat lebih mudah menjadi dipol
10
Pada kondisi yang terakhir elektron pada bagian kiri molekul dapat bergerak ke ujung
yg lain. Pada saat terjadi hal ini, molekul akan menolak elektron pada bagian kanan yang
satunya.
Polaritas kedua molekul adalah berkebalikan, tetapi masih memiliki (+) tertarik (-).
Selama molekul saling menutup satu sama lain polaritas akan terus berfluktuasi pada kondisi
yang selaras karena itu daya tarik akan selalu terpelihara.
Selama molekul saling mendekat, pergerakan elektron yang selaras dapat terjadi pada
molekul yang berjumlah sangat banyak.
Diagram ini menunjukkan bagaimana keseluruhan dari molekul yang berikatan secara
bersamaan pada suatu padatan dengan menggunakan gaya van der Waals.
Kekuatan gaya dispersi
Gaya dispersi antara molekul-molekul lebih lemah dibandingkan dengan ikatan kovalen
diantara molekul. Hal ini tidak memungkinkan untuk memberikan harga yang eksak, karena
ukuran daya tarik bervariasi dengan ukuran dan bentuk molekul.
Pengaruh Ukuran Molekul Terhadap kekuatan ikatan daya dispersi
Alasan yang mendasari bahwa titik didih meningkat sejalan dengan menurunnya posisi
unsur pada golongan adalah kenaikan jumlah elektron, dan jari-jari atom. Lebih banyak
elektron yang dimiliki, maka dipol sementara akan semakin besar dan gaya dispersi akan
semakin besar pula.
Karena dipol sementara lebih besar, molekul Xenon lebih melekat dibandingkan
dengan molekul Neon. Molekul Neon akan berpisah satu sama lain pada temperatur yang
lebih rendah dibandingkan molekul Xenon, karena itu Neon memiliki titik didih yang lebih
rendah. Hal inimerupakan suatu alasan molekul yang lebih besar memiliki lebih banyak
elektron dan lebih menjauh dari dipol sementara yang dapat dihasilkan. Karena itu, molekul
yang lebih besar lebih melekat.
Pengaruh Bentuk molekul terhadap kekuatan gaya dispersi
Molekul yang panjang kurus dapat menghasilkan dipol sementara yang lebih besar
berdasarkan pada pergerakan elektronnya dibandingkan molekul pendek gemuk yang
mengandung jumlah elektron yang sama.
11
Molekul yang panjang kurus juga dapat lebih dekat satu sama lain. Daya tarik
molekul lebih efektif jika molekul-molekulnya benar-benar tertutup. Sebagai contoh, molekul
hidrokarbon butana dan 2-metilpropana, keduanya memiliki rumus molekul C4H10 tetapi
atom-atom disusun berbeda. Pada butana atom karbon disusun pada rantai tunggal,
sedangkan 2-metilpropan memiliki rantai yang lebih pendek dengan sebuah cabang.
Butana memiliki titik didih yang lebih tinggi karena gaya dispersinya lebih besar.
Molekul yang lebih panjang (dan juga menghasilkan dipol sementara yang lebih besar) dapat
lebih berdekatan dibandingkan molekul yang lebih pendek dan lebih gemuk (2 metilpropana).
12
Titik didih fluorometana yang lebih tinggi berdasarkan pada dipol permanen yang besar
terjadi pada molekul, karena elektronegatifitas fluor yang tinggi. Walaupun memberikan
polaritas permanen yang besar pada molekul, titik didih hanya meningkat kira-kira 10.
Berikut ini contoh lain yang menunjukkan dominan gaya dispersi. Triklorometan
(CHCl3), merupakan molekul dengan gaya dispersi yang tinggi karena elektronegatifitas
ketiga klor. Hal itu menyebabkan daya tarik dipol-dipol lebih kuat antara satu molekul
dengan molekul yang lain.
Dilain pihak, tetraklorometan (CCl4) adalah non polar. Bagian luar molekul tidak
seragam - pada semua arah. CCl4 hanya bergantung pada gaya dispersi. Karena itu yang
memiliki titik didih yang lebih tinggi adalah CCl4, karena CCl4 molekulnya lebih besar
dan lebih banyak elektronnya. Kenaikan gaya dispersi menggantikan kehilangan interaksi
dipol-dipol. Titik didihnya adalah: CHCl3 61.2C, CCl4 76.8C.
E.
keadaan
setimbang.
Biasanya
jarak
tersebut
diukur
13
atom seperti ini disebut jari-jari (radius) logam atau jari-jari kovalen, tergantung dari
ikatannya.
Gambar pada bagian kanan menunjukkan keadaan di mana kedua atom hanya
bersentuhan. Daya tarik antar keduanya sangat sedikit. Tipe dari jari-jari atom seperti ini
dinamakan jari-jari (radius) van der Waals di mana terjadi daya tarik yang lemah di antara
kedua atom tersebut.
Sehingga, jari-jari atom diukur menggunakan jari-jari van der Waals untuk elemen yang
atom-atomnya tidak dapat saling berikatan. Contoh dari kelompok ini adalah gas mulia, di
mana dikatakan bahwa atom-atom dari elemen ini tak termampatkan atau terpadatkan
(unsquashed).
Kecenderungan jari-jari atom pada tabel periodik
Pola kecenderungan jari-jari atom tergantung dari jenis jari-jari atom mana yang ingin
diukur tapi pada prinsipnya pola seluruhnya sama. Diagram-diagram di bawah ini
menunjukkan jari-jari logam untuk elemen-elemen logam, jari-jari kovalen untuk elemenelemen yang membentuk ikatan kovalen dan jari-jari van der Waals untuk elemen-elemen
yang tidak membentuk ikatan (misalnya unsur gas mulia).
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Ikatan van der Waals adalah ikatan yang berlaku akibat kedudukan kumpulan kimia
yang berdekatan.
15
2.
Gaya van der Walls adalah gaya-gaya yang timbul dari polarisasi molekul menjadi
dipol. Hal ini mencakup gaya yang timbul dari dipol tetap (gaya Keesom), dipol rotasi
atau bebas (gaya Debye) serta pergeseran distribusi awan elektron (gaya London).
3.
Gaya yang mempengaruhi ikatan van der Waals yaitu Gaya Orientasi, Gaya Imbas
dan Gaya Dispersi (Gaya London) dan Gaya Tolakan.
4.
Gaya van
der Waals
Faktor yang mempengaruhi gaya Van Der Waals ialah: Jumlah Elektron dalam atom
atau molekul, Bentuk Molekul, Kepolaran Molekul dan Titik Didih.
DAFTAR PUSTAKA
16
17