Anda di halaman 1dari 20

I.

Maksud dan Tujuan Penggolongan ZAP Memahami karakteristik ZAP Daya Tahan Basah Mengetahui daya pembasah suatu ZAP terhadap benang kapas terhadap konstruksi tertentu. Viscositas Menentukan kekentalan suatu larutan pada beberapa konsentrasi. Density Menentukan berat jenis suatu larutan pada beberapa konsentrasi. Daya Tahan Sadah Menguji daya tahan Zat Aktif Permukaan terhadap garam penyebab sadah dari air sadah 200 ; 300 dan 400 dH. Daya Tahan Asam Menentukan daya tahan ZAP terhadap asam dengan konsentrasi tertentu. Daya Tahan Basa Menentukan daya tahan suatu ZAP terhadap alkali. MBAS (Metilene Blue Active Substances) Mengegetahui dan menghitung konsentrasi larutan, suatu ZAP.

II. Teori Dasar Zat pembantu tekstil adalah zat-zat yang ditambahkan pada berbagai proses-proses tekstil dengan maksud-maksud tertentu. Contoh zat pembantu tekstil yang penting adalah zat pembasah, zat pendispersi, zat pengemulsi, zat pemercepat reaksi dan sebagainya. Pada umumnya zat pembantu tekstil tersebut merupakan zat aktif permukaan Zat aktif permukaan adalah zat yang cenderung terkinsentrasi pada antar muka dan mengaktifkan antar muka serta mempunyai kemampuan untuk menurunkan dan menaikkan tegangan permukaan. Molekul zat aktif permukaan terdiri dari dua gugus penting yaitu gugus liofil (menarik pelarut) dan liofob (menolak pelarut). Gugus liofob biasanya terdiri dari rantai alifatik yang umumnya paling sedikit sepuluh atom karbon. Gugus

liofob bersifat menjauhi air sehingga disebut hidrofob dan gugus liofil yang memiliki sifat mendekati air disebut hidrofil. Adapun jenis-jenis zat aktif permukaan dapat digolongkan berdasarkan sifat elektrokimia dan ionisasi molekul di dalam medium air adalah sebagai berikut : 1. zat aktif anion adalah zat yang terionisasi dalam larutan dengan rantai panjang yang membawa muatan negatif. 2. zat aktif kation adalah zat yang terionisasi dalam larutan dengan rantai panjang yang membawa muatan positif. 3. zat aktif amfoter atau amfolitik adalah zat yang terionisasi dalam larutan

dengan rantai panjang yang membawa muatan negatif maupun positif bergantung dari suasana pH. 4. zat aktif nonion adalah zat yang tidak terionisasi dalam larutan, kereaktifan kapiler dari golongan ini disebabkan beberapa macam gugus yang hidrofil.

Sifat-sifat Zat Aktif Permukaan 1. Zat aktif permukaan sebagai larutan koloid. McBain telah membuktikan bahwa larutan zat aktif permukaan merupakan larutan koloid. Molekul-molekulnya terdiri dari gugus yang hidrofob menghadap ke air, sedangkan yang hidrofob menghadap ke udara atau ke fasa minyak. Pada konsentrasi tinggi partikel koloid ini akan saling menggumpal dan gumpalan ini disebut misel yang berada dalam bolak-balik dengan sekitarnya (pelarut atau dispersi larutan). Agregat ataumisel ini mulai terbentuk pada daerah konsentrasi kritik misel atau KMK. Di bawah konsentrasi kritik hanya ada ion-ion bebas dalam larutan. Pada daerah konsentrasi kritik terjadi pengumpalan ion-ion yang disebut misel. McBain menyatakan ada dua macam bentuk misel yaitu misel sferik yang mempunyai daya hantar listrik yang tinggi dan misel lamelar dengan susunan gugus hidrofob yang mempunyai daya hantar listrik yang kecil.

2. Adsorpsi Zat aktif permukaan biasanya teradsorpsi pada tegangan permukaan atau antar muka. Apabila larutan mempunyai tegangan permukaan lebih kecil dari pelarut murni, zat terlarut akan terkonsentrasi pada permukaan dan terjadi

adsorpsi positif. Sebaliknya adsorpsi negatif menunjukan molekul-molekul zat terlarut lebih banyak terdapat dalam rongga larutan daripada di permukaan. 3. Kelarutan dan daya melarutkan. Murray dan Hartly membuktikan adanya kelarutan garam rantai parafin seperti natrium-stanosulfonat pada macam-macam suhu. Pada suhu rendah kelarutan kecil, kemudian naik perlahan-lahan dengan naiknya suhu. Disekitar suhu kritis kelarutan naik dengan cepat, yakni pada daerah dimana mulai terbentuk misel. Hal ini menunjukkan bahwa partikel-partikel tunggal relatif tidak larut, sedangkan misel mempunyai kelarutan yang tinggi. Makin panjang rantai hidrokarbonnya, makin tinggi suhu kritis kelarutan. 4. Pembasahan Pembasahan adalah penutupan suatu permukaan zat padat dan bagianbagian kotoran dengan cairan atau juga pemasukan cairan ke dalam ruanganruangan kapiler antar misel dan sub mikroskopik. Sekali penyabunan dalam proses tekstil itu telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol dipisahkan dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan. Gliserol digunakan sebagai pelembab dalam tembakau, industri kosmetik dan farmasi. (sifat melembabkan timbul dari gugus-gugus hidroksil yang dapat berikatan hidrogen dengan air dan mencegah penguapan air itu). Sabunnya dimurnikan dengan mendidihkannya dalam air bersih untuk membuang lindi yang berlebih NaCl, dan gliserol. Zat tambahan seperti batu apung, zat warna dan parfum kemudian ditambahkan. Sabun padat itu kemudian dilelehkan dan dituangkan pada suatu cetakan. Sabun termasuk dalam kelas umum senyawa yang disebut surfaktan (dari kata surface-active agents), yakni senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. Molekul surfaktan apa saja mengandungsuatu ujung hidrofobik ( satu rantai hidrokarbon atau lebih ) dan suatu ujung hidrofilik ( biasanya, namun tidak harus, ionic ). Porsi hidrokarbon dan suatu molekul surfaktan harus mengandung 12 atom karbon atau lebih agar efektif. Surfaktan dapat dikelompokkan sebagai anionik, kationik, atau netral, bergantung pada sifat dasar gugus hidrofiliknya. Sabun dengan gugus karboksilatnya, adalah surfaktan anionic, benzalkonium klorida (N -benzil ammonium kuartener klorida) yang bersifat anti bakteri adalah contoh-contoh

surfaktan kationik. Surfaktan netral mengandung suatu gugus non-ion seperti suatu karbohidrat yang dapat berikatan hydrogen dengan air. Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air dengan mematahkan ikatan-ikatan hidrogen pada permukaan. Mereka melakukan hal ini dengan menaruh kapala-kepala hidrofiliknya pada permukaan air dengan ekor-ekor hidrofobiknya terentang menjauhi permukaan air. Mengingat banyaknya jenis zat aktif permukaan maka perlu dibedakan antara golongan penggolongan menurut sifat aktif ionnya yaitu golongan aktif anion dan aktif nonion yang pada umumnya bersifat menurunkan tegangan permukaan, dan golongan aktif kation yang bersifat menaikan tegangan permukaan. Analisa penggolongan terhadap sifat aktif ion dapat dilakukan menurut cara Wurtzschmitt. Sedangkan penggolongan yang lain menurut struktur kimia zat aktif permukaan (menurut cara Linsen Meyer). Untuk mengetahui secara langsung mutu zat aktif permukaan, perlu dianalisa fungsi pokok daripada zat aktif permukaan.

III. Alat dan Bahan a. Daya Tahan Sadah Larutan ZAP Tabung Reaksi Pipet volume 10 ml Labu ukur 100 ml

b. Daya Tahan Asam Larutan ZAP Gelas Erlenmeyer Perefluks Batu didih

c. Daya Tahan Basah Larutan ZAP No. 5 Gelas Erlenmeyer 500 ml 4

Gelas piala 250 ml Kertas saring Corong gelas Perefluks dan Batu didih

d. Daya Basah Gelas ukur 500 ml Bandul logam tahan karat ( berat 40 gr, D=4 cm ) Kait logam tahan karat Benang penyangga 1,9-2,0 cm sebagai penghubung bandul dengan kait Benang kapas bentuk streng dengan keliling 45 cm dan berat 5 gr Stopwatch

e. MBAS Spektrofotometer Tabung Cuvet Corong Pemisah dengan kapasitas 500 mL. Erlenmeyer tutup asah 250 mL. Labu ukur 100 mL.

IV. Pereaksi a. Daya Tahan Sadah Air sadah 20o Air sadah 30o Air sadah 40o

b. Daya Tahan Asam H2SO4 10 % H2SO4 pekat c. Daya Tahan Basa NaOH padat Indikator MO 5

HCl pekat dan HCl 1,0000 N

d. Daya Basah Tidak Memakai Pereaksi

e. MBAS o Larytan Standr LAS (Linear Alkil Sulfonat) 0 mg/l - aquades 100 ml. 0,3 mg/l LAS ( 10 mg/l ) ditambah air suling sampai 100 ml. 0,5 mg/l LAS ( 10 mg/l ) ditambah air suling sampai 100 ml. 1,0 mg/l LAS ( 10 mg/l ) ditambah air suling sampai 100 ml. 1,5 mg/l LAS ( 10 mg/l ) ditambah air suling sampai 100 ml. 2 mg/l LAS ( 10 mg/l ) ditambah air suling sampai 100 ml.

o Indikator PP o Larutan NaOH 1N o Larutan H2SO4 1N o Larutan Metilen blue dan Larutan Reagen Metilen Blue o Larutan Kloroform o Larutan Pencuci

V. Langkah Kerja a. Daya Tahan Sadah 1. Dibuat larutan dengan konsentrasi 1% di dalam air sadah. 2. Untuk air 20o dH, 2 ml air sadah 100o dH ditambah dengan 1 ml contoh uji diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung reaksi. 3. Untuk air sadah 30o dH, 3 ml air air sadah 100o dH ditambah dengan 1 ml contoh uji diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung reaksi. 4. Untuk air sadah 40o dH, 4 ml air sadah 100o dH ditambah dengan 1 ml contoh uji diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung reaksi. 5. Masing masing larutan dikocok kocok dan diamati, pengujian dilakukan pada suhu kamar

b. Daya Tahan Asam 1. 100 ml larutan ZAP 1% (10 ml ZAP 10% diencerkan menjadi 100 ml) dimasukkan ke dalam erlenmeyer, tambahkan batu didih dan 1 ml H 2SO4 10%. 2. Didihkan larutan selama 5 menit dengan refluks, amati adanya perubahan, apakah terjadi kekeruhan, pemisahan minyak atau kehilangan daya busa. (Pengamatan I) 3. Bila tidak terjadi perubahan, ditambahkan 0,5 ml H 2SO4 pekat didihkan dengan refluks diamati adanya perubahan pada perlakukan dengan konsentrasi H2SO4 1% ini. (Pengamatan II) 4. Bila terjadi perubahan konsentrasi H2SO4 dinaikan dalam larutan menjadi 3% dengan ditambahkannya 1 ml H2SO4 pekat dan kemudian direfluks selama 15 menit. Amati apakah ada perubahan pada kondisi ini. (Pengamatan III) 5. Bila tidak terjadi perubahan, tambahkan 6,5 ml H2SO4 pekat agar konsentrasi dalam larutan menjadi 10% kemudian direfluks selama 15 menit. Amati apakah ada perubahan. (Pengamatan IV) 6. Bila tidak terjadi perubahan, percobaan dihentikan. Bila pada pengamatan IV terjadi pengendapan atau pemisahan minyak, larutan diencerkan dengan air dalam volume yang sama dan dikocok kocok dengan teratur, kemudian amati apakah masih timbul busa (Pengamatan V)

c. Daya Tahan Basa 1. Larutan 1 gram ZAP (10 ml ZAP 10%) yang akan diuji dengan 65 ml air suling, kemudian ditambahkan 25 gram NaOH padat dan ditambah beberapa butir batu didih. 2. Dikocok hingga larut sempurna, kemudian diamati adanya perubahan. (Pengamatan I) 3. Larutan tersebut didihkan pada refluks selama 15 menit. Diamati perubahan. (pengamatan II), apakah ada penggaraman? 4. Dinginkan larutan tersebut, kemudian disaring sisa yang tidak larut pada kertas saring dipindahkan ke dalam piala gelas yang berisi 25 ml air suling. 5. Dititrasi dengan HCl sampai netral dengan indikator MO (Pengamatan III)

6. Kocok dengan hati hati larutan tersebut kemudian didihkan selama 5 menit dan dinginkan sampai suhu kamar, amati adanya perubahan (Pengamatan IV)

d. Daya Basah 1. Contoh uji ditimbang sesuai dengan persyaratan 5 gram (0,01 gram). 2. Disiapkan larutan ZAP sesuai dengan konsentrasi yang diperlukan. 3. Kait yang dihubungkan dengan pemberat dipasangkan pada ujung benang harus kuat. 4. Ujung benang yang lain dipegang diatas suatu permukaan larutan, lalu dilepas perlahan lahan ke dalam larutan ZAP. 5. Benang harus seluruhnya terendam. 6. Waktu pembasahan dihitung sejak benang mulai tenggelam (dilihat dari benang pembantu yang berubah dari tegang menjadi melengkung. 7. Apabila waktu tenggelam lebih dari 180 detik perhitungan waktu dihentikan. 8. Diulangi pekerjaaan diatas 2x, menggunakan larutan ZAP yang sama. 9. Dilakukan pengukuran waktu tenggelam untuk masing masing konsentrasi. 10. Dibuatlah grafik konsentrasi antara ZAP dengan waktu tenggelam.

e. MBAS 1. Larutan standar dimasukan ke dalam corong pemisah. 2. Ditambahkan 3 5 tetes Indikator PP. 3. Ditambahkan larutan NaOH 1 N tetes demi tetes sampai berwarna merah. 4. Ditambahkan larutan H2SO4 1 N sampai tepat tidak berwarna. 5. Ditambahkan 10 ml MB kedalam corong pemisah. 6. Corong Pemisah dikocok 7. Ditambahkan 10 ml kloroform dalam gelas ukur kocok 1 menit . 8. Ekstrak kloroform garam metilen blue LAS dipisahkan. 9. Dimasukan kedalam tempat tertutup (Erlenmeyer tutup asah) 10. Ditambahkan 10 ml larutan pencuci sebanyak 2 kali dan pada pencucian ketiga ditambahkan 5 ml, dikocok 15 detik, dibiarkan pemisahan fase.

11. Dimasukan kedalam Erlenmeyer tutup asah. 12. Dipindahkan kedalam labu ukur, diencerkan dengan kloroform sampai 50 ml. 13. Diencerkan lagi agar spektro tidak error. 14. Dipindahkan dalam tabung cuvet. 15. Lalu diukur dengan spektronik = 652 nm. 16. Metode yang digunakan spektrofotometri. 17. Dibuat kurva standar kalibrasi. y = ax + b

( y i )( x i ) ( x i ) ( x i y i )
2

n ( x i ) - ( x i )
2

n ( x i y i ) ( x i )( y i ) n ( x i ) - ( x i )
2 2

VI. Data Percobaan a. Penggolongan ZAP Larutan 11 Metoda Wurtzchmitt a b + c d + e f + g -

Kesimpulan : Dari percobaan dengan menggunakan Metoda Wurtzchmitt didapat hasil

positif pada b, d dan f. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa larutan no 11 merupakan golongan V

b. Daya Tahan Basah Benang 1 = 5, 0830 g Benang 2 = 5, 0845 g Benang 3 = 5, 0833 g

Benang 1 2 3

Konsentrasi 0,5 % 1% 1,5%

Waktu > 180 detik 15 detik 14 detik

Grafik aktifasi kadar terhadap waktu daya basah substrat


200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 0.5 1 1.5

Waktu

c. Viskositas Larutan Nomor 21 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Air 31,08 80,81 29,73 29,74 29,06 29,54 29,30 29,80 29,41 29,39 = 397,8 X = 29,78 Konsentrasi 0,1% 31,51 30,04 30,37 30,18 30,16 30,63 29,83 29,80 30,17 30,29 = 309,9 X = 30,29 Konsentrasi 0,2 % 30,62 30,24 30,52 30,18 30,27 30,61 30,21 30,08 30,17 30,43 = 303,3 X= 30,33 Konsentrasi 0,3 % 30,89 31,08 30,88 30,22 30,63 30,37 30,12 30,07 30,77 30,57 = 305,7 X= 30,37

10

Kesimpulan : V 0,1 % V 0,2 % V 0,3 % = = =

d. Density Berat pikometer Suhu Volume Berat pikometer + air Suhu Volume

= 27,0464 g = 300C = 25 ml = 51,5521 g = 29,50C = 25 ml

Berat pikometer + Lar. 0,1% Suhu Volume

= 51,5847 g = 26,30C = 25 ml

Berat pikometer + Lar. 0,2% Suhu Volume

= 51,5625 g = 26,40C = 25 ml

Berat pikometer + Lar. 0,3% Suhu Volume

= 51,5781 g = 26,40C = 25 ml 11

d air = 0,9802 x 0,99597 = 0,9762 d 0,1 = 0,9815 x 0,99681 = 0,9183 d 0,2 = 0,9806 x 0,99681 = 0,9774 d 0,3 = 0,9812 x 0,99654 = 0,9778

e. Daya Tahan Sadah Pada ketiga tabung (20 oDH, 30 oDH dan 40 oDH), tidak terjadi perubahan.

f. Daya Tahan Asam Pengamatan I Pengamatan II Pengamatan III : tidak terjadi perubahan : Keruh, terjadi perubahan : terjadi perubahan, larutan menjadi keruh

g. Daya Tahan Basa Pengamatan I : Terjadi penggaraman (tidak tahan alkali) Pengamatan II : terjadi penggaraman dan larut sempurna (tidak tahan alkali) Pengamatan III : tidak terjadi penggaraman

h. MBAS Data percobaan sulfaktan Konsentrasi (x) 0 0,3 0,5 1,0 1,5 2,0 x = 5,3 Absorbansi (y) 0,014 0,023 0,024 0,048 0,067 0,080 y = 0,256 0 0,069 0,012 0,048 0,1005 0,16 XY = 0,3274 0 0,09 0,25 1 2,25 4 x2 = 7,59 X.Y X2

12

Perhitungan : Tabel konsentrasi ZAP dan Absorbansinya pada panjang gelombang 652 nm. Konsentarsi ZAP (mg/l) 0.5 mg/l 10 mg/l 20 mg/l 30 mg/l 50 mg/l Konsentrasi (X) 0 0.3 0.5 1 1.5 2 Contoh uji Jumlah ( ) a 2 7.3 Absorbansi (A) 0.007 0,023 0,029 0,580 0,610 Absorbansi (Y) 0.022 0.056 0.013 0.046 0.066 0.081 0.244 0.527

%T 95 88 97 90 86 83 57

X.Y 0 0.016655 0.006614 0.045757 0.098252 0.161844 0.48825 0.817

X2 0 0.09 0.25 1 2.25 4 4 11.590

Y2 0.00050 0.00308 0.00017 0.00209 0.00429 0.00655 0.05960 0.076

n ( x. y ) - ( x) . ( y) n ( x2) - ( x)2 7 (0.817) (7.3).( 0.527) 7 (11.590) (7.3)2

a b

0.067246

= ( y) . ( x2) - ( x). ( y) n ( x2) - ( x)2

13

(0.527).( 11.590)2 (7.3).( 0.527) 5 (39,0025) (7.3)2

0.005205

y = ax + b 0,527 = 0,067246 x + 0,005205 0,527 0,005205 = 0,067246 x X = 7,76 mg/l

Kurva Absorbansi (Y) terhadap Konsentrasi MBAS


0.3 0.25 0.2

Absorbansi(Y)

0.15 0.1 0.05 0

Absorbansi (Y) Linear (Absorbansi (Y))

0.5

1 1.5 Konsentrasi (X)

2.5

14

VII. Diskusi a. Penggolongan ZAP Dalam praktikum penggolongan ZAP menggunakan Prinsip Mtoda cara Wurtzchmitt. Yang artinya menggunakan sifat ionisasi dengan prinsipnya mengendapkan ZAP. Pengujian ZAP cara Wurtzchmitt didasarkan pada reaksi ZAP tersebut dengan pereaksi pereaksi tertentu. Kesalahan yang mungkin terjadi pada saat melakukan percobaan ini pada saat praktikan melakukan mengamatan, praktikan kurang teliti dalam membedakan endapan yang seharusnya terbentuk, selain itu kebersihan alat yang digunakan juga menjadi pertimbangan.

b. Viskositas dan Density Pada praktikum viskositas dan density bertujuan untuk mengetahui viskositas dan density dari suatu ZAP dilakukan penentuan berat jenis dengan menggunakan viskometer Ostwald. ZAP memiliki berat jenis lebih basar daripada air, hal ini membuktikan bahwa ZAP tersebut lebih pekat dan mempunyai molekul molekul yang terlarut didalam larutannya. Kesalahan yang mungkin terjadi saat praktikum adalah, kutang bersihnya alat, misalnya alat yang belum kering, hal tersebut dapat mempengaruhi ZAP yang di uji, ketelitian saat pengamatan dan perhitungan juga sangat penting karena dapat berpengaruh pada hasil akhir nanti.

15

c. Daya Tahan Sadah Dalam praktikum ini, sama seperti praktikm lainya, diperlukan ketelitian dari praktikan, misalnya dalam melakukan pengamatan, praktikan harus teliti dalam mengamati kekeruhan yang terjadi, karena hal tersebut dapat mengakibatkan kekeliruan haril praktikum itu sendiri. Dalam industri tekstil sendiri kesadahan air cukup penting. Suatu ZAP memang harus tahan sadah, sehingga dalam penggunaannya dalam industry, suatu proses akan tetap berlangsung dengan baik walaupun kesadahan air tinggi. ZAP yang bagus yaitu ZAP yang banyak mengandung gugus-gugus hidrofil. Jika gugus-gugus hidrofilnya banyak, jika digunakan pada air sadah gugus hidrofil yang satu akan bereaksi dengan logam yang terdapat pada air , namun karena masih ada gugus hidrofil lainnya, ZAP masih bisa bertahan dalam air tersebut. Suatu ZAP yang tahan sadah biasa digunakan dalam pencelupan. Disana jika ZAP tidak tahan sadah maka akan membentuk garam-garam dan proses pencelupan akan terganggu.

d. Daya Tahan Asam Diperlukan kertelitian praktikan dalam pengamatan, dari hasil

percobaan ini menunjukan ZAP yang digunakan tidak tahanasam. Ketahan ZAP terhadap asam itu sendiri ditentukan oleh banyaknya gugus kation pada bagian hidrofil ZAP. Semakin banyak gugus kation pada ZAP, maka daya tahan ZAP akan semakin bagus. Gugus kation tersebut akan bereaksi dengan gugus anion pada asam untuk menahan keasaman suatu larutan. Pada saat melakukan penambahan larutan asam sulfat pekat seharusnya ditambahkan sedikit demi sedikit. Hal ini dilakukan agar kita dapat melihat perubahan larutan jika ZAP benar-benar tidak tahan asam. Perubahan tersebut akan terlihat seperti terjadinya kekeruhan atau adanya lapisan minyak pada larutan ZAP. Sehingga diperlukan ketelitian yang lebih untuk praktikan agar tidak terjadi kesalahan.

16

e. Daya Tahan Basa Dalam praktikum ZAP yang digunakan tahan basa. Hal tersebut dikarenakan sedikitnya gugus anion pada bagian hidrofil ZAP yang dapat mempengaruhi menahan alkali. Semakin banyak gugus anion, maka ZAP akan semakin tahan terhadap basa. Gugus-gugus anion tersebut akan bereaksi dengan gugus kation pada alkali untuk tetap bertahan dalam suasan alkali. Seandainya gugus-gugus anion bereaksi semuanya, maka ZAP akan rusak. Dari hasil praktikum ini diketahui bahwa ZAP yang digunakan tidak tahan alkali.

f. Daya Tahan Basah Pada praktikuum ini dilakukan Pengujian daya basah pada ZAP hal ini sangat perlu untuk mengetahui kekuatan dalam pembasahan. basahnya apabila. Pada praktikum ini pertama kami sedikir kesulitan dalam menentukan kadar larutan yang sesuai, sehingga percobaan harus di blang kembali. Selain itu waktu pengamatan, praktikum hasus teliti dalam menghitung waktu,

g. MBAS Pengujian dilakukan dengan menggunakan larutan Standar LAS (Linear Alkil Benzena Sulfonat)dengan berbagai variasi konsentrasi yang diukur Absorbansi menggunakan spektrofotometer dengan panjang

gelombang 652 nm. Sebelumnya ZAP direaksikan dengan ZW Methylene Blue sehingga terjadi garam berwarna biru yang dapat diekstrak dengan Chloroform. konsentrasi. Dalam praktikum ini kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengamatan, selain itu alat yang digunakan ada yang tidak sesuai atau rusak, sehingga praktikan sedikit kesulitan dalam melakukan prakrik. Dan dihasilkan persamaan kurva absorbansi dengan

17

VIII.

Kesimpulan a. Penggolongan ZAP Dari Hasil pengamatan CU adalah Golongan V

b. Viskositas V 0,1 % = V 0,2 % = V 0,3 % =

c. Density d air = 0,9802 x 0,99597 = 0,9762 d 0,1 = 0,9815 x 0,99681 = 0,9183 d 0,2 = 0,9806 x 0,99681 = 0,9774 d 0,3 = 0,9812 x 0,99654 = 0,9778

d. Daya Tahan Sadah Pada saat melakukan percobaan, ZAP yang dilarutkan dalam tabung yang mengandung air dengan kesadahan baik itu 20 oDH, 30 oDH dan 40 oDH tidak terjadi perubahaan (tetap bening) oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ZAP tahan sadah.

e. Daya Tahan Asam Dari hasil percobaan saat melakukan pengamatan 1 sampai 3 ZAP yang di uji mengalami perubahan, maka dapat disimpulkan ZAP tidak tahan asam.

f. Daya Tahan Basa Pada pengamatan I, ZAP berubah keruh dan mengalami penggaraman begitupun pada pengamatan II dan III. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa ZAP tidak tahan alkali

g. Daya Basah

18

Daya basah yang dihasilkan > 0,7% sehingga dapat dikategorikan kurang baik

h. MBAS Kalibrasi y = 0,035x + 0,0128

19

DAFTAR PUSTAKA

Edwin, Rudiawan. 2009. Spektroskopi. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. 2009. Tuntunan Jurnal Praktikum Zat Pembantu Tekstil Bab Zat Aktif Permukaan STTT. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

20

Anda mungkin juga menyukai