KELOMPOK : 2 (DUA)
M. FADLYLAH R. (16020093)
ANNA SUMPENA
Anilin
Mula-mula, reduksi ini dipengaruhi dengan campuran ferro klorida dan logam
besi melalui reduksi Bechamp. Sebagai alternatif, anilin juga dibuat dari fenol
dan ammonia, fenol yang berasal dari proses kumena.
Dalam perdagangan, tiga merek dagang dari anilin dicirikan, yaitu: minyak
anilin untuk warna biru, adalah anilin murni; minyak anilin untuk warna merah,
campuran dari anilin kuantitatif ekuimolekul dan orto- dan para-toluidin; serta
minyak anilin untuk safranin, yang mengandung anilin dan orto-toluidin, dan
diperoleh dari distilat penggabungan fuchsin.
- Asilasi
Anilin bereaksi dengan asam karboksilat atau lebih mudah dengan
asil klorida seperti asetil klorida untuk memberikan amida. Amida yang
terbentuk dari anilin kadang-kadang disebut anilida, misalnya CH3-CO-
NH-C6H5 adalah Asetanilida. Antifebrin (Asetanilida), anti-piretik dan
analgesik, diperoleh melalui reaksi asam asetat dan anilin.
- N-Alkilasi
N-Metilasi anilin dengan metanol pada suhu yang ditingkatkan
melalui katalis asam memberikan N-metilanilin dan dimetilanilin:
- Diazotisasi
Anilin dan turunan cincin-bersubstitusi bereaksi dengan asam nitrit
yang membentuk garam diazonium. Melalui zat-antara ini, anilin dapat
diubah dengan mudah menjadi -OH, -CN, atau halida melalui reaksi
Sandmeyer. Garam diazonium dapat juga bereaksi dengan NaNO2 dan
fenol yang menghasilkan pewarna yang merupakan benzenaazofenol,
proses ini disebut coupling.
- Reaksi Lain
Anilin bereaksi dengan nitrobenzena yang menghasilkan fenazina
dalam reaksi Wohl-Aue. Hidrogenasi memberikan sikloheksilamina.
Sebagai reagen standar di laboratorium, anilin digunakan untuk
berbagai reaksi niche. Asetatnya digunakan dalam uji aniline asetat untuk
karbohidrat, mengidentifikasi pentosa melalui konversi ke furfural. Anilin
ini digunakan untuk menandai biru RNA saraf dalam noda Nissl.
1.5 Kegunaan
Aplikasi terbesar anilin ialah untuk sediaan metilen dianilin dan senyawa
terkait melalui kondensasi dengan formaldehida seperti yang dibicarakan di atas).
Diamina berkondensasi dengan fosgen yang menghasilkan Metilen difenil
diidosianat, suatu prekursor untuk polimer uretan. Kegunaan lain termasuk kimia
pengolah karet (9%), herbisida (2%), serta pewarna and pigmen (2%). Sebagai
aditif untuk karet, anilin derivatif seperti fenilenadiamina dan difenilamina,
merupakan antioksidan. Ilustrasi obat yang dibuat dari anilin ialah parasetamol
(asetaminofen, Tylenol). Penggunaan mendasar anilin dalam industri pewarna
ialah sebagai prekursor untuk indigo, warna biru dari blue jeans.
Anilin juga digunakan pada skala yang lebih kecil dalam produksi polimer
polianilin yang dilakukan secara intrinsik.
Pada saat penemuan mauveine itu, anilin mahal. Tak lama kemudian,
menerapkan metode yang dilaporkan pada tahun 1854 oleh Antoine Bechamp,
dibuat “berskala ton”.
Pada akhir abad ke-19, anilin muncul sebagai obat analgesik, efek samping
menekan-jantung yang dilawan dengan kafein. Selama dekade pertama abad ke-
20, ketika mencoba untuk memodifikasi pewarna sintetis untuk mengobati
penyakit tidur Afrika, Paul Ehrlich—orang yang telah menciptakan istilah
kemoterapi untuk pendekatan peluru ajaibnya untuk obat—gagal dan beralih ke
pengubahan atoksil (atoxyl) Bechamp, obat arsenik organik pertama, dan secara
kebetulan memperoleh pengobatan untuk sifilis – Salvarsan – zat kemoterapi
perta tersukses.
Pada tahun 1932, Bayer mencari aplikasi medis dari pewarnanya. Gerhard
Domagk mengidentifikasi pewarna azo merah sebagai antibakteri, yang
diperkenalkan pada tahun 1935 sebagai obat pertama antibakteri, Prontosil,
segera ditemukan di Pasteur Institute sebagai prodrug terdegradasi in vivo
menjadi sulfanilamide—zat antara tak berwarna bagi banyak orang, pewarna azo
sangat cepat berwarna—siap dengan paten kadaluarsa, yang disintesis pada tahun
1908 di Wina oleh peneliti Paul Gelmo untuk penelitian doktoralnya.
Pada akhir 1940, lebih dari 500 obat sulfa terkait diproduksi. Obat dalam
permintaan tinggi selama Perang Dunia II (1939-1945), obat-obatan mukjizat
pertama, kemoterapi efektivitas lebar, mendorong industri farmasi Amerika.
Pada tahun 1939, di Universitas Oxford, mencari alternatif untuk obat sulfa,
Howard Florey mengembangkan penisilin Fleming menjadi obat pertama
antibiotik sistemik, penisilin G. (gramicidin, dikembangkan oleh René Dubos di
Rockefeller Institute pada tahun 1939, merupakan antibiotik pertama, namun
toksisitasnya dibatasi untuk penggunaan topikal.) Setelah Perang Dunia II,
Cornelius P. Rhoads memperkenalkan pendekatan kemoterapi untuk pengobatan
kanker.
Pada 1940-an dan awal 1950-an, anilin digunakan dengan asam nitrat sebagai
bahan bakar roket untuk rudal kecil dan membantu take-off jet (JATO). Dua
komponen bahan bakar hipergolik, menghasilkan reaksi dahsyat ketika
bersentuhan.
N-asil dari asam J, asam γ dan asam H merupakan intermediet zat warna
yang penting, hasil kopling garam diazonium masing-masing akan memberikan
warna oranye cerah untuk N-asil asam J dan merah cerah untuk N-asil asam γ
maupun untuk N-asil asam H.
Hasil kopling 1 (satu) ekivalen garam diazonium dengan asam γ dalam
suasana asam akan menghasilkan zat warna mono azo merah cerah yang tahan
luntur warna terhadap cahayanya tinggi, hal tersebut karena terbentukya ikatan
hidrogen intra molekul ganda antara gugus azo dengan gugus OH dan gugus amin
sebagai berikut.
Ikatan hidrogen intramolekuler antara gugus OH dan azo tersebut juga
menyebabkan gugus OH tidak bisa mengion sehingga hasil kopling asam γ dalam
suasana asam tersebut tidak bisa dikopling lebih lanjut dalam suasana alkali.
Oleh karena itulah maka untuk membuat zat warna disazon dengan asam γ
urutan proses kopling pertamanya adalah dalam suasana alkali dan kopling
keduanya dilakukan dalam suasana asam.
Demikian pula dengan pembuatan zat warna disazo dengan asam H maupun
asam J urutan kondisi proses kopling perlu diperhatikan.
Untuk asam H proses kopling pertama hendaknya dilakukan dalam suasana
asam dan kemudian dilanjutkan proses kopling kedua pada suasana alkali maka
akan menghasilkan zat warna disazo dengan warna navy tua, sedangkan untuk
asam J kopling pertama hendaknya dilakukan dalam suasana alkali dan kemudian
dilanjutkan dengan kopling kedua dalam suasana asam sehingga dihasilkan zat
warna disazo warna biru tua.
Dalam kasus diatas proses kopling yang lebih sulit biasanya jadi acuan untuk
lebih didahulukan.
2.2 Asam J
Yang menarik pada asam J (4.43) adalah rantai reaksinya, karena beberapa
senyawa yang ada pada tahap intermediate dalam rantai itu sendiri berguna
sebagai zat warna zat antara. Titik awal untuk rantai ini adalah 2-naftol yang,
pada awal sintesisnya dikonversi dengan menggunakan reaksi Bucherer menjadi
2-naphthylamine, kemudian disulfonasi untuk menghasilkan asam 2-naftilamina-
5,7-disulfat (4.42; asam Amido J). 2-naphthylamine dikenal sebagai karsinogen
kuat yang menyebabkan tahapan ini ditinggalkan.
Dalam metode sediaan yang sekarang digunakan (Skema 4.28), gugus asam
sulfonat dimasukkan ke dalam posisi 1 inti naftalena dan dilakukan sampai awal
tahap, sehingga asam 2-naftilamina-1-sulfonat (4.41; asam Tobias) memenuhi
jumlah amina dalam persiapannya.
Setelah disulfonasi menjadi asam 2-naftilamina-1,5,7-trisulfonat, substituen
1-asam sulfonat yang tidak stabil, yang sekarang telah memenuhi tujuannya,
dieliminasi dengan menipiskan campuran sulfonasi dan pemanasan. Campuran
dari asam disulfat yang dihasilkan (4,42) dengan natrium hidroksida
menggantikan gugus asam 5-sulfonat yang tidak stabil oleh gugus hidroksi,
membentuk asam J.
2-Naphthylamine-5,7-disulfat dan 2-naphthylamine-1-sulphonic acid, yaitu
produk antara dalam Skema 4.28, serta asam 2-naphthylamine-1,5-disulfat
(diperoleh dengan sulfonasi suhu rendah pada asam Tobias), semua digunakan
dalam sintesis zat warna azo.
J – Acid
Structural Formula :
N - Acetyl J-Acid
Structural Formula :
2. Reaksi Kopling
Ar-N=N
+ Cl-
C. Perhitungan Kebutuhan Zat
1. Komponen diazotasi
- Anilin 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mol =
𝑀𝑅
𝑔𝑟𝑎𝑚
0,05= 4,65 gram (0,05 mol)
93
Gram= 0,05 x 93
= 4,65 gram
- HCl 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mol = + 20%
𝑀𝑅
𝑔𝑟𝑎𝑚
0,025= + 20% 1,095 gram (0,025
36,5
Gram= (0,025 x 36,5) + 20% mol)
= 0,9125 + 20%
= 1,095 gram
- NaNO2 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mol =
𝑀𝑅
𝑔𝑟𝑎𝑚
0,05= 3,45 gram (0,05 mol)
69
Gram= 0,05 x 69
= 3,45 gram
2. Komponen kopling
- Asam 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mol =
asetil J 𝑀𝑅
𝑔𝑟𝑎𝑚 14,05 gram (0,05
0,05=
281 mol)
Gram= 0,05 x 281
= 14,05 gram
2. Kopling
a. Proses kopling
- Asetil-asam J yang dikombinasi dengan berbagai senyawa diazo akan
membentuk zat warna azo yang sangat bagus dan memiliki ketahanan sangat
tinggi terhadap cahaya.
- Campurkan senyawa anilin ( gram, 0,1 mol) yang telah diazotasi dengan
larutan soda dari asetil-asam J yang telah didinginkan dengan es.
b. Pembuatan zat warna bubuk
- Setelah 12 jam, dibuat zat warna bubuk dengan cara salting-out dalam
keadaan dingin (dikalkulasikan terdapat 20% garam dalam volume campuran
yang bereaksi).
- Lakukan pemisahan padatan dari cairannya dengan menggunakan vacuum
pump/filter press, dan keringkan pada suhu 50°C. Yield/produk diperkirakan
sekitar 50 gram.
Pada proses pencelupan umumnya zat warna ditransfer dari larutan celup ke serat,
sehingga kelarutan zat warna khususnya dalam medium air merupakan hal yang
diharapkan.
Memasukkan gugus sulfonat sebagai gugus pelarut pada struktur zat warna
merupakan cara yang paling murah, sehingga zat warna jadi larut dan lebih mudah
rata, namun dilain pihak dengan adanya gugus pelarut tersebut maka dapat terjadi
penurunan afinitas, penurunan ketahanan luntur terhadap pencucian dan pada kasus
tertentu dapat menurunkan ketahanan luntur warna terhadap cahaya.
Pada pencelupan serat protein dan poliamida, selain sebagai gugus pelarut gugus
sulfonat pada zat warna juga berperan sebagai gugus fungsi untuk berikatan ionik
(elektrovalen) dengan serat. Oleh karena itu zat warna azo yang tersulfonasi selain
digunakan pada zat warna untuk mencelup serat selulosa juga digunakan pada zat
warna untuk mencelup serat protein dan poliamida. Zat warna azo tersulfonasi
tersebut dapat berupa zat warna monoazo, disazo, trisazo, maupun polisazo.
Zat warna monoazo yang tersulfonasi kebanyakan untuk warna kuning hingga
merah dan digunakan untuk mencelup serat protein dan poliamida.
Pada zat warna monoazo tersebut, corak warna sangat ditentukan oleh jenis
komponen kopling nya, komponen kopling piridon dan pirazolon biasanya digunakan
untuk mendapatkan zat warna monoazo warna kuning sedang komponen kopling
naftol, naftilamin, aminonaftol atau asilaminonaftol untuk mendapatkan warna oranye
sampai merah.
Zat warna disazo tersulfonasi biasanya digunakan untuk rentang warna kuning
hingga biru kehijauan dan ditemukan pada zat warna untuk mencelup serat selulosa,
protein dan poliamida, sedangkan zat warna trisazo dan poliazo yang tersulfonasi
biasanya terbatas hanya untuk mencelup serat selulosa saja.
Dibanding serat wol struktur serat poliamida lebih rapat sehingga zat warna asam
yang digunakan untuk mencelup serat poliamida hanya zat warna asam yang struktur
molekulnya kecil dan ramping, yaitu berupa zat warna asam celupan rata dan zat
warna asam milling, yaitu zat warna asam celupan rata dengan struktur monoazo
mono sulfonat dengan bobot molekul 300-500 dan zat warna asam milling dengan
struktur disazo disulfonat dengan bobot molekul 600-900. Sedangkan zat warna asam
jenis supermilling jarang digunakan untuk serat poliamida karena molekulnya terlalu
besar.
Zat warna dengan bobot molekul kecil hasil celupnya mudah rata tapi kurang
baik tahan lunturnya sedangkan zat warna yang bobot molekulnya lebih besar dari
800 kerataannya kurang baik tapi tahan lunturnya baik. Berikut ini contoh struktur zat
warna asam monoazo dan disazo untuk poliamida.
Pemasukkan gugus yang dapat mengadakan ikatan hidrogen seperti gugus amin
dan gugus hidroksi pada CI Acid Red 266 di satu pihak akan meningkatkan ketahanan
luntur warna tetapi dilain pihak akan sedikit mengurangi kerataan hasil celupnya.
Kopling
- Spray Dry
- Salting Out
Pengeringan
Evaluasi
- Warna (pencelupan)
- Tahan Luntur (gosok &
cuci)