Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENCELUPAN 2

Pencelupan Kain Poliester dengan Zat Warna Dispersi Sistim Exhaust Metoda pad
Thermosol

Disusun oleh:

Kelompok : 1

Anggota : Afrizal Nurdiansyah (15020063)

Hasanul Arifin (15020067)

Nur Isniah Abrivianti (15020082)

Shanti Rahmawati (150200 )

Grup :3K3

Dosen : Hj. Hanny H. K., S.Teks.

Asisten Dosen : - Samuel M, S.ST

- Yayu E. Y., S.ST.

Tanggal : Jumat, 15 September 2017

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2017
Pencelupan Kain Poliester dengan Zat Warna Dispersi Sistim Exhaust Metoda HT/HP

I. MAKSUD DAN TUJUAN


1.1. Maksud

Maksud dari proses pencelupan adalah untuk memberikan warna pada serat poliester dengan
menggunakan zat warna dispersi metoda pad THERMOSOL secara merata dan permanen
dengan variasi waktu pencelupan

1.2. Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh variasi PH pencelupan pada proses pencelupan poliester dengan
zat warna dispersi dengan metoda exhaust sistem THERMOSOL, perbandingan hasil celupan
serta menganalisa ketuaan warna dengan spektrofotometer dan tahan luntur warna terhadap
gosokan basah dan kering.

II. TEORI DASAR


2.1 Serat Poliester
Serat polyester ditemukan oleh C. Arother dan kemudian dikembangkan oleh
Jr. Whinfield dan Jt. Dickson dari Calico Printers Association. Terbuat dari etilena
glikol dan asam tereftalat dengan pemintalan leleh.
Macam-macam nama polyester :

 Terylene, dibuat oleh ICI dari Inggris.


 Tetoron, diproduksi oleh Jepang.
 Dacron, dibuat oleh Dupon.
 Trevira, diproduksi oleh Jerman.

Serat polyester adalah serat sintetik yang terbuat dari hasil polimerisasi etilena
glikol dengan asam tereftalat melalui proses polimerisasi kondensasi. Hasil polimerisasi
berupa chip atapun polimer leleh, yang kemudian di lakukan proses spinning untuk
membentuk fiber. Pembentukan fiber dilakukan dengan temperatur di atas titik leleh
polyester, dengan bantuan gear pump yang menentukan ukuran fiber yang keluar
melalui spinneret. Spinneret disini akan menentukan cross section atau bentuk dari fiber
yang diinginkan, seperti bulat, segitiga, dan lain-lain. Selanjutnya ribuan helai serat
panjang ini disatukan dan ditarik serta diletakkan di dalam can. Serat-serat dari
bebarapa can kemudian ditarik (draw) bersama sama sehingga didapatkan serat dengan
ketebalan tertentu biasanya dinyatakan dengan satuan denier. Pada proses peregangan
ini diberikan spin finish oil yang berfungsi mengurangi elektro statik yang terjadi pada
saat serat polyester diproses pada mesin mesin pemintalan berikutnya. Setelah melalui
proses peregangan selanjutnya masuk ke proses crimping. Kemudian serat tadi
dipotong potong menggunakan rotary cutter dengan panjang sesuai dengan keperluan,
misalnya 38 mm, 44 mm, 51 mm dan lain sebagainya. pada saat proses pemotongan
serat diberikan hembusan agar serat-serat yang telah terpotong pendek-pendek dapat
terurai satu sama lain. Serat yang telah selesai dipotong dikemas pada mesin baling
press dengan standar berat sekitar 350 kg per bal. Selain kehalusan (denier) serat dan
panjang serat, kilau (luster) juga merupakan spesifikasi yang sangat penting, misalnya
bright, semi dull atau dull. Serat poliester merupakan bahan baku bagi pabrik
pemintalan (spinning) yang membuat benang pintal. Di pabrik pemintalan serat
poliester biasanya diproses untuk produk benang pintal poliester 100% atau cempuran
dengan serat alam atau serat sintetik lainnya. Misalnya poliester/katun, polyester/rayon,
polyester/rami, polyester/flax, polyester/acrilik dlsb.

Gambar 2.1 Struktur kimia polyester

Sifat kimia serat poliester :


 Tahan sinar dan berkurang kekuatannya dalam penyinaran yag lama.
 Tahan jamur, serangga dan bakteri.
 Tahan asam lemah tetapi tidak tahan basa kuat.
 Rusak pada pemanasan diatas 2500C.
Sifat fisika serat polyester :

 Kekuatan dan mulur keadaan basah sama dengan keadaan kering kekuatan dan
mulur Tetoron, Trevira dan terylene adalah 4,5 gram/denier dengan mulur 25%
sedangkan kekuatan dan mulur Dacron adalah 4 gram/denier dengan mulur 40%.
 Mempunyai elastisitas yang baik sehingga tahan kusut.
 MR dalam kondisi standar adalah 0,4% sedangkan dalam kelembaban relatif 100%
adalah 0,6 – 0,8%.
 Berat jenisnya 1,38.
 Titik leleh di udara 2500 C.
 Terylene mengkeret 7% lebih bila direndam di air mendidih.
 Dacron mengkeret 10 – 14% bila direndam 70 menit.
 Tetoron mengkeret 7% bila direndam dalam air mendidih.

Penampang serat polyester :

 Penampang melintang : bulat bersih.


 Penampang membujur : berbentuk silinder, berbintik dan lapisan luar tebal.

Gambar 2.2 penampang serat polyester

Hal yang penting untuk mendapatkan perhatian pada proses serat polyester di
pabrik pemintalan adalah timbulnya elektro statis pada saat serat mengalami gesekan,
baik antar serat dengan serat sendiri dan juga antara serat dengan metal atau karet yang
merupakan bagian mesin yang bergesekan langsung dengan serat yang diproses.
Elektro statik ini berdampak kepada ketidak-lancaran proses pemintalan seperti
terjadinya serat menggulung (lapping) pada rol-rol yang berputar atau serat menyumbat
(choking) pada corong atau terompet. Untuk mengurangi gejala elektro statik ini
biasanya ditempuh hal-hal sebagai berikut : Pada serat diberikan anti statik atau spin
finish oil, mesin-mesin produksi dibumikan (grounding) dan mengatur suhu dan
kandungan kelembaban udara di ruangan pabrik, Misalnya suhu 30 derajat Celcius dan
kelembaban udara (relative humidity) 53% di ruangan Ring Spinning.

Gambar 2.3 pembuatan serat polyester

Gambar 2.4 Serat polyester

Poliester termasuk zat kimia yang alami, seperti kutin dari kulit ari tumbuhan,
maupun zat kimia sintetis seperti polikarbonat dan polibutirat.

Dapat diproduksi dalam berbagai bentuk seperti lembaran dan bentuk 3


dimensi, poliester sebagai termoplastik bisa berubah bentuk sehabis dipanaskan. Walau
mudah terbakar di suhu tinggi, poliester cenderung berkerut menjauhi api dan
memadamkan diri sendiri saat terjadi pembakaran. Serat poliester mempunyai kekuatan
yang tinggi dan E-modulus serta penyerapan air yang rendah dan pengerutan yang
minimal bila dibandingkan dengan serat industri yang lain.
Kain poliester tertenun digunakan dalam pakaian konsumen dan perlengkapan
rumah seperti seprei ranjang, penutup tempat tidur, tirai dan korden. Poliester industri
digunakan dalam pengutan ban, tali, kain buat sabuk mesin pengantar (konveyor),
sabuk pengaman, kain berlapis dan penguatan plastik dengan tingkat penyerapan energi
yang tinggi. Fiber fill dari poliester digunakan pula untuk mengisi bantal dan selimut
penghangat.

Gambar 2.5 kain poliester

Kain dari poliester disebut-sebut terasa “tak alami” bila dibandingkan dengan
kain tenunan yang sama dari serat alami (misalnya kapas dalam penggunaan tekstil).
Namun kain poliester memiliki beberapa kelebihan seperti peningkatan ketahanan dari
pengerutan. Akibatnya, serat poliester kadang-kadang dipintal bersama-sama dengan
serat alami untuk menghasilkan baju dengan sifat-sifat gabungan.

Poliester juga digunakan untuk membuat botol, film, tarpaulin, kano, tampilan
kristal cair, hologram, penyaring, saput (film) dielektrik untuk kondensator, penyekat
saput buat kabel dan pita penyekat.

Poliester kristalin cair merupakan salah satu polimer kristalin cair yang
digunakan industri yang pertama dan digunakan karena sifat mekanis dan ketahanan
terhadap panasnya. Kelebihan itu penting dalam penggunaannya sebagai segel mampu
kikis dalam mesin jet.

Poliester keras panas (thermosetting) digunakan sebagai bahan pengecoran, dan


resin poliester chemosetting digunakan sebagai resin pelapis kaca serat dan dempul
badan mobil yang non logam. Poliester tak jenuh yang diperkuat kaca serat banyak
digunakan dalam bagian badan dari kapal pesiar serta mobil.
2.2 Zat Warna Dispersi
Zat warna dispersi adalah zat warna organik yang terbuat secara sintetik.
Kelarutannya dalam air kecil sekali dan larutan yang terjadi merupakan dispersi atau
partikel-partikel yang hanya melayang dalam air.

Zat warna dispersi mula-mula digunakan untuk mewarnai serat selulosa. Kemudian
dikembangkan lagi, sehingga dapat digunakan untuk mewarnai serat buatan lainnya
yang lebih hidrofob dari serat selulosa asetat, seperti serat poliester, poliamida, dan
poliakrilat.

Zat warna dispersi merupakan zat warna yang terdispersi dalam air dengan bantuan
zat pendispersi. Adapun sifat-sifat umum zat warna dispersi adalah sebagai berikut:

1. Zat warna dispersi mempunyai berat molekul yang relatif kecil (partikel 0,5-
2).
2. Bersifat non-ionik terdapat gugus-gugus fungsional seperti –NH2, -NHR, dan-
OH. Gugus-gugus tersebut bersifat agak polar sehingga menyebabkan zat warna
sedikit larut dalam air.
3. Kelarutan zat warna dispersi sangat kecil, yaitu 0,1 mg/l pada suhu 80C.
4. Tidak megalami perubahan kimia selama proses pencelupan berlangsung.

Penggolongan Zat Warna Dispersi


Berdasarkan ketahanan sublimasinya, zat warna dispersi dikelompokkan
menjadi 4 golongan yaitu :

1. Golongan A
Zat warna dispesi golongan ini mempunyai berat molekul kecil sehingga
sifat pencelupannya baik karena mudah terdispersi dan mudah masuk ke
dalam serat, sedangkan ketahanan sublimasinya rendah yaitu
tersublimasipada suhu 170C. Pada umumnya zat warna dispersi
golongan ini digunakan untuk mencelup serat rayon asetat, tetapi juga
digunakan untuk mencelup poliester pada suhu 100C tanpa
penambahan zat pengemban.

2. Golongan B (E)
Zat warna dispersi golongan ini memiliki sifat pencelupan yang baik
dengan ketahanan sublimasi cukup, yaitu tersublim penuh pada suhu
190C. Zat warna golongan B ini sangatbaik untuk pencelupan poliester
baik dengan cara carrier/pengemban pada suhu didih (100C) maupun
cara pencelupan suhu tinggi (130C).

3. Golongan C (SE)
Zat warna dispersi golongan ini mempunyai sifat pencelupan dengan
ketahanan sublimasi tinggi, yaitu tersublim penuh pada suhu 200C, bisa
digunakan untuk mencelup cara carrier, suhu tinggi ataupun cara
thermosol.

4. Golongan D (S)
Zat warna dispersi golongan ini mempunyai berat molekul paling besar
diantara keempat golongan lainnnya sehingga mempunyai sifat
pencelupan paling jelek karena sukar terdispersi dalam larutan dan sukar
masuk kedalam serat. Akan tetapi, zat warna golonganD ini memiliki
ketahanan sublimasi paling tinggi yaitu tersublimasi penuh pada suhu
210C. zat warna ini tidak digunakan untuk pencelupan dengan zat
pengemban, namun sangat baik apabila digunakan untuk pencelupan
suhu tinggi dan cara thermosol.

Adapun golongan zat warna disperse dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel-1. Golongan Zat Warna Dispersi Berdasarkan Ketahanan
Sublimasinya
Bentuk Sumitomo Suhu Suhu Metoda Celup
Kelompok
molekul BASF sublimasi Termosol HT/HP Carrier
Thermosol
A 1700C 1800C 1300C 1000C

B E 1900C 2000C X x V

C SE 2000C 2100C V V V

D S 2100C 2200C V V x

`
Berdasarkan sturuktur kimianya, zat warna dispersi terbagi menjadi 3
golongan yaitu:

1. Golongan Azo (-N=N-)

C2H5

O2N N N N

C2H4OH

2. Golongan Antrakuinon
NO2 O OH

OH O NH

3. Golongan Difenil amin

N SO2N
H
NH
Sifat-sifat Umum Zat Warna Dispersi

1. Sifat dasar mempunyai berat molekul yang rendah dengan inti kromofor,
diantaranya : azo, antrakuinon, dan dipenilamina.
2. Meleleh pada temperatur tinggi (lebih besar dari pada 150 0C), kemudian
dapat mengkristal lagi.
3. Sifat dasar adalah non ionic meskipun mempunyai gugus –OH, -NH2,
dan gugus –NHR, dansebagainya yang bertindak sebagai gugus
pemberi (donor) hydrogen untuk mengadakan ikatan dengan serat
(gugus karbonil).
4. Gugus –OH, -NH2, dan gugus fungsional yang sejenis menyebabkan zat
warna dispersi sedikit larut dalam air (± 0,1 miligram/l), tapi mempunyai
kejenuhan yang tinggi pada serat pada kondisi pencelupan.
5. Penambahan zat pendispersi ke dalam larutan celupnya akan
menyebabkan zat warna dispersi stabil dalam air.
6. Secara relatif kerataan penyerapan zat warna dalam serat adalah tinggi
(10 – 50 mg/g serat).

Ikatan yang utama antara zat warna disperse dengan poliester adalah ikatan
hidrofobik, namun untuk beberapa kasus dapat pula terjadi ikatan hydrogen atau
ikatan dwi kutub.

Dalam perdagangan umumnya zat warna disperse mengandung gugus aromatic dan
alifatik yang mengakibatkatkan gugus fungsional seperti : -OH, -NH2,-NHR. Gugus
fungsional tersebut merupakan pengikat dipol atau dwi kutub juga membentuk
ikatan hydrogen dengan gugus karboknil atau gugus asetil. Berikut adalah reaksi
terjadinya ikatan hydrogen pada proses pencelupan serat poliester dengan zat warna
dispersi.

δ- δ+ δ- δ+

O2N N N N H O C
Ikatan hidrogen
H OH

2.3 Zat Pembantu


Zat pembantu (auxiliaries) adalah zat tambahan selain zat warna yang
digunakan pada proses pencelupan agar menghasilkan celupan yang penyerapan zat
warnanya maksimum, warnanya rata dan sesuai target warna yang diinginkan, serat
tahan luntur warnanya baik. Zat pembantu ini meliputi zat pengatur pH, zat
pendispersi, zat anti sadah.
a. Zat Pengatur pH
Pencelupan poliester dengan zat warna dispersi umumnya berlangsung dalam
suasana asam pH 4.0 – 5.5. kondisi pH ini dimaksudkan agar tidak terjadi hidrolisis
pada serat poliester dan sebagian besar zat warna dispersi akibat pH alkali. Untuk
mendapatkan pH larutan celup tersebut perlu ditambahkan asam asetat (CH3COOH
30%) kurang lebih 0,5 mL/L.
b. Zat Pendispersi
Zat warna dispersi bersifat hidrofob dan kelarutannya di dalam air sangat kecil
sekali, oleh karena itu partikel zat warna disperse yang tidak larut tersebut harus
didispersikan secara homogen di dalam larutan. Untuk menjamin kestabilan
pendispersian dan mencegah agregasi zat warna pada suhu tinggi perlu dibantu
dengan zat pendispersi. Zat ini berupa suatu senyawa surfaktan anionik atau senyawa
polielektrolit anionik (turunan lignosulfat) yang tahan suhu tinggi dan bekerja
dengan cara bagian hidrofob dari zat pendispersi menarik partikel zat warna bagian
hidrofil yang bermuatan negatif mengarah ke larutan dan menjaga jarak antar
partikel zat warna agar tidak beragregasi sehingga partikel zat warna tetap terdispersi
secara homogen di dalam larutan.
c. Zat Anti Sadah
Air proses yang mengandung logam Ca2+, Mg2+, Fe2+, Mn2+, Cu2+, Zn2+ dapat
mengganggu kerja pendispersi anionik sehingga pendispersian zat warna tidak
sempurna (tidak terdispersi secara monomolekuler) maka zat warna menjadi
terdispersi dalam bentuk agregat sehingga molekulnya menjadi besar. Hal tersebut
akan menggangu proses difusi zat warna kedalam serat sehingga akan terbentuk ring
dyeing (pencelupan cincin) yang tahan lunturnya jadi lebih rendah dan warnanya
menjadi lebih suram.

2.4 Mekanisme Pencelupan


Serat poliester adalah serat dengan derajat kristalinitas yang tinggi. Hal tersebut
menjadikan serat poliester sebagai serat yang hidrofob dan sulit bereaksi dengan zat
kimia. Untuk mencelup serat yang bersifat hidrofob diperlukan zat wana yang
bersifat hidrofob pula. Zat warna dispersi adalah zat warna yang bersifat hidrofob
dimana kelarutannya dalam air sangat kecil dan meupan larutan terdispersi. Dilihat
dari bentuk kimianya, zat warna dispersi merupakan senyawa azo atau antrakuion
dengan berat molekul yang kecil dan mengandung gugus pelarut. Zat warna dispersi
memiliki afinitas-afinitas yang tinggi terhadap poliester dibanding terhadap larutan
sehingga zat warna dapat bermigrasi kedalam serat dan membentuk suatu larutan
pada (solid solution) didalam serat poliester.
Kecepatan difusi zat warna dispersi sangat rendah sehinga waktu
pencelupannya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk meningkatkan
kecepatan difusinya, maka pencelupan dengan suhu dan tekanan tinggi atau
pencelupan dengan bantuan zat pengemban merupakan alternatif yang dapat
dilakukan untuk mencelup poliester.
Zat warna dispersi melekat pada serat berdasarkan sistem disperse. Zat warna pada
temperatur tinggi akan kehilangan warna, karena pemutusan rantai molekul zat warna,
selanjutnya menguap menjadi gas ( menyublim ). Sublimasi tiap-tiap zat warna berbeda-beda
tergantung susunan molekul dan berat molekul zat warnanya.
Pada thermosol, bangkitnya warna diterangkan sebagai berikut :

1. Adanya pemanasan terhadap serat, pori-pori serat membesar, menyebabkan molekul zat
warna akan masuk kedalamnya.
2. Pada saat thermosol, partikel zat warna terpotong-potong menjadi lebih kecil dan hampir
dalam bentuk gas, masuk dalam pori-pori serat, apalagi dengan proses pemanasan.
3. Pada saat thermosol selesai, zat warna telah masuk dalam serat dan mendispersikan diri
secara kuat terhadap serat dan zat warnapun bangkit.
Hal-hal yang mempengaruhi pencelupan :

a. Stabilitas dispersi
b. Kecepatan pencelupan dalam themosol dyeing
c. Sublimasi
d. Stabilitas absorpsi, kemampuan pencelupan tergantung temperatur dan waktu
e. Sifat build up ( kemampuan daya celup )
f. Stain ( lunturan )
g. Migrasi pada pengeringan
h. Sifat-sifat ketahanan dari celup.
Beberapa kerugian penggunaan metoda ini yaitu kerugian sejumlah zat warna pada perubahan
warna pencelupan, kurang baik untuk warna-warna tua tetapi baik untuk warna-warna cerah (
muda sampai warna sedang ). Metode ini juga memerlukan peralatan yang mahal harganya lalu
daya pencelupan zat warna tergantung pada sifat-sifat warnanya ( berhubung dengan sifat
sublimasi, dispersibility dan sebagainya ).

Faktor-faktor yang mempengaruhi


Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan zat warna dispersi :

Pengaruh suhu terhadap penyerapan pencelupan


Dalam proses pencelupan poliester dapat menggunakan zat warna dispersi diperlukan
pemanasan, dimana dalam proses pemanasan kelarutan zat warna akan bertambah besar,
molekul-molekul zat warna relatif bergerak lebih cepat dan aktif sehingga zat warna lebih
mudah masuk ke dalam serat.
Serat poliester dalam keadaan biasa, strukturnya padat dan kompak. Pada proses
pemanasan susunan rantai-rantai polimer pada bagian-bagian amorf akan mudah bergerak,
sehingga ruangan antar molekulnya menjadi lebih besar, maka molekul zat warna lebih
banyak masuk kedalam serat.

Dengan kenaikan suhu, kecepatan difusi zat warna akan bertambah besar karena energi
kinetik zat warna akan bertambah besar. Struktur molekul zat warna yang sederhana atau
lebih kecil akan mempunyai energi kinetik yang lebih besar dibandingkan dengan zat warna
yang mempunyai energi kinetik yang kecil dicampur, maka zat warna yang masuk lebih
dulu kedalam serat adalah yang mempunyai energi kinetik yang lebih besar, sehingga bisa
menghasilkan warna yang tidak sesuai dengan yang diinginkan.

Pengaruh molekul zat warna


Pada pencelupan pada kain poliester ini salah satunya dipengaruhi oleh besar kecilnya
molekul zat warna. Semakin kecil molekul zat warna akan mempermudah zat warna untuk
masuk kedalam serat, karena serat poliester memiliki pori-pori yang sangat kecil sehingga
zat warna dispersi yang memiliki molekul kecil akan dengan sangat mudah larut dan
mewarnai serat poliester.

Pengaruh pengadukan yang aktif


Pencelupan kain poliester ini sangat dipengaruhi oleh pengadukan yang aktif karena
dengan pengadukan yang aktif akan membantu dan mempermudah penyerapan zat warna
untuk masuk kedalam serat, dimana zat warna akan bergerak secara aktif untuk menempel
dan terdorong masuk kedalam serat atau bahan.

2.5 Evaluasi Pencelupan


a. Ketuaan dan Kerataan Warna
Pengukuran dilakukan dengan mengunakan sistem ruang warna CIE Lab 1970.
Contoh uji diukur reflektansinya (% R) pada panjang gelombang 400 – 700 nm
dengan selang 20 nm sehingga dapat ditentukan panjang gelombang maksimum
dengan nilai % R terendah, dan nilai reflektansinya dikonversikan menjadi nilai
ketuaan warna (K/S) berdasarkan persamaan Kubelka-Munk sebagai berikut :

K/S 
1  R 2
2R
Keterangan :
K : Koefisien penyerapan cahaya
S : Koefisien penghamburan cahaya
R : % reflektansi
Setelah diketahui K/S bahan tercelup, maka nilai K/S zat warna dapat diketahui
berdasarkan perhitungan berikut :
K/S zat warna = K/S bahan tercelup – K/S bahan putih (sebelum dicelup)

b. Ketahanan Luntur Warna


Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji penodaan dari bahan berwarna pada
kain, yang disebabkan oleh gosokan dari segala macam serat, baik dalam bentuk
benang maupun kain. Pengaruh gosokan tersebut diamati dalam keadaan kering
maupun basah. Prinsip pengerjaannya yaitu dengan menggosokkan kain putih kering
maupun basah yang telah dipasang pada Crockmeter bersama contoh uji dengan
ukuran tertentu. Penodaan pada kain putih dinilai dengan menggunakan Staining
scale.
III. PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan

Alat Bahan

 Kain Poliester
 Zat Warna Dispersi
 Zat Pendispersi
 Gelas piala 100 ml  Zat Anti Sadah
 Pengaduk  Zat Perata
 Gelas Ukur 100 ml  Asam asetat 30%
 Pipet volume  NaOH (Natrium Hidroksida)
 Mesin padder  Teepol
 Spektrofotometer  Zat anti migrasi
 Komputer  Na2SO4

3.2 Resep

3.2.1 Pencelupan

Resep 1 2 3 4

60 60 60 60
Wpu (%)

Zat Warna Dispersi 30 30 30 30


(g/l)

3 5 7 9
CH3COOH (pH)

Zat Anti 5 5 5 5
migrasi(ml/l)

Zat Pendispersi 1 1 1 1
(g/l)
Zat Anti Sadah 0,5 0,5 0,5 0,5
(ml/l)

210 210 210 210


0
termofiksasi ( C)

3.2.2 Pencucian reduksi

Resep Jumlah

NaOH 2 g/l

Na2S2O4 4 g/l

Suhu 800C

Waktu 10 menit

Vlot 1:20

3.3. Diagram Alir

Pembuatan
larutan celup pencucian
termofiksasi
dan (210 ̊ c)
rc dan
pngeringan
persiapan
bahan

Evaluasi
Paddding Pre dying •Kerataan
(wpu 60%) (100 ̊c ) •Ketuaan
•Tahan Luntur
Warna
3.4. Skema Proses

3.5.Fungsi Zat

Fungsi zat yang digunakan yaitu sebagai berikut.


 Zat Warna Dispersi : Memberi warna pada kain poliester.
 Asam Asetat : Pengatur pH larutan, suasana asam karena untuk
menjaga
serat poliester tetap pada suasana asam.
 Pendispersi : Mendispersikan zat warna sehingga tersebar merata
kedalam
larutan celup, meratakan dan mempercepat
pembasahan
serta untuk memberi pelarut pada zw dispersi.
 Zat Anti Sadah : Mengikat garam-garam penyebab sadah (Ca2+ dan
Mg2+)
 NaOH : Untuk mengaktifkan Natrium Hidrosulfit
menghasilkan
hanasen
 Na2S2O4 : Untuk mereduksi zat warna yang tidak terfiksasi
didalam
serat
PERHITUNGAN RESEP THERMOSOL

RESEP 1 RESEP 3

Ph larutan =3 Ph larutan =7

Air = 100 ml Air = 100 ml


30 30
Zat warna = 1000 x 100 = 3 g/l Zat warna = 1000 x 100 = 3 g/l

1 1
Zat Pendispersi = 1000 x 100 = 0,1 g/l Zat Pendispersi = 1000 x 100 = 0,1 g/l

0,5 0,5
Zat Anti sadah = x 100 = 0,05 ml/l Zat Anti sadah = x 100 = 0,05 ml/l
1000 1000

5 5
Zat Anti migrasi =1000 x 100 = 0,5 ml/l Zat Anti migrasi =1000 x 100 = 0,5 ml/l

RESEP 2 RESEP 4

Ph larutan =5 Ph larutan =9

Air = 100 ml Air = 100 ml


30 30
Zat warna = x 100 = 3 g/l Zat warna = x 100 = 3 g/l
1000 1000

1 1
Zat Pendispersi = 1000 x 100 = 0,1 g/l Zat Pendispersi = 1000 x 100 = 0,1 g/l

0,5 0,5
Zat Anti sadah =1000 x 100 = 0,05 ml/l Zat Anti sadah =1000 x 100 = 0,05 ml/l

5 5
Zat Anti migrasi =1000 x 100 = 0,5 ml/l Zat Anti migrasi =1000 x 100 = 0,5 ml/

RESEP CUCI REDUKSI (SEMUA RESEP)

Berat bahan =15,8 gram

Vlot (larutan) =15,8 x 20= 316 ml/l


1
NaOH = x 316 = 0,316 g/l
1000

2
Na2S2O4 =1000 x 316 = 0,632 g/l
4.2 Perhitungan k/s
1. Kerataan pad termosol 1

KERATAAN PAD TERMOSOL 1

X |Xi-X| |Xi-X|2
1 2,19 0,1988 0,039521
2 2,627 -0,2382 0,056739
3 2,262 0,1268 0,016078
4 2,391 -0,0022 4,84E-06
5 2,474 -0,0852 0,007259
RATA 2,3888 2,66E- 0,023921
16

√ Σ (x - x) 2
 Standar Deviasi (SD) = 𝑛−1

√(0,023921)
SD =
5−1

= 0,07

2. Kerataan pad termosol 2


KERATAAN PAD TERMOSOL 2

X |Xi-X| |Xi-X|2
1 2,517 0,0496 0,00246
2 2,514 0,0526 0,002767
3 2,64 -0,0734 0,005388
4 2,492 0,0746 0,005565
5 2,67 -0,1034 0,010692
RATA 2,5666 2,66E-16 0,005374

√ Σ (x - x) 2
 Standar Deviasi (SD) = 𝑛−1

√(0,005374)
SD =
5−1

= 0,036
3. Kerataan pad termosol 3
KERATAAN PAD TERMOSOL 3

X |Xi-X| |Xi-X|2
1 0,357 0,0108 0,000117
2 0,372 -0,0042 1,76E-05
3 0,381 -0,0132 0,000174
4 0,35 0,0178 0,000317
5 0,379 -0,0112 0,000125
RATA 0,3678 2,22E-17 0,00015

√ Σ (x - x) 2
 Standar Deviasi (SD) =
𝑛−1

√(0,00015)
SD =
5−1

= 0,0061

4. Kerataan pad termosol 4

KERATAAN PAD TERMOSOL 4

X |Xi-X| |Xi-X|2
1 2,34 -0,0416 0,001731
2 2,379 -0,0806 0,006496
3 2,398 -0,0996 0,00992
4 2,248 0,0504 0,00254
5 2,127 0,1714 0,029378
-4,4E-
RATA 2,2984 16 0,010013

√ Σ (x - x) 2
 Standar Deviasi (SD) = 𝑛−1

√(0,010013)
SD =
5−1
= 0,05

5. Ketuaan pad termosol

KETUAAN PAD TERMOSOL

X |Xi-X| |Xi-X|2
1 2,307 0,04525 0,002048
2 2,467 -0,11475 0,013168
3 2,309 0,04325 0,001871
4 2,326 0,02625 0,000689
RATA 2,35225 1,11E-16 0,004444

√ Σ (x - x) 2
 Standar Deviasi (SD) = 𝑛−1

√(0,004444)
SD =
4−1

= 0,038

6. Grafik keratan pad termosol

Grafik Kerataan Warna Pad Termosol


3

2.5

1.5

0.5

0
Kerataan 1 Kerataan 2 Kerataan 3 Kerataan 4

Series 1
4.2 Data Percobaan

Kain 1 (orang 1) Kain 2 (orang 2) Kain 3 (orang 3) Kain 4 (orang 4)

4.3 Evaluasi

4.3.1 Tahan Luntur Warna terhadap gosokan

Hasil
Kain 1 Kain 2 Kain 3 Kain 4
pencelupan
Kering (1-5)
Basah (1-5)

4.3.2 Ketuaan Warna

Hasil
Kain 1 Kain 2 Kain 3 Kain 4
pencelupan
Nilai (1-5) 1 2 3 4
Catatan : semakin tinggi nilai menunjukkan warna kain semakin tinggi

4.3.3 Kerataan Warna

Hasil
Kain 1 Kain 2 Kain 3 Kain 4
pencelupan
Nilai K/S 0,07 0,03 0,006 0,05
V. Diskusi Dan Kesimpulan
5.1 Diskusi
5.2 Kesimpulan

Daftar Pustaka

Ichwan M, dkk., 2017. Bahan Ajar Praktikum Pencelupan 2. Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil: Bandung.

Ir. Rasjid Djufri, M. Sc; G.A. Kasoenarno, Bk. Teks; Astini Salihima, S. Teks; Arifin Lubis,
S.Teks, “Teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan Pencapan“, Institut Teknologi Tekstil,
1973, Bandung.

Kemal, Noerati. 2012. Serat Tekstil2. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil

P. Soeprijono S.Teks, Poerwanti S.Teks, Widayat S.Teks, Jumaeri S.Teks “ Serat- Serat Tekstil
“,Institut Teknologi Tekstil, 1973, Bandung

Shore, John. Colorant and Auxiliaries, volume 2- Auxiliaries.Society of Dyers and Colourists.
Manchester, England : 1990.

Anda mungkin juga menyukai