Anda di halaman 1dari 59

Afiten Rahmin Sanjaya

1906412961

PROGRAM PASCASARJANA KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts
Nanomaterial dalam industri textil dan zat warna

Industri tekstil
Nanoteknologi memiliki potensi komersial yang nyata dalam industri teks
til, selain itu aplikasinya sangat luas mulai dari baju sehari-hari dan kostu
m olahraga hingga tekstil rumah tangga seperti tirai, seprai dan penutup
sofa. Nanoteknologi dapat memberikan afinitas yang lebih baik sehingga
meningkatkan daya tahan tahan kain.
Contoh : ( Dalam tekstil sehari hari dan militer)
• Pengindraan dan tanggap (sensing dan responding),
– Kimia ataupun biologi
– Pencatu daya dengan baterai berbahan polimer dan transmisi dat
a berbasis wearable computer untuk jaringan personal
– Mengirim dan menerima sinyal frekuensi radio
– Sistem peringatan dengan suara yang bekerja secara otomatis da
n
– Bahan-bahan yang memiliki kemampuan memperbaiki dirinya sen
diri (self-repairing materials).
Industri zat warna
Nanomaterial merupakan material yang sangat unik karena memiliki karakteristik yang sangat
berbeda jika dibandingkan dengan apa yang diperlihatkannya pada skala makroskopisnya. Hal
ini disebabkan dua faktor, yaitu:

1. Luas permukaan nanomaterial yang meningkat

Makin kecil ukuran maka luas permukaannya makin


meningkat, sehingga karakteristik nanomaterial pun
meningkat dibandingkan ukuran makroskopisnya.

2. Efek kuantum

Ukuran skala nano (1-100 nm) merupakan ukuran partikel


dimana efek kuantum menentukan perilaku dan karakteristik
partikel. Pada skala ini, sifat material sangat dipengaruhi
ukuran. Sifat nanomaterial seperti titik lebur, konduktivitas
listrik, permeabilitas magnetik, warna, dan reaktivitas kimia
merupakan fungsi dari ukuran partikel. Sebagai contoh, suatu
nanomaterial menunjukkan warna yang bervariasi tergantung
ukurannya, pada ukuran 2 nm berwarna putih, 5-24 nm
warna merah yang bervariasi, 60 nm warna ungu, dan 90 nm
warna biru.
Klasifikasi Nanomaterial dalam tekstil
Klasifikasi Nanomaterial dalam Zat Warna
Klasifikasi Umum Produk Textil dan Zat Warna

PRODUK TEKSTIL
1. Tekstil dengan finishing nano (nanofinished)
2. Tekstil Nanokomposit
3. Tekstil Nanofibrous
4. Bahan Bukan Tenun (Non Woven)

PRODUK ZAT WARNA : Secara Umum


1. Kromofor
Adalah senyawa kimia yang memberikan warna (ttp. Bukanlah merupakan zat warna).
Apabila dicelup ke dalam pelarut kromofor, maka material tersebut menjadi tidak berw
arna kembali tidak berwarna
2. Auksokrom
Àuksokrom adalah zat warna yang dapat tetap terikat di dalam jaringan, bila ada radik
al yang mengikatnya adalah radikal auxochrome. Struktu yang paling penting adalah
gugus NH2 dan OH
Penggolongan Zat Warna

PENGGOLONGAN ZAT WARNA


1. Menurut Sifat : Zat warna. asam & Zat warna. basa.
2. Menurut Asal : Zat warna.alami & Zat warna. sintesis.
3. Menurut Kemampuan Mewarnai Jaringan : Zat warna. substantif dan Zat
warna. ajective.
4. Menurut Struktur Kimia :Zat warna triphenyl methane, Zat warna Xanthene, Zat
warna. thiazine ,
Zat warna azine : terdiri dari Zat warna azo dan Zat warna nitro.

PENGGOLONGAN CARA PEWARNAAN


1. Berdasarkan Jumlah Zat Yang Digunakan: pewarnaan tunggal, pewarnaan
rangkap 2, Rangkap3 rangkap 4.
2. Berdasarkan Pengaruh Zat Warnanya : Pengaruh Efektif, Pengaruh Diffus.
3. Berdasarkan Cara Pemberian Zat Warnanya : Simultan; Suksedan.
4. Berdasarkan Tebal Tipis Zat Warnanya: pewarnaan progressif danregressif.
NANOFINISHED

Tekstil nanofinished adalah jenis tekstil yang menambahkan properti beru


kuran nano yang ditambahkan setelah tekstil dasar telah selesai dibuat. T
ermasuk didalamnya adalah proses pasca-manufaktur dan penambahan l
apisan atau coating untuk menambahkan material nano atau membuat p
ermukaan berstruktur nano pada serat bahan.
NANOKOMPOSIT

Tekstil nanokomposit memiliki bahan serat komposit yang mengandung sat


u atau lebih komponen berstruktur nano. Jenis tekstil nano ini berpusat pad
a integrasi pra-pembuatan sifat nano ke dalam komponen serat. Bahan-bah
an tambahan untuk menghasilkan tekstil nanokomposit meliputi karbon nan
otube (untuk peningkatan kekuatan serat) dan nanopartikel logam (untuk m
emberi efek pantulan cahaya).
NANOFIBROUS

Sektor industri nanofibrous berfokus pada pembuatan serat yang mengekspl


oitasi sifat nano dari bahan yang digunakan, misalnya dari komposisi yang
membentuk material nano tersebut, misalnya pengolahan serat yang terbuat
dari karbon nanotube yang dapat meningkatkan kekuatan bahan tekstil.
Bahan Bukan Tenun (Non Woven)

Penerapan teknologi nano dalam pembuatan bahan non woven (bukan


tenunan) dapat membantu meningkatkan kualitas bahan, misalnyadala
m peningkatan pada bahan perekat yang digunakan, atau untu mengg
anti metode konvensional yang digunakan untuk menjaga agar tiap lap
isan tetap melekat dengan memberi lapisan permukaan berstruktur nan
o. Fungsi nano lain yang dapat dimanfaatkan misalnya nanofilms untuk
sifat anti bakteri dan luminescence (untuk kontrol warna).
Nanomaterial yang Terkandung dalam Produk tekstil
dan Zat warna
ZAT WARNA KROMOFOR

Penyebab terbentuknya warna adalah adanya gugus kromofor pada strukt


ur senyawa. Gugus kromofor adalah gugus senyawa radikal yang terdiri d
ari ikatan ganda terkonjugasi yang mengandung elektron terdelokalisasi.
Gugus kromofor biasanya meliputi gugus azo (-N=N-), karbonil (-C=O-),
karbon (-C=C-), karbon-nitrogen (-C=NH- atau -CH=N-), nitroso (-NO ata
u N-OH), nitro (-NO2 atau =NO-OH), dan sulfur (C=S).
ZAT WARNA AUKSOKROM

• Auxochrome yaitu gugus yang tidak dapat m


enjalani transisip p ke p tetapi tetapi dapat m
enjalani transisi elektron n. Auksokrom merup
akan gugus yang dapat meningkatkan daya k
erja khromofor sehingga optimal dalam peng
ikatan. Auksokrom terdiri dari golongan katio
n yaitu –NH2, -NHMe ,golongan anion yaitu
SO3H-, -OH, -COOH,
• Auksokrom juga merupakan radikal yang me
mudahkan terjadinya pelarutan: -COOH atau
–SO3H. Dapat juga berupa kelompok pembe
ntuk garam: – NH2 atau –OH. Kebanyakan za
t organik berwarna adalah hibrida resonansi
dari dua struktur atau lebih.
Perbandingan Berbagai Jenis Nanomaterial dala
m Industri Tekstil

Jenis Karakteristik Kegunaan


Nanowire Diameter yang lebih besar dibanding dengan nanor Mixing pemintalan serat benang
ods, memiliki fleksibilitas lebih tinggi, tersusun rapi katun atau polyester, untuk keku
atan dalam menahan benda taja
m
Nanofribrous Fleksible, sangat tipis dan diameter kecil,tersusun a Bahan tekstil dengan kemampua
cak n anti bakteri, anti panas
Nanorods Fleksibel, diameter lebih kecil dari nanowire Bahan tekstil dengan
kemampuan anti bahan kimia
Nanoparticle Berbentuk butiran yang disipkan Pakaian yangmemilikikemampua
n self cleaning
Nano woven Disintesis bersamaan dengan serat kain, serat bena Digunakan pada material yang d
ng yang akan digunakan sebagai pakaian igunakan untuk tujuan perlindu
ngan serta memiliki kemampua
n elektrikal
Perbandingan Berbagai Jenis Nanomaterial Dalam
Industri Tekstil
Proses produksi dan aplikasi mekanisme reaksi
yang terlibat tekstil

Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik nanofibrous-PVA dengan modifikasi lempung
2. Untuk menguji kemampuan perlindungan suatu bahan tekstil terhadap suatu papara
n mikrobial

Metode yang digunakan dalam sintesis yaitu metode sol gel sedangkan metode yang d
igunakan dalam membuat nanomaterialnya yaitu dengan metode elektrospinning

Modifikasi Na-MMT dengan tembaga klorida


1. Larutan tembaga klorida 0,1N dalam 50 mL aquabides
2. 2 gr natrium-MMT ditambahkan 40 mL larutan dan diaduk pada suhu kamar selama 9 h
ari terus menerus hingga larutanya membentuk suspensi,
3. Residu yang didapat kemudian dikeringkan dalam oven selama 48 jam pada suhu 70 C.
4. Residu kering ini kemudian di ball milling hingga mencapai ukuran nano material.
Preparasi lembaran nanofibros elektrospun yang memiliki kemampuan antimikroba

1. Larutan PVA disiapkan dengan melarutkan 10 g PVA dalam 100 mL akuabides pada 60 C selama
3-4 jam.
2. Parameter electrospinning (pH, suhu, kecepatan dan lama pengadukan, serta komposisi) diopti
malkan untuk menurunkan gumpalan terhadap lembaran nanofibrous PVA.
3. Dilakukan variasi konsentrasi Cloisite 30B dan Cu-MMT (0,25% berat, 0,50% berat, 0,75% berat
PVA )
4. Setiap variasi kemudian disonikasi selama 30 menit dalam ultra-sonikator.
5. Electrospinning dilakukan menggunakan Royal Electro spinner, tegangan 20 kV dengan laju alir
an 2,5 mL / jam.
6. Lembaran nanofibrous yang dikumpulkan kemudian dikeringkan pada suhu kamar selama 2 ja
m untuk mempertahankannya morfologi struktural.
Hasil Analisa SEM Cu-MMT/PVA dan Cloisite-3
0B/PVA
Hasil Perhitungan Pori, Tingkat Porositas dan kek
uatan mekanikal
Uji Antibakteri
Proses produksi dan aplikasi mekanisme reaksi yang
terlibat nanomaterial zat warna

Tujuan
1. Menentukan mekanisme interakasi dalam pembentukan
pewarna nanodisperse menggunakan lignin hidroksipropil
tersulfonasi
2. Menentukan stabilitas, daya dispersive, daya degradasi dan self
assembly
Metode : Metode yang digunakan yaitu metode sulfonasi dengan m
ekanisme dispersif
Preparasi Nano disperse dye dengan metode sulfonasi
• Sodium 3-chloro-2-hydroxy-propanesulfonate pertama kali
disiapkan.
• Selanjutnya, 100 g AL dilarutkan dalam 100 mL air, dan pH
disesuaikan sampai 10 dengan 2 mol/L larutan NaOH.
• Kemudian, diperoleh intermediate sodium 3-chloro-2-hydroxy-
propanesulfonate dengan ditambahkan tetes demi tetes alkali
lignin dan sulfonasi dilakukan selama 2 jam pada 90 ° C.
• Kemudian, 24 g /L epiklorohidrin pengikat silang dimasukkan ke
dalam reaktor dan direaksikan selama 1 jam.
• Nilai pH dijaga konstan dalam kisaran 9-10 dengan 2 mol/L
larutan NaOH.
Preparasi Nano Disperse Dye
1. 100 ml larutan aseton dan 10,0 g/L pewarna disiapkan terlebih dahulu untuk melarutkan pe
warna dispersi kering menjadi pewarna + aseton.
2. Kemudian larutan pewarna-aseton ditambahkan tetes demi tetes ke dalam 500 ml larutan dis
persan 1,5 g/L dengan pengadukan 300 rpm selama 20 menit.
3. Suspensi campuran dipekatkan setelah dengan rotary vakum evaporator (R10, IKA, Guangzho
u, Cina) untuk mwngambil sisa pelarut hingga didapat dispersive dye nya

Preparasi Pencucian Nano Disperse Dye


1. Preparasi disiapkan dengan mendispersikan pewarna di air dan diencerkan sampai 0,5% deng
an air suling dengan pH 5.5 (larutan buffer asetat / natrium asetat).
2. Kemudian pencucian Nano Disperse Dye dihomogenkan dengan mengaduk selama 10 menit.
3. Kemudain pewarna dimasukkan dalam perbandinagn dengan depressant (1: 1,5 w / w ) dan d
i ball milling selama 4 jam dengan pengkondisian pencucian seperti di awal.
Hasil Analisa Ukuran Partikel
Analisa SEM, AFM dari Disperse Nano Dye
Pergeseran Frekuensi, Perubahan Disipasi dan Daya
Adsorpsi Pewarna

Mekanisme interaksi antara dispersi turunan lignin dan partikel pewarna diselidiki melalui perilak
u adsorpsi oleh menggunakan keseimbangan kristal kuarsa dengan pemantauan disipasi dan AFM.
Mekanisme Disperse Dye dengan Depressant

• Jumlah adsorpsi yang lebih tinggi HSAL pada permukaan pewarna menunjukkan lapisan
adsorpsi viskoelastik lebih banyak dari pada natrium lignosulfonat.
• Gugus sulfonat tinggi yang melekat pada rantai alkil panjang dalam molekul HSAL mena
rik ke fase berair memberikan penolakan elektrostatik yang kuat untuk menyebarkan p
artikel pewarna dan membentuk rekombinasi nano disperse self-dye
Kesimpulan

1. Ukuran partikel pewarna dispersi dalam rendaman pewarna sangat mempe


ngaruhi kualitas pewarnaannya.
2. Nano dispersi pewarna dengan ukuran partikel rata-rata 94 nm dan memei
liki kemampuan by self-assembly menggunakan dispersant alkali lignin hidr
oksipropil tersulfonasi (HSAL) dan pewarna dispersi azo (C.I. Bubarkan Biru
79).
3. Pewarna dispersi nano menunjukkan dispersi yang sangat baik dan stabilita
s pada suhu tinggi (130 ° C), ukuran partikelnya adalah 1,97 μm.
4. Mengurangi efek nano pewarna (struktur azo) menurun hingga 5,39% dan
penyerapan pewarna mencapai 94,27%.
Daftar Pustaka

• Qin, Y., Yuan, M., Hu, Y., Lu, Y., Lin, W., Ma, Y., … Wang,
T. (2020). Preparation and interaction mechanism
of Nano disperse dye using hydroxypropyl sulfonated l
ignin. International Journal of Biological Macromol
ecules, 152, 280–287.
• Sharma, B., Jain, P., & Purwar, R. (2019). Preparation an
d characterization of poly(vinyl alcohol)/modified
clay electrospun nanocomposite nanofibrous mats for
microbial protection. Journal of the Textile Institute, 11
0(11), 1624–1634.
1. Apa yg menyebabkan limbah zat warna pada industri textile susah utk didegradasi nah jika
didegradasi dg material nano jg seberapa efektifkah degradasi tsb pada dampak lingkunga
n yg ditimbulkan lagi serta apakah ada bayangan/gambaran inovasi kedepannya untuk pro
duk zat warna yg lebih ramah lingkungan? mohon penjelasannya? (Azizil Hamid)

JAWABAN:
• Limbah zat warna sulit di degradasi karena berbagai faKtor :
1. Karena ukuran molekul berwarna cenderung memiliki struktur y
ang besar sehingga dibutuhkan banyak energi untuk memutusk
an ikatan antar molekul besar tersebut karena secara kuantum a
da shielding elektron yang menyebabkan dibutuhkan energi bes
ar ata berbagai macam reaksi redoks untuk mendegradasinya
2. Sangat diepngaruhi oleh keasaman dari lingkungan tempat dari
suatu warna tersebut
3. Memiliki rantai karbon yang panjang dan aromatis
4. Memiliki sisi aktif warna yang berubah ubah kadang pada konsi
disi tertentu menjadi tidak berwarna, kadang perlakuan tertentu
dapat menimbulkan warana
➢ Jika di degradasi dengan teknologi nano maka kemungkinan terbesar proses
degradasi akan semakin maksimal baik menggunakan metode presipitsai, ads
orpsi, netralisasi, filtrasi membrane, maupun dengan nanoelektroktalis hasilnya
akan semakin maksimal karena pada ukurana nano, suatu material akan memil
iki suatu sifat kuantuk fisik dan kimia yang sangat spesifik dengan perlakuan s
isi aktif tertentu serta luas permukaan dan daya adsorpsinya juga akan menin
gkat dengan sangat signifikan
➢ Sehingga secara langsung akan menurunkan dampak pencemaran dari papara
n senyawa limbah berwarna yang menyebar dalam suatu perairan.
➢ Inovasi yang mungkin sedang di kembangkan yaitu proses kombinasi antara e
lektro-koagulasi berbasis elektrokatalis dengan adsorbsi suatu nanokatalis den
gan sistem flow atau aliran, sehingga sistem ini memastikan limbah zat berwa
rna yang dihasilakan akan di degradasi total dengan sistem ini sehingga akan
dihasilakn suatu lingkuangn air yang terbebas dari senyawa sisa hasil degrada
si dan memperbaiki kualitas suatu perairan tanpa menggunakan suatu sistem
yang terbatas karena sistmenya lairan sehingga dapat diaplikasikan di berbaga
i tempat.
2. Menurut saudara afiten, kira2 bisa tidak NMs tekstil tersebut dicombine dgn kem
ampuan NMs nya sprti sebagai sensor/adsorben, sehingga memiliki value yg lebih
tinggi dan aplikatif (khususnya pada kasus pandemic saat in)i. terima kasih (Rendi
Mahardika Pinem)

• Menurut saya pribadi sangat mungkin ini dikombinasik


an dengan sistem pre-medical yang sedang digaungka
n oleh pemerintah diana kita mendesain suatu serat ka
in atau suatu nanospray yang memiliki daya taham be
berapa virus dan bakteri, dimana dalam nanospray ini t
erdapat suatu senyawa nano yang memiliki sifat katalis
is yang mampu menyerang dan memecah dinding sel
suatu virus atau bakteri sehingga ini akan meningkatak
na peran nanomedical dalam penanggulangan wabah
Pandemic Corona Virus-19 ini.
3. Apa perbedaan mendasar dari nanokomposit dan nanofibrous? td contohnya
sama2 untuk kain, dan dari nanotube. kemudian, bagaimana cara kerja keduany
a mengapa bisa membuat suatu serat kain/benang menjadi lebih kuat? (Selen B
unga Deshinta)

• Perbedaan nanokomposit dan nanofibrous, lebih ke perbedaan secara fisi


k dan struktural, karena secara kimia keduanya memilki kemampuan yan
g sama

Nanokomposit Nanofibrous
Terdiri 2 komponen yaitu komp Terdiri dari satu komponen yait
osit dan filler u fibrous
Berbagai bentuk (globe, ball, pl Fibrous, wire
ate, hole, spray, amorf particle,
cube, tube)
Assembly end product In printed or assembly end prod
uct
Mekanisme kerja dari suatu material nano textileNanomaterial diawali dnegna
disintesis terlebih dahulu pengaplikasian ya terbagi menjadi 3 :

1. In-Printed
Nanomaterial ini disintesis bersamaan material palastik dan dicetak dengan s
esuai kemauan dari pembuat)
2. Nanofirbrous
Sintesis dengan cara suatu material nanotextile disntesis terpisah dengan ma
terial tekstil utama, dimana nanofibrous ini spesifik dalm bentuk serat fibrous
yang kemudian dalam proses pemintalan semuanya digunakan dalam suatu
benang atau serat dan dignakan untuk membuat kain
3. Nanokomposit
Sintesis sautu material nanotextile dengan berebda bentuk dari bahan tektil
utama yang berbentuk serat atau benang, sedangkan material nanokomopos
it ini berbentuk bisa butiran globular,nanohole, nanotube,nanoplate,nanopala
tte yang kemudian dalam proses pembuatan kain barulah disusun Bersama d
engan serat utama bahan tekstil tersebut.
2. Proses penguatan dalam nanotextile ini tergantung dari akan dig
unakan seperti apa material tekstil ini saya ambil contoh untuk baju
militer maka dibutuhkan suatu material tekstil yang memiliki daya t
ahan terhadap peluru atau tidak dapat tertembus peluru untuk Bat
asan beberapa kaliber peluru perang, maka bisa digunakan adaalh
material nano fibrous dan material nano palatte diaman keduanya a
kan memperkuata susuan serat sutu kain sehingga material tekstil t
ersebut tidak akan mudah tertembus atau rusak oleh hantaman pel
uru.
4. Tadi disebutkan semua nanopartikel dapat digunakan untuk industri tekstile teta
pi tidak semua dapat dikormersialkan kenapa? dan jenis nano mana saja yang dap
at dikomersialkan? dan dalam pemilihan nano pada jenis kain hal apa saja yang ha
rus diperhatikan agar bisa diaplikasikan? (Aflah Chaesara Suwarno)

Tidak semua material nanotekstil dapat dikomersilakan karena beberapa faktor


1. Karena secara ekonomi produksi suatu material anno kemudian diaplikasikan dalam in
sutri tektilkonvensional akan meningkatkan biaya produksi dan ini akan berimbas pada
mahalnya bahan tekstil tersebut sehingga dipasaran akan sangat kalah saing dengan s
uatu bahan tekstil konvensional yang memiliki harga yang jauh lebih murah, karena pri
nsip eknomi suatu pengusaha tentunya akan mencari untung.
2. Secara struktur dibutuhkan suatu reactor besar untuk pengaplikasian secara masal
3. Secara Human Resources, diperlukan suatu tim produksi yang memiliki stndarisasi yan
g tinggi untuk dapat mengoperasikan alat dengan teknologi nano, diamn tentunya sa
ngat sulit mendapatkan pekerja yang kualifikasi seperti itu.
4. Nanoteknologi ini termasuk advance teknologi sehingga untuk dapat mengikuti perke
mbangan zaman terkini maka dibutuhkan update teknologi yang terus menerus
5. Diperlukan riset yang relative lama untuk sutu teknologi agar aman diaplikasikan terhd
apa manusia.
6. Semua jenis nano dapat diaplikasikan dalam industry tekstil dan dapat dikomersil, nam
un proses dan waktu komersialnya ini tentu disesuaikan dengan tujuan dan tidak dala
m waktu dekat.
1. Standarisasi nanomaterial agar dapat diaplikasikan dalam nanomaterial;
– SNI ISO/TS 80004-7:2013, Nanoteknologi
– Nanotechnologies – Terminology and definitions for nano-objects – Nanop
article, nanofibre and nanoplate (ISO/TS 27687:2011, IDT).
– Nanoteknologi - Kosakata - Bagian 8: Proses manufaktur nano (ISO/TS 800
04-8:2013, IDT)
– Nanoteknologi - Pedoman untuk pengembangan bahan uji yang mewakili,
mengandung objek nano dalam bentuk serbuk kering (ISO/TS 16195:2013,
IDT)
2. Beberapa faktor dalam penerapan Nanomaterial pada zat warna dalam tekstil se
hari hari
1. Tidak Reaktif (Non-volatile, tidak bereaksi dengan berbagai zat yang dihasilk
an oleh tubuh, tidak mudah larut dalam air dan lemak)
2. Stabilitas fisik dan kimia yang konstan
3. Memiliki daya reusesible yang relatif lama (agar dapat digunakan dengan am
an untuk jangka waktu tertentu)
4. Non toksik
5. Dapat mudah diproduksi masal
6. Memiliki biaya produksi yang murah
5. Tadi dalam presentasi, dikatakan ada beberapa nanomaterial yang dapat dimanfaatka
n namun tidak dapat di komersialkan?mksud dari pernyataan ini gmn, contoh apa aja?a
pakah ini dipengaruhi struktur nanomaterialnya?dan apa yang menjadi preferensi suatu
nanomaterial dpt dimanfaatkan di industri tekstil? (Anita Nur Ramadhani)

Tidak semua material nanotekstil dapat dikomersilakan karena beberapa faktor


1. Karena secara ekonomi produksi suatu material anno kemudian diaplikasikan dala
m insutri tektilkonvensional akan meningkatkan biaya produksi dan ini akan berim
bas pada mahalnya bahan tekstil tersebut sehingga dipasaran akan sangat kalah s
aing dengan suatu bahan tekstil konvensional yang memiliki harga yang jauh lebi
h murah, karena prinsip eknomi suatu pengusaha tentunya akan mencari untung.
2. Secara struktur dibutuhkan suatu reactor besar untuk pengaplikasian secara masal
3. Secara Human Resources, diperlukan suatu tim produksi yang memiliki stndarisasi
yang tinggi untuk dapat mengoperasikan alat dengan teknologi nano, diamn tent
unya sangat sulit mendapatkan pekerja yang kualifikasi seperti itu.
4. Nanoteknologi ini termasuk advance teknologi sehingga untuk dapat mengikuti p
erkembangan zaman terkini maka dibutuhkan update teknologi yang terus mener
us
5. Diperlukan riset yang relative lama untuk sutu teknologi agar aman diaplikasikan t
erhadap manusia.
Penentuan material dapat dikomersilkan atau tidak dipengaruhi oleh
1. Biaya Produksi dan harga jual yang mahal
2. Kemampuan SDM(Sumber Daya Manusia) sebagai operator produksi nan
oteknologi
3. Pengaplikasian yang belum optimal
4. Perlu riset untuk meningkat daya stabilitasnya ( struktur, fumgsi, daya reu
sesible) jika digunakan dalam kehidupan sehari hari,
Preferensi agar nanomaterial dapat diaplikasikan dalam suatu industry
tekstil
– SNI ISO/TS 80004-7:2013, Nanoteknologi
– Nanotechnologies – Terminology and definitions for nano-objects – Na
noparticle, nanofibre and nanoplate (ISO/TS 27687:2011, IDT).
– Nanoteknologi - Kosakata - Bagian 8: Proses manufaktur nano (ISO/TS
80004-8:2013, IDT)
– Nanoteknologi - Pedoman untuk pengembangan bahan uji yang mewa
kili, mengandung objek nano dalam bentuk serbuk kering (ISO/TS 1619
5:2013, IDT)
• Beberapa faktor dalam penerapan Nanomaterial pada zat warna dalam tekstil seha
ri hari
1. Tidak Reaktif (Non-volatile, tidak bereaksi dengan berbagai zat yang dihasilkan
oleh tubuh, tidak mudah larut dalam air dan lemak)
2. Stabilitas fisik dan kimia yang konstan
3. Memiliki daya reusesible yang relatif lama (agar dapat digunakan dengan aman
untuk jangka waktu tertentu)
4. Non toksik
5. Dapat mudah diproduksi masal
6. Memiliki biaya produksi yang murah

• Contoh bahan nanomaterial:


1. Carbon Nano Tube,
2. Naniplate,
3. Nanopallate,
4. Nanospray,
5. Nanofibrous
6. Mengapa carbon nano tube dapat meningkatkan kualitas bahan textil? j
enis nanomaterial apa yang sering diaplikasikan dalam produk textil?
(Putri Hawa Syaifie)

• Carbon Nano Tube, banyak digunakan karena memiliki struktur fisik lemb
aran yang tergulung sehingga memiliki struktur holo dan memiliki stabilit
s termal dengan konduktifitas termal dan elektrik yang baik, jika dikombi
nasikan dalam suatu serat pakaian maka ini akan mampu meningkatkan
kekuatan dari suatu material sehingga dapat tahan atau kuat terhadap p
aparan panas baik dari api mampun sumber panas yang lain.

• Contoh bahan nanomaterial dalam tekstil:


1. Carbon Nano Tube,
2. Naniplate,
3. Nanopallate,
4. Nanospray,
5. Nanofibrous
7. Menurun bang Afiten, apakah bisa nanomaterial pada tekstil dan zat wa
rna mengurangi dampak hazard limbah pada lingkungan sehingga sejalan
dengan green chemistry? (Syamaidzar)

Tentunya secara teoritis bisa diaplikasikan, namun utuk dampak yang lebih sig
nifikan masih perlu riset yang lebih tentang bagaimana membuat suatu zat w
arna atau tekstil yang memiliki prinsip greenchemistry seperti
1. Biodegradble
2. Dapat dengan mudah di recycle
3. Memiliki kemampuan antioksidan, dan mampu bereaksi pada senyawa haz
ard, mampu mereduksi secara kontinu,
4. Dalam prosuksinya tidak membutuhkan suatu materi yang memiliki dampa
k buruk terhadap lingkungan, serta tidak menghasillkan sisa produk yang
berbahaya bagi lingkungan
8. Bagaimana nanomaterial dapat diaplikasikan pada konsep busana cerdas, suatu se
rat yang memiliki sifat termal dan fleksibilitas unggul, anti-basah, juga mungkin tahan
tekanan mekanis seperti ekstremnya anti-peluru? ( Sandi M Solihin)

Secara teoritis dan mekanisme hal ini tentu sngat bisa dilakukan dengan seg
ala potensi yang dimiliki oleh suatu nanomaterial, dan dalm kehidupan sehar
i hari telah banyak ditemukan teknologi nanofibrous dan nano in-printed ter
sebut sebagai contoh
– Sifat termal : Baju kerja yang digunakan oleh petugas pemadam keba
karan
– Fleksibilitas : Baju yang digunakan oleh atlet renang, dan berbagai m
acam perlombaan atletik sehingga dapat memaksimalkan kemampua
n para atlet
– Antibasah : Digunakan pada jaket parasite yang anti hujan,
– Tahan tekanan dan mekanis : Jaket wind breaker yang digunakan ole
h pendaki gunung
– Anti peluru : Baju perang para tantara TNI
9. Bagaimana peran nanomaterial ini dalam menjaga agar warna dari zat teks
til tersebut (Ivan Halomoan)

Bagaimana suatu nanomaterial dalam menjaga suatu daya stbilitas war


na :
1. Dengan menambahkan suatu agen depresan, yang berupa ligan ya
ng cukup inert dan bulky sehingga warna yang muncul dari nanom
aterial berupa atom pusatnya (logam-logam unsur transisi) akan sn
agat sulit untuk didegradasi karena adanya perlindungan secara ku
antum dari ligan yang diikat oleh atom pusatnya
2. Menjaga suatu partikel tetap pada kondisi nano 10-100 nm, sehing
ga perlu ditambahkan pengencer agar menghindari pemebntukan a
glomerasi yang akan merusak struktur nanomaterilanya
3. Menambahakn suatu gugus fungsi yang memiliki sifat isoelektrik da
n amfoter serta bersifat buffer sehingga warna yang timbul tidak ak
an berpengaruh terhadap kondisi lingkungan dari zat warn aitu aka
n digunakan.
10. Hal apa saja yang harus dipertimbangkan dalam aplikasi nanopartikel sebagai zat w
arna dalam tekstil misalnya pada pakaian agar aman digunakan oleh kita? Apakah nano
material dalam industri tekstil dapat dikembangkan misalnya dalam aplikasi sebagai ant
ivirus/antibakteri dalam rangka mengurangi pandemi Covid 19? (Neni Isnaeni)

Beberapa faktor dalam penerapan Nanomaterial pada zat warna dalam teksti
l sehari hari
1. Tidak Reaktif (Non-volatile, tidak bereaksi dengan berbagai zat yang di
hasilkan oleh tubuh, tidak mudah larut dalam air dan lemak)
2. Stabilitas fisik dan kimia yang konstan
3. Memiliki daya reusesible yang relatif lama (agar dapat digunakan deng
an aman untuk jangka waktu tertentu)
4. Non toksik
5. Dapat mudah diproduksi masal
6. Memiliki biaya produksi yang murah
11. Parameter apa saja yang harus diperhatikan untuk memilih nanopartikel yang d
igunakan pada industri tekstil? Mana yang lebih baik digunakan pada jenis NMs pa
da polutan warna alkali dengan fiber katun?(Shinta Novita)

• Parameternya sesuai dengan SNI(Standar Nasional Indonesia) yang dikelu


arkan oleh BSN(Badan standar Nasional)
• Preferensi agar nanomaterial dapat diaplikasikan dalam suatu industry te
kstil
1. SNI ISO/TS 80004-7:2013, Nanoteknologi
2. Nanotechnologies – Terminology and definitions for nano-objects – Na
noparticle, nanofibre and nanoplate (ISO/TS 27687:2011, IDT).
3. Nanoteknologi - Kosakata - Bagian 8: Proses manufaktur nano (ISO/TS
80004-8:2013, IDT)
4. Nanoteknologi - Pedoman untuk pengembangan bahan uji yang mewa
kili, mengandung objek nano dalam bentuk serbuk kering (ISO/TS 1619
5:2013, IDT)
• PROBLEM : Mana yang lebih baik digunakan pada jenis NMs pada
polutan warna alkali dengan fiber katun?

• Secara fisik :
– Memiliki sifat konduktifitas elektrik yang baik,
– memiliki pori dan ukuran pori yang realtif besar
• Secara kimia :
– Memilki daya elektrokatalisis yang baik
– Memiliki daya adsorpsi yang baik
• SOLUTION : Nanofibrous dan Nanotube
• Digunakan material nano yang memiliki koduktifitas elektrik yang
baik agar dapat digunakan mendegradasi secara elektrokatalisis
material polutan pewarna alkali, Lalu digunakan material yang me
miliki pori agak besar agar dapat digunakna dalam mengadsorbsi
material hasil degradasi yang berupa logam alkali kedalam pori po
ri nanomaterial sehingga masalah polutan dapat teratasi pada apli
kasi material pada nanotekstil
12. Bisa dijelaskan mekanisme interaksi dalam pembentukan pewarna nano
dispere dengan lignin hidroksipropil pada jurnal? (Aprizal)
• Preparasi Nano disperse dye dengan metode sulfonasi
1. Sodium 3-chloro-2-hydroxy-propanesulfonate pertama kali disiapkan.
2. Selanjutnya, 100 g AL dilarutkan dalam 100 mL air, dan pH disesuaikan
sampai 10 dengan 2 mol/L larutan NaOH.
3. Kemudian, diperoleh intermediate sodium 3-chloro-2-hydroxy-propane
sulfonate dengan ditambahkan tetes demi tetes alkali lignin dan sulfon
asi dilakukan selama 2 jam pada 90 ° C.
4. Kemudian, 24 g /L epiklorohidrin pengikat silang dimasukkan ke dalam
reaktor dan direaksikan selama 1 jam.
5. Nilai pH dijaga konstan dalam kisaran 9-10 dengan 2 mol/L larutan Na
OH.
• Preparasi Nano Disperse Dye
1. 100 ml larutan aseton dan 10,0 g/L pewarna disiapkan terlebih dahulu
untuk melarutkan pewarna dispersi kering menjadi pewarna + aseton.
2. Kemudian larutan pewarna-aseton ditambahkan tetes demi tetes ke dal
am 500 ml larutan dispersan 1,5 g/L dengan pengadukan 300 rpm sela
ma 20 menit.
3. Suspensi campuran dipekatkan setelah dengan rotary vakum evaporato
r (R10, IKA, Guangzhou, Cina) untuk mwngambil sisa pelarut hingga di
dapat dispersive dye nya
• Preparasi Pencucian Nano Disperse Dye
1. Preparasi disiapkan dengan mendispersikan pewarna di air dan diencer
kan sampai 0,5% dengan air suling dengan pH 5.5 (larutan buffer aseta
t / natrium asetat).
2. Kemudian pencucian Nano Disperse Dye dihomogenkan dengan men
gaduk selama 10 menit.
3. Kemudain pewarna dimasukkan dalam perbandinagn dengan depressa
nt (1: 1,5 w / w ) dan di ball milling selama 4 jam dengan pengkondisi
an pencucian seperti di awal.
13. Penggunaan nanomaterial dalam produksi tekstil (seperti yang dicontohkan pada
slide, yaitu nanofibrous Cu)? bagaimanakah ketahanan atau kestabilan logam tsb dala
m pakaian atau bahan yang diproduksi? serta bagaimana efeknya terhadap detergen/
produk pembersih, akankan material nanofibrous tsb dapat bertahan? (Millati Hanifa S
aprudin)

• Kestabilan material Nano Disperse Dye digambarkan pada grafik Pergeser


an Frekuensi, Perubahan Disipasi dan Daya Adsorpsi Pewarna dibawah ini
• Dari grafik diatas terlihat bahwa mekanisme interaksi antara dispersi turuna
n lignin dan partikel pewarna diselidiki melalui perilaku adsorpsi oleh men
ggunakan keseimbangan kristal kuarsa dengan pemantauan disipasi dan A
FM. Jumlah adsorpsi yang lebih tinggi HSAL pada permukaan pewarna me
nunjukkan lapisan adsorpsi viskoelastik lebih banyak dari pada natrium lign
osulfonat. Gugus sulfonat tinggi yang melekat pada rantai alkil panjang dal
am molekul HSAL menarik ke fase berair memberikan penolakan elektrosta
tik yang kuat untuk menyebarkan partikel pewarna dan membentuk reko
mbinasi nano disperse self-dye

• Sehingga memiliki Nano Disperse Dye dengan kestabilans ebagai berikut
1. Ukuran partikel pewarna dispersi dalam rendaman pewarna sangat mem
pengaruhi kualitas pewarnaannya.
2. Nano dispersi pewarna dengan ukuran partikel rata-rata 94 nm dan me
meiliki kemampuan by self-assembly menggunakan dispersant alkali lign
in hidroksipropil tersulfonasi (HSAL) dan pewarna dispersi azo (C.I. Bubar
kan Biru 79).
3. Pewarna dispersi nano menunjukkan dispersi yang sangat baik dan stabil
itas pada suhu tinggi (130 ° C), ukuran partikelnya adalah 1,97 μm.
4. Mengurangi efek nano pewarna (struktur azo) menurun hingga 5,39% d
an penyerapan pewarna mencapai 94,27%.
• Untuk ketahanan pencucian suatu material annofibrous tentunya memiliki proses
pencucian yang berbeda, yaitu
1. Pencucian dengan dibilas air
2. Setelah pembilasan dilakukan penegringan dengan bantuan sinar UV atau sinar
tampak
• Jika dalam kasus pencucian dengan menggunakan proses konvensinal menggunak
an detergen maka dimungkina kekuatan dari anno fibrous tiadak akan langsung b
erkurang namun akan terus menuru dengan pereaksian basa pada sabun serta ad
nya gugus hdrofil dan hidrofob pada surfakatan yang dapat merusak secara kimia
dan berdapak pada rusaknya struktur fisiknya
14. Salah satu kegunaan dari jenis nanofibrous yaitu kemampuan anti bakt
eri. bisa diberikan contoh dan mekanisme pembuatannya? (Rizky Azmiyati
Istiqomah)

• Contoh : Nanotekstil (Nanofbrous for Anti-Bacterial Textile)


• Mekanisme produksinya:
1. Larutan PVA disiapkan dengan melarutkan 10 g PVA dalam 100 mL aku
abides pada 60 C selama 3-4 jam.
2. Parameter electrospinning (pH, suhu, kecepatan dan lama pengadukan,
serta komposisi) dioptimalkan untuk menurunkan gumpalan terhadap l
embaran nanofibrous PVA.
3. Dilakukan variasi konsentrasi Cloisite 30B dan Cu-MMT (0,25% berat,
0,50% berat, 0,75% berat PVA )
4. Setiap variasi kemudian disonikasi selama 30 menit dalam ultra-sonikat
or.
5. Electrospinning dilakukan menggunakan Royal Electro spinner, teganga
n 20 kV dengan laju aliran 2,5 mL / jam.
6. Lembaran nanofibrous yang dikumpulkan kemudian dikeringkan pada s
uhu kamar selama 2 jam untuk mempertahankannya morfologi struktu
ral.
15. Pemanfaatan NM dalam industri tekstil salah satunya adalah adanya pr
oduk yg memiliki sifat selfcleaning. apakah produk tersebut tidak memerlu
kan detergen dlm pencuciannya? (Attin Rachmawati)

• Untuk nanomaterial pada tekstil dengan struktur fibrous memiliki k


emampuan selfcleaning sehingga dapat memebersihakn pakaian ki
ta tanpa memnggunakan proses pencucian seara konvensional yait
u dengan detergent melaikan hanya perlu dimasukan kedalam rua
ng sinar UV/ sinar tampak selama beberapa menit, maka proses se
lf cleaning akan berjalan dan bekerja optimal.
Daftar Pustaka

• Qin, Y., Yuan, M., Hu, Y., Lu, Y., Lin, W., Ma, Y., … Wang, T. (2020). Preparation and in
teraction mechanism of Nano disperse dye using hydroxypropyl sulfonated l
ignin. International Journal of Biological Macromolecules, 152, 280–287.

• Sharma, B., Jain, P., & Purwar, R. (2019). Preparation and characterization of poly(vi
nyl alcohol)/modified clay electrospun nanocomposite nanofibrous mats for mic
robial protection. Journal of the Textile Institute, 110(11), 1624–1634.
– SNI ISO/TS 80004-7:2013, Nanoteknologi
– Nanotechnologies – Terminology and definitions for nano-objects – Nanoparti
cle, nanofibre and nanoplate (ISO/TS 27687:2011, IDT).
– Nanoteknologi - Kosakata - Bagian 8: Proses manufaktur nano (ISO/TS 80004-
8:2013, IDT)
– Nanoteknologi - Pedoman untuk pengembangan bahan uji yang mewakili, me
ngandung objek nano dalam bentuk serbuk kering (ISO/TS 16195:2013, IDT)

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai