Anda di halaman 1dari 107

ALKIL HALIDA

Kimia Organik
Shinta Novita Sari
Alkil Halida

Disebut juga alkil halida atau haloalkana

Merupakan senyawa-senyawa dimana ada satu atau lebih


atom hidrogen pada sebuah alkana yang digantikan oleh
atom-atom halogen (fluorin, klorin,bromin atau
iodin).
Golongan 7A
Alkil Halida

Alkil Halida: adalah senyawa-senyawa yang mengandung halogen


yang terikat pada atom karbon jenuh (atom karbon
yang terhibridisasi sp3).

R C X X
X
alkil halida aril halida vinilikhalida
Struktur (hibridisasi)

Struktur Alkil
Halida : 
R ----- X
dimana R adalah gugus alkil atau gugus
organik lain yang diturunkan dari alkil. sedangkan
(X= F, Cl, Br, I) adapun RUMUS UMUM dari alkil
halida yaitu :
CnH2n+1X
Jenis-jenis Alkil Halida

Berdasarkan posisi atom halogen dalam rantai


atom karbon
Berikut jenis-jenisnya adalah :

1. Haloalkana primer
2. Haloalkana sekunder
3. Haloalkana tersier
KLASIFIKASI ALKIL HALIDA

Berdasarkan jumlah atom karbon yang terikat pada atom karbon yang
mengandung halogen.
• Metil halida (CH3X):
• Alkil halida primer (1o): Sebuah karbon yang terikat pada karbon C-X.
CH3CH2 – CH2X
3. Alkil halida sekunder (2o): Dua karbon terikat pada karbon C-X.

CH3CH2 – CHX
|
CH3

4. Alkil halida tersier (3o): Tiga karbon terikat pada karbon C-X.
CH3
|
H3C – C – X
|
CH3
Haloalkana primer
Pada haloalkana primer ( 1oC ) = RCH2X , atom karbon
yang membawa atom halogen hanya berikatan dengan satu
gugus alkil lainnya.

Klasifikasi :

Beberapa contoh haloalkana primer antara lain sebagai


berikut:
Haloalkana sekunder
Pada halogenalkana sekunder ( 2oC ) = R2CHX , atom
karbon yang padanya terikat halogen berikatan langsung
dengan dua gugus alkil yang lain, yang bisa sama atau
berbeda.
Klasifikasi :

Contoh-contoh:
Haloalkana tersier
Pada halogenalkana tersier ( 3oC ) = R3CX , atom karbon
yang mengikat halogen berikatan langsung dengan tiga gugus
alkil, contoh:
Klasifikasi :

contoh:
• Perpanjangan langsung dari aturan tata nama alkana.
• Halogen sebagai substituen pada rantai induk

1. Cari dan beri nama rantai induk (rantai utama).


Rantai induk adalah rantai karbon terpanjang yang mengandung
halogen.
2. Beri nama rantai induk. Penomoran dimulai dari ujung terdekat
dengan substituen pertama.

5-Bromo-2,4-dimetilheptana 2-Bromo-4,5-dimetilheptana
- Bila atom halogen yang sama > 1: awalan di-, tri-, tetra-, dst.

1,2-dikloro-3-metilbutana

-Bila terdapat halogen-halogen yang berbeda: diurutkan sesuai abjad.

1-Bromo-3-Chloro-4-metilheksana
- Bila rantai utama dapat diberi nomor dari kedua
ujungnya: penomoran dimulai dari ujung terdekat
dengan substituen dgn urutan abjad dahulu.

2-Bromo-5-metilheksana

(bukan 5-metil-2-bromoheksana)
STRUKTUR ALKIL HALIDA

Ikatan C-X (karbon-halogen) : overlap antara orbital hibrid sp3C dengan orbital
halogen  C mempunyai geometri tetrahedral dengan sudut ikatan ±109o.

Halogen lebih elektronegatif dibanding karbon:
Ikatan C – X akan terpolarisasi: elektron ikatan ditarik lebih ke arah halogen
(x) dibanding ke arah karbon (c)
Karbon bermuatan positif parsial  dan halogen negatif parsial (-)

+ -
C X
Karena atom karbon terpolarisasi positif, maka alkil halida adalah suatu
elektrofil.

ELEKTROFIL (= suka elektron) : yaitu suatu reagen yang miskin elektron


(electron-poor) dan dapat membentuk ikatan dengan menerima sepasang
elektron dari suatu reagen yang kaya elektron(elektron-rich-reagent).
Reaksi-reaksi yang menyertai

Reaksi Subtitusi Reaksi Eliminasi


Subtitusi Nukleofilik

Reaksi Umum :

R X Y- R Y X-

Alkil halida Gugus Gugus pergi


Produk
pengganti (leaving group)

Mekanisme

SN1 SN2
Gugus Pergi (Leaving groups)

Gugus pergi merupakan basa lemah


Reaktivitas: R-I > R-Br > R-Cl >> R-F
L.G. baik L.G. buruk
Lebih reaktif Kurang reaktif

Reaksi R X + Y R Y + X K>1
umum : stronger weaker
Basa
Basa
base
kuat base
lemah

Contoh :
Br + NaF F + NaBr
SB
Basa WBBasa
kuat lemah
acetone
+ NaI + NaBr (s)
Br I
WB SB
Mekanisme SN

Rumus umum laju reaksi : V = k1[RX] + k2[RX][Y–]

k1 meningkat
RX = CH3X 1º 2º 3º

k2 meningkat

k1 ~ 0 k2 ~ 0
V = k2[RX][Y–] V = k1[RX]
(bimolekular) (unimolekular)
SN2 S N1
Mekanisme SN2
A. Kinetika
Contoh: CH3I + OH–  CH3OH + I–

V = k[CH3I][OH–], bimolekular

 Kedua spesi terlibat dalam tahap penentu laju reaksi

Reaktivitas: R-I > R-Br > R-Cl >> R-F

 Pemutusan ikatan C-X terlibat dalam penentu laju reaksi

 serentak, mekanisme satu tahap

[HO---CH3---I]–

CH3I + OH–

CH3OH + I–
Mekanisme SN2
C. Mekanisme

H H
.. H .. .. .. .. ..
:O Br : Br : H C + : Br :
.. H +
H
C
.. H ..O C
.. ..O ..
H
H HH H
transition state

Dalam reaksi SN2 antara bromoetana dan ion hidroksida, oksigen dari ion hiroksida
Menabrak bagian belakang karbon ujung dan menggantikan ion bromida
E. Nukleofil Vs
Nukleofilisitas Mekanisme SN2
Jenis Nukleofil :
1. Anions R X + OH R OH + X

R X + CN R CN + X

2. Species netral R X + H2O R O H + X ROH + HX


H hidrolisis

R X + R'OH R O R' + X ROR' + HX


H alkoholisis
Nukleofilisitas :
Nu sangat baik: I–, HS–, RS–, H2N–
Nu baik: Br–, HO–, RO–, CN–, N3–
fair Nu: NH3, Cl–, F–, RCO2–
Nu buruk: H2O, ROH
Nu sangat buruk: RCO2H
A. Kinetik
Mekanisme SN1

contoh :
CH3 CH3
H3C C Br + CH3OH  H3C C O CH3 + HBr
CH3 CH3
3º, tidak melalui SN2

V = k[(CH3)3CBr] unimolekular

 Penetu laju reaksi tergantung hanya pada (CH3)3CBr


Mekanisme SN1
B. Mekanisme

CH3 CH3
tahap
penentu lajuRLS: H3C C Br H3C C + Br
reaksi
CH3 CH3

CH3 CH3 H
H3C C HOCH3 H3C C O
CH3 CH3 CH3

CH3 H CH3
-H+
H3C C O H3C C O CH3 + HBr
CH3 CH3 CH3
Mekanisme SN1
C. Diagram Energi
Mekanisme dua tahap:

R+

RBr + CH3OH

ROCH3 + HBr
Eliminasi
Reaksi Umum :

Eliminasi alkil halida: dehidrohalogenasi

H X
C C + B C C + BH + X

basa kuat
alkil halida produk
(alkena)
Mekanisme

E1 E2

Basa kuat : KOH/ethanol; CH3CH2ONa/CH3CH2OH; /tBuOH


Eliminasi E1
Suatu karbokation adalah suatu zat yang tak stabil dan berenegri tinggi, salah satu cara
karbokation mencapai prduk yang stabil bereaksi dengan sebuah nukleofilik.

Tahap 1
Tahap pertama dalam reaksi E1 identik dengan tahap pertama pada reaksi
SN 1 ionisasi alkil halida. Tahap ini tahap lambat jadi tahap penentu laju dari
reaksi keseluruhan
Tahap 2 cepat

Dalam tahap kedua reaksi eliminasi, basa mengambil sebuah proton dari sebuah atom
karbon yang berdampingan dengan berdampingan dengan karbon positif
Eliminasi E2

Reaksi E2 alkil halide cenderung dominan bila di gunakan basa kuat sepeti -OH dan –OR
dan temperatur tinggi. Secara khas Reaksi E2 dilaksanakan dengan memanaskan
alkil halid dengan k+ -OH atau Na+ -OCH2CH3 dalam etanol .

Reaksi E2 berjalan tidak lewat suatu karbokation sebagai zat antara, melainkan reaksi
serempak(conserted reaction) yaitu terjadi pada satu tahap.
Eliminasi E2

1. Basa membentuk ikatatan dengan hidrogen


2. Elektron-electron C-H membentuk iktan pi
3. Brom bersama sepasang elektronnya meningggalkan ikatan sigma C-BR
Pembuatan (Sintesis) Alkil Halida

• Pembuatan haloalkana dari alkohol dengan menggunakan hidrogen


halide Reaksi umum yang terjadi pada proses ini bisa dituliskan
sebagai berikut:

• Pembuatan kloroalkana tersier bisa dibuat dengan mereaksikan alkohol


yang sesuai dengan asam hidroklorat pekat pada suhu kamar.
Pembuatan (Sintesis) Alkil Halida

• Pembuatan bromoalkan bisa dilakukan dengan mereaksikan alkohol


dengan sebuah campuran antara natrium atau kalium bromida dengan
asam sulfat pekat.

• Untuk pembuatan iodoalkana, alkohol direaksikan dengan sebuah


campuran antara natrium atau kalium iodida dengan asam posfat(V)
pekat, dan H3PO4.
Sifat fisik & kimia
Sifat FISIKA
Alkil Halida

Titik didih lebih tinggi daripada alkana dengan jumlah C


sama karena berat molekulnya lebih tinggi.
Titik didih semakin tinggi dengan bertambahnya berat
atom halogen.
Titik didih bertambah dengan bertambahnya atom C.
Tidak larut dalam air karena tidak mampu melakukan
ikatan hidrogen dengan air.
Larut dalam senyawa organic dengan polaritas rendah
seperti benzene, eter, CHCl3.
Rapatan alkil halida cair lebih tinggi daripada senyawa
organik lain seperti air.
Nama Iupac Nama Trivial Rumus Td, 0c Rapatan Pada 200C G/Ml
klorometana metil klorida CH3Cl -24 gas
diklorometana metilena klorida CH2Cl2 40 1,34
triklorometana klorofom CHCl3 61 1,49
tetraklorometana karbon CCl4 77 1,60
tetraklorida
bromometana metil bromida CH3Br 5 gas
iodometana metil iodida CH3I 43 2,28

Tabel diatas memaparkan nama, titk didih dan rapatan


(density) bebrapa alakan terhalogenasikan. Kecuali fluor, atom-atom
halogen lebih berat dibnadingkan dengan atom karbon atau
hidrogen. Kenaikan bobot molekul dan bertambahnya polarizabilitas
(yangmeningkatkan tarikan van der waals) karena atom halogen
disubtitusikan ke dalam molekul hidrokarbon, meyebabkan kenaikan
titik didih suatu deret senyawa. Misalnya, bandingkan titik didih CH3Cl,
CH2Cl2, CHCl3, dan CCl4
Sifat fisika alkil halida
Manfaat & kegunaan Alkil Halida

Kloroform (CHCl3) : pelarut untuk lemak, obat bius (dibubuhi


etanol, disimpan dalam botol coklat, diisi sampai penuh).

Tetraklorometana = karbontetraklorida (CCl4) : pelarut untuk


lemak, alat pemadam kebakaran (Pyrene).

Freon (Freon 12 = CCl2F2, Freon 22 = CHCl2F) : pendingin


lemari es, alat “air conditioner”, sebagai propellant (penyebar)
kosmetik, insektisida, dsb.

DDT (dikloro difenil trikloro metana) ini digunakan sebagai


insektisida. Akan tetapi zat ini sukar sekali terurai, sehingga
masih ada dalam sayuran dan hewan ternak yang memakan
rumput yang di semprotkan DDT. Akibatnya dapat menimbulkan
keracunan.
a. Reaksi
Subtitusi
Atom karbon ujung satu alkil halida mempunyai muatan positif
parsial. Karbon ini rentan terhadap serangan oleh anion dan spesi
lain apa saj yang mempunyai sepasang elektron menyendiri
(unshared) dalam kulit luarnya. Dihasilkan reaksi subtitusi- suatu
reaksi dalam mana satu atom, ion atau gugus disubtitusikan unhtuk
(mengantikan) atom, ion atau gugus lain.

bromometana metanol
Dalam reaksi subtitusi alkil halida, halida itu disebut gugus
pergi
(leving group) suatu istilah yang berarti gugus apa saja yang dapat
digeser dari ikatannya dengan suatu atom karbon. Ion halida
merupakan gugus pergi yang baik, karena ion-ion ini merupakan
basanyang sangat lemah. Basa kuat seperti misalnya OH-, bukan
gugus pergi yang baik.
Gugus pergi merupakan basa lemah
Reaktivitas: R-I > R-Br > R-Cl >> F
R- L.G. baik L.G. buruk
Lebih reaktif Kurang reaktif
Reaksi K>1
umum : R X + Y R Y + X
Basa
stronger Basa
weaker
base lemah
base
kuat

Contoh : Br + NaF F + NaBr


SB WB

acetone + NaBr (s)


+ NaI
Br I
WB
Basa SB
Basa
lemah
kuat
b. Reaksi Eliminasi

Bila suatu alkil halida diolah dengan suatu basa kuat, dapat
terjadi suatu reaksi eliminasi. Dalam reaksi ini sebuah kehilangan
atom-atom atau ion-ion dari dalam strukturnya. Produk organik suatu
reaksi eliminasi ini, unsur H dan X keluar dari dalam alkil halida ; oleh
karena itu reaksi ini juga disebut reaksi dehidrohalogenasi,

1-bromo-1,1- 2-methylpropene
dimethylethane
Beberapa Reaksi
Eliminasi

EtONa + +
Br EtOH 61% 20% 19%

EtONa +

Br EtOH
71% 29%
30% 50% 80%
2-
butene
2-bromobutane 20%
1-
butene
c. Reaksi-Reaksi Bersaingan

Sebuah ion hidrroksida atau alkoksida (RO-) dapat bereaksi sebagai


suatu nukleofil dalam suatu reaksi eliminasi. Tipe reaksi mana yang
sebenarnya terjadi bergantung pada sejumlah faktor, seperti struktur alkil
halida (primer 10 , sekunder 20 , tersier 30 ), kuat basa, macam pelarut
dan temperatur.

Primer :

100 %

Sekunder :

20 80
% %

Tersier
:

5 95
%
d. Nukleofilitas Lawan Kebebasan

Pada suasan yang sesuai, semua basa dapat bertindak sebagai


nukleofil. Sebaliknya, semua nukleofil dapat bertindak sebagai basa.
Dalam masa-masa kasus, pereaksi (reagent) bereaksi dengan cara
menyumbangkan sepasang elektronnya untuk membentuk suatu
ikatan sigma baru.
5.
Reaksi
SReaksi
2
N
bromometana dengan ion hidroksida yang
menghasilkan etanol dan ion bromida adalah suatu reaksi SN2
yang khas (berarti “subtitusi, nukleofilik, bimolekular”). Boleh
dikatakan metil halida tau alkil halida primer apa saja, beraksi SN2
dengan nukleofil yang agak kuat : -OH, -CN dan lain-lain.
a. Mekanisme Reaksi

Mekanisme reaksi SN2 hanya terjadi pada alkil halida


primer dan sekunder. Nukleofil yang meyerang adalah
nukleofil kuat yaitu :-OH, -CN, CH3O-. Serangan dilakukan dari
belakang.

Keadaan Transisi
Keadaan Transisi: tingkat transisi berenergi tinggi (tidak stabil dan
tidak dapat diisolasi), melalui terbentuknya secara parsial ikatan
C-Nu dan putusnya ikatan C-X.
b. Sterokimia Reaksi SN2

Bila sebuah nukleofil menabrak sisi belakang atom karbon


tetrahedral yang terikat pada sebuah halogen, dua peristiwa terjadi
sekaligus : 1. Ikatan baru mulai terbentuk, dan 2. ikatan C-X mulai
patah

Ikatan parsial

pereak keadaan transisi : emergi produk


si potensial tinggi, mampu
kembali pereaksi atau
terus ke prooduk
c. Energi Reaksi SN2

Diagram Energi Reaksi


SN 2
d. Kinetika Reaksi SN2

Contoh: CH3Br + OH–  CH3OH + Br–

V = k[CH3I][OH–], bimolekular

 Kedua spesi terlibat dalam tahap penentu laju reaksi

Reaktivitas: R-I > R-Br > R-Cl >> R-F


 Pemutusan ikatan C-X terlibat dalam penentu
laju reaksi

 serentak, mekanisme satu tahap

[HO---CH3---Br]–

CH3Br + OH–

CH3OH + Br–
6.
Reaksi
S Alkil
N1
halida tersier mengalami subtitusi dengan suatu
mekanisme yang berlainan, yang disebut reaksi SN1(subtitusi,
nukleofilik, unimolekular). Hasil eksperimen yang diperoleh dari
reaksi SN1 cukup berbeda dari hasil dalm reaksi SN2. Jika suatu
alkil halida yang mengandung karbon C-X yang kiral,
mengalami suatu reaksi SN1, maka akan diperoleh produk
subtitusi rasemik (bukan prosuk inversi seperti yang diperoleh
dalam reaksi SN2).
a. Mekanisme Reaksi SN1

Reaksi SN1 adalah reaksi ion. Reaksi SN1 suatu alkil halida tersier
adalah reaksi bertahap (stepwise reaction). Tahap pertama
berupa pematahan alkil halida menjadi sepasang ion : ion halida
dan sebuah karbokation, suatu ion dalam mana atom krbon
mengemban suatu muatan positif. Karena reaksi SN1 melibatkan
ionisasi, reaksi-reaksi ini dibantu oleh pelarut polar, seperti H2O,
yang dapat menstabilkan ion dengan cara solvasi (solvation)

Serangan nukleofil terhadap


karbokation

Ikatan C-Br
putus

Disosiasi
proton
Tahap
1

Tahap
2

Tahap
3
b. Sterokimia Reaksi SN1
Suatu karbokation (juga disebut ion karbonium) adalah atom
karbon yang mengikat hanya tiga gugus. Karena hanya tiga gugus,
maka ikatan ke gugus-gugus ini terletak dalam sebuah bidang, dan
sudut yang diapit oleh dua ikatan sekitar 1200. Untuk mencapai
geometri ini, karbon positif berhibridisasi –sp2 dan memiliki orbital p
yang kosong.

Br H2O OH
CH3CH2 CH3 CH3
CH3CH2 CH3 +H CH3CH2
H H OH
racemic
OH2
+ H
CH3CH2 C
CH3
OH2

sp2, trigonal
planar
c. Energi Reaksi SN1

Diagram Energi Reaksi


SN 1
d. Kinetika Reaksi SN1
CH3 CH3
H3CC Br 
+ CH3OH H3C C O + HBr
CH3 CH3
3º, tidak melalui SN2 CH3

V = k[(CH3)3CBr] unimolekular

 Penetu laju reaksi tergantung hanya pada (CH3)3CBr

R+

RBr + CH3OH

ROCH3 + HBr
e. Stabilitas Karbokation

Stabilitas R+ : 3º > 2º >> 1º > CH3+

Raktivitas R-X terhadap SN1: 3º > 2º >> 1º > CH3X

CH3+ Kemungkinan
penataan ulang
1º R+
2º R+
3º R+
7. Reaksi Subtitusi Halida
Alilik dan Benzilik
Terdapat dua macam halida yang berbeda dari alkil halida dalam
sifat pada reaksi SN1 dan SN2, yakni halida alilik dan halida benzilik

Sebuah atom atau gugus yang terikat pada atom karbon


didamping salah satu atom karbon sp2, masing-masing berada pada
posisi alil atau posisi benzil.
a. Reaksi SN1

Naikny
a laju
SN1

Tabel. Laju relatif bebrapa halida organik pada kondisi SN1 yang
khas Halida Laju relatif
CH3CH2X 1.0a
CH2=CHCH2X 33
C6H5CH2X 380
(C6H5)2HX -105
a reaksi yang teramati agaknya berjalan SN2
b. Reaksi SN2

Tabel. Laju relatif rata-rata beberapa halida dalam suatu reaksi SN2 yang
khas

Halida Laju relatif


CH3X 30
CH3CH2X 1
(CH3)2CHX 0,025
CH2=CHCH2X 40
C6H5CH2X 120
8.
Reaksi
Mekanisme reaksi E1 merupakan alternatif dari reaksi S 1.
E1
N
Karbokation dapat memberikan proton kepada suatu basa dalam
suatu reaksi.

Mekanisme E1 terdiri dari 2 tahap :

Tahap 1 :
(bejalan
lambat)

Tahap 2 :
(bejalan cepat)
a. Energi Reaksi
E1

Br-
C C

C C
H  H


C C

energi H

intermediate

Br
C C
CC + H+
H

Koordinat reaksi
9.
Reaksi
E2
Reaksi E2 menggunakan basa kuat seperti OH, OR, dan juga
– -

membutuhkan kalor, dengan memanaskan alkil halida dalam KOH


atau CH3CH2ONa dalam etanol.

Prime Sekunder Tersie


r r
naiknya laju
E2
a. Energi Reaksi
E2
..
Kondisi transisi H

O:
H
C C

Br



energi
..
H O
.. H
H O
H
:
C C C C

Br Br-

Koordinate reaksi
b. Sterokimia Reaksi E2
Dalam keadaan transisi suatu eliminasi E2, basa yang
menyerang dan gugus yang pergi umumnya sejauh mungkin,
atau anti.

•X
Anti Eliminasi
•anti periplanar
• -kebanyakan
H molekul H X
C C C C
• dapat mengadopsi konformasi lebih mudah
• Eliminasi E2 biasanya terjadi ketika H dan X adalah anti
CH3

Br
EtONa +
EtOH
major minor
CH3
Br
"
"

major
Penjelasan contoh :
Br harus aksial untuk menjadi anti
terhadap H: H CH3
H H
CH3 H
tebtaut
Br pi Br

Br anti terhadap kedua H Br anti hanya pada H yang


 produk berorientasi memberikan produk
Zaitsev berorientasi non-Zaitsev
(S,S)-
diastereomer
Br CH 3
t-butyl
C
H
C
CH 3
KOH
H ethanol
heat
??? ???

C H3 C H3 H C H3
C C C C
H t-b utyl C H3 t-b utyl
(E)-isomer (Z)-isomer
(R,S)-diastereomer
Br CH3

C t-butyl
H C

H
CH3
KOH
ethanol
heat
??? ???

CH3 CH3 H CH3

C C C C
H T-butyl CH3 t-butyl
(E)-isomer (Z)-isomer
10. Faktor-Faktor Yang Mengatur Reaksi
Eliminasi dan Subtitusi
1. Alkil Halida : jenis alkil halida yang bereaksi mempengaruhi
reaksi yang terjadi subtitusi atau eliminasi, SN2 atau SN1 atau
E1 atau E2.
2. Nukleofil atau Basa : sifat kebasaan mempengaruhi sifat
nukleofilik suatu senyawa.
3. Pelarut : kemampuan pelarut dalam mensolvasi ion-ion akan
mempengaruhi jenis reaksi apa yang terjadi.
4. Konsentrasi Nukleofil atau Basa : konsentrasi nukleofil atau
basa mempengaruhi reaksi yang terjadi dan mempengaruhi
laju reaksi yang terjadi.
5. Temperatur : kenaikan suhu dapat mempengaruhi terjadinya
proses reaksi eliminasi dan subtitusi.
Mekanisme E2

Mekanisme E2 : eliminasi bimolekuler


• Reaksi adalah bimolekul, V tergantung pada konsentrasi RX dan B –

V = k[RX][B–]

 Tahap penentu laju reaksi melibatkan konsentrasi B–

• reactivity: RI > RBr > RCl > RF


kekuatan ikatan R—X meningkat

 Tahap penentu laju reaksi melibatkan pemutusan ikatan R—X

(Reaksi tidak tergantung pada jenis RX apakah 1º, 2º, atau 3º)
Reaksi Subsitusi

Pada sebuah reaksi substitusi, atom halogen digantikan


oleh sebuah gugus -OH menghasilkan alkohol. Sebagai
contoh:

Atau, dalam bentuk persamaan ion:


Reaksi Eliminasi

 Haloalkana juga mengalami reaksi eliminasi dengan natrium


hidroksida (NaOH) atau kalium hidroksida (KOH).
 Pelarut : etanol
 Contoh: 2-bromopropana bereaksi menghasilkan
 sebuah alkena – propena.

 atom hidrogen terlepas dari salah satu atom karbon ujung bersama dengan
bromin dari atom karbon pusat.
 atom-atom yang terlepas berada pada atom-atom karbon yang
berdekatan dengan atom karbon yang mengikat halogen, dan terbentuk
sebuah ikatan rangkap antara atom-atom karbon tersebut.
PEMBUATAN ALKIL HALIDA
1. Adisi hidrogen halida (HX) pada alkena.

- pada alkena simetris: dihasilkan satu produk.

- pada alkena yang tidak simetris → 2 produk mungkin terjadi


Aturan Markovnikov:
Pada adisi HX pada alkena tak simetris:
atom H akan terikat pada C dengan substituen alkil lebih sedikit,
atom X akan terikat pada C ikatan rangkap yang mempunyai
substituen alkil lebih banyak.

Stabilitas karbokation(ion karbonium): tersier > sekunder > primer > metil
Mekanisme reaksi

REAKSI-REAKSI ALKIL HALIDA

• Pembentukan Reagen Grignard


• Pembentukan alkil lithium
• Reaksi-reaksi Substitusi nukleofilik (SN2 dan SN1)
• Reaksi-reaksi Eliminasi (E2 dan E1)
1. PEMBUATAN REAGEN GRIGNARD :

antara alkil halida dan logam Mg,


menghasilkan suatu alkil magnesium halida
(Reagen GIrgnard)

François Auguste
Victor Grignard, -Elektronegativitas Mg < C
 
Nobel Laureat 1916 -C terpolarisasi negatif
C -- Mg
-bersifat sebagai Nukleofil
Nukleofil (=suka nukleon/inti): suatu reagen yang kaya elektron,
membentuk ikatan dengan cara mendonasikan sepasang elektronnya
kepada reagen lain yang kekurangan elektron.

2. Pembentukan alkillitium.
Dengan mereaksikan logam lithium (Li) dengan alkil halida.
Contoh:
h
exa
ne
C
H C
3 H2CHC
2 H2Br +2L
i C
H3CH
2CH
2CH
2Li +L
iBr
1-bro
m ob
u ta
ne B
uty
llith
ium=B
uLi

h
exa
ne
C
l +2L
i L
i +L
iCl

c
hlo
rob
enz
ene p
hen
yllith
ium
REAKSI SUBSTITUSI NUKLEOFILIK dan REAKSI ELIMINASI

= Reaksi antara alkil halida dengan suatu nukleofil


• Reaksi substitusi nukleofilik terjadi melalui 2 mekanisme: S N2 dan SN1.
• Reaksi eliminasi juga dapat terjadi melalui 2 mekanisme: E2 dan E1

3. REAKSI SN2 (Reaksi substitusi nukleofilik bimolekuler).

• Bimolekuler, berarti 2 molekul (nukleofil dan alkil halida) keduanya


terlibat dalam suatu step (tahap) penentu laju reaksi.
- Mengikuti kinetike reaksi order kedua,

laju reaksi = k [RX] [Nu:- ]

Ciri reaksi:
- serangan nukleofil dari arah ‘belakang’
- reaksi berjalan satu step, tanpa intermediate
- Terjadi inversi konfigurasi (Inversi Walden)
Mekanisme reaksi:
Mekanisme reaksi:

Transistion state: tingkat transisi berenergi tinggi (tidak stabil dan


tidak dapat diisolasi), melalui terbentuknya secara parsial ikatan
C-Nu dan putusnya ikatan C-X.
DIAGRAM ENERGI REAKSI SN2
Laju reaksi kimia ditentukan oleh ∆G, yaitu perbedaan energi antara
reaktan dan tingkat transisi.

Perubahan kondisi reaksi dapat mempengaruhi ∆G dengan 2 cara:


a. Perubahan tingkat energi reaktan
b. Perubahan tingkat energi pada tingkat transisi.

• Tingkat energi reaktan yang lebih tinggi akan mempercepat reaksi.


• Tingkat energi pada senyawa transisi bertambah besar akan
memperlambat reaksi (∆G lebih tinggi).
HAL–HAL YANG BERPENGARUH PADA REAKSI SN2 :

1.Hambatan sterik
2.Reaktivitas nukleofil
3.Reaktivitas ‘Leaving group’(= gugus pergi)
4.Solven

1. Hambatan sterik

• Hambatan sterik mempengaruhi kemudahan nukelofil untuk mendekati


substrat
• Semakin besar subtituen, semakin terlindungi atom karbon  reaksi
makin lambat
2. REAKTIVITAS NUKLEOFIL

•Semakin reaktif suatu nukleofil, biasanya reaksi semakin cepat


•Basa yang lebih kuat umumnya adalah nukleofil yang lebih baik

•Nukleofilitas unsur-unsur dalam satu golongan pada periodik tabel


meningkat dari atas ke bawah.
3. REAKTIVITAS ‘LEAVING GROUP’

Basa yang lemah (anion yang diturunkan dari asam yang kuat
merupakan ‘Leaving group’ yang kuat.
4. EFEK SOLVEN

• Reaksi SN2 berjalan lambat dalam solven protik (hidroksilik),


seperti H2O, R-OH (alkohol), dsb.
• Protik solven menurunkan reaktivitas kebanyakan nukleofil melalui
ikatan hidrogen (hidrogen bonding), yang akan menstabilkan
nukleofil ( sehingga E ↓ → dan ∆G ↑)  kurang reaktif.

Anion (nukleofil) yang tersolvasi


Sebaliknya, solven aprotik (nonhidroksilik) yang polar akan
meningkatkan efektivitas nukleofil, dan reaksi SN2 akan berjalan
lebih cepat.

Beberapa contoh solven aprotik polar:


• Asetonitril (CH3 – C≡N)
• Dimentil sulfoksida (CH3)2SO
• Dimentilformamide [(CH3)2NCHO)]
__ aprotik solven
---- protik solven
REAKSI SN1

•Unimolekuler, hanya satu molekul yang terlibat dalam step (tahap) penentu
laju. |
•Reaksi SN1 mengikuti kinetika reaksi orde pertama, laju reaksi = K [RX]
•Dalam reaksi SN1, ‘Leaving group’ secara spontan terdissosiasi
menghasilkan karbokation (ion karbonium), diikuti serangan yang cepat dari
nukleofil (reaksi 2 step)
•Terjadi rasemisasi konfigurasi pada atom karbon

Reaksi SN1 kebanyakan terjadi pada substrat tersier.

Intermediet(=zat antara = zantara) adalah suatu molekul stabil, dapat


diisolasi yang terbentuk pada proses reaksi.

A+ B→C →D+ E C = intermediet.


Mekanisme reaksi SN1

1. Dissosiasi spontan alkil bromida secara lambat


(tahap penentu laju) menghasilkan
intermediet karbo kation dan ion bromida.

2. Karbo kation(ion karbonium) bereaksi dengan


nukleofil secara cepat menghasilkan produk
netral.
HAL-HAL YANG BERPENGARUH PADA REAKSI SN1

1. Substrat
Semakin stabil intemediet karbonation, semakin cepat reaksi SN1.

Urutan stabilitas ion karbonium


Benzyl ≈ Allyl > tersier > sekunder > primer > karbonium metil

Karbokation benzyl dan allyl terstabilkan oleh efek resonansi.

Urutan stabilitas karbokation tersier, sekunder, primer dan karbonium metil adalah :
2. Leaving group(gugus pergi)

Semakin baik Leaving group, akan semakin cepat reaksi SN1.


I:- > Br:- > Cl:- > H2Ö:

Reaksi SN1 sering dilakukan dibawah kondisi asam, dan air netral
akan dilepas sebagai leaving group. Pada kasus ini, alkohol akan
terprotonasi dan melepaskan air untuk membentuk ion
karbonium.
3. NUKLEOFIL
Berbeda dengan reaksi SN2 dalam reaksi SN1, nukleofil tidak
memainkan peranan utama. Mengapa??

Karena nukleofil tidak terlibat dalam tahap penentu laju reaksi.

Mis: pada reaksi t-butil alkhol → t-butil klorida, laju reaksinya


sama, apakah X nya Cl, Br atau I.

4. SOLVENT

Solven dapat mempengaruhi laju reaksi.


•Beberapa solven berinteraksi dengan ion karbonium dan
menstabilkannya. Akibatnya, ∆G akan turun dan reaksi berjalan lebih
cepat.
•Solven, mis: air dan metanol adalah bagus untuk mensovasi ion
karbonium,
•non polar solvent, seperti hidrokarbon jelek dalam mensolvasi ion.
Anion (nukleofil) yang tersolvasi Solvasi karbokation oleh air

__ aprotik solven
---- protik solven

Efek solven pada reaksi SN1


Alasan pengaruh solven pada reaksi SN1 dan SN2 berbeda.

Pada SN2, reaksi berjalan dengan cepat dalam polar aprotik solven, dan
berjalan lebih lambat dalam protik solven,
( energi ground-state dari nukleofil yang menyerang diturunkan oleh
adanya solvasi yang menyebabkan naiknya ∆G)

Pada reaksi SN1, reaksi berjalan baik pada polar protik soven, karena
tingkat energi transition-state lebih diturunkan dibanding energi ground-
state dari nukleofil.
REAKSI ELIMINASI ALKIL HALIDA

2 macam reaksi yang mungkin terjadi bila suatu nukleofil (basa Lewis)
menyerang alkil halida :

1. Reagen menyerang atom karbon dan menggantikan halida(x)


→ SN1 & SN2

2. Reagen menyerang hidrogen dan membebaskan HX untuk membentuk


alkena.
→ E1 & E2

REAKSI E2 (= Reaksi Eliminasi Bimolekuler)

Pada banyak hal, analog dengan reaksi SN2


Reaksi E2 mengikuti kinetika orde kedua karena baik nukleofil(basa) dan
alkil halida terlibat dalam tahap penentu laju.

Laju reaksi = K [ RX ] [ basa ]


Reaksi E2 merupakan reaksi satu tahap tanpa terbentuk intermediet.
Mekanisme reaksi E2

Basa menyerang ikatan C-H tetangga


dan mulai mengambil atom H, dan
pada saat yang sama ikatan rangkap
dua alkena mulai terbentuk dan gugus
X mulai meninggalkan

Alkena terbentuk bila ikatan C-H sudah


benar-benar putus dan gugus X telah
terlepas dengan membawa sepasang
elektron ikatan C-X
REAKSI E1 (= Reaksi Eliminasi Unimolekuler)

Pada banyak hal, analog dengan reaksi SN1

Reaksi E1 mengikuti kinetika orde kedua karena baik nukleofil (basa)


dan alkil halida terlibat dalam tahap penentu laju.

Laju reaksi = K [ RX ]

Reaksi E2 merupakan reaksi dua tahap melalui terbentuknya


intermediet ion karbonium.
Mekanisme reaksi E1

Dissosiasi yang spontan dari ‘leaving


group’ menghasilkan intermediet
karbokation. Reaksi ini merupakan
tahap yang paling lambat (tahap
penentu laju reaksi

Hilangnya satu proton tetangga pada


tahap yang cepat menghasilkan alkena.
Pasangan elektron ikatan C-H
membentuk ikatan  alkena.
Pembahasan

1. Pembuatan alkil halida : reaksi radikal bebas


2. Reaksi alkil halida :
Reaksi subtitusi : SN1 dan SN2
Reaksi eliminasi : E1 dan E2

Anda mungkin juga menyukai