JUDUL
Penyempurnaan Tolak Air (Water Repellent) Kain Poliester Rayon Menggunakan
Resin Scotch Guard.
+(2n – 1)H2O
ditaraik dalam keadaan panas sampai lima kali panjang semula, kecuali
filamen yang kasar ditarik dalam keadaan dingin. Jika hendak dibuat stapel,
tertentu.
- Kekuatan mulur
Dacron mempunyai kekuatan dan mulur dari 4,0 gram/denier dan 40 %
- Elastisitas
Penarikan 2 %......................pulih 97 %
Penarikan 4 %......................pulih 90 %
Penarikan 8 %......................pulih 80 %
- Moisture regain
- Berat jenis
- Morfologi
gambar di bawah :
Gambar 4.1.
- Titik leleh
o
Poliester meleleh di udara pada suhu 250 C dan tidak menguning pada
suhu tinggi.
- Tahan sinar
tahan sinarnya masih lebih baik dibandingkan dengan serat yang lain.
- Mengkeret
- Heat set
Dimensi kain poliester dapat distabilkan dengan cara heat set. Heat set
dilakukan dengan cara mengerjakan kain dalam dimensi yang telah diatur
o
(biasanya dalam bentuk lebar) pada suhu 30 – 40 C lebih tinggi dari
pada suhu didih dan tahan asam kuat dingin. Poliester tahan basa lemah,
Poliester tahan zat oksidasi, alkohol, keton, sabun dan zat-zat untuk
larutan 2 % asam benzoat, asam salisilat, fenol dan meta kresol air.
maka poliester sukar untuk dicelup. Poliester hanya dapat dicelup dengan zat
sama dengan serat selulosa yang lain, kecuali derajat polimerisasinya lebih
seratnya.
Sebagai bahan dasar adalah kayu yang dimurnikan dan dengan natrium
di dalam larutan natrium hidroksida encer. Larutan ini kemudian diperam dan
kering dan kekuatan basahnya kira-kira 1,4 gram per denier. Mulurnya
2. Moisture
Moisture regain serat rayon viskosa dalam kondisi standar ialah 12-13 %.
3. Elastisitas
kembali lagi.
4. Berat jenis
5. Sifat listrik
Dalam keadaan kering rayon viskosa merupakan isolator listrik yang baik
tetapi uap air yang diserap oleh rayon akan mengurangi daya isolasinya.
6. Sinar
7. Panas
8. Sifat kimia
Rayon viskosa lebih cepat rusak oleh asam dibandingkan dengan kapas
dalam waktu singkat biasanya tidak berpengaruh, tetapi suhu tinggi akan
merusak serat rayon viskosa. Rayon viskosa tahan pelarut-pelarut untuk
pencucian kering.
9. Sifat biologi
berwarna.
10. Morfologi
Gambar 4.2.
Tabel 4.1. Perbandingan sifat antara permukaan tolak air (water repellent)
dan tahan air (water proof).
Jika setetes air dijatuhkan di atas permukaan zat padat, maka air tersebut
dapat membasahi permukaan atau tetap berbentuk tetesan yang menutupi
sebagian kecil dari permukaan saja (Gambar 4.4.)
Gambar 4.4.
Sistem Keseimbangan Tetesan Air Pada Zat Padat
(Soeparman S.Teks, Dr. N.M. Surdia M.Sc, Budiarti M.Sc, Hendrodyantopo Bk.Teks,
Teknologi Penyempurnaan, 1973, hal 91)
2. Garam Zirkonium
Garam-garam zirkonium yang dicampur dengan malam lebih tahan
terhadap pencucian daripada garam alumunium dan mula-mula
dikembangkan di Jerman. Salah satu resep ialah sebagai berikut :
3 kg “Peristol Base B” dilarutkan30 – 50 L air pada 80 oC. 1 kg
“Peristol Solt” dilarutkan dalam 10 – 20 L air pada 80 oC. Kedua larutan
dicampurkan, kemudian ditambahkan 2 L natrium karbonat 10 %, yang
diikuti oleh 2,5 L asam asetat 30 %.
Setelah gas karbon dioksida timbul, ditambahkan 0,5 L larutan
natrium karbonat 10 %, diikuti oleh 0,5 kg kristal natrium asetat yang
dilarutkan dalam 10 L air. Keseluruhan diencerkan sampai volume 100
L. pH dari larutan akhir harus 4,2. Kain dilewatkan larutan di atas pada
40 – 50 oC, diperas dan dikeringkan pada 80 oC. Agar pegangan lebih
keras, dapat ditambahkan “Appretan EM”, suatu dispersi polivinil asetat.
3. Zat Tolak air Yang Dapat Bereaksi Dengan Selulosa
Salah satu zat yang dapat bereaksi dengan selulosa ialah “Velan PF”
buatan ICI yang mempunyai komponen utama steara midometil
piridinium klorida. Dengan selulosa akan terjadi ikatan eter (Gambar
4.6)
Gambar 4.6
Ikatan Eter Antara Selulosa Dengan Velan PF
(Soeparman S.Teks, Dr. N.M. Surdia M.Sc, Budiarti M.Sc, Hendrodyantopo Bk.Teks,
Teknologi Penyempurnaan, 1973, hal 96)
“Zelan A” adalah produk Du Pont yang sejenis dengan “Velan PF”.
Zat tersebut kemudian diperbaiki menjadi “Zelan AP” yang lebih tahan
terhadap hidrolisa. Kemudian oleh Sandoz Ltd ditemukan “Cerol WB”,
yaitu suatu turunan piridinium dan oleh I.G. Farben didapat “Peristol
VS”, yaitu suatu okta desiletilena urea yang bereaksi dengan selulosa
seperti berikut pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7.
Reaksi Antara Selulola Dengan Okta Desiletilena (Persistol VS)
(Soeparman S.Teks, Dr. N.M. Surdia M.Sc, Budiarti M.Sc, Hendrodyantopo Bk.Teks,
Teknologi Penyempurnaan, 1973, hal 96)
4. Zat Tolak Air yang Mengandung Aminoplast
Untuk mendapatkan sifat tolak air dan anti kusut sekaligus, maka
orang mencoba mencampurkan kondensat awal zat anti kusut dengan zat
yang hidrofob atau bersifat tolak air. Contoh zat semacam ini adalah
“Phobotex FT” dari Ciba, suatu produk seperti malam yang dapat
diemulsikan.
Campuran lain dari zat hidrofob dan kondensat awal formaldehida
adalah “Beetle Textile Resin BT 323” (BLP Chemicals Ltd). Produk
adalah stearamida dari resin melamin formaldehida yang d imodifikasi
dan gunanya untuk menghasilkan sifat tolak air
permanen/penyempurnaan tahan noda pada kain selulosa. Resep untuk
bahan pakaian rayon viskosa adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2. Resep Penyempurnaan Tolak Air Untuk Kain Rayon Viskosa
6. Silikon
Golongan senyawa ini termasuk baru dan dikembangkan di Amerika
Serikat. Sifat tolak ini yang terbesar adalah apabila dipergunakan untuk
bahan sintetik dan wol. Silikon adalah polimer yang dibuat dari hidrolisa
senyawa silikon-klor atau senyawa klorosilana, Rn Si Cl4 – n dan R adalah
metil atau fenil, sedangkan n = 0, 1, 2 dan 3. (Gambar 4.9)
Gambar 4.9.
Struktur Senyawa Silikon
(Soeparman S.Teks, Dr. N.M. Surdia M.Sc, Budiarti M.Sc, Hendrodyantopo Bk.Teks,
Teknologi Penyempurnaan, 1973, hal 100)
Jenis yang sering digunakan dalam tekstil tolak air adalah suatu
polimer linier dengan rumus umum seperti pada gambar 4.10.
Gambar 4.10.
Rumus Umum Senyawa Silikon Dalam Bentuk Polimer Linier
(Soeparman S.Teks, Dr. N.M. Surdia M.Sc, Budiarti M.Sc, Hendrodyantopo Bk.Teks,
Teknologi Penyempurnaan, 1973, hal 100)
Silikon tak larut dalam air dan diperdagangkan dalam bentuk, 100 %
produk dalam pelarut hidrokarbon atau hidrokarbon terklorinasi atau
emulsi dalam air yang yang mengandung 30 % sampai 60 % silikon.
Katalis yang biasa digunakan adalah zirkonium oksi klorida atau
senyawa organo logam dari seng, timah dan tilanium, misalnya
butiltitanat.
7. Senyawa Fluoro
Senyawa-senyawa ini adalah tolak air dan minyak. Senyawa yang
digunakan adalah kompleks kronium dari asam perfluoro dan ester
akrilat dari 1,1 dihidrofluoro alkohol.
CF3 (CF2)n – CO2OH asam perfluoro. Zat-zat yang diperdagangkan
adalah “FC.154” untuk katun dan “FC.208”. Ada dua cara perlakuan,
yaitu satu dengan menggunakan 2 % zat fluoro dengan 2 % zat tolak air
dengan dasar piridinium dan kedua adalah 0,7 % zat tolak air yang awet
dan 1 – 1,5 % zat tolak air yang awet dan 1 – 1,5 % aminoplast seperti
melamin formaldehida.
b. Resep Umum
Tabel 5.1. Resep Penyempurnaan Resin Tolak Air Dengan Scotch
Guard
Proses Resep
Persiapan Larutan Padding Scotch Guard : 40 – 90 g/L
CH3COOH : 2 ml
Catalist : 20 %
WPU : 60 %
Pengeringan Awal 100 oC : 2 menit
Pemanas-awetan 170 oC : 2 menit
Penyabunan Pembasah : 2 g/L
Na2CO3 : 1 g/L
70 oC : 30 menit
Pencucian Air Dingin
c. Perhitungan Resep
Resep 1
Scotch Guard = 40/1000 x 300 = 12 g
CH3COOH = 2/1000 x 300 = 0,6 ml
MgCl2.6 H2O = 20/100 x 12 = 2,4 g
Resep 2
Scotch Guard = 50/1000 x 300 = 15 g
CH3COOH = 2/1000 x 300 = 0,6 ml
MgCl2.6 H2O = 20/100 x 15 = 3,0 g
Resep 3
Scotch Guard = 60/1000 x 300 = 18 g
CH3COOH = 2/1000 x 300 = 0,6 ml
MgCl2.6 H2O = 20/100 x 18 = 3,6 g
Resep 4
Scotch Guard = 70/1000 x 300 = 21 g
CH3COOH = 2/1000 x 300 = 0,6 ml
MgCl2.6 H2O = 20/100 x 21 = 4,2 g
Resep 5
Scotch Guard = 80/1000 x 300 = 24 g
CH3COOH = 2/1000 x 300 = 0,6 ml
MgCl2.6 H2O = 20/100 x 24 = 4,8 g
Resep 6
Scotch Guard = 90/1000 x 300 = 27 g
CH3COOH = 2/1000 x 300 = 0,6 ml
MgCl2.6 H2O = 20/100 x 27 = 5,4 g
d. Cara Kerja
Siapkan zat-zat dan hitung kebutuhan zat yang akan dipergunakan.
Rendam kain dalam larutan beberapa saat.
Pad bahan pada mesin pad (padder) dengan WPU 60 %.
Bahan dikeringkan pada mesin stenter pada suhu 100 oC selama 2
menit.
Bahan dipanas-awetkan pada mesin stenter pada suhu 170 oC
selama 2 menit.
Cuci sabun bahan dan cuci dengan air dingin lalu keringkan.
V.2. Pengujian
a. Uji Tolak Air Kain Cara Siram
b. Uji Kekuatan Tarik Kain
V.3. Hasil Pengujian
Hasil pengujian daya tolak air kain poliester rayon yang telah
dilakukan penyempurnaan menggunakan resin Scotch Guard dapat dilihat
pada Tabel 5.1. dan Gambar 5.1. di bawah ini :
Tabel 5.1. Hasil Pengujian Daya Tolak Air Kain Poliester Sebelum Dan
Setelah Proses Penyempurnaan Resin Tolak Air Dengan Resin
Scotch Guard.
70
60
nilai daya tolak air
50
40
daya tolak air
30
20
10
0
0 40 50 60 70 80 90
konsentrasi resin scotch guard (g/L)
Gambar 5.1.
Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Resin Scotch Guard
Terhadap Nilai Daya Tolak Air
Hasil pengujian kekuatan tarik kain poliester rayon yang telah
dilakukan penyempurnaan menggunakan resin Scotch Guard dapat dilihat
pada Tabel 5.2. dan Gambar 5.2. di bawah ini :
Tabel 5.2. Hasil Pengujian Kekuatan Tarik Kain Poliester Sebelum Dan
Setelah Proses Penyempurnaan Resin Tolak Air Dengan Resin
Scotch Guard.
VI. PEMBAHASAN
Dari hasil percobaan, pengujian dan hasil pengujian penyempurnaan kain
poliester rayon menggunakan resin tolak air Scotch Guard, dapat dikemukakan
beberapa hal sebagai berikut :
VIII. SARAN
P/R Grey
40 g/L
50 g/L
60 g/L
70 g/L
80 g/L
90 g/L