Gaya antar molekul adalah gaya tarik-menarik antar molekul yang saling berdekatan. Gaya antar
molekul berbeda dengan ikatan kimia. Ikatan kimia, seperti ikatan ionik, kovalen, dan logam, semuanya adalah
ikatan antar atom dalam membentuk molekul. Sedangkan gaya antar molekul adalah gaya tarik antar molekul.
Kita akan mempelajari tiga macam gaya antar molekul, yaitu:
Ikatan Hidrogen
Gaya London
Agar dapat memahami gaya antar molekul dengan baik. kita harus memahami terlebih dahulu tentang apa yang
dimaksud dengan dipol dalam suatu molekul.
Gaya Tarik Antarmolekul
Dalam kehidupan sehari-hari, kita menemukan berbagai jenis zat yang partikelnya berupa molekul dan
berbeda fasa. Dalam fasa gas, pada suhu tinggi dan tekanan yang relatif rendah (jauh di atas titik didihnya),
molekul-molekul benar-benar berdiri sendiri, tidak ada gaya tarik antarmolekul. Akan tetapi, pada suhu yang
relatif rendah dan tekanan yang relatif tinggi, yaitu mendekati titik embunnya, terdapat suatu gaya tarikmenarik antarmolekul. Gaya tarik menarik antar molekul itulah yang memungkinkan suatu gas dapat
mengembun (James E. Brady, 1990).
Molekul-molekul dalam zat cair atau dalam zat padat diikat oleh gaya tarikmenarik antar molekul. Oleh
karena itu, untuk mencairkan suatu zat padat atau untuk menguapkan suatu zat cair diperlukan energi untuk
mengatasi gaya tarik-menarik antar molekul. Makin kuat gaya tarik antar molekul, makin banyak energi yang
diperlukan untuk mengatasinya, maka semakin tinggi titik cair atau titik didih.
Apakah dayatarik antarmolekul itu?
Ikatan antarmolekul versus ikatan intramolekul
Dayatarik antarmolekul adalah dayatarik yang terjadi antara suatu molekul dan molekul tetangganya.
Gaya tarik yang mengikat molekul secara tersendiri (sebagai contoh, ikatan kovalen) dikenal dengan dayatarik
intramolekul. Dua kata tersebut membingungkan yang mana untuk lebih amannya membuang salah satu
diantaranya dan tidak digunakan lagi. Istilah intramolekul tidak akan digunakan lagi pada bagian ini.
Semua molekul mengalami dayatarik antarmolekul, meskipun pada beberapa kasus dayatarik yang terjadi
sangatlah lemah. Pada gas seperti hidrogen, H2. Jika kamu memperlambat gerak molekul melalui pendinginan,
dayatarik cukup besar bagi molekul untuk tetap bersama sampai pada akhirnya membentuk cairan dan
kemudian padatan.
Pada kasus hidrogen dayatarik sangat lemah yang mana molekul membutuhkan pendinginan sampai 21
K (-252C) sebelum dayatarik cukup kuat untuk mengkondensasi hidrogen menjadi cairan. Dayatarik
antarmolekul yang dimiliki oleh helium lebih lemah molekul tidak ingin tetap bersama untuk membentuk
cairan sampai temperatur menurun sampai 4 K (-269C).
Diagram dalam bentuk lonjong (the lozenge-shaped) menggambarkan molekul kecil yang simetris H2,
boleh jadi, atau Br2. Tanda arsir menunjukkan tidak adanya distorsi secara elektrik.
Akan tetapi elektron terus bergerak, serta merta dan pada suatu waktu elektron tersebut mungkin akan
ditemukan di bagian ujung molekul, membentuk ujung -. Pada ujung yang lain sementara akan kekurangan
elaktron dan menjadi +.
Catatan: (dibaca delta) berarti agak (slightly) karena itu + berarti agak positif.
Kondisi yang terakhir elektron dapat bergerak ke ujung yang lain, membalikkan polaritas molekul.
Selubung lingkarang yang konstan dari elektron pada molekul menyebabkan fluktuasi dipol yang cepat pada
molekul yang paling simetris. Hal ini terjadi pada molekul monoatomik molekul gas mulia, seperti helium,
yang terdiri dari atom tunggal.
Jika kedua elektron helium berada pada salah satu sisi secara bersamaan, inti tidak terlindungi oleh elektron
sebagaimana mestinya untuk saat itu.
Seperti molekul yang ditemukan pada bagian kanan, elektronnya akan cenderung untuk ditarik oleh ujung yang
agak positif pada bagian sebelah kiri.
Hal ini menghasilkan dipol terinduksi pada penerimaan molekul, yang berorientasi pada satu cara yang mana
ujung + ditarik ke arah ujung yang lain.
Pada kondisi yang terakhir elektron pada bagian kiri molekul dapat bergerak ke ujung yg lain. Pada saat terjadi
hal ini, meraka akan menolak elektron pada bagian kanan yang satunya.
Polaritas kedua molekul adalah berkebalikan, tetapi kamu masih memiliki yang + tertarik -. Selama molekul
saling menutup satu sama lain polaritas akan terus berfluktuasi pada kondisi yang selaras karena itu dayatarik
akan selalu terpelihara.
Tidak ada alasan kenapa hal ini dibatasi pada dua molekul. Selama molekul saling mendekat pergerakan
elektron yang selaras dapat terjadi pada molekul yang berjumlah sangat banyak.
Diagram ini menunjukkan bagaimana cacat secara keseluruhan dari molekul yang berikatan secara bersamaan
pada suatu padatan dengan menggunakan gaya van der Waals. Pada kondisi yang terakhir, tentunya, kamu akan
menggambarkan susunan yang sedikit berbeda selama meraka terus berubah tetapi tetap selaras.
Kekuatan gaya dispersi
Gaya dispersi antara molekul-molekul adalah lebih lemah dibandingkan dengan ikatan kovalen diantara
molekul. Hal ini tidak memungkinkan untuk memberikan harga yang eksak, karena ukuran dayatarik bervariasi
sekali dengan ukuran dan bentuk molekul.
Seberapa jauh ukuran molekul memperngaruhi kekuatan ikatan daya dispersi
Titik didih gas mulia adalah
helium
neon
argon
kripton
xenon
radon
Semua unsur tersebut berada pada molekul monoatomik.
-269C
-246C
-186C
-152C
-108C
-62C
Alasan yang mendasari bahwa titik didih meningkat sejalan dengan menurunnya posisi unsur pada golongan
adalah kenaikan jumlah elektron, dan juga tentunya jari-jari atom. Lebih banyak elektron yang kamu miliki, dan
lebih menjauh sejauh mungkin, yang paling besar memungkikan dipol sementara terbesar dan karena itu gaya
dispersi paling besar.
Karena dipol sementara lebih besar, molekul xenon lebih melekat (stickier) dibandingkan dengan molekul neon.
Molekul neon akan berpisah satu sama lain pada temperatur yang lebih rendah dibandingkan molekul xenon
karena itu neon memiliki titik didih yang lebih rendah.
Hal ini adalah suatu alasan (semua yang lainnya sebanding) molekul yang lebih besar memiliki lebih banyak
elektron dan lebih menjauh dari dipol sementara yang dapat dihasilkan dan karena itu molekul yang lebih
besar lebih melekat.
Seberapa jauh bentuk molekul mempengaruhi kekuatan gaya dispersi
Ukuran molekul juga begitu. Molekul yang panjang kurus dapat menghasilkan dipol sementara yang lebih besar
berdasarkan pada pergerakan elektronnya dibandingkan molekul pendek gemuk yang mengandung jumlah
elektron yang sama.
Molekul yang panjang kurus juga dapat lebih dekat satu sama lain dayatarik meraka lebih efektif jika
molekul-molekulnya benar-benar tertutup.
Sebagai contoh, molekul hidrokarbon butana dan 2-metilpropan keduanya memiliki rumus molekul C 4H10,
tetapi atom-atom disusun berbeda. Pada butana atom karbon disusun pada rantai tunggal, tetapi 2-metilpropan
memiliki rantai yang lebih pendek dengan sebuah cabang.
Butana memiliki titik didih yang lebih tinggi karena gaya dispersinya lebih besar. Molekul yang lebih panjang
(dan juga menghasilkan dipol sementara yang lebih besar) dapat lebih berdekatan dibandingkan molekul yang
lebih pendek dan lebih gemuk 2-metilpropan.
Gaya van der Waals: interaksi dipol-dipol
Molekul seperti HCl memiliki dipol permanen karena klor lebih elektronegatif dibandingkan hidrogen. Kondisi
permanen ini, pada saat pembentukan dipol akan menyebabkan molekul saling tarik menarik satu sama lain
lebih dari yang meraka bisa lakukan jika hanya menyandarkan pada gaya dispersi saja.
Hal ini sangat penting untuk merealisasikan bahwa semua molekul mengalami gaya dispersi. Interaksi dipoldipol bukan suatu alternatif gaya dispersi penjumlahannya. Molekul yang memiliki dipol permanen akan
memiliki titik didih yang lebih tinggi dibandingkan dengan molekul yang hanya memiliki dipol yang berubahubah secara sementara.
Agak mengherankan dayatarik dipol-dipol agak sedikit dibandingkan dengan gaya dispersi, dan pengaruhnya
hanya dapat dilihat jika kamu membandingkan dua atom dengan jumlah elektron yang sama dan ukuran yang
sama pula. Sebagai contoh, titik didih etana, CH3CH3, dan fluorometana, CH3F adalah:
Kenapa dipilih dua molekul tersebut untuk dibandingkan? Keduanya memiliki jumlah elektron yang identik,
dan jika kamu membuat model kamu akan menemukan bahwa ukurannya hampir sama seperti yang kamu
lihar pada diagram. Hal ini berarti bahwa gaya dispersi kedua molekul adalah sama.
Titik didih fluorometana yang lebih tinggi berdasarkan pada dipol permanen yang besar yang terjadi pada
molekul karena elektronegatifitas fluor yang tinggi. Akan tetapi, walaupun memberikan polaritas permanen
yang
besar
pada
molekul,
titik
didih
hanya
meningkat
kira-kira
10.
Berikut ini contoh yang lain yang menunjukkan dominannya gaya dispersi. Triklorometan, CHCl 3, merupakan
molekul dengan gaya dispersi yang tinggi karena elektronegatifitas tiga klor. Hal itu menyebabkan dayatarik
dipol-dipol lebih kuat antara satu molekul dengan tetangganya.
Dilain pihak, tetraklorometan, CCl4, adalah non polar. Bagian luar molekul tidak seragam - in pada semua
arah. CCl4 hanya bergantung pada gaya dispersi
Karena itu manakah yang memiliki titik didih yang lebih tinggi? CCl 4 tentunya, karena CCl4 molekulnya lebih
besar dengan lebih banyak elektron. Kenaikan gaya dispersi lebih dari sekedar menggantikan untuk kehilangan
interaksi dipol-dipol.
Titik didihnya adalah:
CHCl3
CCl4
61.2C
76.8C
GAYA DIPOL
Dipol adalah singkatan dari di polar, yang artinya dua kutub. Senyawa yang memiliki dipol adalah
senyawa yang memiliki kutub positif ( +) di satu sisi, dan kutub negatif ( -) di sisi yang lain. Senyawa yang
memiliki dipol biasa disebut sebagai senyawa polar. Senyawa polar terbentuk melalui ikatan kovalen polar.
Perlu diperhatikan bahwa dipol berbeda dengan ion. Kekuatan listrik yang dimiliki dipol lebih lemah dibanding
kekuatan listrik ion. Kita pasti ingat, bahwa ion terdapat pada senyawa ionik, dimana molekul terbagi menjadi
dua , yaitu ion positif/kation (+) dan ion negatif/anion (-).
Untuk memahami perbedaan antara ion dan dipol, mari kita perhatikan gambar berikut:
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa pada senyawa ion, molekul terbagi (bisa juga dikatakan terbelah)
menjadi dua bagian. Jadi ion positif dan ion negatif sebenarnya terpisah. Mereka bersatu hanya karena adanya
gaya tarik-menarik antar ion positif dan negatif (gaya coulomb).
Pada senyawa polar, tidak terjadi pemisahan. Molekul merupakan satu kesatuan. Hanya saja pada satu sisi/tepi
terdapat
kutub
positif
(+)
dan
di
sisi/tepi
yang
lain
terdapat
kutub
negatif
( -).
Untuk senyawa non polar, sama sekali tidak ada muatan listrik yang terkandung.
Untuk mempelajari bagaimana dipol terbentuk, silakan tengok kembali materi ikatan kovalen polar di kelas X.
Gaya Van Der Waals
Gaya Van der Waals terjadi akibat interaksi antara molekul-molekul non-polar (Gaya London), antara
molekul-molekul polar (Gaya dipol-dipol) atau antara molekul non-polar dengan molekul polar (Gaya dipoldipol terinduksi). Berikut ini penjelasannya.
a. Gaya Dipol-dipol
Merupakan gaya yang bekerja antara molekul-molekul polar (senyawa kovalen polar), yaitu molekul-molekul
yang memiliki momen dipol. Setiap senyawa kovalen polar memiliki dipol, yaitu muatan yang terpolarisasi
(terkutubkan) menjadi muatan positif dan negatif. Dipol-dipol yang berbeda akan saling tarik-menarik,
sedangkan yang berlawanan akan tolak-menolak. Makin besar momen dipolnya, semakin kuat gayanya.
Tanda "+" menunjukkan dipol positif, tanda "-" menunjukkan dipol negatif
Contoh dalam senyawa HCl
terinduksi).
Gaya
antarmolekul
ini
dikenal
dengan
sebutan
gaya
dispersi
London.
Kemudahan suatu molekul untuk membentuk dipol sesaat atau untuk menginduksi (mengimbas) suatu dipol
disebut polarisabilitas (keterpolaran).
Polarisabilitas ini berkaitan dengan massa molekul relatif(Mr) dan bentuk molekul. Pada umumnya, makin
banyak jumlah elektron, makin mudah mengalami polarisasi. Karena jumlah elektron berkaitan dengan Mr,
maka semakin besar Mr, semakin kuat gaya London. Gaya dispersi London ini termasuk gaya yang relatif
lemah, karena interaksi yang terjadi adalah antar molekul nonpolar. Contoh molekul yang mengalami gaya
london diantaranya: gas hidrogen, gas nitrogen, metana dan gas-gas mulia.
Dua buah molekul nonpolar berinteraksi, kemudian salah satu molekul mulai terkutubkan karena pergerakan
elektron yang bebas membentuk dipol sesaat. Disebut dipol sesaat karena dipol molekul tersebut dapat
berpindah milyaran ribu kali dalam satu detik. Pada saat berikutnya dipol itu hilang atau bahkan sudah
berbalik arahnya. Molekul tersebut kemudian menginduksi molekul non polar yang lainnya. Sehingga terjadi
gaya dipol terinduksi. Oleh karena itu, gaya antar molekul ini disebut gaya dipol sesaat-dipol terinduksi (gaya
dispersi London)
Suatu molekul polar yang berdekatan dengan molekul nonpolar, akan dapat menginduksi molekul nonpolar.
Akibatnya. Molekul nonpolar memiliki dipol terinduksi. Dipol dari molekul polar akan saling tarik-menarik
dengan dipol terinduksi dari molekul nonpolar. Contohnya terjadi pada interaksi antara HCl (molekul polar)
dengan Cl2 (molekul nonpolar)
2. Gaya Ion-dipol
Gaya antarmolekul ini terjadi antara ion dan senyawa kovalen polar. Ketika dilarutkan dalam senyawa kovalen
polar, senyawa ion akan terionisasi menjadi ion positif dan ion negatif. Ion positif akan tarik menarik dengan
dipol negatif, dan sebaliknya.
Selain gaya ion-dipol, juga dikenal gaya ion-dipol sesaat, dimana terjadi dari interaksi antar gaya dipol-dipol
terinduksi dengan gaya ion-dipol. Jika ion dari senyawa ion berdekatan dengan molekul nonpolar, ion tersebut
dapat menginduksi dipol molekul nonpolar. Dipol terinduksi molekul nonpolar yang dihasilkan akan berikatan
dengan ion.
Gaya Ion-dipol
Gaya London
Dipol sesaat pada suatu molekul dapat mengimbas pada molekul di sekitarnya, sehingga membentuk suatu
dipol terimbas. Hasilnya adalah suatu gaya tarik-menarik antarmolekul yang lemah. Penjelasan teoritis
mengenai gaya-gaya ini dikemukakan oleh Fritz London pada tahun 1928. Oleh karena itu gaya ini disebut
gaya London (disebut juga gaya dispersi) (James E. Brady, 1990).
Kemudahan suatu molekul untuk membentuk dipol sesaat atau untuk mengimbas suatu molekul disebut
polarisabilitas. Polarisabilitas berkaitan dengan massa molekul relatif (Mr) dan bentuk molekul. Pada
umumnya, makin banyak jumlah elektron dalam molekul, makin mudah mengalami polarisasi. Oleh karena
jumlah elektron berkaitan dengan massa molekul relatif, maka dapat dikatakan bahwa makin besar massa
molekul relatif, makin kuat gaya London. Misalnya, radon (Ar = 222) mempunyai titik didih lebih tinggi
dibandingkan helium (Ar = 4), 221 K untuk Rn dibandingkan dengan 4 K untuk He. Molekul yang bentuknya
panjang lebih mudah mengalami polarisasi dibandingkan molekul yang kecil, kompak, dan simetris. Misalnya,
normal pentana mempunyai titik cair dan titik didih yang lebih tinggi dibandingkan neopentana. Kedua zat itu
mempunyai massa molekul relatif yang sama besar.
ini disebut dipol sesaat. Ikatan dipol sangat lemah, tetapi iaktannya akan bertambah kuat dengan bertambahnya
elektron, sehingga titik didih makin tinggi.
Kekuatan gaya London bergantung pada beberapa faktor, antara lain kerumitan molekul dan ukuran molekul.
a.
Kerumitan Molekul
Lebih banyak terdapat interaksipada molekul kompleks dari molekul sederhana, sehingga Gaya London
b.
mudah terjadi kutub listrik sesaat yang menimbulkan Gaya London besar.
Dalam satu golongan dari atas ke bawah, ukurannya bertambah besar, sehingga gaya londonnya juga
semakin besar.
Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen adalah ikatan yang terjadi antara atom hidrogen pada satu molekul dengan atom nitrogen (N),
oksigen (O), atu fluor (F) pada molekul yang lain. Gaya tarik dipol yang kuat terjadi antara molekul-molekul
tersebut. Gaya tarik antar molekul yang terjadi memiliki kekuatan 5 sampai 10% dari ikatan kovalen. Gambaran
ikatan hidrogen dapat dilihat pada gambar berikut:
Van
der
Waals
terdapat
pada
senyawa
Hidrokarbon
contohnya
pada
CH 4.
perbedaan
Gaya Van der Waals diperlihatkan dengan garis merah (putus-putus). Kekuatan gaya tarik antara dipol ini
biasanya lebih lemah dari kekuatan ikatan ionik atau kovalen (kekuatannya hanya 1% dari ikatan).
Kekuatannya juga akan berkurang dengan cepat bila jarak antar dipol makin besar. jadi gaya Van der Waaals
suatu molekul akan lebih kuat pada fase padat dibanding cair dan gas.
Ikatan Hidrogen
Ikatan Hidrogen ikatan yang terjadi antara atom H dengan atom yang elektronegatifitasnya tinggi (N,
O, F), baik antar molekul atau inter molekul. Kutub positif pada kedudukan H berikatan dengan kutub
negatif pada kedudukan atom yang keelektronegatifannya besar seperti N, O, F.
Pada molekul HF ujung molekul pada atom H lebih bermuatan positif dan ujung molekul pada atom F
lebih bermuatan negative. Jadi, antara atom H pada molekul pertama dengan atom F pada molekul
berikutnya terjadi gaya tarik-manarik yang cukup kuat.
Titik didih HF > HI > HBR > HCL, walaupun HF mempunyai Mr lebih kecil dari HCl tetapi mempunyai
titik didih paling tinggi, hal ini disebabkan karena antar molekul HF terdapat ikatan Hidrogen.
Ikatan hydrogen jauh lebih kuat dari pada gaya Van der Waals, sehingga zat yang mempunyai ikatan
Hidrogen mempunyai titik cair dan titik didih yang relatif tinggi.
Ikatan hidrogen
Ikatan hidrogen adalah sejenis gaya tarik antar molekul yang terjadi antara dua muatan listrik parsial dengan
polaritas yang berlawanan.
Ikatan hidrogen merupakan gaya dipol-dipol yang paling kuat namun ikatan antar atom yang paling lemah
(dibandingkan dengan ikatan ionik dan kovalen).
Ikatan ini terjadi jika atom hidrogen berikatan dengan dua atau lebih atom lainnya yang memiliki
keelektronegatifan tinggi (N, O, dan F). Ikatan N-H, O-H, atau F-H membentuk ikatan yang sangat polar,
karena atom H dalam molekul tertentu sangat positif dan sangat disukai oleh atom N, O, atau F dari senyawa
tetangganya.
Ikatan hidrogen dapat terjadi antar molekul maupun intra (dalam) molekul.
Molekul
air
Pengaruh
ikatan
Hidrogen
terhadap
Titik
Didih
dan
Titik
Leleh
Peristiwa pendidihan dan pelelehan pada dasarnya merupakan pemutusan ikatan. Semakin kuat ikatan yang
terjadi, semakin tinggi titik didih dan titik leleh zat. Dengan semakin besar Mr, titik didih dan titik leleh pun
semankin tinggi.
Perhatikan baik-baik titik didih senyawa unsur hidrida golongan IVA, VA, VIA, VIIA, dan VIIIA pada grafik
diatas yang mempengaruhi titik didih senyawa unsur hidrida golongan IVA, VA, VIA, VIIA, dan VIIIA adalah
Gaya Van der Waals.
Dalam satu golongan, dari atas ke bawah, unsur memiliki Gaya Van der Walls yang semakin bertambah
sebanding dengan bertambah besarnya Mr. Sebagai akibat yang seharusnya, titik didih dari atas ke bawah
dalam
satu
golongan
semakin
bertambah.
Namun
kenyataannya
tidaklah
demikian.
Perhatikan titik didih H2O, HF dan NH3. Ketiganya memiliki titik didih yang berbeda jauh dengan senyawa
hidrida yang lain. Hal ini karena ikatan hydrogen lebih kuat dibandingkan gaya Van Der Waals
2. Pengaruh Gaya London terhadap Titik Didih dan Titik Leleh
Seperti ikatan hidrogen, kekuatan gaya London berbanding lurus dengan titik didih dan titik leleh. Jumlah
elektron yang dimiliki suatu molekul akan berbanding lurus dengan massa molekul relatifnya(Mr). Selain itu,
struktur molekul mempengaruhi kekuatan gaya London. Semakin luas permukaan sentuh, artinya semakin
sedikit cabang, gaya London akan semakin kuat.
HCl dibandingkan dengan HI
Pada senyawa polar HCl dibandingkan HI, HCl memiliki gaya tarik dipol lebih besar dibandingkan dengan HI,
tetapi gaya london pada HCl akan lebih kecil dibandingkan dengan HI, seperti ditunjukkan pada tabel berikut
ini
Dari tabel terlihat bahwa titik didih pada HI lebih besar dibandingkan dengan HCl, yang berarti gaya Van der
Waals pada HCl lebih kecil dibandingkan dengan HI. Hal ini disebabkan pada HI gaya london memberikan
pengaruh yang sangat besar dibandingkan gaya tarik dipol pada HCl
CCl4 dibandingkan dengan CHCl3
CHCl3 termasuk senyawa polar sehingga gaya Van der Waals-nya dipengaruhi oleh gaya London dan gaya tarik
dipol-dipol, sedangkan pada CCl4 termasuk senyawa non polar yang berati gaya Van der Waals hanya
dipengaruhi oleh gaya London saja
Dari hasil pengukuran ternyata titik didh CHCl3 lebih kecil dibandingkan CCl4. Sehingga Gaya london sangat
mempengaruhi besarnya titik didh pada senyawa.
Struktur CCl4 yang mempunyai Mr lebih besar dari CHCl3, mempunyai titik didih lebih tinggi. Hal tersebut
dipengaruhi oleh gaya London yang bekerja pada CCl4 yang nonpolar.
3. Pengaruh Gaya Antarmolekul terhadap Wujud Gas
Pada suhu rendah, gas nitrogen berwujud cair dan pada suhu tinggi berwujud gas. Hal ini dikarenakan pada
suhu rendah, atom-atom N pada molekul N2 berikatan kovalen (intramolekul) yang sangat kuat dan gaya
antarmolekulnya lemah, sehingga berbentuk cair. Namun pada suhu tinggi, gaya antarmolekul N2 tidak mampu
mempertahankan jarak sehingga merenggang dan mengubahnya menjadi gas.
4. Pengaruh Gaya Antarmolekul terhadap Kekentalan Cairan
Kekentalan merupakan ukuran halangan suatu zat untuk mengalir. Hal ini dipengaruhi oleh gaya antarmolekul.
Semakin kuat gaya antar molekul, zat akan sulit mengalir (kekentalannya tinggi), dan sebaliknya.
Kenaikan suhu akan mempengaruhi jarak antarmolekul sehingga kekuatan gaya dan kekentalan berkurang.
5. Pengaruh Gaya Antarmolekul terhadap Kelarutan
Kelarutan adalah kemampuan zat terlarut bercampur secara homogen dalam zat pelarut. Ada 3 jenis gaya tarik
dalam larutan, yaitu gaya tarik antar zat terlarut (A-A), zat terlarut-zat pelarut (A-B), dan antar zat pelarut (BB). Selain itu, terdapat prinsip Like Dissolved Like, dimana senyawa polar akan larut dalam senyawa polar, dan
senyawa nonpolar larut dalam senyawa nonpolar.
6. Pengaruh Gaya Antarmolekul terhadap Bentuk Permukaan Cairan
Gaya antarmolekul dapat menyebabkan permukaan cairan menjadi cekung atau cembung. Interaksi antara
molekul yang berbeda (cairan dengan wadah yang ditempati) disebut adhesi. Sedangkan interaksi antarmolekul
yang sama (antarmolekul cairan) disebut kohesi. Jika adhesi lebih kuat daripada kohesi, permukaan cairan akan
berbentuk cekung. Dan sebaliknya, jika kohesi lebih kuat dari adhesi, maka permukaan cairan cembung