RESUME
2020
SERAT POLIESTER
Bahan polyester adalah salah satu bahan kain yang dibuat oleh manusia. Bahan
polyester bukan berasal dari alam, melainkan melalui proses kimiawi. Kata polyester
sendiri berasal dari dua kata, polymer yang berarti plastik dan ester yang merupakan hasil
pencampuran minyak bumi, alkohol, dan asam karboksilat.
Bahan Baku Serat Polyester
1. PET (Polyethylene Terephtalate)
Tipe bahan polyester PET adalah polyester yang paling populer digunakan. PET
dihasilkan melalui pencampuran ethylene glycol dengan asam terephtalic atau methyl
ester dan antimony catalyst. Antimony catalyst membantu terjadinya reaksi kimia yang
menghasilkan bahan polyester.
2. PCDT (poly-1, 4-cyclohexylene-dimethylene)
Variasi poliester ini dibuat dengan kondensasi asam tereftalat dengan 1, 4-cyclohexane-
dimethanol untuk membentuk poli-1, 4-cyclohexylene-dimethylene terephthalate atau
PCDT Polyester. Sedangkan untuk PET Polyester, PCDT diproses untuk pemintalan
leleh.
B. Sifat Fisika
1. Elektrostatik
Serat poliester sangat menimbulkan elektrostatik selama proses. Selain itu kain poliester
bila bersentuhan dengan kulit akan menyebabkan timbulnya listrik statis. Oleh karena itu
perlu ditambahkan sifat anti statik pada serat poliester.
2. Berat jenis
Serat poliester memiliki berat jenis 1,38 g/cm3.
3. Morfologi
Serat poliester berbentuk silinder dengan penampang melintang bulat, atau sesuai dengan
bentuk spineret yang digunakan pada saat pembuatanya.
4. Kandungan air
Serat sintetik pada umumnya memiliki kandungan air yang rendah yaitu antara 0-3 %
.Serat poliester sendiri memiliki kandungan air 0,4 %
5. Derajat kristalinitas
Derajat kristalinitas adalah faktor penting untuk serat poliester,karena derajat kristalinitas
serat sangat berpengaruh pada daya serap zat warna, mulur, kekeuatan tarik, stabilitas
dimensi, serta sifat-sifat lainya.
6. Pengaruh panas
Serat poliester tahan terhadap panas sampai pada suhu 220 0C, diatas suhu ini akan
memepengaruhi kekuatan, mulur, dan warnanya menjadi kekuningan. Suhu 230-240 C
menyebabkan poliester melunak, suhu 2600 C menyebabkan poliester meleleh.
7. Sifat Elastis
Poliester memiliki sifat elastisitas yang baik dan ketahanan kusut yang baik.
Proses Pembuatan
Perlu diketahui bahwa PET ( Polyethylene Terepthalate ) yang dikenal sebagai
Polyester ada dua jenis grade yaitu Bottle Grade dan Textile Grade, yang dimaksud jenis
Bottle Grade adalah Poyester yang memiliki IV ( Intrinsic Viscosity ) tinggi antara 0.8 –
1 dl/gr, ini dibuat dengan cara dilakukan proses kristalisasi kering pada suhu kisaran
170°C dari bahan PET).
Adapun prosesnya adalah PET leleh cair kita buat benag POY ( Partially Oriented
Yarn ) yang mana benang jenis ini sebenarnya belum bisa dijadikan kain akan tetapi
harus dilakuak pemroses tahap selanjutnya, bisa juga dikatakan sebagai benag mentah,
dikatakan Partially Oriented Yarn karena benang jenis masih bisa diorientasi, masih
mempunayi daya kemuluran sangat tinggi dan kekutatan tarik rendah yang disebabkan
masih mengandung Amorphous dalam rantai-rantai Polymernya, belum terkrisatlisasi
sempurna. Dalam pembuatan POY ini ada 2 sytem yaitu : Contineous dan Batch System.
1. Sistem Contineous:
Polmer cair dari reaktor DRR dikirim ke Extruder, tentu saja suhu selalu di jaga
kisaran 288°C, didalam Extruder polymer didistribusi merata keseluruh ruangan oleh
SCREW yang sebelumnya dilewatkan Filter untuk menghindari partikel-partikel logam
yang kecil atau debu yang mana paertikel tersebut akan mempengaruhi mudah putusnya
benang juga menyumbat di spinneret, dengan pengaturan kecepat gear pump untuk
mendorong keluaran Polymer cair menuju Spinnerete( sebelumnya melewati Filter yang
dinamakan Pack Filter yaitu sejenis filter yang tersusun dari pasir dan Screen dengan
mesh tertentu ), dan kecepatan putar gear pump diatur sedemikian sesuai perhitungan
untuk mendapatkan denier yang diinginkan, sebelum melangkah lebih jauh, kita jelas
tentang Spinnerete, yaitu logam berbentuk bundar pipih dengan ketebalan tertentu dan
dilobang kecil-kecil untuk membentuk Filamen benang, adapun bahan Spinnerete
biasanya dari Platinum atau ada yang dicampur dengan emas, adapun jenis lobang
tergantung pada type benang yang akan dihasilkan nantinya misalanya benng Circular,
Trilobal, Hollow, dll. Setelah Polymer cair keluar melalui lobang-lobang spenirete maka
terbentuk filament-filamen, yang didinginkan menggunakan udara pendingin diruang
Quenching air, adapun suhu udara pendingin kisaran 18 – 22°C, dan velocity ( kecepatan
alir ) udara pendingin harus juga di atur antara 0.36-.042 m/s namun setiap type denier
dan jumlah filament harus benar-benar disesuikan, filamn-filamen ini biasa disebut FREE
FALL YARN, karena free fall yarn ini merupakan jenisa plastik maka ini masih kaku,
agar menjadi benang yang lemas dan dapat digulung maka perlu diberi Oil yang di sebut
Spin Finish Oil, adapun Spin Finish Oil harus diencerkan dnegan konsentrasi tertentu
sekitar 10 – 15 % dalam larutan air demin, tergantung dari dari jumlah filamen yang
dibuat. Benang yang sudah diberi oil dilewatkan ke Godet Roll yang fungsinya untuk
mengatur tegangan benang dan harus disesuaikan dengan kecepatan winder (penggulung
benang) dan juga kecepatan Gear pump.selanjutnya benang digulung pada winder
menggunakan penggulung namanya PAPER TUBE.
2. Sistem Batch
Sistem batch di sini yang dimaksud, bahan dasar polimer sistem asupanya tidak
secara kontinyu akan tetapi dengan cara bag per bag dengan jeda waktu tertentu :
Dalam proses terbentuknya POY tidaklah jauh berbeda hanya saja adanya perlakuan awal
sebelum dilakukan pelelehan biji Plastik PET :
Alat penting
Pemintalan serat buatan yang dimaksud bukanlah pemintalan serat menjadi
benang, tetapi proses pembentukan polimer menjadi bentuk serat. Metoda yang
digunakan secara umum dikenal dengan teknik ekstrusi (extrution). Pada metoda
pembentukan polimer dengan cara ekstrusi, cairan atau larutan polimer ditekan pada
suatu bejana sehingga keluar melalui lubang kecil yang disebut spineret. Spineret adalah
suatu bejana berlubang mirip saringan dengan diameter lubang yang sangat kecil,
umumnya dengan ukuran tiap lubang hanya beberapa mikron. Gambar sederhana dari
spineret disajikan pada gambar di bawah ini.
Agar Polimer dapat melewati lubang spineret yang sangat kecil, polimer harus
dalam bentuk cairan. Pengubahan polimer pada menjadi bentuk cairan dapat dilakukan
dengan dua metoda tergantung kepada sifat bahan baku polimer.
Polimer termoplastis yang mempunyai titik leleh jauh di bawah temperatur
dekomposisi polimer, pencairan polimer dapat dilakukan dengan pemanasan pada
temperatur sedikit di atas temperatur leleh polimer yang bersangkutan. Untuk polimer
yang tidak meleleh atau polimer dengan titik leleh mendekati atau diatas temperatur
dekompoisisi proses pemanasan pada temperatur tinggi harus dihindari, oleh karena itu
pencairan dapat dilakukan dengan melarutkan polimer pada pelarut yang sesuai.
Setelah keluar dari lubang spineret polimer harus langsung memadat kembali,
untuk menghindari bersatunya kembali filamen yang keluar dari luang spineret.
Pemadatan kembali polimer cair dapat dilakukan dengan cara mendinginkan polimer
yang telah dipanaskan dalam pencairannya atau dengan cara pengambilan kembali pelarut
yang ditambahkan saat polimer dilarutkan
3. Air Texturing
Metode Air Texturing adalah melewatkan benang pada nozzle yang menyemburkan udara
dengan tekanan tinggi. Akibat semburan itu filamen benang terurai dan membentuk loop
sehingga bersifat bulky.
SERAT RAYON
Bahan Baku
1. Rayon Viskosa
Bahan baku Serat rayon viskosa yaitu berasal dari kayu pinus. Kayu pinus dimurnikan
dengan pendidihan dalam larutan natrium bisulfit untuk melarutkan zat-zat selain selulosa.
Selanjutnya dilakukan pemutihan dan pengepresan sehingga terbentuk lembaran karton
tebal yang disebut pulp.
2. Rayon Cuproamonium
Bahan baku Rayon Cuproamonium adalah pulp kayu dan kapas linter.
3. Rayon Asetat
Bahan baku Rayon Diasetat adalah pulp dan linter.
B. Sifat Kimia
Kerusakan kimia disebabkan oleh :
1. Asam
Asam seperti H2SO4 dapat menyebabkan kerusakan serat selulosa karena terjadi reaksi hidrolisa
pada jembatan glukosida sehingga terjadi pemutusan rantai molekul selulosa.
2. Alkali
Pengerjaan dengan alkali lemah pada suhu tinggi akan mengakibatkan pemutusan rantai
molekul sehingga menurunkan kekuatan serat secara perlahan-lahan.
3. Oksidator
Reaksi oksiselulosa disebabkan adanya oksidasi oleh oksidator seperti NaOCl. Oksidasi dalam
suasana asam tidak mengakibatkan pemutusan rantai, namun terjadi pembukaan rantai cincin
glukosa sehingga penurunan kekuatan tarik tidak terlalu besar.
Gambar 1. Alur Proses Pembuatan Rayon Viskosa Dengan Cara Pemintalan Basah
Alur proses pembuatan rayon melewati beberapa tahapan. Tahapan tersebut yang akan
membuat material rayon menjadi benang. Dibawah ini ada beberapa alat yang dipakai
dalam proses pembuatan rayon.
Alat-alat Proses Pembuatan Rayon
Dalam pembuatan serat buatan, khususnya untuk rayon viskosa, dilakukan dengan
cara pemintalan basah dengan melewati beberapa tahapan yang hasil akhirnya menjadi
benang. Dari gambar 1, alur proses pembuatan rayon melewati beberapa tahapan.
Tahapan tersebut yang akan membuat material rayon menjadi benang. Dibawah ini ada
beberapa alat yang dipakai dalam proses pembuatan rayon.
1. Proses Alkalisasi
Pembuatan selulosa alkali dilakukan dalam bejana yang disebut pulper.
3. Proses Pemeraman
Hasil proses alkalisasi harus diperam untuk menurunkan derajat polimerisasi dari
selulosa, sehingga lebih mudah dilarutkan pada proses selanjutnya. Proses ini dilakukan
dalam alat aging drum dengan waktu pemeraman 5-6 jam dan kecepatan putar 0,3-0,6
rpm. Setelah itu, alkali selulosa dikirim ke hopper untuk menghilangkan logam-logam
alkali dengan melewati blower bertekanan udara.
4. Proses Xantasi
Alkali selulosa belum dapat dilarutkan, untuk itu perlu dirubah ke bentuk lain agar dapat
dilarutkan untuk dipintal. Prosesnya alkali selulosa dirubah ke bentuk selulosa xantat
dengan direaksikan dengan karbon disulfida dalam alat yang dinamakan xantator.
5. Proses Pelarutan dan Pencampuran
Serat buatan yang akan dibuat menjadi benang tentu mempunyai beberapa kekurangan,
maka dari itu pencampuran serat rayon biasanya dicampur dengan serat poliester. Alat
yang digunakan untuk pelarutan seratnya disolver dan alat untuk mencampurkan seratnya
adalah find homogenizer.
6. Proses Pematangan
Proses ini dimaksudkan untuk menyempurnakan reaksi pembentukan viskosa dilakukan
dalam alat ripening tank. Kematangan larutan dinyatakan dalam Ripening Indeks (RI)
atau angka kematangan. RI dinyatakan dalam banyaknya (ml) Amonium klorida (NH4Cl)
yang diperlukan untuk mengkoagulasi 20 gram viskosa yang dilarutkan dalam 30 ml air
pada suhu 200C.
Gambar 5. Ripening Tank
7. Proses Spinning
Setelah proses pematangan, larutan viskosa akan dimasukan ke dalam spinning tank
sebagai penampung, lalu dipompakan ke candle filter (alat perantara sebelum masuk
spineret, disini terjadi penyaringan ulang kotoran) melewati matering pump untuk
menjaga kesetabilan aliran larutan. Setelah itu larutan viskosa dipintal lewat lubang
spineret dengan diendapkan lewat larutan koagulan membentuk filament rayon atau
disebut tow.
Gambar 6. Spineret
8. Proses Pengeringan dan Pengepakan
Serat kemudian dipress lewat squeeze roller lalu dikirim ke mesin wet opener untuk
dicabik-cabik sehingga dengan serat yang terpotong lebih kecil akan lebih mudah
dikeringkan. Selanjutnya serat dikeringkan ke mesin pengering secara dua tahap.
- Pengeringan I suhu 100-130OC dengan sisa kadar air sekitar 35%
- Pengeirngan II suhu 100-140OC dengan sisa kadar air 11-13%
Proses