Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELOMPOK

KIMIA KOLOID DAN ANTAR MUKA

SURFAKTAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4:

1. A1C115003 (OLGA REDIKA MOWA RIZKY)


2. A1C115008 (HERMALIZA SARAH)
3. A1C115016 (RENI WULANDARI)
4. A1C115025 (ANISA HIDAYATI)
5. A1C115036 (IMEL LEDIS SURYA NINGSIH)
6. A1C115037 (AAN NOFIA NENGSIH)

DOSEN PENGAMPU :

NAZARUDDIN, S.Si, M.Si, Ph.D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Surfaktan adalah suatu zat aktif permukaan yang dapat menurunkan tegangan antarmuka
(interfacial tension, IFT) minyak-air. Surfaktan memiliki kecenderungan untuk menjadikan zat
terlarut dan pelarutnya terkonsentrasi pada bidang permukaan. Berdasarkan muatan ion,
surfaktan dibagi menjadi empat bagian penting dan digunakan secara meluas pada hampir semua
sektor industri modern. Jenis-jenis surfaktan tersebut adalah surfaktan anionik, surfaktan
kationik, surfaktan nonanionik, dan surfaktan amforterik.
Zat-zat yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari kebanyakan tidak dalam keadaan murni,
melainkan bercampur dengan dua atau lebih zat lainnya.Campuran suatu zat akan tetap
mempertahankan sifat-sifat unsurnya. Oleh karena itu, suatu bahan kimia akan dipengaruhi oleh
sifat, kegunaan, atau efek dari zat-zat yang menyusunnya. Kekuatan pengaruh sifat masing-
masing zat bergantung pada kandungan zat dalam bahan yang bersangkutan. Banyak ragam
bahan kimia yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
a. Apa itu Surfaktan?
b. Apa saja penggolongan dan klasifikasi surfaktan?
c. Apa saja sifat – sifat dari Surfaktan?
d. Bagaimana struktur pembentuk dan pembuatan surfaktan?
e. Bagaimana pengaruh surfaktan dalam sediaan cair suspensi?
f. Bagaimana mekanisme kerja surfaktan?
g. Bagaimana cara kerja surfaktan dalam menurunkan tegangan muka cairan?
h. Bagaimana aplikasi surfaktan?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Dapat mengetahui Surfaktan
b. Dapat mengetahui penggolongan dan klasifikasi surfaktan
c. Dapat mengetahui sifat – sifat dari surfaktan
d. Dapat mengetahui struktur pembentuk dan pembuatan surfaktan
e. Dapat mengetahui pengaruh surfaktan dalam sediaan cair suspensi
f. Dapat mengetahui mekanisme kerja surfaktan
g. Dapat mengetahui cara kerja surfaktan dalam menurunkan tegangan muka cairan
h. Dapat mengetahui aplikasi surfaktan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Surfaktan


Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus
lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak. Surfaktan
adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya.
Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan air (hidrofilik) dan bagian non polar
yang suka akan minyak/lemak (lipofilik). Bagian polar molekul surfaktan dapat bermuatan
positif, negatif atau netral. Sifat rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsipada
antar muka udara-air, minyak-air dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus
hidrofilik berada pada fase air dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat
ataupun terendam dalam fase minyak. Umumnya bagian non polar(lipofilik) adalah merupakan
rantai alkil yang panjang, sementara bagianyang polar (hidrofilik) mengandung gugus hidroksil.

Gambar 1. Surfaktan

Gugus hidrofilik pada surfaktan bersifat polar dan mudah bersenyawa dengan air, sedangkan
gugus lipofilik bersifatnon polar dan mudah bersenyawa dengan minyak. Didalam molekul
surfaktan, salah satu gugus harus lebih dominan jumlahnya. Bila gugus polarnya yang lebih
dominan, maka molekul-molekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh air
dibandingkan dengan minyak. Akibatnya tegangan permukaan air menjadi lebih rendah sehingga
mudah menyebar dan menjadi fase kontinu. Demikian pula sebaliknya, bila gugus non polarnya
lebih dominan, maka molekulmolekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh minyak
dibandingkan dengan air. Akibatnya tegangan permukaan minyak menjadi lebih rendah sehingga
mudah menyebar dan menjadi fase kontinu. Penambahan surfaktan dalam larutan akan
menyebabkan turunnya tegangan permukaan larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu,
tegangan permukaan akan konstan walaupun konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan
ditambahkan melebihi konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi membentuk misel.
Konsentrasi terbentuknya misel ini disebut Critical Micelle Concentration (CMC). Tegangan
permukaan akan menurun hingga CMC tercapai. Setelah CMC tercapai, tegangan permukaan
akan konstan yang menunjukkan bahwa antar muka menjadi jenuh dan terbentuk misel yang
berada dalam keseimbangan dinamis dengan monomernya.

2.2 Golongan dan Klasifikasi Surfaktan


Surfaktan dapat digolongkan menjadi dua golongan besar berdasarkan kelarutannya, yaitu
surfaktan yang larut dalam minyak dan surfaktan yang larut dalam air.
1. Surfaktan yang larut dalam minyak
Ada tiga yang termasuk dalam golongan ini, yaitu senyawa polar berantai panjang,
senyawa fluorokarbon, dan senyawa silikon.
2. Surfaktan yang larut dalam air
Golongan ini banyak digunakan antara lain sebagai zat pembasah, zat pembusa, zat
pengemulsi, zat anti busa, detergen, zat flotasi, pencegah korosi, dan lain-lain. Ada
empat yang termasuk dalam golongan ini, yaitu:
a) surfaktan anion yang bermuatan negative
b) surfaktan yang bermuatan positif
c) surfaktan nonion yang tak terionisasi dalam larutan
d) surfaktan amfoter yang bermuatan negatif dan positif bergantung pada pH-nya.

Surfaktan juga diklasifikasikan lagi dalam beberapa bagian, yaitu:

1. Surfaktan Anionik
Surfaktan Anionik (negatif). Surfaktan ini memiliki bagian hidrofobik yang memiliki
ionnegatif. Dalam medium air berpisah dengan kation positif menjadi ion negatif.
Contoh : AlkylBenzene Sulfonate (ABS) ABS merupakan surfaktan yang lebih efektif
karena memberikanbusa yang banyak, harga murah, dan kualitas yang baik. contoh
lainnya: Alkohol sulfat danEster Sulfonat.

Gambar 2. Contoh surfaktan anionik

2. Surfaktan Kationik
Surfaktan Kation (positif). Sama halnya dengan surfaktan anion, surfaktan kation juga
memisahkan diri dalam medium air. Kepala (bagian hidrofilik) sebagai kation yang
manamemiliki sifat surface active . Contoh: Senyawa-senyawa Ammonium
Gambar 3. Contoh surfaktan kationik

3. Surfaktan Nonionik
Surfaktan Non-ionik (tak bermuatan). Surfaktan non ionik tidak memisahkan diri
padamedium air. Surfaktan ini memiliki kutub polar seperpolyglycol eter atau sebuah
polyol. Contoh surfaktan anionic biasa disebut “sabun” (sabun asam lemak), garam
asam alkil sulfonat (komponen utama deterjen sintetis, seperti alkil benzene sulfonat
(LAS) lemak alcohol sulfat (komponen utama shampoo atau deterjen netral) dan lain-
lain

Gambar 4. Representasi surfaktan nonionik

4. Surfaktan Amfoterik / zwiterionik


Surfaktan Amfoterik (positif atau negatif) Surfaktan ini memiliki ion positif dan
negatif. Rantai hidrofobik mengikat rantai hidrofilik sehingga tersusun dari ion positif
dan negatif. Perlakuannya tergantung pada kondisi medium atau nilai pH . Contoh:
Alkil betains.

Gambar 5. Contoh surfaktan amfoter

2.3 Sifat-sifat Surfaktan


Larutan surfaktan dalam air menunjukkan perubahan sifat fisik yang mendadak pada daerah
konsentrasi yang tertentu. Perubahan yang mendadak ini disebabkan oleh pembentukan agregat
atau penggumpalan dari beberapa molekul surfaktan menjadi satu, yaitu pada konsentrasi kritik
misel.
Pada konsentrasi kritik misel terjadi penggumpalan atau agregasi dari molekul-molekul
surfaktan membentuk misel. Misel biasanya terdiri dari 50 sampai 100 molekul asam lemak dari
sabun Sifat-sifat koloid dari larutan elektrolit sodium dedosil sulfat.

2.4 Struktur Pembentuk dan Pembuatan Surfaktan


Surfaktan (surfactant = surfactive active agent) adalah zat seperti detergent yang
ditambahkan pada cairan utuk meningkatkan sifat penyebaran atau pembasahan dengan
menurunkan tegangan permukaan caira khususnya air. Sufaktan mempunyai struktur molekul
yang terdiri dari gugus hydrophobic dan hydrophilic. Gugus hydrophobic merupakan gugus yang
sedikit tertarik/menolak air sedangkan gugus hydrophilic tertarik kuat pada molekul air. Sturktur
ini disebut juga dengan struktur amphipatic. Adanya dua gugus ini menyebabkan penurunan
tegangan muka dipermukaan cairan. Gugus hidrofilik pada surfaktan bersifat polar dan mudah
bersenyawa dengan air, sedangkan gugus lipofilik bersifat non polar dan mudah bersenyawa
dengan minyak. Di dalam molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih dominan jumlahnya.
Bila gugus polarnya yang lebih dominan, maka molekul-molekul surfaktan tersebut akan
diabsorpsi lebih kuat oleh air dibandingkan dengan minyak. Akibatnya tegangan permukaan air
menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu. Demikian pula
sebaliknya, bila gugus non polarnya lebih dominan, maka molekul molekul surfaktan tersebut
akan diabsorpsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan dengan air. Akibatnya tegangan
permukaan minyak menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu.
Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan
larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan konstan walaupun
konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan melebihi konsentrasi ini maka
surfaktan mengagregasi membentuk misel. Konsentrasi terbentuknya misel ini disebut Critical
Micelle Concentration (CMC). Tegangan permukaan akan menurun hingga CMC tercapai.
Setelah CMC tercapai, tegangan permukaan akan konstan yang menunjukkan bahwa antar muka
menjadi jenuh dan terbentuk misel yang berada dalam keseimbangan dinamis dengan
monomernya.

2.5 Pengaruh Surfaktan dalam Sediaan Cair Suspensi


Dalam suspensi , dispersi partikel padatan dalam suatu larutan dimana padatan tersebut
bersifat tidak larut distabilkan menggunakan lapisan surfaktan (dispersing agent) pada antar
muka antara dua fasa yang menghasilkan pembatas elektrik sehingga mencegah bersatunya
partikel-partikel padatan yang terdispersi. Dispersi merupakan keadaan tidak larut suatu bahan
dan seolah olah bercampur. Metode dispersi merupakan salah satu metode pembuatan suspensi.
Dan surfaktan berfungsi menurunan tegangan permukaan antara partikel zat padat dengan cairan
atau larutan tersebut (Syamsuni,2006).
Pengurangan atau penghilangan pembatas elektrik menyebabkan terjadinya flokulasi.
Flokulasi merupakan salah satu dari sistem pembentukan suspensi yang mana pada sistem ini ,
partikel flokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan
mudah terdispersi kembali (Syamsuni,2006). Efek flokulasi oleh surfaktan tergantung pada
fisikakomia dan konsentrasinya (Erawati,2007).
Surfaktan merupakan salah satu dispersing agent berupa wetting agent(Zat pembasah)
Proses pembahasan terjadi :
- Penurunan tegangan permukaan cairan
- Penurunan tegangan intervasial cairan atau zat padat

Penambahan surfaktan kedalam air akan menurunkan tegangan permukaan air dan tegangan
permukaan intervase air atau zat padat sehingga menghasilkan nilai koefisien penyebaran yang
positif. Bila zat padat atau bila surfaktan terabsorbsi pada intervase zat padat atau cairan maka
penurunan wetting. ( Erawati, 2007).

2.6 Mekanisme Kerja Surfaktan


Pada aplikasinya sebagai bahan pembersih untuk material kain, tanah dan sejenisnya,
surfaktan dapat bekerja melalui tiga cara yang berbeda, yakni roll up, emulsifikasi dan
solubilisasi.
1. Roll up
Pada mekanisme ini, surfaktan bekerja dengan menurunkan tegangan antarmuka antara
minyak dengan kain atau material lain yang terjadi dalam larutan berair.
2. Emulsifikasi
Pada mekanisme ini surfaktan menurunkan tegangan antarmuka minyak-larutan dan
menyebabkan proses emulsifikasi terjadi.
3. Solubilisasi
Melalui interaksi dengan misel dari surfaktan dalam air (pelarut), senyawa secara
simultan terlarut dan membentuk larutan yang stabil dan jernih.
Gambar 6. Mekanisme kerja surfaktan (a) roll up dan (b) emulsifikasi

2.7 Aplikasi Surfaktan


Jenis surfaktan yang biasanya digunakan pada produk-produk kosmetika dan pangan adalah
lemak/asam lemak yang berasal dari minyak kelapa, dan saat ini seluruhnya diimpor dari negara
lain. Surfaktan alkanolamida yang berasal dari minyak kelapa contohnya coconut dietanolamida.
Coconut dietanolamida dimanfaatkan sebagai penstabil busa, bahan pendispersi, dan viscosity
builder pada produk-produk toiletries dan pembersih seperti shampo, emulsifier, bubble bath,
detergen bubuk dan cair, stabilizer skin conditioner dan sebagainya. Bahkan, aplikasi surfaktan
sangat luas, tak terbatas dalam industri pembersih tapi juga pada industri cat, pangan, polimer,
tekstil, dan lain-lain.
1. Sampo
Dalam sampo modern, sabun telah diganti dengan bahan aktif yang disebut surfaktan.
Surfaktan adalah senyawa yang molekul-molekulnya mempunyai dua ujung yang berbeda
interaksinya dengan air, yakni ujung satu (biasa disebut kepala) yang suka air dan ujung
satunya (yang disebut ekor) yang tidak suka air.
Berdasarkan muatan kepalanya, surfaktan dibagi atas surfaktan anionik, kationik,
nonionik, dan amfoterik. Surfaktan akan berbusa dengan baik di segala jenis air dan akan
dapat dibilas dengan mudah dan sempurna.
Sebagian besar sampo kini dalam kemasan 2 in 1, bahan pembersih sekaligus
conditioner. kandungan sampo 2 in 1 utamanya adalah bahan pembersih dan conditioner.
Lebih lengkapnya, kandungan sampo yang beredar di pasar kini umumnya adalah, pertama,
bahan pembersih, umumnya berupa sistem surfaktan. Kadang selain surfaktan, ditambahkan
pula sedikit booster busa untuk mengubah sifat busa yang dihasilkan surfaktan. Bahan
surfaktan yang umum digunakan adalah surfaktan anionik, seperti natrium lauril eter sulfat
(juga sering disebut natrium lauret sulfat), natrium lauril sulfat, dan senyawa amonium.
Kedua, bahan conditioner, biasanya digunakan bahan berupa surfaktan kationik, seperti
olealkonium klorida, distearildimonium klorida, dan isostearil etildimonium etosulfat.
Ketiga, bahan aditif fungsional, termasuk di dalamnya bahan yang dapat mengontrol
viskositas sampo. Bahan yang umum digunakan adalah surfaktan amfoterik, seperti
kokamidopropil betain atau kokamidopropil hidroksisultain.
2. Detergen
Detergen adalah salah satu senyawa yang memudahkan proses pembersihan. Istilah
detergen, kini dipakai untuk membedakan antara sabun dengan surfaktan jenis
lainnya.Produk yang disebut detejen ini merupakan pembersih yang terbuat dari bahan-
bahan turunan minyak bumi. Dibandingkan dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan
antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
Detergen pun mengandung bahan surfaktan. Pada detergen, jenis muatan yang dibawa
surfaktan adalah anionik. Kadang ditambahkan surfaktan kationik sebagai bakterisida atau
pembunuh bakteri. Bahan aktif ini berfungsi sama, yaitu menurunkan tegangan permukaan
air, sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan, termasuk
racun pestisida yang menempel pada sayur dan buah.Kemampuan detergen untuk
menghilangkan berbagai kotoran yang menempel pada tangan, kain, dan bahan lain
mengurangi keberadaan kuman dan bakteri, yang menyebabkan infeksi dan meningkatkan
umur pakai kain, karpet, alat rumah tangga, dan peralatan rumah lainnya sudah tidak
diragukan lagi.
3. Kosmetika
Pada kosmetik dan personal care, surfaktan juga memiliki syarat-syarat. Syarat–syaratnya
sebagai surfaktan :
 Anti alergi
 Anti iritasi
 Bau dan warna berlebihan tidak anjurkan
 Reaksi yang merugikan diminimalkan
 Bebas dari kotoran dan tidak toksik
Untuk meminimalkan risiko medis, pembuat kosmetik cenderung menggunakan surfaktan
polimer. Selain itu surfaktan anionik, kationik, nonionik, dan amfoterik juga dapat
digunakan. Beberapa penelitian menggunakan surfaktan alami karena lebih aman untuk
aplikasi.
Jenis-jenis dari surfaktan yang digunakan dalam kosmetik dan personal care :
a. Surfaktan anionic :
Surfaktan anionik adalah memiliki muatan negatif pada kepala. Termasuk pada
kelompok-kelompok seperti asam karboksilat, sulfat, asam sulfonat, asam fosfat dan
turunannya, dan berguna untuk aplikasi yang memerlukan pembersihan
(perlengkapan mandi dan busa).
b. Surfaktan Asam Karboksilat :
Stearat berguna untuk produk seperti deodoran dan antiperspirant. Garam (natrium
stearat) membuat sabun yang sangat baik.
c. Sulfat :
Natrium lauril sulfat (SLS), amonium sulfat lauril (ALS), atau teretoksilasi, natrium
sulfat laureth (SLES) dalam penggunaan pembuatan sabun. Surfaktan tersebut
pembuat foam sangat baik, agen pembersih, dan relatif murah.
d. Asam sulfonat :
Umumnya lebih ringan dibandingkan sulfat. Mereka termasuk Taurates (berasal dari
taurin), Isethionates (berasal dari asam isethionic), sulfonat olefin, dan
Sulfosuccinates. Alasan mereka tidak digunakan lebih sering adalah bahwa mereka
lebih mahal untuk diproduksi.
e. Surfaktan kationik :
Surfaktan kationik memiliki muatan positif pada kepala. Termasuk kationik yaitu
seperti Amin, Alkylimidazolines, Amin Alkoxylated, dan Senyawa Amonium
Quaternized (atau Quats). Masalah dari surfaktan kationik biasanya tidak kompatibel
dengan surfaktan anionik. sulit untuk menghasilkan produk yang secara bersamaan
bersih. Surfaktan kationik juga bisa menyebabkan iritasi sehingga ini harus
dipertimbangkan ketika menggunakan kosmetik dengan kationik.
f. Surfaktan amfoter :
Contohnya termasuk Lauriminodipropionate Natrium dan Lauroamphodiacetate
Dinatrium.Amphoterics terutama digunakan dalam kosmetik sebagai surfaktan
sekunder. Amfoterik dapat membantu meningkatkan busa,dan bahkan mengurangi
iritasi. Juga digunakan untuk shampoo bayi dan produk pembersih lain yang
memerlukan kelembutan. Kekurangan adalah bahwa mereka tidak memiliki sifat
pembersihan yang baik dan tidak berfungsi dengan baik sebagai emulsifier.
g. Surfaktan Non ionik :
Surfaktan yang tidak bermuatan. Paling sering digunakan sebagai emulsifier, bahan
pendingin, dan agen pelarut. Nonionics utama yang digunakan untuk kosmetik
termasuk alkohol, alkanolamides, ester, dan oksida amin.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus
lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak. Surfaktan
adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya.
Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan air (hidrofilik) dan bagian non polar
yang suka akan minyak/lemak (lipofilik).
DAFTAR PUSTAKA

Ahya M Salman. 1993. Pencemaran Lingkungan. Jakarta : Dekdibud.

http://hend-learning.blogspot.com/2009/04/pencemaran-tanah.html

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/pencemaran air

http://lananewakatobi.blogspot.com/2012/04/biografi-la-nane-wakatobi.html (jam 1 pagi, la


nane wakatobi)

Bird, Tony. 1993. Kimia Fisika Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Day.R.A dan Underwood.1981. Analisis Kimia Kualitatif. Edisi ke-4. Jakarta: Erlangga.

P.W Atkins. 1994. Kimia Fisika. Edisi ke-4. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai