Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM ZAT PEMBANTU TEKSTIL

ZAT AKTIF PERMUKAAN

ZAT AKTIF PERMUKAAN


Proses tekstil sebagian besar merupakan proses basah, yaitu proses yang
membutuhkan air dalam kegiatannya. Dalam prosesnya, sebagian besar
menggunakan zat pembantu tekstil untuk membantu kelancaran proses dan
hasil yang sempurna. Zat pembantu tekstil merupakan zat-zat yang
ditambahkan pada berbagai proses-proses tekstil dengan maksud-maksud
tertentu. Pada umumnya zat pembantu tekstil tersebut merupakan zat aktif
permukaan.
Zat aktif permukaan adalah zat yang cenderung terkonsentrasi pada antar
muka dan mengaktifkan antar muka serta mempunyai kemampuan untuk
menurunkan atau menaikkan tegangan permukaan. Molekul zat aktif
permukaan terdiri dari dua gugus penting yaitu gugus hidrofil (menarik pelarut)
dan hidrofob (menolak pelarut). Gugus hidrofob biasanya terdiri dari rantai
alifatik yang umumnya paling sedikit sepuluh atom karbon (C). Gugus hidrofob
bersifat menjauhi air. Dan gugus hidrofil yang memiliki sifat mendekati air.
Klasifikasi zat aktif permukaan
a. Berdasarkan penggunaannya, maka zat aktif permukaan dapat digolongkan:

Sebagai pembasah (wetting agent)

Sebagai zat pencuci (detergent)

Sebagai zat anti busa (anti foaming agent)

Sebagai emulgator (emulsifier)

Sebagai zat tahan air

Dan lain-lain

b. Berdasarkan struktur kimianya :

Menurut Linsenmeyer (9 golongan)

Menurut Wurtzchmitt (8 golongan)

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ZAT PEMBANTU TEKSTIL

c. Berdasarkan sifat elektrokimia dan ionisasi molekul di dalam medium air


adalah sebagai berikut :
1. Zat aktif anion adalah zat yang terionisasi dalam larutan dengan rantai
panjang yang membawa muatan negatif. Zat aktif anion berfungsi untuk
menurunkan tegangan permukaan.
Biasanya dalam ZAP anion dalam strukturnya terdapat gugus :

Senyawa karboksilat : -(R-COO-)-

Senyawa ester sulfat : -(R-COSO3)-

Senyawa aklil sulfonat : -(R-SO3)-

Senyawa anion lainnya yang bersifat hidrofil

2. Zat aktif kation adalah zat yang terionisasi dalam larutan dengan rantai
panjang yang membawa muatan positif. Zat aktif kation berfungsi untuk
menaikan tegangan permukaan.
Biasanya dalam ZAP kation dalam strukturnya terdapat gugus :
Senyawa amino : - [-R-N(R`R``)H-]+
Senyawa amonium : - [-R-N(R`R``R```)-]+
Senyawa basa yang tidak mengandung nitogen : - [-R-S(R`R``)-]+
Senyawa basa yang mengandung Nitrogen
3. Zat aktif amfoter atau amfolitik adalah zat yang terionisasi dalam larutan
dengan rantai panjang yang membawa muatan negatif maupun positif
bergantung dari suasana pH.
Biasanya dalam ZAP anion dalam strukturnya terdapat gugus :
Ikatan amino dan karboksilat
Ikatan amino dan ester sulfat
4. Zat aktif nonion adalah zat yang tidak terionisasi dalam larutan,
kereaktifan kapiler dari golongan ini disebabkan beberapa macam gugus
yang hidrofil.
Biasanya dalam ZAP nonionik dalam strukturnya terdapat gugus :

Ikatan eter pada gugus terlarut : -R-R`(OR)x -OH


Ikatan ester : -R-COO-R`-(OH)x
Ikatan amida : -R-CO-NH-R`-(CONH)x -COOL
Ikatan amina : -R-NH-(OR)x OH

Sifat-sifat kimia dari zat aktif permukaan


a. Sebagai larutan koloid

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ZAT PEMBANTU TEKSTIL

Bersifat amphifilik, karena memilki 2 gugus yang berbeda yaitu gugus


hidrofil (suka air) dan gugus hidrofob (tidak suka air) sehingga posisinya
berada ditengah-tengah antara larutan dan suspensi (zat padat tak larut) =
koloid.
b. Adsorpsi
ZAP memiliki sifat khas yaitu akan teradsorpsi pada permukaan atau antar
muka. Sehingga rata- rata mempunyai tegangan permukaan.
c. Sifat pembasahan
Sifat pembasahan ini tergantung dari jenis ZAP yang digunakan. Macam
pembasahan yaitu ; pembasahan addition, spreading/penyebaran,
immersion/penyilaman, dan pembasahan kapiler.
d. Daya melarutkan kotoran
Karena bersifat amfifilik sehingga dapat menarik kotoran oleh gugus
hidrofobnya dan dilarutkan dalam air oleh gugus hidrofilnya.
e. Analisa terhadap ZAP meliputi beberapa pengujian yaitu: penggolongan
ZAP, daya tahan alkali, asam, basah, sadah, viskositas-density, dan MBAS.
Penggolongan ZAP
Mengingat banyaknya jenis zat aktif permukaan maka perlu dibedakan antara
golongan penggolongan menurut sifat aktif ionnya yaitu golongan aktif anion
dan aktif nonion yang pada umumnya bersifat menurunkan tegangan
permukaan, dan golongan aktif kation yang bersifat menaikan tegangan
permukaan. Analisa penggolongan terhadap sifat aktif ion dapat dilakukan
menurut cara Wurtzschmitt. Menurut cara Wurtzschmitt berdasarkan
pengendapan dengan pereaksi tertentu yang dibagi menjadi 8 golongan, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kondensat polialkohol
Kondesat alkilolamin
Zat aktif anion
Zat aktif kation
Poliakilena amina (bukan senyawa kuartener)
Polialkilena oksida dengan lebih dari 10 mol etilen oksida yang tidak

tersulfonkan
7. Polialkilena oksida dengan 10 mol etilen oksida yang tidak tersulfonkan
8. Polialkilena tersulfonkan
Sedangkan penggolongan yang lain menurut struktur kimia zat aktif
permukaan (menurut cara Linsen Meyer), yaitu :
1. Golongan sabun
2. Minyak tersulfonkan
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ZAT PEMBANTU TEKSTIL

3. Sulfon tingkat tinggi atau terkondensasi


4. Naftalena sulfonat
5. Alkil alkohol sulfonat
6. Mersolat
7. Kondensat asam lemak
8. Kondensat protein asam lemak
9. Kondensat etilena oksida

PENGGOLONGAN ZAP
(PENGUJIAN PENGGOLONGAN MENURUT WURTZSCHMITT)
I.

MAKSUD DAN TUJUAN

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ZAT PEMBANTU TEKSTIL

Agar praktikan dapat mengerti dan memahami bagaimana cara


membagi ZAP berdasarkan pengendapan dengan bermacam- macam
pereaksi menjadi 8 golongan, yaitu :
1. Kondensat polialkohol
2. Kondensat alkohol amin
3. Zat aktif anion
4. Zat aktif kation
5. Polialkilena
6. Polialkilena oksida dengan lebih dari 10 mol etilen oksida tidak
tersulfatkan
7. Polialkilena dengan 10 mol oksida tidak tersulfatkan.
Agar praktikan dapat mengerti dan memahami bagaimana cara
membagi ZAP berdasarkan struktur molekul, yaitu :
1. Golongan sabun
2. Minyak tersulfonkan
3. Sulfon tingkat tinggi atau terkondensasi
4. Naftalena sulfonat
5. Alkil alkohol sulfonat
6. Mersolat
7. Kondensat etilena oksida
II.

TEORI DASAR
Zat aktif permukaan adalah zat yang cenderung terkonsentrasi pada antar
muka dan mengaktifkan antar muka serta mempunyai kemampuan untuk
menurunkan atau menaikkan tegangan permukaan. Molekul zat aktif
permukaan terdiri dari dua gugus penting yaitu gugus hidrofil (menarik
pelarut) dan hidrofob (menolak pelarut). Gugus hidrofob biasanya terdiri
dari rantai alifatik yang umumnya paling sedikit sepuluh atom karbon (C).
Gugus hidrofob bersifat menjauhi air. Dan gugus hidrofil yang memiliki
sifat mendekati air.
Mengingat banyaknya jenis zat aktif permukaan maka perlu dibedakan
antara golongan penggolongan menurut sifat aktif ionnya yaitu golongan
aktif anion dan aktif nonion yang pada umumnya bersifat menurunkan
tegangan permukaan, dan golongan aktif kation yang bersifat menaikan
tegangan permukaan. Analisa penggolongan terhadap sifat aktif ion dapat
dilakukan menurut cara Wurtzschmitt. Menurut cara Wurtzschmitt
berdasarkan pengendapan dengan pereaksi tertentu yang dibagi menjadi
8 golongan, yaitu:
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ZAT PEMBANTU TEKSTIL

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kondensat polialkohol
Kondesat alkilolamin
Zat aktif anion
Zat aktif kation
Poliakilena amina (bukan senyawa kuartener)
Polialkilena oksida dengan lebih dari 10 mol etilen oksida yang tidak

tersulfonkan
7. Polialkilena oksida dengan 10 mol etilen oksida yang tidak
tersulfonkan
8. Polialkilena tersulfonkan
Sedangkan penggolongan yang lain menurut struktur kimia zat aktif
permukaan (menurut cara Linsen Meyer), yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Golongan sabun
Minyak tersulfonkan
Sulfon tingkat tinggi atau terkondensasi
Naftalena sulfonat
Alkil alkohol sulfonat
Mersolat
Kondensat asam lemak
Kondensat protein asam lemak

9. Kondensat etilena oksida

III.

ALAT DAN PEREAKSI


III.1Alat
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Pembakar bunsen
- Pemegang tabung
- Cawan tahan api
III.2Pereaksi
- Larutan aktif zat anion
- Larutan aktif zat kation
- NaCl 10%
- Asam Tanin pH 7- 75
- Air sadah 200 DH
- Air sadah 300 DH
- Air sadah 400 DH
- H2SO4 pekat
- HCl 2N
- HCl pekat
- CH3COOH 15 %
- Campuran NaOH dan CuSO4 (lar. buret)
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ZAT PEMBANTU TEKSTIL

IV.

CARA KERJA
Cara Wurtzschmitt
a. Uji kation
1 ml larutan Cu ditambah 1- 2 ml zat anion
b. Uji anion
1 ml larutan uji ditambah 1- 2 ml zat kation
c. Pemanasan I
1 ml larutan contoh uji dilarutkan dalam tabung reaksi.
d. Pemanasan II
1 ml larutan contoh uji dipanaskan dalam tabung reaksi ditambah
BaCl2.
e. Tanin I (pH 7)
1 ml larutan contoh uji ditambah beberapa tetes tanin I.
f. Tanin II (pH 4,5)
1 ml larutan contoh uji ditambah beberapa tetes tanin II.
g. Tanin III (pH 2,5)
1 ml larutan contoh uji ditambah beberapa tetes tanin III.
h. Iodium jenuh
1 ml larutan contoh uji ditambahkan beberapa tetes larutan iodium
jenuh.
Cara Linsen Meyer
1. ZAP golongan 1 & 2
Masukkan 5 ml larutan Cu ke dalam tabung reaksi ditambah 3 ml

larutan CH3COOH 15 % atau air sadah 200 DH.


Didihkan bila terjadi penguraian pada larutan maka (+) ZAP

golongan 1 & 2.
2. ZAP golongan 2
Pijarkan sampai jadi abu contoh ZAP dalam cairan tahan api, lalu

dinginkan.
Tambahkan air suling pada abu dan dikocok bila perlu disaring. 2
ml larutan ditambah 1 ml BaCl2 dan 1 ml HCl 2N amati warna

larutan.
3. ZAP golongan 3 & 8
Teteskan HCl pekat.
Terjadi penguraian maka ZAP termasuk golongan 3 & 8.
Larutan contoh ditambah 2 ml larutan buret, panaskan bila

berwarna merah ungu, maka ZAP golongan 8.


Larutan contoh ditambah 2 ml HCl encer, panaskan bila berwarna

coklat dan berbau ikan maka ZAP termasuk golongan 8.


4. ZAP golongan 4 & 5
1 ml larutan contoh ditambah 2 ml HCl panaskan kemudian
tuangkan dalam 10 ml air dingin.
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ZAT PEMBANTU TEKSTIL

Bila terbentuk keruhan/ penguraian maka ZAP termasuk golongan

4 & 5.
5. ZAP golongan 6
1 ml larutan contoh ditambah BaCl 10% terjadi endapan putih,
dipanaskan dan dipijarkan.
Bila tidak terjadi penguraian atau keruhan maka positif golongan 6.
6. ZAP golongan 7
Laruan ke dalam alkohol, disaring dan dipijarkan.
Bila abu, menyatakan adanya sulfat maka ZAP termasuk golongan

7.
Bila tidak memberikan reaksi abu putih dan dicampur dengan fenol
menjadi endapan putih keju, maka ZAP termasuk golongan 7.

V.

DATA HASIL PERCOBAAN


Contoh sabun no. 11
a. Uji kation
1 ml larutan Cu ditambah 1- 2 ml zat anion (-)
b. Uji anion
1 ml larutan uji ditambah 1- 2 ml zat kation (+)
c. Pemanasan I
1 ml larutan contoh uji dilarutkan dalam tabung reaksi. (-)
d. Pemanasan II
1 ml larutan contoh uji dipanaskan dalam tabung reaksi ditambah
BaCl2. (-)
e. Tanin I (pH 7)
1 ml larutan contoh uji ditambah beberapa tetes tanin I. (-)
f. Tanin II (pH 4,5)
1 ml larutan contoh uji ditambah beberapa tetes tanin II. (-)
g. Tanin III (pH 2,5)
1 ml larutan contoh uji ditambah beberapa tetes tanin III. (-)
h. Iodium jenuh
1 ml larutan contoh uji ditambahkan beberapa tetes larutan iodium
jenuh. (-)

Karena dari percobaan didapatkan bahwa hanya b yang positif, maka


bisa dilihat pada tabel Wurtzschmitt bahwa ZAP termasuk golongan IV.
Selanjutnya diuji dengan cara Linsen Meyer pada percobaan golongan 4
& 5 ZAP positif.
VI.

DISKUSI
Pada percobaan ini praktikan harus dapat menggolongkan ZAP nomor 11
secara Wurtzschmitt dan Linsen Meyer. Mengingat banyaknya jenis zat
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ZAT PEMBANTU TEKSTIL

aktif permukaan maka perlu dibedakan antara golongan penggolongan


menurut sifat aktif ionnya yaitu golongan aktif anion dan aktif nonion yang
pada umumnya bersifat menurunkan tegangan permukaan, dan golongan
aktif kation yang bersifat menaikan tegangan permukaan. Analisa
penggolongan terhadap sifat aktif ion dapat dilakukan menurut cara
Wurtzschmitt. Menurut cara Wurtzschmitt berdasarkan pengendapan
dengan pereaksi tertentu yang dibagi menjadi 8 golongan, sedangkan
menurut cara Linsen Meyer penggolongan yang lain menurut struktur
kimia zat aktif permukaan.
Hal yang pertama dilakukan praktikan, yaitu membuat larutan ZAP 1%,
lalu pengujian golongan cara Wurtzschmitt, dari cara tersebut didapatkan
bahwa ZAP mengendap atau keruh saat uji anion, maka ZAP positif
mengandung anion. Lalu diperiksa pada tabel golongan menurut
Wurtzschmitt. Apabila dalam pengujian ZAP hanya positif mengandung uji
anion maka termasuk ke dalam ZAP golongan IV. Selanjutnya
penggolongan cara Linsen Meyer. Praktikan uji golongan 1 & 2, 2, 3 & 8, 4
& 5, 6, dan 7. Dari hasil percobaan didapatkan bahwa dengan 1 ml larutan
contoh ditambahkan dengan 2 ml HCl encer, kemudian tuangkan ke dalam
10 ml air dingin, dan terbentuk keruhan, maka ZAP positif mengandung
golongan 4 & 5.
Dalam pengujian penggolangan praktikan mengalami kesulitan, yaitu saat
mengamati terjadinya kekeruhan atau endapan pada contoh uji, karena
pereaksi yang digunakan sudah terkontaminasi sehingga hasilya kurang
akurat. Sebagai contoh pada saat uji tanin II (pH 4,5), tanin tersebut kotor
dan

terdapat

endapan

sehingga

saat

direaksikan

sulit

untuk

membedakannya antara endapan yang terjadi karena ZAP positif atau


karena kotoran.
VII.

KESIMPULAN
Dari hasil percobaan didapatkan bahwa ZAP nomor 11 termasuk golongan
IV.

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ZAT PEMBANTU TEKSTIL

PENGUJIAN DAYA TAHAN SADAH


I.

MAKSUD DAN TUJUAN


Agar praktikan dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara untuk
menguji daya tahan sadah dari air sadah 200dH, 300dH, dan 400dH.

II.

TEORI DASAR
Kelarutan garam-garam logam pada ZAP akan sangat mempengaruhi
pada bermacam-macam proses kimia tekstil, khususnya proses
detergensi. Pertama, larutan ZAP harus stabil terhadap ion kalsium dan
magnesium yang menyebabkan air menjadi sadah. Di dalam larutan
sabun terbentuk sabun kalsium atau magnesium yang tidak larut dan akan
mengendap pada bahan tekstil.
Percobaan yang dilakukan adalah daya tahan ZAP terhadap air sadah,
pada kesadahan 20 dH, 30dH dan 40dH. Apabila terjadi kekeruhan
atau pengendapan pada larutan 1% detergen dalam air sadah tersebut,
maka ZAP tidak tahan air sadah. Apabila terjadi kekeruhan pada air 30dH
dan terjadi pengendapan pada air 40dH dan tidak ada perubahan pada
air 20dH berarti ZAP cukup tahan terhadap air sadah. Apabila sama
sekali tidak terjadi perubahan pada air 20dH, 30dH, 40dH, berarti ZAP
sangat tahan terhadap air sadah.
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ZAT PEMBANTU TEKSTIL

III.

IV.

ALAT DAN PEREAKSI


III.1Alat
- Tabung reaksi
- Labu ukur 100 ml
- Pipet volume 10 ml
III.2Pereaksi
- Air sadah 200 dH
- Air sadah 300 dH
- Air sadah 400 dH
- Larutan ZAP
CARA KERJA
1. Buat larutan dengan konsentrasi 1 % didalam air sadah.
2. Untuk air 200 dH, 2 ml air sadah 1000 dH ditambah dengan 1 ml
contoh uji diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung reaksi.
3. Untuk air 300 dH, 2 ml air sadah 1000 dH ditambah dengan 1 ml
contoh uji diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung reaksi.
4. Untuk air 400 dH, 2 ml air sadah 1000 dH ditambah dengan 1 ml
contoh uji diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung reaksi.
5. Masing-masing larutan dikocok dan dilakukan pengamatan. Pengujian
dilakukan pada suhu kamar.

V.

DATA HASIL PERCOBAAN\


Contoh sabun no. 11
Air sadah 200 dH = Tidak terjadi perubahan
Air sadah 300 dH = Tidak terjadi perubahan
Air sadah 400 dH = Tidak terjadi perubahan

VI.

DISKUSI
Pada percobaan ini praktikan diharuskan untuk melakukan pengujian daya
tahan ZAP terhadap air sadah, pada kesadahan 20 dH, 30dH dan
40dH. Apabila terjadi kekeruhan atau pengendapan pada larutan 1%
detergen dalam air sadah tersebut, maka ZAP tidak tahan air sadah.
Apabila terjadi kekeruhan pada air 30dH dan terjadi pengendapan pada
air 40dH dan tidak ada perubahan pada air 20dH berarti ZAP cukup
tahan terhadap air sadah. Apabila sama sekali tidak terjadi perubahan
pada air 20dH, 30dH, 40dH, berarti ZAP sangat tahan terhadap air
sadah.

VII.

KESIMPULAN
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ZAT PEMBANTU TEKSTIL

Dari hasil percobaan diketahui bahwa larutan ZAP tahan sadah.

PENGUJIAN DAYA TAHAN ALKALI


I.

MAKSUD DAN TUJUAN


Agar praktikan dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara untuk
menentukan daya tahan suatu zat aktif permukaan terhadap alkali.

II.

TEORI DASAR
Definisi

umum

dari basa atau

alkali

adalah senyawa

kimia yang

menyerap ion hidroniumketika dilarutkan dalam air. Alkali adalah lawan


dari asam, yaitu ditujukan untuk unsur atau senyawa kimia yang
memiliki pH lebih dari 7. Kostik merupakan istilah yang digunakan untuk
basa kuat.
Basa dapat dibagi menjadi basa kuat dan basa lemah. Kekuatan basa
sangat tergantung pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH
dalam larutan dan konsentrasi larutan basa tersebut.

Pengujian daya tahan alkali secara kualitatif dilakukan dengan


penambahan NaOH 25% ke dalam larutan detergen, yang kemudian di
didihkan dengan memakai pendingin refluks, dicatat adanya pemisahan
minyak atau terjadinya penggaraman pada larutan detergen. Kemudian
disaring dan diambil residunya. Residu diencerkan dan dinetralkan dengan
asam dengan penunjuk indikator metil jingga.
III.

ALAT DAN PEREAKSI


III.1Alat
- Erlenmeyer 500 ml
- Gelas piala 250 ml
- Kertas saring
- Corong
- Pendingin refluks
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ZAT PEMBANTU TEKSTIL

III.2Pereaksi
- NaOH padat
- Indiktor MO
- HCl pekat
- HCl 1 N
- Larutan contoh (ZAP)
IV.

CARA KERJA
1.

Larutkan 1 gram ZAP (10 ml ZAP 10%) yang diuji dengan 65 ml air
suling, kemudian tambahkan 25 gram NaOH padat, dan beberapa
butir batu didih

2.

Kocok hingga larut sempurna, kemudian amati adanya perubahan


(Pengamatan I)

3.

Didihkan larutan dalam refluks selama 15 menit, amati prubahannya


apakah terjadi penggaraman. (Pengamatan II)

4.

Dinginkan larutan, kemudian saring sisa yang tidak larut pada kertas
saring. Pindahkan pada piala gelas yang berisi 25 ml air suling.

5.

Titrasi dengan HCl samapi netral dengan indikator MO. (Pengamatan


III)

6.

Kocok dengan hati-hati kemudian didihkan selama 5 menit dan


dinginkan sampai suhu kamar. Amati perubahannya. (Pengamatan IV)

V.

DATA HASIL PERCOBAAN


Contoh sabun no. 11
1 gram ZAP nomor 11 dilarutkan (10 ml ZAP 10%) yang akan diuji dengan
65 ml air suling, kemudian tambahkan 25 gram NaOH padat, dan
beberapa butir batu didih. Kocok hingga larut sempurna, kemudian amati
adanya perubahan (Pengamatan I)
Pada pengamatan I terjadi penggaraman, maka ZAP dinyatakan tidak
tahan terhadap alkali.

VI.

DISKUSI
Pada percobaan ini praktikan menguji daya tahan ZAP terhadap alkali,
contoh uji yang digunakan adalah nomor 11. Pada pengujian alkali zat
yang ditambahkan adalah yang bersifat alkali yaitu NaOH padat sebanyak
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ZAT PEMBANTU TEKSTIL

25 gram. Pada saat pengamatan I, ZAP terjadi penggaraman, yaitu saat


larutan dikocok hingga sempurna, karena terdapat semacam butiranbutiran berwarna coklat yang mengambang pada larutan. Menurut
evaluasi, bila pada pengamatan I terjadi penggaraman atau pemisahan
minyak, ZAP dinyatakan tidak tahan alkali.
VII.

KESIMPULAN
Dari hasil percobaan diketahui bahwa ZAP tidak tahan terhadap alkali.

PENGUJIAN DAYA TAHAN ASAM


I.

MAKSUD DAN TUJUAN


Agar praktikan dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara untuk
menentukan daya tahan ZAP terhadap asam dengan konsentrasi tertentu.

II.

TEORI DASAR
Asam (yang sering diwakili dengan rumus umum HA) secara umum
merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan
menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern,
asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat
lain (yang disebutbasa), atau dapat menerima pasangan elektron bebas
dari suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam
reaksi penetralan untuk membentukgaram. Contoh asam adalah asam
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ZAT PEMBANTU TEKSTIL

asetat (ditemukan dalam cuka) dan asam sulfat (digunakan dalam baterai
atau aki mobil). Asam umumnya berasa masam, tapi cairan asam pekat
sangat berbahaya dapat merusak kulit dan hati-hati mata, jika terpercik
asam pekat bisa berakibat kebutaan. Jika kena asam pekat harus
langsung dicuci dengan air mengalir sampai benar-benar bersih.
Pengujian terhadap asam menunjukan ZAP ketahan ZAP terhadap asam,
yang ciri, yaitu saat dipanaskan masih berbusa dan tidak terlihat adanya
minyak. Kesalahan pengujian kemungkinan disebabkan : Pengamatan
yang kurang teliti, dan kurang pahamnya praktikan dalam memahami
keterangan pada petunjuk praktikum dan melihat apakah larutan uji
tersebut masih ada daya busa, atau adanya pemisahan minyak, karena
minyaknya tidak terlihat seperti minyak goreng yang diteteskan pada air
bentuknya terlihat. Lapisan atas itu terlihat seperti minyak padahal itu
merupakan cekungan air dalam Erlenmeyer.

III.

ALAT DAN PEREAKSI


III.1Alat
- Erlenmeyer 300 ml
- Pendingin refluks
- Batu didih
III.2Pereaksi
-

H2SO4 10%

H2SO4 pekat

Larutan contoh (ZAP)

IV.

CARA KERJA
1.

100 ml larutan ZAP 1% (10 ml ZAP diencerkan menjadi 100 ml)


masukkan kedalam erlenmeyer, tambahkan batu didih dan 1 ml asam
sulfat 10%.

2.

Didihkan larutan selama 5 menit dengan refluks, amati adanya


perubahan. Apakah terjadi keruhan, pemisahan minyak atau
kehilangan daya busa. (Pengamatan 1)
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ZAT PEMBANTU TEKSTIL

3.

Bila tidak terjadi perubahan, tambahkan 0,5 ml asam sulfat pekat.


Didihkan dengan refluks, mati adakah perubahan pada perlakuan
dengan penambahan asam sulfat 1%. (Pengamatan II)

4.

Bila tidak terjadi perubahan naikkan konsentrasi asam sulfat dalam


larutan menjadi 3% dengan menambahkan 1 ml asam sulfat
kemudian direfluks selama 15 menit. Amati apakah terjadi perubahan
dalam kondisi ini. (Pengamatan III)

5.

Bila tidak terjadi perubahan naikkan konsentrasi asam sulfat dalam


larutan menjadi 10% dengan menambahkan 6,5 ml asam sulfat
kemudian direfluks selama 15 menit. Amati apakah terjadi perubahan
dalam kondisi ini. (Pengamatan IV)

6.

Bila pada pengamatan IV tidak terjadi pengendapan atau pemisahan


minyak, larutan diencerkan dengan air dalam volume yang sama dan
dikocok- kocok dengan teratur, kemudian diamati apakah masih
timbul busa atau tidak. (Pengamatan V)

7.
V.

Bila tidak terjadi perubahan percobaan dihentikan. (Pengamatn VI)


DATA HASIL PERCOBAAN
Contoh sabun no. 11
100 ml larutan ZAP nomor 11 1% (10 ml ZAP diencerkan menjadi 100 ml)
masukkan kedalam erlenmeyer, tambahkan batu didih dan 1 ml asam
sulfat 10%.
Didihkan larutan selama 5 menit dengan refluks, amati adanya perubahan.
Apakah terjadi keruhan, pemisahan minyak atau kehilangan daya busa.
(Pengamatan 1)
Pada pengamatan I terjadi penguraian atau pemisahan minyak, ZAP
dinyatakan sangat tidak tahan asam.

VI.

DISKUSI
Pada percobaan ini praktikan menguji daya tahan ZAP terhadap asam,
contoh uji yang digunakan adalah nomor 11. Pada pengujian asam zat
yang ditambahkan adalah yang bersifat asam yaitu H2SO4 10% sebanyak
1 ml. Pada saat pengamatan I, larutan ZAP terjadi pemisahan minyak,
yaitu saat larutan di didihkan menggunakan refluks selama 15 menit,,
karena terdapat semacam minyak berwarna coklat kekuningan yang
mengambang pada larutan. Menurut evaluasi, bila pada pengamatan I
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ZAT PEMBANTU TEKSTIL

terjadi penguraian atau pemisahan minyak, ZAP dinyatakan zangat tidak


tahan asam.
VII.

KESIMPULAN
Dari hasil percobaan diketahui bahwa ZAP sangat tidak tahan asam.

DENSITY
I.

MAKSUD DAN TUJUAN


Agar praktikan dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara
menentukan berat jenis suatu larutan pada beberapa konsentrasi.

II.

TEORI DASAR
Density (kerapatan) adalah berhubungan dengan konsentrasi. Yaitu fasa
terlarut dan fasa pelarut, semakin banyak pelarut maka kadar zat terlarut
akan semakin berkurang ini berarti kerapatannya berkurang, demikian
pula sebaliknya. Cara pengukurannya adalah dengan membandingkan air
yang sudah diketahui nilai kerapatannya dengan larutan ZAP yang diambil
pada volume yang sama dan pada suhu yang sama.

III.
-

ALAT DAN PEREAKSI


III.1Alat
Piknometer
Thermometer
Pipet ukur 10 ml
Gelas ukur 100 ml
Piala gelas

III.2Pereaksi
Larutan contoh (ZAP)

IV.

CARA KERJA
1.

Membuat larutan ZAP dengan konsentrasi 0,1 ; 0,2 ; 0,3%


LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ZAT PEMBANTU TEKSTIL

2.

Mengeringkan picnometer kosong dalam oven + 105o 100o C


selama 1 jam (kering mutlak).

3.

Memasukkan picnometer dalam eksikator selama kurang lebih 15


menit (berat tetap).

4.

Menimbang picnometer (berat picnometer kosong = a gram)

5.

Masukkan larutan ZAP masing- masing konsentrasi lalu ditimbang


(berat = b gram).

6.
V.

Amati suhu pada termometer saat penimbangan.


DATA HASIL PERCOBAAN
Contoh sabun no. 15
Berat piknometer (a) = 20,3160 gram
Volume piknometer isi air = 43,7453 gram
Suhu = 27oC
Berat piknometer + contoh uji (b gram) :
Konsentrasi
0,1 %
0,2 %
0,3 %

Berat
43,7784 gram
43,7792 gram
43,7764 gram

Berat jenis contoh uji masing- masing konsentrasi

0,2 %

ba 43,779220,3160
3
=
=0,5363 gram/ cm
V
43,7453

ba 43,776420,3160
=
=0,5363 gram/cm3
V
43,7453

0,3 %

VI.

ba 43,778420,3160
3
=
=0,5363 gram/cm
V
43,7453

0,1 %

DISKUSI
Pada percobaan ini praktikan harus menghitung berat jenis contoh uji dengan
3 konsentrasi yang berbeda, yaitu 0,1 %, 0,2 %, dan 0,3 %. Hal yang pertama
harus dilakukan membuat larutan contoh uji dengan 3 konsentasi yang
berbeda. Lalu piknometer harus di oven selama 1 jam, agar tidak ada
kandungan air yang tersisa dan dapat ditimbang berat tetapnya (a gram).
Setelah itu larutan contoh uji dengan konsentrasi yang berbeda- beda
dimasukkan ke dalam piknometer dan juga masukkan thermometer lalu
timbang berat tetap (b gram). Cara membuat larutan contoh uji 0,1 %, yaitu
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ZAT PEMBANTU TEKSTIL

pipet 10 ml larutan contoh uji kemudian larutkan dengan 100 ml air. Cara
membuat contoh uji untuk konsentrasi 0,2 % dan 0,3 % sama seperti cara
membuat konsentrasi 0,1 %. Dari percobaan ini didapatkan didapat hasil berat
jenis contoh uji lebih kecil dari berat jenis air (pada suhu saat pengujian 27oC).
Hal ini dapat terjadi akibat penimbangan yang kurang akurat, contoh uji yang
diencerkan kurang homogen, air yang digunakan berasal dari kran, sehingga
kemungkinan air telah terkontaminasi oleh logam lainnya menyebabkan hasil
kurang akurat.
VII.

KESIMPULAN
Dari hasil percobaan diketahui bahwa berat jenis dari contoh ZAP no. 15
adalah 0,5363 gram/cm3.

VISCOSITAS
I.

MAKSUD DAN TUJUAN


Agar praktikan dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara untuk
menentukan kekentalan suatu larutan pada beberapa konsentrasi.

II.

TEORI DASAR

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ZAT PEMBANTU TEKSTIL

Viskositas merupakan pengukuran dari ketahanan fluida yang diubah baik


dengan tekanan maupun tegangan. Pada masalah sehari-hari (dan hanya
untuk fluida), viskositas adalah "Ketebalan" atau "pergesekan internal".
Oleh karena itu, air yang "tipis", memiliki viskositas lebih rendah,
sedangkan maduyang "tebal", memiliki viskositas yang lebih tinggi.
Sederhananya, semakin rendah viskositas suatu fluida, semakin besar
juga pergerakan dari fluida tersebut.
Viskositas menjelaskan ketahanan internal fluida untuk mengalir dan
mungkin dapat dipikirkan sebagai pengukuran dari pergeseran fluida.
Sebagai contoh, viskositas yang tinggi dari magma akan menciptakan
statovolcano yang tinggi dan curam, karena tidak dapat mengalir terlalu
jauh sebelum mendingin, sedangkan viskositas yang lebih rendah
dari lava akan menciptakan volcano yang rendah dan lebar. Seluruh fluida
(kecuali superfluida) memiliki ketahanan dari tekanan dan oleh karena itu
disebut kental, tetapi fluida yang tidak memiliki ketahanan tekanan dan
tegangan disebut fluide ideal.

III.

ALAT DAN PEREAKSI


III.1Alat
- Viscometer
- Stopwatch
- Labu ukur 100 ml
- Pipet volume
III.2Pereaksi
-

IV.

Larutan contoh ZAP


CARA KERJA

1.

Buat larutan ZAP dengan konsentrasi 0,1; 0,2; 0,3.

2.

Hitung berat piknometer kosong, kemudian timbang berat piknometer


yang berisi ZAP dengan konsentrasi masing-masing.

3.

Hitung waktu alir air dan waktu alir ZAP dengan viskometer. Masingmasing dilakukan 10 kali perhitungan.

V.

DATA HASIL PERCOBAAN


Contoh uji no. 15
KONSENTRASI CONTOH UJI
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ZAT PEMBANTU TEKSTIL

N
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

0,1 %

0,2 %

0,3 %

AIR

01 : 04 : 8
01 : 02 : 4
01 : 03 : 2
01 : 04 : 6
01 : 04 : 7
01 : 03 : 6
01 : 04 : 5
01 : 02 : 8
01 : 03 : 4
01 : 02 : 5
tC1 = 63 s

01 : 06 : 7
01 : 04 : 7
01 : 03 : 5
01 : 02 : 9
01 : 02 : 7
01 : 04 : 8
01 : 03 : 0
01 : 02 : 2
01 : 03 : 7
01 : 06 : 1
tC2 = 63,6 s

01 : 03 : 4
01 : 02 : 4
01 : 01 : 5
01 : 00 : 6
01 : 00 : 7
01 : 01 : 5
01 : 02 : 6
01 : 01 : 5
01 : 02 : 5
01 : 00 : 6
tC3 = 61,2 s

01 : 03 : 9
01 : 04 : 7
01 : 04 : 5
01 : 03 : 9
01 : 01 : 7
01 : 03 : 6
01 : 04 : 1
01 : 04 : 7
01 : 02 : 6
01 : 04 : 1
ts = 63 s

PERHITUNGAN

contoh0,1 =

dC x tC x nS
dS x tS

contoh0,2 =

dC x tC x nS
dS x tS

contoh0,3 =

0,5363 x 63,6 x 0,8545


=0,46424
0,99654 x 63

dC x tC x nS
dS x tS

VI.

0,5363 x 63 x 0,8545
=0,45986
0,99654 x 63

0,5363 x 61,2 x 0,8545


=0,44672
0,99654 x 63

DISKUSI
Pada percobaan ini praktikan harus dapat menentukan kekentalan suatu
larutan ZAP pada 3 konsentrasi yang berbeda, yaitu 0,1 %, 0,2 %, dan 0,3
%. Hal yang pertama yang dilakukan praktikan membuat larutan dengan
cara mengencerkan 10 ml, 20 ml, 30 ml larutan contoh dengan air hingga
tepat 100 ml. Kita dapat mengetahui kekentalan suatu larutan dengan cara
menghitung waktu alir contoh uji dan membandingkannya dengan waktu
alir air. Pada praktikum ini alat yang digunakan untuk menghitung waktu
alir adalah stopwatch dan viscometer. Setelah larutan contoh uji di
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ZAT PEMBANTU TEKSTIL

masukkan dan dimasukkan ke dalam viscometer hingga tanda garis,


hitung waktu larutan tersebut mengalir pada tanda garis di bawahnya.
Viscometer yang pratikan gunakan memiliki diameter lubangyang sangat
kecil sehingga waktu alir alirnya sangat lama sekitar 1 menit lebih
akibatnya hasilnyapun kurang akurat karena waktu alir air dengan larutan
contoh yang memiliki konsentrasi yang berbeda sama. Padahal
seharusnya semakin berkurang kekentalan (semakin encer) suatu larutan,
maka waktu alirnyapun semakin cepat.
VII.

KESIMPULAN
Dari hasil percobaan diketahui bahwa viskositas/ kekentalan ZAP pada
konsentrasi 0,1 % = 0,45986, 0,2 % = 0,46424 dan 0,3 % = 0,44672.

DAYA TAHAN BASAH


I.

MAKSUD DAN TUJUAN


Agar praktikan dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara untuk
mengetahui daya basah ZAP terhadap benang kapas dengan konstruksi
tertentu.

II.

TEORI DASAR
Daya tahan basah yang dilakukan pada percobaan ini menggunakan cara
Brauco dan Clarkson. Pembasahan dan penyebaran pada permukaan
benda padat, bergantung pada besarnya sudut kontak pada antar muka
padat-cair dan penurunan tegangan antar muka. Cara ini dilakukan
dengan menggunakan kait dan bandul sebagai pemberat dengan bobot
tertentu. Di mana ketentuan untuk bandul pemberat adalah terbuat dari
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ZAT PEMBANTU TEKSTIL

logam timbal tahan karat, berat 40 gram dan diameter 4 cm,panjang


benang pembantu 2cm.
Sejumlah berat benang dengan nomor tertentu, diberi bahan dengan kait
dan bandul tersebut dan dibiarkan tenggelam dalam larutan ZAP tersebut,
hingga tercapai titik akhir pada saat penenggelaman.
III.

ALAT DAN PEREAKSI


III.1Alat
- Gelas ukur 500 ml
- Bandul logam tahan karat
- Benang pembantu 1,9 2,0 cm
- Stopwatch
- Benang kapas bentuk streng
- Larutan contoh ZAP
III.2Pereaksi
-

IV.

Larutan contoh ZAP

CARA KERJA
1. Menimbang Cu 5 gram (kurang lebih 0,019), menyiapkan larutan ZAP
sesuai dengan konsentrasi yang diperlukan.
2. Memasangkan kait yang dihubungkan dengan pemberat pada ujung
benang (harus kuat).
3. Memegang ujung benang yang lain di atas permukaan larutan, lalu
dilepas perlahan- lahan kedalam larutan ZAP. Benang harus
seluruhnya terendam.
4. Waktu pembasahan dihitung sejak benang mulai tenggelam (dilihat
dari

benang

pembantu

yang

berubah

dari

tegang

menjadi

melenngkung).
5. Apabila waktu tenggelam lebih dari 60 menit perhitungan dihentikan.
6. Ulangi pekerjaan tersebut di atas 2x, menggunakan larutan ZAP yang
sama.
7. Lakukan

pengukuran

waktu

tenggelam

untuk

masing-masing

konsentrasi.
8. Buat grafik konsentrasi antara ZAP dengan waktu tenggelam.
V.

DATA HASIL PERCOBAAN


Larutan ZAP Golongan IV
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ZAT PEMBANTU TEKSTIL

NO

Konsentrasi

Waktu

1
2

(M)
0,1 %
0,9 %

12 detik
15 detik

0,8 %

18 detik

0,7 %

21 detik

0,6 %

37 detik

0,5 %

57 detik

Konsentrasi 1 %
V1 . n1 = V2 . n2
V1 . 10% = 500 . 1 %
V1 = 50 ml

Konsentrasi 0,9 %
V1 . n1 = V2 . n2
V1 . 10% = 500 . 0,9 %
V1 = 45 ml

Konsentrasi 0,8 %
V1 . n1 = V2 . n2
V1 . 10% = 500 . 0,8 %
V1 = 40 ml

Konsentrasi 0,7 %
V1 . n1 = V2 . n2
V1 . 10% = 500 . 0,7 %
V1 = 35 ml

Konsentrasi 0,6 %
V1 . n1 = V2 . n2
V1 . 10% = 500 . 0,6 %
V1 = 30 ml

Konsentrasi 0,5 %
V1 . n1 = V2 . n2
V1 . 10% = 500 . 0,5 %
V1 = 25 ml

GRAFIK

konsentrasi ZAP terhadap waktu

1
0,
9
0,
8
0,
7

VI.

DISKUSI
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ZAT PEMBANTU TEKSTIL

Pada praktikum kali ini praktikan menguji daya tahan basah ZAP terhadap
benang kapas degan konstruksi tertentu. Langkah awal yang dilakukan
praktikan adalah menimbang berat benang kapas seberat 5 gram 6 buah.
Lalu menyiapkan larutan ZAP, larutan ZAP yag digunakan, yaitu golongan
IV. Lalu diencerkan dengan air keran sampai 100 ml, konsentrasinya
bebeda- beda sehingga diperlukan perhitungan dengan menggunakan
rumus. Kemudian pada ujung benang diikat dengan pemberat dan
masukkan ke dalam larutan dan hitung waktu saat benang yang dijadikan
pengikat pada pemberat mulai menyentuh dasar gelas ukur menggunakan
stopwatch. Pada saat percobaan praktikan mengalami kesulitan saat
mengamati waktu benang menyentuh dasar piala gelas, karena ZAP
golongan IV memiliki warna yang cukup pekat, sehinga benang tersebut
tidak terlihat terlalu jelas.
VII.

KESIMPULAN
Dari hasil percobaan diketahui bahwa semakin tinggi konsetrasi ZAP
maka daya basah terhadap benang kapas semakin bagus dan cepat.

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ZAT PEMBANTU TEKSTIL

DAFTAR PUSTAKA
-

https://id.wikipedia.org/wiki/Kesadahan_air
https://id.wikipedia.org/wiki/Basa
https://id.wikipedia.org/wiki/Viskositas
https://id.wikipedia.org/wiki/Massa_jenis

Juhana, Juju, AT. Penuntun Praktikum Zat Pembantu Tekstil Lemak dan
Minyak dan SABUN.Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Bandung.

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ZAT PEMBANTU TEKSTIL

Anda mungkin juga menyukai