Anda di halaman 1dari 12

PENGGOLONGAN ZAT AKTIF PERMUKAAN

I. TUJUAN
Mampu membagi ZAP bedasarkan pengendapan ZAP dengan bermacam-
macam pereaksi.

II. TEORI DASAR

Surfaktan adalah zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung


untuk terkonsentrasi pada permukaan (antar muka), atau zat yang dapat menaik
dan menurunkan tegangan permukaan.

Tegangan permukaan adalah gaya dalam dyne yang bekerja pada


permukaan sepanjang 1 cm dan dinyatakan dalam dyne/cm, atau energi yang
diperlukan untuk memperbesar permukaan atau antarmuka sebesar 1 cm2 dan
dinyatakan dalam erg/cm2. Surface tension umumnya terjadi antara gas dan
cairan sedangkan Interface tension umumnya terjadi antara cairan dan cairan
lainnya atau kadang antara padat dan zat lainnya (namun hal ini belum diteliti).

Ada dua cara penggolongan zat aktif permukaan yaitu:

1. Menurut sifat elektrokimia atau ionisasi molekul


Schwartz dan Perry menyebutkan bahwa molekul zat aktif permukaan terdiri
dari dua gugus yang penting, yaitu gugus liofil (menarik pelarut) dan gugus
liofob (menolak pelarut). Gugus liofob biasanya terdiri dari rantai alifatik atau
aromatik, atau gugus aril alkil (aralkil) yang biasanya terdiri dari paling sedikit
sepuluh atom karbon. Dalam medium air sebagai pelarut, gugus liofob yang
juga disebut gugus hidrofob bersifat menjauhi air. Sedang gugus liofil atau
dalam air dikenal sebagai gugus hidrofil lebih banyak menentukan sifat – sifat
kimia fisika zat aktif permukaan daripada gugus hidrofob.
Sifat dari pada zat aktif permukaan juga bergantung pada macamnya gugus
hidrofil, yang dapat dibagi sebagai berikut :
a. Zat aktif anion

1
Terjadi ionisasi dalam larutan dengan rantai panjang yang membawa muatan
negatif.
Contoh : karboksilat, ester sulfat, alkil sulfonat, dan anion lainnya yang hidrofil.
b. Zat aktif kation
Terjadi ionisasi dalam larutan dengan rantai panjang yang membawa muatan
positif.
Contoh : senyawa amino, senyawa amonium, alkali tak bernitrogen
(sulfonium, fosfonium, dsb.), alkali bernitrogen (alkil isotiourea, alkil isourea,
dsb.).
c. Zat aktif nonion
Tak terionisasi dalam larutan dan stabil dalam keadaan asam maupun alkali.
Contoh : ikatan eter pada gugus terlarut, ester, amida, amin, dsb.
d. Zat aktif amfolitik/ amfoter.
Terionisasi dalam larutan dengan rantai panjang yang membawa muatan
negatif maupun positif, tergantung pada suasana pH larutan.
Contoh : ikatan amino dan karboksilat, amino dan ester sulfat, amino dan
seter sulfonat, dan ikatan lainnya.
2. Menurut struktur kimia
Agster menyusun golongan ini atas tujuh bagian, penggolongan ini erat
hubungannya dengan cara pembuatan zat aktif permukaan. Misalnya dengan
cara penyabunan atau kondensasi terhadap asam lemak, sulfotasi terhadap
rantai alifatik tinggi, dan sebagainya.
Penggolongan menurut struktur kimia dapat dibagi sebagai berikut :
a. Sabun
Contoh : Na-laurat, Na-palmitat, Na-stearat, Na-oleat, dsb.
b. Minyak-minyak yang disulfatkan/disulfonkan.
Contoh : Minyak jarak yang disulfatkan (TRO).
c. Parafin atau olefin yang disulfurkan.
Contoh : senyawa sulfochlorida yang disabunkan (Mersolat), olefin yang
disulfatkan (Tepol).
d. Aralkil sulfonat

2
Contoh : alkil benzo sulfonat,  naftalin sulfonat seperti 1-iso propil natalin
2-sulfonat-Na (Nekal A), dsb.
e. Alkil sulfat
Contoh : Alkil sulfat primer/ dari alkil alkohol primer seperti asam malonat
anhidrat + alkohol dengan Na-bisulfit (Nacconol. LAL), Alkil sulfat
sekunder/ dari alkil alkohol sekunder.
f. Kondensat asam lemak.
Contoh : kondensat dengan gugus amino (Medialan A, Sapamine A), 
kondensat mengandung gugus oksi (Immersol S, Soromin A), kondensat
dengan gugus inti aromatik (Melioaran F).
g. Persenyawaan polietilenaoksida (poliglikoeter).
Contoh : Alkil amin poliglikol eter (Peregal OK), Dispersol E.
Sifat – sifat umum surfaktant adalah :
1. Sebagai larutan koloid
Mc. Bain telah membuktikan bahwa larutan zat aktif permukaan larutan
koloid. Molekul-molekulnya terdiri dari gugus yang hidrofil (suka air) dan
gugus yang hidrofob (tak suka air).
Pada konsentrasi tinggi partikel koloid ini akan saling menggumpal,
gumpalan ini disebut misel atau agregat baik berbentuk sferik (daya
hantar listriknya tinggi) atau lamelar (daya hantar listriknya kecil disebut
juga koloid netral) dan ada dalam kesetimbangan bolak – balik dengan
sekitarnya (pelarut atau dispersi larutan). Kesetimbangan ini akan
mencapai konsentrasi kritik misel menurut aturan Jones dan Burry.
2. Adsorpsi
Apabila larutan mempunyai tegangan permukaan lebih kecil daripada
pelarut murni, zat terlarut akan terkonsentrasi pada permukaan dan terjadi
adsorpsi positif. Sebaliknya adsorpsi negatif menunjukkan bahwa molekul-
molekul zat terlarut lebih banyak terdapat dalam rongga larutan daripada
dipermukaan.
Hubungan antara derajat penyerapan dan penurunan tegangan
permukaan dinyatakan dalam persamaan Gibbs.

3
3. Kelarutan dan daya melarutkan
Murray dan Hartly dalam pernyataanya menunjukkan bahwa partikel-
partikel tunggal relatif tidak larut, sedangkan misel mempunyai kelarutan
tinggi.
Makin panjang rantai hidrokarbonnya, makin tinggi temperatur kritik
larutan.
Sifat – sifat khusus surfaktant adalah :
1. Pembasahan
Perubahan dalam tegangan permukaan yang menyertai proses
pembasahan dinyatakan oleh Hukum Dupre.
2. Daya Busa
3. Busa ialah dispersi gas dalam cairan dan zat aktif permukaan
memperkecil tegangan antarmuka, sehingga busa akan stabil, jadi
surfaktant mempunyai daya busa.
4. Daya Emulsi
Emulsi adalah suspensi partikel cairan dalam fasa cairan yang lain, yang
tidak saling melarutkan. Sama hanya dengan pembasahan, maka
surfaktant akan menurunkan tegangan antarmuka, sehingga terjadi emulsi
yang stabil.
Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya
kelembaban alami yamg ada pada permukan kulit dan meningkatkan
permeabilitas permukaan luar. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa
kulit manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan kima
dengan kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi ‘sedang’ pada
kulit.
Surfaktan kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan
surfaktan anionik dan non-ionik. Sisa bahan surfaktan yang terdapat dalam
deterjen dapat membentuk chlorbenzene pada proses klorinisasi pengolahan
air minum PDAM. Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat
racun dan berbahaya bagi kesehatan.

4
Umumnya surfaktan berinteraksi dengan membran dan enzim. Pengaruh
ini dapat sedang dalam tumbuhan dengan penyerapan surfaktan dan
imobilisasi pada dinding sel sehingga terjadi perubahan struktur ultra seluler.
Toksisitas timbul dari penghambatan enzim atau transmisi selektif ion – ion
melalui membran.
Pengaruh lain yaitu penghambatan pertumbuhan dalam tumbuhan, ikan,
dan budding dalam hidra, kerusakan Lepomis gibbosus, kerusakan organ
sensoris luar yang peka sehingga dapat mengganggu pemilihan makanan,
mempengaruhi sinergis zat – zat dan surfaktan subletal menyebabkan
pengambilan zat lipofilik yang lebih cepat dan memperkuat toksisitas zat ini.
Toksisitas memperlihatkan suatu korelasi dengan tegangan permukaan
menurut jumlah atom karbon dalam homolog jenis surfaktan.
Toksisitas surfaktan ABS bertambah dengan kelinearan gugus alkil,
disebabkan oleh penerobosan gugus alkil linier yang lebih dalam. Interaksi
surfaktan – protein juga bertambah bila ekor hidrofobik bertambah dan
menyebabkan bertambahnya toksisitas. (Toksisitas surfaktan terhadap
beberapa makhluk Perairan sesuai dengan tabel Lundahl & Cabridenc 
(1978)).
Sesuai dengan waktu ketahanan surfaktan yang cukup singkat dalam
daerah perairan, maka tidak diakumulasikan sampai batas manapun juga
tidak terjadi biomagnifikasi dalam rantai makanan. Air yang mengandung
surfaktan (2 – 4  ppm), tidak dapat dideteksi perubahan apapun dalam
struktur komunitas karena surfaktan. (Hynes dan Roberts,1962).

5
III. ALAT DAN BAHAN
Wurizchmitt
III.1 Alat Bahan
1. Tabung reaksi 1. Larutan aktif kation
2. Pembakar Bunsen 2. Larutan aktif kation NaCl
3. 3. Asam tanin pH 7-5

Linsenmeyer

III.2 Alat
4. Tabung reaksi
5. Pembakar Bunsen
6. Pemegang tabung
7. Cawan tahan api

III.3 Pereaksi
- Air sadah 200 DH
- Air sadah 300 DH
- Air sadah 400 DH
- Larutan H2SO4 10%
- Larutan H2SO4 pekat
- Larutan HCl 2N
- Larutan HCl pekat
- Larutan CH3COOH
- Campuran NaOH dan CaSO4 (larutan buret)

6
IV. CARA KERJA
Wurizchmitt
Contoh ZAP dibuat larutan 1%.
a. Uji Kation
1ml larutan contoh uji ditambah 1-2 ml zat anion, keruh/tidak.
b. Uji Anion
1ml larutan contoh uji ditambah 1-2 ml zat kation, keruh/tidak.
c. Pemanasan I
1ml larutan contoh uji dipanaskan dalam tabung reaksi, keruh/tidak.
d. Pemanasan II
1ml larutan contoh uji ditambah BaCl2 dipanaskan dalam tabung reaksi,
keruh/tidak.
e. Tanin I (pH 7 – 8,5 )
1ml larutan contoh uji ditambah beberapa tetes tannin I, keruh/tidak.
f. Tanin II (pH 4,5)
1ml larutan contoh uji ditambah beberapa tetes tannin II, keruh/tidak.
g. Tanin III (pH 2,5)
1ml larutan contoh uji ditambah beberapa tetes tannin III, keruh/tidak.
h. Iodium Jenuh
1ml larutan contoh uji ditambah larutan iodium jenuh, keruh/tidak.
- Pengamatan
Kekeruhan diberi tanda (+), tidak keruh diberi anda (-).

7
TABEL GOLONGAN MENURUT WURIZCMITT

Hasil Pengujian
Golongan
a b c d e f g h
I - - - - - - - -
II - - - - - - - -
III + - - - - -/+ - -
IV - + - - - - + +
V - + - + - + - -
VI - - + - - + - -
VII - - - + + + - -
VIII - - - - - - + -

Linsenmeyer

Cara pengujian :

1. ZAP golongan 1 dan 2]


- Masukkan 5 mL contoh uji ke dalam tabung reaksi tambahkan 3 mL
larutan CH3COOH 15% atau air sadah 200 DH.
- Didihkan bila terjadi penguraian pada larutan maka (+) tiap golongan 1
dan 2.

2. ZAP golongan 2
- Pijarkan contoh ZAP sampai menjadi abu dalam cawan tahan api,
dinginkan.
- Tambahkan air suling pada abu, dikocok bila perlu disaring 2 mL
ditambahkan 1 mL BaCL2 dan 1 mL HCl 2N amati warna larutan.
- Bila terbentuk endapan putih / keruh maka ZAP golongan 2.

3. ZAP golongan 3 dan 8


- Teteskan HCl pekat
- Terajadi penguraian maka ZAP termasuk golongan 3 dan 8.

8
- Larutan contoh ditambahkan 2mL larutan biuret, panaskan bila larutan
berwarna merah ungu maka ZAP golongan 8.
- Larutan contoh ditambah 2mL HCl encer panaskan, bila berwarna coklat
dan berbau ikan maka ZAP termasuk golongan 8.

4. ZAP golongan 4 dan 5


- 1mL larutan contoh ditambah 2 mL HCl panaskan kemudian tuangkan
dalam 10mL air dingin.
- Bila terbentuk keruhan atau penguraian maka ZAP termasuk golongan 4
dan 5.

5. ZAP golongan 6
- 1mL larutan contoh ditambah BaCl 10% terjadi endapan putih, dipanaskan
dan dipijarkan.
- Bila tidak terjadi penguraian atau keruhan maka (+) golongan 6.

6. ZAP golongan 7
- Larutkan ke dalam alkohol, disaring dipijarkan.
- Bila abu, menandakan adanya sulfat maka ZAP termasuk golongan 7.
- Bila tidak memberikan reaksi abu putih dan dicampur dengan ferol
menjadi endapan putih keju,maka ZAP termasuk golongan 7.

7.

9
V. DATA PERCOBAAN
Wurizchmitt
a
b
c
d (+)
e
f
g
h (+)

Linsenmeyer
1. ZAP golongan 1 dan 2
(-)
2. ZAP golongan 2 dan 8
(-)
3. ZAP golongan 3 dan 8
(-)
 ZAP golongan 8
(-)
 ZAP golongan 3
(+)
4. ZAP golongan 4 dan 5
(-)
5. ZAP golongan 6
(+)
6. ZAP golongan 7
(+)

10
VI. DISKUSI
Dalam praktikum penggolongan zat aktif permukaan kali ini menggunakan
dua cara yaitu cara wurizchmitt dan linsenmeyer. ZAP mempunyai sifat khas,
yaitu mempunyai kecenderungan untuk berpusat pada antarmuka dan
mempunyai kemampuan menurunkan dan menaikkan tegangan antarmuka atau
tegangan permukaan.
Molekul – molekul yang ada di tengah – tengah cairan mengalami gaya tarik
atau tolak dari segala jurusan .Sedangkan molekul – molekul di permukaan
mengalami gaya tarik dan tolak kurang seimbang, karena diatas permukaan
terdapat moleku-molekul gas yang letaknya tidak serapat molekul cairan,
sehingga gaya yang ditimbulkan oleh molekul – molekul gas tidak sebesar gaya
tarik dan tolak dari molekul – molekul cairan. Sehingga didalam cairan, molekul –
molekul dari dalam cairan ke permukaan, diperlukan energi.
Energi ini menyebabkan molekul menyusup disamping molekul-molekul lain di
permukaan, sehingga permukaan harus menjadi besar dan ini berarti tegangan
permukaan terpaksa berkurang setiap satuan luas. Disini terjadi pengurangan
tegangan permukaan, disertai dengan pemakaian sejumlah molekul permukaan.
Peristiwa ini dinamakan adsoprsi positif dan keadaan sebaliknya adsorpsi negatif.
Tegangan permukaan adalah gaya dalam dyne yang bekerja pada
permukaan sepanjang 1 cm dan dinyatakan dalam dyne/cm, atau energi yang
diperlukan untuk memperbesar permukaan atau antarmuka sebesar 1 cm2 dan
dinyatakan dalam erg/cm2. Surface tension umumnya terjadi antara gas dan
cairan sedangkan Interface tension umumnya terjadi antara cairan dan cairan
lainnya atau kadang antara padat dan zat lainnya
Sifat surfaktant bergantung pada suatu molekul yang memiliki sifat lipofilik dan
hidrofilik. Pada batas antarfase (misalnya, minyak lemak dan air atau udara dan
air), molekul surfaktant bergabung menyebabkan turunnya tegangan permukaan.
Keberadaan busa menyebabkan terbentuknya perluasan daerah antarfase dan
akumulasi surfaktant dalam air busa dan akibatnya terjadi penurunan kepekatan
surfaktant dalam massa air.

11
Larutan surfaktan dalam air menunjukkan perubahan sifat fisik yang
mendadak pada daerah konsentrasi yang tertentu. Perubahan yang mendadak
ini disebabkan oleh pembentukan agregat atau penggumpalan dari beberapa
molekul surfaktan menjadi satu, yaitu pada konsentrasi kritik misel (CMC) .

Pada konsentrasi kritik misel terjadi penggumpalan atau agregasi dari


molekul-molekul surfaktan membentuk misel. Misel biasanya terdiri dari 50
sampai 100 molekul asam lemak dari sabun.

VII. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum dapat dilihat dari hasil contoh uji bahwa
ZAP merupakan golongan 4&5 pada cara Wurizchmitt. Dan golongan 6 & 7 pada
cara lisenmeyer.

12

Anda mungkin juga menyukai