Pencelupan Kain Poliester dengan Zat Warna Dispersi Sistim Exhaust Metoda pad
Thermosol
Disusun oleh:
Kelompok : 1
Grup :3K3
2017
Pencelupan Kain Poliester dengan Zat Warna Dispersi Sistim Exhaust Metoda HT/HP
Maksud dari proses pencelupan adalah untuk memberikan warna pada serat poliester dengan
menggunakan zat warna dispersi metoda pad THERMOSOL secara merata dan permanen
dengan variasi waktu pencelupan
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh variasi PH pencelupan pada proses pencelupan poliester dengan
zat warna dispersi dengan metoda exhaust sistem THERMOSOL, perbandingan hasil celupan
serta menganalisa ketuaan warna dengan spektrofotometer dan tahan luntur warna terhadap
gosokan basah dan kering.
Serat polyester adalah serat sintetik yang terbuat dari hasil polimerisasi etilena
glikol dengan asam tereftalat melalui proses polimerisasi kondensasi. Hasil polimerisasi
berupa chip atapun polimer leleh, yang kemudian di lakukan proses spinning untuk
membentuk fiber. Pembentukan fiber dilakukan dengan temperatur di atas titik leleh
polyester, dengan bantuan gear pump yang menentukan ukuran fiber yang keluar
melalui spinneret. Spinneret disini akan menentukan cross section atau bentuk dari fiber
yang diinginkan, seperti bulat, segitiga, dan lain-lain. Selanjutnya ribuan helai serat
panjang ini disatukan dan ditarik serta diletakkan di dalam can. Serat-serat dari
bebarapa can kemudian ditarik (draw) bersama sama sehingga didapatkan serat dengan
ketebalan tertentu biasanya dinyatakan dengan satuan denier. Pada proses peregangan
ini diberikan spin finish oil yang berfungsi mengurangi elektro statik yang terjadi pada
saat serat polyester diproses pada mesin mesin pemintalan berikutnya. Setelah melalui
proses peregangan selanjutnya masuk ke proses crimping. Kemudian serat tadi
dipotong potong menggunakan rotary cutter dengan panjang sesuai dengan keperluan,
misalnya 38 mm, 44 mm, 51 mm dan lain sebagainya. pada saat proses pemotongan
serat diberikan hembusan agar serat-serat yang telah terpotong pendek-pendek dapat
terurai satu sama lain. Serat yang telah selesai dipotong dikemas pada mesin baling
press dengan standar berat sekitar 350 kg per bal. Selain kehalusan (denier) serat dan
panjang serat, kilau (luster) juga merupakan spesifikasi yang sangat penting, misalnya
bright, semi dull atau dull. Serat poliester merupakan bahan baku bagi pabrik
pemintalan (spinning) yang membuat benang pintal. Di pabrik pemintalan serat
poliester biasanya diproses untuk produk benang pintal poliester 100% atau cempuran
dengan serat alam atau serat sintetik lainnya. Misalnya poliester/katun, polyester/rayon,
polyester/rami, polyester/flax, polyester/acrilik dlsb.
Kekuatan dan mulur keadaan basah sama dengan keadaan kering kekuatan dan
mulur Tetoron, Trevira dan terylene adalah 4,5 gram/denier dengan mulur 25%
sedangkan kekuatan dan mulur Dacron adalah 4 gram/denier dengan mulur 40%.
Mempunyai elastisitas yang baik sehingga tahan kusut.
MR dalam kondisi standar adalah 0,4% sedangkan dalam kelembaban relatif 100%
adalah 0,6 – 0,8%.
Berat jenisnya 1,38.
Titik leleh di udara 2500 C.
Terylene mengkeret 7% lebih bila direndam di air mendidih.
Dacron mengkeret 10 – 14% bila direndam 70 menit.
Tetoron mengkeret 7% bila direndam dalam air mendidih.
Hal yang penting untuk mendapatkan perhatian pada proses serat polyester di
pabrik pemintalan adalah timbulnya elektro statis pada saat serat mengalami gesekan,
baik antar serat dengan serat sendiri dan juga antara serat dengan metal atau karet yang
merupakan bagian mesin yang bergesekan langsung dengan serat yang diproses.
Elektro statik ini berdampak kepada ketidak-lancaran proses pemintalan seperti
terjadinya serat menggulung (lapping) pada rol-rol yang berputar atau serat menyumbat
(choking) pada corong atau terompet. Untuk mengurangi gejala elektro statik ini
biasanya ditempuh hal-hal sebagai berikut : Pada serat diberikan anti statik atau spin
finish oil, mesin-mesin produksi dibumikan (grounding) dan mengatur suhu dan
kandungan kelembaban udara di ruangan pabrik, Misalnya suhu 30 derajat Celcius dan
kelembaban udara (relative humidity) 53% di ruangan Ring Spinning.
Poliester termasuk zat kimia yang alami, seperti kutin dari kulit ari tumbuhan,
maupun zat kimia sintetis seperti polikarbonat dan polibutirat.
Kain dari poliester disebut-sebut terasa “tak alami” bila dibandingkan dengan
kain tenunan yang sama dari serat alami (misalnya kapas dalam penggunaan tekstil).
Namun kain poliester memiliki beberapa kelebihan seperti peningkatan ketahanan dari
pengerutan. Akibatnya, serat poliester kadang-kadang dipintal bersama-sama dengan
serat alami untuk menghasilkan baju dengan sifat-sifat gabungan.
Poliester juga digunakan untuk membuat botol, film, tarpaulin, kano, tampilan
kristal cair, hologram, penyaring, saput (film) dielektrik untuk kondensator, penyekat
saput buat kabel dan pita penyekat.
Poliester kristalin cair merupakan salah satu polimer kristalin cair yang
digunakan industri yang pertama dan digunakan karena sifat mekanis dan ketahanan
terhadap panasnya. Kelebihan itu penting dalam penggunaannya sebagai segel mampu
kikis dalam mesin jet.
Zat warna dispersi mula-mula digunakan untuk mewarnai serat selulosa. Kemudian
dikembangkan lagi, sehingga dapat digunakan untuk mewarnai serat buatan lainnya
yang lebih hidrofob dari serat selulosa asetat, seperti serat poliester, poliamida, dan
poliakrilat.
Zat warna dispersi merupakan zat warna yang terdispersi dalam air dengan bantuan
zat pendispersi. Adapun sifat-sifat umum zat warna dispersi adalah sebagai berikut:
1. Zat warna dispersi mempunyai berat molekul yang relatif kecil (partikel 0,5-
2).
2. Bersifat non-ionik terdapat gugus-gugus fungsional seperti –NH2, -NHR, dan-
OH. Gugus-gugus tersebut bersifat agak polar sehingga menyebabkan zat warna
sedikit larut dalam air.
3. Kelarutan zat warna dispersi sangat kecil, yaitu 0,1 mg/l pada suhu 80C.
4. Tidak megalami perubahan kimia selama proses pencelupan berlangsung.
1. Golongan A
Zat warna dispesi golongan ini mempunyai berat molekul kecil sehingga
sifat pencelupannya baik karena mudah terdispersi dan mudah masuk ke
dalam serat, sedangkan ketahanan sublimasinya rendah yaitu
tersublimasipada suhu 170C. Pada umumnya zat warna dispersi
golongan ini digunakan untuk mencelup serat rayon asetat, tetapi juga
digunakan untuk mencelup poliester pada suhu 100C tanpa
penambahan zat pengemban.
2. Golongan B (E)
Zat warna dispersi golongan ini memiliki sifat pencelupan yang baik
dengan ketahanan sublimasi cukup, yaitu tersublim penuh pada suhu
190C. Zat warna golongan B ini sangatbaik untuk pencelupan poliester
baik dengan cara carrier/pengemban pada suhu didih (100C) maupun
cara pencelupan suhu tinggi (130C).
3. Golongan C (SE)
Zat warna dispersi golongan ini mempunyai sifat pencelupan dengan
ketahanan sublimasi tinggi, yaitu tersublim penuh pada suhu 200C, bisa
digunakan untuk mencelup cara carrier, suhu tinggi ataupun cara
thermosol.
4. Golongan D (S)
Zat warna dispersi golongan ini mempunyai berat molekul paling besar
diantara keempat golongan lainnnya sehingga mempunyai sifat
pencelupan paling jelek karena sukar terdispersi dalam larutan dan sukar
masuk kedalam serat. Akan tetapi, zat warna golonganD ini memiliki
ketahanan sublimasi paling tinggi yaitu tersublimasi penuh pada suhu
210C. zat warna ini tidak digunakan untuk pencelupan dengan zat
pengemban, namun sangat baik apabila digunakan untuk pencelupan
suhu tinggi dan cara thermosol.
Adapun golongan zat warna disperse dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel-1. Golongan Zat Warna Dispersi Berdasarkan Ketahanan
Sublimasinya
Bentuk Sumitomo Suhu Suhu Metoda Celup
Kelompok
molekul BASF sublimasi Termosol HT/HP Carrier
Thermosol
A 1700C 1800C 1300C 1000C
B E 1900C 2000C X x V
C SE 2000C 2100C V V V
D S 2100C 2200C V V x
`
Berdasarkan sturuktur kimianya, zat warna dispersi terbagi menjadi 3
golongan yaitu:
C2H5
O2N N N N
C2H4OH
2. Golongan Antrakuinon
NO2 O OH
OH O NH
N SO2N
H
NH
Sifat-sifat Umum Zat Warna Dispersi
1. Sifat dasar mempunyai berat molekul yang rendah dengan inti kromofor,
diantaranya : azo, antrakuinon, dan dipenilamina.
2. Meleleh pada temperatur tinggi (lebih besar dari pada 150 0C), kemudian
dapat mengkristal lagi.
3. Sifat dasar adalah non ionic meskipun mempunyai gugus –OH, -NH2,
dan gugus –NHR, dansebagainya yang bertindak sebagai gugus
pemberi (donor) hydrogen untuk mengadakan ikatan dengan serat
(gugus karbonil).
4. Gugus –OH, -NH2, dan gugus fungsional yang sejenis menyebabkan zat
warna dispersi sedikit larut dalam air (± 0,1 miligram/l), tapi mempunyai
kejenuhan yang tinggi pada serat pada kondisi pencelupan.
5. Penambahan zat pendispersi ke dalam larutan celupnya akan
menyebabkan zat warna dispersi stabil dalam air.
6. Secara relatif kerataan penyerapan zat warna dalam serat adalah tinggi
(10 – 50 mg/g serat).
Ikatan yang utama antara zat warna disperse dengan poliester adalah ikatan
hidrofobik, namun untuk beberapa kasus dapat pula terjadi ikatan hydrogen atau
ikatan dwi kutub.
Dalam perdagangan umumnya zat warna disperse mengandung gugus aromatic dan
alifatik yang mengakibatkatkan gugus fungsional seperti : -OH, -NH2,-NHR. Gugus
fungsional tersebut merupakan pengikat dipol atau dwi kutub juga membentuk
ikatan hydrogen dengan gugus karboknil atau gugus asetil. Berikut adalah reaksi
terjadinya ikatan hydrogen pada proses pencelupan serat poliester dengan zat warna
dispersi.
δ- δ+ δ- δ+
O2N N N N H O C
Ikatan hidrogen
H OH
1. Adanya pemanasan terhadap serat, pori-pori serat membesar, menyebabkan molekul zat
warna akan masuk kedalamnya.
2. Pada saat thermosol, partikel zat warna terpotong-potong menjadi lebih kecil dan hampir
dalam bentuk gas, masuk dalam pori-pori serat, apalagi dengan proses pemanasan.
3. Pada saat thermosol selesai, zat warna telah masuk dalam serat dan mendispersikan diri
secara kuat terhadap serat dan zat warnapun bangkit.
Hal-hal yang mempengaruhi pencelupan :
a. Stabilitas dispersi
b. Kecepatan pencelupan dalam themosol dyeing
c. Sublimasi
d. Stabilitas absorpsi, kemampuan pencelupan tergantung temperatur dan waktu
e. Sifat build up ( kemampuan daya celup )
f. Stain ( lunturan )
g. Migrasi pada pengeringan
h. Sifat-sifat ketahanan dari celup.
Beberapa kerugian penggunaan metoda ini yaitu kerugian sejumlah zat warna pada perubahan
warna pencelupan, kurang baik untuk warna-warna tua tetapi baik untuk warna-warna cerah (
muda sampai warna sedang ). Metode ini juga memerlukan peralatan yang mahal harganya lalu
daya pencelupan zat warna tergantung pada sifat-sifat warnanya ( berhubung dengan sifat
sublimasi, dispersibility dan sebagainya ).
Dengan kenaikan suhu, kecepatan difusi zat warna akan bertambah besar karena energi
kinetik zat warna akan bertambah besar. Struktur molekul zat warna yang sederhana atau
lebih kecil akan mempunyai energi kinetik yang lebih besar dibandingkan dengan zat warna
yang mempunyai energi kinetik yang kecil dicampur, maka zat warna yang masuk lebih
dulu kedalam serat adalah yang mempunyai energi kinetik yang lebih besar, sehingga bisa
menghasilkan warna yang tidak sesuai dengan yang diinginkan.
K/S
1 R 2
2R
Keterangan :
K : Koefisien penyerapan cahaya
S : Koefisien penghamburan cahaya
R : % reflektansi
Setelah diketahui K/S bahan tercelup, maka nilai K/S zat warna dapat diketahui
berdasarkan perhitungan berikut :
K/S zat warna = K/S bahan tercelup – K/S bahan putih (sebelum dicelup)
Alat Bahan
Kain Poliester
Zat Warna Dispersi
Zat Pendispersi
Gelas piala 100 ml Zat Anti Sadah
Pengaduk Zat Perata
Gelas Ukur 100 ml Asam asetat 30%
Pipet volume NaOH (Natrium Hidroksida)
Mesin padder Teepol
Spektrofotometer Zat anti migrasi
Komputer Na2SO4
3.2 Resep
3.2.1 Pencelupan
Resep 1 2 3 4
60 60 60 60
Wpu (%)
3 5 7 9
CH3COOH (pH)
Zat Anti 5 5 5 5
migrasi(ml/l)
Zat Pendispersi 1 1 1 1
(g/l)
Zat Anti Sadah 0,5 0,5 0,5 0,5
(ml/l)
Resep Jumlah
NaOH 2 g/l
Na2S2O4 4 g/l
Suhu 800C
Waktu 10 menit
Vlot 1:20
Pembuatan
larutan celup pencucian
termofiksasi
dan (210 ̊ c)
rc dan
pngeringan
persiapan
bahan
Evaluasi
Paddding Pre dying •Kerataan
(wpu 60%) (100 ̊c ) •Ketuaan
•Tahan Luntur
Warna
3.4. Skema Proses
3.5.Fungsi Zat
RESEP 1 RESEP 3
Ph larutan =3 Ph larutan =7
1 1
Zat Pendispersi = 1000 x 100 = 0,1 g/l Zat Pendispersi = 1000 x 100 = 0,1 g/l
0,5 0,5
Zat Anti sadah = x 100 = 0,05 ml/l Zat Anti sadah = x 100 = 0,05 ml/l
1000 1000
5 5
Zat Anti migrasi =1000 x 100 = 0,5 ml/l Zat Anti migrasi =1000 x 100 = 0,5 ml/l
RESEP 2 RESEP 4
Ph larutan =5 Ph larutan =9
1 1
Zat Pendispersi = 1000 x 100 = 0,1 g/l Zat Pendispersi = 1000 x 100 = 0,1 g/l
0,5 0,5
Zat Anti sadah =1000 x 100 = 0,05 ml/l Zat Anti sadah =1000 x 100 = 0,05 ml/l
5 5
Zat Anti migrasi =1000 x 100 = 0,5 ml/l Zat Anti migrasi =1000 x 100 = 0,5 ml/
2
Na2S2O4 =1000 x 316 = 0,632 g/l
4.2 Perhitungan k/s
1. Kerataan pad termosol 1
X |Xi-X| |Xi-X|2
1 2,19 0,1988 0,039521
2 2,627 -0,2382 0,056739
3 2,262 0,1268 0,016078
4 2,391 -0,0022 4,84E-06
5 2,474 -0,0852 0,007259
RATA 2,3888 2,66E- 0,023921
16
√ Σ (x - x) 2
Standar Deviasi (SD) = 𝑛−1
√(0,023921)
SD =
5−1
= 0,07
X |Xi-X| |Xi-X|2
1 2,517 0,0496 0,00246
2 2,514 0,0526 0,002767
3 2,64 -0,0734 0,005388
4 2,492 0,0746 0,005565
5 2,67 -0,1034 0,010692
RATA 2,5666 2,66E-16 0,005374
√ Σ (x - x) 2
Standar Deviasi (SD) = 𝑛−1
√(0,005374)
SD =
5−1
= 0,036
3. Kerataan pad termosol 3
KERATAAN PAD TERMOSOL 3
X |Xi-X| |Xi-X|2
1 0,357 0,0108 0,000117
2 0,372 -0,0042 1,76E-05
3 0,381 -0,0132 0,000174
4 0,35 0,0178 0,000317
5 0,379 -0,0112 0,000125
RATA 0,3678 2,22E-17 0,00015
√ Σ (x - x) 2
Standar Deviasi (SD) =
𝑛−1
√(0,00015)
SD =
5−1
= 0,0061
X |Xi-X| |Xi-X|2
1 2,34 -0,0416 0,001731
2 2,379 -0,0806 0,006496
3 2,398 -0,0996 0,00992
4 2,248 0,0504 0,00254
5 2,127 0,1714 0,029378
-4,4E-
RATA 2,2984 16 0,010013
√ Σ (x - x) 2
Standar Deviasi (SD) = 𝑛−1
√(0,010013)
SD =
5−1
= 0,05
X |Xi-X| |Xi-X|2
1 2,307 0,04525 0,002048
2 2,467 -0,11475 0,013168
3 2,309 0,04325 0,001871
4 2,326 0,02625 0,000689
RATA 2,35225 1,11E-16 0,004444
√ Σ (x - x) 2
Standar Deviasi (SD) = 𝑛−1
√(0,004444)
SD =
4−1
= 0,038
2.5
1.5
0.5
0
Kerataan 1 Kerataan 2 Kerataan 3 Kerataan 4
Series 1
4.2 Data Percobaan
4.3 Evaluasi
Hasil
Kain 1 Kain 2 Kain 3 Kain 4
pencelupan
Kering (1-5)
Basah (1-5)
Hasil
Kain 1 Kain 2 Kain 3 Kain 4
pencelupan
Nilai (1-5) 1 2 3 4
Catatan : semakin tinggi nilai menunjukkan warna kain semakin tinggi
Hasil
Kain 1 Kain 2 Kain 3 Kain 4
pencelupan
Nilai K/S 0,07 0,03 0,006 0,05
V. Diskusi Dan Kesimpulan
5.1 Diskusi
5.2 Kesimpulan
Daftar Pustaka
Ichwan M, dkk., 2017. Bahan Ajar Praktikum Pencelupan 2. Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil: Bandung.
Ir. Rasjid Djufri, M. Sc; G.A. Kasoenarno, Bk. Teks; Astini Salihima, S. Teks; Arifin Lubis,
S.Teks, “Teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan Pencapan“, Institut Teknologi Tekstil,
1973, Bandung.
Kemal, Noerati. 2012. Serat Tekstil2. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
P. Soeprijono S.Teks, Poerwanti S.Teks, Widayat S.Teks, Jumaeri S.Teks “ Serat- Serat Tekstil
“,Institut Teknologi Tekstil, 1973, Bandung
Shore, John. Colorant and Auxiliaries, volume 2- Auxiliaries.Society of Dyers and Colourists.
Manchester, England : 1990.