II TEORI PENDEKATAN
2.1 Poliester
Serat poliester merupakan suatu polimer yang mengandung gugus ester dan
memiliki keteraturan struktur rantai yang menyebabkan rantai-rantai mampu saling
berdekatan,sehingga gaya antar rantai polimer poliester dapat bekerja membentuk struktur
yang teratur. Poliester merupakan serat sintetik yang bersifat hidrofob karena terjadi
ikatan hidrogen antara gugus OH dan gugus COOH
COOH dalam molekul tersebut.Oleh karena
itu serat polierter sulit didekati air atau zat warna.Serat ini dibuat dari asam tereftalat dan
etilena glikol.
Poliester
Untuk dapat mendekatkan air terhadap serat yang hidrofob,maka kekuatan ikatan
hidrogen dalam serat perlu dikurangi.Kenaikan suhu dapat memperbesar fibrasi
molekul,akibatnya ikatan hidrogen dalam serat akan lemah dan air dapat mendekati
serat.Disamping sifat hidrofob,faktor
hidrofob,fakt or lain yang menyulitkan pencelupan ialah kerapatan
serat poliester yang tinggi sekali sehingga sulit untuk dimasuki oleh molekul zat
warna.Derajat kerapatan ini alan berkurang dengan adanya kenaikan suhu karena
fibrasinya bertambah dan akibatnya ruang antar molekul makin besar pula.Molekul zat
warna akan masuk dalam ruang antar molekul .
2.1.1 Sifat fisika
1. Elektrostatik
Serat poliester sangat menimbulkan elektrstatik selama proses.Selain itu kain
poliester bila bersentuhan dengan kulit akan menyebabkan timbulnya listrik
statis.Oleh karena itu perlu ditambahkan sifat anti statik pada serat poliester
2. Berat jenis
Serat poliester memiliki berat jenis 1,38 g/cm 3.
3. Morfologi
Serat poliester berbentuk silinder dengan penampang melintang bulat.
4. Kandungan air
Serat sintetik pada umumnya memiliki kandungan air yang rendah yaitu antara 0-
3 % .Serat poliester sendiri memiliki kandungan air 0,4 %
5. Derajat kristalinitas
Derajat kristalinitas adalah faktor penting untuk serat poliester,karena derajat
kristalinitas serat sangat berpengaruh pada serap zat warna ,mulur, kekeuatan
tarik,stabilitas dimensi, serta sifat-sifat lainya.
6. Pengaruh panas
Serat poliester tahanh terhadap panas sampaipada suhu 220 C, diatas suhu ini
akanmwemepengaruhi kekuatan, mulur, dan warnanya menjadi kekuningan. Suhu
230-240 C menyebabkan poliester melunak, suhu 260 C menyebabkan poliester
meleleh.
7. Sifat Elastis
Polioeater memiliki sifat elastisitas yang baik dan ketahanan kusut yang baik.
2.1.1.2. Sifat Kimia
Poliester tahan asam lemah meskipun pada suhu mendidih, dan tahan asam kuat
dingin. Polieater tahan basa lemah tapi kurang tahan basa kuat. Poliester tahan zat
oksidator, alkohol, keton, sabun, dan zat-zat untuk pencucian kering. Polieater larut
dalam metakresol panas, asam trifouro asetat-orto-cloro fonol.
III PERCOBAAN
3.1 Alat
3.1 Alat dan Bahan
- Bunsen
- Gelas ukur
- Pipet volume
3.2 Diagram alir
Pre-setting Intermediet-setting
Pre-treatmen evaluasi
evaluasi
Intermediet-setting
Kain polyester
3.4 Resep
y Variasi heat setting
IV. DISKUSI
Dari data hasil percobaan didapat hasil dimana nilai mengkeret kain hasil pre-setting lebih
besar daripada nilai mengkeret hasil intermediet-setting. Ditinjau dari tujuan
tujuan proses heat
setting pada poliester yaitu untuk memperbaiki stabilitas dimensi kain, dimana struktur serat
poliester ketika proses heat setting akan terjadi proses reorientasi struktur amorf menjadi
kristalin (lebih sejajar) karena pengaruh suhu dan penarikan maka hasilnya daerah amorf serat
akan menjadi lebih tertarik sehingga membentuk daerah kristalin dan akibatnya akan
mengurangi panjang serat dan ini dapat dilihat dari terjadinya mengkeret pada kain hasil proses
heat setting. Nilai mengkeret 8,86% pada hasil pre-setting dapat dianalisa dimana kain belum
mengalami proses heat setting sebelumnya sehingga daerah amorf masih banyak dan ketika
dilakukan proses presetting pada suhu 180 oC hasil mengkeretnya cukup besar. Sedangkan pada
kain poliester warna putih (after treatment) kain sudah melalui rangkaian proses heat setting
sebelumnya yang tidak dilakukan di lab sehingga secara teori struktur serat sudah
terorientasikan sebelumnya. Untuk itulah pada variable suhu, waktu, dan mesin yang disamakan
hasil mengkeret presetting pada kain grey lebih besar daripada hasil intermediet setting
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa data percobaan dapat disimpulkan :
- proses heat setting pada kain poliester dapat memperbaiki stabilitas kain poliester
- proses heat setting pada suhu 180 OC, waktu 1 menit, dengan menggunakan mesin
Pinstenter Daisho Mode DK-59 dihasilkan mengkeret kain:
presetting = 8,86 %
Intermediet =3%
4.2 Saran
Sehubungan mesin Pinstenter Daisho Mode DK-59 suhunya tidak dapat stabil (selalu
naik) meskipun sudah disetting, maka untuk mengantisipasi percobaan yang tidak
sesuai suhu variasi, proses heat setting (kain dimasukan ke dalam stenter) baiknya
dilakukan pada saat suhu stenter (power off) diturunkan karena waktu turunnya
suhu relatif lebih lama jika dibandingkan kenaikan suhu dalam mesin sehingga suhu
setting yang lebih stabil di dalam mesin stenter dapat tercapai.
V. DAFTAR PUSTAKA
Djuri, Rasyid. Ir., dkk. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan, dan Pencapan . Institut
Teknologi Tekstil. Bandung
Bandung : 1976.
1976.
Penyusun.
Penyusun. S erat-
erat- S erat
erat Tekstil . Institut Teknologi Tekstil. Bandung : 1973
LAPORAN
PRAKTIKUM PENCELUPAN II
Disusun oleh
Nama : Abdul Rohman H (08.K40059)
Rr. Diajeng P (08.K40084)
Siti Rika (08.K40087)
Grup : K3
Dosen : Maya Komalasari S. Teks
Tanggal Praktikum : Selasa, 12 Januari 2010
2010