Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM ZAT PEMBANTU TEKSTIL ZAT AKTIF

PERMUKAAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Zat Pembantu Tekstil

Oleh :

Nama ; Reynaldi Ega Hassyim


NPM : 21420065
Grup : 2K4
Dosen : Juju J, AT., M.si
Lestari W.,S.pd,M.Tr.
Delicia P., AT

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2022
I. Judul
Penggolongan Zat Aktif Permukaan Cara Wutzhmitt dan Cara Linsenmeyer

II. Maksud dan Tujuan


Untuk mengetahui penggolongan suatu zat aktif permukaan berdasarkan
pengendapan zat aktif permukaan dan berdasarkan struktur molekulnya yang
berbeda
III. Dasar Teori

Zat Aktif Permukaan

Surfaktan merupakan bahan aktif permukaan. Surfaktan ini memiliki gugus


hidrofilik dan gugus hidrofobik sehingga dapat mempersatukan campuran yang
terdiri dari air dan minyak. Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari
molekulnya. Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan air (hidrofilik)
dan bagian non polar yang suka akan minyak/lemak (hidrofobik). Bagian polar
molekul surfaktan dapat bermuatan positif, negatif atau netral. Sifat rangkap ini yang
menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi pada antar muka udara-air, minyak-air dan
zat padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada fase
air dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun
terendam dalam fase minyak. Umumnya bagian non polar (hidrofobik) adalah
merupakan rantai alkil yang panjang ”ekor”, sementara bagian yang polar (hidrofilik)
mengandung gugus hidroksil dan nampak sebagai “kepala” surfaktan.
Gugus hidrofilik pada surfaktan bersifat polar dan mudah bersenyawa
dengan air, sedangkan gugus hidrofobik bersifat non polar dan mudah bersenyawa
dengan minyak. Pada suatu molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih
dominan jumlahnya. Molekul-molekul surfaktan akan diadsorpsi lebih kuat oleh air
dibandingkan dengan minyak apabila gugus polarnya yang lebih dominan. Hal ini
menyebabkan tegangan permukaan air menjadi lebih rendah sehingga mudah
menyebar dan menjadi fase kontinyu. Sebaliknya, apabila gugus non polarnya lebih
dominan, maka molekul-molekul surfaktan tersebut akan diadsorpsi lebih kuat oleh
minyak dibandingkan dengan air. Akibatnya tegangan permukaan minyak menjadi
lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinyu.
Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan
permukaan larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan
akan konstan walaupun konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan
ditambahkan melebihi konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi membentuk
misel. Konsentrasi terbentuknya misel ini disebut critical micelle concentration (cmc).
Tegangan permukaan akan menurun hingga cmc tercapai. Setelah cmc tercapai,
tegangan permukaan akan konstan yang menunjukkan bahwa antar muka menjadi
jenuh dan terbentuk misel yang berada dalam keseimbangan dinamis dengan
monomernya.
Pada konsentrasi kritik misel terjadi penggumpalan atau agregasi dari
molekulmolekul surfaktan membentuk misel. Misel biasanya terdiri dari 50 sampai
100 molekul asam lemak dari sabun.
Berdasarkan struktur ion ada tidaknya muatan ion pada rantai panjang bagian
hidrofobiknya, dikenal 4 macam, yaitu :
a. Surfaktan anionic
Surfaktan ini bila terionisasi dalam air/larutan membentuk ion negatif. Surfaktan ini
banyak digunakan untuk pembuatan detergen mesin cuci, pencuci tangan dan
pencuci alat-alat rumah tangga. Surfaktan ini memiliki sifat pembersih yang
sempurna dan menghasilkan busa yang banyak. Contoh surfaktan ini yaitu,
alkilbenzen sulfonat linier, alkohol etoksisulfat, dan alkil sulfat.
b. Surfaktan nonionic
Surfaktan ini tidak dapat terionisasi dalam air/larutan sehingga surfaktan ini tidak
memiliki muatan. Dalam pembuatan detergen surfaktan ini memiliki keuntungan yaitu
tidak terpengaruh oleh keadaan air karena surfaktan ini resisten terhadap air sadah.
Selain itu juga detergen yang dihasilkan hanya menghasilkan sedikit
busa.Contohnya alkohol etoksilat.
c. Surfaktan kationik
Surfaktan ini akan terionisasi dalam air/larutan membentuk ion positif. Dalam
detergen, surfaktan ini banyak digunakan sebagai pelembut. Contohnya senyawa
amonium kuarterner
d. Surfaktan amfolitik.
Bila terionisasi dalam air/larutan akan terbentuk ion positif, ion negative atau
nonionik bergantung pada pH air/larutannya. Surfaktan ini digunakan untuk pencuci
alat-alat rumah tangga. Contoh imidazolin dan betain.
Surfaktan anionik umumnya merupakan garam natrium, akan terionisasi
menghasilkan Na+ dan ion surfaktannya bermuatan negatif. Surfaktan anionik
umumnya diproduksi secara besar-besaran pada industri detergen. Detergen anionik
yang digunakan adalah sekitar 75% dari seluruh surfaktan yang digunakan, dan
hampir 95% darinya adalah alkil-alkil sulfat dan alkil benzen sulfonat. Jenis ini
merupakan komponen polutan utama detergen pada air permukaan.Contoh :
Natrium dodekil sulfonat, Natrium dodekil benzensulfonat .
Surfaktan anionic merupakan surfaktan yang memiliki gugus hidrofilik anionik.
Contoh surfaktan anionic biasa disebut “sabun” (sabun asam lemak), garam asam
alkilsulfonat (komponen utama deterjen sintetis, seperti alkil benzene sulfonat
(LAS) ), lemak alcohol sulfat (komponen utama shampoo atau deterjen netral) dan
lain-lain. Karena sabun asam lemak adalah garam dari asam lemak dan logam basa
(garam asam lemah dan basa kuat), maka sabun ini terhidrolisis dalam air dan
larutannya menjadi sedikit basa. Namun, larutan dari surfaktan anionik lainnya
adalah netral. Larutan deterjen sintetis diatur agar sedikit basa, tapi bukan
disebabkan oleh deterjen itu sendiri (deterjennya netral) melainkan karena efek dari
zat tambahan (natrium karbonat dan lain-lain). Ini merupakan perbedaan utama
antara sabun dan deterjen sintetis. surfaktan anionik yang paling umumdigunakan
adalah Alkyle
Benzene Sulfonate (ABS). Surfaktananionik ini sangat tidak menguntungkan
karena ternyata sangatlambat terurai oleh bakteri pengurai disebabkan oleh adanya
rantaibercabang pada strukturnya. Oleh kerena itu ABS kemudiandigantikan oleh
surfaktan yang dapat dibiodegradasi yang dikenaldengan Linier Alkilbenzen Sulfonat
(LAS).
Penggolongan Zat Aktif Permukaan
Zat aktif permukaan adalah zat yang cenderung terkonsentrasi pada antar
muka dan mengaktifkan antar muka serta mempunyai kemampuan untuk
menurunkan atau menaikkan tegangan permukaan. Molekul zat aktif permukaan
terdiri dari dua gugus penting yaitu gugus hidrofil (menarik pelarut) dan hidrofob
(menolak pelarut). Gugus hidrofob biasanya terdiri dari rantai alifatik yang umumnya
paling sedikit sepuluh atom karbon (C). Gugus hidrofob bersifat menjauhi air. Dan
gugus hidrofil yang memiliki sifat mendekati air. Mengingat banyaknya jenis zat aktif
permukaan maka perlu dibedakan antara golongan dan penggolongan menurut
sifat aktif ionnya yaitu golongan aktif anion dan aktif nonion yang pada umumnya
bersifat menurunkan tegangan permukaan, dan golongan aktif kation yang bersifat
menaikan tegangan permukaan. Analisa penggolongan terhadap sifat aktif ion
dapat dilakukan menurut cara Wurtzschmitt. Menurut cara Wurtzschmitt
berdasarkan pengendapan dengan pereaksi tertentu yang dibagi menjadi 8
golongan, yaitu :
1. Kondensat polialkohol.
2. Kondensat alkil amida.
3. Zat aktif anion.
4. Zat aktif kation.
5. Poliakilena amina (bukan senyawa kuartener).
6. Polialkilena oksida dengan lebih dari 10 mol etilen oksida yang tidak tersulfonkan.
7. Polialkilena oksida dengan 10 mol etilen oksida yang tidak tersulfonkan.
8. Polialkilena tersulfonkan.

Tabel penggolongan menurut Wutzchmitt


Golongan Hasil Uji

a B c d e f g h
I - - - - - - - -
II - - - - - - - -
III + - - - - -/+ - -
IV - + - - - - + +
V - + - + - + - -
VI - - + + - + - -
VII - - - + + + - -
VIII - - - - - - + -
Sedangkan penggolongan yang lain menurut struktur kimia zat aktif permukaan
(menurut cara Linsenmeyer), yaitu:

1. Golongan sabun
2. Minyak tersulfonkan.
3. Minyak tersulfon tingkat tinggi.
4. Naftalena sulfonat
5. Alkil alkohol sulfonat.
6. Mersolat.
7. Kondensat asam lemak.
8. Kondensat protein asam lemak. Kondensat etilena oksida
IV. Alat dan Bahan

A. Alat B. Bahan
- Tabung reaksi - Sampel ZAP
- Batang pengaduk - Zat aktif anion
- Pipet ukur 10 ml - Zat aktif kation
- Pipet tetes - NaCl 10%
- Pembakar bunsen - BaCl2
- Penjepit tabung - Asam Tanin PH 2,5
- Rak tabung - Asam tanin PH 4-4,5
- Asam tanin PH 7-7,5
- Larutan jenuh Yodium
- HCl encer
- HCl 2N
- HCl pekat
- CuSO4 10%
- CH3COOh 15%
- HCl pekat
- NaOH 10%
- Lakmus merah
- KmnO4
- Larutan Biuret

V. Langkah Kerja
A. Cara Wutzchmitt
1. Zat Aktif Permukaan golongan 3 dan 8
a) Masukkan 2 ml larutan contoh kedalam tabung reaksi ; tambahkan 10 tetes
larutan aktif kation (b)
b) Bila terjadi pengendapan, maka zat aktif permukaan termasuk golongan 3 dan 8
2. Zat Aktif Permukaan golongan 4 dan 5
a) Masukkan 2 ml larutan contoh kedalam tabung reaksi ; tambahkan 10 tetes
larutan aktif anion, kocok dengan baik (a)
b) Bila terjadi pengendapan, maka zat aktif permukaan termasuk golongan 4 dan 5
3. Zat Aktif Permukaan golongan 6
a. Masukkan 2 ml larutan contoh kedalam tabung reaksi ; tambahkan 2 ml air suling
kemudian panaskan. Amati!
b. Bila terjadi kabut pada dasar tabung reaksi, maka zat aktif permukaan termasuk
golongan 6
4. Zat Aktif Permukaan golongan 5, 6, dan 7
a. Masukkan 2 ml larutan contoh kedalam tabung reaksi ; tambahlan 10 tetes
larutan asam tanin pH 2,5 (g)
b. Bila terjadi endapan, maka zat aktif permukaan termasuk golongan 5, 6, dan 7
c. Bila tidak terjadi endapan, maka zat aktif permukaan termasuk golongan 1 dan 2
5. Zat Aktif Permukaan golongan 4 dan 8
a. Masukkan 2 ml larutan contoh kedalam tabung reaksi ; tambahkan 10 tetes ml
larutan asam tanin pH 4 – 4,5 (f)
b. Bila terjadi endapan, maka zat aktif permukaan termasuk golongan 4 dan 8
c. Bila tidak terjadi endapan, maka zat aktif permukaan termasuk golongan 1 dan 2
6. Zat Aktif Permukaan golongan 4
a. Masukkan 2 ml larutan contoh kedalam tabung reaksi ; tambahkan 10 tetes
larutan Iodium jenuh (h)
b. Bila terjadi endapan, maka zat aktif permukaan termasuk golongan 4
c. Bila tidak terjadi endapan, maka zat aktif permukaan termasuk golongan 1 dan 2
7. Zat Aktif Permukaan golongan 1 dan 2
a. Maasukkan 2 ml larutan contoh, masing-masing kedalam 10 tetes larutan asam
tanin pH 2,5 (g) ; 10 tetes larutan asam tanin pH 4 – 4,5 (f) ; 10 tetes larutan
asam tanin pH 7 – 7,5 (e) ; 10 tetes larutan Iodium jenuh (h)
b. Bila pada masing-masing tabung larutan asam tanin tersebut tidak terjadi
endapan, maka zat aktif permukaan termasuk golongan 1 dan 2
c. Masukkan 2 ml larutan contoh kedalam tabung reaksi ; tambahkan 10 tetes
larutan NaCl 10% (atau CaCl2 10% ; atau BaCl2 10%), kemudian panaskan
larutan tersebut dan amati apa yang terjadi pada dasar tabung reaksi! (d)
d. Bila tidak terjadi kabut pada dasar tabung reaksi, maka zat aktif permukaan
termasuk golongan 1 dan 2

B. Cara Linsenmeyer
Buat ZAP dengan konsentrasi 1 % (Yang tersedia adalah ZAP dengan
konsentrasi 10%)

VI. Data Pengamatan


a. Cara Wutzshmitt

Cara Uji Prosedur Hasil pengamatan Kesimpulan


kerja Golongan
1 3&8 1. 3 ml CU + 1 ml larutan aktif Endapan putih +
kation
2 4&5 1. 3 Ml cu + larutan aktif anion Tidak ada perubahan -
3 6 1. 3 Ml cu + 2 ml air suling  Tidak ada perubahan -
4 5,6,7 1. 3 ml cu + 1 ml asam tanin PH Endapan +
2,5
5 4&8 1. 3 ml cu + 1 ml asam tanin PH Endapan +
4-4,5
6 4 1. 3 ml cu + 1 ml larutan iodium Tidak adanya -
jenuh perubahan
7 1&2 1. 3 ml cu + 1 ml larutan asam Tidak ada perubahan -
tanin PH 2,5 + 1 ml larutan asam
tanin PH 4-4,5 + 1 ml larutan aam
tanin PH 7-7,5 + 1 ml larutan
iodium jenuh
2. 3 ml cu + 1 ml NaCl 10% Tidak ada perubahan -

b. Cara linsemeyer

Cara Uji Prosedur Hasil Pengamatan Kesimpulan


kerja Golongan
1 1&2 1. 3 ml cu + 2 ml CH3COOH 15% Kekeruhan +

2. 3 ml cu + 2 ml air sadah 20ºDH Tidak ada perubahan -
2 2 1. 3 ml cu + 1 ml BaCl 2 + 1 ml HCl Endapan putih +
2N
3 3&8 1. 3 ml cu + HCl pekat Tidak ada perubahan -
2. 3 ml cu + 2 ml biuret Tidak ada perubahan -
3. 3 ml cu + 2 ml HCl encer  Tidak ada perubahan -
dan tidak berbau
4 4&5 1. 3 ml cu + 1 ml HCl pekat dingin Kekeruhan +
 larutan jernih + 2,5 ml HCl
pekat  + 5 ml air sulig dingin
2. 3 ml cu + 2 ml CuSO4 Tidak terbentuk -
endapan
5 6 1. 3 ml cu + 1-2 tetes BaCl2 Tidak terbentuk -
endapan
6 7 1. 3 ml cu + 1-2 tetes NaOH Tidak ada perubahan -
10%
7 5&6 1. 3 ml cu + 2 ml HCl  Tidak ada perubahan -
8 5&7 1. 3 ml cu + 2 ml KmnO4 Tidak ada perubahan -

VII. Diskusi
a. Cara wutzshmitt
Pada praktikum kali ini yaitu penggolongan zt aktif permukaanyang bertujuan
untuk mengetahui dan menganalisis golongan ZAP yang uji. Penggolongan ZAP ini
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penggolongan ZAP cara wurtzschmitt. Pada
percobaan penggolongan ZAP cara wurzchmitt ini bertujuan untuk membagi ZAP
berdasarkan pengendapan ZAP dengan tiap macam-macam pereaksi menjadi 8
golongan. Pengujian dilakukan dengan cara kualitatif dimana hasil pengamatan
hanya dengan cara visual. Cara pengujian penggolongan ZAP menurut cara
Wurzchmitt ini dilakukan dengan delapan kali penggolongan yang terdiri dari uji
kation, uji anion, pemanasan I, pemanasan II, tanin I (pH 7 & 5), tanin II (pH 4.5),
tanin III (pH 2.5), dan iodium jenuh. Dalam praktikum ini dilakukan dengan cara
mereaksikan sampel ZAP dengan zat pereaksinya masing-masing. banyaknya jenis
zat aktif permukaan maka perlu dibedakan antara golongan penggolongan menurut
sifat aktif ionnya yaitu golongan aktif anion dan aktif nonion yang pada umumnya
bersifat menurunkan tegangan permukaan, dan golongan aktif kation yang bersifat
menaikan tegangan permukaan. Analisa penggolongan terhadap sifat aktif ion dapat
dilakukan menurut cara Wurtzschmitt. Menurut cara Wurtzschmitt berdasarkan
pengendapan dengan pereaksi tertentu yang dibagi menjadi 8 golongan.
Berdasarkan ZAP no 12 termasuk ke dalam golongan 3 dan 8. Golongan 3 ini
menunjukkan jenis ZAP anion yaitu ZAP yang mengalami pengionan menjadi ion
negative didalam larutan atau medium air.
b. Cara Linsen meyer
Pada percobaan penggolongan ZAP cara linsenmeyer bertujuan untuk
membagi ZAP menjadi 9 golongan yang menunjukkan struktur molekul ZAP.
Langkah pertama pengujian penggolongan ZAP cara linsenmeyer yaitu dengan
membuat larutan sampel ZAP menjadi 1%, hal ini bertujuan untuk mengurangi
kepekatan ZAP sehingga pada saat dilakukan pengujian tidak membutuhkan zat
penguji yang terlalu banyak. Kemudian diuji berdasarkan cara kerja dengan
menggunakan tabung reaksi. Pengujian penggolongan ZAP cara linsenmeyer ini
dilakukan dengan uji kualitatif, dimana pengujian dapat ditentukan dengan
perubahan yang terjadi pada larutan ZAP. Dari hasil percobaan dalam sampel ZAP
no 12 termasuk dalam golongan 2 dan golongan 4.
I. Judul
Pengujian Daya Tahan Sadah
II. Maksud dan Tujuan
Agar praktikan bisa mengui daya tahan zat aktif permukaan terhadap
garam penyebab sadah dan air sadah 20ºDH, 30ºDH, 40ºDH.
III. Dasar Teori
Air sadah adalah air yang banyak mengandung ion-ion kalsium dan
magnesium. Berdasarkan jenisnya dibagi menjadi dua yaitu air sadah
sementara dan air sadah tetap. Kedua jenis air sadah ini berbeda dalam
kandungan anion dan cara menghilangkannya. Air sadah sementara
mengandung anion bikarbonat (HCO3-) sedangkan air sadah tetap
mengandung anion klorida (Cl-) dan sulfat (SO42-). Adapun cara
penghilangan untuk air sadah sementara adalah cukup dengan
pemanasan sehingga akan terbentuk terak sesuai persamaan berikut :
Ca(HCO3)2(aq)  CaCO3(s) + H2O(l) + CO2(g)
Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat
menyebabkan beberapa masalah. Air sadah dapat menyebabkan
pengendapan mineral, yang menyumbat saluran pipa dan keran. Air
sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, dan air
sadah yang bercampur sabun tidak dapat membentuk busa, tetapi
malah membentuk gumpalan soap scum (sampah sabun) yang sukar
dihilangkan. Efek ini timbul karena ion 2+ menghancurkan sifat surfaktan
dari sabun dengan membentuk endapan padat (sampah sabun
tersebut). Komponen utama dari sampah tersebut adalah kalsium
stearat, yang muncul dari stearat natrium, komponen utama dari sabun:
2 C17H35COO- + Ca2+ → (C17H35COO)2Ca
Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan ketat
untuk mencegah kerugian. Pada industri yang menggunakan ketel uap,
air yang digunakan harus terbebas dari kesadahan. Hal ini dikarenakan
kalsium dan magnesium karbonat cenderung mengendap pada
permukaan pipa dan permukaan penukar panas. Presipitasi
(pembentukan padatan tak larut) ini terutama disebabkan oleh
dekomposisi termal ion bikarbonat, tetapi bisa juga terjadi sampai batas
tertentu walaupun tanpa adanya ion tersebut. Penumpukan endapan ini
dapat mengakibatkan terhambatnya aliran air di dalam pipa. Dalam ketel
uap, endapan mengganggu aliran panas ke dalam air, mengurangi
efisiensi pemanasan dan memungkinkan komponen logam ketel uap
terlalu panas. Dalam sistem bertekanan, panas berlebih ini dapat
menyebabkan kegagalan ketel uap. Kerusakan yang disebabkan oleh
endapan kalsium karbonat bervariasi tergantung pada bentuk kristal,
misalnya, kalsit atau aragonit.

IV. Alat dan Bahan

A. Alat B. Bahan
- Tabung Reaksi Pereaksi:
- Labu ukur 100 ml - Air sadah 20ºDH,
- Pipet volume 10 ml 30ºDH, 40ºDH.
- Larutan ZAP

V. Langkah Kerja

1. Membuat larutan dengan konsentrasi 1% di dalam air sadah.


2. Untuk air 20˚DH, 2 ml air sadah 100˚DH ditambah dengan 1 ml contoh
uji diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung rekasi.
3. Untuk air 30˚DH, 3 ml air sadah 100˚DH ditambah dengan 1 ml contoh
uji diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung rekasi.
4. Untuk air 40˚DH, 4 ml air sadah 100˚DH ditambah dengan 1 ml contoh
uji diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung reaksi.
5. Masing-masing larutan dikocok-kocok dan diamati, pengujian dilakukan
pada suhu kamar.
VI. Data Pengamatan
VII. Diskusi
Pada percobaan ini praktikan diharuskan untuk melakukan pengujian
daya tahan ZAP terhadap air sadah, air sadah 20 °dH, 30°dH dan
40°dH. Pada praktikum ini konsentrasi sampel ZAP dibuat menjadi 1%,
hal ini dilakukan bertujuan untuk mengurangi kepekatan ZAP sehingga
pada saat dilakukan pengujian tidak membutuhkan zat penguji yang
terlalu banyak, sebab pengujiannya dilakukan secara kualitatif saja.
Apabila terjadi kekeruhan atau pengendapan pada larutan 1% detergen
dalam air sadah tersebut, maka ZAP tidak tahan air sadah. Apabila
terjadi kekeruhan pada air 30°dH dan terjadi pengendapan pada air
40°dH dan tidak ada perubahan pada air 20°dH berarti ZAP cukup tahan
terhadap air sadah. Apabila sama sekali tidak terjadi perubahan pada air
20°dH, 30°dH, 40°dH, berarti ZAP sangat tahan terhadap air sadah.
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan terhadap sampel ZAP no 2,
dihasilkan data dari ketiga hasil tidak terjadi perubahan/ kekeruhan hal
ini dapat terjadi sebab sampel ZAP tersebut tidak bereaksi atau
berikatan dengan air sadah sehingga tidak terjadi pembentukan
endapan dengan ion Ca mataupun dengan ion Mg. Dengan demikian
sampel ZAP tersebut tahan terhadap air sadah.
I. Judul
Daya Tahan Alkali

II. Maksud dan Tujuan


Praktikan bisa menentukan daya tahan suatu zat aktif permukaan terhadap alkali

III. Dasar Teori


basa atau alkali adalah senyawa kimia yang menyerap ion hidronium ketika
dilarutkan dalam air. Alkali adalah lawan dari asam, yaitu ditunjukkan untuk unsur
atau senyawa kimia yang memiliki pH lebih dari 7. Kostik merupakan istilah yang
digunakan untuk basa kuat. Basa dapat dibagi menjadi basa kuat dan basa lemah.
Kekuatan basa sangat tergantung pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion
OH dalam larutan dan konsentrasi larutan basa tersebut. Pengujian daya tahan alkali
secara kualitatif dilakukan dengan penambahan NaOH 25% ke dalam larutan
detergen, yang kemudian dididihkan dengan memakai pendingin refluks, dicatat
adanya pemisahan minyak atau terjadinya penggaraman pada larutan detergen.
Kemudian disaring dan diambil residunya. Residu diencerkan dan dinetralkan
dengan asam dengan penunjuk indikator metil jingga.

IV. Alat dan Bahan

A. Alat B. Bahan
- Erlenmeyer 200 ml - NaOH padat
- Gelas piala 250 ml - Indikator MO
- Kertas saring - HCl pekat
- Corong - HCl 1N
- Refluks

V. Langkah kerja
1. Melarutkan 1 gram ZAP (10 ml ZAP 10%) yang akan diuji dengan 65 ml air suling,
kemudian tambahkan 25 gram NaOH padat dan 1-2 butir batu didih.
2. Kocoklah hingga larut sempurna, kemudian amati adanya perubahan (Pengamatan
I).
3. Didihkan larutan tersebut, pada refluks selama 15 menit, amati adanya perubahan,
apakah terjadi penggaraman (Pengamatan II).
4. Dinginkan larutan tersebut, kemudian saring sisa yang tidak larut pada kertas saring
dipindahkan ke dalam piala gelas yang berisi 25 ml air suling.
5. Titrasi dengan HCl sampai netral dengan indikator MO (Pengamatan III).
6. Kocok dengan hati-hati larutan tersebut kemudian didihkan selama 5 menit dang
dinginkan sampai suhu kamar, amati adanya perubahan (Pengamatan IV)

VI. Data Pengamatan

VII. Diskusi

Pada praktikum ini konsentrasi sampel ZAP dibuat menjadi 1%, hal ini dilakukan
bertujuan untuk mengurangi kepekatan ZAP sehingga pada saat dilakukan
pengujian tidak membutuhkan zat penguji yang terlalu banyak, sebab pengujiannya
dilakukan secara kualitatif saja. Dalam praktikum ini dilakukan percobaan dengan
menggunakan NaOH padat, dimana NaOH merupakan basa kuat sehingga dapat
dijadikan indikator apakah suatu ZAP tahan terhadap alkali atau tidak. Selain itu juga
digunakan HCl yang berguna untuk menetralkan larutan. Ketahanan ZAP terhadap
alkali dapat dilihat pada perubahan yang terjadi pada pengujian apakah terjadi
penggaraman atau pemisahan minyak bila dipanaskan sambil direfluks, hal tersebut
dilakukan agar NaOH atau KOH cepat bereaksi dengan ZAP. Pada pengujian alkali
zat yang ditambahkan adalah yang bersifat alkali yaitu NaOH padat sebanyak 25
gram. Pada saat pengamatan I, ZAP tidak terjadi penggaraman, yaitu saat larutan
dikocok hingga larut sempurna, kemudian di refluks dan terjadi penggaraman. Hal ini
menunjukkan bahwa sampel ZAP dinyatakan tahan alkali.
I. Judul
Uji Dayan Tahan Asam

II. Maksud dan Tujuan


Praktikan bisa menentukan daya tahan suatu ZAP terhadap asam dengan
konsentrasi tertentu

III. Dasar Teori

Asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada
zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron
bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam
reaksi penetralan untuk membentuk garam. Pengujian daya tahan alkali
secara kualitatif dilakukan dengan penambahan NaOH 25% ke dalam
larutan detergen, yang kemudian di didihkan dengan memakai
pendingin refluks, dicatat adanya pemisahan minyak atau terjadinya
penggaraman pada larutan detergen. Kemudian disaring dan diambil
residunya. Pengujian terhadap asam menunjukan ZAP ketahan ZAP
terhadap asam, dengan ciri yaitu saat dipanaskan masih berbusa dan
tidak terlihat adanya minyak.

IV. Alat dan Bahan

Alat Bahan
- Gelas Erlenmeyer 300 ml - H2SO4 10%
- Refluks - - H2SO4 pekat
- Batu didih

V. Langkah Kerja

1. Masukkan 100 ml larutan ZAP 1% (10 ml ZAP 10% diencerkan menjadi


100 ml) kedalam labu erlenmeyer, tambahkan batu didih dan 1 ml (asam
sulfat) H2SO4 10%.
2. Didihkan larutan selama 15 menit dengan refluks, amati adanya
perubahan, apakahterjadi kekeruhan, pemisahan minyak, atau
kehilangan daya busa (Pengamatan I).
3. Bila tidak terjadi perubahan, tambahkan 0,5 ml (asam sulfat) H 2SO4
pekat, didihkandengan refluks, amati apakah ada perubahan pada
perlakuan dengan konsentrasi asam sulfat 1% ini (Pengamatan II).
4. Bila tidak terjadi perubahan, naikkan konsentrasi asam sulfat dalam
larutan menjadi 3% dengan menambahkan 1 ml asam sulfat pekat dan
kemudian didihkan selama 15 menit. Amati apakah ada perubahan pada
kondisi ini (Pengamatan III).
5. Bila tidak terjadi perubahan, tambahkan 6,5 ml asam sulfat pekat agar
konsentrasi asam dalam larutan menjadi 10%, kemudian refluks selama
15 menit. Amati apakahada perubahan (Pengamatan IV).
6. Bila pada pengamatan IV tidak terjadi pengendapan atau pemisahan
minyak, larutan diencerkan dengan air dalam volume yang sama dan
dikocok-kocok dengan teratur, kemudian diamati apakah masih timbul
busa atau tidak (Pengamatan V).
7. Bila tidak terjadi perubahan, percobaan dihentikan (Pengamatan VI).
EVALUASI:

 Bila pada pengamatan (I) terjadi penguraian atau


pemisahan minyak, ZAPdinyatakan sangat tidak tahan
asam.
 Bila pada pengamatan (II) terjadi perubahan, ZAP dinyatakan tidak tahan
asam.
 Bila pada pengamatan (III) terjadi perubahan, ZAP dinyatakan
agak tidak tahanasam.
 Bila pada pengamatan (IV) terjadi perubahan, ZAP dinyatakan agak tahan
asam.
 Bila pada pengamatan (V) ZAP masih berbusa, ZAP dinyatakan
tahan terhadapasam.
 Bila pada pengamatan (VI) tidak terjadi perubahan, ZAP
dinyatakan sangat tahanterhadap asam.

VI. Data pengamatan


 Pengamatan I : Saat ditambahkan 1 ml asam sulfat 10% dan didihkan selama 15
menit , tidak terjadi perubahan
 Pengamatan II : Ketika ditambahkan 0,5 ml asam sulfat pekat dan didihkan di
refluks , terjadi perubahan pemisahan minyak
Pengamatan terjadi pada saat pengamatan II dinyatakan ZAP tidak tahan asam.

VII. DIskusi

Dalam Praktikum kali ini yang bertujuan untuk menentukan daya tahan zat aktif
permukaan terhadap asam dengan konsentrasi tertentu, pada pengamatan I tidak
terjadi perubahan dan pada pengamatan II saat ditambahkan kembali asam sulfat
pekat sebanyak 0,5 ml dan direfluks kembali , terjadi perubahan yaitu pemisahan
minyak disimpulkan bahwa sampel larutan ZAP tidak tahan asam

Anda mungkin juga menyukai